Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS DEXTRA REPONIBLE

Oleh

: dr. Fivin Chazna Putri Utami

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT AR BUNDA
KOTA LUBUK LINGGAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul “Hernia Scrotalis Dextra Reponibel”. Laporan
Kasus ini diajukan sebagai persyaratan untuk melengkapi tugas dalam program
dokter intership di RS Ar Bunda Kota Lubuklinggau.

Dalam penulisan Laporan Kasus ini, penulis menyadari sekali bahwa


penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis memohon maaf
atas segala kesalahan dan penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penulisan kasus berikutnya.

Lubuk linggau, 10 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. LAPORANKASUS ................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10
2.1 Definisi ................................................................................................ 11
2.2 Anatomi .............................................................................................. 12
2.3 Klasifikasi ...........................................................................................20
2.4 Diagnosa .............................................................................................21
2.5 Penatalaksanaan ................................................................................ 24
2.6 Komplikasi ........................................................................................27
2.7 Prognosis ............................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien
Nama : Tn AZ
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Waringin
Masuk Rumah Sakit : 7 November 2019
Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2019

II. Anamnesa
Keluhan Utama : benjolan di buah zakar sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os datang dengan keluhan benjolan di buah zakar sebelah kanan
sejak 7 bulan yang lalu. Awalnya muncul benjolan kecil terdapat pada
selangkangan dan hilang timbul. Namun sejak 2 bulan yang lalu
benjolan semakin membesar sampai ke buah zakar pasien setelah
pasien mencoba mengangkat beton, sejak saat itu benjolan tidak bisa
mengecil spontan dan hanya bisa dimasukkan dengan tangan. Benjolan
dirasakan tidak nyeri namun mengganggu aktivitas, pasien merasa
tidak nyaman jika duduk dan berjalan terlalu lama dan berubah posisi
saat tidur.
Os menyangkal adanya demam, mual, muntah, perut kembung.
Nafsu makan pasien normal. BAK (+) normal, frekuensi 3-4x sehari,
berwarna kuning jenih, nyeri saat BAK (-). BAB (+) normal, frekuensi
1-2x sehari, konsistensi lembek, berwarna kecoklatan.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi (+), riwayat DM (-),


riwayat sakit jantung (-), riwayat sakit ginjal (-), riwayat sakit paru-
paru (-), riwayat batuk lama (-)

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita gejala


sakit seperti os

Riwayat alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun alergi obat

III. Pemeriksan fisik


Keadaan umum : Baik Kesadaran / GCS : Compos Mentis (E4V5M6)

Tanda Vital :
- Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 84x/ menit, teratur
- Pernapasan : 20 x/ menit
- Suhu axilla : 36,7˚C

Pemeriksan fisik umum


1. Kepala – leher

Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek pupil
+/+, pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm
Wajah : kulit wajah pucat (-), sianosis (-)
Telinga : deformitas (-)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan dinding dada simetris, pelebaran
sela iga (-), tipe pernafasan thorakoabdominal, Iktus cordis tidak
tampak.
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba sama,
nyeri tekan (-), krepitasi (-), iktus cordis teraba ICS V midclavikula
line sinistra.
Perkusi : pulmo : Sonor pada kedua lapangan paru. Cor : batas kanan
jantung pada ICS II parasternal line dextra, batas kiri pada ICS V
midklavikula line sinistra
Auskultasi : pulmo : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/- Cor : S1S2
tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : distensi (-), umbilikus tampak normal, sikatrik (-), tampak
massa pada daerah inguinal dekstra melewati daerah pubis sampai
daerah scrotalis, sewarna kulit disekitarnya.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel (+), nyeri perut (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba,
teraba massa berbentuk lonjong, konsistensi kenyal, mobile, nyeri (-)
pada daerah inguinal dekstra. Batas kanan : tepat pada ligamentum
inguinal, batas kiri : 1 cm dari linea alba.

Uro-genital Pubis
inspeksi: tampak massa pada daerah pubis dekstra sampai daerah
scrotalis dekstra, sewarna kulit disekitarnya.
Palpasi : Massa berukuran 2 x 3 cm, berbentuk lonjong, konsistensi
kenyal, mobile, nyeri (- ). OUE : penyempitan (-), warna kulit normal

Skrotum
Inspeksi : Tampak massa pada daerah skrotum dekstra yang
merupakan sambungan dari massa pada daerah inguinal dekstra dan
pubis, hiperemis (-), warna kulit diatas benjolan sama dengan kulit
disekitarnya
Palpasi : Teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 5 x 4 cm,
permukaan licin, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-
). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam posisi
pasien berbaring. Pada bagian kauda massa teraba testis. Auskultasi :
Bising usus (+) pada benjolan di skrotum dekstra Pemeriksaan khusus :
Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa Thumb test (-
) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Transiluminasi : (-)

Anal dan Perianal : Anal Inspeksi : tidak di periksa

Extremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-, deformitas -/- Extremitas
bawah : Akral hangat +/+, edema -/-, deformitas -/-

Status lokalis regio abdomen


Inspeksi : tampak massa pada daerah inguinal dekstra melewati daerah
pubis sampai daerah scrotalis, sewarna kulit disekitarnya.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel (+), nyeri perut (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba,
teraba massa berbentuk lonjong, konsistensi kenyal, mobile, nyeri (-)
pada daerah inguinal dekstra.
Batas kanan : tepat pada ligamentum inguinal, batas kiri : 1 cm dari
linea alba.

Status lokalis regio pubis


inspeksi: tampak massa pada daerah pubis dekstra sampai daerah
scrotalis, sewarna kulit disekitarnya.
Palpasi : Massa berukuran 2 x 3 cm, berbentuk lonjong, konsistensi
kenyal, mobile, nyeri (-)

Status lokalis regio scrotalis


Inspeksi : Tampak massa pada daerah skrotum dekstra yang
merupakan sambungan dari massa pada daerah inguinal dekstra dan
pubis, hiperemis (-), warna kulit diatas benjolan sama dengan kulit
disekitarnya
Palpasi : Teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 5 x 4 cm,
permukaan licin, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-
). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam posisi
pasien berbaring. Pada bagian kauda massa teraba testis.
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan di skrotum dekstra

Pemeriksaan khusus :
Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari
pemeriksa Thumb test (-) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus
inguinalis internus
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Transiluminasi : (-).
IV. Resume :
Laki-laki, 58 tahun, datang dengan keluhan benjolan di skrotum kanan
didapatkan :
1 Tujuh bulan yang lalu, muncul benjolan kecil di selangkangan kanan
pasien secara tibatiba. Benjolan hilang timbul dan tidak nyeri.
2 Dua bulan yang lalu benjolan semakin membesar sampai ke skrotum
pasien. Benjolan hanya bisa dimasukkan dengan tangan dan tidak
nyeri.
3 Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Penderita dalam keadaan umum baik, tekanan darah 130/ 80 mmHg,
nadi:84x/ menit, kuat angkat, teratur, pernapasan: 22 x/ menit, Suhu
axilla : 37˚C

Status lokalis regio abdomen


Inspeksi : tampak massa pada regio inguinal dekstra melewati regio
pubis sampai regio scrotalis. Auskultasi : bising usus (+) normal.
Perkusi : timpani (+). Palpasi : teraba massa berbentuk lonjong,
konsistensi kenyal, mobile, nyeri (-) pada regio inguinal dekstra. Batas
kanan : tepat pada tuberculum pubicum, batas kiri : 1 cm dari linea
alba.

Status lokalis regio pubis


Pubis : inspeksi: tampak massa pada regio pubis dekstra sampai regio
scrotalis. Palpasi : Massa berukuran 2 x 3 cm, berbentuk lonjong,
konsistensi kenyal, mobile, nyeri (-).

Status lokalis regio scrotalis


Inspeksi : Tampak massa pada regio skrotum dekstra yang merupakan
sambungan dari massa pada region inguinal dan pubis. Palpasi :
Teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 5 x 4 cm, permukaan
licin, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-). Benjolan
dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam posisi pasien
berbaring. Pada bagian kauda massa teraba testis. Auskultasi : Bising
usus (+) pada benjolan di skrotum dekstra. Pemeriksaan khusus :
Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa. Thumb test
(-) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus.
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis
internus. Transiluminasi : (- ).

Diagnosis : Hernia scrotalis dextra reponible

Differential diagnosis :
 Hidrokel Tumor testis
 Varikokel
 Orchitis Undecensuss testis

Planning diagnostik : (-)

Planning terapi : Tindakan operatif

Prognosis : dubia ad bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui


defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian yang lemah
dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia.
Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hernia reponibel Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
2. Hernia irreponibel / hernia akreta Bila isi kantong hernia tidak
dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya disebabkan oleh
perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus. Hernia
ini merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia.
4. Hernia strangulata Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi
kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta
gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.
Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut
hernia Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena
usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus. Apabila sebagian dinding
kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti
caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut hernia geser (sliding
hernia). Hernia geser dapat terjadi karena isis kantong berasal dari organ
yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung
hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal.

Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal,


umbilical, femoral. Yang sering terjadi adalah hernia inguinalis.

Anatomi

Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan


tentang dinding abdomen,kanalis inguinalis,lapisan-lapisan dinding
abdomen.

Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang


terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini
banyak memakai nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi
mereka. Dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi
laminer dan seterusnya. Pada dasarnya, inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan
lemak. Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan
profundus (Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan
dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,
perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari
dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan
superfisial atau lapisan luar dari fasia muskulus obliqus
eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Aponeurosis otot obliquus eksternus: dibentuk oleh dua
lapisan: superfisial dan profunda. Bersama dengan aponeurosis
otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis
obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis
inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca
anterior superior ke tuberculum pubicum. Apponeurosis
muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale
(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis
muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai
ke ramus superior tulang publis. Lakunare (Gimbernat)
merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal
dari daerah SIAS. Ligamentum ini membentuk sudut kurang
dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis
dan Colle’s. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis
yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke
linea alba.
5. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus
obliqus internus, falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.
6. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan
ligamentum pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis
dan fasia transversalis. Fascia transversalis dianggap sebagai
satu kelanjutan dari otot transversalis dan aponeurosisnya.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan dimana salah satunya terletak sebelum yang lainnya
manakala bagian dalamnya lebih tipis dari bagian luar. Ia
keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semilunaris. Ligamentum
Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper
adalah titik fiksasi yang penting dalam metode perbaikan
laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.
7. Preperitoneal space Preperitoneal space terdiri dari jaringan
lemak, limfatik, pembuluh darah dan saraf. Saraf preperitoneal
yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus
cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan
kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan
sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia
iliaca dan melalui perlekatan sebelah lateral ligamentum
inguinale pada spina iliaca anterior superior. Nervus
genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2
atau kadang dari L3. Ia turun di depan otot psoas dan terbagi
menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital masuk ke
kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang
femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.
Ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak dan limfatik ditemukan di preperitoneal space,
dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.
8. Peritoneum
9. Superfisial dan deep inguinal ring.
Bagian bagian dari hernia :

a. Pintu hernia adalah lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
berdasarkan dari pintunya
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum,
korpus dan basis
c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding
yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus obliqus internus.
Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior
dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin
tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis muskulus
transversus abdominis dan fasia transversal.
Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus
dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal


ring. Ini merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk
huruf “U” dan “V” dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin
interna adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis, iliopublik
tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh darah
epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah daerah
pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk “U”
dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial.
D. Isi kanalis inguinalis pria

a) Duktus deferens
b) 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna 2. Arteri diferential 3.Arteri
spermatika eksterna
c) Plexus vena pampiniformis
d) 3 nervus: 1. Cabang genital dari nervus genitofemoral 2. Nervus
ilioinguinalis 3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e) 3 lapisan fasia: 1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia
innominate. 2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut
muskulus obliqus internus dan fasia otot. 3. Fasia spermatika interna,
perluasan dari fasia transversal. Selubung hernia merupakan lapisan-
lapisan yang menyelubungi hernia.

Bagian dan Jenis Hernia

Bagian – bagian hernia :

1 Kantong hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum


parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia
incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2 Isi hernia Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus
(omentum).
3 Pintu hernia Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
4 Leher hernia Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia.
5 Locus minoris resistence (LMR)
Jenis hernia

1 Menurut lokasinya :
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau
burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.
c. Hernia femoralis adalah di paha.

2. Menurut isinya :
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum

3. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.

4. Menurut terlihat dan tidaknya :


a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan
sebagainya.
b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi,
hernia obturaforia.

5. Menurut nama penemunya :


a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.

6. Jenis hernia lainnya :


a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang
terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

Etiologi dan Faktor Risiko


 Kongenital. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada
fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum
ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan processus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah
lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga
isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
lebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami
obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

 Didapat
1. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia.
2. Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong
isi hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar,
seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi
prostad, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen
juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis.
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden
hernia meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen
dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.

Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fascia transversa yang
kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi


annulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus
kedalam kanalis unguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi
akibat kerusakan n.iliofemoralis dan n. ilioinguinalis setelah apendektomi.
Klasifikasi

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis,


karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar
dari annulus inguinalis ekternus. Apabila hernia berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada
dalam m.kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur
lain dalam tali sperma.

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis,


menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang
dibatasi ligamentum inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna
sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah.

Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan


tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar.

Hernia femoralis pada umumnya dijumpai pada perempuan tua,


kejadian pada wanita kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa
benjolan di lipat paha. Sering penderita datang ke dokter atau rumah sakit
dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di
lipat paha di bawah ligamentum inguinale, di medial vena femoralis dan
lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda
sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena
kecilnya atau karena penderita gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus
femoralis ke dalam kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha.

Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna


vasorum dorsal dari ligamentum inguinale, tempat v.safena magna bermuara
di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras
dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh lig. Inguinale, kaudodorsal
oleh pinggir os. Pubis yang terdiri dari lig. Iliopektineale (lig. Cooper),
sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh lig.
Lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum
kaudal dari lig. Inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis.

Diagnosa

Diagnosis hernia ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan


fisik. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada
annulus inguinalis superfisialis. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya
adalah benjolan di lipatan paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Dengan
berlalunya waktu, sejumlah hernia turun ke dalam skrotum sehingga
skrotum membesar. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
pada mesenterium pada waktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Omentum yang terperangkap di dalam kantung hernia dapat
menyebabkan gejala nyeri abdomen yang kronis. Nyeri hebat yang disertai
mual atau muntah baru timbul kalau sudah terjadi inkarserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas
ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia
dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti
sebuah massa yang padat yang biasanya berisi ovarium. Pemeriksaan
transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel dengan hernia.
Bising usus pada auskultasi skrotum akan semakin mengarah pada hernia.

Empat teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Thumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

Pemeriksaan Finger Test :

1.Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis.

Pemeriksaan Ziemen Test :

1.Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh


penderita).

2.Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Jari ke 2 pasien diletakkan di proyeksi anulus inguinalis internus, jari ke-


3 pasien diletakkan di proyeksi anulus inguinalis eksternus dan jari ke-4
diletakkan pada foss femoralis. Kemudian penderita disuruh
batuk/mengedan, bila terdapat rangsangan

Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
(kurang lebih pertengahan SIAS-Tub.Pubicum, 1.5 cm diatas lig.inguinale).

-Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

-Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.


Manuver Valsava

Pasien disuruh untuk memencet hidungnya serta mulut ditutup kemudian


meniup dengan keras dari hidung, benjolan hernia akan muncul.

Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat
tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih
sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering
dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es diatas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera.

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang


telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai
seumur hidup. Cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai komplikasi,
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anakanak cara ini
dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia


inguinalis yang rasional, untuk mencegah inkarserasi kemudian, obstruksi
usus dan infark usus. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Pada tahun 1889, Bassini pertama melaporkan hasil yang terus-
menerus berhasil dengan perbaikan bedah pada hernia inguinalis. Bassini
menggunakan prosedur cermat dengan ligasi tinggi kantong hernia dan
pendekatan anatomi cermat bagi conjoined fascia dari muskulus oblikus
internus dan transverses abdominis ke ligamentum inguinal (Poupart).

Bassini repair.

A. Fascia transversalis dibuka dari annulus inguinalis internus ke


tuberkulum pubikum memperlihatkan preperitoneal fat

B. Rekonstruksi dinding posterior dengan menghubungkan fascia


transversalis (TF), m.transversus abdominis (TA) dan m.oblique internus
(IO) (Bassini's famous "triple layer") di medial ke ligamentum inguinal (IL)
di lateral. EO = aponeurosis oblique eksterna.

Halsted, yang tidak menyadari penemuan Bassini sejak dipublikasi


dalam jurnal Italia yang tak terkenal, secara bebas menggambarkan tindakan
serupa pada tahun 1889. Tindakan Halsted juga terdiri dari penjahitan fasia
oblikus internus dan transverses abdominis ke ligamentum inguinale. Dalam
tindakan pertamanya, halsted mentransplantasi funikulus spermatikus diatas
penutupan fasia oblikus eksternus (Halsted I). Kemudian Halsted melakukan
tindakan yang sama, tetapi memungkinkan funikulus spermatikus tetap
dalam posisi normalnya dibawah fasia oblikus eksternus (Halsted II).
Tindakan Bassini dan Halsted menampilkan kemajuan besar dan zaman
penatalaksanaan bedah yang luas dari hernia inguinalis dimulai.

Sejak karya peloporan ini, sejumlah variasi tehnik telah diperkenalkan


bersama dengan konsep baru, dalam usaha menurunkan angka kekambuhan
yang telah rendah. McVay mempopularisasikan tehnik perapatan conjoint
tendon muskulus oblikus internus dan rektus abdominis ke ligamentum
cooper, suatu operasi yang pada mulanya digambarkan oleh Lotheissen pada
tahun 1889. Shouldice mengenalkan konsep membuka lantai inguinalis dan
mengimbrikasi fasia transversalis dengan tehnik jahitan kontinyu. Saat ini
operasi yang diuraikan oleh pelopor ini terutama digunakan dalam
mengoreksi hernia.

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.


Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis


internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus
internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan
nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode
Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis,
m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay.
Metode McVay dapat digunakan pada kasus hernia inguinalis indirek yang
besar. Untuk hernia inguinalis direk, khususnya yang berukuran besar dan
berulang, metode McVay umumnya lebih disukai.

Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan


pemakaian bahan sintesis nonabsorbable seperti mersilene, prolene mesh
atau marleks untuk menutup defek. Tubuh akan membentuk jaringan
granulasi di sekitar mesh yang dianggap tubuh sebagai benda asing,
kemudian membentuk jaringan parut dan menciptakan barier tanpa tegangan
(tension-free barrier) yang solid sehingga mencegah hernia kambuh
kembali.

Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia
irreponibel. Ini dapat terjadi kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari
omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau hernia akreta. Disini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi
total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia
obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan
satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti hurup W.

Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi


hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut.

Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai


dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi maka dapat terjadi gangguan toksik akibat gangren, dan
gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh
nyeri lebih hebat di tempat hernia, nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneum. Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi
hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata
dapat menyebabkan perforasi, peritonitis, sepsis hingga kematian, sehingga
merupakan keadaan gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan segera.

Komplikasi operasi hernia antara lain infertilitas akibat cedera pada


vas deferens, atrofi testis akibat cedera pada pembuluh darah testis saat
operasi, kriptorchidis sekunder akibat pembentukan jaringan parut
berlebihan paska operasi, dan rekurensi hernia.

Prognosis

Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1-3% dalam


jarak waktu 10 tahun kemudian. Terjadinya residif yang paling sering ialah
penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya
karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal,
atau kantong hernia tidak ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.
Ninth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394
Desarda, Mohan P., 2003. Surgical Physiology of Inguinal Hernia Repair.
Retrieved from :http://www.biomedcentral.com/1471-2482/3/2.
Manthey, David. Hernias .2007. Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
Nicks, Bret A. & Askew, Kim, 2009. Hernias. Retrieved from :
http://emedicine.medscape.com/article/775630-followup.
Ortenberg, Joseph, 2009. Hydrocele and Hernia in Children. Retrieved from
:http://emedicine.medscape.com/article/1015147-followup.
Sjamsuhidajat, R. & de Jong, Wim, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai