Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II - TL 2201

MODUL 01

ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN

Nama Praktikan : Afiya Nadhifah Syarif

NIM : 15316050

Kelompok/Shift : K02/4B (12.30 – 14.00)

Tanggal Praktikum : 01 Februari 2018

Tanggal Pengumpulan : 08 Februari 2018

PJ Modul : Nathania Amanda (15314045)

Nurashila Dhiyani (15315006)


Asisten yang bertugas : 1. Dwi Sari Oktaviani (15314078)

2. Kinanti (15315004)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2018

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Membuktikan fenomena aliran seragam suatu saluran pada kemirngan
tertentu dengan pengukuran kedalaman air enam titik (Profil Aliran).
2. Menentukan Koefisien Chezy (C) pada aliran seragam dengan
kemiringan tertentu.
3. Menentukan Koefisien Manning (n) saluran pada aliran seragam dengan
kemiringan tertentu.
4. Menghitung bilangan Reynold (Nre) pada suatu aliran seragam dengan
kemiringan tertentu
5. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien
Manning (n).

II. DATA AWAL


Di bawah ini adalah hasil pengukuran massa beban, suhu awal, suhu akhir, dan
lebar saluran saat praktikum, sebagai berikut :
Tabel 1.1 Pengukuran Massa, Suhu, dan Lebar Saluran

Massa beban 2.5 kg


Suhu awal 27 oC
Suhu akhir 28.5oC
Lebar saluran 0.075 m
Sumber : Data Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C Lantai 5

Berikut hasil pengukuran jarak dari hulu dan jarak hilir saluran saat praktikum
sebagai berikut

Tabel 1.2 Pengukuran Jarak Hulu dan Jarak Hilir

Jarak hulu(m) Jarak hilir (m)


x1 1.1 x4 3.9
x2 1.4 x5 4.2
x3 1.7 x6 4.5
Sumber : Data Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C Lantai 5

Berikut hasil pengukuran ketinggian hulu dan hilir saat dibendung sebagai
berikut :

Tabel 1.3 Pengukuran Ketinggian Hulu dan Hilir saat Dibendung

ys1 0,019833(m)

ys2 0.032166 (m)


xs 0.0425 (m)
Dibawah ini merupakan tabulasi data hasil pengukuran waktu, kedalaman
hulu, dan kedalaman hilir sebagai berikut :

Tabel 1.4 Pengukuran Waktu dan Kedalaman Hulu

Variasi Waktu (s) Kedalaman Hulu (m)


t1 t2 t3 trata2 y1 y2 y3 yrata2
1 15.02 15.52 15.65 15,39666 0.0234 0.0234 0.0234 0.0234
2 6,88 7,03 7,32 7,076666 0.0381 0.0384 0.0381 0.04833333
3 4,5 4,71 4,67 4,626666 0.0515 0.0518 0.0518 0.02673333
Sumber : Data Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C Lantai 5

Tabel 1.5 Pengukuran Kedalaman Hilir Pada waktu sesuai dengan Tabel 1.4

Variasi Kedalaman Hilir (m) Ytotal P (m) A (m2)


y4 y5 y6 yrata2 rata2
1 0.0215 0.02 0.018 0.01983333 0.02161667 0.181333 0.004003
2 0.03216 0.046 0.029 0.03216666 0.0351833 0.171333 0.003623
3 0.0445 0.0265 0.04 0.026333333 0.0471 0.129067 0.0425
Sumber : Data Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C Lantai 5

Berikut merupakan tabel suhu terhadap densitas air yang didapatkan dari
literatur sebagai berikut :
Tabel 1.5 Suhu Terhadap Densitas Air

Suhu Massa Jenis


(kg/m3)
0 999.9
5 1000
10 999.7
15 999.1
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2

Suhu Massa Jenis


(kg/m3)
70 977.8
80 971.8
90 965.3
100 958.4
Sumber : Fluids Mechanics by Finnemore

Maka didapati Grafik hubungan antara Densitas dan Suhu data literatur(data tabel
1.5), grafik hubungannya sebagai berikut :
1005
1000
995
990
Densitas (kg/m3)

985
980
Series1
975
Poly. (Series1)
970
965
960 y = -0,0036x2 - 0,0675x + 1000,6
R² = 0,9993
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (◦C)

