Anda di halaman 1dari 15

PARADIGMA EKOSENTRISME

DALAM PENGELOLAAN AIR

SEBAGAI SARANA PENGLUKATAN

Paper

Mata Kuliah Sejarah Evolusi dan Ekologi Hindu

Oleh:

Ida Made Basmadi

NIM 1906011761

PROGRAM MAGISTER (S2) PROGRAM STUDI ILMU AGAMA DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

TAHUN 2019
Abstrak

Industri-industri yang dibangun oleh manusia itu sendiri sering


menghasilkan limbah-limbah produksi. Prilaku membuang limbah ke sungai dapat
mencemari alam yang terbilang luas. Hal ini membuat kehidupan mereka akan
terancam. Air juga banyak dimanfaatkan sebagai media untuk membersihkan
badan termasuk usaha untuk menjaga kesehatan diri. Agama Hindu sangat
membutuhkan air yang bebas dari kotoran dan limbah untuk panglukatan. Ritual
malukat bisa dilaksanakan dengan sarana air laut, sungai maupun sumber mata air
yang jernih. Dengan mendapatkan air bersih yang terdapat di alam/bumi umat
Agama Hindu akan merasa lebih menyenangkan dan membanggakan dalam
melaksanakan ritual malukat. Panglukatan adalah pembersihan diri bagi seseorang
baik secara jasmani dan rohani. Dalam Reg Veda II. 35.3 disebutkan “Tamu
sucim sucayo didivansam, Apam napatam parithasthur apah”. Yang berarti
bahwa air suci murni yang mengalir, baik dari mata air maupun dari laut
mempunyai kekuatan yang menyucikan.
Abstract

The industries built by humans themselves often produce production


wastes. The behavior of disposing of waste into the river can pollute the nature
that is fairly broad. This makes their lives will be threatened from the polluted.
Water is also widely used as a medium for cleaning the body including efforts to
maintain personal health. Hinduism is in need of water that is free of sewage and
waste for the panglukatan. Malukat rituals can be carried out by means of sea
water, rivers and clear springs. By getting clean water found in nature / earth,
Hindus will feel more pleasant and proud in carrying out the malukat ritual.
Panglukatan is self-cleansing for someone both physically and spiritually. In Reg
Veda II. 35.3 it says “Tamu sucim sucayo didivansam, Apam napatam
parithasthur apah”. Which means that pure holy water flowing, both from the
spring and from the sea has a purifying power.
BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memberikan


kemudahan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Pemanfaatan sumber
daya alam untuk digunakan dalam faktor-faktor produksi dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Perhitungan seberapa modal yang digunakan guna
mendapatkan sewa dan kebutuhan skill yang diperlukan guna mendapatkan laba
yang sebesar-besarnya terkadang lupa akan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Dampak positif dan negatif yang ditimbulkan berpengaruh pada lingkungan.
Apabila dampak negatif yang lebih besar dan berpengaruh pada lingkungan, hal
inilah yang perlu mendapatkan perhatian. Tindak tanduk manusia itu sendiri yang
dominan sebagai pusat perkembang iptek harus dikontrol. Dan sebagai
indikatornya adalah seberapa jauh dampak terhadap alam lingkungan itu sendiri.

Industri-industri yang dibangun oleh manusia itu sendiri sering


menghasilkan limbah-limbah produksi. Limbah yang dihasilkan cendrung
mengotori bahkan mencemari lingkungan sebagai tempat hidup berbagai
makhluk. Limbah yang berbahaya terkadang tanpa penanganan atau pengolahan
lebih lanjut yang akan berakibat buruk bagi lingkungan. Seperti limbah industri
textile yang menggunakan pewarna pakaian, limbah produksi kemasan-kemasan
pembungkus yang terbuat dari plastik dan industri rumah tangga yang
menghasilkan sampah non organik dan berbahaya. Sampah dan limbah dari
berbagai industri baik besar maupun kecil sering berakhir dengan membuang
begitu saja ke sungai.

