File PDF
File PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah
tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah mirip dengan tekanan air
(darah) di dalam pipa (arteri). Makin kuat aliran yang keluar dari keran (jantung)
makin besar tekanan air terhadap dinding pipa. Jika pipa tertekuk atau mengecil
meningkat. Tekanan darah dapat berubah-ubah sepanjang hari, sesuai dengan situasi.
Tekanan darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas, atau sewaktu
melakukan aktivitas fisik. Setelah situasi ini berlalu, tekanan darah akan kembali
normal. Apabila tekanan darah tetap tinggi maka disebut tekanan darah tinggi atau
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada
arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg
Tekanan sistolik menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan
setengah baya (> 40 tahun). Namun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka
menderita hipertensi akibat gejalanya tidak nyata. Pada stadium awal, belum
daerah pantai dan orang gemuk. Pada usia setengah baya dan muda, hipertensi ini
lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada golongan umur 55-64 tahun,
penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas,
penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria (Depkes, 2006). Penelitian
Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu. Namun
disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang sama atau lebih besar dari
140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC, 2003). Hipertensi menurut
hipertensi yang disepakati oleh para ahli adalah TDS ≥ 140 mmHg atau TDD ≥ 90
mmHg (MacMahon, 1990;WHO, 1996; Brown dan Haydock, 2000). Kriteria ini
digunakan secara luas di seluruh dunia, meskipun TDS (tekanan darah sistolik) 140
mmHg bukanlah nilai batas hipertensi pada semua penderita dewasa. Karena nilai
batas tersebut ternyata dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin secara independen
meningkat sesuai peningkatan umur dan TDS wanita meningkat lebih cepat daripada
hipertensi essensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial (primer),
merupakan tipe paling umum, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
Teknik pengukuran yang tepat dan teliti juga harus diperhatikan. Terdapat
dua cara pengukuran yaitu pengukuran oleh dokter atau petugas kesehatan di sarana
pelayanan kesehatan dan pengukuran sendiri di rumah baik dengan alat konvensional
pembacaan pertama harus dipastikan paling sedikit dua kunjungan berikutnya pada
satu atau beberapa minggu dengan nilai rata-rata tekanan diastolic 90 mmHg dan
Table 2.3 Rekomendasi Untuk Tindak Lanjut Tekanan Darah Pengukuran Pertama
(JNC VII, 2003)
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Pemeriksaan Lanjutan
(mmHg) (mmHg)
<130 < 85 Periksa ulang dalam 2 tahun
130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
140-159 90-99 Periksa dalam 2 bulan
160-179 100-109 Periksa dan obati dalam 1 bulan
≥ 180 ≥ 110 Pastikan dan obati dalam 1 minggu
Teknik pengukuran yang direkomendasikan oleh JNC VI adalah sebagai
berikut. Penderita harus duduk dengan penyangga lengan, bersandar dan sejajar
Ukuran manset harus sesuai dengan lengan penderita yang paling sedikit 80% lebar
manset harus dapat menutupi lingkar lengan. Tekanan sistolik adalah tekanan darah
saat terdengan bunyi pertama (korotkoff I), sedangkan tekanan diastolic adalah
tekanan darah saat bunyi menghilang (korotkoff V). Pembacaan dilakukan 2 kali/
2.5 Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Faktor
al., 1994 ; Kaplan, 1990). Pada lanjut usia, perubahan struktural dan fungsional pada
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya tegang pembuluh darah (Smeltzer S. & Bare B, 2001).
hipertensi, ukuran tekanan darah selama ini, riwayat pengobatan dan kepatuhan
berobat, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta dan riwayat keluarga. Pemeriksaan
pasien, faktor alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat,
setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri
sebanyak 3-4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit. Tempat
praktek, biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat praktek disebut office
yang pertama kali belum dapat memastikan adanya hipertensi, akan tetapi dapat
mereka meniggi. Selain tidak adanya gejala pada orang tersebut, juga disebabkan
oleh sikap acuh tak acuh dari penderita tersebut. Oleh karena itu amat sulit
memotivasi penderita untuk minum obat, apalagi untuk jangka panjang, sedang
penderita tidak merasakan sesuatu gangguan kesehatan. Gejala baru timbul sesudah
terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala
pembuluh darah otak berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma.
Penelitian di klinik hipertensi di Paris pada penderita hipertensi yang tidak diobati
ditemukan gejala sakit kepala (40,5%), palpitasi (28,5%), nokturia (20,4%), migren
Ada gejala klinis yang tidak boleh diabaikan karena berhubungan dengan
organ-organ (Smith, 1991 dalam Wahyuni 2000), yaitu serangan pusing, kekakuan,
di otak, kelumpuhan anggota badan, khususnya sebelah badan atau salah satu bagian
muka atau salah satu bagian tangan, kemampuan bicara menurun dan dapat menjadi
peringatan adanya stroke yang jika diobati dapat dicegah, terengah-engah pada waktu
latihan jasmani, dengan rasa sakit pada dada yang menjalar ke rahang, lengan,
punggung atau perut bagian atas menjadi tanda permulaan angina, susah bernapas,
sehingga merasa lebih mudah bernapas jika tidak berbaring datar, dengan gembung
pada kaki, dapat menjadi tanda lain yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi,
kegagalan jantung, dan sering bangun tiap malam untuk buang air kecil dan lebih
banyak serta sering mengeluarkan urin selama siang hari dapat menjadi tanda
yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak) dan penyakit
berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian
yang tinggi (Bustan, 2000). Sekitar 50% penderita hipertensi tidak menyadari adanya
pada mata sehingga buta dan gangguan lainnya. Komplikasi lain dari hipertensi yaitu
hipertensif pada mata, nefrosklerosis pada ginjal dan kegagalan faal ginjal (Sadana,
Masalah utama hipertensi adalah bahwa > 90% hipertensi termasuk golongan
esensial, yaitu yang tidak atau belum diketahui sebabnya.,75% termasuk hipertensi
ringan (diastolik 90-105 mmHg) dan bila digabung dengan hipertensi sedang (105-
115 mmHg) berjumlah > 90% penderita. Keadaan ini mempunyai kaitan dengan
dan beban masyarakat yang berat bila terapi tidak direncanakan dengan sesakma
(Rahardjo, 1991).
dengan pola hidup kurang gerak (sedentary life style) dan pola makan siap saji yang
bagian yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol.
Faktor yang dapat dikontrol antara lain obesitas, dislipidemia, stres, aktivitas fisik,
merokok, konsumsi garam yang berlebihan, dietetik, kebiasaan makan, dan konsumsi
alkohol. Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain umur, jenis kelamin, keturunan
(Hull, 1996; Janssen, et.al, 2002; Karyadi 2000; Bustan & Nur 1999; Sadana 1994),
dan pemakaian pil kontrasepsi pada wanita (Bustan & Nur 1999). Faktor-faktor yang
perubahan komposisi tubuh, asupan makanan, dan faktor emosi (Kusmana, 1997)
menurut beberapa ahli dan studi sangat berhubungan dengan perubahan pola makan,
gaya hidup dan faktor stres (Suwandono & Ni Ketut, 1998). Sementara Edi S.N
hipertensi adalah resultansi dari beberapa faktor yakni umur, jenis kelamin,
digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang
1. Faktor Demografi
a. Umur
setelah umur 40 tahun (Depkes, 2006). Sejalan dengan proses pertambahan umur,
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut (Black, 1992; Patel, 1995). Survei
tekanan sistolik ini terjadi diawali dengan terjadinya kekakuan pembuluh darah arteri
tubuh untuk memperbaiki /mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga akan makin banyak timbul distorsi metabolik dan struktural,
(Darmodjo, 1999). Orang dengan tekanan darah normal pada usia 55 tahun, 90 %
kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas
65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya
masih berada di bawah 10%, tetapi di atas umur 50 tahun angka tersebut terus
meningkat mencapai 20% hingga 30%, sehingga ini sudah menjadi masalah serius
untuk diperhatikan (Depkes, 2000). Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti
Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut
Kelleher, (1992) mendapatkan prevalensi hipertensi pada lansia sebesar 40%. Pada
NHANES III (The third national Health and Nutrition Examination Survey), dimana
telah diadakan sebuah penelitian dengan mengambil populasi warga sipil US yang
noninstitusional sebanyak 9901 orang yang berusia 18 tahun keatas atau lebih,
meningkatnya umur dalam setiap jenis kelamin dan ras (He, Jiang and Whelton, Paul
K, 1997).
b. Jenis Kelamin
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar
2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah
diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
faktor hormonal. Penelitian di Indonesia angka prevalensi yang lebih tinggi terdapat
hipertensi lebih besar dari perempuan (Fisher & Williams, 2005). Hal ini disebabkan
karena pekerjaan dan perilaku perempuan dianggap lebih tidak beresiko, dan
berperilaku sehat (Matlin, 1999). Selain itu pria diduga memiliki gaya hidup yang
2002). Selain itu angka istirahat jantung dan indeks kardiak pada pria lebih rendah
pramonopouse pada level tekanan arteri yang sama. Pria juga merespon suatu latihan
beban dengan kenaikan tekanan arteri lebih besar. Setelah manapouse tidak
tidak jauh berbeda (Masserli, 1997). Hal ini ditunjukkan ketika tekanan darah diukur
darah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, pada kelompok umur yang sama.
