Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KUNJUNGAN

Unit Layanan Transmisi Dan Gardu Induk (ULTG) Kediri PT PLN


(Persero) UIT JBTB UPT Madiun

Oleh
Anggara Permana Putra 17310730017

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
KEDIRI
2019
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik setiap tahun sesuai dengan berkembangnya
teknologi menuntut agar manusia berusaha menyediakan tenaga listrik yang handal. Mulai dari
kualitas peralatan tegangan tinggi sampai kualitas listrik yang di distribusikan dari pembangkit
ke konsumen. Perkembangan sistem tenaga listrik yang pesat membuat peralatan tegangan
tinggi menjadi bidang studi yang penting bagi mahasiswa teknik khususnya kelistrikan.
Mengingat pentingnya bidang studi tentang peralatan tegangan tinggi serta peralatan praktikum
tegangan tinggi yang belum dapat diupayakan pada perkuliahan di universitas, maka kami
melakukan kunjungan lapangan di ULTG Base Camp Kediri. ULTG Base Camp Kediri
merupakan badan yang mengelola pemeliharaan gardu induk dan transmisi tegangan tinggi dan
ekstra tinggi, diantaranya GI Banaran, GI Pare, GI Gudang Garam, GI Zig-Zag, GI Kertosono,
GI Jaker, GI Blitar, GI T. Agung, GI PLTA T. Agung, GITET Kediri, dan lainya.
Dalam pengiriman energi listrik ke konsumen sangat rentan terjadinya gangguan baik
secara temporer maupun permanen. Oleh karena itu diperlukan sistem proteksi yang handal
sehingga dapat mendeteksi gangguan secara cepat. Pemutusan gangguan harus dapat terlaksana
dengan tepat sehingga dapat mengamankan peralatan demi menjaga kualitas pelayanan tenaga
listrik. Salah satu sistem proteksi yang harus dijaga keandalannya karena menyangkut
kontinuitas pelayanan sistem tenaga listrik adalah proteksi pada transformator. Sampai saat ini
masih sering terjadinya gangguan pada bay transformator baik gangguan eksternal dari line
maupun gangguan internal pada transformator itu sendiri.
Dengan adanya beberapa penjelasan di atas, maka dapat dilihat betapa pentingnya
mempelajari tegangan tinggi khususnya pada sistem proteksi. Adapun isi laporan selanjutnya
akan membahas perlatan sistem proteksi tegangan tinggi yang terdapat di Gardu Induk.

B. Dasar Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan kunjungan industri ini terlaksana atas kesepakatan antara dosen pengampu mata
kuliah Elektronika Daya dengan mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2017 sebagai tugas.

C. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan


Adapun beberapa tujuan dari pelaksanaan kegiatan kunjungan ini adalah:
• Sebagai tugas dari mata kuliah elektronika daya
• Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa untuk membandingkan teori yang ada dengan
kondisi di lapangan;
• Sebagai wadah untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai Teknik Tegangan
Tinggi.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan kunjungan ini adalah:
Hari, Tanggal : Jum’at, 13 Desember 2019
Tempat : PLN Gardu Induk Banaran
Alamat : Jl. Kapten Tendean No.16, Tosaren, Kec. Pesantren, Kota Kediri, Jawa
Timur 64133

E. Metode Penyusunan Laporan


Laporan kunjungan industri disusun berdasarkan observasi langsung di lapangan, wawancara
dengan narasumber, dan studi literatur.
BAB 2
Isi

A. Gardu Induk
Gardu induk merupakan suatu sistem instalasi listrik yang terdiri dari beberapa
perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke
jaringan distribusi primer.
Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi
distribusi listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran
transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung bagi, transfomator, dan peralatan pengaman
serta peralatan control. Beberapa fungsi utama dari gardu induk adalah sebagai berikut
• untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi lainnya
yang kemudian didistribusikan ke konsumen
• sebagai tempat kontrol,
• sebagai pengaman operasi sistem,
• sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi.

