Anda di halaman 1dari 18

CATATAN INDONESIAN FOR SCIENTIFIC PURPOSE

Dibimbing oleh Bapak Drs. Sunarto Hapsoyo, M.pd

Disusun Oleh :

Lois Karisma Putri NPM 201821005

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA BLITAR

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

Mei 201
SETELAH SUMPAH PEMUDA

a. Butir ketiga Sumpah Pemuda, dianggap hal yang luar biasa. Sebagai negara-negara lain tetangga kita mencoba untuk membuat yang sama
dengan negara kita selalu mengalami kegagalan (India, Filipina, dan Singapura). Pemuda kita merumuskan ikrar semacam itu tanpa
hambatan karena mempunyai kebulatan tekad.
b. Semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau bahasa Melayu diganti dengan bahasa Indonesia yang berjiwa semangat
baru.

FUNGSI BAHASA INDONESIA


DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

1. Sebagai Lambang Kebanggaan Nasional


a. Memancarkan nilai-nilai sosial budaya yang luhur bangsa Indonesia.
b. Realisasinya ialah kita harus memakainya dengan tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya
dengan memelihara dan mengembangkannya.

2. Sebagai Lambang Identitas Nasional


a. Dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia.
b. Ciri kepribadian kita harus tetap tecermin di dalam nya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan bangsa Indonesia.

3. Sebagai Alat Pemersatu Berbagai Masyarakat yang Berbeda-beda Latar Belakang Sosial, Budaya dan Bahasanya
a. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya sebab mereka merasa tidak bersaing dan tidak merasa
lagi di ”jajah” oleh masyarakat suku lain.
b. Dengan memakai bahasa Indonesia tidak menghilangkan identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah.
c. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah tetap tegar dan diharapkan bahasa daerah dapat memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.

4. Sebagai Alat Perhubungan Antarbudaya dan Antardaerah


a. Dengan berbahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari apabila kita ingin berkomunikasi dengan
seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda.
b. Dengan berbahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan dalam segala aspek. Bagi pemerintah segala kebijakan, strategi, dan
pengembangan yang berhubungan dengan impoleksosbudhankam (akronim dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan). Mudah diinformasikan kepada warganya. Apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan
mempercepat peningkatan pengetahuan kita dan berarti pula tujuan pembangunan akan cepat berhasil.

FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KEDUDUKANNYA


SEBAGAI BAHASA NEGARA ATAU RESMI

1. Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan


a. Pemakaian pertamanya ialah digunakannya dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Mulai saat itu dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dipakai bahasa Indonesia.
b. Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di
dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintahan atau dalam rangka menunaikan tugas pemerintahan diucapkan dan
dituliskan dalam bahasa Indonesia.
2. Sebagai Bahasa Pengantar di Lembaga-lembaga Pendidikan dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi
Konsekuensinya adalah materi pelajaran yang berbentuk media cetak atau buku hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menerjemahkan dari buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila ini
dilakukan sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu yang telah sejajar dengan
bahasa Inggris.

3. Sebagai Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional untuk Kepentingan Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan serta
Pemerintahan
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan
dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan untuk media komunikasi massa agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat cepat dan tepat diterima oleh orang kedua atau masyarakat.

FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI BAHASA NEGARA ATAU RESMI

1. Sebagai Bahasa Resmikenegaraan


a. Pemakaian pertama ialah digunakannya dalam naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Mulai saat itu
dalam rangka Upacara, Peristiwa, dan Kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisandipakai bahasa
Indonesia
b. Keputusan-keputusan, Dokumen-dokumen, dan Lembaga-Lembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-
Pidato atas nama pemerintahan atau dalam rangka tugas pemerintahan di ucapkan dan di tuliskan bahasa Indonesia
2. Sebagai Bahasa Pengantar di Lembaga-Lembaga Pendidikan dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi
Konsekuensinya adalah materi pelajaran yang berbentuk media cetak atau buku hendaknya juga berbahasa Indonesia.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerjemahkan dari buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila
ini dilakukan sangatlah membantu peningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmu yang telah sejajar
dengan bahasa Inggris.
3. Sebagai Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional untuk Kepentingan Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan
serta Pemerintahan
Bahasa Indonesia dipakai dalam antarbadan Pemerintahan dan Penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaan sistem administrasi dan untuk media komunikasi massa agar isi atau
pesan yang disampaikan dapat cepat dan tepat diterima oleh kedua atau masyarakat.

