Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GIZI PERAIRAN

TEKNOLOGI MODERN DALAM PEMANFAATAN PRODUK PERAIRAN

Disusun Oleh

Kelompok A2 : Rahayu Nainggolan 1813411034

Sheila Evita Sari 1813411026

Helen Novtashia 1813411024

Arum Kusuma Dewi 1813411039

Rahma Mustika Wardani 1813411030

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN D3 GIZI

TAHUN AJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami akan
membahas mengenai ‘’TEKNOLOGI MODERN DALAM PEMANFAATAN
PRODUK PERAIRAN’’.

Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 24 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ....................................................................................................1

KATA PENGANTAR. ..................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................4


1.2 Tujuan ..............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................5

2.1 Surimi..............................................................................................................5

2.2 Bahan Baku Surimi .........................................................................................5

2.3 Bahan Tambahan ............................................................................................6

2.4 Leaching ..........................................................................................................7

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...................................................................8

3.1 Judul Praktikum ..............................................................................................8

3.2 Waktu Praktikum ............................................................................................8

3.3 Tempat ............................................................................................................8

3.4 Alat & Bahan ..................................................................................................8

3.5 Prosedur Kerja ................................................................................................9

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN ............................................................................10

4.1 Hasil Praktikum ..............................................................................................11

4.2 Pembahasan.....................................................................................................14

BAB V PENUTUP.........................................................................................................15

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16

LAMPIRAN...................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Surimi merupakan konsentrat miofibril yang sifatnya elastis dan terbuat dari daging
giling sebagai bahan utama. Surimi dalam pembuatannya telah melalui beberapa proses
produksi seperti penghilangan kepala, tulang, ekor dan sisik serta melalui proses
pencucian dan penghilangan air sehingga didapatkan konsentrat miofibril yang
selanjutnya dibekukan ataupun tanpa pembekuan (Park, 2005). Surimi merupakan produk
antara yang akan diolah lebih lanjut menjadi produk akhir dengan aneka ragam bentuk
dan rasa seperti kamaboko, pempek, dan bakso ikan. Atribut mutu yang penting dari
produk surimi adalah teksturnya yang elastis yang ditinjau dari kekuatan gel surimi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat elastis surimi diantaranya adalah jenis
ikan dan bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan. Pembuatan surimi
dapat memanfaatkan ikan dengan nilai ekonomi rendah sebagai bahan baku. Produk
olahan seperti surimi mengandung protein yang tinggi dan dapat disimpan dalam jangka
waktu yang panjang pada keadaan beku (Santoso, 2011).
Guna meningkatkan kekuatan gel surimi yang dihasilkan, pencucian menggunakan air
dingin dalam tahapan pembuatan surimi dapat dilakukan dan memberikan bahan
tambahan lain yang mempunyai kemampuan membentuk gel. Bahan pengikat menurut
Widodo (2008) dalam Latifa (2014) merupakan bahan bukan daging yang dapat
ditambahkan ke adonan surimi dengan tujuan meningkatkan kestabilan emulsi,
mengurangi penyusutan selama pemasakan dan memperbaiki sifat irisan.

1.2 Tujuan
-Mengetahui cara pembuatan surimi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Surimi

Surimi merupakan produk antara yang berbahan baku ikan yang telah melalui
beberapa tahap seperti pemotongan kepala, penghilangan tulang dan ekor, pencucian,
penghilangan air, penambahan krioprotektan, pengemasan dan pembekuan sehingga
memiliki kemampuan membentuk gel dan mengikat air (Matsumoto, 1992 dalam
Sihmawati & Mokhamad, 2014). Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
surimi beku adalah ikan jenis demersal segar yang berwarna putih, tidak berbau lumpur,
dan mempunyai kemampuan bentuk gel yang baik. Produk surimi memiliki beberapa
keunggulan, yaitu :

• Memanfaatkan ikan sebagai bahan baku utama dan dapat meningkatkan nilai ekonomi
produk