Manusia sebagai pelaku dari berbagai industri tidak sadar bahkan


melupakan begitu saja akan prilaku pembuangan limbah dan kotoran ke sungai.
Dengan tanpa memperhitungkan berbagai kerugian yang akan terjadi. Kebersihan
hanya dipikirkan tempat mereka bekerja dan berindustri saja. Tidak memikirkan
lingkungan secara luas sebagai tempat dari berbagai habitat makhluk hidup.
Prilaku membuang sampah dan limbah ke sungai dapat mencemari alam yang
terbilang luas. Karena kalau membuah di hulu akan sampai juga ke hilir bahkan
beberapa kasus dapat sampai ke laut. Berbagai macam makluh hidup ada dari hulu
sampai hilir sebagai tempatnya hidup. Hal ini membuat kehidupan mereka akan
terancam dari keadaan lingkungan yang tercemar dan sumber pencemarannya
adalah karena sungai sebagai tempat mengalirnya air sudah terkontaminasi
kotoran dan limbah berbahaya. Setiap makhluk hidup sangat memerlukan air
sebagai kebutuhan pokok.

Kegunaan air meliputi penggunaan di


bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan.
Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air. Air adalah sumber
daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah
melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus meningkat
yang mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian
terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan
ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari
setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem
air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat
dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.

Sumber daya air sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup demi
kelangsungan hidupnya. Akan tetapi krisis air sedang melanda sejumlah benua di
dunia. Bahkan benua Asia yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi masih
saja dilanda wabah kekeringan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Oleh
sebab itu pemanfaatan sumber daya air harus dilakukan dengan bijak. Berikut
adalah penjelasan tentang pemanfaatan sumber daya air dalam kehidupan
manusia.

Sumber daya air yang cukup sangat dibutuhkan untuk mengairi lahan
pertanian. Pengairan dalam pertanian sering kali dilakukan petani saat musim
kemarau dimana hujan tidak turun. Pengairan juga dilakukan ketika tanaman siap
untuk dipanen. Jika tidak ada pengairan, maka tanaman pertanian tidak dapat
tumbuh dengan baik. Karena hal tersebut, petani harus memiliki ketersedian
sumber daya air yang cukup untuk kebutuhan irigasi.
Air sangat sering digunakan dalam kegiatan rumah tangga, misalnya
air untuk minum, mandi, mencuci dan memasak. Sumber daya air pemenuh
kebutuhan rumah tangga biasanya berasal dari air tanah. Setiap rumah biasanya
mempunyai sumur air tanah dengan kedalaman 5 meter sampai 15 meter untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari. Tidak hanya memanfaatkan sumber air tanah,
setiap keluarga hendaknya juga berusaha menjaga kelestarian sumber daya air
tanah. Salah satunya adalah dengan membuat sumur resapan air hujan sebagai
bentuk konservasi air tanah.

Air banyak dimanfaatkan sebagai media kebersihan. Misalnya, dalam


kegiatan sehari-hari manusia menggunakan air untuk membersihkan badan,
membersihkan alat masak dan juga membersihkan rumah. Membersihkan badan
termasuk usaha untuk menjaga kesehatan diri. Sumber daya air secara tidak
langsung juga mempengaruhi kesehatan manusia terutama dalam hal salinitas.
Jika ketersediaan air untuk membersihkan badan tercukupi, maka kesehatan badan
bisa tetap terjaga.