Oleh karena itu, jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk, maka
peralatan dan komponen yang digunakan pada gardu induk harus memiliki keandalan yang
tinggi serta berkualitas tinggi, atau setidaknya dapat dikatakan harus optimal dalam kinerjanya.
sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak merasa dirugikan bila terlalu banyak gangguan
dari kualitas peralatan yang digunakan pada gardu induk.

B. Lightning Arrester

Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir atau surja hubung. Alat ini berfungsi sebagai bypass disekitar
isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak
menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. Pada
keadaan normal arrester berlakusebagai isolator, bila terjadi tegangan surja alat ini bersifat
sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah sehingga dapat menyalurkan arus yang
tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester dapat dengan cepat kembali sebagai isolasi.
Gambar 1: Lightning Arrester

Sesuai dengan fungsinya, maka arrester dipasang di setiap ujung SUTT yang memasuki
gardu induk. Di Gardu Induk adakalanya pada transformator dipasang juga arrester untuk
menjamin terlindungnya transformator dan peralatan lainnya dari tegangan lebih tersebut.
Bagian-bagian yang penting dari arrester :
1. Elektroda
Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan dengan
bagian atas dan elektroda bawah dihubungkan dengan tanah.
2. Sela percikan
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada arrester
yang terpasang, maka pada sela percikan (spark gap) akan terjadi loncatan busur
api. Pada dasarnya pada arrester, busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh
tekanan gas yang ditimbulakn oleh tabung fiber yang terbakar.
3. Tahanan katup (valve resistor)
Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material yang sifat
tahanannya dapat berubah bila mendapatkan perubahan tegangan.
C. Pemisah (PMS)

Pemisah adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu peralatan
listrik sudah bebas dari tagangan kerja. Oleh karena itu pemisah tidak diperbolehkan untuk
dimasukkan atau dikeluarkan pada saat rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.
Untuk tujuan tertentu, pemisah penghantar atau kabel dilengkapi dengan pemisah tanah
(pisau pentanahan/earthing blade). Umumnya antara pemisah penghantar/kabel dan pemisah
tanah terdapat alat yang disebut interlock. Dengan terpasangnya interlock, maka kemungkinan
terjadinya kesalahan operasi dapat dihindarkan. Tenaga penggerak pemisah dapat diperoleh
secara manual, dengan motor, dengan pneumatik atau dengan hidrolis.

Gambar 2: PMS (Pemisah)

Pada umumnya pemisah (PMS) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan
fungsi dan penempatannya, yakni :

a) Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi :


1. Pemisah Peralatan (PMS Bus)
Pemisah peralatan merupakan alat yang berfungsi untuk mengisolasi peralatan listrik
dari peralatan lain atau instalasi yang bertegangan. Pemisah ini harus dimasukkan atau
dibuka dalam keadaan tak berbeban.
2. Pemisah Tanah (PMS Line)
Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan yang timbul sesudah saluran
udara tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau lainnya.

b) Berdasarkan penempatannya dalam sistem tenaga, dibedakan menjadi :


1) Pemisah penghantar
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi penghantar.
2) Pemisah rel
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi rel.
3) Pemisah kabel
Merupakan pemisah yang terpasang di sisi kabel.
4) Pemisah seksi
Merupakan pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga rel tersebut dapat terpisah
menjadi dua seksi.
5) Pemisah tanah
Merupakan pemisah yang terpasang pada penghantar atau kabel untuk di hubungkan ke
tanah.

