Ebp Teknik Marmet Siap Edit
Ebp Teknik Marmet Siap Edit
Disusun Oleh
JUDUL :
STUDI KASUS PENERAPAN TEKNIK MARMET TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA PASIEN POST PARTUM
DI RUANG BOUGENVILE RSUD AMBARAWA KABUPATEN
SEMARANG
Mengetahui Mengetahui
Instruktur Klinik (CI) Kepala Ruang (Karu)
( ) ( )
Mengetahui Pembimbing
Akademik
( )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, karunia dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “studi kasus penerapan teknik marmet terhadap Peningkatan
produksi asi pada pasien post partum” guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas ini dengan tepat waktu.
Makalah ini tidak akan selesai dengan baik jika tanpa dukungan berbagai
pihak. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada :
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
iii
G. Etika Pelaksanaan EBP .............................................................................. 15
BAB IV LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS ............................................. 16
A. DATA UMUM ........................................................................................... 16
B. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI ................................................ 17
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................... 18
D. INTERVENSI ............................................................................................ 19
E. IMPLEMENTASI ...................................................................................... 20
F. CATATAN PERKEMBANGAN .............................................................. 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 23
A. HASIL ........................................................................................................ 23
B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 23
C. FAKTOR PENDUKUNG .......................................................................... 25
D. HAMBATAN............................................................................................. 26
BAB VIENUTUP ................................................................................................. 27
A. Kesimpulan ................................................................................................ 27
B. Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
iv
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu (ASI)
di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi
mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Prasetyono, 2009). ASI adalah
makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan makanan
dan minuman yang lain. Anak-anak yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih
mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai menyusui pada hari pertama
setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian bayi baru lahir hingga 45 persen.
Meskipun manfaat-manfaat dari menyusui ini telah didokumentasikan di
seluruh dunia, hanya 39 persen anak-anak di bawah enam bulan mendapatkan
ASI eksklusif pada tahun 2012 (Unicef, 2013). Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskedas) 2013 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42 persen. Riset
Eropa membuktikan pemberian ASI mendukung anak meraih pendidikan lebih
tinggi. Hasil senada diperoleh riset yang dilakukan di Denmark pada 3.203
anak. Anak yang menyusu ASI kurang dari satu bulan memiliki tingkat IQ lebih
rendah dibanding yang memperoleh ASI hingga 7-9 bulan. ASI juga
meningkatkan daya tahan tubuh anak. Berdasarkan riset yang dimuat dalam
buletin Lancet pada tahun 2013 diungkapkan, pemberian ASI bisa menekan
kematian balita hingga 13 persen (Widiani, 2013).
Colin dan Scott (2002) dalam penelitiannya yang dilakukan di Australia
menjelaskan bahwa 29 persen ibu post partum berhenti menyusui karena
produksi ASI berkurang. Kenyataan di lapangan menunjukkan produksi dan
ejeksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi
kendala dalam pemberian ASI secara dini. Menurut Cox (2006) disebutkan
bahwa ibu yang tidak menyusui bayinya hari-hari pertama menyusui
disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI
serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui (Mardiyaningsih,
2010).
Teknik Marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk
membantu kunci reflek keluarnya ASI. Keberhasilan dari tekni ini adalah
kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran ASI. Teknik ini efektif dan tidak
menimbulkan masalah (Hormann, 2006). Teknik marmet ini merupakan salah
1
2
satu cara yang aman yang dapat dilakukan untuk merangsang payudara
untuk memproduksi lebih banyak ASI (Nurdiansyah, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana penerapan teknik marmet terhadap peningkatan produksi
ASI pada pasien post partum di ruang Bougenville RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hasil penerapan teknik marmet terhadap peningkatan produksi
ASI pada pasien post partum di ruang Bougenville RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar post partum
b. Mengetahui konsep dasar ASI esklusif
c. Mengetahui konsep dasar teknik marmet
d. Menerapkan teknik marmet terhadap peningkatan produksi ASI pada
pasien post partum di ruang Bougenville RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang
D. Manfaat
1. Bagi profesi keperawatan
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah produksi ASI dengan menggunakan teknik marmet
2. Bagi Institusi rumah sakit
Dapat memberikan informasi untuk permasalah ibu post partum dalam
meningkatkan produksi ASI
3
A. POST PARTUM
1. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil ( Bobak, 2010). Masa
nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356).