Agama Hindu sangat membutuhkan air yang bebas dari kotoran dan
limbah untuk panglukatan. Ritual malukat bisa dilaksanakan dengan sarana air
laut, sungai maupun sumber mata air yang jernih. Dengan mendapatkan air bersih
yang terdapat di alam/bumi umat Agama Hindu akan merasa lebih menyenangkan
dan membanggakan dalam melaksanakan ritual malukat. Sebagai prinsip dalam
malukat adalah untuk membersihkan kotoran baik fisik maupun psikis dan secara
jasmani maupun rohani. Bagaimana jadinya kalau yang dipakai untuk malukat itu
sendiri adalah air yang tercemar dan kotor. Bukannya akan memberikan
pembersihan malah bisa membuat akan menjadi lebih kotor dari sebelumnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Sudah saatnya manusia tidak hanya berpikir dari sudut pandang


kepentingan manusia itu sendiri. Dan bukan saatnya juga selalu memahami bahwa
manusia itu sendiri saja yang berperan dalam kehidupannya. Ada faktor alam atau
bumi yang perlu mendapat perhatian untuk kelangsungan kehidupan. Bumi
menyimpan potensi yang mendukung makhluk hidup untuk bisa bertahan.
Ekosentrisme adalah istilah yang digunakan dalam filsafat politik ekologi untuk
menunjukkan sifat-berpusat, sebagai lawan dari manusia-terpusat, sistem nilai.
Pembenaran untuk ekosentrisme biasanya terdiri dalam sebuah keyakinan
ontologis dan klaim etika berikutnya. Keyakinan ontologis menyangkal bahwa
ada perpecahan eksistensial antara alam manusia dan non-manusia yang memadai
untuk mengklaim bahwa manusia adalah baik satu-satunya pembawa nilai
intrinsik atau memiliki nilai intrinsik yang lebih besar dari alam non-manusia. Jadi
klaim etika berikutnya adalah untuk kesetaraan nilai intrinsik di seluruh sifat
manusia dan non-manusia, atau 'egalitarianisme biosferikal'.

