Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi pemerintah sekarang ini adalah belum
terpenuhinya kebutuhan guru. Secara nasional, kekurangan guru SMA mencapai
307.751 sedangkan SMK, baik negeri maupun swasta sekitar 128.880 guru kejuruan.
Khusus SMK Negeri, kekurangan guru kejuruan sekitar 50.856 guru.
Diantara persoalan kekurangan guru adalah ketidakmerataan distribusi guru.
Sebagian daerah mengalami kelebihan guru sedangkan daerah lain mengalami
kekurangan guru. Ketidakmerataan ini terjadi pada semua level pemerintahan, baik
provinsi maupun kabupaten.
Ketidakmerataan distribusi tersebut menjadi persoalan serius karena akan
berdampak pada 1) terjadinya pembelajaran yang tidak efektif; (2) ketidakefesienan
pemanfaatan sumber daya; (3) kesenjangan mutu layanan pendidikan; (4) peluang
peningkatan mutu guru yang sulit; dan (5) pemenuhan jam wajib mengajar guru sulit
tercapai.
Sesuai dengan amanah Pasal 24, UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen,
pemerintah berkewajiban melakukan pemerataan guru. Masalah ini ditegaskan
kembali di dalam Pasal 58 Peraturan Pemerintah (PP) No.74/2008 tentang Guru bahwa
pengangkatan dan penempatan guru harus mempertimbangkan pemerataan guru
antar satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dan/atau
Masyarakat, antarkabupaten atau antarkota, dan antarprovinsi, termasuk kebutuhan
guru di Daerah Khusus.
Berdasarkan amanah ini, maka pemerataan guru menjadi agenda pemerintah
pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten sesusai dengan tugas pokok
dan fungsinya. Bagi pemerintah pusat, tugas utamanya adalah menentukan
perencanaan kebutuhan guru secara nasional dengan mempertimbangkan
pemerataan guru antar satuan pendidikan, antar kabupaten maupun antar provinsi.
Sedangkan bagi pemerintah daerah, mempunyai kewajiban melakukan pemerataan
distribusi guru sesuai dengan kewenangannya dalam melakukan penempatan dan
pemindahan.
Untuk memudahkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melakukan
kebijakan pemerataan guru, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, menyusun Indek Pemerataan Guru (IPG). Tujuan
penyusunan indeks ini adalah agar semua pihak mempunyai gambaran yang obyektif
dan transparan sejauhmana suatu provinsi mengalami tingkat ketidakmerataan
distribusi guru setiap tahunnya. Pemahaman terhadap indeks ini sangat penting,
terutama bagi pemerintah daerah yang dapat menindaklanjuti dalam bentuk
kebijakan-kebijakan pemerataan distribusi guru yang lebih adil dana transparan sesuai
dengan kebutuhan.
Agar semua pihak mempunyai pemahaman yang sama mengenai IPG, maka
disusun Pedoman Penyusunan Indek Pemerataan Guru. Pedoman ini berisi uraian
mengani prinsip-prinsip dasar penyusunan IPG dan mekanisme penyusunan IPG.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 sebagaimana diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Guru;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 sebagaimana diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Penataan
Linieritas Guru Bersertifikat Pendidik;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2009 sebagaimana yang diubah
menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011 dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban
Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah;
17. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri
Sipil untuk Daerah;
18. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-
RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun
2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil;
19. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil.
20. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10/D/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum,
Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013
Pendidikan Khusus.
21. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 06/D.D5/KK/2018 Tahun 2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK);
22. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor: 07/D.D5/KK/2018 Tentang Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK);
23. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Negara Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011,
Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor
158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil.

C. Tujuan
Pedoman Indeks Pemerataan Guru (IPG) disusun dengan tujuan :
1. Menyamakan persepsi dan pemahaman mengenai Indeks Pemerataan Guru (IPG)
2. Memberikan acuan bagi penyusunan Indeks Pemerataan Guru secara lebih detail
dalam level Provinsi dan kabupayen
3. Memberikan bahan dan acuan bagi pemangku kepentingan, baik di pusat maupun
di daerah, dalam menyusun kebijakan pemerataan guru.

D. Manfaat

Manfaat pedoman indeks pemerataan guru, terutama bagi:


1) Pemerintah Pusat
a. Sebagai acuan dalam memverifikasi data kebutuhan formasi guru yang diajukan
oleh pemerintah daerah provinsi berkaitan dengan pemerataan distribusi guru.
b. Sebagai acuan dalam menyusun indeks pemerataan guru antar provinsi, antar
kabupaten/kota, antar satuan pendidikan/sekolah, dan antar guru mata
pelajaran secara nasional.
c. Sebagai acuan dalam melakukan pembinaan penetapan indeks pemerataan
guru bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2) Pemerintah Daerah Provinsi
a. Sebagai acuan dalam menghitung indeks pemerataan guru antar
kabupaten/kota, antar satuan pendidikan/sekolah, dan bahkan antar guru mata
pelajaran pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
khusus.
b. Sebagai acuan dalam melakukan pembinaan penetapan indeks pemerataan
guru kepada UPTD/Cabang Dinas Pendidikan sebagai dasar dalam
pendistribusian dan pemerataan guru.
c. Sebagai dasar dalam pengajuan formasi dan pendistribusian guru antar
kabupaten/kota dan antar satuan pendidikan.
3) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
a. Sebagai acuan dalam menghitung indeks pemerataan guru antar satuan
pendidikan/sekolah, dan antar guru mata pelajaran pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan khusus.
b. Sebagai acuan dalam melakukan pembinaan penetapan indeks pemerataan
guru pada satuan pendidikan.
c. Indeks Pemerataan Guru tingkat kabupaten/kota sebagai dasar dalam
pendistribusian guru antar satuan pendidikan.
4) Sasaran
Sasaran pengguna pedoman indeks pemerataan guru adalah:
1. Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2. Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
3. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
4. Kementerian Dalam Negeri
5. BAPPENAS
6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7. Dinas Pendidikan Provinsi
8. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi,
9. UPTD / Cabang Dinas Pendidikan Provinsi
10. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
11. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten/Kota

E. Ruang Lingkup
Lingkup dari pedoman perhitungan indeks pemerataan guru adalah:
1. Prinsip dan konsep dasar yang memuat prinsip dan konsep perhitungan indeks
pemerataan guru
2. Metode. Metode perhitungan indeks pemerataan guru meliputi model perhitungan
guru dan model perhitungan indeks yang dilengkapi dengan prosedur
perhitutungan serta analisisnya
3. Rencana Tindak Lanjut. Rencana tindak lanjut merupakan tindak lanjut dari analisis
perhitungan angka indeks untuk dilakukan sejumlah langkah dan kebijakan dalam
mencapai pemerataan guru yang ideal

Anda mungkin juga menyukai