Anda di halaman 1dari 13

Makalah

PERMASALAHAN ETIKA KESEHATAN DI ERA MILENIAL

DISUSUN OLEH :
TIARA MUFLIHAH
K011191122

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Permasalahan Etika
Kesehatan di Era Milenial”.
Saya berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan sumber-sumber dan
informasi dari website terpercaya. Namun, penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna karena kemampuan saya yang masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca maupun pemerhati dibutuhkan
agar saya dapat memperbaiki makalah tentang “Permasalahan Etika Kesehatan di
Era Milenial” ini.
Saya mengharapkan semoga makalah tentang “Permasalahan Etika
Kesehatan di Era Milenial” ini dapat memberikan manfaat dan memperluas
pengetahuan serta menjadi pedoman bagi pembaca.

Makassar, 16 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Etika ............................................................................... 3
2.2 Etika Pelayanan Kesehatan ................................................................... 3
2.3 Beberapa Permasalahan Etika Pelayanan Kesehatan ............................ 4
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 9
3.2 Saran ...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, kelompok ataupun masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan tentu ada
aturan-aturan yang berkaitan dengan kesehatan yaitu
bagaimana menghandle masalah-masalah itu tidak keluar dari etika dan hukum
agar apa yang dikerjakan tidak menimbulkan efek secara etika dan hukum
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara lebih luas, etika merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola
tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada
masyarakat. Pekerjaan profesi antara lain dokter, apoteker, ahli kesehatan
masyarakat, perawat, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, dan lain-lain. Etika
maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang sama, yakni
terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai. Oleh sebab itu,
semua masyarakat harus mematuhi etika dan hukum yang ada. Apabila tidak
maka bagi pelanggar etika sanksinya adalah ‘moral” sedangkan bagi para
pelanggar hukum, sanksinya adalah hukuman (pidana atau perdata).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang, maka dapat diketahui rumusan masalah
dari makalah ini antara lain:
1. Bagaimana konsep dasar etika?
2. Apa pengertian etika pelayanan kesehatan?
3. Apa saja permasalahan etika kesehatan?

1
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diketahui tujuan dari makalah
ini antara lain:
1. Mempelajari konsep dasar etika
2. Mempelajari etika kesehatan masyarakat
3. Mempelajari permasalahan etika kesehatan

1.4 MANFAAT
Berdasarkan tujuan, maka dapat diketahui manfaat dari makalah ini antara
lain:
1. Mengetahui konsep dasar etika
2. Mengetahui etika kesehatan masyarakat
3. Mengetahui permasalahan etika kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Etika


Secara etimologis etika diambil dari bahasa Yunani Ethos yang artinya
adalah adat istiadat atau kebiasaan. Di dalam pengertian ini etika dan etiket
memiliki makna yang kurang lebih sama. Namun dalam perkembanganya etika
dihubungkan dengan hal-hal yang berkait erat dengan niali, sehingga etika
menjadi bagian dari ranah aksiologi yang bahkan sering di sebut dengan filsafat
tingkah laku manusia.
Pengertian ini kemudian menjadikan etika sebagai sesuatu yang sangat berbeda
dengan istilah sebelumnya yaitu adat isstiadat, namun mempnyai landasan
pemikiran atau suatu kerangka berfikir yang akhirnya melahirkan suatu sikap
yang lebih bernilai. Di dalam bukunya Bertens juga membedakan etika di dalam 3
pengertian yaitu :
1. Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok untuk mengatur tingkah laku yang di dalam hal ini bisa disamakan
dengan adat, istiadat, ataupun kebiasaan.
2. Etika diartikan sebagai kumpulan asa atau nilai moral yang juga lebih di kenal
dengan kode etik.
3. Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Didalam hal
ini etika baru menjadi ilmu apabila kemungkinan-kemungkinan etis yang begitu
saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis.

2.2 Etika Pelayanan Kesehatan


Dalam arti yang sempit, pelayanan kesehatan adalah suatu tindakan
pemberian obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka
tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun
melalui kemitraan dengan swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas
kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat. Konsep ini lebih menekankan

3
bagaimana pelayanan publik terutama pelayanan kesehatan berhasil diberikan
melalui suatu sistem yang sehat. Pelayanan kesehatan ini dapat dilihat sehari-hari
di RSUD ataupun puskesmas-puskesmas. Tujuan pelayanan kesehatan adalah
menyediakan obat-obatan dan pelayanan jasa yang terbaik bagi masyarakat. Obat-
obatan dan pelayanan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian
pelayanan kesehatan yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap
masyarakat, kalau perlu melebihi harapan masyarakat
Dalam arti yang luas, konsep pelayanan kesehatan (health service) identik
dengan memberikan pelayanan jasa demi kepentingan masyarakat luas. Dalam
konteks ini pelayanan kesehatan lebih dititik beratkan kepada bagaimana elemen-
elemen pelayan kesehatan seperti para tim medis melakukan pelayanan, dimana
pelayanan kesehatan identik dengan pengobatan yang merupakan bagian dari
manajemen ilmu kesehatan.