Paradigma ekosentrisme ini merupakan paradigma yang menentang


cara pandang yang dikembangkan oleh antroposentrisme, yang membatasi
keberlakuan etika pada komunitas manusia. Ekosentrisme sering kali disebut
sebagai kelanjutan dari biosentrisme, karena keduanya memiliki kesamaan dasar
pandangan. Paradigma ekosentrisme menyampaikan pandangannya bahwa secara
ekologis, makluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama
lainnya. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makluk
hidup, tetapi juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Arne Naess, seorang
filsuf asal Norwegia, yang merupakan salah satu tokoh paradigma ekosentrisme,
mengemukakan sebuah pandangan yang dikenal dengan Deep Ecology.
Pandangan ini adalah suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi
berpusat pada makluk hidup seluruhnya dalam kaitan untuk mengatasi persoalan
lingkungan hidup. Pandangan ini mengajak semua orang untuk melakukan
perubahan mendasar pada semua bidang dalam rangka menyelamatkan
lingkungan. Terdapat dua hal yang mendasar dalam Deep Ecology. Pertama
manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain.
Manusia bukan pusat dari dunia moral, tetapi memusatkan perhatian pada
biosphere seluruhnya, yakni kepentingan seluruh komunitas ekologis. Perhatian
bersifat jangka panjang. Hal yang kedua dalam Deep Ecologi adalah etika
lingkungan hidup yang dikembangkan dirancang sebagai sebuah etika praktis,
berupa sebuah gerakan yang diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret.
Pemahaman baru tentang relasi etis yang ada dalam alam semesta, disertai adanya
prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis tersebut, yang kemudian
diterjemahkan dalam aksi nyata di lapangan. Deep Ecology memiliki filsafat
pokok ecosophy. Eco berarti rumah tangga dan sophy berarti kearifan. Ecosophy
diartikan sebagai bentuk kearifan mengatur hidup selaras dengan alam sebagai
sebuah rumah tangga dalam arti luas. Ecosophy meliputi pergeseran dari sebuah
ilmu (science) menjadi sebuah kearifan (wisdom), berupa cara hidup, pola hidup
yang selaras dengan alam. Hal ini berupa gerakan seluruh penghuni alam semesta
untuk menjaga secara arif lingkungannya sebagai rumah tangga. Gerakan ini juga
dikenal sebagai sebuah gerakan filsafat, filsafat lingkungan hidup. Naess sangat
menekankan perlunya perubahan gaya hidup, karena melihat krisis ekologi yang
kita alami sekarang ini berakar pada perilaku manusia yang salah satu
manifestasinya adalah pola produksi dan pola konsumsi yang sangat eksesif dan
tidak ekologis, tidak ramah lingkungan, serta sangat konsumeristis. Salah satu
kesalahan fatal para ekonom adalah adanya anggapan bahwa ekonomi sebagai
segala-galanya dan bukan sebagai salah satu aspek dari kehidupan yang begitu
kaya. Ini adalah kesalahan reduksionistis yang mereduksi kehidupan manusia dan
maknanya hanya sebatas makna ekonomis, dimana pertumbuhan ekonomi sebagai
hal utama yang harus dikejar. Artinya bahwa akan semakin banyak sumber daya
ekonomi yang dieksploitasi, dan semakin banyak terjadi kerusakan dan
pencemaran lingkungan. Hal ini mengakibatkan suatu pola hidup yang secara
psikologis menyebabkan manusia menjadi maniak dan mabuk harta. Tidak
mengherankan apabila ekonom dianggap sebagai musuh dari para aktivis dan
pemerhati lingkungan. Oleh karena itu perubahan gaya hidup harus mencakup
perubahan pola produksi dan pola konsumsi yang eksesif sebagaimana berlaku
dalam masyarakat modern sekarang ini. Deep ecology melihat permasalahan
lingkungan dalam suatu perspektif relasional yang lebih luas dan holistik. Akar
permasalahn kerusakan dan pencemaran lingkungan dilihat secara lebih
komprehensif dan holistik, untuk kemudian diatasinya secara lebih mendalam.
Krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini, secara filosofis lebih disebabkan oleh
kesalahan fundamental pada cara pandang manusia tentang dirinya, alam dan
tempat manusia di alam. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah sebuah
perubahan fundamental dan revolusioner yang menyangkut transformasi cara
pandangdan nilai, baik secara pribadi maupun budaya, yang mempengaruhi
struktur dan kebijakan ekonomi dan politik. Perubahan komitmen dan kebijakan
politik yang pro lingkungan sangatlah diperlukan. Hal ini juga perlu didorong
dengan perubahan radikal yang berakar pada perubahan cara pandang (a radical
transformation in worldvew), yang diikuti oleh perubahan mental dan perilaku,
yang tercermin dalam gaya hidup baik sebagai individu maupun kelompok
budaya. Berupa penyadaran kembali akan kesadaran ekologis yang mengakui
kesatuan, keterkaitan dan saling ketergantungan antara manusia, hewan dan
tumbuhan serta seluruh alam semesta. Ketergantungan ini terdapat salah satu
sumber daya yang semua makhluk membutuhkannya. Sumber daya alam tersebut
adalah sumber daya air. Baik manusia, hewan dan tumbuhan sangat tergantung
dengan air. Sehingga dibuatkan kebijakan dalam pemanfaatan sumber daya air
agar kelestarian sumber daya air tetap terjaga.

Berikut adalah beberapa kebijakan yang dapat diterapkan dalam


pemanfaatan sumber daya air.

