Anda di halaman 1dari 20

ATENUASI (PELEMAHAN SINAR – X)

I. TUJUAN
1. Untuk membuktikan adanya pelemahan intensitas sinar – x sebelum
menembus bahan
2. Untuk membuktikan adanya pelemahan intensitas sinar – x setelah
menembus bahan
3. Untuk membuktikan pengaruh ketebalan bahan terhadap pelemahan
intensitas sinar – X

II. DASAR TEORI

Intensitas sinar-X setelah menembus bahan akan mengalami 3 proses,


yaitu : diserap, dihamburkan dan diteruskan. Intensitas yang diteruskan (It)
lebih kecil dari intensitas awal (Io). Peristiwa ini dikenal dengan nama
atenuasi (perlemahan) berkas sinar-X. Atenuasi terdiri dari atenuasi linier
dan atenuasi massa. Atenuasi linear adalah perlemahan akibat
ketebalan/volume bahan. Sedangkan atenuasi massa adalah perlemahan
akibat kerapatan /nomor atom bahan. Rumusnya adalah sbb:
It = Io . e-µx
dimana :
It = Intensitas setelah menembus bahan
Io = intensitas awal sebelum menembus bahan
µ = angka serap bahan (koofisien atenuasi)
x = tebal bahan
e = bilangan logaritma

Dimana intensitas radiasi elektromagnetik setelah melalui bahan (I),


intensitas radiasi elektromagnetik sebelum melalui bahan (Io), koefisien
serapan bahan bahan (µ) dan ketebalan bahan (x). Interaksi sinar-X dengan

1
materi akan terjadi bila sinar-X yang dipancarkan dari tabung dikenakan
pada suatu objek. Sinar-X yang terpancar merupakan panjang gelombang
elektromagnetik dengan energi yang cukup besar. Gelombang
elektromagnetik ini dinamakan foton. Foton ini tidak bermuatan listrik dan
merambat menurut garis lurus. Bila sinar-X mengenai suatu objek, akan
terjadi interaksi antara foton dengan atom-atom dengan objek tersebut.
Interaksi ini menyebabkan foton akan kehilangan energi yang dimiliki oleh
foton. Besarnya energi yang diserap tiap satuan massa dinyatakan sebagai 4
satuan dosis serap, disingkat Gray. Dalam jaringan tubuh manusia, dosis
serap dapat diartikan sebagai adanya 1 joule energi radiasi yang diserap 1 kg
jaringan tubuh (BATAN). 1 gray =1 joule / kg Sinar-X merupakan radiasi
electromagnet yang membawa energi dalam bentuk paket-paket yang
disebut foton. Sinar-X memiliki panjang gelombang yang sanagt pendek,
sekitar 10-8 – 10-9 m. semakin tinggi energinya maka semakin pendek
panjang gelombangnya. Sinar-X dengan energi rendah cenderung
berinteraksi dengan elektron dan energi tinggi cenderung berinteraksi
dengan inti atom.

Atenuasi adalah pengurangan intensitas dari sinar X yang melewati


suatu bahan yang disebabkan karena penyerapan foton atau penghamburan
foton dari sinar x tersebut. Atenuasi dapat terjadi pada berkas sinar x
monocromatik dan policromatik. Dalam keadaan normal definisi
policromatik ialah berkas sinar x yang berada diantara sepertiga dan
setengah dari energi puncak. Atenuasi dilambangkan dengan Q dimana 1/Q
adalah fraksi dari energi gelombang yang hilang setiap cycle saat gelombang
tersebut merambat. Sehingga Q rendah berarti lebih teratenuasi dan Q tinggi
berarti sedikit teratenuasi. Umumnya, di dalam aplikasi seismik eksplorasi,
bersaran Q diprediksi untuk memberikan kompensasi terhadapa amplitudo
gelombang seismik yang hilang dalam perambatannya. Di dalam

2
mendeterminasi besaran Q, terdapat beberapa macam metoda. Metoda yang
cukup sering digunakan didalam industri migas adalah metode rasiopiktral
yakni Q merupakan slope (kemiringan) rasio natural logaritmik spektral
gelombang dalam dengan gelombang dangkal.