2.3 Beberapa Permasalahan Etika Pelayanan Kesehatan

Dibutuhkan Kode Etik dalam pelayanan kesehatan. Kode etik pelayanan


kesehatan di Indonesia masih terbatas pada beberapa profesi seperti ahli
keperawatan, kebidanan dan kedokteran sementara kode etik untuk profesi yang
lain masih belum nampak. Ada yang mengatakan bahwa kita tidak perlu kode etik
karena secara umum kita telah memiliki nilai-nilai agama, etika moral Pancasila,
bahkan sudah ada sumpah pegawai negeri yang diucapkan setiap apel bendera.
Pendapat tersebut tidak salah, namun harus diakui bahwa ketiadaan kode etik ini
telah memberi peluang bagi para pemberi pelayanan kesehatan untuk
mengenyampingkan kepentingan masyarakat umum. Kehadiran kode etik itu
sendiri lebih berfungsi sebagai alat kontrol langsung bagi perilaku para pegawai
yang bekerja dibidang kesehatan.
Kelemahan kita terletak pada ketiadaan atau terbatasnya kode etik.
Demikian pula kebebasan dalam menguji dan mempertanyakan norma-norma
moralitas yang berlaku dalam pelayanan kesehatan masih kurang maksimal,
bahkan seringkali kaku terhadap norma-norma moralitas yang sudah ada tanpa

4
melihat perubahan jaman. Kita juga masih membiarkan diri kita didikte oleh pihak
luar sehingga belum terjadi otonomi beretika.

~Mengenai Obat dan Vaksin Palsu


Sarana kesehtan di Indonesia telah banyak menuai kasus, seperti obat-
obatan yang disalah gunakan, obat palsu dan vaksin palsu. Masyarakat kini telah
mudah mendapatkan obat-obatan, bisa didapatkan di puskesmas, apotek, dan di
minimarket, karena kemudahan tersebut banyak orang yang menyalahgunakan
nya, obat yang seharusnya digunakan untuk kepentingan kesehatan manusia,
tetapi karena kemudahan dan luas nya informasi tentang obat akhirnya masyarakat
tau akan fungsi indikasi dari obat-obatan. Contoh nya di gunakan untuk mabuk,
teler, penenang, dll. Lalu beredar nya obat palsu dan vaksin palsu. Hal tersebut
terjadi karena adanya oknum yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan uang
banyak dari pendistribusian obat dan vaksin untuk masyarakat. Dampaknya sangat
berbahaya bagi masyarakat, dapat membuat seseorang kehilangan nyawa karena
obat palsu, dan membuat imunitas seseorang tidak kuat melawan virus.
Hal-hal seperti obat yang disalahgunakan, obat palsu, dan vaksin palsu
bisa terjadi karena kurang nya pengawasan dari petugas petugas kesehatan
farmasi, apoteker, dan BPOM.
Di beberapa bidang tersebut terdapat oknum yang tidak menggunakan etika nya
sebagai petugas kesehatan, oknum-oknum tersebut hanya ingin mendapatkan
keuntungan uang saja tanpa memperhatikan dampak bagi sosial, yang seperti
itulah yang patut untuk di beri sanksi dan hukuman, sudah jelas dan baku petugas
kesehatan bertindak dengan kapasitas professional dan mampu memberikan
pelayanan profesi kepada masyarakat sesuai dengan kemajuan jaman. Pemerintah,
petugas kesehatan, dan masyarakat harus lebih ditingkatkan kesadaran dan etika
nya dalam masalah kesehatan ini.

~Kapan sebaiknya penyakit dilaporkan kepada pihak berwenang di bidang


Kesehatan Masyarakat?

Setiap negara memiliki undang-undang khusus yang mengidentifikasi


penyakit tertentu dengan implikasi kesehatan masyarakat, seperti penyakit

5
menular, yang memerlukan pelaporan. Selain ini persyaratan hukum terletak
pertanyaan kapan itu dibenarkan untuk berpotensi melanggar kerahasiaan untuk
melindungi kesehatan publik.

Hal ini dibenarkan secara etis untuk mengungkapkan diagnosis kepada


otoritas kesehatan publik jika risiko kepada publik memiliki fitur berikut: risiko
tinggi dalam probabilitasrisiko serius dalam dampaknya resiko berhubungan
dengan individu atau kelompok dapat diidentifikasi.

Misalnya, jika pekerja restoran yang menangani makanan menderita


hepatitis akut meminta diagnosanya dirahasiakan, dokter tetap harus
mengungkapkan diagnosis ini kepada Balai POM atau Dinas Kesehatan, karena
resiko penularan kepada masyarakat yang tinggi, dengan akibat yang serius.

~Dapatkah pasien menolak untuk menjalani langkah-langkah rutin pencegahan di


bidang kesehatan?

Ada sejumlah intervensi kesehatan preventif yang hanya memberikan efek


minimal bagi kesehatan individu namun memberikan manfaat besar bagi
kesehatan kolektif publik. Sebagai contoh, imunisasi memberikan perlindungan
tetapi melibatkan beberapa resiko bagi individu. Namun, jika program kesehatan
masyarakat dapat mencapai vaksinasi universal, kesehatan keseluruhan
masyarakat dapat tercapai.