 Penyediaan air harus memenuhi syarat, yaitu air yang berkualitas dan
berkuantitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
 Sistem irigasi dan rawa harus dikembangkan, sehingga dapat membantu
produktivitas di bidang pertanian, meningkatkan ketahanan pangan dan
mensejahterakan petani.
 Efesiensi dan efektivitas penggunaan air untuk irigasi harus ditingkatkan,
dengan cara mengutamakan pemeliharaan, kegiatan operasi, peningkatan
kerja serta rehabilitasi daripada pembangunan irigasi yang baru.
 Pemanfaatan sumber daya air harus mendukung perekonomian rakyat secara
efektif dan efisien, dengan cara membuat pertimbangan kepentingan
antarsektor dan antar wilayah.
 Prinsip penanggungan biaya jasa pengolahan sumber daya air harus
diterapkan bagi penerima manfaat air.
 Peran dunia usaha dalam pemanfaatan dan pengolahan sumber daya air
harus tetap mengedepankan kepentingan umum.
 Membuat analisa dampak lingkungan sebelum membuat bangunan di daerah
resapan air.
 Perlu dibuat pengendalian pencemaran sumber daya air, terutama untuk
sumber air tanah, sungai dan danau.
 Menerapkan biaya penanggulangan pencemaran air bagi industri atau siapa
saja yang melakukan pencemaran terhadap sumber daya air.

Dalam Agama Hindu air digunakan sebagai sarana yang penting


dalam upacara. Seperti digunakan untuk panglukatan. Panglukatan adalah
pembersihan diri bagi seseorang baik secara jasmani dan rohani. Seseorang yang
sedang melaksanakan pangukatan sering disebut dengan malukat yang berarti
membersihkan diri. Orang malukat dilaksanakan dengan menggunakan air baik air
laut, air sungai, mata air atau dapat juga berasal dari air kelapa yang masih sangat
muda yang disebut dengan nyuh tlungah.

Dewasa ini banyak orang berduyun - duyun datang ke sumber mata air
atau pun griya untuk malukat. Agar tak tergerus tren, ada tata cara Malukat
sederhana yang benar. Banyak alasan yang mendorong orang untuk Malukat di
sumber mata air yang diyakini punya tuah khusus, diantaranya karena sakit
berkepanjangan, sakit akibat ilmu hitam ataupun untuk dimudahkan jodohnya.
Dan, tak sedikit mereka datang berbekal niat dan keyakinan. Agar lebih klop,
sebaiknya dipahami bagaimana tata cara membersihkan diri skala niskala ini.

Dijelaskannya, dalam Reg Veda II. 35.3 disebutkan “Tamu sucim


sucayo didivansam, Apam napatam parithasthur apah”. Yang berarti bahwa air
suci murni yang mengalir, baik dari mata air maupun dari laut mempunyai
kekuatan yang menyucikan. Malukat merupakan suatu kegiatan spiritual yang
berfungsi sebagai ritual penyucian serta pembersihan jiwa dan pikiran.
Pembersihan tak hanya dilakukan secara skala (fisik), namun juga dilakukan
secara niskala. Malukat itu kan berasal dari kata Selukat yang berarti penyucian.
Nah, yang disucikan adalah pikiran, tubuh juga jiwanya, baik secara skala maupun
niskala. Melukat juga merupakan upaya penyeimbangan antara Bhuana Alit
(tubuh manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). “ Energi Bhuana Alit harus
diseimbangkan dengan Bhuana Agung. Karena energi yang terbesar dan selalu
positif adalah energi alam. Energi yang ada pada Bhuana Alit (tubuh manusia)
biasanya dipengaruhi banyak hal, makanya berubah menjadi negatif. Perubahan
energi itulah yang membuat kita kadang merasa gelisah, uring – uringan, bahkan
mengidap sakit tahunan.

Dalam prosesi Panglukatan, tempat melukat dianggap penting. Sesuai


yang dipaparkan dalam Reg Veda, ada tiga kategori tempat Panglukatan yang
dikatakan baik, yaitu tempat Panglukatan yang memiliki mata air sekaligus
disucikan seperti Patirtaan, Beji, Campuhan, dan Laut, yang memiliki vibrasi
positif. Panglukatan umumnya menggunakan prasarana seperti Nyuh Gading,
Pajati, Prayascita dan Rayunan. Semuanya tergantung tempat yang didatangi
untuk Malukat. Jika mereka datang Malukat di Beji atau Campuhan misalnya,
tidak harus menggunakan Nyuh Gading. Namun, jika mereka Malukat di griya
atau pura yang tidak memiliki Beji, semestinya membawa nyuh gading sebagai
sarana pembersihan.