Gambar 1.1 Suhu Terhadap Densitas Air

Berikut meruapakan tabel suhu terhadap viskositas kinematis yang


didapatkan dari literatur sebagai berikut :

Tabel 1.6 Suhu Terhadap Viskositas Kinematis

Suhu Viskositas Kinematis (m2/s)


0 0.000001785
5 0.000001519
10 0.000001306
15 0.000001139
Suhu Viskositas Kinematis (m2/s)
20 0.000001003
25 0.000000893
30 0.0000008
40 0.000000658
50 0.000000553

60 0.000000474
70 0.000000413
80 0.000000364
90 0.000000326
100 0.000000294
Sumber : Fluids Mechanics by Finnemore

Dari tabel 1.6 didapati grafik sebagai berikut :

0.000002
0.0000018
0.0000016
Viskositas Kinematis

0.0000014
y = 0.0000000002x2 - 0.0000000325x + 0.0000016484
0.0000012 R² = 0.9802674582
0.000001
0.0000008
0.0000006
0.0000004
0.0000002
0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (0C)

Gambar 1.2 Suhu Terhadap Viskositas Kinematis

III. PENGOLAHAN DATA


3.1 Menentukan Densitas Air dan Viskositas Kinematis Air
Untuk menghitung densitas air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6
Dengan mensubtitusi nilai x dengan nilai suhu rata – rata, maka:
y = -0.0036(27.75)2 - 0.0675(27.75) + 1000.6

= 995,929675 kg/m3

Sehingga didapat nilai densitas air adalah 995,929675 kg/m3

Sedangkan untuk menghitung nilai viskositas kinematis air dapat


menggunakan persamaan sebagai berikut :
y = 0,0000000002x2 – 0,0000000325x + 0,0000016484

Dengan mensutitusi nilai x dengan nilai suhu rata – rata, maka :

y = 0,0000000002(27,75)2 – 0,0000000325(27,75) + 0,0000016484

= 1,01043 x 10-6 m2/s

Sehingga didapat nilai viskositas kinematis air adalah 1,01043 x 10-6 m2/s

3.2 Menentukan Volume Air


Untuk menentukan volume air dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
𝑚
V= 𝜌

Untuk variasi 1, 2 dan 3 karena menggunakan volume yang tetap (m dan


𝜌) itu tidak berubah, tetap. Dengan menggunakan data massa beban pada tabel 1.1,
sehingga dapat dihitung nilai volume airnya :
7.5
V = 995,929675

= 0,007530652 m3

Jadi nilai volume air adalah 0,007530652 m3 .

3.3 Menentukan Keliling Basah Saluran


Untuk menentukan keliling basah saluran dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
P = b + 2y
Dengan menggunakan data pada tabel 1.1 untuk nilai lebar saluran dan data
variasi 1 pada tabel 1.4 untuk ketinggian rata-rata yang didapat, sehingga keliling
basah dapat dihitung sebagai berikut :

P1 = 0.075 + 2(0,02161667)

= 0,11823334 m
Maka didapatkan nilai keliling basah adalah 0,11823334 m. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati P lainnya (m):

P2 = 0,1453666 ; P3= 0,1692

3.4 Menentukan Luas Penampang Saluran

Untuk menentukan luas penampang saluran dapat menggunakan persamaan


sebagai berikut :
A = lebar saluran x Ytotal rata-rata

Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 1.4, maka didapatkan nilai
luas penampang saluran sebagai berikut

A1 = 0.075 x 0,02161667
A1 = 0,00162125 m2

Sehingga nilai luas penampang saluran adalah 0,00162125 m2. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati luas penampang lainnya (m2) :

A2 = 0,00263875 ; A3 = 0,0035325

3.5 Menentukan Debit Aktual Air

Untuk menentukan debit aktual air dapat menggunakan persamaan sebagai


berikut :

𝑉
Q = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Dengan menggunakan data pada tabel 1.4 variasi 1, maka didapatkan nilai
debit aktual sebesar :
𝟎,𝟎𝟎𝟕𝟓𝟑𝟎𝟔𝟓𝟐
Q1 = 15,39666667

= 0,00048911 m3/s

Jadi nilai debit aktual air adalah 0,00048911 m3/s . Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga
didapati debit aktual lainnya(m3/s) :

Q2 = 0,001064152 ; Q3 = 0,001627663

3.6 Menentukan Jari – Jari Hidrolis Saluran


Untuk menentukan jari - jari hidrolis saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :

𝐴
R=𝑃

Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 1.4, maka didapatkan nilai
jari – jari hidrolis saluran :

0,00162125
R1 = 0,11823334

R1 = 0,01371229 m
Dan untuk nilai jari – jari hidrolis dipangkatkan 2/3 adalah :

R12/3 = 0,013712292/3
R12/3 = 0,05728928 m
Jadi nilai jari – jari hidrolis saluran adalah 0,01371229 m dan nilai hasil
dipangkatkan 2/3 adalah 0,05728928 m. Begitu pun dengan variasi lainnya,
digunakanlah rumus dan formula mencari jari-jari hidrolis yang sama.
Sehingga didapati jari-jari hidrolisnya (m):
R2 = 0,018152373 ; R3 = 0,02087766 dan R22/3 = 0,06906992 ;R32/3 = 0,07582071

3.7 Menentukan Kemiringan Saluran (Slope)


Untuk menentukan kemiringan saluran (slope) dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :

𝑦𝑠2−𝑦𝑠1
S= 𝑥𝑠
Dengan menggunakan data pada tabel 1.3, maka dapat dilakukan
perhitungan :

0,0218 − 0,0173
S= 0,034

S= 0,13235294

Jadi nilai kemiringan saluran (slope) adalah 0,13235294.

3.8 Menentukan Bilangan Reynold

Untuk menentukan bilangan Reynold dapat menggunakan persamaan


sebagai berikut :

𝑣𝑥𝑅
NRe =
𝜗

Sehingga dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat


dilakukan perhitungan sebagai berikut :

0,301686512 𝑥 0,013712292
NRe1 = 1,01043 x 10−6

NRe1 = 4094,1128

Maka didapatkan nilai bilangan Reynold adalah 4094,112803. Formula ini


berlaku sama untuk variasi bilangan Reynold lainnya. Sehingga didapati :

NRe2 = 7244,907989 ; NRe3 = 9520,45875

3.9 Menentukan Kecepatan Aliran Air


Untuk menentukan kecepatan aliran dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
𝑄
v=𝐴

Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat dilakukan


perhitungan sebagai berikut :

0,000489109
.v1 = 0,00162125

V1 = 0,301686512 m/s
Jadi nilai kecepatan aliran air adalah 0,301686512 m/s. Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga
didapati v (m/s) :

V2 = 0,403278997 ; V3 = 0,460767892

3.10 Menentukan Koefisien Kekasaran Manning


Untuk menentukan koefisien kekasaran manning dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
1 𝑥 𝑅 2/3 𝑥 𝑆 0.5
n= 𝑣

Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat dilakukan


perhitungan :

1 𝑥 0,057289281 𝑥 0,1323529410.5
n1 = 0,069085082

n1 = 0,069085082

Jadi nilai koefisien kekasaran manning adalah 0,069085082. Begitu pun


dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati :

n2 = 0,06230891 ; n3 = 0,05986493

3.11 Menentukan Koefisien Chezy


Untuk menentukan nilai koefisien chezy dapat menggunakan persamaan
berikut :
𝑣
C = (𝑅 𝑥 𝑆)0.5

Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat dilakukan


perhitungan :

0,301686512
C1 = (0,013712292 𝑥 0,132352941)0.5

C1 = 7,081643628
Sehingga didapatkan nilai koefisien chezy adalah 7,081643628. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati :

C2 = 8,22757972 ; C3= 8,7654558

IV. DATA AKHIR

Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka didapatkan


hasil perhitungannya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Data Akhir 1

volume Q aktual y rata2 R R^2/3

0,007530652 0,000489109 0,021616667 0,013712292 0,057289281

0,007530652 0,001064152 0,035183333 0,018152373 0,069069918

0,007530652 0,001627663 0,0471 0,02087766 0,075820715

Sumber : Data Perhitungan Hasil Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C Lantai 5

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Data Akhir 2

S Nre A (m2) v (m/s) n C


0,13235294 4094,1128 0,00162125 0,30168651 0,06908508 7,08164363
0,13235294 7244,90799 0,00263875 0,403279 0,06230891 8,22757972
0,13235294 9520,45875 0,0035325 0,46076789 0,05986493 8,7654558
Sumber : Data Perhitungan Hasil Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C Lantai 5