- Koefisien atenuasi linier


Koefisien redaman atau atenuasi adalah besaran yang mencirikan
betapa mudahya bahan atau media bisa ditembus oleh seberkas cahaya,
suara, partikel atau energi atau bahan lainnya. Sebuah koefisien atenuasi
besar berarti bahwa media yang relatif transparan pada tiang. Koefisien
atenuasi diukur menggunakan satuan panjang timbal balik.
Koefisien redaman juga disebut koefisien atenuasi linier, koefisien
redaman balok sempit atau koefisien penyerapan. Walaupun semua
empat istilah yang sering digunakan secara bergantian, mereka kadang-
kadang dapat memiliki perbedaan yang halus sperti yang dijelaskan di
bawah ini. Koefisien redaman menggambarkan sejauh mana intensitas
berkas energi berkurang saat melewati bahan tertentu. Hal ini mungkin
berkas radiasi elektromagnetik atau suara. Ini digunakan dalam konteks
sinar x atau sinar gamma dimana diwakili menggunakan (miu) simbol
dan diukur dalam cm.
Hal ini juga digunakan untuk pemodelan transfer inframerah, matahari,
dan radiasi di atmosfer, meskipun biasannya dinotasikan dengan simbol
lain (diberikan penggunaan standar miu=cos teta untuk jalan miring).
Ciri- ciri koefisien atenuasi linier
 Menggambarkan ketebalan dengan 1/cm.
 Fraksi sinar x yang dipindahkan per cm dari atenuasi.
 Hanya dapat menentukan sinar x monokromatik.
 Dapat diturunkan dengan rumus 𝜇𝑡𝑜𝑡= 𝜇𝑝𝑒 + 𝜇𝑐𝑜𝑚𝑝𝑡𝑜𝑛 + 𝜇𝑐𝑜ℎ𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡

3
 Berguna dalam diagnostic sinar-x untuk mengukur ketebalan dalam
atenuasi sinar X
- Koefisien atenuasi massa
Koefisien atenuasi linier dibagi dengan faktor nilai densitas adanya
materi yang mengalami perpindahan unit luas area dibagi dengan geram
(cm2/ gram)

- Faktor yang mempengaruhi fotoelektrik


Berkas sinar X dan attenuator secara bersama-sama menentukan Berapa
banyak foto elektron yang terjadi. Faktor densitas dan elektron per gram
Densitas dan elektron per gram Nilai dari interaksi compton yang
bergantung pada angka elektron

e/cm3 = (e/gram) x (gram/cm3)

No= nomor elektronper gram


N= bilangan avogadro (6,02 1023)
Z= nomor atom
A= nomor massa
Untuk nomor atom rendah
z/a= 1/2 , jika jumlah neutron tidak sama dengan jumlah protonm jadi
No= N/2
No= NZ/A

- Densitas dan perbedaan atenuasi


 densitas dan perbedaan atenuasi
 sebagian besar interaksi pada sinar-x ialah compton
 hamburan compton bergantung pada densitas electron

4
Perbedaan densitas pada organ menjadi tujuan pertama kita adalah
melihat gambaran sinar X. Densitas ditentukan dalam e/cm3 dari organ dan
menentukan berhentinya kekuatan sinar X.

Atenuasi Suatu bahan juga dipengaruhi oleh intensitas. Intensitas diukur


yg ditularkan melalui lapisan bahan dengan ketebalan x adalah berkaitan
dengan intensitas Io insiden menurut kuasa hukum terbalik eksponensial
yang biasanya disebut sebagai hukum Beer- Lambert.

𝐼 = Io 𝑒 −𝛼𝑥

Keterangan

X: menunjukan panjang jalan

Nilai Semester Layer (HVL) menandakan ketebalan material yang


dibutuhkan untuk mengurangi intensitas radiasi yang muncul untuk setengah
besarnya insiden tersebut. Hal ini dari persamaan yang insinyur memutuskan
berapa banyak perlindungan yang diperlukan untuk “keamanan” dari radiasi
yang berbahaya. Faktor redaman dari material diperoleh dengan rasio dari
intensitas radiasi yang muncul dan insiden I/I0. Redaman koefisien atenuasi
linier dan koefisien massa terkait seperti bahwa koefisien atenuasi massa
hanya α/ρ, dimana ρ adalah densitas di g/cm3. Koefisien redaman linier juga
terbanding terbalik dengan berabti jalan bebas. Selain itu, sangat erat
kaitannya dengan penyerapan bagian salip. Insitalah “koefisien antenuasi”
dan “penyerapan koefisien” biasanya digunakan secara bergantian. Namun,
dalam situasi tertentu merekan dibedakan sebagai berikut:

