Sengketa Dalam Kontrak Konstruksi PDF
Sengketa Dalam Kontrak Konstruksi PDF
1
Seringkali terjadi perselisihan/sengketa akibat kelalaian dalam
mengadministrasikan kontrak konstruksi tersebut, sehingga sering menimbulkan
perselisihan/sengketa diantara kedua belah pihak. Sengketa konstruksi adalah
sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa
konstruksi antara para pihak yang tersebut dalam suatu kontrak konstruksi.
Dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, fungsi-fungsi perencanaan dan
Pelaksanaan dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh berbagai pihak yang
berbeda. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan berbagai fasilitas
infrastruktur yang disertai dengan kemajuan teknologi konstruksi, terdapat
peningkatan potensi timbulnya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat,
maupun pertentangan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kontrak
konstruksi. Hal ini seringkali tidak dapat dihindari. Perselisihan yang timbul
dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi perlu diselesaikan sejak dini
dan memuaskan bagi semua pihak. Sehingga menjadi persengketaan dan
berakibat pada penurunan kinerja pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan.
Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena, keterlambatan
penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kontrak, ketidak
mampuan baik teknis maupun manajerial dari para pihak. Selain itu sengketa
konstruksi dapat pula terjadi apabila karena klaim yang tidak dilayani,
keterlambatan pembayaran pengguna jasa ternyata tidak melaksanakan tugas-
tugas pengelolaan dengan baik dan mungkin tidak memiliki dukungan dana yang
cukup.
Seringkali juga terjadi perselisihan disebabkan karena faktor eksteren
Penyedia jasa, seperti perbedaan gambar rencana dengan Spesifikasi teknis dan
Bill of Quantity, lambatnya keputusan direksi pekerjaan dalam suatu usulan
material atau design, adanya force majeure, dan lain-lain yang mengakibatkan
bertambahnya waktu penyelesaian dan biaya pelaksanaa pekerjaan. Sementara
kebiasaan pada proyek pemerintah terutama yang dibiayai oleh APBD/APBN
dibatasi oleh Tahun anggaran, dimana proyek harus diselesaikan sebelum tutup
buku anggaran.
Pembahasan Makalah kita saat ini difokuskan pada penyelesaian sengketa
kontrak konstruksi sebelum sampai melibatkan pihak ketiga ( mediasi, arbitrase,
dll ) dan kaitannya dengan kontrak konstruksi dan aspek hukumnya.
2
PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
3
Sedangkan prinsip hukum Pemborongan dalam Undang-Undang Jasa
Konstruksi No. 18 Tahun 1999, berdasarkan pada azas-azas Kejujuran dan
keadailan, Azas manfaat, azas keserasian, keseimbangan, kemandirian,
keterbukaan, kemitraan serta azas keamanan dan keselamatan demi kepentingan
mansyarakat dan negara.
4
3.2 Aspek waktu
• faktor penundaan waktu pelaksanaan pekerjaan
• faktor percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
• faktor keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan
3.3 Aspek biaya
• faktor penambahan biaya pengadaan sumber daya proyek
• faktor penambahan biaya atas hilangnya produktivitas
• faktor penambahan biaya atas biaya overhead dan keuntungan.
5
4. Jenis Sengketa konstruksi
Seingnya terjadi sengketa dalam pelaksanaan suatu kontrak konstruksi
terjadi karena adanya perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan
konstruksi, yang bagi penyedia jasa dapat mengakibatkan adanya berakibat pada
waktu penyelesaian pekerjaan serta perubahan biaya pelaksanaan pekerjaan.
Adapun jenis sengketa dalam suatu proyek konstruksi dikelompokkan seperti
tabel berikut ;
Penyebab Sengketa
No. Jenis Sengketa
A B C D E F G H I J
1 Biaya V V V V V
2 Waktu Pelaksanaan V V V V
3 Lingkup Pekerjaan V V
4 Gabungan Biaya, Waktu & Lingkup
V V V V V V V
Pekerjaan
Dimana :
A = Perizinan
B = Surat Perjanjian Kerjasama ( Kontrak )
C = Persyaratan Kontrak
D = Gambar Rencana
E = Spesifikasi teknis
F = Rencana Anggaran Biaya / BofQ
G = Administrasi Kontrak
H = Kondisi Lapangan
I = Kondisi Ekternal
J = Etika Profesi
Dari tabel duiatas terlihat, bahwasanya jenis sengketa yang paling sering
terjadi adalah gabungan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan. Jenis sengketa ini
sering terjadi saat pelaksanaan konstruksi karena sering terjadinya perubahan
perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan konstruksi, yang bagi
penyedia jasa (kontraktor) dapat mengakibatkan adanya perubahan biaya pada
pelaksanaan pekerjaan dan juga dapat berakibat adanya perubahan waktu
pelaksanaan konstruksi. Dalam hal ini, batasan dana (anggaran) yang dimiliki oleh
pemilik pada saat pelaksanaan konstruksi juga sangat berpengaruh terhadap
terjadinya sengketa.
6
Menurut survey yang dilakukan Soekirno, dkk ( 2006 ) yang ditulis dalam
Makalah yang ditulis oleh Poernomo Soekirno, dkk ( FTSL, ITB Bandung ),
terhadap beberapa kontraktor nasional di Jawa Timur, penyebab sengketa yang
sering terjadi berdasarkan hasil survei tersebut adalah kondisi eksternal (26,79%),
gambar rencana (21,43%), kondisi lapangan (19,64%) dan spesifikasi teknis
(16,07%). Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa pada tahap pelaksanaan
konstruksi bangunan gedung, kinerja kontraktor dipengaruhi oleh perubahan
kondisi eksternal, seperti kebijakan pemerintah dalam ekonomi dan fiskal, serta
kondisi sosial. Sebagai contoh bila terjadi lonjakan perubahan harga atau biaya
baik tenaga kerja, bahan/material, peralatan dll, dapat menyebabkan
tersendatnya pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena harga kontrak awal yang
diajukan oleh penyedia jasa (kontraktor) sangat jauh berbeda dengan harga pada
saat pelaksanaan pekerjaan. Agar pekerjaan dapat tetap diselesaikan maka
penyedia jasa (kontraktor) akan mengajukan permintaan perubahan kepada pihak
pemilik baik perubahan biaya, perubahan waktu maupun gabungan antara
perubahan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan (jasa). Pada tahun 2005, kondisi
ekonomi dalam negeri masih belum stabil, termasuk adanya kenaikan harga dasar
bahan bakar minyak (BBM) yang signifikan, mempengaruhi harga-harga bahan
dasar material untuk pekerjaan konstruksi dan menyebabkan terjadinya
pembengkakan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi.
Perubahan gambar rencana sering terjadi di lapangan. Gambar rencana
berbeda dengan hasil akhir pembangunan sesuai yang diinginkan oleh pihak
pemilik. Pada tahap pelaksanaan pembangunan sering pihak pemilik
memerintahkan perubahan-perubahan terhadap gambar rencana, yang berakibat
pada klaim dari pihak penyedia jasa (kontraktor) berupa permintaan perubahan
baik biaya, waktu maupun gabungan antara perubahan biaya, waktu dan lingkup
pekerjaan (jasa). Penyebab sengketa lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan adalah kondisi lapangan (kondisi cuaca, kondisi tanah, kondisi
topografi, dll), spesifikasi teknis, surat perjanjian kerjasama (kontrak),
persyaratan kontrak dan administrasi kontrak.
Pada survey yang sama, juga didiskusikan mengenai cara penyelesaian
sengketanya. Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan dalam sengketa
pada tahap pelaksanan pekerjaan konstruksi adalah negosiasi yaitu sekitar 90%.
Hal ini dikarenakan jenis penyelesaian negosiasi lebih mudah dan dianggap tidak
7
akan mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan dan hasil penyelesaian
sengketa dapat memuaskan semua pihak yang terlibat dalam kontrak.
Suatu kecenderungan terlihat dari hasil survei ini, bahwa karena
kebanyakan proyek yang dikerjakan adalah proyek pemerintah dan dikerjakan
oleh perusahaan kualifikasi menengah, maka sengketa yang terjadi sebaiknya
diselesaikan dengan jalan negosiasi antar pihak saja. Hal ini sangat terkait
dengan kekhawatiran dari pihak kontraktor jika sengketa akan menyebabkan
kehilangan pekerjaan yang bersangkutan, karena untuk mendapatkan proyek
tersebut relatif sulit. Dengan demikian, bila terjadi sengketa maka perusahaan
kontraktor berusaha enyelesaikan dengan negosiasi agar hubungan baik dapat
tetap terjaga dan berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak
pemilik. Lembaga arbitrase (BANI, Arbitrase Adhoc) digunakan bila jenis
penyelesaian sengketa negosiasi yang telah ditempuh sebelumnya tidak dapat
menghasilkan keputusan yang dapat memuaskan semua pihak.
8
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Bahwasanya dokumen kontrak sangat penting dicermati, dipahami dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh para pihak yang terlibat
didalamnya, karena mengandung aspek hukum yang berdampak hukum
bila Para Pihak lalai dalam melaksanakan kewajibannya.
2. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dengan tingkat kompleksitas
sumber daya, metode, serta permasalahan lainnya, sangat memungkinkan
timbulnya suatu perselisihan/sengketa. Untuk itu Para Pihak harus dapat
menyelesaiakannya dengan sebaik-baiknya dengan keputusan yang tidak
merugikan salah satu pihak yang bersengketa.
3. Jenis sengketa yang banyak terjadi dalam pelaksanaan suatu kontrak
konstruksi lebih banyak disebabkan oleh faktor ekternal yang sejalan
dengan kenyataan bahwasanya kinerja kontraktor selaku penyedia jasa
dipengaruhi oleh perubahan eksternal tersebut. Untuk itu Pihak penyedia
jasa harus lebih proaktif dalam menyampaikan permasalahan-
permasalahan yang dapat menimbulkan perselisihan/sengketa di dalam
pelaksanaan konstruksi.
SARAN
Untuk meminimalkan potensi terjadinya sengketa dalam suatu pelaksanaan
kontrak suatu proyek konstruksi, para pihak disarankan untuk :
1. Memahami administrasi kontrak dan pengadministrasian kontrak tersebut.
2. Memahami kontrak secara keselurahan, termasuk aspek hukum yang
terkandung di dalam kontrak tersebut.
3. Memenuhi kewajibannya sesuai kontrak
4. Mengelola kontrak dengan fair.
5. Meminta bantuan lembaga hukum dalam pengesahan isi dokumen kontrak.
<taufik effendi>
9
DAFTAR PUSTAKA
10