Akan tetapi setelah monopouse tekanan darah perempuan akan meningkat, bahkan
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
prevalen hipertensi pada perempuan (16,0%) lebih besar daripada laki-laki (13,6%).
mempunyai prevalen hipertensi lebih besar daripada laki-laki (Darmojo, 1994). Para
Estrogen dihubungkan dengan tingkat HDL yang lebih tinggi dan LDL yang lebih
c. Keturunan
keturunan yang mempengaruhi. Ini dapat terlihat antara lain dengan adanya
tua, saudara sekandung, anak). Orang yang ada kejadian hipertensi dalam
keluarganya mempunyai resiko untuk mendapat hipertensi lebih besar daripada yang
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel (Depkes, 2006). Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun
ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka
tua yang salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai resiko
lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal
2 kali lipat dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai riwayat hipertensi
menunjukkan korelasi yang tinggi, baik tekanan sistolik maupun diastolik bila
Hasil penelitian pada 514 individu yang berasal dari 135 keluarga di
Chuvasha, Rusia menunjukkan bahwa variasi tekanan darah sistolik dan tekanan
dr. Daniel S Seidman dari rumah sakit CarmelHaifa-Israel, pada 11.428 anak laki-
perkumpulan international untuk studi hipertensi pada masa kehamilan di Seatle, AS,
bulan Agustus 2000, didapatkan hasil bahwa anak laki-laki yang ibunya menderita
darah tinggi ketika mengandung, mempunyai hampir dua kali lipat kemungkinan
gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan angka kesakitan dan
tekanan darah seiring umur dijumpai lebih banyak pada orang berkulit hitam
daripada orang kulit putih (Kaplan, 1994). Besar variasi antar suku di Indonesia,
Lembah Baliem Jaya (0,6 %), Sukabumi, Jawa Barat (28,6%) (Darmojo, 1994).
dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan sosial ekonomi
(Astawan, 2005). Menurut Sutrisna (1994), yang dimaksud status sosial ekonomi
yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status perkawinan. Hal tersebut dapat
kematian antara berbagai kelas sosial. Status sosial ekonomi seseorang, dapat
dalam keluarga dan kepadatan penduduk (Fisher & Williams, 2005). Sementara
keluarga. Stress sosial ekonomi merupakan prediktor yang paling baik untuk umur
faktor perilaku (sikap dan perbuatan, serta adat istiadat) mempengaruhi status
kesehatan masnusia (Blum, 1983). WHO menyebutkan selain melalui perilaku diet,
aktifitas fisik, dan konsumsi alkohol, tingkat sosial ekonomi berpengaruh terhadap
hipertensi melalui akses pada fasilitas kesehatan. Akses pada pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jarak dari jalan raya,
berat selama sistem pembayaran pelayanan medis dibayar oleh pribadi secara tunai
Moriyana, Krueger dan Stamler (1971) dalam Khairani (2003) menunjukkan bahwa
semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi tekanan darah. Darmojo
(1994) menyatakan bahwa Dyer dkk (1976) dan Marmot (1979) telah melaporkan
lebih tinggi pada golongan pendidikan sosial ekonomi rendah. Ternyata Kartari dkk
kalangan penduduk yang buta huruf (18,9%) tetapi angka yang tertinggi, seperti yang
diharapkan, ditemui pada golongan pekerja administrasi dan manajer (25,0%). Pada
Pada kebanyakan tempat di dunia dapat dibedakan tiga macam keadaan iklim.
Salah satunya iklim laut dengan sifat khasnya sering terjadi putaran udara karena
kuatnya angin sepanjang pantai yang menyebabkan efek penyejuk pada badan
manusia, dan intensitas yang besar dari sinar radiasi matahari yang terpantul. Sinar
makan, mual, lelah, pusing, dan susah tidur (Slamet, 1998). Terdapat pula perubahan
suhu harian dan musim yang relatif kecil dibandingkan dengan daerah pedalaman,
kelembaban yang lebih besar, dan kadar trace element yang lebih tinggi seperti ozon,
iodium dan megnesium serta kadar renik polusi udara selama angin laut yang kuat
spektrum radiasi matahari. Di atas 2000 m bahkan gelombang 278 mµ, yaitu sinar
ultraviolet, dapat mencapai badan kita. Radiasi ultraviolet yang kuat, dapat
menyebabkan bertambahnya sekresi asam lambung, kalsium dan fosfat serum darah.
(Karhiwikarta, 1998).
Berbagai reaksi fisiologis dan bahkan gejala patologis tubuh dapat terjadi
karena perubahan cuaca. Sehubungan dengan hal ini penting pengaruh cuaca pada
daya tahan setempat (local resistance) maupun umum terhadap penyakit infeksi.
Daya tahan setempat yang berupa resistensi pembuluh darah kapiler misalnya,
menurun (permeabilitas bertambah) setelah adanya aliran udara panas (heat sterss)
dan sebaliknya bertambah setelah adanya aliran dingin. Daya tahan umum yang
pola makanan sesuai dengan musim (Karhiwikarta, 1998). Daya tubuh seseorang
sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktivitas, dan istirahat. Dalam hidup modern
yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolahraga dan berusaha
mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan
perubahannya di satu pihak dan situasi cuaca umumnya di pihak lain. Pada
kombinasi keadaan atmosfir dan situasi cuaca tertentu secara empiris statistis
keluahan penyakit jantung dan peredaran darah, keadaan spasme dan kolik, peristiwa
waktu reaksi dan bertambahnya angka kecelakaan Dari hasil-hasil tersebut, terutama
dipandang dari masalah kemampuan kerja, Kuhnke dan Schulze (1962) dalam
Karhiwikarta, 1998 menyimpulkan terdapat tiga jenis situasi cuaca di Eropa Tengah
yaitu salah satunya situasi yang jelas mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi tubuh,
yaitu keadaan cuaca yang umumnya disertai dengan pengaruh (adveksi) yang kuat
dari udara tropik. Pada situasi cuaca ini didapat presentase tinggi dari penduduk
merasa lemah dan lelah disertai berkurangnya keinginan kerja dan konsentrasi,
prestasi kerja penduduk tropis bukanlah suatu hal yang berhubungan dengan bakat
pemalas (indolen), karena dapat pula dialami oleh kaum pendatang yang tinggal lama
kapasitas kerja fisik dan daya aklimatisasi (adaptasi) sebagai akibat terbatasnya gerak
atau aktivitas fisik karena pengaruh iklim panas dan lembab. Namun diingatkan pula
bahwa keadaan tersebut dalam jangka waktu lama dapat pula mempengaruhi mental
bernapas udara sekitarnya setiap detik. Makanan manusia diambil dari sekitarnya,
demikian pula minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Tergantung dari taraf
budayanya, manusia dapat sangat erat atau kurang erat hubunganya dengan
lingkungan. Natrium merupakan salah satu parameter kimiawi syarat air minum.
terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium sendiri bagi tubuh tidak mrupakan benda
asing, tetapi toxixitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Seperti NaOH atau
hidrixida Na ini sangat korosif, tetapi NaCl justru dibutuhkan oleh tubuh (Slamet,
2000).
orang yang melakukan migrasi akan sangat berbeda dengan prevalensi hipertensi di
dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat
natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga konsumsi natrium pada
penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan (Slamet, 2000). Garam
garam minimal (< 3 gr/hr) hipertensi hampir tidak pernah ditemukan, sedangkan
pada penduduk yang mengkonsumsi garam antara 5–15 gr/hr prevalensi hipertensi
a. Kegemukan (Obesitas)
Rasio berat terhadap tinggi badan mengindikasikan berat badan yang terkait
dengan tinggi badan. Rasio ini berguna untuk mengukur gizi lebih dan obesitas
indikator obesitas (Gibson, 2005). Seseorang dikatakan kelebihan berat badan atau
kegemukan apabila berat badanya melebihi 10-20 % dari berat badan normal
(Soeharto, 2004). Obesitas akan menambah beban kerja jantung. Keadaan ini
meningkatkan resiko terjadinya tekanan darah tinggi, kencing manis, dan kolesterol
dalam IMT yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat (Kaplan & Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan
kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT
Kelebihan berat badan dan obesitas adalah problem kesehatan yang paling
sering pada masyarakat maju atau bisa disebut orang yang mampu, namun bukan
berarti masyarakat sosial ekonomi rendah terlepas dari masalah ini. Menurut
akan meninggal dua kali lebih cepat dari orang dengan berat badan normal (State
hpertensi ketika berat badan bertambah (Kaplan et al., 1990). Mekanisme pasti yang
menjelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi belum ada, namun pada
beberapa penelitian diperoleh bahwa curah jantung dan sirkulasi hipertensi dengan
berat badan normal. Pada obesitas, tekanan perifer berkurang atau normal, aktivitas
1994). Resiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berat badannya normal. Sedangkan pada
berat badan ideal, pengukuran persentase lemak tubuh dan pengukuran IMT. Pada
antara orang dewasa (Gibson, 2005). Pengukuran berdasarkan IMT dianjurkan oleh
FAO, WHO, UNU tahun 1985. Nilai IMT dihitung menurut rumus (Depkes, 2006):
Tabel 2.4 Klasifikasi IMT orang dewasa menurut Kriteria WHO (2000)
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (kg / cm2)
Berat Badan Kurang < 18,5
Normal 18,5 – 24,9
Berat Badan Lebih ≥ 25
Pre-Obes 25,0 – 29,9
Obes Tingkat I 30,0 – 34,9
Obes Tingkat II 35,0 – 39,9
Obes Tingkat III ≥ 40
Sumber : WHO Technical Series, 2000
faktor resiko penyakit kardiovaskular, dan kematian. Tentu saja resiko relative
peningkatan level IMT pada semua populasi (Gibson, 2005). Orang-orang dengan
abdomen. Lemak merupakan simpanan energi tubuh dan berasal dari makanan yang
mengandung lemak, karbohidrat, dan protein. Jika tubuh tidak membakar kelebihan
kalori, maka tubuh akan menyimpan kelebihan kalori sebagai lemak di dalam tubuh.
