Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN BAKTERI EKSTRA SELULER DAN

INTRASELULER ?
Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang mampu membelah diri di luar sel host,
contohnya pada sirkulasi, jaringan ikat ekstraselular, dan berbagai macam ruang antar
jaringan seperti saluran gastrointestinal dan saluran genitourinaria
Bakteri ekstraselluler dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa
mekanisme yaitu :
a. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi jaringan di tempat
infeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering menimbulkan
infeksi supuratif yang hebat.
b. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik. Toksin itu dapat
berupa endotoksin dan eksotoksin.
- Eksotoksin merupakan protein bakteri yang diproduksi dan dikeluarkan ke
lingkungan selama pertumbuhan bakteri patogen. Ada beberapa cara
eksotoksin untuk dapat menimbulkan penyakit. Pertama, eksotoksin
dikeluarkan ke makanan akibatnya manusia terserang penyakit asal
makanan. Kedua, eksotoksin dikeluarkan ke permukaaan mukosa
menyerang sel inang atau dapat terbawa ke sistem peredaran darah untuk
menyerang jaringan yang rentan. Ketiga, bakteri patogen membentuk abses
(luka) dan mengeluarkan eksotoksin untuk merusak jaringan sehingga
mempermudah pertumbuhan bakteri.
- Endotoksin merupakan lipid A sebagai bagian dari lipopolisakarida
membran luar bakteri Gram-negatif. Ketika bakteri patogen terbenam dalam
permukaan sel inang, akan menyebabkan pelepasan senyawa protein seperti
komplemen dan sitokin berlebih yang dapat ikut merusak sel atau jaringan
inang di sekitarnya.
CONTOHNYA
a. Bakteri gram positif atau pyogenic cocci (Staphilococcus, Streptococus)
b. Gram negatif (Meningococcus dan gonococcus, Neisseria)
c. Basil gram negatif (organisme dalam usus: E.coli)
d. Basil gram negatif (umumnya bakteri anaerob: spesies Clostridium)
Bakteri Intraseluler
Karakteristik utama bakteri intraselular adalah kemampuannya untuk hidup
dan bereplikasi di dalam sel-sel fagosit.Di mana mikroba berhasil menemukan
tempat yang tidak dapat dijangkau oleh antibodi. Bakteri intraseluler terbagi atas
dua jenis, yaitu :
a. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis tetapi
tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis.
b. Bakteri intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan
berkembang biak di dalam sel host. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak
dapat dijangkau oleh antibody dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons
imun terhadap bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri
ekstraseluler.

IMUN SELULER ???


Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul protein yang
tersimpan dalam limfa dan plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh sel T limfosit.
Mekanisme ini ditujukan untuk benda asing yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan
virus) sehingga tidak dapat dilekati oleh antibodi. T limfosit kemudian akan menginduksi 2
hal:

(1) fagositosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi,

(2) lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas ke luar sel dan dapat di
dilekati oleh antibodi.

Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor.
Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-
sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul
rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya.
Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh
sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T
sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel
tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke
dalam sasaran ”asing”. Baik sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus
untuk belajar mengenal fungsi (Zahroni, 2003).

Pada respon imun seluler banyak mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara
intra seluler, antara lain dalam makrofag sehingga sulit dijangkau oleh antibody. Untuk
melawan mikroorganisme intraseluler itu diperlukan respon imun seluler yang merupakan
fungsi limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut sel T penolong (T-helper) akan mengenali
mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui MHC (major histocompatibility complex)
kelas II yang t erdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal in menginduksi limfosit untuk
memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang dapat
membantu makrofag menghancurkan mikroorganisme tersebut. Subpopulasi limfosit T lain
yang disebit T-sitotoksis juga berfungsi menghancurkan mikroorganisme intrasel yang
disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain itu menghancurkan
mikroorganisme secara langsung melalui “ciuman maut” , sel T- sitotoksik (T-cyt otoxic)
juga menghasilkan gamma-interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme ke dalam
sel lain (Zahroni, 2003).

Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Jalur komplemen merupakan jalur yang
berperan dalam respon imunologik terhadap bakteri anaerob (Kresno, 1996).

Anda mungkin juga menyukai