Diakui malukat secara rutin memang penting. Malukat sesungguhnya


tidak mengenal hari baik. Tergantung kesiapan diri dalam melakukan
pembersihan. Sebenarnya kapan pun baik melakukan Panlukatan. Tak harus
ketika rahinan Purnama ataupun Tilem, yang terpenting adalah kesiapan yang
Malukat. Jika pikiran dan batin kita tak siap, ya sama saja bohong. Meskipun
Malukatnya pada saat hari terbaik dalam setahun sekalipun.

Tatacara yang benar Malukat diawali dengan menghaturkan Pajati


ataupun banten yang dibawa. Ada baiknya Malukat harus dipimpin oleh
pemangku ataupun sulinggih jika melukat di griya. Pemangku akan
menyampaikan tujuan pamedek yang datang malukat. Sebab, setiap orang yang
datang memiliki tujuan yang berbeda.

Setelah menghaturkan banten, lanjutnya, sebaiknya pamedek segera


bersiap untuk melakukan panglukatan, yakni mandi di bawah mata air langsung
atau diguyur menggunakan Nyuh Gading. Kalau di griya biasanya akan dipimpin
seorang sulinggih. Berbeda jika Malukatnya di Beji atau tempat Patirtaan,
pamedek dituntut lebih mandiri. Jadi bisa langsung mandi. Sebelum mandi,
mengucapkan mantra atau memohon doa. Didalam Reg Veda disebutkan ada
sebuah mantra khusus Panglukatan. Tapi jika tidak memungkinkan atau tidak
hafal, ucapkan Mantram Gayatri saja sudah cukup,” jelasnya.

Dalam Reg Veda X. 17.10 dijelaskan sebuah mantram yang


digunakan sebelum melakukan panglukatan yaitu “Apo asman matarah
Sundhayantu, Ghrtena no Ghrtapvah punantu, Visvam hi ripram pravahanti
devir, Ud id abhyah sucir a puta emi”. Yang berarti, semoga air suci yang
merupakan berkah dari alam semesta ini, menyucikan diri serta pikiran kami, agar
kami bercahaya dan gemerlap. Semoga air suci ini melenyapkan segala kekotoran.
Kami akan bangkit dari kegelapan (kotor) dan memperoleh kesucian.
Setelah usai mandi dan membersihkan tubuh, pamedek disarankan untuk
mengganti pakaian dengan pakaian yang bersih. “Setelah Malukat, selalu diakhiri
dengan persembahyangan. Namun, pamedek wajib mengganti pakaiannya dengan
yang lebih bersih. Pasalnya, setelah malukat diibaratkkan kita telah bersih, dan
harus diikuti dengan pakaian yang bersih pula.

Dalam Veda, malukat sebaiknya dilakukan tanpa busana. Dalam Reg


Veda disebutkan, air suci yang mengalir langsung sebaiknya mengenai seluruh
bagian tubuh. Tak hanya mengenai bagian tubuh yang terlihat seperti kepala, atau
lengan dan kaki saja. Di beberapa pura sudah menerapkan isi Veda tersebut.
Namun, di beberapa tempat masih merasa hal tersebut sangat tabu.

Dalam Reg Veda I. 23. 23 menyebutkan, “Apo Adyanv acarisam


rasena sam agasmahi, payasvan agna a gahi sam prayaya sam ayusa”. Jadi,
sangat penting dalam proses Panglukatan ini seluruh badan, termasuk badan yang
tersembunyi harus terkena air suci tersebut," ulasnya. Mengenai teknis, lanjutnya,
pamedek bisa saja giliran malukatnya atau diatur oleh pengelola tempat Malukat.
BAB III