V. ANALISIS A
 Analisis Cara Kerja

Dalam praktikum “Aliran Seragam dan Kemiringan Saluran”, langkah


pertama yang dilakukan adalah mengukur temperatur air pada awal
percobaan setelah hydraulic bench dinyalakan. Hal ini bertujuan untuk
menentukan massa jenis dari fluida tersebut, dilihat dari data tabel massa
jenis fluida terhadap suhunya. Serta mempengaruhi perhitungan karena
adanya kemungkinan untuk terjadinya proses penguapan pada fluida
tersebut. Hydraulic Bench ini harus dihubungkan ke sumber listrik 110 V,
karena jika tidak, dapat menyebabkan kerusakan pada Hydraulic Bench.
Selanjutnya setelah menekan tombol hijau dapat dilakukan pengoperasian
hydraulic bench dengan beban tertentu, Dalam menghitung Qaktual kita
menggunakan rumus volume dari fluida yang digunakan dibagi dengan rata-
rata waktu pada setiap variasi. Volume didapat dari massa air dengan massa
jenis air yang didapat dari hasil regresi. Massa air yang digunakan adalah
7,5 kg yang didapat dari perbandingan LA : LB = 3 : 1, dan LA : LB = MA :
MB, maka MA=3MB dengan MB=2,5 kg. Maka dari itu, massa beban
berbanding terbalik dengan panjang lengannya, karena semakin besar
panjang lengan maka semakin kecil massanya, begitu juga sebaliknya.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya keseimbangan
pada hydraulic bench menunjukkan debit fluida yang keluar semakin kecil
begitu sebaliknya semakin cepat waktu yang dibutuhkan hydraulic
bench mencapai keseimbangannya maka semakin besar atau kencang debit
yang keluar.

Kemudian mengkalibrasi alat pengukur kedalaman aliran air, hal ini


bertujuan agar saat pengukuran ketinggian permukaan aliran air lebih akurat
dan menghindarkan kesalahan perhitungan saat mengukur ketinggian
tersebut. Selanjutnya mengukur lebar saluran terbuka, lebar saluran terbuka
ini sangatlah memengaruhi dalam perhitungan keliling basah pada saluran
terbuka ini. Kemudian dilanjutkan dengan mengatur kemiringan saluran
pada hydraulic bench agar dapat menentukan nilai kekasaran saluran pipa.
Setelah itu, mengukur kedalaman di 6 titik sepanjang saluran ( 3 titik di hulu
saluran dan 3 titik lagi hilir saluran dengan jarak yang sama) dengan
menggunakan alat pengukur kedalaman. Mencatat posisi disetiap titik
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai jari – jari hidrolisis
saluran. Percobaan ini dilakukan dengan 3 variasi, agar didapatkan data
yang lebih presisi. Dan terakhir, mengukur temperatur air pada akhir
percobaan. Suhu fluida akhir juga sama pentingnya dengan suhu fluida
awal karena nanti akan di interpolasikan untuk digunakan pada
perhitungan densitas air. Setelah dilakukan pengukuran temperatur
akhir, pastikan dalam pengukuran suhu ini termometer harus dalam
posisi yang benar. Jangan sampai menyentuh dinding tangki agar
didapati suhu air akhir yang tepat. Setelah itu hydraulic bench
dimatikan kembali .

 Analisis Grafik
a) Grafik X terhadap Yrata2
Jarak Titik terhadap Kedalaman Saluran
0.06

0.05

0.04
Jarak Titik

0.03

0.02

0.01

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Kedalaman Saluran

Gambar 4.1 Grafik X terhadap Yrata2


Berdasarkan plot data pada titik – titik grafik di atas, grafik ini membuktikan
bahwa profil aliran pada grafik tidak membuktikan adanya aliran seragam yang
bekerja pada saluran terbuka ini, hal ini ditinjau dari grafik tersebut yang tidak
sejajar, hal ini menunjukkan bahwa distribusi kedalaman pada aliran tersebut tidak
merata (tidak seragam). Karena di kehidupan nyata pun sangat jarang ditemukan
adanya aliran seragam.
Sehingga, profil grafik di atas tidak memenuhi syarat utama terjadinya aliran
seragam yaitu :
1. kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap penampang pada bagian
saluran terbuka yang lurus adalah konstan.
Maka, aliran yang ada pada percobaan kali ini tidaklah seragam. Karena dapat
dikatakan aliran seragam bila memenuhi syarat standar yang sudah dibakukan.
b) Grafik Yrata2 terhadap Koefisien Chezy