Pada orang yang kelebihan berat badan jantung akan bekerja lebih keras untuk
menyuplai darah (Patel, 2005). Jumlah lemak pada laki-laki dewasa rata-rata berkisar
antara 15-20% dari berat badan total dan pada wanita sekitar 20-25 %. Jumlah lemak
pada tubuh seseorang umunya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, yang
yang masuk dan yang keluar, genetik, penggunaan pil/injeksi KB, dan psikologis
(Salma & Padri, 2004). Umur memberikan hubungan korelasi positif terhadap indeks
masa tubuh (IMT). Hal ini sejalan dengan penelitian Mawi (2004) dalam Mukhlisa
2007 di Jakarta Utara dan Jakarta Timur yang menunjukkan bahwa setelah usia 50
tahun IMT semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia, baik pada laki-laki
berat badan, yoga, dan relaksasi otot dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan
Kegemukan adalah faktor resiko hipertensi yang kuat dan independen pada
semua ras dan kelompok sosial ekonomi. Penambahan berat juga memiliki kontribusi
pada banyak peningkatan tekanan darah pada usia lanjut dan kegemukan menjadi
kohort didapatkan bahwa responden dengan kelebihan berat 5 kg, 60% lebih besar
mempunyai kelebihan berat badan atau > 2 kg. Pada hasil studi Farmingham,
b. Diabetes Melitus
menghasilkan insulin atau hanya sedikit menghasilkan insulin atau menahan insulin
sehingga tidak dapat diproduksi. Akibat dari defisiensi insulin dan kadar gula dalam
digunakan sebagai sumber energi dan disimpan sebagai glikogen (Patel, 1995;
Andrews; Goldberg; Jonhson, 1996). Insidens diabetes mellitus serupa antara pria
yaitu antara lain apabila terdapat gejala klasik DM dengan kadar glukosa darah
sewaktu e”200 mg/dl, gejala klasisk DM dengan kadar glukosa darah puasa e”126
mg/dl, dan pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah 2 jam > 200 mg.dl sesudah pemberian beban glukosa 75 g.
Gejala klasik DM yaitu seperti sering kencing, cepat lapar, sering haus, berat badan
yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah (umur, jenis kelamin, keturunan, suku,
dan budaya/adat istiadat), faktor resiko perilaku yang dapat diubah (merokok,
konsumsi alkohol, kurang aktifitas fisik, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak
tinggi, dan konsumsi kalori tinggi), faktor resiko lingkungan (kondisi ekonomi
daerah, lingkungan sosial seperti modernisasi, dan status sosial-ekonomi), dan faktor
Dalam sebuah penelitian kohort prospektif di Dubbo, New South Wales, yang
melibatkan 1233 laki-laki dan 1572 perempuan usia lanjut, diamati dan dilakukan
berkurangnya waktu survival pada penduduk usia lanjut disebabkan karena merokok,
diabetes, dan hipertensi berat. Hazard rasio diabetes melitus pada laki-laki sebesar
1,61 (95%CI 1,28-2,03) dan pada perempuan sebesar 1,94 (95%CI 1,49-2,53)
(Simon, et.al., 2005). Pada mereka yang berkadar insulin tinggi karena diabetes,
menyulitkan jantung memompa darah karena darah menjadi lebih kental. Akibatnya,
tekanan harus ditingkatkan agar suplai darah tetap terjamin. Lama-lama, jadilah
tekanan darah tinggi permanen. Dallas Heart Disease Prevention Project, yang
dimulai tanggal 1 Juli 2000, telah mewawancara lebih dari 4000 partisipan di kota
Dallas. Dari sejumlah itu, sebanyak 1186 merupakan kasus hipertensi atau tekanan
darah tinggi dan dari sebanyak itu, 417 orang terdiagnosis terkena diabetes. Dari 417
orang itu 73 orang tidak menyadari meningkatnya level glukosa darah, yang
a. Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa
lajut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah meningkat. Jika stess berlangsung lama, tubuh akan berusaha
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih
tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologi, psikologi, sosial)
yang ada pada diri seseorang (Damayanti, 2003). Peningkatan tekanan darah akan
lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang
tinggi (Pinzon, 1999). Stress merupakan pengalaman emosional negatif yang dialami
seseorang, yang lebih besar dari kemampuannya untuk beraksi. Stress dapat terjadi
karena adanya bencana atau kehilangan, peristiwa penting dalam hidup atau karena
peristiwa kecil harian (Matlin, 1999). Oleh karena stress, maka tubuh akan bereaksi,
termasuk antara lain berupa ketegangan otot, meningkatnya denyut jantung, dan
menigkatnya tekanan darah. Reaksi ini dipersiapkan tubuh untuk bereaksi secara
cepat, yang apabila tidak digunakan, maka akan dapat menimbulkan penyakit,
yang penting dalam menyebabkan tekanan darah tinggi, namun stress merupakan
faktor resiko yang sulit diukur secara kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak
b. Merokok
udara dan secara sadar dihirup dan diserap oleh tubuh manusia (Hoepoedio, 1988).