Ketika sebuah berkas (collimted) sempit melewati cahaya melalui


substansi, balok akan kehilangan intensitas disebabkan oleh dua proses:

5
Cahaya dapat diserap oleh substansi, atau cahay dapat tersebar (yaitu
fotton dapat mengubah arah) oleh substansi. Hanya melihat pada balok
sempit itu sendiri, dua proses yang tidak dapat dibedakan.Namun jika
detektor yang ditetapkan untuk mengukur cahaya meninggalkan dalam arah
yang berbeda, atau sebaliknya menggunakan balok non-sempit , sesorang
dapat mengukur seberpa banyak intensitas yang hilang itu tersebar, dan
berapa banyak yang diserap.

Dalam konteks ini, pneyerapan “koefisien” mengukur seberapa cepat


balok akan kehiangan intensitas karena penyerapan sendiri, sementara
“koefisien atenuasi” mengukur total kerugian intensitas sempit-berkas,
termasuk hamburan juga. “ Sempit-balok koefisien atenuasi” jelas mengacu
pada kedua.

Dalam fisika, panjang redaman atau penyerapan panjang adalah ꭓ jarak


menjadi bahan saat probabilitas telah menurun menjadi 1/𝑒 bahwa partikel
belum diserap. Atau jika ada berkas partikel insiden pada materi, panjang
redaman adalah jarak dimana intensitas sinar itu telah turun ke 1/𝑒, atau
sekitar 63% dari partikel telah dihentikan.

- Sinar X
Sinar X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang cenderung sangat pendek, akan tetapi memiliki energi yang
sangat besar. Sinar X juga mempunyai daya tembus yang sangat tinggi. Selain
itu, sinar X juga memiliki kemampuan mengionisasi atom dari materi yang
dilewati, selanjutnya menjadikan sebagai salah satu bentuk radiasi
elektromagnetik.
Sinar X mempunyai ukuran panjang mulai dari 0,01 sampai 10
nanometer dengan frekuensi mulai dari 30 petaHertz sampai 30 exaHertz dan
mempunyai energi mulai dari 120 elektroVolt hingga 120 kilo elektroVolt.

6
Kemampuan sinar X menembuh bahan sering kali dimanfaatkan pada bidang
medis, seperti dalam ranah Radiologi Diagnostik.
Sinar X terbentuk pada saat elektron-elektron bebas melepaskan
sebagian energi saat terjalin interaksi dengan elektron lain yang mengorbit atau
dengan inti atom atau nukleus. Energi yang dilepaskan dari elektron ini berupa
foto sinar X.
Kawat filamen yang dipanaskan trafo filamen dapat membangkitkan
awa-awan elektron. Awan elektron tersebut menggerus target pada saat
diberikan beda potensial yang tinggi. Pada saat awan elektron menggerus
target, maka timbul enenrgi panas dengan kisaran 99% dan sinar sebanyak 1%.
Adapun syarat terjadinya sinar X adalah adanya ruang hampa udara,
beda potensial yang tinggi, sumber elektron, target tumbukan, serta focusing.

- Proses Terjadinya Sinar-X


Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen Katoda (filamen)
dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari
transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron
akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat
(focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan
memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada
sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari
tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh
radiator pendingin. Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat
dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu
pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan

7
sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung
dalam proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:
1. Sumber elektron (filamen)
Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung
sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus
(Arif Jauhari, 2008).
2. Anoda.
Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai
radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang
tinggi, mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air
yang mengalir melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).
3. Katoda.
Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang
dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron.
Untuk mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan
beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
4. Alat pemusat berkas elektron
Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang
menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua
ke bidang fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi
muatan listrik pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-x (Arif
Jauhari, 2008).
5. Target.
Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang
mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik
mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron
berubah menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga
target harus mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat
menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga

8
yang membuat konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat
dari tungsten yang ditempelkan berhadapan dengan katoda.
6. Tabung pembungkus.
Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan
tahan panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang
hampa udara harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya
terbuat dari kaca pyrex agar mampu menahan panas generator yang tinggi
dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara. Tabung ini
memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang
lebih lama (M. Akhadi, 2001).
7. Perisai tabung.
Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang
tahan terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya
diberi isolasi listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan
minyak ke dalamnya. Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai
tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan proteksi timbal
yang serupa agar sinar guna yang mengenai daerah yang dibatasi ini tidak
lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M. Akhadi, 2001).
8. Rumah tabung.
Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang
dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa
awal radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan
sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya
sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan
dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X
yang tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008).
9. Filter.
Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya
digunakan dalam radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13

9
(tiga belas) merupakan bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi
rendah juga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum. Tembaga
dengan nomor atom 29 (dua puluhsembilan) lebih baik untuk radiasi
energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap
pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk praktisnya, banyak ahli
radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal, biasanya
aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran
filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter
tunggal
10. Pembatas sinar.
Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka
rumah tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya
kolimator. Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan,
shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk
mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang
menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna untuk
menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas sinar-X ini terdiri dari dua
pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-
sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut dapat difungsikan untuk
mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai
sistem diafragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas lapangan yang
diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak sedemikian
rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti sinar
tampak. Adapun bagian daripada kolimator adalah:
- Lampu.
Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam
menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang
dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika
tombol lampu ditekan, maka garis persilangan di dalam lapangan cahaya

10
menunjukkan pusat dari lapangan penyinaran. Berkas cahaya lampu yang
keluar dari kotak kolimator tersebut menunjukkan ukuran lapangan
penyinaran yang terkena radiasi primer.
- Cermin.
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber
sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang
dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya
dari bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. cermin
tersebut berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak
kolimator, sehingga menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan
tergambar pada lapangan penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus
sama dengan jarak focus menuju cermin .

- Sifat Sifat Sinar X


a) Daya tembus

Sinar X merupakan sinar yang dapat menembus benda yang padat seperti
besi,tulang dan gigi. Semakin tinggi tegangan yang dipakai, semakin besar daya
tembusnya. Semakin rendah kepadatan suatu benda, maka sinar x semakin
besar daya tembusnya.

b) Pertebaran
Apabila berkas sinar x melewati suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan atau zat yang dilewati. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu
secara menyeluruh. Untuk mengurangi dampak radiasi hambur ini maka
diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

11
c) Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.

d) Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun
radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).

e) Ionisasi
Efek primer dari sinar x yaitu apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f) Efek biologi
Sinar x dapat menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

- Pesawat Sinar X
Pesawat sinar-x adalah pesawat yang menghasilkan gelombang
elektromagnetik frekuensi tinggi (sinar-x) untuk digunakan dalam
diagnostik atau terapi. Blok diagram pesawat sinar-x ditunjukkan pada
gambar 2.2.

12
Gambar 2.2 Blok diagram pesawat sinar-x

Gambar 4.1 Bagian-bagian pesawat sinar-x mobile model IME – 100L

Keterangan gambar:
1. Tabung sinar-x 5. Panel kontrol
2. Kolimator 6. Pegangan kemudi
3. Lengan penopang 7. Bok kaset
4. Handswitch 8. Generator tegangan tinggi

- Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

13
Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu.
Satuannya adalah R/jam atau mR/jam; 1 mR = 10-3 R.
- Proteksi Radiasi
Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap
personil, prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus
diterapkan dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan
waktu paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan
separuhnya maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X
berbeda setelah melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang yang
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut:
I2/I1 = d1 2/d2 2 .............................................................................. 2.4
Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi
berkurangseperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan
ini diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut
berguna juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut
dianggap sebagai poin utama. Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah
eksponensial sebab sebagian berkas tersebut diserap oleh bahan yang
dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:
I = Io e-μx.........................................................................................................
2.5
dengan:
- I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan;
- Io adalah intensitas radiasi awal;
- μ adalah densitas,
- x adalah ketebalan bahan atenuasi

14
III. ALAT DAN BAHAN

1. Pesawat sinar – X
2. Dosimeter Radcal model 9015
3. Phantom Thoraks
4. Phantom cranium
5. Phantom Antebrachi
6. Penyangga untuk menempatkan phantom
7. Alat tulis

IV. CARA KERJA

1. Catat data pesawat dan tabung sinar-X yang akan dilakukan uji coba
2. Susun alat percobaan seperti gambar dibawah ini:
Tabung sinar-X