SIMPULAN

Sebegitu pentingnya air untuk ritual Agama Hindu dalam


panglukatan. Dijelaskannya, dalam Reg Veda II. 35.3 disebutkan “Tamu sucim
sucayo didivansam, Apam napatam parithasthur apah”. Yang berarti bahwa air
suci murni yang mengalir, baik dari mata air maupun dari laut mempunyai
kekuatan yang menyucikan. Dalam Reg Veda X. 17.10 dijelaskan sebuah
mantram yang digunakan sebelum melakukan panglukatan yaitu “Apo asman
matarah Sundhayantu, Ghrtena no Ghrtapvah punantu, Visvam hi ripram
pravahanti devir, Ud id abhyah sucir a puta emi”. Yang berarti, semoga air suci
yang merupakan berkah dari alam semesta ini, menyucikan diri serta pikiran kami,
agar kami bercahaya dan gemerlap. Dalam Reg Veda I. 23. 23 menyebutkan,
“Apo Adyanv acarisam rasena sam agasmahi, payasvan agna a gahi sam
prayaya sam ayusa”. Jadi, sangat penting dalam proses panglukatan ini seluruh
badan, termasuk badan yang tersembunyi harus terkena air suci tersebut," ulasnya.
Air yang digunakan dharapkan dengan tingkat kebersihan yang baik dihasilkan
dari siklus air yang lingkungannya tidak banyak tercemar. Air laut yang
dipanaskan akan menjadi uapa air dan naik ditiup oleh angin. Pada tahap ini tentu
diperlukan udara yang tidak banyak tercemar polusi agar menjadi uap air yang
bersih. Uap air ini beberapa mungkin akan menjadi hujan dan beberapa akan
sampai ke pegunungan untuk menjadi embun dan hujan juga. Air jatuh ke
permukaan tanah dan meresap. Keluar dalam bentuk mata air dan air bawah tanah.
Baik mata air dan air bawah tanah akan menjadi sungai sebagai sumber-sumber
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Björn Lomborg (2001), The Skeptical Environmentalist (Cambridge University


Press)
Bosselmann, K. 1999. When Two Worlds Collide: Society and Ecology. ISBN 0-
9597948-3-2
Eckersley, R. 1992. Environmentalism and Political Theory: Toward an
Ecocentric Approach. State University of New York Press.
Hettinger, Ned and Throop, Bill 1999. Refocusing Ecocentrism: De-emphasizing
Stability and Defending Wilderness. Environmental Ethics 21: 3-21.
Hoekstra, A.Y. 2006. The Global Dimension of Water Governance: Nine Reasons
for Global Arrangements in Order to Cope with Local Problems. Value of
Water Research Report Series No. 20 UNESCO-IHE Institute for Water
Education.
Homer-Dixon, Thomas. Environment, Scarcity, and Violence. Princeton
University Press. (1999).
https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/09/04/94449/begini-tata-cara-malukat-
yang-benar-menurut-reg-veda Tgl. Akses : 8 Nop. ‘19
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air Tgl. Akses : 7 Nop. ‘19
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosentrisme Tgl. Akses : 7 Nop. ‘19
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/pemanfaatan-sumber-daya-air Tgl.
Akses : 7 Nop. ‘19
https://media.neliti.com/media/publications/53278-ID-paradigma-perlindungan-
lingkungan-hidup.pdf Tgl. Akses : 7 Nop. ‘19
Pearce, Fred dan Beacon Press, 2006. When the Rivers Run Dry: Water—The
Defining Crisis of the Twenty-First Century.
Postel, S. L. and A. T. Wolf. Dehydrating Conflict. Foreign Policy. 126. (2001):
60-67.
Rasler, Karen A. and W. R. Thompson.Contested Territory, Strategic Rivalries,
and Conflict Escalation International Studies Quarterly. 50. 1. (2006)
Wolf, Aaron T.Water and Human Security. Journal of Contemporary Water
Research and Education. 118. (2001): 29

Anda mungkin juga menyukai