4. Sebagai Pengembangan Kebudayaan Nasional yang Beragam


Kebudayaan daerah tidak dapat disebarluaskan kepada masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia.
Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas penyebaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku Ilmiah popular, majalah-majalah Ilmiah, maupun media cetak lain hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
Fungsinya sebagai bahasa Ilmu dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan khususnya di perguruan tinggi. Caranya antara lain
dengan menerjemahkan buku buku ilmu pengetahuan yang berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
BAHASA INDONESIA BAKU

1. Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku


a. Bahasa Indonesia yang hidup mempunyai berbagai variasi pemakaian sesuai dengan fungsinya dalam kegiatan berkomunikasi.
b. Proses pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan (standarisasi) itu salah satu variasi
pemakaian bahasa dilakukan untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu yang disebut bahasa baku atau bahasa standar (umum).
c. Ragam nonbaku mengandung unsure-unsur dialek (logat) dari bahasa daerah setempat (misalnya : dialek Jakarta, dialek
Medan, dialek Ambon, dan dialek Jawa).

2. Funsi Bahasa Indonesia Baku


Ragam bahasa yang digunakan dalam :
a. Komunikasi resmi, misalnya : surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, peristilahan, dan perundang-undangan;
b. Wacana teknis, misalnya : laporan resmi dan karangan ilmiah;
c. Pembicaraan di depan umum, misalnya : ceramah, kuliah, diskusi, berpidato, serta;
d. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya : orang yang lebih tua, orang yang lebih tinggi status sosialnya, dan orang
yang baru dikenal.

3. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku


a. Pemakaian awalan me dan ber secara eksplisit dan konsisten.
Baku : (1) Banjir melanda Jakarta.
(2) Adik belajar berjalan.
Nonbaku : (1) Banjir landa Jakarta.
(2) Adik belajar jalan.
b. Pemakaian pola : aspek-agen-verba secara eksplisit dan konsisten.
Baku : (1) Surat Anda sudah saya baca.
Nonbaku : (2) Surat Anda saya sudah baca.

c. Pemakaian kata bahwa dan karena secara ekplisit dan konsisten.


Baku : (1) Dia tahu bahwa anaknya sakit.
(2) Ia tidak percaya kepada orang karena tidak setiap orang jujur.
Nonbaku : (1) Dia tahu anaknya sakit.
(2) Ia tidak percaya kepada orang, tidak setiap orang jujur.
d. Konstruksi sintaksis-morforlogis
Memberitahu
Kasih tahu
e. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur yang menandai bahasa Indonesia baku.
Baku Nonbaku
- anda, saudara - situ
- dengan - sama
- diberi, memberi - dikasih, kasih
- hari ini Rabu - ini hari Rabu
f. Pemakaian ejaan resmi (EYD) berikut menandai bahasa Indonesia baku.
Baku Nonbaku
- mesti - musti
- panitia - panitya
- asas - azas/azaz
- izin - ijin
g. Pemakaian peristilahan berikut menandai bahasa Indonesia baku.
Baku Nonbaku
- acak - random
- sahih - valid
- tataran - level
h. Pemakaian kaidah yang baku adalah berikut ini :
Baku : hal itu sudah kita pahami.
Nonbaku : hal itu sudah dipahami oleh kita.

KALIMAT KARANGAN ILMIAH

Kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa paragraph tulis baku. Hendaknya dengan kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang
memenuhi kriteria : jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. Beberapa ketentuan kalimat efektif adalah berikut
ini.
a) Subjek Tidak Didahului Kata Depan
…….. kata depan ………
Kata depan sebelum subjek akan menghilangkan kejelasan gagasan kalimat. Akibatnya subjek kalimat menjadi kabur.
Misalnya :
(1) Untuk Sistem pertanaman ganda yang akan diteliti ialah kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung.
(2) Dengan Penggunaan pupuk secara efisien sangat penting karena harga pupuk terus meningkat dan persediaannya sangat
terbatas.
Agar menjadi kalimat efektif, kalimat harus diubah dengan menghilangkan kata depan untuk dan kata depan dengan
sebelum subjek. Kata depan lain yang tidak boleh mengawali subjek adalah di, dari, dalam, kepada, daripada, sebagai,
mengenai, tentang, dan, menurut.
Kata depan boleh mengawali kalimat jika berfungsi sebagai keterangan. Misalnya :
(3) Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini dilampirkan berkas-berkas yang mungkin diperlukan.
(4) Dalam bab ini dibicarakan cara-cara membasmi wereng coklat yang akhir- akhir ini merajalela di negeri kita.
B. Tidak Terdapat Subjek yang Ganda (subjek ada 1)
Subjek ganda dalam kalimat akan mengaburkan informasi yang akan disampaikan. Misalnya:
(5) Penyusunan laporan penelititan ini saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian lapangan.
(5a) Dalam peyusunan laporan penelitian ini saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian lapangan.

