LP Phylloides Tumor
LP Phylloides Tumor
Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh:
Yogi Hasna Meisyarah
19/451327/KU/21844
1
2019
I. PENDAHULUAN
II. ANATOMI
Baik pria maupun wanita memiliki payudara yang hanya berkembang dengan
baik pada wanita. Kelenjar mammae pada payudara merupakan tambahan terhadap
alat reproduksi wanita tetapi mengalami rudimenter dan tidak berfungsi pada pria.
Biasanya, lemak yang ada pada payudara pria tidak berbeda dengan yang ada
pada jaringan subkutan dari bagian tubuh manapun, dan sistem glandular tidak
berkembang normal. Kelenjar mamae pada wanita berada dalam jaringan subkutan di
atas muskulus pectoralis mayor dan minor. Jumlah lemak yang ada di sekitar jaringan
kelenjar menentukan ukuran mammae non-laktasi. Tonjolan pada mammae disebut
papilla mammae (puting, nipple), yang dikelilingi oleh area berpigmen yang disebut
areola.
Secara kasar, mammae terletak antara tepi lateral sternum yang membentang
hingga linea mid aksillaris dan secara vertikal dari costa II hingga costa VI. Dua per
2
tiga dari dasar mammae terbentuk dari fascia pectoralis yang melapisi pectoralis
mayor, sedangkan sepertiga lainnya pada fascia yang menutupi musculus serratus
anterior. Antara jaringan mammae dengan fascia pectoralis terdapat jaringan ikat
longgar atau potential space, yaitu spatium retromammae. Bidang ini, mengandung
lemak dalam jumlah kecil, memungkinkan pergerakan mammae yang terbatas dari
fascia pectoral.
Sebagian kecil dari kelenjar mamma meluas dari tepi inferolateral pectoralis
mayor menuju fossa axillaris, membentuk processus axillaris atau ekor Spence (tail of
Spence). Beberapa wanita dapat merasakan bagian ini (khususnya jika membesar
dalam siklus menstruasi) dan menjadi khawatir bahwa bagian ini adalah tumor atau
kelenjar limfe yang membesar.
Kelenjar mammae melekat kuat pada dermis, khusunya oleh retinacula cutis
atau ligamentum suspensorium (ligament of Cooper). Penebalan ini, merupakan
jaringan penyambung, yang terutama berkembang baik pada bagian superior
kelenjar, yang membantu menyokong lobuli glandula mammae.
3
Gambar 1. Jaringan mamae pada aspectus anterior dan medial
Papilla kebanyakan tersusun oleh serat otot polos sirkular yang mengkompresi
duktus lactiferus selama menyusui dan mengereksikan papilla selama stimulasi saat
menyusui. Oleh karena kelenjar mammae adalah kelenjar keringat yang mengalami
modifikasi, sehingga tidak memiliki pelapis atau kapsul khusus. Alveol pensekresi
susu tertata seperti gerombolan buah anggur.
Untuk lokalisasi dan deskripsi anatomis dari tumor dan kista, permukaan
mammae terbagi menjadi empat kuadran sebagaimana ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:
4
Gambar 2. Pembagian kuadran pada mammae
1. Ramus perforantes mammaria media dan ramus intercostal anterior dari arteri
thoracica interna, yang berasal dari arteri subclavia.
3. Arteri intercostal posterior cabang aorta torakal, pada spatium intercostal II, III,
dan IV.
Vena-vena yang ada pada mammae terutama bermuara pada vena axillaris, tetapi ada
pula yang bermuara pada vena thoracia interna.
5
Gambar 3. Vaskularisasi glandula mamae
2. Kebanyakan dari pembuluh limfe yang tersisa, khusunya dari kuadran medial,
drainasi ke limfonodus parasternalis atau ke sebelah mammae, dimana pembuluh
limfe dari kuadran inferior dapat melalui bagian yang lebih profunda ke
limfonodus abdominal (limfonodus inferior frenicus subdiafragmatika).
6
Gambar 4. Sistem limfatika mammae
Pembuluh limfe dari kulit mammae, kecuali papilla dan areola, bermuara pada
limfonodus axillaris ipsilateral, cervicalis inferior profunda, dan infraclavicular serta
pada kedua sisi limfonodus parasternalis. Limfonodus axillaris bermuara ke
7
limfonodus clavicularis (infraclavicularis dan supraclavicualris) lalu menuju ke
trunkus limfatikus subclavia, yang juga menjadi muara pembuluh limfe tungkai atas.
Limfonodis parasternalis bermuara ke trunkus broncho mediastinal, yang juga
menjadi muara dari pembuluh limfe viscera thorakal. Akhir dari trunkus limfatikus
ini bermacam-macam, biasanya kedua trunkus ini menyatu satu sama lain dan dengan
trunkus limfatikus jugular, yang menjadi muara kepala dan leher untuk membentuk
duktus limfatikus dextra yang pendek pada sisi kanan atau masuk pada akhir duktus
thoracicus pada sisi kiri. Namun, pada kebanyakan kasus, trunki ini bermuara
langsung ke sambungan antara vena subclavia dan jugular interna, yang akan
membentuk vena brachicephalica. Pada kasus lainnya, trunki tersebut bermuara pada
kedua vena tersebut.
Persarafan mammae berasal dari ramus cutaneus anterior dan lateral dari
nervus intercostalis IV-VI. Rami communicantes menguhubungkan setiap ramus
anterior dengan truncus simpaticus. Cabang-cabang dari nervus intercostalis berjalan
melalui fascia profunda yang menutupi pectoralis mayor untuk mencapai kulit,
termasuk jaringan subkutan mammae. Dengan demikian, nervus intercostalis ini
membawa serat sensoris ke kulit dan serat simpatis ke pembuluh darah dan otot polos
pada kulit dan papilla mammae.
Tumor ini biasanya menyerang wanita dewasa, dan jarang pada remaja.
Pasien biasanya datang dengan keluhan massa padat, mobile, tidak nyeri, dan
berbatas tegas. Tumor ini membesar dengan cepat hanya dalam beberapa minggu.
Tumor jarang menginvasi kompleks papilla-areola atau menyebabkan ulkus pada
kulit. Tumor ini biasanya mengenai usia 40-50an, sebelum menopause.
8
bertumbuh secara agresif dan menimbulkan rekurensi lokal. Sama halnya dengan
sarkoma lainnya, tumor phylloides malignan bermetastasis via hematogen.
Karakteristik tumor phylloides malignan antara lain tumor terlihat cenderung lebih
agresif dan bermetastasis. Paru-paru menjadi tempat metastasis tersering, diikuti
tulang, jantung, dan hepar. Gejala-gejala metastasis dapat timbul dalam beberapa
bulan hingga 12 tahun setelah terapi awal.
IV. DIAGNOSIS
9
Gambar 5. Gambaran klinis tumor phylloides 2
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada penanda tumor spesifik atau tes darah lain yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis tumor phylloides.
3. Pemeriksaan Radiologis
10
Gambar 6. Gambaran radiologis tumor phylloides 2
11
Gambar 7. Biopsi jarum halus
5. Pemeriksaan Histologis
V. KLASIFIKASI
12
Tumor phylloides adalah tumor fibroepitelial yang terdiri dari komponen
epitel dan stroma selular. Tumor ini dapat dianggap jinak, sedang, atau malignan
bergantung pada gambaran histologis antara lain selularitas stromal, infiltrasi pada
tepi tumor, dan aktivitas mitotik. Semua bentuk tumor phylloides dianggap sebagai
kanker mammae, bahkan bentuk jinaknya sekalipun dianggap berpotensi menjadi
malginan.
VI. STAGING
13
berdasarkan ukuran tumor.
14
ipsilateral
pN0 (i+) Tidak ada metastasis limfonodus secara histologis, IHC negatif
15
diseksi limfonodus tetapi tidak tampak secara klinis a
16
IHC, immunohistochemistry; RT-PCR, reverse-transcription polymerase chain
reaction.
a
Tidak tampak secara klinis diartikan sebagai tidak terdeteksi oleh pemeriksaan
radiologis (keculai limfoskintigrafi) atau melalui pemeriksaan klinis, atau tidak jelas
terlihat pada pemeriksaan histopatologis.
b
Tampak secara klinis diartikan sebagai terdeteksi oleh pemeriksaan radiologis
(keculai limfoskintigrafi) atau melalui pemeriksaan klinis, atau tidak jelas terlihat
pada pemeriksaan patologis.
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
T0 N1 M0
Stadium IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium IIB
T3 N0 M0
T0 N2 M0
Stadium IIIA T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
17
Stadium IIIC T berapa pun N3 M0
VII. PENANGANAN
Penanganan untuk phyllodes tumor jinak, borderline, atau ganas adalah sama:
operasi untuk mengangkat tumor. Tidak ada aturan pasti mengenai batas luas eksisi,
tetapi biasanya disisakan tepi 2 cm untuk tumor kecil (<5cm) dan 5 cm untuk tumor
yang lebih besar (>5 cm). Diseksi kelenjar aksilla hanya dilakukan apabila terdapat
benjolan yang mencurigakan. Kemoterapi dan radiasi tidak efektif.
Prosedur bedah yang mungkin untuk mencapai eksisi luas untuk tumor phyllodes
adalah:
Jika tumor phyllodes sangat besar atau payudara kecil, mungkin terlalu sulit
untuk melakukan eksisi luas dan mempertahankan jaringan payudara yang sehat
untuk tujuan kosmetik. Dalam hal ini, dapat dilakukan mastektomi:
Mastektomi parsial atau segmental: Hanya bagian payudara yang berisi tumor
phyllodes.
18
menyatakan bahwa terapi radiasi setelah breast-conserving surgery dengan tepi bebas
tumor secara signifikan mengurangi angka rekurensi lokal untuk tumor derajat sedang
dan malignant.
VIII. KOMPLIKASI
- Infeksi
- Pembentukan seroma
X. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan
nyeri.
Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga
pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
19
Adanya keluarga yang mengalami tumor mammae berpengaruh pada kemungkinan
klien mengalami tumor mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
20
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya
ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi
penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung
MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat
defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi
akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita
normal.
21
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh
22
DAFTAR PUSTAKA
23
- Saladin K. The Female Reproductive system. In : Saladin Kenneth S. Anatomy and
Physiology The Unity of Form and Function . 4th edition. New York : McGraw-Hill
2007. p. 1073-75.
- Sjamsuhidajat R.Tumor Phyloides. In: Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah . 2nd
edition. Jakarta : Terbitan Buku Kedokteran 2005. p.493
- Susan C. The Breast. In: Kumar V., Abbas A. Pathologic Basis of Disease. 7th
edition. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Saunders 2005. p 1149-50.
24