Jika seorang pasien menolak imunisasi yang secara hukum diwajibkan


(misalnya, dalam yurisdiksi di mana imunisasi diamanatkan secara hukum), ini
menjadi masalah hukum. Jika tidak diamanatkan secara hukum, adanya informasi
penolakan, bertentangan dengan keyakinan agama atau pribadi, maka keputusan
tersebut dapat dihormati.

6
~Dapatkah dokter menolak untuk mengikuti mandat kesehatan publik yang dia
tentang?

Kebanyakan peraturan dan hukum mengenai kesehatan masyarakat


mencerminkan proses kebijakan publik yang melibatkan pengorbanan. Jarang ada
kepastian dalam rekomendasi kebijakan akhir, yang sering menghasilkan posisi
kompromi dari kelompok yang berbeda.

Akibatnya, dokter dan pekerja kesehatan lainnya mungkin menemukan


posisi mereka sendiri bertentangan dengan peraturan atau hukum pelayanan
kesehatan. Profesional memiliki kewajiban untuk melakukan penilaian dan tidak
mengikuti hukum yang tidak adil atau tidak bermoral.

Dengan demikian, profesional pelayanan kesehatan harus mencari cara


lain selain tidak mentaati peraturan secara langsung namun mencoba untuk
mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan yang dia tidak setujui. Tidak ada
penyedia pelayanan kesehatan yang dipaksa untuk memberikan layanan yang
bertentangan dengan moralnya, tapi ia juga tidak boleh menghalangi orang lain
yang mendukungnya. Cara terbaik dan paling membangun untuk mempengaruhi
kebijakan kesehatan adalah untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan
kebijakan.

~Kapan pasien dapat “dipaksa” untuk mendapatkan perawatan medis yang


berlawanan dengan keinginannya?

Ini adalah wilayah kontroversial dalam hukum, dan hukum diatur oleh
negara. Pembenaran etis untuk pengobatan pasien yang berlawanan dengan
kehendaknya didasarkan pada perbandingan antara risiko publik versus
menghormati kebebasan pribadi pasien. Jika berisiko besar kepada publik, banyak
negara yang mengizinkan untuk melakukan pengobatan paksa.

Sebagai contoh, pasien dengan TB paru aktif yang resisten terhadap


beberapa obat anti-TB menimbulkan risiko besar bagi masyarakat jika kondisinya

7
tidak diobati. Hal ini timbul karena tingginya infektivitas TB paru aktif padahal
hanya sedikit resiko yang dapat timbul pada pasien yang mendapatkan obat oral
sebagai terapi TB. Kondisi lain yang memerlukan pengobatan namun sedikit atau
tidak menimbulkan ancaman bagi publik, seperti leukemia akut yang tidak
diobati, tidak dapat dipaksa untuk melakukan pengobatan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah “PERMASALAHAN ETIKA KESEHATAN DI


ERA MILENIAL” antara lain:

1. Secara etimologis etika diambil dari bahasa Yunani Ethos yang artinya adalah
adat istiadat atau kebiasaan. Di dalam pengertian ini etika dan etiket memiliki
makna yang kurang lebih sama. Namun dalam perkembanganya etika
dihubungkan dengan hal-hal yang berkait erat dengan niali, sehingga etika
menjadi bagian dari ranah aksiologi yang bahkan sering di sebut dengan filsafat
tingkah laku manusia.
2. Konsep pelayanan kesehatan (health service) identik dengan memberikan
pelayanan jasa demi kepentingan masyarakat luas. Dalam konteks ini pelayanan
kesehatan lebih dititik beratkan kepada bagaimana elemen-elemen pelayan
kesehatan seperti para tim medis melakukan pelayanan, dimana pelayanan
kesehatan identik dengan pengobatan yang merupakan bagian dari manajemen
ilmu kesehatan.

3.2 Saran

Masih banyak permasalahan yang membingungkan pada saat menghadapi


pelayanan kesehatan, bagaimana etika yang benar dalam menghadapi masalah-
masalah yang ada, maka dari itu kita harus bisa lebih kritis untuk mendapatkan
perbaikan yang lebih untuk menghindari hal-hal yang lebih berbahaya nantinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://syawalafm.blogspot.com/2016/12/makalah-etika-hukum-kesehatan.html
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36427837/makalah_etika_ke
pewatan.docx?response-
contentdisposition=attachment%3B%20filename%3DKONSEP_ETIKA_DAN_H
UKUM_PELAYANAN_KESEHAT.docx&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-
Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20191015%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Date=20191015T235312Z&X-Amz-
Expires=3600&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Signature=79f6e3ad02bf92e770cd52c30f7f9ddd5bdb5e4cba800fa1de79395695f2
1eda
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7a38589cfe5546bea0ca7aacc96
442f4.pdf
https://www.slideshare.net/AsthrEeySchwarzenegger/kasus-moral-etika-kesehatan

10

Anda mungkin juga menyukai