Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2019
Pendahuluan
Pada mulanya sebelum dimulai tradisi tulisan, setiap bahasa berkembang hanya pada
tradisi lisan. Akan tetapi tradisi lisan ternyata tidak bisa menjaga kelangsungan hidup bahasa,
sehingga banyak bahasa yang lenyap. Sebagai sarana untuk berfikir, bahasa terus berkembang
seiring dengan berkembangnya zaman, sehingga manusia tidak bisa lagi menghafal semua
kekayaan bahasa. Disinilah pentingnya disusun sebuah kamus sebagai referensi. Sebelum
masa dinasti Abbasiyah, bangsa Arab belum mengenal penyusunan kamus. Karena
berkembangnya keilmuan pada dinasti Abbasiyah, muncullah para ahli bahasa di Basrah.
Seiring berjalannya waktu kebutuhan terhadap sebuah daftar kata semakin mendesak, maka
muncullah buku-buku kamus yang menghimpun berbagai kata. Perkamusan yang ada di
dunia Arab juga sangat beragam. Untuk itu makalah ini bisa memberikan sedikit gambaran
beberapa penyusunan entri dalam kamus.
Secara garis besar, ada dua model sistematika penyusunan kamus-kamus bahasa arab
yang digunakan seorang leksikologi yaitu: 1. sistem makna kamus (kamus ma’ani) 2. sistem
lafal (kamus alfadz). Dalam sejarah perkembangan leksikon bahasa Arab, paling tidak
terdapat lima model sistematika (nidhom tartib) yang pernah digunakan para leksikologi Arab
dalam menyusun kamus lafal, yaitu : Nidzom al-Shauty (sistem fonetik), Nidzom al-faba’i al-
Khas (sistem alfabetis khusus), Nidzom al-Qofiyah (sistem sajak), Nidzom al-Faba’i al-‘Am
(sistem alfabetis umum), dan Nidzom al-Nuthqi (sistem artikulasi).
ra’) dalam kata غف سسر. Diantara ketiganya diketahui bahwa huruf ghoin keluar dari
tenggorokan atas sehingga ghoin berada lebih bawah atau lebih dulu dari fa’ dan ra’.
Disusul dengan ra’, lalu fa’. Jadi lafal غفرditemukan pada bagian huruf ghoin, ra', fa’
c. Tentukan bentuk/struktur kata, apakah ia termasuk kata tsunai (2 huruf), tsulatsi (3
huruf), ruba’I (4 huruf), atau khumasi (5 huruf). Kata غفس سسرberstruktur tiga huruf
shohih, jadi dalam kamus mu’jam al-‘ain kata غفرbias ditemukan pada bab ghoin, ra’,
fa’, bab tsulatsi shahih minal ghoin. Pada bagian ini, bias ditemukan hasil taqlid yang
terdiri dari beberapa kata, yaitu : رغف- فرغ – رفع – فغر – غفر – غرف
Kamus-kamus dalam sistem fonetik setelah mu’jam al-‘ain yaitu :Kamus al-Bary
disusun oleh Abu Ali Al-Qaly, kamus Tahdzib al-Lughoh disusun oleh Abu Manshur
Al-Azhari, kamus al-Muhith disusun oleh Ash-Shahib bin ‘Ubbad, kamus
Mukhtashar al-‘Ain disusun oleh Abu Bakar Al-Zubaidi, kamus Al-Muhkam disusun
oleh Ibnu Sidah.
Kelebihan kamus sistem fonetik adalah mampu membantu seseorang yang mencari
makna kata secara langsung memalui observasi di lapangan, selain itu asas taqlibul
kalimah yang digunakan sebagai tolak ukur matematis, secara statistik dapat
membuahkan derivasi kata yang lebih banyak dalam kosa kata bahasa Arab.
Sedangkan kekurangannya adalah adanya kesulitan bagi pemakai kamus dalam
mencari letak kata, sebab urutan huruf hijaiyyah yang didasarkan pada makharijul
huruf belum populer terutama dikalangan orang Arab, selain itu dalam mencari akar
kata terjadi kesulitan karena membutuhkan pemahaman dalam ilmu sharaf. Oleh
karena itu sistem fonetik bagi kalangan orang awam dinilai sulit.
Contoh mencari makna kata dari يسساكلون kata ini setelah di tajrid, ia berasal dari
kata أكسسل. Dari segi struktur kata أكسسل termasuk bina’ tsulatsi (3 huruf), maka ia
dicari pada bab tsulatsi. Setelah itu diantara huruf ل- ك-أ, huruf hamzah lebih
dulu dari pada kaf maupun lam, sehingga kata أك سسل bisa ditemukan pada bab
hamzah. Pada bab hamzah kita akan mengetahui pecahan kata dari akala yang
mustakmal setelah proses taqlibul kalimah disana ditemukan kata لكأ – لكأ – كأل
ألك-– كل
Kamus-kamus system alfabetis khusus, yaitu : kamus Al-Jamharah
disusun oleh Abu Bakar Muhammad bin Al-hasan bin Duraid dari Basrah, kamus
Al-Maqayis Al-Lughoh disusun oleh Ahmad bin Faris bin Zakaria Al-Qazwiny Al-
Razi.
Teknik pencarian makna kata dalam sistem al-qofiyah terbilang cukup mudah
dan cepat, sebab tidak memerlukan pemahaman tentang bina’. Berikut langkah-
langkah mencari makna kata dalam kamus al-qofiyah :
a. Teknik Tajrid, yaitu semua kata harus dikembalikan keakar kata dengan
menghilangkan huruf tambahan
b. Perhatikann huruf terakhir untuk menentukan letak bab.
Lafal كتبdapat ditemukan pada bab ba’.
b. Perhatikan huruf pertama dari kata yang dicari untuk menentukan letak pasal.
Contoh lafal كتبberada pada pasal huruf kaf sebagai huruf pertama.
Nilai lebih dari kamus ini antata lain mempermudah pencarian makna kata dan
membantu para sastrawan dalam memahami karya sastra. Sedangkan kekurangannya
adalah masih menggunakan teknik tajrid dalam mencari kata. Teknik tajrid
memerlukan pemahaman yang benar-benar tentang tata bahasa, terutama ilmu shorof.
Teknik pencarian makna kata dalam mencari letak makna kata dalam kamus
artikulasi, penggunaan kamus cukup memahami urutan huruf alfabetis yang umumnya
telah dihafal sejak huruf alif, ba’ hingga ya’. Hanya saja untuk kata kerja (fi'il)
biasanya harus dirujuk ke fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Misalnya, kata
( يضربونmereka sedang memukul), maka dirujuk ke bentuk fi'il madhinya ضرب. Lalu
dicari pada kelompok huruf ()ض. Sedangkan untuk kata benda (Isim) penggunaan
kamus artikulasi cukup merujuk kelompok huruf pertama dari kata yang dicari
misalnya ( كوكبbintang) ditemukan pada huruf ()ك.
Kelebihan kamu sistem artikulasi terletak pada aspek kemudahan dalam mencari
letak kosakata sehingga pengguna yang awam bisa cepat mencari makna kata di
dalam kamus walaupun kurang memahami kaidah-kaidah ilmu shorof. Sedangkan
bagi penyusun kamus, system artikulasi sangat membantu dalam proses klasifikasi
kata yang telah terseleksi ke dalam kelompok kata secara cepat tanpa harus mencari
asal-usul kata.
Kekurangan dari kamus kamus Artikulasi adalah diabaikannya teknik pencarian
asal usul kata. Sistem kamus artikulasi mengakibatkan mereka tidak lagi
menghiraukan kaidah ilmu shorof dan ilmu Nahwu karena kaidah-kaidah tata bahasa
tidak banyak berguna dalam mencari makna kata dalam kamus.