Rokok mengandung lebih dari 40000 komponen bahan kimia diantaranya adalah
monoksida dapat mengikat Hb darah sehingga tubuh kekurangan oksigen dan dapat
merupakan bahan pemberi kenikmatan pada rokok, yang dapat, meningkatkan denyut
jantung, tekanan darah sistolic dan tekanan darah diastolik. Peningkatan denyut
jantung pada perokok terjadi pada menit pertama merokok dan sesudah 10 menit
lemak dalam plasma yang dapat mengurangi jumlah kadar lemak HDL. Selain itu
merokok juga akan menghadirkan LDL, yang sebagai kolesterol jahat, yang akan
dinding arteri dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada orang
merokok keadaan jantung juga tidak dapat bekerja dengan efisien. Oleh karena itu
bahwa merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penurunan HDL pada
laki-laki rata-rata 4,5 mg/dl dan pada perempuan 6,5 mg/dl. Penelitan yang dilakukan
oleh Lipid Research Program Prevalence Study menunjukkan bahwa mereka yang
merokok dua puluh batang atau lebih per hari, mengalami penurunan kadar HDL
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses arterosklerosis, dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan resiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri (Depkes, 2006). Pada perokok, asap rokok mengandung gas
Akibatnya suplai oksigen yang seharusnya dibawa darah berkurang. Jantung harus
pembuluh darah tidak tahan dan terjadilah kerusakan di mana-mana. Pembuluh darah
menjadi tidak beraturan, tebal, mengeras, sehingga terjadi penyumbatan dan tekanan
berhubungan dengan peningkatan berat badan. Hal ini terjadi karena peningkatan
nafsu makan. Selain itu, orang yang tidak merokok cenderung “mengemil” (Patel,
1995). Sedangkan menurut Kaplan dan Stemler (1994) berhenti merokok sering
meningkatkan berat badan dan meningkatnya tekanan darah bukan karena nikotin,
tetapi karena bertambahnya berat badan. Merokok dapat menurunkan kesukaan pada
makanan sehingga berat badan berkurang dan dengan berhenti maka berat badan
akan meningkat. Dalam sebuah penelitian kohort prospektif di Dubbo, New South
Wales, yang melibatkan 1233 laki-laki dan 1572 perempuan usia lanjut, diamati dan
berkurangnya waktu survival pada penduduk usia lanjut disebabkan karena merokok,
diabetes, dan hipertensi berat. Hazard rasio merokok (current smoker) pada laki-laki
sebesar 1,84 (95%CI 1,44-2,35) dan pada perempuan sebesar 1,63 (95%CI 1,24-
c. Alkohol
dalam arteri kecil yang dapat menunjukkan adanya micro infark.(Kaplan, 1990;
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,
diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara
(Depkes, 2006).
diluar efek usia hipertensi lebih sering ditemukan pada orang yang berkulit
yang dilakukan oleh Arthur L Klatsky dkk. 1964 terhadap 83.947 penduduk yang
terdiri dari 3 ras suku bangsa, 83,5% adalah kulit putih, menunjukkan bahwa
konumsi alkohol paling sedikit 3 kali sehari merupakan faktor resiko terjadinya
Mac Mahon (1987) yang dikutip dari Kaplan (1990), 10 % hipertensi pada laki-laki
d. Aktivitas Fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan
mengeluarkan tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau rutunitas sehari-hari
sesuai profesi atau pekerjaan. Olahraga adalah aktifitas fisik yang terencana dan
rangsang berulang pada tubuh. Tubuh akan beradaptasi jika diberi rangsangan secara
teratur dengan takaran dan waktu yang tepat. Aktivitas fisik atau olahraga yang
adaptasi setelah minimal 4-6 minggu. Bila rangsang diberikan sesuai dan tepat maka
akan terjadi adaptasi lengkap yang berdampak terhadap tingkat kebugaran jasmani
(Depkes, 2006).
Pada usia lanjut terjadi penuruanan massa otot serta kekuatannya, laju denyut
nadi maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak
tubuh ( Hadi et al., 1992; Whiteboard, 1995). Aktivitas fisik dalam bentuk olahraga
secara teratur memberikan banyak keuntungan bagi para lanjut usia. Keuntungan
tersebut antara lain berkurangnya berat badan, tekanan darah, kadar kolesterol serta
penyakit jantung. Olahraga secara teratur juga dapat menunda efek-efek penuaan dan
perlindungan tubuh terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah. Olahraga teratur
juga membantu seseorang mengontrol faktor resiko lain seperti obesitas, stress,
berkurangnya berat badan, tetapi juga disebabkan bagaimana tekanan darah tersebut
dihasilkan. Tekanan darah ditentukan oleh dua hal yaitu jumlah darah yang
dipompakan jantung per detik dan hambatan yang dihadapi darah dalam melakukan
kaliper yang baru dan jalan darah yang baru. Dengan demikian hal yang menghambat
pengaliran darah dapat dihindarkan atau dikurangi, yang berarti menurunkan tekanan
penururnan tekanan darah yang sangat berarti (Kuntaraf & Kuntaraf, 1992).