• Dapat disimpan dalam jangka waktu lama pada penyimpanan dingin

• Memiliki kandungan protein fungsional tinggi 4

• Dapat menjadi produk yang memiliki variasi rasa dan bentuk melalui teknologi
formulasi. (Sihmawati & Mokhamad, 2014)

Surimi adalah konsentrat miofibril yang telah distabilisasikan dan diproduksi dengan
melalui beberapa tahapan yang akan menghilangkan bagian kepala dan bagian-bagian
lain seperti tulang, pencucian dan penghilangan air serta pembekuan (Okada, 1992).
Konsentrasi miofibril dapat mempengaruhi elastisitas dan pembentukan gel sehingga
perlu dijaga keberadaannya agar tidak terdegradasi (Okada, 1992). Berdasarkan
pembuatannya terdapat 3 jenis surimi yaitu tanpa penambahan garam (mu-en surimi),
dengan penambahan garam (ka-en surimi), surimi yang tidak mengalami proses
pembekuan (na-ma surimi) (Suzuki, 1981). Olahan pangan berbahan dasar surimi
(surimi based - product) memiliki variasi bentuk dan rasa seperti sosis ikan, bakso ikan,
daging kepiting tiruan, kamaboko, tempura dan lain – lain.

5
2.2 Bahan Baku Surimi

Dalam pembuatan surimi, kualitas bahan baku sangat mempengaruhi kualitas surimi
sehingga dibutuhkan bahan baku dengan kualitas baik. Bahan baku pembuatan surimi
pada umumnya adalah ikan, namun surimi juga dapat dibuat dari beberapa daging
lainnya dengan nama yang berbeda seperti daging bebek dinamakan duck-rimi. Ikan
sangat tepat digunakan sebagai bahan pembuatan surimi. Ikan mengandung komponen
nutrisi lengkap. Ikan merupakan sumber protein, mineral dan vitamin. Kandungan gizi
ikan berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor internal dan eksternal. Jenis ikan,
umur, habitat, pakan dan kualitas perairan mempengaruhi kandungan kimia di dalam
dagingnya.

Kandungan protein dalam bahan baku ikan merupakan komponen utama dalam
pembuatan surimi. Ikan memiliki kandungan protein sebesar 15-25% per 100 gram 6
daging ikan. Protein ikan pada umumnya terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu protein
miofibril (65-75%), sarkoplasma (20-30%) dan protein stroma (1-3%). Protein
sarkoplasma pada pembuatan surimi akan dibuang selama proses pencucian karena tidak
berperan dalam pembentukan gel dan akan menghambat cross-linking miosin pada
proses pembentukan gel (Haard et al., 1994). Protein miofibril merupakan protein yang
dapat membentuk gel. Protein miofibril terdiri dari protein miosin, aktin dan aktomiosin
(Shahidi, 1994).

Ikan yang digunakan dalam pembuatan surimi umumnya memiliki kandungan protein
tinggi dan lemak yang rendah. Daging berdaging gelap cenderung dikaitkan dengan
banyaknya lemak dan mioglobin yang tinggi yang dapat mempengaruhi terbentuknya
surimi dengan kualitas baik. Berdasarkan kandungan lemak, ikan dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu tidak berlemak (kandungan lemak kurang dari 4%), lemak
sedang (kandungan lemak antara 4-8%), berlemak (kandungan lemak diatas 8%)
(Zaitsev et al., 1969 dalam Pratiwi (2015).