4
5
4. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
b. 6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
c. Hari ke-1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2: mulai latihan duduk
e. Hari Ke- 3: Diperkenankan Latihan Berdiri Dan Berjalan
B. ASI EKSKLUSIF
1. Pengertian Asi Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol
sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini.
2. Proses Terbentuknya ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup:
a. Mammogenesis
Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun berat dan
payudara mengalami peningkatan.
b. Laktogenesis
1) Tahap 1 (kehamilan akhir): Sel alveolar berubah menjadi sel
sekretoris.
2) Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran): Mulai terjadi sekresi
susu, payudara menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih
menjadi autokrin.
c. Galaktopoiesis
d. Involution Komposisi ASI ideal untuk bayi
ASI diteliti dapat mengurangi resiko infeksi lambung-usus,
sembelit, dan alergi. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap
penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui
makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap
penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI. Bayi ASI lebih
bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah
8
h. ASI tidak bisa basi. ASI selalu diproduksi oleh payudara. ASI yang tidak
dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam
payudara tidak akan pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan
membuang ASI-nya sebelum menyusui.
4. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh
isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang
kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin,
hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses
pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana
hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus
di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara
lancar. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang
terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari
hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. Kolostrum
juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan
meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Kolostrum lebih
banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature.
b. ASI Transisi/ Peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah
warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
10
c. ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau
saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer.
Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi
hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat
bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan
membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Komposisi
ASI terdiri atas berbagai macam faktor proteksi, yaitu :
1) Imunoglobulin: seperti lgA, lgM, lgD dan lgE
2) Lisozim: Terdapat dalam ASI sebanyak 6 – 300 ml/1.000 ml dan
kadarnya bisa meningkat hingga 3.000 – 5.000 kal lebih banyak
dibandingkan kadar lisozim dalam susu sapi. Enzim ini
mempunyai fungsi bakteriostatik terhadap enterobakteria dan
kuman gram (-), juga berperan sebagai pelindung terhadap
berbagai macam virus.
3) Laktoperiodase: enzim ini bersama dengan perokdase hidrogen
dan tiosianat membantu membunuh streptococcus.
4) Faktor bifidus: merupakan karbohidrat yang mengandung
nitrogen. Mempunyai konsentrasi di dalam ASI 40 kali lebih
tinggi dibanding dengan konsentrasi yang ada di susu sapi.
Fungsi faktor ini untuk mencegah pertumbuhan organisme yang
tidak diinginkan, seperti kumanE.col i patogen 5.
5) Faktor anti stafilokokus: merupakan asam lemak dan melindungi
bayi terhadap penyerbuan stafilokokus.
6) Laktdarierin dan transferin : protein-protein ini memiliki
kapasitas mengikat Fe / zat besi dengan baik hingga mengurangi
tersedianya zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan.
7) Komponen komplemen: sistem komplemen terdiri dari 11
protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain dan dapat
11
C. TEKNIK MARMET
1. Pengertian
Teknik marmet adalah metode memijat dan menstimulasi payudara
menggunakan tangan agar ASI keluar lebih optimal. Teknik ini
dikembangkan sebagai cara memerah ASI yang paling efektif.
2. Kelebihan teknik marmet
a. Beberapa pompa ASI menimbulkan rasa tidak nyaman juga tidak
efektif. Berbeda dengan memerah ASI menggunakan tangan yang bias
diatur sendiri gerakan serta kekuatannya, sehingga bias lebih efektif
mengeluarkan ASI.
b. Kontak kulit dengan kulit lebih menstimulasi ASI daripada dengan
corong plastic pompa ASI.
c. Lebih nyaman
d. Lebih ramah lingkungan
e. Tidak memerlukan alat khusus
f. Gratis
3. Cara kerja teknik marmet
Sel penghasil susu (alveoli) mengeluarkan ASI. Apabila sel penghasil
susu distimulasi maka sel-sel tersebut akan mengeluarkan ASI lebih banyak
ke dalam system saluran (reflek pengeluaran ASI). Sebagian kecil susu bias
mengalir ke saluran dan mengumpul di saluran susu di bawah areola yang
dikenal sebagai saluran akhir.
4. Cara melakukan teknik marmet
a. Posisikan ibu jjari, jari telunjuk dan jari tengah sekitar 2,5 sampai 3,75
cm dibelakang pangkal putting susu
b. Tempatkan ibu jari diatas putting susu pada posisi pukul 12.00 dan
jari lain di bawah putting pada posisi pukul 06.00 membentuk huruf
C
c. Dorong lurus kearah dada. Untuk payudara berukuran besar angkat
dahulu lalu dorong
13
14
15
A. DATA UMUM
Inisial Klien : Ny. Z
Usia : 25 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Kebuntaman 3/4 Kalikayen, Ungaran Timur
1. Riwayat Persalinan
No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Komplikasi
Persalinan Kelamin Lahir Bayi Nifas
Saat
Lahir
1 2018 Sectio Dokter Perempuan 2700 Abortus -
Caesarea
16
17
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TGL/HARI DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. Kamis, 27 DS: Ibu dalam Ketidakcukupan
September 1. Pasien mengatakan bingung karena program pemberian ASI
2018 sudah sering menyusui bayinya namun pengobatan
ASI yang keluar sedikit
2. Pasien mengatakan ASI yang keluar
sedikit
3. Pasien mengatakan payudaranya sakit
dan bayinya masih menangis setelah
disusui
DO:
1. Bayi tampak masih rewel setelah
disusui
2. Payudara: teraba keras
3. Puting: menonjol
D. INTERVENSI
NO TGL/HARI DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Kamis, 27 Ketidakcukupan produksi Setelah dilakukan tindakan NIC: 5244 Konseling Laktasi
September ASI dengan Ibu dalam keperawatan selama 3x24 jam 1. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk
2018 program pengobatan diharapkan masalah teratasi dengan menyusui
kriteria hasil: 2. Koreksi informasi yang salah dan ketidaktepatan
NOC: 1001 Keberhasilan mengenai menyusui
Menyusui: Maternal 3. Monitor posisi tubuh bayi saat menyusui
Skala target outcome: dipertahankan 4. Menginstruksikan ibu untuk melakukan perawatan
paada 2 ditingkatkan ke 5 puting susu
Indikator:
100103 Payudara penuh sebelum EBP: ajarkan teknik marmet untuk meningkatkan
menyusui produksi ASI
100104 Pengeluaran ASI
100118 Puas dengan proses
menyusui
Keterangan:
1: tidak adaekuat
2: sedikit adekuat
3: cukup adekuat
4: sebagian besar adekuat
5: sepenuhnya adekuat
19
E. IMPLEMENTASI
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON
1 Kamis, 27 1. Menentukan keinginan dan S: pasien mengatakan langsung
September motivasi pasien untuk menyusui menyusui bayinya saat bayinya
2018 menangis namun pasien bingung
09.00 karena ASI yang keluar sedikit
O: tampak ASI hanya merembes
saat payudara dirangsang
20
21
F. CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/JAM EVALUASI
Kamis, 27 S: pasien mengatakan paham dan dapat melakukan teknik marmet
September Pasien mengatakan ASI yang keluar nya masih sedikit
2018 Pasien mengatakan payudaranya sakit
14.00 O: pasien tampak dapat mempraktekkan teknik marmet
ASI yang keluar hanya sedikit (rembesan)
bayi masih rewel setelah disusui
payudara teraba keras
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan penerapan teknik marmet
Jumat, 28 S: pasien mengatakan ASI yang keluar nya lebih banyak dari
September kemarin
2018 Pasien mengatakan bayinya masih sering menangis tetapi tidak
14.00 rewel setelah disusui
O: bayi tampak tenang dan tidak rewel setelah disusui
Payudara masih teraba keras
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan penerapan teknik marmet
Sabtu, 29 S: pasien mengatakan ASI nya sudah keluar banyak
September Pasien mengatakan payudaranya sudah tidak sakit
2018 O: bayi tampak tenang setelah disusui dan tidak mudah rewel
14.00 Payudara sudah tidak teraba keras
A: masalah teratasi
P: lanjutkan penerapan teknik marmet
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No Hari / Tanggal Data Obyektif