Kedalaman rata2 terhadap c


0.05
y = 2E-05x3.5782
0.045
R² = 0.9925
0.04

0.035

0.03
y rata"

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Koefisien Chezy

Gambar 4.2 Grafik Yrata2 terhadap Koefisien Chezy

Dapat dilihat gambar 4.2 Grafik Yrata2 terhadap Koefisien Chezy, plot data
pada grafik tersebut membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar 7.3
tersebut juga diperoleh nilai koefisien determinasi R² = 0.9925. Koefisien
determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan
ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan
bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh
nilai peubah X melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 =0.9925,
maka pada grafik tersebut plot variabel mewakili keadaan ideal karena hampir
mendekati angka 1.
R = 0,99250,5
= 0,99624
Hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,99624, dengan nilai yang
hampir mendekati satu berarti hubungan antar variabel saling berkaitan. Sehingga
C dan Y rata-rata saling berhubungan dalam menentukan terjadinya aliran seragam
pada saluran terbuka. Dengan y = 2E-05x3,5782. Maka didapati galat :
−1+3,5782
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
1

%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 257, 82%

c) Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy

Nre terhadap c
10000
9000
y = 883.79x
8000 R² = 0.4726
Bilangan Reynold

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 2 4 6 8 10
koefisien chezy

Gambar 4.3 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy


Berdasarkan gambar 4.3 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy, dapat dilihat
nilai koefisien determinasi R² = 0.4726. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Dilihat
dari nilai R2 = 0.4726, maka pada grafik tersebut plot variable tidak mewakili
keadaan yang ideal, dikareakan besarnya R2 sangatlah jauh dari standar keidealan
pengaruh variabel terhadap terjadinnya suatu aliran. Ketidak ideal-an ini terjadi
mungkin bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Yang akan dibahas pada analisis
kesalahan.
R = 0.47260,5
= 0,687459
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,687459,
dengan nilai yang kurang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut
juga kurang saling berkaitan.
d) Grafik Yrata2 terhadap Qaktual

kedalaman rata2 terhadap q


aktual
0.05
y = 2.9446x0.6452
0.04 R² = 0.9994

0.03
y rata"

0.02

0.01

0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002
Q aktual

Gambar 4.4 Grafik Yrata2 terhadap Qaktual


Berdasarkan gambar 4.4 Grafik Yrata2 terhadap Qaktual, dapat dilihat nilai
koefisien determinasi R² = 0.9994. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan
ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman
total nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan
pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot
variable mewakili keadaan yang ideal.
R = 0.99940,5
= 0.9996
dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.9996 , dengan nilai
yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut juga saling berkaitan.
Dari gambar 4.4 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan menurunkan
rumus debit sebagai berikut :
Q=Axv
= (b) x (yrata21) x (v)
Q ≈ yrata21
Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, dan untuk mencari nilai
galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman saluran rata-rata
dengan nilai pangkat variabel x pada persamaan pada grafik tersebut yaitu y =
2,9446x0,6452, maka nilat galatnya adalah sebagai berikut :
1 − 0,6452
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
1
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 35,48%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 35,48%, maka faktor kesalahan tidak
terlalu besar. Sehingga, didapati nilai yang cukup akurat untuk kedua variabel ini.
e) Grafik Kecepatan terhadap Yrata2

v terhadap kedalaman rata2


0.5
0.45 y = 2.4926x0.5491
0.4 R² = 0.9955
Kecepatan Aliran(m/s)

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
y rata rata

Gambar 4.5 Grafik Kecepatan terhadap Yrata2


Berdasarkan gambar 4.5 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi R²
= 0.9955. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah
Y(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata)
melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik
tersebut plot variabel mewakili keadaan yang ideal.
R = 0.99550,5
= 0,9977
Hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,9977, R adalah suatu ukuan
untuk mengukur tingkat (keeratan) hubungan linier antara variabel terikat dengan
seluruh vaiabel bebas secara bersama-sama. dengan nilai yang mendekati satu
berarti hubungan antar variabel tersebut saling berkaitan. Dari gambar 4.5 tersebut
juga dapat dicari nilai galat dengan menurunkan rumus debit sebagai berikut :
Q=Axv
= (b) x (yrata21) x (v)
Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, Maka persamaan nilai
kecepatannya adalah :
1
𝑣≈ ............... (1)
𝑌𝑟𝑎𝑡𝑎2^1