6
2.3 Bahan Tambahan

Bumbu yang digunakan pada pembuatan surimi Anonim 2010 yaitu :


 Garam 0,2 – 0,3 %
 Gula pasir 3 %
 Poliphospat 0,2 %
Pada prinsipnya ada empat tahap proses pembuatan surimi,
yaitu (1) pencucian daging ikan, (2) penggilingan, (3) pengemasan,
dan (4) pembekuan. Pencucian daging ikan dilakukan dengan tiga sampai lima kali. Air
yang digunakan mempunyai suhu rendah (5-10oC) atau air es, karena air keran dapat
merusak tekstur (akibat denaturasi/kerusakan protein) dan mempercepat degradasi
lemak. Jumlah air yang digunakan biasanya berkisar antara lima sampai sepuluh kali dari
berat ikan. Banyaknya air yang digunakan dan ulangan pencucian tergantung dari
jenis ikan yang diolah, jenis air pencuci dan mutu surimi yang
diinginkan. Biasanya air pencuci terakhir mengandung garam (NaCl) sebanyak 0,01
sampai 0,3 persen, untuk memudahkan pembuangan air dari daging ikan.

2.4 Leaching
Proses leaching meliputi : pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan air es ( air
dingin ) dan diberi sedikit garam ( 0,2 – 0,3 %). Perbandingan ikan dengan air dingin 1 :
4 dan perendaman dilakukan selama 15 menit sambil di aduk-aduk. Proses leaching
tersebut, sebaiknya dilakukan 2 – 3 kali ulangan perendaman. Dengan perlakuan
leaching akan dapat memperbaiki warna daging (Anonim, 2010b).
Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi karena dapat
menunjang kemampuan dalam pembentukan gel dan mencegah denaturasi protein akibat
pembekuan. Pencucian yang berulang-ulang akan meningkatkan protein akibat
pembekuan. Pencucian yang berulang-ulang akan meningkatkan sifat hidrofilik daging
ikan. Selama pencucian, daging ikan dibersihkan dari darah, pigmen, lemak, lendir, dan
protein yang larut air. Dengan cara ini warna dan bau daging menjadi
lebih baik, disamping kandungan aktomiosinnya meningkat, sehingga
secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk yang
dihasilkan (Anonim, 2010).

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Judul Praktikum


“Teknologi Modern Dalam Pemanfaatan Produk Perairan (Surimi)”

3.2 Waktu Praktikum


Jumat, 17 Januari 2020

3.3 Tempat Praktikum


Di Laboratorium Bahan Makanan

3.4 Alat & Bahan


Alat:
 Baskom
 Plastik
 Cooper
 Kain Saring

Bahan:
 Es Batu
 Gula dan Garam
 Ikan Kurisi
 STPP

8
3.5 Prosedur Kerja

Membersihkan ikan dan memfillet ikan kurisi

Merendam ikan yang sudah di fillet dengan air es hingga 10 menit,


kemudian ikan di saring menggunakan kain saring

Merendam kembali ikan yang sudah di fillet dengan air es hingga 10


menit, kemudian ikan di saring menggunakan kain saring

Setelah itu, rendam kembali ikan dengan air es yang telah diberi garam
0,3 % dari berat hasil timbangan awal ikan. Rendam selama 10 menit dan
di saring kembali.

Mencopper ikan sampai halus. Lalu, tambahkan garam 3%, gula 3%, dan
STPP 3% dari berat ikan yang telah di timbang

Memasukkan ikan yang sudah di copper halus ke dalam plastik hingga


padat

Ikan siap untuk dimasukkan ke dalam freezer

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Kelompok Berat Awal Berat Akhir


A1 241 178
A2 238 160
B1 242 171
B2 242 185
B3 240 175
B4 241 181
Jumlah 1.444 1.050

Hasil rendemen kelompok = Berat awal : Berat akhir x 100%

= 1.444 : 1.050 x 100%

= 137 %

Hasil rendemen = Berat awal : Berat akhir x 100 %

= 238 : 160 x 100%

= 148 %

4.2 Pembahasan

Surimi adalah daging yang dilumatkan, adalah bahan makanan dari ikan yang dihaluskan
hingga membentuk seperti pasta. Bahan ini biasanya dikemas plastik dan dalam keadaan
beku, untuk kemudian dilelehkan dan diolah menjadi makanan jadi. Dengan sifatnya yang
fleksibel dan netral, surimi bisa dibentuk menjadi berbagai imitasi makanan laut. Karena
dibuat dari daging ikan yang bisa didapatkan dalam jumlah besar, crab stick imitasi yang
dibuat dari surimi bisa menjadi alternatif yang lebih murah dari lobsteratau kepiting asli.
Selain itu, surimi juga cenderung memiliki hasil yang seragam, sehingga lebih disukai dalam
produksi massal kamoboko dibanding daging ikan asli. Berdasarkan bentuk dan tipenya

10
surimi terbagi menjadi dua tipe yaitu surimi beku dan surimi segar. Surimi beku adalah
surimi dalam bentuk blok dan biasanya mengandung gula dan bahan-bahan tambahan seperti
polifosfat, sedangkan surimi segar adalah surimi yang tidak menggunakan bahan-bahan
tersebut. Surimi beku adalah semi “processed intermediate minced fish” bahan setengah jadi
yang digunakan sebagai bahan mentah pembuatan berbagai macam fish jelly products di
antaranya bakso ikan, sosis ikan, sio may, mie ikan, burger ikan / fish burgerdansejenisnya
yang spesifikasinya menuntut kemampuan dalam pembentukan gel.Mutu surimi beku
umumnya dinilai dari kekuatan gel dan warna dimana sangat tergantung dari faktor-faktor
seperti : spesies ikan, kesegaran ikan, metode dan pengawasan pengolahan, kadar air,
pengawasan suhu pembekuan dan penyimpanan, serta kondisi penanganan dan distribusi.

Deskripsi dan Karakteristik Surimi

Pada dasarnya, hampir semua daging bisa dijadikan surimi. Hal pertama yang dilakukan
sebelum membuat surimi adalah membuat daging lumat atau minced fish. Daging giling yang
digunakan untuk pembuatan surimi sebaiknya memiliki diameter 3 mm hingga 5 mm.
Sebelum daging dipress, daging harus dibersihkan dari tulang, kulit dan darah. Ukuran dan
tekstur dari daging giling ikan juga akan memberikan pengaruh pada kualitas minced fish
(Park, 2000). Surimi yang baik adalah surimi yang memiliki warna putih, rasa yang baik
(khas ikan), dan kemampuan gel yang kuat. Surimi yang baik biasanya terbuat dari bahan
baku yang segar. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan surimi biasanya merupakan
bahan baku yang kurang memiliki nilai ekonomis tetapi tersedia dalam jumlah yang banyak
(Lanier, 1992).

Surimi adalah protein myofibril yang stabil yang terdapat dari daging ikan yang telah
dipisahlan dari tulang dan kulitnya kemudian digiling, setelah itu mengalami pencucian serta
pencampuran dengan cryoprotectant. Surimi juga merupakan produk antara yang dapat
digunakan untuk variasi produk lainnya seperti kamaboko, chikuwa, dan beberapa produk
tradisional lainnya. Sebelum tahun 1960, surimi disimpan dan digunakan dalam beberapa hari
saja, hal ini dikarenakan surimi hanya dapat disimpan pada suhu dingin pada lemari es. Pada
waktu itu proses pendinginan beku akan menyebabkan protein dalam daging ikan akan keluar
dan akan mengalami denaturasi pada akhirnya (Park, 2000). Ada dua tipe surimi beku, yaitu
Mu-en surimi, yang dibuat dengan menggiling campuran daging ikan yang telah dicuci dan
dicampurdengan gula fosfat tanpa penambhan garam dan telah mengalami proses
pembekuan, sedangkan Ka-en surimi dibuat dengan menggiling campuran daging ikan yang

11
telah dicuci dengan gula dan garam serta yang telah mengalami proses pembekuan. Selain
surimi beku, terdapat tipe lain yang disebut Nama surimi (raw surimi) yaitu surimi yang tidak
mengalai proses pembekuan (Okada, 1992). Keuntungan surimi beku adalah: 1) suplainya
stabil dan memudahkan perencanaan produk olahannya; 2) biaya penyimpanan dan
transportasi lebih rendah, karena merupakan bagian ikan yang bermanfaat saja; 3) harga
stabil karena dapat disimpan lama; 4) masalah pembuangan limbah lebih kecil dan 5)
menghemat tenaga kerja karena penanganannya lebih mudah (Miyake, et al., 1985)

Pengaruh Pencucian Terhadap Mutu Surimi

Pencucian merupakan tahap paling penting dalam pembuatan surimi agar dapat
dihasilkan surimi dengan kualitas yang baik. Proses pencucian bertujuan untuk
menghilangkan protein sarkoplasma, darah, lemak dan kandungan nitrogen lainnya dari
daging ikan sehingga dihasilkan surimi tanpa bau, rasa dan warna serta memiliki kekutan gel
yang baik (Mahawanich, 2008). Proses pencucian surimi dilakukan dengan cara mencampur
air dan daging lumat kemudian digerakkan secara mekanis. Jumlah air yang digunakan dan
banyaknya siklus pencucian ditentukan oleh jenis ikan dan mutu surimi yang diinginkan.
Pada umumnya pencucian surimi dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 10 menit dengan
perbandingan air ikan yaitu 3 : 1 atau 4 : 1. Pada beberapa ikan, pada pencucian terakhir
biasanya ditambahkan garam (0.2%) dalam air pencucian (Hall dan Ahmad, 1992).Proses
pencucian yang dilakukan pada pembuatan surimi pada dasarnya dilakukan untuk
meningkatkan sifat elastik daging ikan, tetapi perlu juga diperhatikan pengaruhnya terhadap
nilai gizi ikan secara keseluruhan kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan penyimpanan
serta kondisi penanganan dan distribusi (Fitrial, 2000). Penentuan mutunya dilakukan dengan
mengukur kekuatan gel dan penilaian organoleptik yaitu uji lipat dan uji gigit (Tan et al.,
1987). Salah satu cara yang digunakan untuk mempertahankan mutu su-rimi adalah
penanganan bahan baku yang segar. Menurut Somjit et al., 2005, apabila terpaksa harus
menunggu, maka bahan baku harus disimpan dengan es atau air dingin (0-50C), kondisi
saniter dan higienis.

Karakteristik kesegaran bahan baku yang digunakan untuk membuat surimi secara
organoleptik, memenuhi syarat sebagai berikut: Rupa dan warna (bersih, warna daging
spesifik daging ikan); Aroma (segar, spesifik jenis); Daging (elastis, padat dan kompak);
Rasa (netral agak manis). Tabel 1 memuat syarat mutu su-rimi beku menurut SNI 01-2693-
1992.Lee (1984) menganjurkan bahwa pencampu-ran dengan 4% gula, 4% sorbitol dan 0,2%

12
polifosfat adalah untuk mencegah denaturasi protein pada saat penyimpanan beku (-20 oC),
dan biasanya surimi dapat disimpan se-lama lebih dari satu tahun. Menurut Niwa (1985)
mutu surimi dapat dihubungkan den-gan sifat-sifat fungsional dari protein larut garam dari
surimi. Mutu dan sifat-sifat fung-sional dari protein mengacuh pada kemam-puan protein
miofibrilar untuk membentuk gel yang diinginkan pada sifat-sifat tekstural. Tan et al, (1987)
mengatakan bahwa mutu surimi beku umumnya dinilai dari kekuatan gel dan warna dimana
sangat tergantung dari faktor-faktor seperti: spesies ikan, kesegaran ikan, metode dan
pengawasan pengolahan, kadar air, pengawasan suhu pembekuan dan penyimpanan, serta
kondisi penanganan dan distribusi. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa penentuan mutu
surimi beku dapat dilakukan dengan mengukur kekuatan gel dan penilaian organoleptik (uji
lipat / “Folding Test” dan uji dengan gigitan / “Teeth Cutting Test”). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa secara teknik konvensional untuk mereduksi denaturasi protein pada surimi beku
ditambahkan 8% campuran gula myofibril, sehingga air sangat berkurang dan struktur alami
protein tetap stabil (Mackie, 1992).

Bahan baku

Secara teknis, seluruh ikan bisa dibuat menjadi surimi. Namun biasanya surimi dibuat dari
daging ikan yang berwarna putih.[2] Di seluruh dunia, ikan yang biasanya dipakai
adalah Alaska pollock (Gadus chalcogrammus), tetapi akibat penangkapan berlebihan,
populasi ikan ini telah jauh berkurang sehingga mulai banyak dikembangkan alternatif lain.
Pengolahan surimi melibatkan air, garam atau polifosfat (tergantung jenis surimi yang
dibuat), MSG, krioprotektan yang melindungi protein dari denaturisasi, dan gula. Untuk
memperbaiki sifat tidak elastis dari beberapa jenis daging ikan

Cara pengolahan

Pembuatan surimi dimulai dengan memisahkan daging ikan dari seluruh tulang dan kulit,
kemudian dilakukan penimbangan ikan yang sudah di filet, lalu dilakukan perendaman
menggunakan air es dingin selama 10menit dilakukan 2 kali perendaman kemudian dilakukan
pemerasan dan perendemana ke 3 dilakukan perendaman denggan menggunakan air es dingin
dengan penambahan garam sebanyak 4 gram dilakukan perendaman selama 15 menit,lalu
kemudian digiling dengan penambahan gula 4,8 gram dan penambahan sttp 0,3 gram untuk
menjaga suhu adonan. Kemudian sukrosa, garam atau polifosfat(tergantung apakah ingin
membuat surimi bebas garam atau tidak), kemudian dibungkus dan dibekukan hingga suhu -

13
33 derajat Celcius. Kemudian surimi disimpan di suhu -22 derajat Celcius. Surimi biasanya
disimpan di suhu rendah, hingga -22 derajat Celcius. Untuk menghindari danaturasi protein,
biasanya telah ditambahkan dengan gula atau sodium tripolifosfat. Bahan ini juga disimpan
dalam kantong plastik sebagai pelindung. Dengan dikemas beku, memudahkan dan
mengefisienkan proses transportasi. Saat surimi akan digunakan, dilakukan pelelehan.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pembuatan surimi, pertama tama siapkan daging ikan yang telah di filet, setah itu rendam
dengan air dingin selama 10 menit dengan 2 kali perendaman. Perendaman ketiga, rendam
daging ikan dengan menggunakan air dingin dan garam. Setelah itu peras daging sampai
benar benar kering lalu cooper daging dengan diberikan penambahan gula, garam, dan stpp.
Setelah sudah di cooper daging siap dibungkus lalu bekukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Park J.W, Morrissey M.T. 2000. Manufacturing of surimi from light muscle fish. Di dalam :
Park JW, editor. Surimi dan Surimi Food. New York : Marcell Decker Inc.

Okada, M. 1992.History of surimi technology in Japan. Di dalam Lanier TC, Lee CM (eds.).
Surimi Technology. Marcel Dekker Inc., New York. p 3-21

Mahawanich,T. 2008. Preparations and Properties of Surimi Gels from Tilapia and Red
Tilapia. Maresuan University Journal. Vol. 16,No.2:105-111.

Hall GM, Ahmad NH. 1992. Surimi and fish minced product. In Hall GM (ed). Fish
Processing and Technology. New York: Blackie Academic and Proffesional

http://nutritiondat.self.com/facts/finfish-and-shellfish-products/4135/2

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Surimi

16
LAMPIRAN

Melakukan penimbangan ikan Setelah ditimbang, direndam dengan air es


yang sudah di fillet dan diperas sebanyak 2x, diulangi yang ke 3x
dengan larutan garam.

Sebelum di simpan, surimi di padatkan Melakukan penimbangan setelah dilakukan


terlebih dahulu. Surimi siap dibekukan perasan sebanyak 3x
di freeze.

17

Anda mungkin juga menyukai