D. Pemutus Tenaga (PMT)

Pemutus tenaga adalah peralatan sistem tenaga yang berfungsi untuk memutuskan
hubungan antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat bekerja secara otomatis
ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika dilakukan perawatan atau perbaikan. Ketika
kontak dipisahkan, beda potensial diantara kontak tersebut menimbulkan medan elektrik di
antara kontak tersebut. Medan elektrik ini akan menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan
terjadinya perpindahan elektron bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus berpindah ke
sisi beban dan arus tetap mengalir. Karena hal ini menimbulkan emisi termis yang cukup besar,
maka timbul busur api (arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu kestabilan
sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan. Berdasarkan metode dalam pemadaman
arc tersebut, PMT dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1. PMT Minyak
Pada PMT jenis ini, ketika kontak terbuka, arc akan terjadi dengan media sekitar berupa
minyak sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang
menyelubungi arc di antara kontak. Gelembung ini membuat minyak terdekomposisi
sehingga menimbulkan gas hidrogen yang menghambat arc. Dengan adanya media
minyak ini, diharapkan arc dapat segera dipadamkan. Secara fisik bentuknya paling
besar diantara jenis PMT yang lain dan dicirikan dengan adanya tangki-tangki yang di
dalamnya terdapat minyak.
Gambar 3: PMT Minyak

2. PMT udara
Jenis ini menggunakan metode yang paling sederhan, yaitu memperpanjang lintasan
arc. karena efek pemanjangan lintasan ini diharapkan arc dapat segera dipadamkan.
biasanya dipakai untuk indoor (dalam switchgear) untuk level tegangan 4.16kV dan
13.8kV.
3. PMT SF6
Saat kontak terbuka dan arc muncul, gas SF6 bertekanan tinggi ditiupkan diantara
kontak untuk menyingkirkan partikel bermuatan dari sela antara kedua kontak sehingga
membuat arc semakin cepat padam. Gas SF6 dipilih karena sifat gas ini yang
merupakan bahan isolasi dan pendingin yang baik.
4. PMT Vakum
Pada PMT jenis ini kontak ditempat- kan pada suatu bilik yang vakum. Tidak boleh
terjadi kebocoran sedikitpun pada bilik ini. PMT jenis ini umumnya tidak menggunakan
kontak yang bergerak secara mekanik seperti kontak yang lain. Kontak mekanik akan
menyebabkan pergeseran kontak yang memungkinkan terjadinya kebocoran. Pada PMT
vakum, pemadaman arc dilakukan dengan memperpanjang lintasan serta
menghilangkan molekul udara yang dapat mengalami ionisasi.

E. Relay Proteksi dan Panel Kontrol

Relay proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan
peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Kesemua
manfaat tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan
keandalan yang tinggi. Macam relay yang digunakan sebagai proteksi:
A) Proteksi pada Trafo
• Relay Arus Lebih :
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat (short circuit) antara
phasa di dalam maupun di luar daerah pengamanan trafo.
• Relay Differensial :
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat (short circuit) yang
terjadi di dalam daerah pengaman trafo.

Gambar 4: Relay Differensial untuk pengaman


Trafo

• Relay Gangguan Tanah Terbatas :


Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya terhadap tanah di dalam
daerah pengaman trafo, khususnya gangguan di dekat titik netral yang tidak dapat
dirasakan oleh Relay Differensial.
• Relay Arus Lebih Berubah :
Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya dari gangguan antara phasa
dan tiga phasa dan bekerja pada arah tertentu.
• Relay Gangguan Tanah :
Berfungsi mengamankan Transformator Daya dari gangguan hubung tanah, di
dalam dan di luar daerah pengaman trafo.
• Relay Tangki Tanah :
Berfungsi untuk mengamankan Transformator Daya terhadap hubung singkat
(short circuit) antara phasa dengan tangki trafo dan trafo yang titik netralnya
ditanahkan.
• Relay Suhu :
Berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak trafo dan kumparan secara langsung,
yang akan membunyikan alarm serta men-trip-kan Circuit Breaker
• Relay Jansen :
Berfungsi untuk mengamankan pengubah/ pengatur tegangan (Tap Changer) dari
Trafo.
• Relay Bucholz :
Berfungsi mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan bunga api dan
pemanasan setempat dalam minyak trafo.
• Relay Tekanan Lebih :
Berfungsi mengamankan Transformator Daya dari tekanan lebih. Bagi Trafo tanpa
konservator, dipasang relay tekanan mendadak dipasang pada tangki dan bekerja
dengan pertolongan.

B) Proteksi pada penghantar SUTT/SKTT


• Relay Jarak :
Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa maupun gangguan
hubungan tanah.
• Relay Differential Pilot Kabel :
Berfungsi mengamankan SKTT dan juga SUTT yang pendek dari gangguan antar
phasa maupun gangguan hubung singkat (short circuit).
• Relay Arus Lebih Berarah :
Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar phasa dan hanya bekerja pada
satu arah. Relay ini dapat membedakan arah arus gangguan.
• Relay Arus Lebih :
Berfungsi mengamankan SUTT dan gangguan antara phasa maupun gangguan
hubungan tanah.
• Relay Tegangan Lebih :
Berfungsi mengamankan SUTT atau SKTT terhadap tegangan lebih.
• Relay Gangguan Tanah :
Berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan hubung tanah.
• Relay Penutup Balik :
Berfungsi mengamankan kembali SUTT akibat gangguan hubung singkat
temporer.
Jenis-jenis panel kontrol dalam GI adalah panel kontrol utama, panel rele dan panel
pemakaian sendiri. Panel kontrol utama kadang-kadang dibagi lebih lanjut kedalam panel
instrumen dan panel operasi.

Gambar 5: Panel Pada GI Banaran


Pada panel instrumen terpasang dan penunjuk gangguan dari sini keadaan operasi dapat
diawasi. Pada panel operasi terpasang saklar operasi pemutus beban dan pemisah serta lampu
penunjuk posisi, saklar, ril tiruan (mimic bus), saklar dan lampu diatur letak dan hubungannya
sesuai dengan keadaan rangkaian yang sesungguhnya sehingga keadaannya dapat dengan
mudah dilihat. Pada gardu induk kecil, panel kontrol utamanya dari jenis tegak dan instrumen
serta saklar saklarnya bersama-sama terpasang dimuka. Pada gardu induk besar, panel yang
tegak harus dipakai sebagai panel instrumen. Panel operasinya adalah dari jenis meja
(benchtype) dan ada didepannya. Pada panel relay terpasang relay pengaman saluran transmisi,
relay pengaman differensial trafo dan sebagainya. Bekerjanya relay dapat diketahui dari
penunjukan pada relay itu sendiri dan pada penunjukan gangguan dipanel kontrol utama. Pada
GI kecil, sisi depan dari panel tegak dipakai sebagai panel utama dengan instrumen dan saklar,
dan sisi belakangnya dipakai sebagai panel relay. Pada GI besar, jika rangkaiannya sudah
rumit, panel terpasang dalam ruangan tersendiri. Pada GI yang besar dan modern dengan
susunan rel yang sudah sangat rumit, mulai banyak dipakai panel dengan gambar-gambar yang
bercahaya. Bagian sistem yang bekerja dibuat bercahaya dan berkedip-kedip pada waktu ada
gangguan. Jika suatu PMT akan ditutup, bagian dari rel yang akan menjadi bertegangan oleh
menutupnya PMT itu dibuat berkedip-kedip sehingga luasnya bagian sistem yang akan terkena
akibatnya dapat diperiksa lebih dahulu sebelum PMT itu benar-benar menutup. Dengan jalan
ini kesalahan operasi dapat dicegah.

Tata susunan (arrangement) panel kontrol dan panel relay harus sesuai dengan tata
peralatan yang ada diluar, kelas tegangan dan saluran transmisi yang masuk. Dengan demikian
maka pengawasan operasi dan pelaksanaan pemeliharaan dipermudah. Sesuai dengan keadaan
diluar maka urutan panel adalah untuk saluran masuk trafo alat pengubah fasa dan panel
saluran keluar. Untuk memudahkan pengawasan operasi, panel kontrol utama dimana perhatian
operator harus dipusatkan, dipasang didepan dan panel tambahan (auxilary board) dan panel
pemakaian sendiri dipasang disatu sisi atau kedua sisinya tegak lurus padanya.
Untuk pengawasan belakang (back wiring) harus dipakai kabel dengan isolasi yang
tidak dapat terbakar, pada umumnya dipakai kabel PVC. Terminal pengujian dipasang pada
rangkaian dari trafo arus dan trafo tegangan. Terminal pengujian untuk trafo arus ada yang dari
jenis terminal, ada yang dari jenis pasak (plug type). Konstruksinya harus sedemikian rupa
sehingga pada waktu pengujian dapat dihindari kemungkinan terbukanya rangkaian skunder.
Panel kontrol merupakan pusat syaraf bagi suatu gardu induk. Pada panel inilah
operator dapat mengamati keadaan peralatan melakukan operasi peralatan serta pengukuran-
pengukuran tegangan, arus, daya, dan sebagainya setiap waktu bila dipandang perlu.
Bila terjadi gangguan panel itu membuka pemutus beban (secara otomatis) melalui
relay pengaman dan memisahkan bagian yang terganggu. Karena tegangandan arus tidak dapat
langsung diukur pada sisi tegangan tinggi, maka transformator ukur (instrument) mengubahnya
menjadi tegangan dan arus yang rendah dan sekaligus memisahkan alat ukur tadi dari tegangan
tinggi. Ada tiga jenis transformator ukur, yaitu trafo tegangan, trafo arus dan tegangan arus.

F. Lemari Hubung

Lemari hubung (cubicle) terbuat untuk kelas 3-30 kV dan dipakai untuk pusat beban
atau pusat daya (power centre). Karakteristiknya adalah bahwa :
• Bagian yang bertegangan tidak boleh terbuka (exposed)
• Ganggguan tidak akan meluas sebab rangkaiannya terbagi dalam satuan-satuan
• Luas instalasi kecil dalam pemasangan,perluasan dan pemindahan instalasi mudah
• Kehandalannya tinggi karena pemasangannya sempurna dipabrik
Lemari hubung diklasifikasikan oleh perbedaan-perbedaan sistem rilnya kedalam jenis-
jenis ril tunggal, ril rangkap dan ril penyimpang (bypass). Untuk rangkaian pemakaian gardu
induk sendiri jenis yang sering dipakai adalah yang paling sederhana yakni jenis ril tunggal.
Gambar 6: Lemari Hubung di GI Banaran

G. Saklar Pentanahan

Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat akan
dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan
ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah
membuka).

H. Kompensator

Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah fasa
yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau transformator, dengan
mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan
memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yangberputar dan ada yang stationer, yang berputar
adalah kondensator sinkron dan kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah
kondensator statis atau kapasitor shunt dan reaktor shunt.
BAB 3
Penutup

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kunjungan industry di GI Banaran Ada beberpa hal yang dapat
disimpulkan, pertama peralatan-peralatan proteksi yang terdapat pada Gardu Induk Banaran
berupa lightning arrester, PMS, PMT, relay koneksi beserta panel kontrolnya, lemari hubung,
saklar pentanahan dan kompensator. Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat,
selektif dan andal sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan
atau pada bagian sistem /peralatan yang dilalui arus gangguan dapat dihindari dan kestabilan
sistem dapat terjaga.Sebaliknya jika proteksi gagal bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka
arus gangguan ini berlangsung lebih lama, sehingga panas yang ditimbulkannya dapat
mengakibatkan kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada peralatan instalasi dan
ketidak stabilan sistem. Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi juga akan mengakibatkan
bekerjanya proteksi lain disebelah hulunya (sebagai remote back up) sehingga dapat
mengakibatkan pemadaman yang lebih luas atau bahkan runtuhnya sistem (collapse).
Daftar Pustaka
Ganta, Willyam 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA
, Academia.edu, dilihat 28 Desember 2019, https://www.academia.edu/12133687/
Sistem_Proteksi_Gardu_Induk
Wulandari, Suci N 2014, TINJAUAN PUSTAKA SISTEM PROTEKSI , eprints.polsri.ac.id,
dilihat 29 Desember 2019, http://eprints.polsri.ac.id/380/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai