Oleh
Penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. LAPORANKASUS ................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10
2.1 Definisi ................................................................................................ 11
2.2 Anatomi .............................................................................................. 12
2.3 Klasifikasi ...........................................................................................20
2.4 Diagnosa .............................................................................................21
2.5 Penatalaksanaan ................................................................................ 24
2.6 Komplikasi ........................................................................................27
2.7 Prognosis ............................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien
Nama : Tn AZ
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Waringin
Masuk Rumah Sakit : 7 November 2019
Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2019
II. Anamnesa
Keluhan Utama : benjolan di buah zakar sebelah kanan
Riwayat alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun alergi obat
Tanda Vital :
- Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 84x/ menit, teratur
- Pernapasan : 20 x/ menit
- Suhu axilla : 36,7˚C
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek pupil
+/+, pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm
Wajah : kulit wajah pucat (-), sianosis (-)
Telinga : deformitas (-)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan dinding dada simetris, pelebaran
sela iga (-), tipe pernafasan thorakoabdominal, Iktus cordis tidak
tampak.
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba sama,
nyeri tekan (-), krepitasi (-), iktus cordis teraba ICS V midclavikula
line sinistra.
Perkusi : pulmo : Sonor pada kedua lapangan paru. Cor : batas kanan
jantung pada ICS II parasternal line dextra, batas kiri pada ICS V
midklavikula line sinistra
Auskultasi : pulmo : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/- Cor : S1S2
tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), umbilikus tampak normal, sikatrik (-), tampak
massa pada daerah inguinal dekstra melewati daerah pubis sampai
daerah scrotalis, sewarna kulit disekitarnya.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel (+), nyeri perut (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba,
teraba massa berbentuk lonjong, konsistensi kenyal, mobile, nyeri (-)
pada daerah inguinal dekstra. Batas kanan : tepat pada ligamentum
inguinal, batas kiri : 1 cm dari linea alba.
Uro-genital Pubis
inspeksi: tampak massa pada daerah pubis dekstra sampai daerah
scrotalis dekstra, sewarna kulit disekitarnya.
Palpasi : Massa berukuran 2 x 3 cm, berbentuk lonjong, konsistensi
kenyal, mobile, nyeri (- ). OUE : penyempitan (-), warna kulit normal
Skrotum
Inspeksi : Tampak massa pada daerah skrotum dekstra yang
merupakan sambungan dari massa pada daerah inguinal dekstra dan
pubis, hiperemis (-), warna kulit diatas benjolan sama dengan kulit
disekitarnya
Palpasi : Teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 5 x 4 cm,
permukaan licin, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-
). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam posisi
pasien berbaring. Pada bagian kauda massa teraba testis. Auskultasi :
Bising usus (+) pada benjolan di skrotum dekstra Pemeriksaan khusus :
Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa Thumb test (-
) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Transiluminasi : (-)
Extremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-, deformitas -/- Extremitas
bawah : Akral hangat +/+, edema -/-, deformitas -/-
Pemeriksaan khusus :
Finger test (+) teraba benjolan pada ujung jari
pemeriksa Thumb test (-) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus
inguinalis internus
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Transiluminasi : (-).
IV. Resume :
Laki-laki, 58 tahun, datang dengan keluhan benjolan di skrotum kanan
didapatkan :
1 Tujuh bulan yang lalu, muncul benjolan kecil di selangkangan kanan
pasien secara tibatiba. Benjolan hilang timbul dan tidak nyeri.
2 Dua bulan yang lalu benjolan semakin membesar sampai ke skrotum
pasien. Benjolan hanya bisa dimasukkan dengan tangan dan tidak
nyeri.
3 Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Penderita dalam keadaan umum baik, tekanan darah 130/ 80 mmHg,
nadi:84x/ menit, kuat angkat, teratur, pernapasan: 22 x/ menit, Suhu
axilla : 37˚C
Differential diagnosis :
Hidrokel Tumor testis
Varikokel
Orchitis Undecensuss testis
Definisi
Anatomi
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan
lemak. Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan
profundus (Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan
dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,
perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari
dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan
superfisial atau lapisan luar dari fasia muskulus obliqus
eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Aponeurosis otot obliquus eksternus: dibentuk oleh dua
lapisan: superfisial dan profunda. Bersama dengan aponeurosis
otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis
obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis
inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca
anterior superior ke tuberculum pubicum. Apponeurosis
muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale
(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis
muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai
ke ramus superior tulang publis. Lakunare (Gimbernat)
merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal
dari daerah SIAS. Ligamentum ini membentuk sudut kurang
dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis
dan Colle’s. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis
yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke
linea alba.
5. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus
obliqus internus, falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.
6. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan
ligamentum pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis
dan fasia transversalis. Fascia transversalis dianggap sebagai
satu kelanjutan dari otot transversalis dan aponeurosisnya.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan dimana salah satunya terletak sebelum yang lainnya
manakala bagian dalamnya lebih tipis dari bagian luar. Ia
keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semilunaris. Ligamentum
Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper
adalah titik fiksasi yang penting dalam metode perbaikan
laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.
7. Preperitoneal space Preperitoneal space terdiri dari jaringan
lemak, limfatik, pembuluh darah dan saraf. Saraf preperitoneal
yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus
cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan
kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan
sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia
iliaca dan melalui perlekatan sebelah lateral ligamentum
inguinale pada spina iliaca anterior superior. Nervus
genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2
atau kadang dari L3. Ia turun di depan otot psoas dan terbagi
menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital masuk ke
kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang
femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.
Ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak dan limfatik ditemukan di preperitoneal space,
dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.
8. Peritoneum
9. Superfisial dan deep inguinal ring.
Bagian bagian dari hernia :
a. Pintu hernia adalah lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
berdasarkan dari pintunya
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum,
korpus dan basis
c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding
yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus obliqus internus.
Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior
dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin
tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis muskulus
transversus abdominis dan fasia transversal.
Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus
dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.
a) Duktus deferens
b) 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna 2. Arteri diferential 3.Arteri
spermatika eksterna
c) Plexus vena pampiniformis
d) 3 nervus: 1. Cabang genital dari nervus genitofemoral 2. Nervus
ilioinguinalis 3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e) 3 lapisan fasia: 1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia
innominate. 2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut
muskulus obliqus internus dan fasia otot. 3. Fasia spermatika interna,
perluasan dari fasia transversal. Selubung hernia merupakan lapisan-
lapisan yang menyelubungi hernia.
1 Menurut lokasinya :
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau
burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.
c. Hernia femoralis adalah di paha.
2. Menurut isinya :
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
Didapat
1. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia.
2. Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong
isi hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar,
seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi
prostad, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen
juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis.
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden
hernia meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen
dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fascia transversa yang
kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia.
Diagnosa
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas
ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia
dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti
sebuah massa yang padat yang biasanya berisi ovarium. Pemeriksaan
transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel dengan hernia.
Bising usus pada auskultasi skrotum akan semakin mengarah pada hernia.
Empat teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Thumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
(kurang lebih pertengahan SIAS-Tub.Pubicum, 1.5 cm diatas lig.inguinale).
Penatalaksanaan
Bassini repair.
Komplikasi
Prognosis