Anda di halaman 1dari 3

Oleh: Azkia Muharom Albantani, M.Pd.

(Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 (tiga) menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada tahun 2045 akan menjadi momentum paling penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Karena
di tahun itu, bangsa ini memasuki usia 100 tahun kemerdekaan. Dan di tahun itu pula lah Indonesia
akan diisi oleh para generasi-generasi emas.

Dalam membangun generasi emas 2045, diperlukan usaha dan kinerja yang sinergis antara semua
pihak. Mengurus pendidikan merupakan pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan hanya oleh
suatu instansi pemerintah. Oleh karena itu, untuk melahirkan generasi emas tentunya harus
didukung oleh seluruh stakeholder. Baik itu peran penyelenggara pendidikan formal maupun peran
orang tua dan lingkungan. Pendidikan pertama dibentuk di keluarga oleh orang tua. Guru
merupakan orang tua kedua anak dalam pendidikan.

Indonesia Menghadapi Generasi Emas 2045

Generasi emas adalah generasi yang memiliki usia produktif yang dituntut membawa Indonesia
pada perbaikan yang lebih baik. Untuk mencapai itu semua diperlukan itikad yang baik dari
seluruh elemen bangsa ini agar generasi-generasi muda Indonesia bisa tumbuh dan berkembang
secara baik.

Generasi emas merupakan anak didik yang diharapkan bakal menjadi penerus kemajuan bangsa
ini. Sementara menyemai artinya upaya mendidik anak didik agar menjadi generasi mumpuni.
Untuk mendorong bangkitnya generasi emas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad
Nuh menyatakan, pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035, pemerintah melakukan investasi
besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya
menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka.

Generasi emas 2045 merupakan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan impian bangsa
Indonesia, yaitu akan bangkitnya generasi emas yang mampu memberikan kebaikan dan kebesaran
bangsa Indonesia serta melahirkan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”

Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia memperingati hari pendidikan nasional (Hardiknas). Tema
yang diangkat pada peringatan Hardiknas tahun ini adalah “Pendidikan dan kebudayaan sebagai
gerakan pencerdasan dan pertumbuhan generasi berkarakter Pancasila”. Peringatan Hari
Pendidikan Nasional ini dinyatakan sebagai ungkapan syukur dari bangsa Indonesia.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan dalam sambutannya mengatakan
bahwa Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun kita semua harus sadar bahwa aset
terbesar Indonesia bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala macam
hasil bumi, akan tetapi asset terbesar bangsa ini adalah manusia Indonesia. Tanggung jawab kita
sekarang adalah mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita
mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Saat itu, kaum kolonial fokus pada kekayaan
alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk
mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, serta menguras hasil bumi Nusantara. Oleh karena
itu, mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tak pernah peduli dengan
kualitas manusia di Nusantara.

Kita semua telah memahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
mobilitas fisik dan nonfisik (termasuk kebudayaan dan peradaban) semakin tinggi. Mobilitas yang
tinggi tersebut memunculkan dominasi peradaban tertentu, benturan antar peradaban atau
terbentuknya konvergensi peradaban. Dalam kaitan dengan inilah, peran dunia pendidikan menjadi
penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa.
Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia.
Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan
Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya
sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Untuk mendorong bangkitnya generasi emas, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Muhammad Nuh menyatakan “pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035, pemerintah
melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM)
sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka.”

Langkah nyata yang harus dilakukan adalah membuka akses seluas-luasnya kepada seluruh anak
bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai
ke perguruan tinggi.

Pendidikan Karakter Memanusiakan Manusia

Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia. Suatu tindakan
proses belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan sejatinya dapat mencetak generasi
unggulan di masa depan. Kalau sistem pendidikan kita bisa konsisten menerapkan pendidikan yang
naturalistik, dan spiritualistik, yang holistik dan tidak sepotong-sepotong pasti akan menghasilkan
manusia Indonesia yang berkarakter.

Pendidikan harus dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki karakter mulia, di samping
memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang memadai. Salah satu cara untuk
mewujudkan manusia yang berkarakter adalah dengan mengintegrasikan pendidikan karakter
dalam setiap pembelajaran. Nilai-nilai karakter utama yang harus terwujud dalam sikap dan
perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter adalah jujur (olah hati), cerdas
(olah pikir), tangguh (olah raga), dan peduli (olah rasa dan karsa).
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pemuatan nilai-
nilai karakter dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru harus mempersiapkan pendidikan karakter mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah perlu
didukung oleh keteladanan guru dan orang tua murid serta budaya yang berkarakter.

Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif, afektif,
psikomotorik, maupun konatif. Seorang pendidik hendaknya mampu membangun suasana belajar
yang kondusif untuk belajar-mandiri (self-directed learning). Ia juga hendaknya mampu
menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri. Sebenarnya kita tidak dapat
mengajarkan apapun, kita hanya dapat membantu peserta didik untuk menemukan dirinya dan
mengaktualisasikan dirinya. Setiap pribadi manusia memiliki “self-hidden potential excellece”
(mutiara talenta yang tersembunyi di dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah membantu
peserta didik untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin. Mengajar yang
sesungguhnya adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar atau sekolah merupakan tempat untuk
belajar bagaimana caranya belajar.

https://kabartangsel.com/2015/06/pendidikan-karakter-untuk-indonesia-emas-2045/

Anda mungkin juga menyukai