C. Kata Sedangkan dan Sehingga Tidak Digunakan dalam Kalimat Tunggal


Menurut kaidah yang berlaku kata sedangkan dan sehingga tidak boleh mengawali kalimat tunggal. Kedua kata tersebut selalu
dipakai dalam kalimat majemuk. Misalnya :
(6) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
(7) Rumah-rumah dibangun oleh developer (pengembang). Sedangkan BTN (Bank Tabungan Negara) memberikan KPR (Kredit
Perumahan Rakyat) kepada penduduk golongan berpendapatan rendah.
Kalimat di atas diperbaiki sebagai berikut :
(6a) Kami datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
(7a) Rumah-rumah dibangun oleh developer (pengembang) sedangkan BTN (Bank Tabungan Negara) memberikan KPR (Kredit
Perumahan Rakyat) kepada penduduk golongan berpendapatan rendah.
Kata-kata lain yang tidak boleh mengawali kalimat tunggal adalah agar, ketika, karena, sebelum, sesudah, walaupun, dan
meskipun. Kata-kata seperti itu hanya dapat mengawali anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Misalnya :
(8) Sebelum melaksanakan penelitian, Anda harus membuat dahulu rancangan penelitian tersebut.

D. Predikat Kalimat Tidak Didahului Kata Yang


Jika kata yang diletakkan di depan predikat kalimat tersebut akhirnya tidak mempunyai predikat karena kata yang berfungsi
untuk menerangkan suatu benda baik subjek maupun objek. Misalnya :
(9) Pengembangan sistem pertanaman ganda yang perlu disertai dengan kegiatan penelitian untuk menghasilkan cara pemupukan
yang sesuai dengan sistem tersebut.
Apabila kata yang, predikat kalimat muncul dengan jelas yaitu perlu disertai.

E. Unsur Perincian Yang Sejajar (Paralel)


Yang dimaksud perincian sejajar ialah kata-kata yang dperinci itu harus menggunakan bentuk yang sama jika perincian
pertama menggunakan bentuk me-, perincian berikutnya juga menggunakan betuk me-. Demikian juga jika perincian pertama
menggunakan bentuk pe-….-an, perincian berikutnya juga bentuk pe-….-an. Demikian seterusnya, misalnya :
(10) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu ialah kegiatan pengecatan dinding, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat di atas diperbaiki sebagai berikut :


(10a) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu ialah kegiatan pengecatan dinding, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

F. Tidak Terjadi Pengulangan Subjek


Kaidah ini berlaku bagi kalimat majemuk bertingkat yang subjek anak kalimatnya sama dengan subjek induk kalimat. Subjek
yang harus dihilangkan adalah subjek anak kalimat sedangkan subjek induk kalimat wajib dinyatakan. Misalnya :
(11) Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Perbaikannya :
(11a) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
(11b) Dia tidak datang ke tempat itu karena tidak diundang.

G. Subjek Yang Tidak Sama dalam Induk Kalimat dan dalam Anak Kalimat Harus Eksplisit (Tertulis/Tersurat)
Kesalahan menalar dalam kalimat majemuk seperti berikut ini yaitu dengan menghilangkan salah satu subjek padahal subjek-
subjek tersebut tidak boleh dihilangkan. Misalnya :
(12) Karena sering kebanjiran, pemimpin unit tidak menyetujui lokasi itu.
Perbaikannya :
(12a) Karena lokasi itu kebanjiran pemimpin unit tidak menyetujui lokasi itu.
Keterangan :
Lokasi itu : dalam anak kalimat sebagai subjek.
Lokasi itu : dalam induk kalimat Sebagai objek.
Oleh karena itu keduanya tidak boleh dihilangkan.

H. Kata Penghubung Penanada Anak Kalimat Dinyatakan secara Eksplisit (Tertulis)


Struktur kalimat seperti ini Sering dijumpai dalam ragam berita, misalnya dalam dunia persuratkabaran. Dalam rangka tulisan
ilmiah hal semacam ini tidak dibenarkan. Kata penghubung penanda anak kalimat seperti ketika, setelah, sesudah, supaya, dan agar
harus jelas dinyatakan. Misalnya :
(13) Mendengar vonis hakim, terdakwa menangis.
Perbaikannya :
(13a) Setelah mendengar vonis hakim, terdakwa menangis.