1. Kamis, 27 1. Pasien tampak dapat mempraktekkan teknik marmet
September 2018 2. ASI yang keluar hanya sedikit
3. Bayi masih rewel setelah disusui
4. Payudara teraba keras
2. Jumat, 28 1. Bayi tampak tenang dan tidak rewel setelah disusui
September 2018 2. Payudara masih teraba keras
3. ASI yang keluar lebih banyak dari hari pertama.
3. Sabtu, 29 1. Bayi tampak tenang setelah disusui dan tidak mudah
September 2018 rewel.
2. ASI yang keluar banyak.
3. Payudara sudah tidak teraba keras.
B. PEMBAHASAN
Teknik marmet adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengeluarkan
ASI secara langsung dengan tangan. Awal mula teknik ini dikembangkan oleh Chele
Marmet dari Institusi Laktasi. Teknik tersebut membuat ibu menjadi lebih nyaman, aman,
praktis dan mudah dilakukan. Awalnya, teknik ini dilakukan karena kesulitan dalam
mengeluarkan ASI nya saat bayi menyusu. Kemudian ia menemukan suatu metode
memijat dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI lebih optimal (Suryoprajogo, 2009).
Berikut ini adalah tahapan teknik marmet :
1. Pemijatan :
a. Massage (Pijat) pergunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah. Tangan kanan
mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan. Dengan
tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar dari dasar payudara dengan gerakan
spiral kearah putting susu.
b. Stroke (Pukulan) dengan menggunakan jarijari tangan tekan-tekanlah payudara
secara lembut. Dari dasar payudara kea rah putting susu dengan garis lurus,
kemudian dilanjutkan secara bertahap ke seluruh bagian payudara.
c. Shake (Guncangan) dengan posisi tubuh condong ke depan, kocok/guncangkan.
23
24
2. Memerah ASI
a. Letakkan ibu jari di kalang payudara dan jari telunjuk serta jari tengan dibawah
sekitar 2,5-3,8 cm membentuk huruf C ibu jari pada jam 12, dua jari lain berada
di posisi jam 6.
b. Tekan lembut kearah dada tanpa memindahkan posisi jari, kemudian ditekan
kearah dada. Buatlah gerakan menggulung (roll) dengan ibu jari dan jari ke depan
untuk memerah ASI keluar dari gudang ASI.
c. Ulangi secara beraturan untuk mengalirkan ASI, ganti posisi jam dengan variasi
huruf C 12:00 dan 6:00, 11.00 dan 5:00, 1:00 dan 7:00, 3:00 dan 9:00.
mengalami penurunan berat badan bayi tetapi tidak melebihi 10 % dari berat badan bayi
saat lahir.
Menurut Dalzell (2010) dengan melakukan teknik marmet dapat membantu kunci
reflek pengeluaran ASI (letdown reflex) yang efektif dalam harihari pertama menyusui,
karena tebalnya konsistensi kolostrum dan ketika susu matang diproduksi. Teknik Marmet
mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk membantu kunci reflek pengeluaran
ASI. Keberhasilan dari teknik ini adalah kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran ASI
yang membantu refleks pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex) sehingga ibu menyusui
yang sebelumnya hanya mampu mengeluarkan ASI sedikit atau tidak sama sekali,
mendapatkan hasil yang sangat baik dengan teknik ini (Hormann, 2006).