Dan untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari
kedalaman saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada
persamaan pada grafik tersebut yaitu y = 2,4926x0,5491, maka nilat galatnya adalah
sebagai berikut :
0,5491 − (−1)
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
1
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 154.91%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 154.91%%, maka faktor kesalahan
sangat besar. Faktor kesalahan ini dapat menyebabkan ketidak presisian
pengukuran percobaan.
f) Grafik NRe terhadap Yrata2
Nre terhadap kedalaman rata2
12000

10000 y = 272981x1.0926
R² = 0.9968
Bilangan Reynold

8000

6000

4000

2000

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
y rata rata

Gambar 4.6 Grafik NRe terhadap Yrata2


Berdasarkan gambar 4.6 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi R²
= 0,9968. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y
(Bilangan Reynold) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata) melalui
hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut
plot 21ariable mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,99680,5

= 0,99839

Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,99839, dengan
nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling
berakaitan. Dari gambar 4.6 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan
menurunkan rumus debit sebagai berikut :

Q=Axv
= (b) x (yrata21) x (v)
𝑄
𝑣 = 𝑏 𝑥 𝑦𝑟𝑎𝑡𝑎2 ..................... (1)
Untuk menurunkan persamaan bilangan Reynold dapat mensubtitusi
persamaan kecepatan diatas (1) sebagai berikut :

𝑣𝑥𝑅
𝑁𝑅𝑒 = 𝜗
𝑄𝑥𝑅
𝑁𝑅𝑒 =
𝜗 𝑥 𝑏 𝑥 𝑦𝑟𝑎𝑡𝑎2
1
𝑁𝑅𝑒 ≈ .............. (2)
𝑦𝑟𝑎𝑡𝑎2

Mencari nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman


saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada persamaan pada
grafik tersebut yaitu y = 272981x1,0926, maka nilat galatnya adalah sebagai berikut
:
1,0926, −(−1)
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
1
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 209,26%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 209,26%, maka faktor kesalahan sangat
besar. Dengan galat yang sangat besar ini memengaruhi kepresisian pegukuran.
Sehingga, perlu dilakukan pengkajian kembali atau perlu dengan upaya
meminimalisir kesalahan pada pengukuran.

g) Grafik Qaktual terhadap Koefisien Chezy


Q aktual terhadap c
0.0018
0.0016
y = 0.0001x
0.0014 R² = 0.3561
0.0012
Q aktual (m3/s)

0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
0 2 4 6 8 10
koefisien c

Gambar 4.7 Grafik Qaktual terhadap Koefisien Chezy


Berdasarkan gambar 4.7 Grafik Qaktual terhadap Koefisien Chezy, dapat dilihat
nilai koefisien determinasi R² = 0,3561. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan
ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman
total nilai peubah Y (Debit Aktual) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X
(Koefisien c) melalui hubungan pada grafik ini Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka
pada grafik tersebut plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal, karena nilai
R2 sangatlah jauh dari 1.

R = 0,35610,5

= 0,59674

Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,59674, dengan
nilai yang kurang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut juga
kurang berkaitan.
h) Grafik Kecepatan terhadap R2/3

v terhadap R^2/3
0.5
y = 5.8018x
0.45
R² = 0.8933
0.4
0.35
kecepatan aliran (m/s)

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
R^2/3

Gambar 4.8 Grafik Kecepatan terhadap R2/3


Berdasarkan gambar 4.8 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi R² =
0,8933. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y
(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (R^2/3) melalui
hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut
plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal.

R = 0,89330,5

= 0,94514

Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,94514, dengan
nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling berkaitan.
Untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan antara nilai koefisien
manning literatur dengan nilai koefisien manning yang didapatkan saat praktikum
dengan langkah - langkah sebagai berikut

1
𝑣 = 𝑛 𝑥 𝑅 2/3 𝑥 𝑆 1/2

Maka, diubah ke persamaan garis sebagai berikut :


1
1
𝑦 = (𝑛 )(𝑆 2 )(𝑥)

Dan dibandingkan dengan persamaan garis pada grafik diatas adalah y =


5,8018x, sehingga
1 5,8018 x
=
𝑛 0,1323529411/2 𝑥
n = 0,00627
Setelah itu, dibandingkan dengan koefisien manning pada literature pada
gambar berikut :