I. Pemakaian kata Hemat


Pengguanaan kata yang bersinonim dalam sebuah kalimat termasuk pemakaian yang boros. Kata-kata bersinonim yang sering
digunakan sekaligus adalah : adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya. Contoh :
(14) Berbuat baik terhadap orang tua adalah merupakan tindakan yang sangat terpuji.
Perbaikannya :
(14a) Berbuat baik terhadap orang tua merupakan tindakan yang sangat terpuji.
(14b) Berbuat baik terhadap orang tua adalah tindakan yang sangat terpuji.
J. Urutan Kata Tepat
Dalam kalimat pasif bentuk personal sering terlihat salah urutan dalam menggunakan keterangan, pelaku, dan perbuatan
(pola : aspek-agen-verbal). Misalnya :
(15) Produksi padi yang sangat mengejutkan itu mereka segera laporkan kepada atasan mereka.
Perbaikannya : Agen Aspek Verbal
(15a) Produksi padi yang sangat mengejutkan itu segera mereka laporkan kepada atasan mereka.

Aspek Agen Verbal

Bentuk pasif paragraph yang lain : ingin saya jelaskan bukan saya ingin jelaskan, belum kita ketahui bukan kita belum ketahui,
sudah mereka kerjakan bukan mereka sudah kerjakan, belum mereka pikirkan bukan mereka belum pikirkan, pernah saya
jelaskan bukan saya pernah jelaskan.

k. Predikat Objek Tidak Tersisipi


Dalam kalimat aktif transitif antara predikat dan objek tidak disisipi jenis kata depan dan kata penghubung. Karena predikat
objek merupakan suatu kesatuan. Misalnya :
(16) Rapat yang diselenggarakan kemarin itu membicarakan tentang nasib para karyawan.
Perbaikannya :
(16) Rapat yang diselenggarakan kemarin itu membicarakan nasib para karyawan.
(17) Ia sering membicarakan tentang rendahnya suatu produksi pabrik itu.
Perbaikannya :
(17a) Ia sering membicarakan soal rendahnya suatu produksi pabrik itu.
(17b) Ia sering membicarakan masalah rendahnya suatu produksi pabrik itu.
L. Tidak Menggunakan Kata Peghubung Yang Bertentangan Artinya
Di dalam sebuah kalimat tidak boleh menggunakan penggunakan kata penghubung yang bertentangan artinya misalnya :
(18) Meskipun penelitian ini telah dilakukan sesuai dengan rencana, tetapi hasil yang diperoleh belum memuaskan pihak
pimpinan proyek.
Perbaikannya :
(18) Penelitian ini telah dilakukan sesuai dengan rencana, tetapi hasil yang diperoleh belum memuaskan pihak pimpinan proyek.
(18) Meskipun penelitian ini telah dilakukan sesuai dengan rencana, hasil yang diperoleh belum memuaskan pihak pimpinan
proyek.
PENYUSUNAN PARAGRAF (ALINEA)

Paragraf dalam karya ilmiah harus memenuhi 2 syarat yaitu kesatuan dan kepaduan. Kesatuan, jika hanya memiliki satu
topik. Kalimat-kalimat yang tersusun dalam paragraf tidak menyimpang dari topik. Kepaduan, jika kallimat-kalimat yang
membangun paragraph tersebut dirakit secara logis dan diikat dengan pengait paragraph seperti ungkapan penghubung antarkalimat,
kata ganti, dan pengulangan kata-kata kunci. Paragraf yang berangkat dari kalimat utama yang diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas
disebut paragraf deduktif dan sebaliknya disebut paragraf induktif. Paragraf yang berangkat dari kalimat utama yang diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan sebuah kalimat penegas disebut paragraf campuran (deduktif-induktif).
Unsur-unsur yang membangun alinea adalah transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
Keterangan :
1. Transisi : penanda hubungan yang menghubungkan antara alinea yang satu dengan alinea yang lain yang berdekatan. Jenis-jenis
transisi ialah :
a. Penanda hubungan kata, misalnya : dan, lagi, serta, lagi pula, dan sebagainya.
b. Penanda hubungan waktu, misalnya : dahulu, kini, sekarang, sebelum, kemudian, setelah, dan sebagainya.
c. Penanda hubungan perbandingan, misalnya : sama, seperti, ibarat, berbeda, dan sebagainya.
d. Penanda hubungan kontras, misalnya : tetapi, biarpun, meskipun, walauoun, dan sebagainya.
e. Penanda urutan jarak, misalnya : sebelah, jauh, dekat, di sini, dan sebagainya.
f. Penanda hubungan sebab-akiba, misalnya : karena, sebab, akibatnya, dan sebagainya.
g. Penanda hubungan pengandaian, misalnya : kesimpulannya, ringkasnnya, secara garis besar, umumnya, dan
sebagainya.
2. Kalimat topik ialah kalimat yang di dalamnya mengandung gagasan pokok pembicaraan.
Ciri kalimat topic : biasanya bersifat umum dan letak kalimat topic di dalam paragraf mungkin diawal paragraf, diakhir paragraf,
dan yang jarang sekali ditemui yakni di tengah paragraf.