pekerjaan rumah tangga, berkebun, olahraga bowling atau golf) yang dilakukan
berat badan. Orang dengan skor aktivitas tinggi, dimana aktivitas fisik yang diukur
adalah aktivitas di rumah atau pada waktu bekerja, aktivitas olah raga dan kebiasaan
berjalan kaki, berhubungan dengan indeks masa tubuh yang lebih rendah (Samaras et
al., 1999). Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 8.604 responden
berusia lanjut mendapatkan bahwa orang yang mempunyai aktivitas fisik tinggi
mempunyai umur harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
beraktivitas rendah, baik pada kelompok perokok maupun pada kelompok bukan
2006). Sementara itu aliran darah yang meningkat karena aktivitas fisik dapat
(160/95). Ternyata alumni yang tidak terlibat dalam olahraga dan kegiatan
mempunyai resiko untuk mendapatkan hipertensi 35% lebih besar dari mereka yang
berolahraga. (Kuntaraf & Kuntaraf, 2000). Penelitian dari John Hanson dan William
tujuh bulan mereka dibimbing dalam olahraga, yang meliputi lari jauh, senam, dan
bahkan olahraga kompetisi. Pada akhir penelitian tersebut ternyata tekanan darah
rata-rata mereka telah turun dari 162/92 menjadi 134/75 (Kuntaraf & Kuntaraf,
1992). Bukti langsung dari keuntungan olahraga bagi mereka yang telah menderita
tekakan darah tinggi sangat penting, sebab ini menunjukkan bahwa olahraga bukan
hanya menghindarkan tekanan darah tinggi, tetapi juga menurunkan tekanan darah
dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut (Kuntaraf & Kuntaraf, 1992).
ringan dapat ditanggulangi tanpa obat, hanya dengan melakukan olahraga secara
olahraga. Bahkan tidak jarang penderita tekanan darah tinggi yang akhirnya dapat
Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Robert Cade dari Universitas Florida,
bahwa hampir seratus persen dan sejumlah orang yang menderita tekanan darah
tinggi, ternyata tekanan darahnya turun setelah tiga bulan berlatih olahraga secara
teratur, dengan takanan yang cukup. Berdasarkan penelitian ini, tekanan darah dapat
keseimbangan air dalam sistem pembuluh darah. Konsumsi natrium yang berlebihan
volume darah dalam tubuh, dengan demikian jantung harus memompa lebih giat
sehingga tekanan darah menjadi naik (Hull, 1996). Konsumsi garam yang melebihi
Begitu pula seseorang yang sudah punya bakat hipertensi, potensinya akan
lebih besar jika lingkungan atau kebiasaan sehari-hari turut memicu. Seperti
dikemukakan Prof Jose, bahwa pada masyarakat tradisional (yang tidak terpapar stres
atau garam berlebih) angka hipertensi hanya 0,1 %. Sementara di daerah sibuk
sedari kecil telah terbiasa makan ikan yang diasin. Padahal, kondisi garam berlebihan
dalam tubuh bisa memicu timbulnya hipertensi. Prof Jose mencontohkan bahwa
tinggi, sementara di Jepang selatan tidak demikian. Rata-rata konsumsi garam dapur
prevalensi yang lebih tinggi daripada daerah pedalaman dan pegunungan (Darmojo,
1983 dalam Wahyuni 2000). Hal ini juga dilaporkan oleh Awalui dkk (1982) di
Sulawesi Utara dalam Wahyuni 2000 yang mengadakan studi prevalensi hipertensi di
daerah pantai dan pedalaman. Kimura (1973) dalam wahyuni 2000 juga menemukan
prevalensi yang lebih tinggi pada desa nelayan (Ushibuka) daripada desa pertanian
prevalensi 22 % dan 15 %.
Analisis data penelitian antara tekanan darah dan konsumsi natrium yang
tekanan darah masyarakat di negara maju lebih tinggi daripada rata-rata tekanan
natrium lebih besar daripada yang diperkirakan dan makin bertambah sesuai dengan
bertambahnya usia dan tingkat tekanan darah semula (BMJ 1991;302 : 9115 Cermin
membentuk pola tekanan darah dipopulasi ialah konsumsi garam tinggi, kalium
rendah, ratio natrium terhadap kalium tinggi, kegemukan dan konsumsi alkohol
secara nasional diusahakan hingga ½ konsumsi pada saat ini menjadi 6 gr/hari. Di
Jepang yang konsumsi garamnya pada tahun 1960-an pada penelitian INTERSALT
23 gr/orang pada tahun 1988 menjadi 11 gr/orang. Selain itu konsumsi kalium dapat
dinaikan dengan konsumsi lebih banyak buah-buahan dan sayuran segar. Tekanan
darah dapat diturunkan pula dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan
aktivitas fisik. Dari hasil di Jepang dan beberapa penelitian intervensi ada petunjuk
bahwa intervensi nonfarmakologis dan modifikasi gaya hidup semacam diatas dapat
ini lebih sederhana sehingga dapat dipakai oleh masyarakat (Kusmana, 2002).