Gambar 4.9 Nilai Koefisien Manning berdasarkan Literatur


Sumber : www.buildsite.com/pdf/aco/Aco-Polyester-Fibergkass-Composition-
Technical-Notes-93054.pdf
Berdasarkan literatur yang dicari pada gambar 4.9, kita menggunakan jenis saluran
fiberglass roving yang nilai koefisien manningnya adalah 0.08. Sehingga nilai galat
yang didapatkan sebagai berikut :

𝑀𝑎𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟−𝑀𝑎𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝑀𝑎𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

0.008 −0.00627
=| 𝑥 100%|
0.028

= |21,625%| = 21,625 %
Jadi nilai galatnya adalah 𝟐𝟏, 𝟔𝟐𝟓 % yang menunjukkan besarnya
kesalahan saat praktikum. Ini menunjukan bahwan koefisien manning yang didapat
hampir mendekati literatur. Kurang presisinya data ini bisa disebabkan oleh
berbagai faktor kesalahan yang mungkin saja terjadi selama praktikum
berlangsung.

 Analisis Kesalahan
Dalam praktikum dan perhitungan kali ini, adanya kemungkinan kesalahan
yang dilakukan oleh praktikan contohnya seperti memulai dan mengakhiri
stopwatch. Adanya kesalahan dalam memulai dan mengakhiri Stopwatch seperti
tidak sigapnya seseorang yang menggunakan stopwatchnya, sehingga dapat
mengubah hasil perhitungan Qaktual . Hal ini tentu jelas memberi dampak pada
perhitungan dan perbandingan lainnya. Selanjutnya terdapat juga kesalahan saat
peletakan beban. Peletakan beban harus dilakukan tepat pada saat beban mulai
terangkat. Hal inilah yang sering kali menimbulkan ketidakakuratan, sebab
kesigapan dan kecepatan praktikan sangat berpengaruh dalam memperhitungkan
waktu ketika lengan hydraulic bench mulai terangkat.
Faktor jumlah percobaan pada setiap variasi juga dapat mempengaruhi
perbedaan tinggi masing-masing alat ukur semakin banyak data percobaan yang
diperoleh maka semakin akurat juga hasil data yang dapat dihitung.
Kesalahan pembacaan alat sangat mungkin terjadi dan biasanya disebabkan
oleh skala alat yang terlalu kecil untuk dilihat mata atau saat mengalibrasi alat yang
tidak tepat, sehingga menimbulkan kebingungan bagi praktikan saat membaca alat
dan menyebabkan hasil percobaan menjadi kurang akurat. Adanya gelembung
udara pada aliran air pun dapat mengurangi kepresisian pengukuran, karena
pengukuran kedalaman dan keakuratan pengamatan profil aliran akan terganggu,
jika praktikan tidak menepatkan agar gelembung pada aliran tidak terlalu banyak
maka kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran dan pengmatan dalam
praktikum.
Lalu tidak tepatnya jarum pengukur kedalaman aliran fluida (air) tepat di
permukaan aliran tersebut, sehingga berpengaruh juga dalam pembacaan dan
perhitungan data. Khususnya untuk pengukuran kemiringan aliran terdapat
kesalahan dimana, ketika pengukuran akhir dilakukan alat pengukur kedalaman
yang sudah terlepas tidak dikalibrasi kembali. Hal ini sangat berpengaruh dalam
pengukuran kedalam air, karena kalibrasi sangat penting dalam pegukuran.
Sehingga, seharusnya praktikan selalu memastikan kembali apakah alat pengukur
kedalaman sudah dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu. Dan juga tidak
tepatnya saat menentukan skala antar titik kedalaman aliran yang terbagi – bagi
menjadi 6 titik (3 titik di hulu saluran dan 3 titik di hilir saluran). Salahnya
penandaan titik mungkin saja terjadi, dan faktor ini jelas menentukan adanya
kesalahan dalam melakukan percobaan, sehingga ketelitian, keakuratan, kefokusan
dan kesigapan kinerja praktikan menjadi sangatlah penting.

VI. ANALISIS B
1. Daerah Aliran Sungai
Adalah aliran yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titk tinggi, dimana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan
terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan aliran yang
mengalami siklus hidrologi secara alamiah, dalam bidang Teknik
Lingkungan pengamatan DAS menjadi sangatlah penting, dan di sinilah
bisa dilakukan pegamatan aliran seragam di saluran terbuka secara alamiah.
Gambar 5.1 Daerah Aliran Sungai
Sumber : https://Prelo.co.id/blog/4carapengendalianDAS/
2. Drainase
Saluran tahan erosi merupakan saluran buatan yang diberi lapisan
dari bahan tidak mudah tererosi. Karena saluran tahan erosi merupakan
merupakan saluran buatan maka dimensi saluran direncanakan sedemikian
rupa agar mampu mengalirkan air sebesar sebesar mungkin untuk suatu luas
penampang penampang (A) dan kemiringan aliran tertentu.
Drainse atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami
atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras,
membuang atau mengalihkan air.
Gambar 5.2 Saluran Drainase Berpenampang Persegi
Sumber : http://spiritjawabarat.com/proyek-drainase-gembongan-
diduga-asaljadi/
Karena kemiringan tebing dapat disesuaikan dengan kemiringan
lereng alam tanah yang ditempatinya. Untuk saluran buatan, faktor
ekonomis juga menjadi menjadi salah satu faktor pertimbangan desain
drainase ini.

3. Alat pengukur debit banjir

Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat


dilakukan dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang
melintang sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan
dengan kotak pencatat ( monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama
propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang
akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti
sirip akan berputar karena gerakan lairan air sunagi.
Gambar 5.3 Pengukuran Debit Aliran Sungai Dengan Current Meter

(Sumber : Raharjbayu Wordpress.com, 2009)

Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang
kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air
selama selang waktu tetentu.Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman
sungai menjadi beberapa bagian dengan leber permukaan yang berbeda. Kecepatan
aliran sungai bagiannya diukur sesuai dengan kedalamannya.

Gambar 5.4 Bagian – bagian Current Meter

(Sumber : Shreyasi Sen, 2015)


VII. KESIMPULAN
1. Pada kenyataannya aliran seragam itu sangat jaranglah terjadi, ini
dibuktikan dengan grafik profil aliran pada percoban ini :

Jarak Titik terhadap Kedalaman Saluran


0.06

0.05

0.04
Jarak Titik

0.03

0.02

0.01

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Kedalaman Saluran

Gambar 7.1 Grafik Profil Aliran yang Membuktikan tidak terjadinya aliran
seragam secara sempurna atau ideal
2. Koefisien Chezy (C) pada percobaan didapati, sebagai berikut :
Tabel 6.1 Hasil Akhir Nilai Koefisien Chezy

Variasi C

1 7,08164363
2 8,22757972

3 8,7654558

Sumber : Hasil Perhitungan percobaan

3. Nilai Koefisien Manning (n) saluran pada percobaan ini sebagai berikut :
Tabel 6.2 Hasil Akhir Nilai Koefisien Manning
Variasi n

1 0,06908508

2 0,06230891

3 0,05986493

Sumber : Hasil Perhitungan percobaan

4. Bilangan Reynold (Nre) pada percobaan kali ini didapati sebagai berikut :
Tabel 6.3 Hasil Akhir Nilai Bilangan Reynold Aliran Fluida

Variasi NRe

1 4094,1128

2 7244,90799

3 9520,45875

Sumber : Hasil Perhitungan percobaan

5. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien Manning


(n).
𝑣=𝑣
c√RS = (R2/3 x S1/2) / n
c = (R2/3 x S1/2) / (R1/2 x S1/2 x n)
c = R1/6 / n

Dapat dilihat korelasi antara perbandingan Koefisien Chezy dengan


Koefisien Manning adalah berbanding terbalik.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with


Engineering Application. California : The McGraw Companies.
Bruce, R.Munson, Donald F. Young & Theodore. 2006. Mekanika Fluida.
Erlangga : Jakarta.
Akan, Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Burlington : Elsevier
Companies.
Surya, Yohanes. 2004. Mekanika dan Fluida 2. Kandel : Indonesia.
IX. LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Tabel densitas


Lampiran 1.2 data viskositas dan suhu

Lampiran 1.3 Literatur koefisien manning

Sumber : www.buildsite.com/pdf/aco/AcoPolyester-Fiberglass-Composition-Technical-
Notes-93054.pdf

Anda mungkin juga menyukai