3. Kalimat pengembang/penjelas ialah kalimat yang memperjelas pemaparan gagasan pokok yang terdapat di dalam alinea. Susunan
kalimat pengembang ini tidak boleh sembarangan, harus mengikuti kalimat gagasan pokok. Misalnya : pengembangan kalimat
topik yang memerlukan pengembangan secara kronologis (urutan waktu), urutan kalimat pengembangnya dimulai dari urutan masa
lalu, kini, dan masa akan datang. Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf termasuk kalimat
pengembang/penjelas.
4. Kalimat penegas : kehadiranya tidak bersifat mutlak. Kalimat tersebut dihadirkan penulis atau pengarang jika merasa perlu
mempertegas gagasan yang telah disampaikan terlebih dahulu. Namun apabila informasi atau gagasan yang disampaikan ini cukup
jelas, kehadiran kalimat penegas itu tidak ditemukan.
Struktur paragraf. Berdasarkan banyaknya unsur dan urutan unsur dapat di kelompokkan menjadi beberapa paragraf berikut
ini.
1. Paragraf yang terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Paragraf tersebut tergolong
paragraf campuran (deduktif-induktif).
2. Paragraf yang terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Paragraf tersebut tergolong
paragraf campuran (deduktif-induktif).
3. Paragraf yang terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan kaliamt penegas. Paragraf tersebut tergolong paragraf campuran
(deduktif-induktif).
4. Paragraf yang terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat pengembang. Paragraf tersebut tergolong paragraf
deduktif.
5. Paragraf yang terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik, dan kalimat pengembang. Paragraf tersebut tergolong paragraf
deduktif.
6. Paragraf yang terdiri atas kalimat topik dan kalimat pengembang. Paragraf tersebut tergolong paragraf deduktif dan jumlahnya
paling banyak.
7. Paragraf yang terdiri atas kalimat-kalimat pengembang dan kalimat topik tergolong paragraf induktif dan jumlahnya paling banyak.
8. Paragraf yang terdiri atas kalimat pengembang, kalimat topik, dan kalimat pengembang. Paragraf tersebut tergolong paragraf
campuran paling sedikit jumlahnya.

Contoh paragraf golongan ke-8

(1) Tingkah lakunya menawan. (2) Tutur katanya sopan. (3) Murah senyum dan jarang marah. (4) Tidak pernah berbohong. (5)
Tidak mau mempercakapkan orang lain. (6) Suka menolong sesame teman. (7) Pantas Anisa gadis pujaan. (8) Tambahan lagi wajah
cantik. (9) Pandai pula berdandan. (10) Tidak sombong. (11) Otaknya cukup encer. (12) Mudah diajak bicara. (13) Cepat
menyesuaikan diri. (14) Pandai pula membawa diri. (15) Ramah terhadap siapa pun.

Paragraf diatas terdiri atas terdiri atas unsur-unsur dengan urutan sebagai berikut :

Urutan

(1), (2), (3), (4), (5), (6) = kalimat penjelas

(7) = kalimat topik

(8), (9), (10), (11), (12), (13), (14), (15) = kalimat penjelas
SIKAP BERBAHASA

1. Sikap Berbahasa Indonesia


a. Kita harus bangga dengan bahasa Indonesia maksudnya :
 harus menjunjungnya dan mempertahankannya;
 memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh; serta
 harus memelihara dan mengembangkannya.
b. Kita melaksanakan politik bahasa nasional maksudnya ialah kebijakan-kebijakan nasional yang berisi perencanaan,
pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar pengolahan keseluruhan masalah kebahasaan di
tanah air kita (Seminar Politik Bahasa Nasional di Jakarta Tanggal 25 s.d 28 Februari 1975).
c. Kita mewujudkan program-program pembinaan sifat positif, maksudnya :
 penampilan model penutur bahasa Indonesia yang baik dan benar lewat media massa seperti televisi

Anda mungkin juga menyukai