untuk menilai kadar kolesterol darah. Skor kardiovaskular Jakarta memakai aktivitas
fisik sebagai salah satu nilai yang berpengaruh sebagaimana direkomendasikan oleh
(90%) yang tinggi. Skor ini juga memberikan nilai prediksi positif sebesar 92,2% dan
nilai prediski negative sebesar 72,8%. Skor tersebut didasarkan atas jenis kelamin,
umur, tekanan darah (criteria JNC – VI), merokok, diabetes, indeks masa tubuh, dan
aktivitas fisik mingguan. Nilai skor yang dihasilkan antara lain yaitu skor -7 sampai
1 termasuk resiko rendah, skor 2 sampai 4 termasuk resiko sedang, dan skor ≥ 5
termasuk resiko tinggi Berdasarkan skor tersebut setiap orang dapat melakukan
(Kusmana, 2002).
yang dimiliki. Skor resiko rendah mempunyai presentase kemungkinan sebesar <
10%. Skor resiko sedang dengan presentase sebesar 10-20% dan skor resiko tinggi
kardiovaskular (jantung dan stroke) pada 10 tahun mendatang. Semakin rendah skor
Upaya yang dilakukan bergantung pada skor yang dimiliki. Upaya yang
dilakukan untuk skor resiko rendah adalah mempertahankan kebiasaan yang baik
atau hidup sehat yang sudah dilakukan saat ini, skor resiko sedang adalah segera
mengubah gaya hidup sehingga faktor resiko yang ada dapat segera diatasi dan skor
menjadi lebih rendah. Upaya terbaik adalah mengupayakan skor menjadi 1. Upaya
yang dilakukan jika mempunyai skor resiko tinggi adalah segera berkonsultasi
dengan dokter, mengatasi faktor resiko kardiovaskular yang ada, dan mengubah gaya
hidup yang tidak sehat. Sasaran yang harus dicapai adalah skor yang rendah
(Kusmana, 2002).
Pola Makan
Umur Pendidikan Daerah Pantai
Pelayanan Kesehatan
Keturunan Alkohol
Stress Merokok
Hormon
Aktivitas Fisik
Obesitas
HIPERTENSI
Sumber: Adopsi Dari Rilantono dkk, 1988 dan gabungan beberapa sumber referensi
Perilaku
Aktifitas Fisik
Perilaku Merokok
Gambar 3.1. Kerangka Konsep faktor-faktor yang berhubungan
digunakan pada penelitian ini adalah faktor demografi (umur, jenis kelamin, tempat, daerah
pantai, dan poli kunjungan), faktor status kesehatan (obesitas dan diabetes), dan faktor
perilaku (perilaku merokok dan aktivitas fisik). Alasan tidak semua variabel yang ada di
kerangka teori dimasukkan ke dalam kerangka konsep adalah karena data yang digunakan
Sedangkan untuk variabel daerah pantai dan poli kunjungan di dapat dengan melakukan
pengamatan pada peta Jakarta dan keterangan pasien. Selain itu karena terdapatnya
3.2 Hipotesis
1. Adanya hubungan faktor demografi (tempat, umur, jenis kelamin, daerah pantai, dan
poli kunjungan) dengan kejadian hipertensi pada pasien Puskesmas di Jakarta Utara
2. Adanya hubungan status kesehatan (obesitas dan diabetes melitus) dengan kejadian
3. Adanya hubungan faktor perilaku (merokok dan aktivitas fisik) dengan kejadian
Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variable Dependent
Hipertensi Peningkatan keadaan tekanan Berdasarkan data Hasil pemeriksaan 1. Hipertensi (sistolik 140 dan Ordinal
darah sistolik 140 mmHg dan sekunder petugas puskesmas diastolic 90 mmHg)
tekanan darah diastolik 90 2. Tidak hipertensi (<140/90
mmHg (Depkes RI, 2006) mmHg)
Variabel Independet
Umur Jumlah tahun yang dilalui sampel Berdasarkan data Kartu pemeriksaan 1. 25-34 tahun Ordinal
dalam kehidupan berdasarkan sekunder yang diisi petugas 2. 35-39 tahun
ulang tahun terakhir 3. 40-44 tahun
4. 45-49 tahun
5. 50-54 tahun
6. 55-59 tahun
7. 60-64 tahun
(Kusmana, 2002)
Jenis Status gender responden yang Berdasarkan data Kartu pemeriksaan 1. Pria Nominal
1. Ya
2. Tidak
Poli Poli atau klinik pasien dilayani di Berdasarkan data Kartu pemeriksaan 1. BP Umum Nominal
Kunjungan Puskesmas sekunder yang diisi petugas 2. BP Lansia
3. BP ASKES/JAMSOSTEK