Berdasarkan implementasi yang dilakukan di Ruang Nifas Bougenvile pada tanggal
27 – 29 September 2018 pada 1 orang responden, didapatkan bahwa hari ke – 1 ASI yang
keluar hanya sedikit dan payudara masih teraba keras. Hal tersebut disebabkan karena
teknik ini kurang ditelateni oleh ibu maupun petugas kesehatan sehingga payudara belum
melunak dan ASI masih sedikit keluar.
Pada hari ke – 2, payudara masih teraba keras dan ASI yang keluar lebih banyak dari
biasanya. Hal ini disebabkan karena teknik ini telah dilakukan pada hari pertama, sehingga
ASI yang keluar kebih banyak dari hari pertama dan bayi tidak rewel lagi setelah disusui.
Pada hari ke – 3, payudara tidak teraba keras lagi, ASI yang keluar banyak, serta bayi
dapat menyusu dengan lahap. Hal tersebut terjadi karena teknik ini dapat mengendurkan
otot yang berada dipayudara sehingga payudara menjadi lembut dan ASI yang keluar
menjadi lebih banyak.
C. FAKTOR PENDUKUNG
a. Pasien dan keluarga pasien memperhatikan apa yang disampaikan oleh
perawat.
b. Pasien dapat melakukan teknik marmet.
c. Pasien dan keluarga dapat mempertanyakan maksud dari materi yang
disampaikan.
26
D. HAMBATAN
a. Pasien dan keluarga harus dimotivasi lebih banyak karena kurangnya
pengetahuan menyebabkan kecemasan mengenai teknik marmet yang
dilakukan.
b. Pasien, keluarga, dan petugas kesehatan belum rutin melakukan teknik
marmet ini sehingga tingkat keberhasilannya belum maksimal.
BAB VIENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa nifas atau
puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356). Pada kebanyakan ibu sering terjadi masalah
tidak keluarnya ASI post partum, padahal bayi sangat membutuhkannya. Untuk itu,
penulis melakukan penerapan teknik marmet atau pemijatan pada bagian payudara sesuai
dengan jurnal yang terkait dan teori yang ada.
Teknik marmet adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengeluarkan ASI
secara langsung dengan tangan. Awal mula teknik ini dikembangkan oleh Chele Marmet
dari Institusi Laktasi. Teknik tersebut bertujuan untuk memperlancar pengeluaran ASI dan
menambah produksi ASI yang terhambat karena beberapa hal, diantaranya faktor
psikologis dan stress. Teknik tersebut membuat ibu menjadi lebih nyaman, aman, praktis
dan mudah dilakukan. Seluruh prosedur teknik marmet membutuhkan waktu sekitar 20 –
30 menit, meliputi Massage, stroke, shake, perah kedua payudara selama 5-7 menit, 3-5
menit, dan 2-3 menit tiap payudara (Maryunani, 2012). Jadi, teknik marmet
mempengaruhi produksi ASI ibu post partum, dan teknik ini cocok digunakan untuk
pasien dengan masalah produksi ASI yang tidak / sedikit keluar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat peneliti
sampaikan demi keperluan pengembangan hasil studi kasus sebagai berikut:
1. Bagi profesi keperawatan
a. Perawat dapat mengembangkan teknik marmet untuk memperlancar
produksi ASI pada ibu post partum.
b. Perawat dapat mengajarkan teknik marmet kepada keluarga dan ibu
postpartum.
27
28
2. Bagi Responden
Bagi pasien dapat menembah ilmu pengetahuan dalam menangani
produksi ASI yang kurang sempurna, khususnya dengan menggunakan
tehnik marmet, sehingga produksi ASI dapat berjalan dengan lancar.
3. Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan metoda yang
berbeda, tidak hanya di tinjau dari tehnik mermat melainkan dapat ditambah
dengan tehnik pengeluaran produksi ASI yang lain
DAFTAR PUSTAKA
29