Detektor
3. Atur Fokus Film Distance (FFD) 100 cm, dengan luas lapangan seluas
obyek yang akan diperiksa dan pusat berkas sinar diatur tepat pada
chamber dosimeter
4. Tentukan faktor eksposi sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan
(contoh thoraks : 55 kV, 12 mAs)
5. Untuk mendapatkan Intensitas awal (Io) lakukan eksposi tanpa ada
phantom , kemudian catat hasil pengukurannya

15
6. Untuk mendapatkan Intensitas setelah mengenai pasien (It) lakukan
eksposi dengan menempatkan phantom (sesuai gambar dibawah ),
kemudian catat hasil pengukuranny
Tabung sinar X

Phantom
Detektor
7. Setelah mendapatkan nilai Io dan It , ukur ketebalan obyek dengan
menggunakan meteran dan hitung nilai koofisien serap linear dengan
persamaan di atas.
8. Selanjutnya ulangi 1 -6 dengan menggunakan obyek yang berbeda

V. HASIL

Data yang diperoleh kemudian masukkan tabel berikut :


Intensitas Sbl Intensitas Stl Koofisien
Jenis Tebal (x)
No mengenai mengenai serap linear
pemeriksaan cm
bahan (Io) bahan (It) (µ) cm-1
1,63 1,51 16 0,005
1 Thoraks

1,56 1,49 7 0,0008


2. Antebrachi

1,69 1,48 15 0,0046


3. Kepala

16
VI. PEMBAHASAN
Koefisien linear
𝐼𝑡
𝜇 = 𝑙𝑛 ( ) ÷𝑥
𝐼𝑜
Dimana :
𝜇 = koefisien serap linear
𝐼𝑡 = intensitas setelah menembus bahan
𝐼𝑜 = intensitas sebelum menembus bahan
𝑥 = tebal bahan (cm)

a. Koefisien serap linear Thoraks

𝐼𝑡
𝜇 = 𝑙𝑛 ( ) ÷𝑥
𝐼𝑜

Koefisien serap linear Thoraks


Dari hasil praktikum, dapat dianalisa bahwa koefisien serap liniear paling
besar adalah pada pemeriksaan thoraks dan koefisien serap linier ada ada
pemeriksaan antebrachi
Penghitungan koefisien linear :
1) Thorax
kV = 60
mAs = 20
mA = 250
s = 0,08
It = 1,51
I0 = 1,64
Tebal = 16 cm

17
koefisien linear = 0,005
2) Antebrachi
kV = 60
mAs = 20
mA = 250
s = 0,08
Io = 1,64
It = 1,48
Tebal = 7 cm
Koefisien Linear =0,00087
3) Kepala
kV = 60
mAs = 20
mA = 250
s = 0,08
Io = 1,64
It = 1,48
Tebal = 15 cm
Koefisien Linear =0,0046

18
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan subyek dengan penelitian pesawat sinar x
stasioner dan survei meter babilin dapat disimpulkan bahwa terbukti adannya
perlemahan intensitas sinar x setelah menembus bahan. Pada percobaan ini,
diketahui jika bahan atau obyek yang semakin tebal maka intensitas sinar x
yang diteruskan semkain berkurang, sehingga perlu dilakukan pengaturan
pada faktor eksposinya yaitu Kv dan mAs sehingga hasil radiografinya
maksimal.
Dari hasil praktikum yang diperoleh, atenuasi atau pelemahan sinar x
dipengaruhi oleh ketebalan bahan. Semakin tebal bahan yang digunakan,
maka semakin besar atenuasinya.

VIII. SARAN
Yang ingin kami sampaikan dalam penulisan laporan fisika radiasi kali
ini adalah agar kami sebagai mahasiswa atau mahasiswi radiologi
mengetahui mengenai atenuasi sinar-x serta segala hal yang bersangkutan
dengan hal-hal tersebut. Dengan demikian kami dapat menerapkannya baik
dalam kegiatan perkuliahan maupun pada dunia kerja kelak nanti.

19
IX. DAFTAR PUSTAKA
- file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/Interaksi_SinarX_dengan_Materi_makal
ah.pdf
- http://cahayarontgen.blogspot.com/2017/10/radiofotografi-part-1.html
- https://media.neliti.com/media/publications/193767-ID-penentuan-nilai-
koefisien-serapan-bahan.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai