Anda di halaman 1dari 176

PANDUAN

KEPANITERAAN
KLINIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK KLINIK

Ilmu Kedokteran Gigi Anak Klinik yang diterapkan pada pasien anak dapat dicapai dengan melakukan
suatu pemeriksaan lengkap, diagnosis yang cermat dan merumuskan rencana perawatan yang tepat.
Kunjungan pertama bagi pasien anak merupakan suatu hal yang kritis baik dari segi diagnosis maupun
segi tingkah laku. Kunjungan pertama seharusnya merupakan permulaan dari hubungan yang
menyenangkan (atraumatik) antara dokter gigi, pasien dan orang tua sehingga minat pasien dan
kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut meningkat.

Pemeriksaan lengkap dilakukan secara menyeluruh meliputi pemeriksaan subyektif dan obyektif. Pada
pemeriksaan subyektif dapat diperolah riwayat penyakit medik dan dental, pemeriksaan obyektif
termasuk pemeriksaan klinis, radiografis dan laboratorium.

Pemeriksaan lengkap rutin dapat dilakukan pada kunjungan pertama, apabila untuk perawatan
darurat, perlu dibuatkan riwayat singkat secukupnya, kemudian lakukan perawatan untuk mengatasi
keadaan darurat tersebut dengan sedapat mungkin tanpa trauma. Pemeriksaan lengkap rutin dan
perawatan selanjutnya dilakukan pada kunjungan berikutnya.

Pemeriksaan lengkap rutin dilakukan dengan metode tender, loving, care. Gerakan perlahan, alat
semininimal mungkin untuk menghindari rasa takut pada anak. Pertanyaan dan pernyataan dokter
gigi dalam bentuk percakapan yang ringan dan sederhana, mudah dipahami oleh anal-anak dan
bersifat informative. Informasi tertentu juga dapat diberikan kepada orang tua sehubungan dengan
prosedur klinis.

Informasi yang perlu dicatat adalah tanggal dilakukan pemeriksaan, nama lengkap (nama panggilan),
jenis kelamin, umur dan tanggal lahir, alamat, nomor telepon, nama dan pekerjaan orang tua, dokter
yang merawat. Dari informasi tersebut diperoleh gambaran tentang status medis, status social,
keluarga yang perlu dipertimbangkan untuk penyusunan rencana perawatan.

Persetujuan perawatan atau informed consent diperlukan untuk memperoleh ijin atau persetujuan
tertulis. Kelengkapan foto profil dan lain lain dapat dilakukan untuk melengkapi dokumen pasien.
Keluhan utama dicatat menurut kata/bahasa pasien.

ALAT STANDAR YANG HARUS DISEDIAKAN

 Kaca mulut  Tempat alcohol


 Sonde half moon  Alas dada untuk pasien
 Sonde lurus  Alas meja unit
 Pinset  Handpiece dan mata bur
 Excavator  Hand instruments tumpatan
 Tempat Cotton Roll  Alat-alat endodontik
 Tempat Cotton Pellet

1
REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Dental Health Education (DHE) 3
Prosedur Perawatan Fissure Sealant 4

I Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls I 2


Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls III 2
Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls IV / V 2
Prosedur Pencabutan Gigi Sulung dengan Anastesi Topikal 6
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Dental Health Education (DHE) 3
Prosedur Perawatan Preventive Resin Restoration (PRR) Tipe A 2
Prosedur Perawatan Preventive Resin Restoration (PRR) Tipe B 1
Prosedur Perawatan Preventive Resin Restoration (PRR) Tipe C 1
II Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls II 2
Prosedur Pencabutan Gigi Sulung dengan Anastesi Infiltrasi Tanpa Penyulit 2
Prosedur Perawatan Pulpotomi 1
Prosedur Perawatan Pulpektomi 1
Prosedur Perawatan Space Maintainer (SM) Pasien Baru 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Perawatan Topikal Aplikasi Fluor (RA-RB) 4
Prosedur Pencabutan Gigi Sulung dengan Anastesi Infiltrasi Tanpa Penyulit 2
Prosedur Perawatan Pulpotomi 1
III Prosedur Perawatan Pulpektomi 1
Prosedur SSC (direct / indirect) 2
Prosedur Perawatan Space Maintainer (SM) Pasien Lanjutan 1
Asistensi

Lain-lain :
1. Case report : 2 laporan dalam format jurnal
a. Full mouth rehabilitation/pasien paripurna
 Perawatan preventif
 Perawatan restorasi
 Perawatan pulpa dan/ saluran akar
 Ekstraksi
b. Space maintainer

2
2. Peserta seminar : 2 kegiatan
a. Full mouth rehabilitation/pasien paripurna
b. Space maintainer

3. Assessment :
a. MiniCex
 Pengisian kartu pasien baru
b. DOPS
 Fissure sealants 1 sisi
 Tumpatan gigi sulung klas I / III / V
 Pencabutan dengan anestesi topikal
 Pencabutan dengan anestesi injeksi
 Pulpotomi (open bur – sterilisasi)
 Pulpotomi (obturasi – basis tumpatan
c. Ujian profesi IKGA
 CBT
 OSCE

3
PANDUAN KERJA KLINIK
A. Pengisian Rekam Medik Umum

Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pengisian rekam medis pasien anak serta menentukan diagnosis dan
tindakan perawatan secara lengkap dan benar.

Ringkasan Materi :
Pengisian rekam medik anak dengan lengkap.

B. Dental Health Education (DHE)

Capaian pembelajaran :
Memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi secara perorangan kepada pasien dan orang tuanya
dengan alat peraga dan audio visual.

Ringkasan Materi :
Tindakan penyuluhan kesehatan gigi dengan cara :
1. Menerangkan anatomi gigi dan mulut.
2. Penyuluhan dan pengenalan mengenai penyakit gigi dan mulut menggunakan model gigi dan
poster memakai bahasa sesuai dengan usia anak.
3. Menerangkan dan mengajarkan cara pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu mengenai cara
menyikat gigi yang baik dan benar.
4. Pengenalan plak dengan mengulaskan disclosing agent pada gigi.
5. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar.
6. Melakukan penyikatan gigi pada anak dengan pengawasan mahasiswa, dan mahasiswa harus
mengecek dan memastikan bahwa pasien dapat menyikat gigi dengan cara yang benar.
7. Mengevaluasi penyikatan gigi anak dengan mengoleskan kembali disclosing agent dan
menunjukkan pada anak warna merah adalah bagian permukaan gigi yang masih kotor karena
plak belum bersih.
8. Bila ada kalkulus dilakukan scalling (manual atau elektrik) dan dilanjutkan dengan pemolesan
gigi.
9. Kontrol dan evaluasi hasil DHE pada visit berikutnya baik materi yang telah diterangkan maupun
cara menyikat gigi yang benar.
10. Kontrol DHE 1 minggu kemudian
11. Mahasiswa wajib lapor sebelum DHE, setelah DHE, sebelum kontrol, sesudah kontrol 1
minggu kemudian kembali kepada anak dan orang tua hal yang sudah diterangkan
sebelumnya.

4
C. Aplikasi Topikal dengan Fluoride
1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
-

2. Definisi
Aplikasi sediaan fluoride secara topikal pada seluruh permukaan gigi.

3. Patofisiologi
Ion fluor mensubstitusi ion hidroksil dari hidroksi apatit membentuk fluoroapatit yang lebih
tahan terhadap asam dan meningkatkan remineralisasi

4. Hasil anamnesis
Pencegahan terhadap karies lebih lanjut

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


Sakit negatif

6. Diagnosis Banding
Tidak ada

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 Oral profilaksis
 Penutupan pit dan fisur
 Kontrol periodik

8. Prosedur tindakan
 Dengan Sediaan Varnish / Solution
 Sterilisasi daerah kerja.
 Aplikasi larutan disclosing untuk identifikasi plak
 Oral profilaksis dilakukan dengan menggunakan brush profilaksis dan pumice murni
pada permukaan oklusal, rubber cup pada permukaan facial lingual dan dental floss
untuk permukaan proksimal
 Irigasi, keringkan dan isolasi per kuadran yang akan diaplikasi dengan bantuan saliva
ejector
 Aplikasi material topical fluoride per kuadran gigi dan tunggu selama 4 menit
 Instruksi post aplikasi (tidak makan minum, tidak kumur, dan menggosok gigi selama
minimal 30 menit)
 Kontrol periodik

 Dengan Sediaan Gel


• Sterilisasi daerah kerja.
• Aplikasi larutan disclosing untuk identifikasi plak

5
• Oral profilaksis dilakukan dengan menggunakan pointed brush dan pumice murni
pada permukaan oklusal, rubber cup pada permukaan facial lingual dan dental floss
untuk permukaan proksimal
• Irigasi, keringkan
• Masukkan material gel fluoride kedalam tray sebanyak sepertiga dari kedalaman tray
• Anak diposisikan duduk tegak dengan kepala sedikit menunduk
• Masukkan tray kedalam rahang atas dan bawah secara bersamaan dan tunggu selama
4 menit
• Keluarkan tray dari rongga mulut, bersihkan sisa –sisa gel dengan menggunakan kasa
atau saliva ejector
• Instruksikan pada pasien untuk meludah dengan tujuan membuang sisa-sisa gel
• Instruksi post aplikasi (tidak makan minum, tidak kumur, dan menggosok gigi selama
minimal 30 menit)
• Kontrol periodik

9. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

10. Peralatan dan bahan/obat


 Diagnostic set
 Brush profilaksis, pumice murni, rubber cup, dental floss, disclosing agent, saliva ejector
 Material topical aplikasi fluoride : varnish NaF/
 Sodium Fluoride / solution dengan bantuan applicator atau mikro brush , gel dengan
bantuan tray

11. Lama perawatan


2 kali kunjungan
• Kunjungan ke 1 : aplikasi topikal aplikasi fluoride
• Kunjungan ke 2 : kontrol periodik

12. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol periodik

14. Keberhasilan perawatan


Tidak terbentuk karies baru

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

6
16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum melakukan, setelah pembersihan gigi, selesai aplikasi fluor.

D. Fissure Sealant
18. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
 K02.51 : Pit dan Fisur Dalam Gigi Molar Permanen

19. Definisi
Ceruk yang sempit dan dalam pada permukaan oklusal gigi belakang.

20. Patofisiologi
-

21. Hasil anamnesis


-

22. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


 Tampak permukaan oklusal gigi posterior memiliki pit dan fisur yang dalam
 Sakit (negatif)

23. Diagnosis Banding


Tidak ada

24. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 Oral profilaksis
 Penutupan pit dan fisur
 Kontrol 1 minggu

25. Prosedur tindakan


 Dengan bahan GIC
 Sterilisasi daerah kerja.
 Oral profilaksis dilakukan dengan menggunakan brush profilaksis dan pumice murni
 Irigasi , keringkan dan isolasi dengan bantuan saliva ejector
 Aplikasi conditioner (asam poliakrilat 10%) tunggu 10 detik, bilas dan keringkan
 Pengadukan material Glass Ionomer Cement (GIC) Type 4 dilakukan dengan gerakan
melipat.
 Aplikasi penutupan pit dan fisur.
 Aplikasi vaseline/ cocoa butter pada semua permukaan sealant
 Cek oklusi dengan menggunakan articulating paper

7
 Kontrol 1 minggu

 Dengan bahan Resin Komposit Unfiller


 Sterilisasi daerah kerja.
 Oral profilaksis dilakukan dengan menggunakan brush profilaksis dan pumice murni
 Irigasi , keringkan dan isolasi dengan bantuan saliva ejector
 Aplikasi etsa dengan asam fosfat 37% selama 20 detik, irigasi, keringkan hingga
tampak frosted appearance
 Aplikasi material penutupan pit dan fisur dengan resin komposit unfiller sampai
menutupi seluruh pit dan fissure, kemudian dilakukan light cure
 Cek oklusi dengan menggunakan articulating paper
 Dilakukan pemolesan pada daerah traumatic occlusion dengan alpine bur
 Kontrol periodik

26. Pemeriksaan Penunjang


Tidak ada

27. Peralatan dan bahan/obat


 Set diagnosis
 Brush profilaksis, pumice murni,
 Saliva ejector
 Material penutupan pit dan fisur : Resin komposit unfiller atau GIC
 Kertas artikulasi
 Alat pemoles material penutupan pit dan fisur (Alpine bur)
 Vaseline/ cocoa butter

28. Lama perawatan


 1 kali kunjungan

29. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

30. Prognosis
 Baik
 Kontrol periodik berkala 3 bulan.

31. Keberhasilan perawatan


 Seluruh permukaan pit dan fisur tertutup baik dengan material penutupan pit dan fisur

32. Persetujuan tindakan


 Tertulis

33. Faktor sosial yang perlu diperhatikan

8
 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

34. Mahasiswa wajib lapor sebelum mulai, setelah memulas, setelah etsa, setelah aplikasi.

E. Preventive Resin Restoration / Preventive Adhesive Restoration


I. Tipe A
1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
 K02.51 : Karies pada permukaan pit dan fisur terbatas pada email

2. Definisi
Prosedur restorasi gigi permanen muda dengan melakukan preparasi minimal pada karies
yang hanya pada permukaan email dengan pit dan fisur yang masih utuh tetapi rentan
terjadi karies di sekitarnya.

3. Patofisiologi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email
dan dapat menjalar hingga dentin.

4. Hasil anamnesis
Gigi berlubang.

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


 Karies email pada pit dan fisur
 Tampak dekalsifikasi pada permukaan gigi

6. Diagnosis Banding
Pit dan fisur yang dalam.

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 Dental examination
 23.2 Restoration of tooth by filling

8. Prosedur tindakan
 Melakukan pembuangan jaringan karies dan oral profilaksis
 Melakukan preparasi kavitas minimal hanya email dengan bur bulat No. ¼ atau ½
 Melakukan pembersihan permukaan gigi dengan bristle brush dan pumice diikuti
pembilasan serta pengeringan
 Melakukan aplikasi etsa dan pembilasan
 Mengisolasi gigi dari kontaminasi saliva dengan cotton roll

9
 Mengaplikasikan etsa menggunakan aplikator pada bagian gigi yang dipreparasi
serta ke fisura di sekitarnya dan juga palatal groove gigi maxilla atau buccal groove
gigi mandibula. Etsa juga diperluas ke arah inklinasi cusp setinggi sekitar 2-3 mm
 Kemudian didiamkan selama 20 detik
 Membilas etsa selama 30-40 detik hingga bersih kemudian dikeringkan dengan
semprotan angin hingga permukaan terlihat frosty
 Melakukan aplikasi PRR-A
 Bahan sealant
o Mengaplikasikan bahan sealant di atas email yang dipreparasi dan permukaan
pit - fisura sekitarnya
o Memperluas pit – fisure sealant hingga ke buccal/ palatal groove
o Menggunakan aplikator sealant juga diperluas ke arah inklinasi cusp setinggi
sekitar 2-3 mm.
o Meratakan bahan sealant dengan brush atau sonde ke dalam pit dan groove
o Memeriksa agar tidak ada udara terjebak
o Melakukan penyinaran dengan alat light curing
 GIC
o Sterilisasi daerah kerja.
o Oral profilaksis dilakukan dengan menggunakan brush profilaksis dan pumice
murni
o Irigasi , keringkan dan isolasi dengan bantuan saliva ejector
o Aplikasi conditioner (asam poliakrilat 10%) tunggu 10 detik, bilas dan keringkan
o Pengadukan material Glass Ionomer Cement (GIC)Type 4 dilakukan dengan
gerakan melipat.
o Aplikasi penutupan kavitas pit dan fisur.
o Aplikasi vaseline/ cocoa butter pada semua permukaan sealant
 Memeriksa oklusi
 Melakukan pemeriksaan kontak oklusi dengan memakai articulating paper
 Memeriksa regio interproksimal menggunakan sonde atau dental floss
 Membuang pit – fisure sealant yang berlebih menggunakan diamond bur bulat kecil
atau finishing bur

 Kontrol dan evaluasi


 Memeriksa kehilangan bahan sealant pada permukaan gigi
 Memeriksa adanya void (rongga), perubahan warna atau kerusakan pada bahan
sealant
 Memeriksa ada tidaknya karies

9. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

10. Peralatan dan bahan/obat


 Alat
 Alat standar: kaca mulut, sonde, escavator dan pinset.
 Handpiece high speed dan low speed

10
 Mata bur untuk preparasi kavitas: bur bulat No. ¼ atau ½
 Bur bulat kecil (partikel kecil) atau finishing bur untuk membuang kelebihan sealant
 Bristle brush untuk oral profilaksis
 Aplikator untuk etsa dan sealant
 Articulating paper
 Alat light curing
 Alat suction
 Bahan:
 Bahan pumice
 Bahan etsa
 Bahan pit - fisure sealant (unfilled sealant)
 Cotton roll
 Cotton pellet
 Dental floss

11. Lama perawatan


 1 kali kunjungan

12. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol 1 minggu untuk melihat pit dan fissure sealent baik
 Kontrol periodik berkala 3 bulan.

14. Keberhasilan perawatan


 Tidak timbul karies baru.

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum mulai, setelah pulas, setelah etsa, setelah cek oklusi.

11
II. Tipe B
1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
 K02.52 Karies pada permukaan pit dan fisur terbatas pada dentin
 K04.00 Awal (hiperemi)/Initial (hyperaemia)

2. Definisi
Prosedur restorasi gigi permanen muda dengan melakukan preparasi minimal pada karies
email hingga berbatasan dengan dentin serta terdapat pit dan fisur

3. Patofisiologi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email
dan dapat menjalar hingga dentin.

4. Hasil anamnesis
Gigi ngilu.

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


 Karies dentin pada pit dan fisur
 Tampak dekalsifikasi pada permukaan gigi

6. Diagnosis Banding
Pit dan fisur yang dalam.

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 Dental examination
 23.2 Restoration of tooth by filling

8. Prosedur tindakan
 Melakukan pembuangan jaringan karies dan oral profilaksis:
 Melakukan preparasi kavitas minimal hanya hingga email dengan bur bulat No. 1
atau 2
 Melakukan pembersihan permukaan gigi dengan bristle brush dan pumice diikuti
pembilasan serta pengeringan
 Melakukan aplikasi etsa dan pembilasan:
 Mengisolasi gigi dari kontaminasi saliva dengan cotton roll
 Mengaplikasikan etsa menggunakan aplikator pada bagian gigi yang dipreparasi
serta ke fisur di sekitarnya dan juga palatal groove gigi maxilla atau buccal groove
gigi mandibula. Etsa juga diperluas ke arah inklinasi cusp setinggi sekitar 2-3 mm.
 Kemudian didiamkan selama 20 detik
 Membilas etsa selama 30-40 detik hingga bersih dan menampung air buangan
kemudian dikeringkan dengan semprotan angin hingga permukaan terlihat frosty
 Mengaplikasikan selapis tipis bahan bonding ke dalam kavitas dan disemprot dengan
semprotan udara agar tidak terjadi genangan bahan bonding

12
 Melakukan aplikasi PRR-B
 Mengaplikasikan bahan sealant di atas email yang dipreparasi dan permukaan pit-
fisur sekitarnya
 Memperluas pit – fissure sealant hingga ke buccal/ palatal groove
 Menggunakan aplikator sealant juga diperluas ke arah inklinasi cusp setinggi sekitar
2-3 mm.
 Meratakan bahan sealant dengan brush atau sonde ke dalam pit dan groove
 Memeriksa agar tidak ada udara terjebak
 Melakukan penyinaran dengan alat light curing
 Memeriksa oklusi
 Melakukan pemeriksaan kontak oklusi dengan memakai articulating paper
 Memeriksa regio interproksimal menggunakan sonde atau dental floss
 Membuang pit – fissure sealant yang berlebih menggunakan diamond bur bulat kecil
atau finishing bur
 Kontrol dan evaluasi
 Memeriksa kehilangan bahan sealant pada permukaan gigi
 Memeriksa adanya void (rongga), perubahan warna atau kerusakan pada bahan
sealant
 Memeriksa ada tidaknya karies

9. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

10. Peralatan dan bahan/obat


 Alat
 Alat standar: kaca mulut, sonde, escavator dan pinset.
 Alat restorasi: plastic filling instrument, cement stopper
 Handpiece low speed dan high speed
 Mata bur untuk preparasi kavitas: bur bulat No. 1 atau 2
 Bur bulat kecil (partikel kecil) atau finishing bur untuk membuang kelebihan sealant
 Bristle brush untuk oral profilaksis
 Aplikator untuk etsa dan sealant
 Microbrush untuk bonding
 Articulating paper
 Alat light curing
 Alat suction
 Bahan
 Bahan pumice
 Bahan etsa
 Bahan bonding
 Bahan pit - fissure sealant (diluted sealant)
 Cotton roll
 Cotton pellet
 Dental floss

13
11. Lama perawatan
 1 kali kunjungan

12. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol 1 minggu untuk melihat pit dan fissure sealent baik
 Kontrol periodik berkala 3 bulan.

14. Keberhasilan perawatan


 Keluhan subjektif pasien hilang, gigi dapat berfungsi dengan baik.

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum mulai, setelah pulas, setelah etsa, setelah cek oklusi.

III. Tipe C
1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
 K02.52 Karies pada permukaan pit dan fisur terbatas pada dentin
 K04.00 Awal (hiperemi)/Initial (hyperaemia)
 K04.01 Pulpitis reversibel (reversible pulpitis)

2. Definisi
Prosedur restorasi gigi permanen muda dengan melakukan preparasi minimal pada karies
dentin yang dalam dengan pit dan fisur yang masih utuh tetapi rentan terjadi karies di
sekitarnya.

3. Patofisiologi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email dan
dapat menjalar hingga dentin.

4. Hasil anamnesis
Gigi ngilu.

14
5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan
 Karies dentin pada pit dan fisur
 Tampak dekalsifikasi pada permukaan gigi

6. Diagnosis Banding
Pit dan fisur yang dalam.

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 Dental examination
 23.2 Restoration of tooth by filling

8. Prosedur tindakan
 Melakukan pembuangan jaringan karies dan oral profilaksis:
 Melakukan preparasi kavitas minimal dengan bur bulat atau bur No. 329 atau 330
 Melakukan pembersihan permukaan gigi dengan bristle brush dan pumice diikuti
pembilasan serta pengeringan
 Jika dentin terbuka, melakukan aplikasi Ca(OH)2 atau GIC base sebelum aplikasi etsa
 Melakukan aplikasi etsa dan pembilasan:
 Mengisolasi gigi dari kontaminasi saliva dengan cotton roll
 Mengaplikasikan etsa menggunakan aplikator pada bagian gigi yang dipreparasi serta
ke fisur di sekitarnya dan juga palatal groove gigi maxilla atau buccal groove gigi
mandibula. Etsa juga diperluas ke arah inklinasi cusp setinggi sekitar 2-3 mm.
 Kemudian didiamkan selama 20 detik
 Membilas etsa selama 30-40 detik hingga bersih dan menampung air buangan
kemudian dikeringkan dengan semprotan angin hingga permukaan terlihat frosty
 Mengaplikasikan selapis tipis bahan bonding ke dalam kavitas dan disemprot dengan
semprotan udara agar tidak terjadi genangan bahan bonding
 Melakukan aplikasi PRR-C
 Mengisi kavitas dengan bahan composite atau RM GIC.
 Melakukan penyinaran dengan alat light curing
 Mengaplikasikan bahan sealant di atas bahan restorasi dan permukaan pit - fisur
sekitarnya
 Memperluas pit – fissure sealant hingga ke buccal/ palatal groove
 Menggunakan aplikator sealant juga diperluas ke arah inklinasi cusp setinggi sekitar 2-
3 mm.
 Meratakan bahan sealant dengan brush atau sonde ke dalam pit dan groove
 Memeriksa agar tidak ada udara terjebak
 Melakukan penyinaran dengan alat light curing
 Memeriksa oklusi
 Melakukan pemeriksaan kontak oklusi dengan memakai articulating paper
 Memeriksa regio interproksimal menggunakan sonde atau dental floss
 Membuang pit – fissure sealant yang berlebih menggunakan diamond bur bulat kecil
atau finishing bur

15
 Kontrol dan evaluasi
 Memeriksa kehilangan bahan sealant pada permukaan gigi
 Memeriksa adanya void (rongga), perubahan warna atau kerusakan pada bahan sealant
 Memeriksa ada tidaknya karies

9. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

10. Peralatan dan bahan/obat


 Alat
 Alat standar: kaca mulut, sonde, escavator dan pinset.
 Alat restorasi: plastic filling instrument, cement stopper
 Handpiece low speed dan high speed
 Mata bur untuk preparasi kavitas: bur bulat, bur No. 329 atau 330 (pear carbide bur
∅0.6 mm)
 Bur bulat kecil (partikel kecil) atau finishing bur untuk membuang kelebihan sealant
 Bristle brush untuk oral profilaksis
 Aplikator untuk etsa dan sealant
 Microbrush untuk bonding
 Articulating paper
 Alat light curing
 Alat suction
 Bahan
 Bahan pumice
 Bahan etsa
 Bahan bonding
 Bahan Ca(OH)2 atau GIC base
 16. Bahan composite atau RMGIC
 Bahan pit - fissure sealant (diluted sealant)
 Cotton roll
 Cotton pellet
 Dental floss

11. Lama perawatan


 1 kali kunjungan

12. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol 1 minggu untuk melihat pit dan fissure sealant baik
 Kontrol periodik berkala 3 bulan.

16
14. Keberhasilan perawatan
 Keluhan subjektif pasien hilang, gigi dapat berfungsi dengan baik.

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum mulai, setelah pulas, setelah etsa, setelah cek oklusi

F. Tumpatan Glass Ionomer Cement

1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :


 K02.51 karies pada email
 K02.52 karies pada dentin
 K04.00 Awal (hiperemi) Initial (hyperaemia)
 K04.01 Pulpitis reversible (reversible pulpitis)

2. Definisi
Karies yang terbatas pada email dan dapat menjalar hingga dentin yang mungkin terjadi
inflamasi pulpa ringan. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan pulih kembali dan
pulpa akan kembali sehat.

3. Patofisiologi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email dan
dapat menjalar hingga dentin.

4. Hasil anamnesis
 Gigi berlubang
 Perubahan warna (white spot, brown spot)
 Permukaan gigi terasa kasar dan tajam
 Rasa ngilu
 Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
 Tidak nyaman bila digunakan untuk makan

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


 Karies mencapai email dan dentin

17
 Pemeriksaan vitalitas pulpa dengan sondasi dan/atau tes kavitas (tes bur) menunjukkan
pulpa masih vital
 Pemeriksaan perkusi dan tekan bila ada keluhan yang menyertai
 Sakit spontan positif/negatif.

6. Diagnosis Banding
 Defek pembentukkan email
 Defek pembentukkan dentin
 Fraktur mahkota

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 Dental examination
 23.2 Restoration of tooth by filling
 24.99 Other (other dental operation)
 23.42 Application of crown

8. Prosedur tindakan
 Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi pasien (informasi penyebab,
risiko, dan tata laksana perawatan dan pencegahan)
 DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien untuk pengaturan diet.

 Restorasi GIC
 Pembersihan gigi dari oral debris dan kalkulus menggunakan sikat profilaksis
berkecepatan rendah (low speed) dan kalkulus dengan scaler.
 Isolasi daerah kerja
 Pengambilan jaringan karies dan preparasi kavitas dengan menggunakan bur bulat
yang sangat kecil (ukuran ½) untuk siap menerima bahan tambal dari permukaan
gigi
 Keringkan kavitas dengan kapas steril.
 Oleskan dentin conditioner dengan menggunakan microbrush/cotton pellet
selama 10 detik.
 Cuci/bilas dengan air mengalir dan dikeringkan dengan menggunakan airway
syringe.
 Isolasi daerah sekitar gigi.
 Aduk bahan GIC dengan gerakan melipat sesuai dengan panduan pabrik sampai
homogen.
 Aplikasikan bahan tumpat ke dalam kavitas dengan menggunakan plastis
instrument.
 Bentuk tumpatan sesuai dengan anatomi gigi dengan menggunakan burnisher.
 Rapikan tepi tumpatan dan oleskan selapis tipis varnish/vaseline di atas
permukaan tumpatan dengan menggunakan microbrush/ cotton pellet.
 Lakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper.
 Pemolesan dilakukan 24 jam setelah aplikasi.

18
 Restorasi RMGIC
 Pembersihan gigi dari oral debris dan kalkulus menggunakan sikat profilaksis
berkecepatan rendah (low speed) dan kalkulus dengan scaler.
 Isolasi daerah kerja
 Pengambilan jaringan karies dan preparasi kavitas dengan menggunakan bur bulat
yang sangat kecil (ukuran ½) untuk siap menerima bahan tambal dari permukaan
gigi
 Keringkan kavitas dengan kapas steril.
 Oleskan dentin conditioner dengan menggunakan microbrush/cotton pellet
selama 10 detik.
 Cuci/bilas dengan air mengalir dan dikeringkan dengan menggunakan airway
syringe.
 Isolasi daerah sekitar gigi.
 Aduk bahan GIC sesuai dengan panduan pabrik sampai homogen.
 Aplikasikan bahan tumpat ke dalam kavitas dengan menggunakan plastis
instrument.
 Bentuk tumpatan sesuai dengan anatomi gigi dengan menggunakan burnisher.
 Rapikan tepi kavitas tumpatan
 Polimerisasi tumpatan dengan light curing unit selama 20 detik.
 Lakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper.
 Poles.

 Tumpatan dengan mahkota logam direk:


 Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alat skeling manual, diakhiri
dengan brush/sikat.
 Isolasi daerah kerja
 Melakukan anestesi lokal pada gigi yang akan dilakukan preparasi
 Lakukan pembersihan jaringan karies pada gigi
 Preparasi gigi dengan membentuk outline form untuk melakukan tumpatan
mahkota logam yang mempunyai retensi dan resistensi yang optimal dengan
mengurangi bagian oklusal sedalam 1-1,5 mm dengan menggunakan bur fisur
 Pengurangan proksimal dengan menggunakan bur tapered diamond dengan
dinding konvergen 200, pastikan tidak ada kontak dengan gigi sebelahnya.
Preparasi dilakukan dengan gerakan bukolingual mengikuti kontur gigi
 Bila diperlukan lakukan pengurangan permukaan bukal dan lingual hingga margin
gingiva sedalam 1-1,5 mm dengan menggunakan bur tapered diamond.
 Bulatkan sudut-sudut yang tajam
 Pemilihan mahkota disesuaikan dengan jarak mesiodistal gigi sebelum dipreparasi
dengan menggunakan sliding caliper.
 Adaptasi mahkota logam dengan menempatkan pliers untuk melakukan crimping
dan contouring pada tepi mahkota dengan memperhatikan retensinya.
 Periksa oklusi.

19
 Mahkota logam dan permukaan yang kasar pada tepi mahkota dipoles dengan
menggunakan stone bur dan rubber wheel polish.
 Sementasi mahkota logam dengan menggunakan bahan GIC type luting dan
bersihkan sisa semen di daerah interdental.

 Tumpatan dengan mahkota logam indirek:


 Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alat skeling manual, diakhiri
denganbrush/sikat.
 Isolasi daerah kerja
 Melakukan anestesi lokal pada gigi yang akan dilakukan preparasi
 Lakukan pembersihan jaringan karies pada gigi
 Preparasi gigi dengan mengurangi bagian oklusal sedalam 1-1,5 mm dengan
menggunakan bur fisur
 Pengurangan proksimal dengan menggunakan bur tapered diamond dengan
dinding konvergen 200, pastikan tidak ada kontak dengan gigi sebelahnya.
Preparasi dilakukan dengan gerakan bukolingual mengikuti kontur gigi
 Pengurangan permukaan bukal dan lingual hingga margin gingiva sedalam 1-1,5
mm dengan menggunakan bur tapered diamond.
 Bulatkan sudut-sudut yang tajam
 Melakukan pencetakan gigi-geligi
 Pemilihan mahkota disesuaikan dengan jarak mesiodistal gigi sebelum dipreparasi
dengan menggunakan sliding caliper
 Adaptasi mahkota logam dengan
 menempatkan pliers untuk melakukan crimping dan contouring pada tepi mahkota
dengan memperhatikan retensinya.
 Periksa oklusi pada cetakan gigi.
 Try in mahkota logam pada pasien.
 Mahkota logam dan permukaan yang kasar pada tepi mahkota dipoles dengan
menggunakan stone bur dan rubber wheel polish.
 Sementasi mahkota logam dengan menggunakan bahan GIC type luting atau zinc
oxide eugenol dan bersihkan sisa semen di daerah interdental.

9. Pemeriksaan Penunjang
Foto periapikal

10. Peralatan dan bahan/obat


 Alat pemeriksaan standar.
 Alat penumpatan sesuai bahan tumpat.
 Alat anastesi
 Alat pembuatan restorasi mahkota logam.

11. Lama perawatan


 1 kali kunjungan

20
12. Faktor penyulit
 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol 3-6 bulan.

14. Keberhasilan perawatan


 Keluhan subjektif pasien hilang, gigi dapat berfungsi dengan baik.

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum preparasi, setelah preparasi, sebelum menumpat,
sebelum dan sesudah pulas.

G. Perawatan Pulpa dan Saluran Akar Gigi Sulung Vital


1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
 K04.01 Pulpitis irreversibel (irreversible pulpitis)
 K02.8 Karies mencapai pulpa vital gigi sulung

2. Definisi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email dan
dapat menjalar hingga dentin dan melibatkan vitalitas pulpa.

3. Patofisiologi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email dan
dapat menjalar hingga dentin dan melibatkan vitalitas pulpa.

4. Hasil anamnesis
 Gigi berlubang
 Permukaan gigi terasa kasar dan tajam
 Rasa sakit spontan atau berdenyut
 Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
 Tidak nyaman bila digunakan untuk makan

21
5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan
 Karies mencapai pulpa
 Pemeriksaan vitalitas positif menunjukkan pulpa masih vital
 Pemeriksaan perkusi dan tekan positif bila ada keluhan yang menyertai
 Sakit spontan positif.
 Derajat kegoyangan gigi negatif.
 Kemerahan disekitar gingiva tanpa pembengkakan atau fistula

6. Diagnosis Banding
 Karies mencapai pulpa non vital
 Fraktur mahkota
 Pulpa terbuka vital

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 Dental Examination
 23.70 Root canal, not otherwise specified
 24.99 Other (other dental operation)
 23.42 Application of crown

8. Prosedur tindakan
 Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi pasien / KIE (informasi penyebab,
risiko, dan tata laksana perawatan dan pencegahan)
 DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien untuk pengaturan diet

a. Pulpotomi
 Sterilisasi Asepsis daerah kerja
 Anestesi lokal (sesuai prosedur anestesi)
 Pembersihan jaringan karies
 Pembukaan atap pulpa
 Pembuangan jaringan pulpa vital terinfeksi di dalam kamar pulpa menggunakan
ekskavator
 Irigasi menggunakan Saline Steril, keringkan kavitas menggunakan cotton pellet, dan
isolasi
 Penghentian perdarahan dengan cara ditekan menggunakan cotton pellet steril
 Aplikasikan formokresol dengan menggunakan cotton pellet ke dalam daerah pulpa
yang telah diamputasi selama 1-3 menit
 Pengisian kamar pulpa dengan menggunakan pasta Zinc Oxide Eugenol (ZnOE) dan
dilapis oleh semen Zinc Fosfat sebagai basis, lalu lakukan penumpatan sementara
dengan menggunakan GIC
 Restorasi mahkota
 Bila perdarahan tidak berhenti saat dilakukan kontrol perdarahan dengan cotton
pellet steril, maka indikasi untuk dilakukan pulpektomi.

22
b. Pulpektomi
 Sterilisasi Asepsis daerah kerja
 Anestesi lokal (sesuai prosedur anestesi)
 Pembersihan jaringan karies
 Pembukaan atap pulpa
 Pengambilan jaringan pulpa vital terinfeksi sampai saluran akar menggunakan
ekstirpasi
 Pembuatan foto rontgen untuk menghitung panjang kerja menggunakan alat?
 Pembuangan jaringan pulpa vital dari dalam saluran akar menggunakan K-File dengan
tehnik preparasi konvensional berdasarkan pengukuran panjang kerja (kurang lebih 1-
2 mm dari apikal).
 Irigasi dengan NaOCl/EDTA/Chlorhexidine dan keringkan saluran akar dengan paper
point.
 Sterilisasi saluran akar menggunakan medikamen intrakanal (ChKM, Cresophene, atau
CaOH)
 Pengisian saluran akar, dapat dilakukan bila tanda dan gejala klinis sudah tidak ada
(perkusi (-), tekan (-), palpasi (-), kemerahan (-), kegoyangan (-)), yaitu menggunakan
pasta ZnOE dilapis oleh semen Zinc Fosfat/GIC sebagai tumpatan sementara.
 Restorasi mahkota

9. Pemeriksaan Penunjang
Foto periapikal

10. Peralatan dan bahan/obat


 Alat pemeriksaan standar
 Alat penumpatan sesuai bahan tumpat
 Alat perawatan endodontik
 Alat anestesi
 Alat pembuatan restorasi mahkota

11. Lama perawatan


 4 - 5 kali kunjungan

12. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol periodik berkala 3 bulan.

14. Keberhasilan perawatan


 Keluhan subjektif pasien hilang, gigi dapat berfungsi dengan baik

23
15. Persetujuan tindakan
 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap perawatan gigi dan kompromis
medis tertentu

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum perawatan, setelah pengambilan atap pulpa, setelah
pembuangan jaringan pulpa, sebelum dan sesudah pengisian, setelah aplikasi lining/basis.

H. Perawatan Pulpa dan Saluran Akar Gigi Sulung Non Vital


1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :
 K04.1 Nekrosis Pulpa
 K04.6 Dentoalveoar Abses Kronis dengan fistula
 K04.7 Dentoalveolar Abses Kronis tanpa fistula

2. Definisi
Kematian pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya yang disebabkan karies

3. Patofisiologi
Demineralisasi pada permukaan gigi akibat asam yang dihasilkan dari metabolisme
karbohidrat oleh bakteri yang diawali dengan terbentuknya kavitas di permukaan email dan
dapat menjalar hingga dentin dan atau tanpa mempengaruhi vitalitas pulpa. Bila lapisan
dentin telah rusak dan infeksi mikroorganisme beserta produknya telah mengenai pulpa,
maka terjadi degenerasi pulpa dan/atau nekrosis pulpa yang selanjutnya proses infeksi
mencapai daerah periradikular dan tulang alveolar.

4. Hasil anamnesis
 Gigi berlubang
 Perubahan warna
 Permukaan gigi terasa kasar dan tajam
 Pernah ada sakit spontan atau berdenyut
 Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
 Tidak nyaman bila digunakan untuk makan
 Pernah ada benjolan di gusi
 Ada benjolan di gusi

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


• Karies mencapai pulpa
• Pemeriksaan vitalitas pulpa negatif yang menunjukkan pulpa non-vital
• Pemeriksaan palpasi, perkusi, dan tekan positif bila ada keluhan yang menyertai

24
• Derajat kegoyangan gigi negatif.
• Kemerahan disekitar gingiva dengan/tanpa pembengkakan dan/atau tanpa fistula

6. Diagnosis Banding
-

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 Dental Examination
 23.70 Root canal, not otherwise specified
 24.99 Other (other dental operation)
 23.42 Application of crown

8. Prosedur tindakan
 Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi pasien / KIE (informasi penyebab,
risiko, dan tata laksana perawatan dan pencegahan)
 DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien untuk pengaturan diet
 Perawatan Pulpa dan Saluran akar
o Pembuatan foto rontgen
o Isolasi daerah kerja.
o Pembuangan jaringan karies.
o Pembukaan atap pulpa.
o Ekstirpasi jaringan nekotik di dalam saluran akar
o Pembuangan jaringan pulpa non-vital/nekrotik dari dalam saluran akar menggunakan
K-File dengan tehnik preparasi konvensional berdasarkan pengukuran panjang kerja
(kurang lebih 1-2 mm dari apikal).
o Irigasi dengan NaOCl/EDTA/Chlorhexidine dan keringkan saluran akar dengan paper
point.
o Sterilisasi saluran akar menggunakan medikamen intrakanal (ChKM, Cresophene, atau
CaOH)
o Pengisian saluran akar, dapat dilakukan bila tanda dan gejala klinis sudah tidak ada
(perkusi (-), tekan (-), palpasi (-), kemerahan (-), kegoyangan (-)), yaitu menggunakan
pasta ZnOE dilapis oleh semen Zinc Fosfat/GIC sebagai tumpatan sementara.
o Restorasi mahkota (Restorasi Mahkota Sewarna Gigi / Logam)

10. Pemeriksaan Penunjang


Foto periapikal

11. Peralatan dan bahan/obat


 Alat pemeriksaan standar
 Alat penumpatan sesuai bahan tumpat
 Alat perawatan endodontik
 Alat pembuatan restorasi mahkota

25
12. Lama perawatan
 4 - 5 kali kunjungan

13. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

14. Prognosis
 Baik
 Kontrol 1 minggu pasca perawatan untuk pembuatan restorasi

15. Keberhasilan perawatan


 Keluhan subjektif pasien hilang, gigi dapat berfungsi dengan baik

16. Persetujuan tindakan


 Tertulis

17. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap perawatan gigi dan kompromis
medis tertentu

18. Mahasiswa wajib lapor sebelum perawatan, setelah pengambilan atap pulpa, DWP,
sebelum dan sesudah pengisian, setelah aplikasi lining/basis.

I. Space Maintainer

1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :


 K07.38 : Anomali letak gigi

2. Definisi
Kehilangan gigi sulung prematur, dengan benih gigi permanen masih dalam tulang, tetapi
belum terjadi pergeseran gigi.

3. Patofisiologi
Kehilangan prematur gigi sulung akibat karies, trauma, resorpsi abnormal, atau kelainan
sistemik dapat menyebabkan migrasi gigi tetangganya dan kehilangan ruang untuk erupsi gigi
tetap penggantinya.

4. Hasil anamnesis
Susunan gigi renggang karena ada gigi sulung yang tanggal dini sebelum gigi tetap
penggantinya erupsi yang dapat mengganggu fungsi estetis dan pengunyahan

26
5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan
 Benih gigi permanen masih di dalam tulang, dengan gigi sulung yang sudah tanggal.
Mungkin masih tersedia ruang yang cukup untuk gigi tetap, mungkin tidak tersedia
cukup
 ruangan karena telah terjadi pergeseran gigi tetangganya.

6. Diagnosis Banding
Tidak ada

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 89.31 dental examination
 87.12 Other dental x-ray

8. Prosedur tindakan
 Bila belum menyebabkan anomali, gunakan space maintainer lepasan/cekat.
 Persetujuan Tindakan Kedokteran
 Tertulis
 Faktor sosial yang perlu diperhatikan
 Rasa takut atau kecemasan pasien rendah, kepatuhan dankesadaran baik.
 Tahap Tindakan :
o Pencetakan RA dan RB
o Perhitungan ruangan
o Disain piranti
o Pengiriman ke laboratorium
o Insersi alat
o Kontrol alat
9. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen panoramik/periapikal

10. Peralatan dan bahan/obat


Alat dan bahan cetak

11. Lama perawatan


Beberapa kali kunjungan
 Kunjungan ke 1 :
o Pencetakan
o Analisis ruangan
o Penentuan alat SM
o Pengiriman ke lab
 Kunjungan ke 2 : Insersi
 Kunjungan ke 3 dan seterusnya : kontrol periodik 1 bulan sekali

27
12. Faktor penyulit
 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol periodik

14. Keberhasilan perawatan


Tidak terbentuk karies baru

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan perawatan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor saat indikasi, setelah cetak, analisis ruang dan disain peranti, insersi,
dan setiap kontrol.

J. Ekstraksi Gigi Desidui

1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :


 K.00.63 Gigi sulung tidak tanggal (persistensi)
 K04.01 Pulpitis irreversibel (irreversible pulpitis)
 K02.8 Karies mencapai pulpa vital gigi sulung
 K04.1 Nekrosis pulpa
 K04.6 Dentoalveoar Abses Kronis dengan fistula
 K04.7 Dentoalveolar Abses Kronis tanpa fistula
 08.3 Retained radiks ( sisa akar)

2. Definisi
Perawatan yang dilakukan pada gigi sulung yang mengalami persistensi atau menetap saat gigi
permanen sudah erupsi di rongga mulut, dan/atau gigi sulung yang mengalami karies dengan
keterlibatan pulpa tetapi sudah tidak indikasi untuk perawatan pulpa karena resorpsi akar gigi
dan kerusakan tulang yang luas dan/atau gigi permanen pengganti gigi sulung tersebut sudah
erupsi atau mencapai lebih dari sepertiga tengah akar dan gigi permanen pengganti siap untuk
erupsi (pertumbuhan akar gigi permanen lebih dari ½ panjang akar atau benih gigi permanen
sudah menembus tulang alveolar).

28
3. Patofisiologi
 Gangguan tumbuh kembang geligi permanen dan lengkung rahang (maloklusi)
 Adanya jejas menyebabkan kematian pulpa dengan atau tanpa kehancuran jaringan
pulpa (nekrosis pulpa)

4. Hasil anamnesis
 Gigi mengalami kegoyangan atau bisa juga tidak
 Rasa nyeri dapat ada atau tidak

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


 Gigi sulung dengan atau tanpa karies mencapai pulpa
 Sakit negatif/positif.
 Kegoyangan gigi negatif/positif.
 Gingivitis negatif/positif.

6. Diagnosis Banding
Tidak ada

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 23.09 extraction of other tooth
 23.11 removal of residual root

8. Prosedur tindakan
 Ekstraksi gigi sulung dengan anestesi topikal
 Indikasi
 Pembuatan informed consent
 Persiapan pasien dan komunikasi
 Persiapan alat dan bahan:
 Alat : Forcep sesuai dengan gigi yang akan diekstraksi, elevator
 Bahan: bahan anestesi topikal, tampon steril, kapas steril, povidone iodine 3%
 Sterilisasi daerah kerja dengan povidone iodine 3%
 Anestesi topikal:
 Keringkan daerah yang akan dianestesi
 Aplikasi bahan anestesi topikal pada sekeliling gingiva gigi yang akan diekstraksi
 Tunggu selama 2 menit
 Cek numbness / kebas
 Ekstraksi: pelepasan jaringan periodonsium dan pencabutan gigi dengan forceps
 Kontrol pendarahan: gigit tampon yang telah diberi povidone iodine 3%
 Instruksi pasca pencabutan
 Gigit tampon selama 15-30 menit
 Tidak menghisap luka bekas pencabutan
 Tidak diperbolehkan berkumur-kumur selama 1 jam
 Tidak diperbolehkan makan dan minum panas dan disarankan diet lunak
 Pemberian resep obat (jika perlu)

29
 Ekstraksi gigi sulung dengan anestesi injeksi
 Indikasi
 Pembuatan informed consent
 Persiapan pasien dan komunikasi
 Persiapan alat dan bahan:
 Alat: Forcep sesuai dengan gigi yang akan diekstraksi, elevator
 Bahan: bahan anestesi topikal, tampon steril, kapas steril, povidone iodine 3%
 Sterilisasi daerah kerja dengan povidone iodine 3%

 Anestesi topikal:
 Keringkan daerah yang akan dianestesi
 Aplikasi bahan anestesi topikal pada sekeliling gingiva gigi yang akan diekstraksi
 Tunggu selama 2 menit
 Cek numbness/ kebas
 Anastesi infiltrasi lokal dengan :
 Alat : Disposable Syringe 1cc dengan jarum 27-30 gauge
 Bahan : Lidocaine Adrenaline 1:80.000
 Cara : Insersikan jarum dengan bevel menghadap tulang pada mucobuccal fold dan
lingual/interdental, lakukan aspirasi, deposit/deponir secara perlahan cairan anastesi
masing-masing sebanyak 1cc untuk mucobuccal fold dan 0,5cc untuk
lingual/interdental.
 Cek numbness
 Ekstraksi: pelepasan jaringan periodonsium dan pencabutan gigi dengan forceps
 Kontrol pendarahan: gigit tampon yang telah diberi povidone iodine 3%
 Instruksi pasca pencabutan
 Gigit tampon selama 15-30 menit
 Tidak menghisap luka bekas pencabutan
 Tidak diperbolehkan berkumur-kumur selama 1 jam
 Tidak diperbolehkan makan dan minum panas dan disarankan untuk diet lunak
 Tidak diperbolehkan menggigit bibir atau pipi yang terasa kebas.
 Pemberian resep obat (jika perlu)

9. Pemeriksaan Penunjang
 Foto periapikal bila perlu

10. Peralatan dan bahan/obat


 Alat pemeriksaan standar.
 Alat anestesi dan ekstraksi gigi sulung.

11. Lama perawatan


 1 kali kunjungan

30
12. Faktor penyulit
 Sikap kooperatif anak, bila tidak mampu kooperatif maka dirujuk ke SpKGA.
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol periodik berkala 3 bulan.

14. Keberhasilan perawatan


 Gigi sulung tercabut dengan baik.

15. Persetujuan tindakan


 Tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


 Pasien dengan kecemasan tinggi dan trauma terhadap tindakan pencabutan gigi

17. Mahasiswa wajib lapor sebelum dan sesudah anestesi injeksi, sebelum dan sesudah ekstraksi.

31
PERIODONSIA KLINIK
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi diharapkan mampu mengendalikan rasa sakit dan
kecemasan pasien disertai sikap empati, melakukan perawatan penyakit/ kelainan periodontal,
mampu melakukan perawatan kelainan sendi temporomandibular dan oklusi dental, mampu bekerja
dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima. Kegiatan
yang dilakukan oleh mahasiswa berupa komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), pengisian rekam
medis periodonsia, scalling dan root planning, splinting, desensitisasi, kuretase, dan gingivektomi.

REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik 2
Prosedur Dental Health Education (DHE) 2
Desensitisasi 3
Scaling manual 4
Scaling ultrasonik 1
I
Root planning / minimal 2 gigi per sextan 3
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik 2
Prosedur Dental Health Education (DHE) 2
Scaling manual 2
Scaling ultrasonik 1
Root planning / minimal 2 gigi per sextan 3
II
Kuretase / per sextan 2
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik 2
Prosedur Dental Health Education (DHE) 2
Scaling manual 3
Scaling ultrasonik 1
Splinting 1
III
Gingivektomi 1
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian departemen

32
I. KRITERIA PASIEN
1. SCALING ROOT PLANING MANUAL
a. OHI-S baik- sedang
b. Harus kontrol 1x

2. SCALING ROOT PLANING ULTRASONIK


a. OHI-S baik- buruk
b. Harus kontrol 1x

3. DENTAL HEALTH EDUCATION


a. Plak index > 50%
b. Harus kontrol sampai plak indeks (o’leary) < 15%

4. DESENSITASI
a. OHI-S Baik
b. Terdapat Resesi Gingiva pada daerah yang hipersensitif

5. SPLINTING WIRE-KOMPOSIT PER REGIO


a. Sudah Melewati Fase Inisial/Etiotropik
b. Ohi-S Baik
c. Tidak Boleh Ada Sisa Akar/Karies Pada Rahang Yang Sama Dengan Gigi Yang Akan Di Splint
d. Kegoyangan Pada Gigi Anterior
e. Tidak Terdapat Crowding/Diastema Yang Berat Pada Regio Anterior
f. Tidak Terdapat trauma oklusi yang berlebihan

6. KURETASE GINGIVA 1-3 GIGI


a. Sudah Melewati Fase Inisial/Etiotropik
b. Ohi-S Baik
c. Plak Indeks (O’leary) < 15%
d. Tidak Memiliki penyakit sistemik
e. Indikasi :
 Poket Periodontal 4-6mm
 Gingival Enlargement e.c Oedem
 Masih terdapat peradangan setelah dilakukan fase inisial

7. GINGIVEKTOMI 1-3 GIGI


a. sudah melewati fase inisial/etiotropik
b. OHI-S Baik
c. plak indeks (o’leary) < 15%
d. Tidak memiliki penyakit sistemik
e. Tidak ada inflamasi pada daerah yang akan dioperasi
f. Indikasi :
 Gingival Enlargement e.c hiperplasia gingiva

33
8. CROWN LENGHTENING SEDERHANA
a. Sudah Melewati Fase Inisial/Etiotropik
b. Ohi-S Baik
c. Plak Indeks (O’leary) < 15%
d. Tidak Memiliki Penyakit Sistemik
e. Tidak Ada inflamasi pada daerah yang akan dioperasi
f. Indikasi :
 Altered passive eruption (mahkota klinis pendek)
 Gingival Polip pada karies kelas II

9. OPERKULEKTOMI
a. sudah melewati fase inisial/etiotropik
b. OHI-S Baik
c. plak indeks (o’leary) < 15%
d. Tidak memiliki penyakit sistemik
e. Tidak ada inflamasi pada daerah yang akan dioperasi
f. Indikasi :
 Terdapat Operkulum
 Gigi 8 tumbuh vertikal 1A

II. ALUR INDIKASI SPLINTING DAN BEDAH

Scaling Root Indikasi


Planing Kontrol 1 Tindakan
Pasien Datang
Minggu
(DPJP Jaga) (DPJP SP.PERIO)

III. KRITERIA DISKUSI REKAM MEDIS


 Merupakan pasien baru. Belum pernah dilakukan tindakan di bagian periodonsia RS.UNUD
sebelumnya
 3x ke drg. Fiora, 3x ke drg dhany
 1 rekam medis untuk 1 mahasiswa (Tidak boleh berbarengan)
 Mhs wajib membawa: rekam medis, model studi (sudah di boxing), Foto klinis (5 sisi), foto
rontgen (jika diperlukan)

IV. KRITERIA DISKUSI KASUS


 Dapat berbarengan dengan diskusi rekam medis
 Kasus yang perlu didiskusikan adalah kasus yang akan dilakukan tindakan: splinting,
kuretase, gingivektomi, crown lenghtening sederhana dan operkulektomi
 Diskusi dengan drg. Dhany

34
 Mhs wajib membawa: rekam medis, model studi (sudah di boxing), Foto klinis (5 sisi), foto
close up regio yang akan dilakukan tindakan, foto rontgent.

V. KRITERIA CASE REPORT


a. Presentasi Case Report Dilakukan Berbarangan Dengan Journal Reading Oleh 1 Kelompok
b. Pembuatan Laporan Dilakukan Dengan Format Publikasi Jurnal Case Report Yang Meliputi :
o Abstrak
o Latar Belakang
o Laporan Dan Penatalaksanaan Kasus
o Pembahasan
o Kesimpulan.
c. Kasus yang dapat dipergunakan sebagai case report antara lain
o Kuretase
o Gingivektomi
o Operkulektomi
o Crown Lenghtening Sederhana
o Perawatan Fase inisial pada pasien dengan penyakit sistemik
d. Dokumentasi Pada Case Report meliputi
o Foto X Ray (Panoramik/Periapikal)
o Pemeriksaan Periodontal Pada Rekam Medis
o Foto Klinis Yang Terdiri Dari
 Foto Pre Perawatan Inisial (5 Foto Menggunakan Cheek Retraktor Dan Kaca
Oklusal)
 Foto Setelah Perawatan Inisial (5 Foto Menggunakan Cheek Retraktor Dan Kaca
Oklusal)
- Foto Tahapan Tindakan Bedah Yang Meliputi Asepsis
- Anastesi
- Probing
- Anastesi
- Proses Bedah (Incisi, Kuretase, Outline, Bleeding Point, Dsb..)
- Hasil Operasi
- Hasil Suturing (Jika Dilakukan)
- Periodontal Pack (Jika Dilakukan)
 Foto Kontrol I (1 Minggu) Yang Meliputi
- Foto Area Operasi
- Foto Dengan Disclosing Agent
- Foto Irigasi (jika dilakukan)
 Foto kontrol II (2 minggu) yang meliputi
- Foto Area Operasi
- Foto Dengan Disclosing Agent
- Foto Irigasi (Jika Dilakukan)
- Foto Hasil Operasi
- Foto Probing (jika dilakukan)

35
VI. KRITERIA JOURNAL READING
 Dilaksanakan oleh peserta dalam 1 kelompok. Bersamaan dengan presentasi case report
setiap anggota kelompok tersebut
 Pelaksanaan journal reading hanya dapat dilakukan apabila seluruh anggota dalam
kelompok telah memiliki case report untuk di presentasikan
 Jurnal merupakan case report sesuai dengan topik yang telah ditentukan
 Dilakukan pembuatan laporan sesuai dengan format student project

VII. TOPIK JOURNAL READING


a. Pocket Elemination With Regerative h. Dental Implant Failure And
Surgery Complication
b. Pocket Elemination With Ressective i. Frenectomy
Surgery j. Socket Preservation
c. Functional Crown Lenghtening k. Periodontal Disease And Systemic
d. Esthetic Crown Lenghtening Condition
e. Fundamental Of Dental Implant l. Management Of Gingial Recession
f. Dental Implant In Aesthetic Area m. Management Of Endo-Perio Lession
g. Soft Tissue Management In Dental n. Periodontic-Orthodontic Relation
Implant o. Periodontic-Restoration Relation

VIII. KRITERIA DAN JUMLAH PESERTA SEMINAR AKTIF


 Presentasi case report dan presentasi jurnal reading akan diselenggarakan apabila peserta
seminar yang hadir minimal 10 orang
 Presenter dan peserta wajib meminta tanda tangan dosen penguji pada hari H seminar
dilaksanakan

IX. ASSESMENT
a. MiniCex : 2 pasien
 Pasien baru. Belum pernah dilakukan tindakan di bagian periodonsia RS.UNUD
sebelumnya
 1 ujian dengan drg. Fiora. 1 ujian dgn drg. Dhany

b. DOPS
 Scalling dengan drg. Fiora (1pasien)
 Kuretase/gingivektomi dengan drg. Dhany (1 pasien)

c. Ujian profesi Periodonsia


 CBT
 OSCE

36
PANDUAN KERJA KLINIK

A. Prosedur Pengisian Rekam Medik


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, penentuan
diagnosis, rencana perawatan, prognosis, memberikan instruksi DHE (Dental Health Education), serta
melakukan pencetakan terhadap rongga mulut pasien.

Ringkasan Materi :
Tujuan pengisian rekam medis untuk mengetahui kondisi klinis pasien dan jaringan yang mengalami
penyakit periodontal sehingga dapat ditentukan diagnosis yang tepat dan dapat direncanakan
perawatan periodontal yang adekuat, dengan cara :
1. Kunjungan I
a. Persiapan alat dan bahan (termasuk rekam medis umum + perio)
b. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam dan mempersilakan pasien duduk, pengaturan
posisi kerja.
c. Memakai masker dan sarung tangan (operator)
d. Anamnesis pasien dengan menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sistemik, kebiasaan
buruk, riwayat alergi untuk membantu menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang
tepat (operator)
e. Lakukan pemeriksaan keadaan umum pasien, kondisi ekstra oral untuk mengetahui kondisi
pasien saat ini dan kemungkinan adanya kelainan di bagian ekstra oral dan kondisi intraoral
secara garis besar. (operator)
f. Pemasangan cheek retractor (operator) kemudian lakukan pembuatan foto klinis dari pasien
pada saat kondisi awal sebelum dilakukan perawatan (tampak anterior depan, samping kanan,
samping kiri dalam posisi oklusi, palatal, dan lingual) (asisten)
g. Pencetakan rongga mulut untuk mendapatkan model studi dengan menggunakan bahan
alginat dan sendok cetak. (operator) (Lapor instruktur)
h. Pembuatan catatan gigit dengan lempeng lilin (operator)
i. Lakukan pemeriksaan dan perhitungan oral hygiene index score (OHIS) pada lembar index
serta diikuti dengan pemeriksaan intra oral secara keseluruhan meliputi kegoyangan gigi,
kalkulus, kedalaman poket, bleeding on probing (BOP), warna gingiva, impaksi makanan,
retensi makanan, oklusi gigi, relasi gigi, jenis tumpatan, jenis restorasi dengan menggunakan
probe periodontal, pinset, sonde halfmoon dan kaca mulut (operator). Seluruh pencatatan
data-data rekam medis dilakukan oleh asisten. (Lapor instruktur)
j. Lakukan prosedur skeling dan penghalusan akar sesuai dengan SOP skeling. (Lapor instruktur)
k. Pembuatan surat rujukan foto panoramik oleh operator. (jika diperlukan) (Lapor instruktur)
l. Pembuatan resep (jika diperlukan) dan dilakukan penjadwalan untuk kunjungan berikutnya.
(Lapor instruktur)

2. Kunjungan II
a. Persiapan alat dan bahan (termasuk rekam medis umum + perio)
b. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam dan mempersilakan pasien duduk, pengaturan
posisi kerja.

37
c. Jika ada foto panoramik, operator harus menyerahkan kepada instruktur beserta data awal
kunjungan
d. Memakai masker dan sarung tangan (operator)
e. Lakukan prosedur skeling dan penghalusan akar sesuai dengan SOP skeling dilakukan oleh
operator dan dibantu oleh asisten. (Lapor instruktur)
f. Setelah prosedur skeling selesai, Lakukan pencetakan rongga mulut untuk mendapatkan
model studi dengan menggunakan bahan alginat dan sendok cetak. (operator) (Lapor
instruktur)
g. Pemberian instruksi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan bantuan model KIE dan sikat
gigi, instruksi pemakaian benang gigi,dll
h. Pembuatan surat rujukan foto periapikal oleh operator sesuai instruksi instruktur. (jika
diperlukan) (Lapor instruktur)
i. Pembuatan resep (jika diperlukan) dan dilakukan penjadwalan untuk kunjungan berikutnya
oleh operator. (Lapor instruktur)
j. Setelah dilakukan pemeriksaan dan didapatkan data-data secara lengkap kemudian operator
menentukan diagnosis, gambaran klinis, interpretasi radiografis, rencana perawatan dan
prognosis dari pasien tersebut.
k. Operator wajib mendiskusikan kasus pasien pada instruktur dengan membawa data pasien,
foto klinis,cetakan awal dan akhir, catatan gigit, foto RO panoramik dan periapikal.

B. Scalling dan Root planning (manual)


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pemilihan alat, deteksi dan pembersihan kalkulus
daerah supragingiva dan subgingiva dengan menggunakan scaller manual.

Ringkasan Materi :
Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihkan kalkulus yang menyebabkan keradangan
pada jaringan-jaringan penyangga gigi, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan tindakan scalling dan root
planning
2. Pengaturan posisi kerja
3. Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan cotton pellet dan pinset
4. Lakukan eksplorasi dengan menggunakan sonde half moon untuk mengetahui letak perbatasan
kalkulus
5. Gunakan sickle scalers untuk melakukan pembersihan kalkulus supragingiva
6. Gunakan kuret gracey untuk pembersihan kalkulus subgingiva dan penghalusan akar:
 Gracey no. 1-4 gigi anterior
 Gracey no. 5-6 gigi premolar
 Gracey no. 7-10 gigi posterior
 Gracey no. 11-12 gigi posterior bagian mesial
 Gracey no. 13-14 gigi posterior bagian distal
7. Lakukan eksplorasi menggunakan sonde half moon untuk mengetahui jika ada kalkulus tersisa
8. Lakukan polishing pada gigi geligi yang telah diskeling dengan menggunakan rubber bur atau
brush, disertai dengan pasta poles
9. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area yang telah di scalling dan root

38
planning

C. Scalling dan Root planning (ultrasonik)


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pemilihan alat, deteksi dan pembersihan kalkulus
daerah supragingiva dan subgingiva dengan menggunakan scaller ultrasonik.

Ringkasan Materi :
Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihkan kalkulus yang menyebabkan keradangan
pada jaringan-jaringan penyangga gigi, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan tindakan scalling dan root
planning
2. Pengaturan posisi kerja
3. Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan cotton pellet dan pinset
4. Lakukan eksplorasi dengan menggunakan sonde half moon untuk mengetahui letak perbatasan
kalkulus.
5. Gunakan scaller ultrasonik untuk melakukan pembersihan kalkulus supragingiva dan subgingiva.
6. Lakukan eksplorasi menggunakan sonde half moon untuk mengetahui jika ada kalkulus tersisa
7. Lakukan polishing pada gigi geligi yang telah discalling dengan menggunakan rubber cup atau
brush, disertai dengan pasta poles
8. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area yang telah discalling

D. Splinting Wire Komposit


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan dan pemasangan splinting wire dengan komposit pada
bagian ekstrakoronal dari gigi baik pada bagaian labial/bukal, lingUal/palatal, maupun oklusal.

Ringkasan Materi :
Splinting adalah proses untuk menstabilkan gigi-gigi yang goyang. Splinting merupakan salah satu
perawatan penting untuk mendukung penyembuhan jaringan periodontal dengan cara menstabilkan
atau mengikat gigi geligi agar tidak goyang, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan anamnesis,
pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Menentukan elemen gigi yang akan dilakukan splinting berdasarkan dari rencana perawatan yang
telah didiskusikan dengan instruktur
5. Bersihkan dental deposit pada daerah gigi yang akan dipasang splinting
6. Ukur panjang kerja, potong kawat splinting dengan panjang 2 kali panjang kerja, tekuk menjadi dua
dan kemudian dipilin (Lapor instruktur)
7. Aplikasikan etsa pada gigi yang akan displinting ditunggu 10 detik kemudian dibilas dengan air lalu
dikeringkan
8. Aplikasikan bonding kemudian sinari dengan light cure selama 10-20 detik
9. Aplikasikan komposit dan letakkan kawat pada daerah yang diberi komposit tersebut kemudian
sinari dengan light cure selama 10-20 detik

39
10. Setelah itu aplikasikan komposit kembali untuk melapisi kawat splinting kemudian sinari dengan
light cure selama 10-20 detik
11. Lakukan cek gigitan
12. Pemolesan dengan menggunakan fine bur untuk menghaluskan komposit sehingga tidak
menyebabkan retensi makanan. (Lapor instruktur)
13. Pemberian instruksi paska splinting kepada pasien
14. Penjadwalan untuk kunjungan berikutnya untuk dilakukan evaluasi (1 minggu kemudian)

E. Desensitisasi
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan terapi untuk mengurangi/mengeliminasi rasa sensitif yang berlebihan
(hipersensitif) pada daerah dentin yang terbuka akibat adanya resesi gingival tanpa disertai adanya
defek.

Ringkasan Materi :
Desensitisasi merupakan perawatan untuk mengatasi kondisi dentin yang
hipersensitif akibat terbukanya tubuli dentin, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan anamnesis,
pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Tentukan elemen gigi mana yang mengalami hipersensitif dentin. (Lapor instruktur)
5. Bersihkan dental deposit pada daerah kerja
6. Keringkan gigi dan ulas dentin dengan bahan desensitisasi dengan menggunakan tip aplikator
7. Sinari dengan light cure selama 10-20 detik (jika diperlukan)
8. Ulangi kembali tahapan diatas (nomer 6)
9. Hembuskan udara secara perlahan pada daerah dentin, apabila masih sensitif ulangi lagi
tahapan nomer 6. (Lapor instruktur)
10. Pemberian instruksi paska terapi hipersensitif dentin (desensitisasi) kepada pasien
11. Penjadwalan kunjungan berikutnya (1 minggu) untuk dilakukan evaluasi

F. Kuretase
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan tindakan untuk menghilangkan kondisi keradangan dengan cara
mengerok dinding dalam dari poket.

Ringkasan Materi :
Kuretase dalam bidang periodontik berarti mengerok dinding dalam gingiva dari poket kedalaman > 3
mm - < 6 mm atau poket relatif dengan keradangan terus, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan anamnesis,
pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Periksa kedalaman poket dengan menggunakan periodontal probe. (Lapor instruktur)
5. Tentukan elemen gigi yang akan dilakukan kuretase dan aplikasikan antiseptik pada daerah

40
operasi
6. Lakukan anestesi infiltrasi/blok sesuai dengan daerah operasi (Lapor instruktur)
7. Lakukan skeling dan penghalusan akar (sesuai prosedur standar)
8. Buang jaringan nekrotik pada jaringan lunak menggunakan kuret gracey dengan tumpuan jari,
jari tangan kiri digunakan untuk menahan jaringan lunak dari luar.
9. Prosedur kuretase dilakukan hingga terlihat adanya darah segar yang keluar, semua jaringan
granulasi hilang, dinding jaringan lunak halus, dan tidak ada sisa kalkulus (pengecekan dengan
sonde). (Lapor instruktur)
10. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik
11. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa steril tekan ± 10 – 15 menit, tunggu hingga
terjadi pembekuan darah (hemostasis)
12. Lakukan penjahitan (bila perlu) dan aplikasikan periodontal dressing (pek periodontal) pada
daerah operasi. (Lapor instruktur)
13. Pemberian instruksi paska kuretase kepada pasien dan pemberian resep (apabila diperlukan)
14. Penjadwalan kunjungan berikutnya: untuk dilakukan evaluasi± 1 minggu setelah kuretase untuk
pelepasan periodontal dressing (pek periodontal ) dan 1 bulan setelah kuretase

G. Gingivektomi
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pemotongan gingiva (eksisi) pada kondisi gingiva yang mengalami
pembesaran (hiperplasia).

Ringkasan Materi :
Gingivektomi bertujuan menghilangkan dinding poket, sehingga didapatkan asesibilitas dan visibilitas
yang baik untuk menghilangkan kalkulus secara sempurna dan penghalusan akar, menciptakan
lingkungan yang baik untuk proses penyembuhan gingiva dan merestorasi gingiva menjadi bentuk
yang fisiologis, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan anamnesis,
pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Aplikasi antispetik
5. Pemeriksaan poket dengan periodontal probe
6. Tentukan elemen gigi yang akan dilakukan gingivektomi (Lapor instruktur)
7. Lakukan anestesi infiltrasi/blok sesuai dengan daerah operasi (Lapor instruktur)
8. Dengan menggunakan pocket marker forceps, buat titik-titik perdarahan pada gingiva yang
merupakan tanda dasarpoket. Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dengan
lengkap, titik-titik perdarahan tersebut akan membentuk outline insisi yang harus dilakukan.
(Lapor instruktur)
9. Insisi awal dibuat kurang lebih 2 mm lebih ke apikal dari titik-titik perdarahan tersebut dengan
blade no 11/12,insisi dibevel dengan sudut 450 terhadap akar gigi dan berakhir pada dasar
sulkussehingga membentuk “zero pocket”
10. Eksisi jaringan gingiva di bagian interproksimal dengan menggunakan pisau orban / blade
untuk menghilangkan jaringan yang berlebih pada daerah interproksimal gingiva

41
11. Buang jaringan gingiva yang telah diinsisidengan menggunakan kuret gracey (Lapor instruktur)
12. Lakukan skeling dan penghalusan akar pada daerah kerja
13. Lakukan pembentukan gingiva kembali sehingga mempunyai bentuk dan ketebalan yang
normal/ anatomis dengan gingivoplasty(Lapor instruktur)
14. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik
15. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa steril tekan ± 10 – 15 menit, tunggu hingga
terjadi pembekuan darah (hemostasis)
16. Aplikasikan periodontal dressing (pek periodontal) pada daerah operasi. (Lapor instruktur)
17. Pemberian instruksi paska gingivektomi kepada pasien dan dilakukan penjadwalan kunjungan
berikutnya untuk dilakukan evaluasi (± 1 minggu setelah gingivektomi untuk pelepasan
dressing/periodontal pek) dan pemberian resep (apabila diperlukan).

42
RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI KLINIK
Keterampilan membuat radiografik intraoral, interpretasi dan radiodiagnosis merupakan faktor
penting untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan di bidang Konservasi Gigi, Prostodontia,
Periodontia, Ortodontia, Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Bedah Mulut dan Penyakit Mulut.

Keterampilan membuat radiografik dapat diperoleh dengan melakukan tindakan antara lain :
menyiapkan film sesuai indikasinya, menyiapkan penderita (penderita memakai apron, mengatur
posisi kepala penderita, mengatur film dalam rongga mulut penderita), mengatur unit dental x-ray
(sudut dan waktu penyinaran), memperoleh film yang disinari sampai fim siap untuk diinterpretasikan.
Sedangkan interpretasi dan radiodiagnosis diperoleh dengan “ membaca” radiograf hasil radiografik
intraoral.

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu melakukan pembuatan radiografik intraoral dengan tepat dan benar sesuai prinsip
proteksi radiasi, selanjutnya melakukan interpretasi dan radiodiagnosis.

REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


1. Prosedur Rekam Medis 6
2. Radiografik Ilmu Kedokteran Gigi Anak
a. Melakukan dan Interpretasi foto periapikal 2
b. Interpretasi Foto Panoramik 1
3. Radiografik Konservasi
a. Foto Periapikal karies 2
b. Foto periapikal pengisian saluran akar tunggal 1
c. Foto DWP saluran akar ganda 2
d. Foto Periapikal pengisian Saluran akar ganda 2
4. Radiografik Ortodonsia
a. Interpretasi Panoramik 2
I
5. Radiografik Bedah Mulut
a. Melakukan dan Interpretasi foto periapikal 2
b. Interpretasi panoramik 1
6. Radiografik Periodonsia
a. Melakukan dan Interpretasi foto periapikal 2
7. Radiografik Prostodonsia
a. Melakukan dan Interpretasi foto Periapikal 1
b. Interpretasi Panoramik 1
8. Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading 3
9. Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
10. Ujian Departemen

43
Lain-lain :
1. Merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dari semua departemen, kecuali IPM dan IKGM
2. Assessment :
 MiniCex : 2 pasien
o Interpretasi foto rontgen periapikal
o Interpretasi foto rontgen panoramik

 DOPS : 2 pasien
o Melakukan dan processing foto rontgen periapikal

 Ujian Profesi Radiologi Kedokteran Gigi


o CBT
o OSCE

44
PANDUAN KERJA KLINIK
A. Pembuatan Radiografik Periapikal

Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan radiografik periapikal dengan tepat dan benar sesuai
prinsip proteksi radiasi.

Ringkasan Materi :
Radiografik periapikal dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang bagi perawatan gigi dan mulut
sehingga diagnosis dapat ditegakkan, dengan cara :
1. Mengisi Rekam Medik Radiologi Kedokteran Gigi
2. Operator memakai apron, sarung tangan dan masker
3. Apabila penderita memakai GTL dan kaca mata mintalah untuk melepaskannya, kemudian
mintalah untuk memakai apron
4. Siapkan film intraoral periapikal
5. Mintalah penderita untuk duduk di Dental Chair
6. Atur posisi kepala penderita pada head rest dengan tragus – alanasi/lantai
7. Masukkan film ke dalam rongga mulut penderita dengan posisi film vertikal, permukaan putih
pembungkus film menghadap arah datangnya sinar, permukaan yang mempunyai tonjolan
pada salah satu sudut film diletakkan kontak dan membentuk sudut dengan bidang insisal gigi
anterior rahang atas
8. Mintalah penderita untuk memegang permukaan film dengan ujung ibu jarimya dan beri tahu
untuk tidak menekan film agar tidak tertekuk dan tidak goyang selama proses pajanan
dilakukan.
9. Atur cone dari dental X-ray sesuai teknik yang digunakan
10. Bisecting Angel: Sinar-X tegak lurus dengan garis bagi imaginer antara sumbu film & gigi
11. Paralel : Sinar-X tegak lurus antara sumbu film & gigi
12. Nyalakan tombol ON dari dental X-ray unit. Atur waktu pajanan untuk region anterior RA
(dewasa detik; anak-anak detik)
13. Operator menempati posisi di balik tabir Pb dan kemudian tekan tombol sinar-X sampai waktu
pajanan selesai
14. Kembalikan tombol pajanan ke tempat semula dan matikan dental X-ray unit dengan menekan
tombol OFF
15. Pindahkan cone dan ambil film dari dalam rongga mulut penderita
16. Mintalah penderita untuk melepas apron menunggu hasil radiografik di ruang tunggu
17. Lakukan pencucian/ prosesing film di ruang gelap
18. Cara melakukan prosesing film disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
 Film di buka di ruang gelap
 Film di masukkan ke bak Developer dan diamati sampai ada perubahan warna kontras,
kemudian pindahkan
 Film dimasukkan ke bak air
 Film dimasukkan ke bak fixir, untuk difiksasi
 Film dicuci di air yang mengalir (kran air) kemudian dikeringkan
19. Amati hasil radiografik yang diperoleh, apabila hasilnya telah memenuhi standar kualitas
keringkan film. Setelah kering film ditempatkan pada bingkai (frame) foto dan diserahkan

45
pada penderita. Apabila hasil yang diperoleh tidak sesuai standar kualitas ulangi prosedur
pembuatan radiografik. (maksimal x pengulangan)
20. Standar kualitas hasil radiograf:
 Objek tercakup dan terletak di tengah radiograf
 Mahkota hingga periapikal terlihat jelas
 Kontras, detail, dan ketajaman radiograf baik
 Daerah interdental terlihat jelas
 Cusp bukal dan palatal/lingual terletak sebidang
 Distorsi yang terjadi minimal
 Radiograf dapat terinterpretasi

B. Interpretasi dan Radiodiagnosis


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan interpretasi radiologi kedokteran gigi dan dapat menyimpulkan
radiodiagnosis.

Ringkasan Materi :
1. Interpretasi radiografik
Cara menginterpretasi hasil foto radiografi disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
a. Interpretasi dimulai dari mahkota, ruang pulpa, saluran akar, ujung akar/apikal,
periodontal membran, lamina dura, tulang alveolar dan tulang trabekula
b. Setelah didiskusikan dengan instruktur dan disetujui, interpretasi ditulis pada buku
praktikum masing-masing

2. Radiodiagnosis Radiografik
Cara mendiagnosis foto radiografik disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
a. Diagnosis kelainan pada mahkota, ruang pulpa, saluran akar, ujung akar/apikal,
periodontal membran, lamina dura, tulang alveolar dan tulang trabekula
b. Tentukan radiodiagnosis dari kelainan di atas
c. Setelah didiskusikan dengan instruktur dan disetujui, radiodiagnosis ditulis pada buku
poraktikum masing-masing

46
ILMU PENYAKIT MULUT
Ilmu Penyakit mulut (Oral Medicine) mempunyai manfaat : melengkapi keilmuan profesi dokter gigi
agar dapat agar dapat menjalankan profesi kedokteran gigi sesuai dengan etika dan lafal sumpah
dengan kompetensi mampu mengelola penyakit/kelainan jaringan lunak mulut, mampu bekerjasama
dan memahami manfaat kemajuan ilmu dan teknologi serta berpartisipasi aktif dalam pengabdian
masyarakat sesuai batasan keilmuan dan profesi.

Tujuan cabang ilmu penyakit mulut : melalui program dan kegiatan belajar-mengajar yang sistematik
dan berorientasi pada masa depan yang lebih baik dan maju diharapkan setelah melaksanakan kerja
klinik ini mahasiswa dapat menjalankan profesinya sesuai dengan tuntunan masyarakat.

Masalah kelangkaan kasus penyakit jaringan lunak mulut seperti ini hanya dapat di atasi dengan cara
mau bekerja keras dan meningkatkan profesionalisme dari semua komponen yang terlibat dalam
proses belajar-mengajar bidang ilmu penyakit mulut.

Deskripsi mata ajar

Program pendidikan profesi pada Departemen Penyakit Mulut merupakan salah satu bagian dari klinik
integrasi yang mempelajari tentang penyakit –penyakit mulut berdasarkan keluhan yang sering
dijumpai, yaitu ulserasi (tunggal maupun jamak/multiple), lesi akibat infeksi mikroorganisme, lesi
putih-non putih baik yang timbul hanya di rongga mulut maupun yang berkaitan dengan kelainan
sistemik dan dermatologis, neoplasma dan kista, kelainan kelenjar saliva, manifestasi oral kelainan
sistemik dan geriatrik. Pada Departemen Penyakit Mulut juga dipelajari tentang ketrampilan analisa
pemeriksaan penunjang meliputi, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium darah, saliva dan
mikroorganisme, pemeriksaan jaringan, pemilihan obat dan penulisan resep, penulisan rujukan.

Alat dan bahan yang harus dibawa

1. Kaca mulut 2 buah


2. Pinset dental 1 buah
3. Sonde lengkung 1 buah
4. Dappen glass 1 buah
5. Glass lab tipis 1 buah
6. Catton roll secukupnya
7. Catton pellet secukupnya
8. Gelas kumur 1 buah
9. Sarung tangan disposable 1 pasang
10. Masker disposable 1 buah

Semua alat dan bahan harus dalam keadaan steril sebelum memulai perawatan pada pasien. Satu set
alat hanya untuk digunakan pada satu orang pasien

47
REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi diderita kepada
2
pasien/keluarga/pendamping
Identifikasi kasus sederhana 2
I Prosedur penegakan diagnosa perawatan pada pasien dg kasus
2
sederhana
Penatalaksanaan kasus sederhana 1
Diskusi 2
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi diderita kepada
1
pasien/keluarga/pendamping
Prosedur penegakan diagnosa perawatan pada pasien dg kasus
II 1
sederhana
Penatalaksanaan kasus sederhana 1
Diskusi 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi diderita kepada
1
pasien/keluarga/pendamping
Prosedur perawatan pada pasien dg kasus kompleks 1
III
Penatalaksanaan kasus kompleks 1
Melakukan prosedur rujukan (Melakukan Swab, pemeriksaan
1
lab )
Diskusi 1
Asistensi

Lain-lain :
1. Kriteria Kategori Kasus Penyakit mulut :
a. Sederhana, bila :
 Tidak melibatkan penyakit sistemik
 Lesi lokal
 Lesi tidak merusak jaringan sekitarnya (non destruktif)
 Kasus sering ditemukan
 Lesi variasi normal

48
b. Kompleks, bila :
 Melibatkan penyakit sistemik
 Lesi meluas dan atau melibatkan ekstra oral
 Lesi bersifat destruktif
 Kasus jarang ditemukan

Mahasiswa wajib mengerjakan kasus kompleks. Jika tidak menemukan kasus kompleks
yang berisi pemeriksaan penunjang swab , pelaksanaan swab dilakukan di panthom
dengan penilaian.

2. Case report
 Case report pada semester 3 merupakan laporan kasus yang dikerjakan oleh
mahasiswa.
 Laporan kasus ini diutamakan kasus kompleks.
 Jika tidak mendapatkan kasus kompleks, bisa diganti dengan membuat laporan yang
dibuat dengan mengikuti seminar tentang IPM dengan kasus kompleks.
 Presentasi tugas ini dilakukan paling lambat pada semester 3.
 Laporan dibuat rangkap 2, dikumpul paling lambat 3 hari sebelum jadwal presentasi
dilakukan.
 Dikumpul di divisi IPM.
 Presentasi dilakukan selama 20 menit dan 40 menit tanya jawab.

3. Literature Review
 Literatur review pada semester 2 berisi topik yang terdapat pada tabel penyakit di
bawah.
 Tugas ini dikerjakan secara berkelompok, dengan jumlah kelompok 5 pada masing-
masing angkatan.
 Jumlah mahasiswa dalam 1 kelompok disesuaikan dengan jumlah mahasiswa yang
masuk koas pada angkatan tersebut, yang akan diatur oleh bagian IPM.
 Pembuatan literatur review sudah dimulai dari semester 1, dan dipresentasikan pada
semester 2.
 Tugas ini dibuat rangkap 2 dan diserahkan ke penguji di bagian ipm, paling lambat 3
hari sebelum jadwal presentasi.
 Presentasi dilakukan selama 30 menit dan diikuti dengan tanya jawab selama 1 jam
oleh masing-masing penguji.

4. Peserta seminar
Kehadiran seminar yang dimaksud adalah mendengarkan case report dari temennya,
dilakukan minimal 1 kali. Kehadiran yang dinilai adalah keaktifan dalam mendengarkan dan
bertanya selama mengikuti.

49
5. Assessment :
a. MiniCex
 Pengisian kartu pasien baru
 Penilaian dari pengisian kartu status mulai anamnesis sampai menegakkan
diagnosis dan rencana perawatan
b. DOPS
 Pasien baru (lanjutan pasien Mini-CEX) yang dilakukan penatalaksanaan
dengan lengkap sesuai kasus

c. Ujian profesi IPM


 CBT
 OSCE

Penjabaran Level Kompetensi


Dapat mengenal gambaran klinis suatu penyakit dikaitkan dengan pengetahuan dari literatur dan
1 mengetahui bagaimana mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Level ini
menunjukkan overview saja
Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
2 penunjang sederhana seperti laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan
kapan pasien perlu dirujuk kepada spesialis yang sesuai
Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang sederhana seperti laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan dan
3A
memberikan terapi awal atau initial treatment sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai
pada kasus-kasus non emergency
Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang sederhana seperti laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan dan
3B
memberikan terapi awal atau initial treatment sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai
pada kasus-kasus emergency
Dapat membuat diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
4 penunjang sederhana seperti laboratorium sederhana dan rontgen, serta mampu mengelola
sendiri suatu penyakit

50
DAFTAR PENYAKIT DAN LEVEL KOMPETENSI

level CATATAN / Terapi KATEGORI


NO Nama Penyakit Mulut
kompetensi pendahuluan SEDERHANA KOMPLEKS
1 Actinic cheilitis 3A Terapi simtomatik, KIE 
2 Amalgam tattoo 4 Terapi eliminasi etiologi 
3 Angioneurotic oedema 2 Terapi simtomatik, KIE 
4 Angular cheilitis 4  
Kasus non-terapi,
5 Ankyloglossia 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
6 Bells palsy 1
Kasus non-terapi,
7 Bifid tongue 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
8 Burning mouth syndrome 2 
9 Cheilosis 4 
10 Chemical burn 4  
Kasus non-terapi,
11 Coated tongue 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
Kasus non-terapi,
12 Crenated tongue 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
13 Crohn’s disease 1 
14 Dysgeusia/Ageusia/hypogeusia 1 
Kasus non-terapi,
15 Eksostosis 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
16 Eosinophilic Ulcer 3A Terapi simtomatik, KIE 
17 Epidermolysis bullosa 1 
18 Epulis fisuratum 3A Terapi simtomatik, KIE 
19 Epulis gravidarum 3A Terapi simtomatik, KIE 
20 Eritroplakia 2 
21 Erythema multiforme 3B Terapi simtomatik, KIE 
22 Exfolliative cheilitis 3A Terapi simtomatik, KIE  
23 Fibroma 2 
Kasus non-terapi,
24 Fissured tongue 4 penatalaksanaan berupa KIE 
komprehensif
Kasus non-terapi,
Fordyce’s spot / Fordyce’s
25
granule
4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
26 Frictional keratosis 4 
Kasus non-terapi,
27 Geographic tongue 4 penatalaksanaan berupa KIE 
komprehensif

51
level CATATAN / Terapi KATEGORI
NO Nama Penyakit Mulut
kompetensi pendahuluan SEDERHANA KOMPLEKS
Glositis Hunter/glositis terkait
28 3A Terapi simtomatik, KIE 
anemia B12
29 Glossodinia/glossopirosis 2 
30 Granulomatosis orofasial 1 
31 Hairy tongue 3A Terapi simtomatik, KIE  
32 Halitosis 3A Terapi simtomatik, KIE  
33 Handfootandmouth disease 4 
34 Hemangioma 2 
35 Herpangina 4 
36 Herpes zoster 3B 
Hiperplasia gingiva (terkait terkait leukemia, obat-
37 2 
sistemik) obatan, congenital, dll
38 Infeksi Mononukleosis 1 
Kandida leukoplakia /
39 2 
Kandidiasis Hiperplastik
Terapi simtomatik dan
Kandidiasis Atrofik Akut /
40 3A terapi kausatif berupa 
Antibiotic sore mouth
antifungal
Kandidiasis Atrofik Kronik /Denturesoremouth(tipe 1-3)
- Tipe 1 dan 2 4  
41 Terapi simtomatik dan
- Tipe 3 3A terapi kausatif berupa 
antifungal
Kandidiasis Pseudomembran Akut oral
- tanpa penyakit sistemik 4 
42 Terapi simtomatik dan
- dengan penyakit stemik 3A terapi kausatif berupa 
antifungal
43 Karsinoma sel skuamosa 2 
Kista kelenjar liur (Ranula,
44 2 
Mucocele)
45 Kondiloma 2 
Kasus non-terapi,
46 Leukoedema 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
47 Leukoplakia 2 
48 Lichen planus-Oral 3A Terapi simtomatik, KIE 
49 Lichenoid reaction 3A Terapi simtomatik, KIE 
50 Limfangioma 1 
Kasus non-terapi,
51 Linea alba 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
52 Linear gingival erythema 2 
Kasus non-terapi,
53 Makro/mikro-glossia 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
54 Median rhomboid glossitis 4 

52
level CATATAN / Terapi KATEGORI
NO Nama Penyakit Mulut
kompetensi pendahuluan SEDERHANA KOMPLEKS
55 Morsicatio buccarum 3A Terapi simtomatik, KIE  
Kasus non-terapi,
Muara duktus Stensen
56
prominen
4 penatalaksanaan berupa KIE 
komprehensif
Mukositis terkait radio/kemo-
57 3A Terapi simtomatik, KIE 
terapi
58 Mumps / parotitis epidemica 4 
Terapi simtomatik, Terapi
Necrotizing ulcerative kausatif berupa H2O2 3%
59 3A
topical dan antibiotik untuk

stomatitis
bakteri anaerob
60 Oral hairy leukoplakia 2 
61 Oral melanoma 2 
62 Oral Submucous Fibrosis 1 
63 Oral tuberculosis ulcer 3A Terapi simtomatik, KIE 
64 Papilacircumvalataprominen 4 Kasus non-terapi, 
penatalaksanaan berupa KIE
komprehensif
65 Papila foliata prominen 4 Kasus non-terapi, 
penatalaksanaan berupa KIE
komprehensif
66 Papiloma 2 
67 Pemfigoid 2 
68 Pemfigus 2 
69 Penyakit Addison 1 
70 Pigmentasi fisiologis 4 Kasus non-terapi, 
penatalaksanaan berupa
KIE komprehensif
71 Pigmentasi patologis (ion logam, 2 
tembakau, obat-
obatan)
72 Post-Herpetic neuralgia 3A Terapi simtomatik, KIE 
73 Primary herpetic 4 
gingivostomatitis
74 Ptekie/purpura/hematoma
oral
75 Recurrent Herpes labialis 4 
(Hepes Labialis / RHL)
76 Recurrent intra oral herpes 4 
(Stomatitis Herpetika / RIH)
- Etiologi lokal 4 

- Terkait gangguan hematologi 2 

77 Sarkoma Kaposi 2 
78 Sifilis 2 
79 Sindroma Behçet 3A Terapi simtomatik, KIE 
80 Sindroma Peutz Jegher 1 

53
level CATATAN / Terapi KATEGORI
NO Nama Penyakit Mulut
kompetensi pendahuluan SEDERHANA KOMPLEKS
81 Sindroma Sjögren 3A Terapi simtomatik, KIE 
82 Sindroma Steven-Johnson 3B Terapi simtomatik, KIE 
83 Smoker’s melanosis 3A Terapi simtomatik, KIE 
84 Stomatitis aftosa rekuren 4  
Terapi berupa penghentian
85 Stomatitis nikotina 4
kebiasaan merokok

86 Thermal burn 4  
Kasus non-terapi,
87 Torus mandibularis 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
Kasus non-terapi,
88 Torus palatinus 4 penatalaksanaan berupa KIE 
komprehensif
89 Trigeminal neuralgia 2 
Kasus non-terapi,
90 White sponge nevus 4 penatalaksanaan berupa 
KIE komprehensif
91 Xerostomia 3A 
Lesi oral dan pertimbangan
tata laksana dental terkait
kondisi dan penyakit sistemik:
a. kelainan endokrin
b. kelainan
kardiovaskular
c. kelainan
gastrointestinal
d. kelainan
92 genitourinaria 2 
e. kelainan hematologi
f. kelainan respiratorius
g. penyakit otoimun
h. penyakit
imunodefisiensi
i. penyakit degeneratif
j. kehamilan
k. geriatri
l. kelainan neurologis

54
TATA CARA PENATALAKSANAAN PASIEN KASUS PENYAKIT MULUT

1. Dudukkan pasien di dental chair


a. Posisi pinggul pasien menyentuh batas sandaran kursi
b. Posisikan tinggi kursi dan kemiringan sandaran punggung sehingga mulut pasien setinggi siku
operator

2. Pengisian status Rekam Medik Departemen Penyakit Mulut


a. Tuliskan nomor registrasi sesuai nomor yang yang tercantum pada map Rekam Medik utama
b. Cantumkan Tanggal
c. Isi data pribadi (identitas pasien) selengkap mungkin dan cantumkan konsul dari …..(bila ada)

3. Anamnesis untuk mengisi data riwayat kasus


a. Ajukan pertanyaan mengenai keluhan utama
 Keluhan utama
 Contoh: Nyeri pada pipi kiri
 Telah dirasakan berapa lama
 Telah dilakukan apa untuk mengatasi keluhan
 Contoh : telah diberi obat…./telah pergi ke dokter….
 Respon setelah dilakukan upaya (iii)
 Contoh : sakit berkurang atau bertambah
 Apakah keluhan pernah diderita sebelumnya
b. Tambahkan pertanyaan yang sesuai dengan kecurigaan diagnosis
Contoh :
- Bila kecurigaan mengarah pada infeksi virus, tanyakan tentang gejala prodromal
- Bila kecurigaan mengarah pada erythema multiforme, tanyakan tentang riwayat
penggunaan obat sistemik.
c. Tanyakan tentang riwayat perawatan gigi dan jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya.
Contoh :
- Perawatan ortodonti cekat sejak 2 tahun yang lalu
- Pembersihan karang gigi 1 tahun yang lalu
d. Tanyakan tentang riwayat kesehatan sesuai yang tercantum
Bila ada kondisi tertentu yang perlu diperhatikan, misalnya pasien dalam keadaan hamil,
dicantumkan pada” lain-lain”.
e. Obat yang telah/sedang dijalani (coret yang tidak perlu)
f. Keadaan sosial/kebiasaan
Contoh : Merokok, menginang, minum tuak,menggigit bibir, mengigit kuku, menggunakan
obat kumur beralkohol dll.
g. Riwayat keluarga
Tanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga (2 generasi ke atas dan ke bawah yang
berhubungan darah secara langsung).
4. Pemeriksaan klinis ekstra oral
a. Observasi abnormalitas bentuk wajah
 Asymetrical shape
 Swellings
 Rash
 Pallor
 Erythema

Contoh :
 Observasi abnormalitas bentuk leher
o Asymetrical shape
o Swellings
 Palpasi kelenjar
o Kelenjar saliva
o Kelenjarlimfe
o Kelenjartiroid

5. Pemeriksaan klinis intra oral


a. Siapkan alat diagnostic yang terdiri atas 2 buah kaca mulut dan 1 buah sode serta gelas
kumur pasien
b. Cuci tangan dengan mengikuti prinsip pengendalian infeksi
c. Kenakan masker
d. Persilahkan pasien untuk berkumur
e. Nyalakan lampu
f. Lakukan pemeriksaan mukosa mulut secara menyeluruh dengan urutan sesuai status
g. Deskripsikan gambaran klinis semua lesi dengan panduan sebagai berikut :
 Jenis lesi (macula/papula/ulser/dll)
 Jumlah ( soliter/tuliskan jumalahnya bila tidak dapat dihitung, tuliskan “multiple “ bila
tidak terhitung )
 Bentuk ( oval/bulat/dll)
 Ukuran (diameter/panjang x lebar)
 Warna (Putih/merah/coklat-kehitaman/putih-kekuningan)
 Tekstur permukaan (licin/bergelombang/indurasi/undermining)
 Batas ( jelas/difuse)
 Tekstur tepi (regular/irregular/ indurasi)
 Daerah sekitar (normal/erythematous/edematous)
 Khusus lesi putih (tambahkan dapat dikerok/tidak)
 Khusus nodula (Konsistensi padat/kenyal/lunak, dapat digerakkan/tidak)
h. Gambarkan lesi mukosa mulut yang ditemukan pada mukogram yang tersedia. Cantumkan
jenis lesi, ukuran dan tanggal.
i. Matikan lampu bila sedang mengisi status
j. Setelah selesai, cuci tangan.

56
6. Penetapan diagnosis sementara dan diagnosis banding.
Tuliskan diagnosis klinis semua kelainan yang tercantum pada pemeriksaan klinis disertai
diagnosis banding masing-masing.

7. Penyusunan rencana terapi


a. Pada nomor 1 (pengobatan), tuliskan seluruh rangkaian rencana tindakan pengobatan
secara umum dan lengkap.
Contoh :
 Tindakan asepsis dengan antiseptik topical
 Pemngobatan dengan anti-inflamasi steroid topical
 Peresepan anti-inflamasi non steroid topical
b. Pada nomor 2, yaitu pemeriksaan penunjang dan rujukan, beri tanda centang pada kolom
pemeriksaan penunjang dan rujukan yang direncanakan, cantumkan tanggal pengiriman
pasien dan pemeriksaan/perawatan yang diminta.
c. Tuliskan tanggal rencana control pada bagian terakhir dari Rencana Perawatan, sebelum
Diagnosis Akhir.

8. Diagnosis akhir
Cantumkan diagnosis akhir dari semua kelainan yang tercantum pada diagnosis sementara.

9. Perawatan lesi secara topical


a. Siapkan alat dan bahan untuk tindakan dalam nerbeken :
 Kaca mulut 2 buah
 Pinset dental 1 buah
 Sonde benkok 1 buah
 Dappen glass
 Glass lab
 Cotton roll
 Cotton Pellet
 Tampon
 Kotak obat departemen ilmu penyakit mulut yang berisi larutan antiseptic povidon
iodine 10%, obat anti-inflamasi non-steroid topical (Oxyfresh®/Aloclair®) dan obat
anti-inflamasi steroid topical (Kenalog®)
b. Cuci tangan
c. Pakai masker
d. Pakai sarung tangan
e. Nyalakan lampu
f. Lakukan blokir pada muara kelenjar saliva disekitar lesi dengan cotton roll
g. Keringkan lesi dengan tampon
h. Tuangkan larutan anti septik sekitar 1mm ke dalam dappen glass
i. Ulasi lesi dengan larutan antiseptic menggunakan cotton pellet yang dijepit pinset
j. Tunggu 1-2 menit
k. Keringkan lesi dengan tampon
l. Keluarkan obat anti-inflamasi topical secukupnya pada glass lab

57
m. Ulaskan obat pada lesi dengan menggunakan sode bengkok lalu ratakan keseluruh
permukaan lesi
n. Tunggu 1-2 menit
o. Lepaskan blokir cotton roll
p. Bereskan semua alat kotor ke dalam nerbeken
q. Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat sampah medis
r. Cuci tangan sesuai prinsip pengendalian infeksi
s. Kembalikan kotak obat departemen ilmu penyakit mulut pada petugas paramedis

10. Penulisan lembar perawatan


Tuliskan nomor registrasi Rekam Medik pada lembar perawatan. Lalu tuliskan dengan lengkap
segala rincian tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien.
Contoh :
Tindakan perawatan lesi Traumatic ulcer akibat tergigit oleh gigi 36 yang mengalami gangrene
radiks dengan tepi yang tajam :
a. Blokir pada muara kelenjar parotis
b. lesi dikeringkan
c. lesi diulasi dengan povidon iodine dan ditunggu selama 1 menit
d. lesi dikeringkan
e. lesi diulasi dengan Kenalog®
f. pemberian resep :
R/ Triamcinolone acetonide in orabase 0.1% 5 g. tub no. I

S. 3 dd litt. Or.

g. Rujukan ke Departemen Bedah mulut untuk ekstraksi gigi 36


h. Pro kontrol tanggal ……(4-7 hari setelah kunjungan ini )
Instruksi :
 Cuci tangan sebelum mengobati lesi
 mengeringkan lesi sebelum diulasi obat
 menghubungi operator bila obat habis sebelum jadwal kontrol

11. Penulisan resep


Tuliskan resep pada kertas resep yang disediakan di Pusat pelayanan Gigi dan Mulut RSPTN
Universitas Udayana mengikuti pedoman menulis resep yang telah diajarkan pada kuliah/skillab
ilmu penyakit mulut dan pelatihan pra-pendidikan profesi kedokteran gigi. Resep diparaf oleh
instruktur. Salinan dari resep yang diberikan pada pasien harus tertera pada lembar perawatan.

12. Penulisan rujukan


Bila pada rencana terapi dinyatakan perlu dilakukan rujukan untuk pemeriksaan penunjang atau
perawatan, maka salinan dari surat rujukan harus tertera pada Lembar Konsultasi dan diparaf
oleh Instruktur.

58
13. Pembayaran
Pembayaran biaya perawatan dilakukan di Loket Pembayaran. Lembar bukti pembayaran
berwarna putih dan hijau harus diparaf oleh Instruktur. Lembar putih diserahkan pada pasien,
lembar hijau dijepret pada Format Kerja Klinik Mahasiswa.

14. Penebusan resep


Pasien diberi kebebasan untuk resep di apotik maupun, namun disarankan untuk menebus resep
di apotik manapun, namun sangat disarankan untuk menebus resep di Apotik RSPTN Universitas
Udayana. Bukti penebusan resep dari apotik harus diparaf oleh Instruktur.

15. Kontrol pengelolaan pasien kasus penyakit mulut

Kontrol dilakukan untuk mengukur keberhasilan tindakan perawatan yang kita lakukan. Pada
kontrol kita dapat melihat respons tubuh pasien terhadap obat yang kita berikan. Kemampuan
mahasiswa untuk meyakinkan pasien agar datang kontrol juga menunjukkan kemampuan
mahasiswa dalam berkomunikasi dan hal ini juga dinilai. Tata cara kontrol sama dengan tata cara
pengolahan pasien kasus penyakit mulut.

Penulisan status control dilakukan pada Lembar Perawatan dan harus memenuhi poin S-O-A-P-T.
setelah status ditulis lengkap, operator harus melapor pada Instruktur dengan menceritakan
keadaan pasien secara kronologis mulai kunjungan pertama hingga yang terjadi pada control hari
tersebut.

Bila perawatan belum selesai, pasien masih harus melanjutkan perawatan dan kontrol lagi.
Apabila obat yang diresepkan telah habis, maka perlu dilakukan peresepan atau rujukan lagi.

Semua hal yang dicantumkan dalam Lembar Perawatan harus disalin kembali ke Format Kerja.
Setelah Kontrol selesai dilakukan, pembayaran biaya control dilakukan di Loket Pembayaran.
Bukti pembayaran harus diparaf oleh Instruktur.

59
ILMU BEDAH MULUT KLINIK

A. EKSTRAKSI GIGI
Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang mengkombinasikan prinsip bedah dan prinsip fisika-
mekanika. Jika prinsip-prinsip tersebut diaplikasikan secara benar, maka gigi akan mudah dikeluarkan
dari prosesus alveolaris tanpa kekuatan besar. Pengeluaran gigi yang benar tidak memerlukan tenaga
yang besar namun sebaiknya dilakukan secara halus dan hati-hati. Penggunaan kekuatan yang
terkontrol dapat menghasilkan pencabutan gigi yang secara perlahan terangkat dari prosesus
alveolaris, bukan ditarik dari tulang. Oleh karena itu, pemeriksaan pra-ekstraksi sangat diperlukan
untuk merencanakan derajad kesukaran gigi sebelum dilakukan pencabutan. Tenaga yang berlebihan
dapat melukai jaringan lunak dan struktur tulang-gigi sekitarnya.

B. KONTROL RASA SAKIT DAN KECEMASAN


Pencabutan gigi dapat menyebabkan rasa sakit. Pemakaian anestesi lokal merupakan persyaratan
utama untuk menghilangkan rasa sakit selama prosedur ekstraksi gigi. Anestesi lokal harus dapat
menyebabkan hilangnya sensasi dari pulpa, ligamen periodontal dan jaringan lunak terdekat.
Anestesi lokal diperlukan dalam setiap tindakan ekstraksi gigi, oleh sebab itu para mahasiswa
wajibmengetahui inervasi setiap gigi dengan jaringan sekitarserta mengetahui teknik anestesi yang
tepat untuk setiap kasus. Sebagai contoh pada regio premolar bawah, jaringan lunak bagian bukal
diinervasi khususnya oleh cabang mentalis nervus alveolaris inferior namun juga dipersyarafi oleh
cabang terminal nervus long buccal. Oleh sebab itu, perlu menambahkan suntikan blok mandibula dan
suntikan pada nervus long buccal sehingga akan diperoleh anestesia daerah jaringan lunak bukal yang
adekuat, saat melakukan ekstraksi gigi premolar bawah.
Anestesi lokal yang "berhasil" akan menyebabkan hilangnya rasa sakit, temperatur dan sentuhan;
namun ia tidak akan membius serabut proprioseptif nervus yang terlibat. Sehingga selama ekstraksi,
pasien tetap akan merasakan sensasi tekanan, apalagi jika diberikan kekuatan penuh. Seorang dokter
gigi harus mengetahui beda antara rasa sakit yang tajam dan tumpul serta feeling of pressure ketika
menentukan keberhasilan anestesi.
Bahan anestesi lokal yang digunakan dapat menghilangkan rasa sakit jika digunakan sendiri, atau
dikombinasikan dengan sedasi atau anestesi umum. Jika digunakan sendiri untuk prosedur
pembedahan atau ekstraksi gigi maka teknik yang dapat digunakan ialah secara topikal, infiltrasi, blok
regional, atau intra osseous (termasuk intra ligament). Sebagai gold standard bahan anestesi lokal
ialah lidocain 2% dengan epinefrin, yang dapat menghasilkan anestesia yang pasti (reliable) dan
hemostasis (adanya vasokonstriktor).

60
Seorang dokter gigi sebaiknya mengetahui farmakologi berbagai macam bahan anestesi lokal,
sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Anestesi pulpal pada gigi-gigi maksila setelah
suntikan infiltrasi akan berakhir lebih cepat dibandingkan anestesi pulpa pada gigi-gigi di mandibula
setelah suntikan blok mandibula. Sebagai tambahan, anestesi pulpa akan menghilang 60-90 menit
lebih dahulu dibanding anestesi Jaringan lunak. Oleh sebab itu, seseorang terkadang masih memiliki
anestesi pada bibir namun anestesi pulpanya sudah hilang terlebih dahulu sehingga menimbulkan rasa
sakit.

Indikasi ekstraksi gigi:


1. Gigi karies yang tidak dapat direstorasi
2. Gigi nekrosis pulpa/irreversible pulpitis yang tidak dapat dilakukan perawatan saluran akar
3. Kelainan periodontal yang berlebihan (kehilangan tulang dan gigi goyang)
4. Untuk keperluan perawatan ortodontik (menyediakan ruangan)
5. Gigi malposisi (melukai jaringan lunak, misalnya gigi M3 atas yang bukoversion)
6. Gigi yang retak bagian mahkota atau fraktur akar
7. Gigi impaksi (terpendam dalam tulang seluruhnya atau sebagian)
8. Gigi supernumerary (biasanya impaksi dan menyebabkan gigi lainnya malposisi)
9. Gigi yang berhubungan dengan kelainan patologis (misalnya terlibat dengan kasus kista atau
tumor odontogenik)
10. Sebelum dilakukan radiasi kepala dan leher
11. Gigi yang berhubungan dengan garis fraktur pada fraktur rahang

Kontraindikasi ekstraksi gigi :


1. Kontraindikasi sistemik (severe uncontrolled metabolic/cardiac diseases)
2. Kontraindikasi lokal (infeksi, irradiated jaws, malignancy tumor)
3. Pregnancy sebaiknya ditunda atau dilakukan pada trimester kedua

61
C. REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
KIE / Informed Consent 3
Pencabutan anterior atas 4
I
Pencabutan anterior bawah 2
Prosedur rujukan 1
Asistensi / Chair side

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
KIE / Informed Consent 2
Pencabutan premolar atas 2
Pencabutan premolar bawah 2
II
Pencabutan molar bawah 5
Prosedur rujukan 1
Asistensi pencabutan open method (Insisi dan Alveolektomi) 2
Asistensi / Chair side

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
KIE / Informed Consent 3
Pencabutan molar atas 5
Pencabutan dengan kompromi medis 1
Prosedur rujukan 2
Insisi Abses Intra Oral 1
Pencabutan dengan komplikasi (Open Method/Insisi) 1

III Alveolektomi 1
Asistensi odontektomi (penatalaksanaan pengerjaan operasi) 1
Kontrol post open method (H+1) & (H+7) 3
Suturing (Insisi, Alveolektomi, Odontektomi) 3
Splinting 1
Asistensi dan Observasi drg di Poliklinik gigi RS 2
Asistensi dan Observasi Poli Bedah Mulut RS Jejaring 2
Penatalaksanaan tindakan darurat medis kedokteran gigi (IRD) 2
Asistensi / Chair side

62
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
KIE / Informed Consent 2
Prosedur rujukan 1
IV Odontektomi 1
Kontrol post open method (H+1) & (H+7) 3
Demo video reposisi dislokasi mandibula 1
Asistensi / Chair side

Lain-lain :

1. PENCABUTAN SEDERHANA (GIGI ANTERIOR, PREMOLAR, POSTERIOR)


 Gigi karies yang tidak dapat direstorasi
 Gigi nekrosis pulpa/irreversible pulpitis yang tidak dapat dilakukan perawatan saluran akar
 Kelainan periodontal yang berlebihan (kehilangan tulang dan gigi goyang)
 Untuk keperluan perawatan ortodontik (menyediakan ruangan)
 Gigi malposisi (melukai jaringan lunak, misalnya gigi M3 atas yang bukoversion)
 Gigi yang mengalami fraktur mahkota dan tidak memungkinkan untuk dirawat
 Gigi supernumerary (biasanya impaksi dan menyebabkan gigi lainnya malposisi)
 Perawatan pendahuluan sebelum dilakukan radiasi kepala dan leher
 Pemberian obat antibiotik, analgesik dan antiinflamasi (bila perlu)
 Pemberian instruksi pasca pencabutan dan kontak aktif dari operator

2. PENCABUTAN DENGAN KOMPROMI MEDIS (GIGI ANTERIOR, PREMOLAR, POSTERIOR)


 Pasien dengan indikasi pencabutan yang memiliki riwayat kesehatan umum menderita :
Diabetes Militus, Hipertersi, Hemofillia, Asma, Riwayat alergi.
 Pemberian obat antibiotik, analgesik dan antiinflamasi
 Pemberian instruksi pasca pencabutan dan kontak aktif dari operator

3. PENCABUTAN DENGAN KOMPLIKASI (OPEN METHOD/INSISI)


 Hipersementosis
 Dilaserasi akar
 Ankilosis akar
 Fraktur akar (trauma maupun pencabutan sederhana yang mengalami kegagalan)
 Pemberian obat antibiotik, analgesik dan antiinflamasi
 Pemberian instruksi pasca pencabutan dan kontak aktif dari operator
 Melakukan kontrol 2 kali : 1 hari setelah tindakan dan 7 hari setelah tindakan untuk
melepaskan jahitan

4. ALVEOLEKTOMI
 Pasien post pencabutan (minimal 2 gigi) dengan tulang alveolar yang tajam, mengganggu
penyembuhan luka bekar pencabutan dan jaringan lunak disekitarnya.
 Prosedur perawatan pendahuluan pasien prosto yang mengalami
 Pemberian obat antibiotik, analgesik dan antiinflamasi

63
 Instruksi pasca bedah dan memberikan kontak aktif dari operator
 Melakukan kontrol 2 kali : 1 hari setelah tindakan dan 7 hari setelah tindakan untuk
melepaskan jahitan

5. SPLINTING
 Pasien dengan post trauma gigi anterior
 Disertai ro panoramik (tidak ada fraktur akar)
 Splinting dilakukan minimal dari gigi C – C atau P1 – P1
 Pasien dianjurkan untuk diet lunak selama 2-3 minggu
 Gigi jangan digunakan untuk menggigit
 Kontrol 3x :
o 1 minggu setelah tindakan ( jaringan lunak dan OH pasien)
o 1 bulan setelah tindakan (OH pasien dan Ro foto)
o 2 bulan setelah tindakan (OH pasien dan Ro foto)
 Observasi vitalitas gigi bila perlu lakukan PSA

6. ODONTEKTOMI
 Gigi impaksi molar ketiga bawah dengan klas I/posisi A/mesioangular
 Pemberian obat antibiotik, analgesik dan antiinflamasi
 Instruksi pasca bedah dan memberikan kontak aktif dari operator
 Melakukan kontrol 2 kali : 1 hari setelah tindakan dan 7 hari setelah tindakan untuk
melepaskan jahitan

ALUR INDIKASI SPLINTING DAN BEDAH

Perawatan Indikasi tindakan


pendahuluan
Pasien datang (klinis dan Ro. Panoramic)
(kontrol OH) (DPJP sesuai pembagian di
(DPJP jaga) BM)

Mendaftarkan
Penjadwalan Analisis kasus
jadwal diskusi
tindakan (pemaparan kasus,
(lengkap beserta As OP rencana perawatan)
2 orang)

64
KRITERIA DISKUSI REKAM MEDIS
1. Merupakan pasien baru. Belum pernah dilakukan tindakan di bagian bedah mulut RS.UNUD
sebelumnya (dapat dipergunakan rekam medis MINI – CEX)
2. 1 pasien (dipilih ) dengan penatalaksanaan sebagai berikut :
 Pencabutan dengan kompromi medis
 Alveolectomy
 Incisi abses
 Pencabutan open method
3. 1 rekam medis untuk 1 mahasiswa (tidak boleh berbarengan)
4. Mahasiswa wajib membawa:
 Rekam medis
 Foto klinis yang jelas
 Foto rontgen (jika diperlukan).

KRITERIA DISKUSI KASUS


1. Dapat bersamaan dengan diskusi rekam medis
2. Kasus yang perlu didiskusikan adalah kasus yang akan dilakukan tindakan:
 Pencabutan dengan kompromi medis
 Alveolectomy
 Incisi abses
 Pencabutan open method
3. Diskusi dengan PJ BM (drg. Lestari)
4. Mahasiswa wajib membawa :
 Rekam medis
 Model studi (sudah di boxing)
 Foto klinis yang jelas
 Foto roentgen

KRITERIA CASE REPORT


a. Presentasi Case report dihadiri maksimal 5 orang peserta beserta penyaji
b. Pembuatan laporan dilakukan dengan format publikasi jurnal case report yang meliputi:
abstrak, latar belakang, laporan dan penatalaksanaan kasus, pembahasan, kesimpulan.
c. Kasus yang dapat dipergunakan sebagai case report antara lain
 Odontektomi
 Pencabutan open methode
 Alveolektomi
 Splinting
 Abses (sub periosteal abses, sub mucosal abses, fosa canina abses, sub bucal abses, sub
lingual abses)
d. Dokumentasi pada case report meliputi
 Foto x ray (panoramik/periapikal)
 Pemeriksaan intra oral dan kondisi umum pasien pada rekam medis
 Foto klinis yang terdiri dari :

65
o Foto pre perawatan inisial (5 foto menggunakan cheek retraktor dan kaca oklusal
jika memungkinkan)
o Foto setelah perawatan inisial (5 foto menggunakan cheek retraktor dan kaca
oklusal)
- Foto tahapan tindakan bedah yang meliputi asepsis
- Anastesi
- Probing
- Anastesi
- Proses bedah (incisi, pengambilan tulang, drainase pus, dst.......)
- Hasil operasi
- Hasil suturing
o Foto kontrol I (1 minggu) yang meliputi :
- Foto area operasi
- Foto dengan disclosing agent
- Foto irigasi (jika dilakukan)
o Foto kontrol II (2 minggu) yang meliputi
- Foto area operasi
- Foto dengan disclosing agent
- Foto irigasi (jika dilakukan)
- Foto pelepasan benang
- Foto hasil operasi

KRITERIA JOURNAL READING


 Dilaksanakan oleh peserta dalam 1 kelompok. Bersamaan dengan presentasi case report
setiap anggota kelompok tersebut
 Pelaksanaan journal reading hanya dapat dilakukan apabila seluruh anggota dalam kelompok
telah memiliki case report untuk di presentasikan
 Jurnal merupakan case report sesuai dengan topik yang telah ditentukan
 Dilakukan pembuatan laporan sesuai dengan format student project

TOPIK JOURNAL READING


a. Penatalakasanaan bedah abses odontogen
b. Penatalaksanaan bedah abses non odontogen
c. Fraktur mandibula dan masilofasial
d. Cleft
e. Impaksi
f. Dislokasi mandibula
g. Penatalaksanaan bedah prostetic
h. Penatalaksanaan bedah orthodontic
i. Penatalaksanaan bedah endodontic

KRITERIA DAN JUMLAH PESERTA SEMINAR AKTIF


 Presentasi Case Report Dan Presentasi Jurnal Reading Akan Diselenggarakan Apabila Peserta
Seminar Yang Hadir Minimal 10 Orang

66
 Presenter Dan Peserta Wajib Meminta Tanda Tangan Dosen Penguji Pada Hari H Seminar
Dilaksanakan

ASSESSMENT :

A. MINI-CEX (1 ujian)
1. Pasien baru. Belum pernah dilakukan tindakan di bagian bedah mulut RS.UNUD sebelumnya
meliputi :
 Perkenalan operator
 Anamnesa pasien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit pasien (umum)
 Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu
 Diagnosa
 Rencana perawatan pasien
2. Ujian dengan PJ BM (drg. Lestari)

B. DOPS ( 4 ujian)
 DOPS ( 4 ujian) 2 ujian dapat digabung menjadi 1 penatalaksanaan (harus dapat RA dan RB,
silahkan pilih elemen pada gigi bersangkutan)
 Penilaian Profesionalisme : penatalaksanaan pasien secara umum

1. Anestesi lokal posterior RA (blok dan infiltrasi)


Kriteria penilaian :
a. Pemilihan alat dan bahan anestesi
b. Sterilisasi daerah kerja
c. Posisi kerja
d. Cara kerja (cara memegang syringe, posisi tangan kiri, lokasi insersi jarum, arah
jarum)
e. Keberhasilan anestesi

2. Pencabutan posterior RA (close method atau open method)


Kriteria penilaian :
a. Pemilihan alat kerja
b. Sterilisasi daerah kerja dkebersihan lingkungan kerja (dental unit)
c. Posisi kerja
d. Cara kerja (membuka perlekatan sulkus gingiva, cara luksasi,cara pegang tang dan
bein, insersi tang, posisi tangan kiri)
e. durasi pencabutan
f. hasil pencabutan
g. instruksi pasca pencabutan

3. Anestesi lokal posterior RB (blok dan infiltrasi)


Kriteria penilaian :
a. Pemilihan alat dan bahan anestesi

67
b. Sterilisasi daerah kerja
c. Posisi kerja
d. Cara kerja (cara memegang syringe, posisi tangan kiri, lokasi insersi jarum, arah
jarum)
e. Keberhasilan anestesi

4. Pencabutan posterior RB (close method atau open method)


Kriteria penilaian :
a. Pemilihan alat kerja
b. Sterilisasi daerah kerja dkebersihan lingkungan kerja (dental unit)
c. Posisi kerja
d. Cara kerja (membuka perlekatan sulkus gingiva, cara luksasi,cara pegang tang dan
bein, insersi tang, posisi tangan kiri)
e. durasi pencabutan
f. hasil pencabutan
g. instruksi pasca pencabutan

C. Ujian Profesi Bedah Mulut


 CBT
 OSCE

68
PANDUAN KERJA KLINIK

I. EKSTRAKSI GIGI SEDERHANA


A. PERSYARATAN MAHASISWA:
Ekstraksi gigi permanen di Rahang Atas dan Rahang Bawah dengan menggunakan anestesi lokal
teknik infiltrasi dan blok mandibula tidak langsung (indirect).
Jumlah gigi permanen : ± 10 gigi anterior (insisif-kaninus) dan ± 10 gigi posterior (premolar dan
molar) di maksila dan mandibular.

B. EVALUASI KLINIS SEBELUM EKSTRAKSI GIGI :


1. Mouth opening/access to the tooth
Jika pasien dapat membuka mulut lebar, maka tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan
mudah. Namun, seringkali pasien datang dengan keadaan trismus (keterbatasan buka mulut)
akibat adanya infeksi disekitar gigi atau spasme otot atau disfungsi TMJ.
2. Derajat goyang gigi
Gigi yang goyang melebihi derajat 2 biasanya disertai kerusakan tulang alveolar, sehingga
terdapat problem pada tata laksana jaringan lunak sesudah ekstraksi gigi. Saat dilakukan
ekstraksi gigi, jika gigi tidak dapat bergerak atau hanya sedikit saja goyang, maka kemungkinan
terjadi hipersementosis atau ankylosis akar gigi. Hal tersebut paling sering dijumpai pada gigi
yang telah dilakukan perawatan saluran akar beberapa tahun sebelumnya.
3. Kondisi mahkota gigi
Penilaian kondisi mahkota gigi yang mengalami karies besar, tambalan amalgam yang luas atau
pasca perawatan saluran akar sangat penting. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan gigi
mudah fraktur jika langsung dipegang dengan forsep, maka sebaiknya gigi digerakkan
semaksimal mungkin dengan elevator/bein, setelah itu masukkan forsep sejauh mungkin ke
arah apikal sehingga yang terpegang adalah bagian akar gigi.

Kegunaan Rontgen foto/Gambaran radiografik


Sebaiknya sebelum dilakukan ekstraksi gigi, dilakukan pengambilan rontgen foto. Rontgen
panoramik biasanya diperlukan untuk melihat konsisi gigi impaksi, sedangkan untuk
mengetahui kondisi satu atau dua gigi diperlukan rontgen foto periapikal. Penggunaan rontgen
periapikal sangat membantu untuk mengetahui kondisi gigi yang akan diekstraksi dihubungkan
dengan kondisi gigi di sebelahnya maupun jaringan sekitarnya. Gambaran radiograf sebaiknya

69
diambil yang terbaru, jika sudah satu tahun sebaiknya dilakukan pengambilan rontgen foto
ulang.
Pada radiograf gigi susu, relasi antara akar gigi dengan benih gigi permanen di bawahnya dapat
menjadi bahan pertimbangan. Demikian juga jika hendak melakukan ekstraksi pada gigi Molar
atas, pertimbangkan jarak antara akar dengan dinding sinus maksilaris. Jika hanya terdapat
selapis tipis tulang antara sinus dengan akar gigi molar, maka kemungkinan akan terjadi
perforasi (oro-antral communication)pasca ekstraksi gigi tersebut.
Morfologi/konfigurasi akar gigi dapat juga diketahui dari gambaran radiograf. Jumlah dan
bentuk akar gigi (panjang, bersudut, divergen, konus), resorpsi akar (baik internal/eksternal)
atau keadaan hipersementosis dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum melakukan
ekstraksi gigi, terutama pada pasien usia tua.
Kepadatan tulang sekitar gigi yang akan diekstraksi dapat dilihat, jika lebih banyak gambaran
radiolusennya maka kemungkinan gigi akan mudah dicabut. Gambaran radiopak
(mengindikasikan tambahan kepadatan tulang) dengan bukti adanya condensing osteitis atau
proses sklerosis, akan menyebabkan kesulitan dalam ekstraksi gigi.

Instrumen dan bahan yang harus disiapkan


1. Instrument diagnostik standar (2 bh kaca mulut, 1 pinset, 1 sonde half-moon, 1 ekskavator)
2. Gloves dan masker
3. Tampon
4. Syringe 3 cc dan ampul anastesi local
5. Extraction forceps, terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Beaks (paruh) untuk menjepit / memegang korona/sisa akar
b. Handle (pegangan)
c. Hinge (joint/penghubung antara beaks dan handle)
 Untuk sisa akar: kedua ujung beak rapat
 Untuk gigi yang masih ada korona: ujung beak terbuka
 Untuk gigi rahang atas: beak dan handle lurus/ searah
 Untuk gigi rahang bawah : beak dan handle membentuk kurang dari 90 atau 120
derajat atau sejajar
 Untuk M1-M3 bawah : kedua ujung beak runcing.
 Untuk gigi posterior rahang atas : berbentuk S atau bayonet
 Untuk M atas : mempunyai suatu protuberantia kecil pada tengah bagian dalam salah
satu beak yang memegang bukal bifurkasi (trifurkasi) akar.

70
6. Elevator (bein) :
 Prinsip kerjanya sebagai pengumpil dengan gerakan rotasi
 Dimasukan di antara gigi, gusi dan tulang alveolar
Bagian-bagiannya:
 Blade bagian yang cekung/konkaf digunakan sebagai working tip danmentransfer
gaya ke gigi,tulang atau keduanya
 Shank penghubung antara blade dan handle
 Handle dengan ukuran yang mudah digenggam operator
Fungsinya :
 memisahkan gusi dari serat-serat periodontal
 melebarkan tulang alveolar dibagian servikal
 mengeluarkan sisa akar
 mengeluarkan/menggoyangkan gigi yang masih utuh
Macam bentuknya:
 lurus/straightpaling umum digunakan, untuk meluksasi gigi
 triangular elevator (cryer) mengeluarkan patahan sisa akar pada soket gigi
 pick type (crane pick atau apexo elevator) mengeluarkan patahan sisa akar yang
berukuran kecil pada soket gigi

C. TEKNIK EKSTRAKSI GIGI


1. Posisi Pasien
a. Kepala, leher, punggung / badan penderita harus pada 1 garis lurus
b. Chair Angulation
 Headrest dan backrest diatur untuk dapat melihat daerah operasi dengan baik
 Penerangan harus cukup
 Untuk pekerjaan pada rahang bawah: bidang oklusal rahang bawah sejajar atau
membentuk sudut <10° dengan lantai.
 Untuk pekerjaan pada rahang atas: bidang oklusal rahang atas membentuk sudut 45-
60° dengan lantai.
2. Tinggi Kursi:
a. Untuk pekerjaan pada rahang bawah: bidang oklusal rahang bawah setinggi siku operator.
b. Untuk pekerjaan pada rahang atas: bidang oklusal rahang atas di atas siku/ setinggi bahu
operator.

71
3. Posisi Operator
a. Postur/sikap tubuh : berdiri tegak dengan berat badan dibagi rata pada kedua kaki
b. Relasi / hubungan terhadap penderita:
 Untuk pekerjaan rahang atas: operator berdiri di depan kanan jam 8/jam 9 pasien.
 Untuk pekerjaan rahang bawah kiri  tindakan ekstraksi: kanan depan; tindakan
anestesi: kanan belakang jam 10/jam 11 untuk blok mandibula, jam 8/jam 9 pasien
untuk infiltrasi.
 Untuk pekerjaan rahang bawah kanan  tindakan ekstraksi: kanan belakang;
anestesi: kanan depan jam 8/jam 9 pasien. Anterior: dari depan jam 8/jam 9.
Posterior: dari belakang jam 10/jam 11
4. Fungsi tangan kiri operator
a. Waktu forceps dijepitkan menarik bibir, pipi, lidah
b. Selama forcepts digerakkan (pergunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk memegang aspek
bukal dan lingual/palatal gigi) 
 Memegang tulang alveolar
 Merasakan dilatasi tulang alveolar
 Melindungi jaringan lunak saat terjadi slippery instrumen
 Memperkirakan besarnya tekanan
c. Sesudah gigi keluar
 Mengembalikan cortical plate
 Memeriksa apakah ada tulang yang tajam/ada pecahan gigi
5. Langkah-langkah pencabutan gigi
a. Pembersihan karang gigi terlebih dahulu
b. Kumur-kumur dengan larutan antiseptic
c. Anamnesis dan ukur tekanan darah
d. Menyiapkan alat dan bahan
e. Memakai masker, cuci tangan dan kemudian sarung tangan
f. Asepsis intraoral dan ekstraoral
g. Lakukan prosedur anastesi topikal dan anastesi lokal atau blok mandibular
h. Melakukan pengungkitan gigi dengan elevator dan mengeluarkan gigi dengan forceps
i. Periksa soket gigi apakah ada pecahan tulang, gigi ataupun sisa-sisa jaringan granulasi
j. Kuret soket dan irigasi dengan larutan povidone iodine yang sudah diencerkan
k. Pasang tampon dan instruksikan pasien untuk mengigit tampon selama 45-60 menit

72
l. Instruksi pasca ekstraksi untuk tidak memainkan daerah bekas cabut dengan lidah, daerah
luka tidak dihisap-hisap, jangan berkumur-kumur keras, sebaiknya hindari makanan yang
panas, lengket dan pedas
6. Cara Penggunaan Elevator dan Forceps
a. Elevator lurus digunakan untuk membebaskan ligamentum periodontal sekitargigi
b. Ungkit gigi dari arah Proksimal gigi, hingga ada gerakan minimal
c. Pilih forceps sesuai dengan giginya
d. Sumbu dan arah forceps sejajar sumbu gigi
e. Forceps dibuka selebar gigi, digeserkan sepanjang gigi dan sementum sejauh mungkin ke
arah apikal
f. Forceps dijepitkan ke arah apikal gigi, dan coba digerakkan

Gerakan forceps untuk pencabutan :


a. Gerakan rotasi untuk gigi berakar satu, konus lebih dari satu tapi menyatu.
b. Gerakan luksasi (bukal-palatal atau bukal-lingual) untu gigi berakar lebih dari satu atau
satu akar tapi gepeng.
c. Kombinasi untuk gigi yang akarnya lebih dari satu atau kombinasi rotasi dan luksasi (figure
of eight)

Gambar 1.Cara menggunakan bein untuk mengungkit gigi dengan tumpuan tulang bukan gigi tetangga.

73
Gambar 2. Bila forcep ditempatkan lebih apikal, pusat dari rotasi (*) akan lebih kearah
apikal juga dan tekanan di arah apikal akan lebih sedikit

Gambar 3. Gigi yang sudah dicengkram dengan forceps digerakkan secara rotasi

Gambar 4. Gigi ditarik keluar soket menurut arah sumbu gigi

74
Gambar 5. Gerakan pencabutan pada gigi premolar atas yang berakar ganda (bukal-palatal)

Gambar 6. Gerakan pencabutan pada gigi Molar rahang atas yang berakar 3

Gambar 7. Gerakan pencabutan untuk gigi anterior rahang bawah (luksasi)

Gambar 8. Gerakan pencabutan untuk gigi Premolar rahang bawah (luksasi)

75
Gambar 9. Gerakan pencabutan untuk gigi Molar rahang bawah (luksasi)

C. INSTRUKSI PASCA EKSTRAKSI GIGI :


1. Gigit tampon selama 30 menit- 1 jam
2. Jangan menghisap-hisap atau sering meludah
3. Minum obat sesuai instruksi dokter
4. Hindari makan yang panas, asam, pedas pada hari 1; dan hindari minum dengan sedotan.
5. Jika sikat gigi, hindari menyikat daerah operasi.

Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada pencabutan:


1. Fraktur:
a. Korona/akar
b. Tulang alveolaris
c. Tuber maksilaris
d. Gigi antagonis/ tetangga
e. Mandibula/maksila (fraktur rahang)
2. Dislokasi:
a. Gigi tetangga
b. Temporo mandibula joint (TMJ)
3. Displacement akar gigi kedalam:
a. Jaringan lunak
b. Antrum

76
c. Tertelan (oropharynk)
4. Pendarahan
a. Waktu pencabutan
b. Sesudah pencabutan tampon tekan, jahit
5. Luka atau kerusakan
a. Gusi atau gingival
b. Bibir
c. Nervus alveolaris inferior/ nervus mentalis
d. Nervus lingualis
e. Palatum, lidah, dasar mulut
6. Nyeri pasca ekstraksi
a. Jaringan keras atau lunak rusak
b. Dry socket
7. Pembengkakan pasca ekstraksi
a. Oedema
b. Hematoma
8. Trismus, karena infeksi pada otot pengunyahan
9. Oro Antral Communication atau Oro Antral Fistula
10. Syncope/shock
11. Cardiac arrest

II. EKSTRAKSI KOMPLIKASI (CLOSE METHOD)


Ekstraksi komplikasi untuk gigi berakar lebih dari satu tanpa pembuatan flap mukoperiosteal.
Ekstraksi komplikasi pada gigi berakar ganda tanpa pembuatan flap. Tindakan ini dilakukan sebagai
kelanjutan pencabutan biasa (intra-alveolar extraction) dimana terjadi kegagalan dalam
mengeluarkan sisa akar yang patah waktu pencabutan biasa dilakukan.
1. Ekstraksi Komplikasi untuk gigi berakar dua (molar bawah)
a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra dan intra oral dengan povidone iodine
b. Anastesi dan blok mandibula atau infiltrasi
c. Pada bifurkasi yang belum terpisah, maka kedua akar mesial dan distal harus
dipisahkan. lakukan pembuangan tulang disekitar akar gigi menggunakan bur tulang
round dan fissure sehingga gigi terlihat jelas.

77
d. Akar gigi diungkit dengan menggunakan elevator dari arah proksimal hingga bergerak,
kemudian dikeluarkan dengan forceps akar. Tepi tulang yang tajam dihaluskan dengan
bonefile. Lakukan kuretase. Soket diirigasi dengan larutan saline/povidone iodine.
e. Penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post medikasi dan
instruksi pasca bedah.

2. Ekstraksi Komplikasi untuk gigi berakar tiga (molar atas)


a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra dan intra oral dengan povidone iodine
b. Anastesi dan blok mandibula atau infiltrasi
c. Pada trifurkasi yang belum terpisah, maka kedua akar bukal yaitu mesiobukal dan
distobukal dipisahkan dari akar palatal. Kemudian akar mesiobukal dipisahkan dari
akar distobukal. Setelah ketiga akar terpisah, tulang disekitar akar gigi menggunakan
bur tulang round dan fissure sehingga gigi terlihat jelas.
d. Akar gigi bagian bukal diungkit dengan menggunakan elevator dari arah proksimal
hingga bergerak, kemudian dikeluarkan dengan forceps akar. Tepi tulang yang tajam
dihaluskan dengan bonefile. Lakukan kuretase. Soket diirigasi dengan larutan
saline/povidone iodine.
e. Penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post medikasi dan
instruksi pasca bedah.

III. EKSTRAKSI KOMPLIKASI/ TRANS-ALVEOLAR METHODE/ OPEN METHODE


Ekstraksi komplikasi atau open methode atau trans-alveolar methode adalah teknik pengeluaran akar
gigi yang mengalami fraktur saat ekstraksi biasa dengan teknik pembedahan. Indikasi lain adalah
pengeluaran akar gigi yang telah lama terpendam dalam tulang sehingga dikhawatirkan akan fraktur
jika dilakukan dengan teknik ekstraksi biasa, akar gigi yang divergen, gigi pasca pengisian saluran akar,
atau locked roots (sebagian tulang terjepit antara kedua akar).

2. Persiapan teknik ekstraksi komplikasi:


a. Pelajari gambaran klinis intra oral dan radiografis (ro periapikal atau panoramik), termasuk
bentuk dan jumlah akar gigi, hubungan akar gigi dengan struktur vital di sekitarnya,
ada/tidak peradangan sekitar gigi
b. Jika diperlukan pemberian obat-obatan premedikasi
c. Siapkan instrumen dan bahan seperti:
 alat-alat diagnostik standard (kaca mulut, pinset, sonde half moon, ekskavator)

78
 Spuit 10 cc dengan untuk irigasi NaCl 0,9%
 Spuit 2,5 cc dan ampul anestesi lokal
 Skalpel (menggunakan handle no 3 dan blade no 15)
 Raspatorium/ molt periosteal elevator
 flep retraktor (Seldin/Austin/Minnesota retractor)
 straight handpiece serta bur tulang round dan fissure bur
 bein/elevator
 forceps
 curved mosquito
 kuret
 bone file
 suction apparatus
 neddle holder
 pinset chirurgies
 gunting
 suture needle (atraumatic half-circle)
 suture material (silk 3.0) / 4.0.
 tampon

3. Prosedur ekstraksi komplikasi :


a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra oral dan intra oral dengan larutan povidone iodine
b. Anestesi lokal blok mandibula dan atau infiltrasi, setelah teranestesi sempurna baru
dimulai tahap pembedahan
c. Tahap 1 : membuat visibilitas yang adekuat di area pembedahan, hal tersebut berarti
membuka/retraksi flep mukoperiosteal yang cukup luas sehingga tidak koyak saat
pembedahan berlangsung. Flep dapat berbentuk envelope, trapesium atau triangular
dengan tipe mukoperiosteal flep full/ thickness artinya flep mengandung mukosa,
submukosa dan periosteum.

79
Gambar 1. Retraksi flep mukoperiosteal, pembuangan tulang sekitar dengan bur fissure

d. Tahap 2 : pembuangan tulang disekitar akar gigi menggunakan bur tulang round bur diikuti
dengan fissure bur. Tulang yang dibuang adalah daerah bukal sehingga akar gigi dapat jelas
dilihat.
e. Tahap 3 : ungkit gigi menggunakan elevator/bein dari arah proksimal hingga bergerak
dan angkat menggunakan forcep. Kemudian soket diirigasi dengan larutan saline, sambil
dihaluskan tepi tulang yang tajam menggunakan bone file. Jika perlu, lakukan kuretase.

Gambar 2. Ungkit gigi dengan bein/elevator kearah bukal

f. Tahap 4: aproksimasi flap dengan menggunakan pinset chirurgies, kemudian lakukan


penjahitan dengan teknik interupted suture. Jahitan tidak boleh terlalu ketat namun juga
tidak boleh terlalu longgar.
g. Tahap 5 : penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post-medikasi
serta instruksi pasca bedah (sama dengan di atas).

80
Gambar 3. Penjahitan dengan teknik interupted suture

IV. ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi adalah tindakan meratakan tulang alveolar yang tajam atau menonjol untuk keperluan
pembuatan gigi palsu/protesa atau estetika. Adanya tulang yang tajam/ eksostosis akan membuat
rasa tidak nyaman/sakit bahkan membuat protesa tidak stabil. Jadi tindakan alveolektomi termasuk
pembedahan pre-prostetik sederhana. Pembuangan dan penghalusan tulang harus diperkirakan
seminimal mungkin sehingga tidak mengganggu stabilitas gigi tiruan.

1. Tujuan alveolektomi :
a. Membuang tonjolan tulang yang tajam (eksostosis)
b. Memudahkan penutupan luka primer (multipel extraction) a intraseptalalveoloplasty
c. Menghilangkan undercut untuk stabilisasi gigi tiruan

2. Persiapan teknik alveolektomi :


a. Pelajari gambaran klinis intra oral dan radiografis (ro periapikal atau panoramik), ukuran sinus
maksilaris, letak foramen mentalis
b. Jika diperlukan pemberian obat-obatan premedikasi
c. Siapkan instrumen dan bahan seperti:
 alat-alat diagnostik standard (kaca mulut, pinset, sonde half moon, ekskavator)
 Spuit 10 cc dengan untuk irigasi NaCl 0,9%
 Spuit 2,5 cc dan ampul anestesi lokal
 Skalpel (menggunakan handle no 3 dan blade no 15)
 Raspatorium/ molt periosteal elevator

81
 flep retraktor (Seldin/Austin/Minnesota retractor)
 straight handpiece serta bur tulang round bur dan bur belimbing
 bone rongeurs dan bone file
 suction apparatus
 neddle holder
 pinset chirurgies
 gunting
 suture needle (atraumatic half-circle)
 suture material (silk 3.0)
 tampon

3. Prosedur Alveolektomi
a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra oral dan intra oral dengan larutan povidone iodine
b. Anestesi lokal blok mandibula dan infiltrasi, setelah teranestesi sempurna baru dimulai
tahap pembedahan
c. Tahap 1 : membuat visibilitas yang adekuat, hal tersebut berarti membuka/retraksi flep
mukoperiosteal yang cukup luas sehingga tidak koyak saat pembedahan berlangsung.
Pembuatan desain flep biasanya tergantung luas area pembedahan, dapat berupa
envelope atau triangular. Flep biasanya full-thickness mukoperiosteal flap.
d. Tahap 2 : pembuangan tulang menggunakan bur tulang round bur atau bur belimbing.
Dapat juga menggunakan bone rongeurs dan bone file. Tulang yang dihaluskan adalah
regio undercut atau yang menonjol. Setelah selesai, palpasi dengan menggunakan
tangan, apakah masih ada bagian yang menonjol.
e. Tahap 3 : Irigasi menggunakan larutan saline hingga debris tulang hilang
f. Tahap 4: aproksimasi flep dengan menggunakan pinset chirurgies, kemudian lakukan
penjahitan dengan teknik interuptedsuture. Jahitan tidak boleh terlalu ketat namun juga
tidak boleh terlalu longgar.
g. Tahap 5 : penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post-medikasi
serta instruksi pasca bedah (sama dengan sebelumnya).

82
Gambar 4. Insisi sepanjang puncak ridge alveolar, retraksi slep dan teknik penjahitan

V. ODONTEKTOMI
Istilah odontektomi memiliki arti pengeluaran gigi impaksi secara utuh dengan tindakan pembedahan.
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi pada lengkung rahang. Gigi dapat mengalami impaksi karena
terhalang oleh gigi lain yang berdekatan, tulang padat yang menutupinya, jaringan lunak yang
berlebihan atau abnormalitas genetik yang menghalangi erupsi. Gigi dapat menjadi impaksi atau
unerupted (tidak erupsi) karena perbandingan lengkung rahang dan ruangan yang tidak adekuat.
Gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga mandibula maupun maksila, diikuti
dengan gigi kaninus atas dan premolar bawah. Gigi molar ketiga sering mengalami impaksi karena
mereka merupakan gigi yang terakhir erupsi, sehingga ruangan yang tersisa untuk erupsi menjadi
inadekuat.
Sebagai patokan, semua gigi impaksi harus dikeluarkan kecuali terdapat kontraindikasi absolut.
Pengeluaran gigi impaksi dapat menjadi sulit dikarenakan pertambahan usia, hal tersebut dikarenakan
pasien usia tua banyak mengalami masalah sistemik serta bertambahnya kepadatan tulang sekitar.

1. Indikasi pengeluaran gigi impaksi:


a. Mencegah kelainan periodontal
b. Mencegah terjadinya karies
c. Mencegah terjadinya perikoronitis
d. Mencegah resorpsi akar
e. Gigi impaksi di bawah protesa gigi
f. Mencegah terbentuknya kista dan tumor odontogenik
g. Perawatan terhadap rasa sakit tanpa suatu sebab
h. Mencegah fraktur rahang
i. Memfasilitasi perawatan ortodontik

83
2. Kontraindikasi pengeluaran gigi impaksi:
a. Usia yang ekstreem lebih besar dari 60 tahun
b. Compromised medical condition
c. Dapat terjadi kerusakan terhadap struktur terdekat

3. Persiapan teknik pengeluaran gigi impaksi (odontektomi):


a. Pelajari gambaran klinis intra oral dan radiografis (ro periapikal atau panoramik), termasuk
bentuk dan jumlah akar gigi, hubungan gigi impaksi dengan struktur vital di sekitarnya,
posisi gigi M2 atau M1
b. Jika diperlukan pemberian obat-obatan premedikasi
c. Siapkan instrumen dan bahan seperti:
 alat-alat diagnostik standard (kaca mulut, pinset, sonde half moon, ekskavator)
 Spuit 10 cc dengan untuk irigasi NaCl 0,9%
 Spuit 2,5 cc dan ampul anestesi lokal
 Skalpel (menggunakan handle no 3 dan blade no 15)
 Raspatorium/ molt periostea/ elevator
 flep retraktor (Seldin/Austin/Minnesota retractor)
 straight handpiece serta bur tulang round dan fissure bur
 bein/elevator
 forceps
 curved mosquito
 artery clamp
 kuret
 bone file
 suction apparatus
 neddle holder
 pinset chirurgies
 gunting
 suture needle (atraumatic half-circle)
 suture material (silk 3.0)/4.0
 tampon

4. Prosedur odontektomi gigi Molar ketiga bawah


a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra oral dan intra oral dengan larutan povidone iodine

84
b. Anestesi lokal blok mandibula dan infiltrasi, setelah teranestesi sempurna baru dimulai
tahap pembedahan
c. Tahap 1 : membuat visibilitas yang adekuat di area gigi impaksi, hal tersebut berarti
membuka/retraksi flep mukoperiosteal yang cukup luas sehingga tidak koyak saat
pembedahan berlangsung. Insisi biasanya dimulai dari distal gigi molar kedua vertikal
kearah lipatan mukobukal dengan sudut 45°, dilanjutkan kearah servikal gigi impaksi dan
berakhir ke arah distal - linea oblique eksterna (berbentuk trapesium). Insisi dilakukan
secara full-thickness, hingga periosteum terangkat bersama flep nya (mukosa-submukosa-
periosteum).

Gambar 6. Teknik insisi pembuatan desain flep dan retraksi flep mukoperios teal hingga tulang terlihat jelas

d. Tahap 2 : pembuangan tulang disekitar gigi impaksi menggunakan bur tulang round bur
diikuti dengan fissure bur. Tulang yang dibuang adalah daerah mesiobukal, bukal dan
distobukal gigi impaksi, hingga area bifurkasi tampak; hal tersebut berarti tulang yang
menjadi retensi pengeluaran gigi impaksi hilang.
e. Tahap 3 : ungkit gigi impaksi menggunakan elevator/bein dari arah proksimal hingga
bergerak dan angkat menggunakan forcep. Kemudian soket diirigasi dengan larutan saline,
sambil dihaluskan tepi tulang yang tajam menggunakan bone file. Jika perlu, lakukan
kuretase dan pengambilan dental follicle dengan curved hemostat.
f. Tahap 4 : aproksimasi flep dengan menggunakan pinset chirurgies, kemudian lakukan
penjahitan dengan teknik interupted suture. Awali penjahitan di bagian distal gigi molar
kedua, kemudian bagian insisi vertikal dan akhiri penjahitan di distal gigi impaksi. Jahitan
tidak boleh terlalu ketat namun juga tidak boleh terlalu longgar.
g. Tahap 5 : penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post-medikasi
serta instruksi pasca bedah.

85
5. INSTRUKSI PASCA BEDAH
a. HARI PERTAMA
 Gigit tampon dalam rongga mulut selama 30 menit - 1 jam
 Tidak dianjurkan untuk menghisap-hisap atau meludah pada hari I
 Minum obat sesuai instruksi (antibiotika, analgetika dan anti inflamasi) segera setelah
tampon dibuang
 Kompres sisi luar daerah operasi dengan ice-packed selama 10 menit bergantian (selang
seling)
 Makan makanan yang lunak, suhu kamar serta tidak pedas/asam/panas
 Minum tidak diperbolehkan memakai sedotan
 Kumur-kumur dan Sikat gigi secara perlahan di daerah operasi

b. HARI KEDUA
 Minum obat sesuai instruksi
 Kompres sisi luar daerah operasi dengan air hangat selama 10 menit bergantian (selang
seling)
 Pembengkakan ekstra oral akan terjadi selama 3-4 hari
 Aktivitas lain (makan, minum, sikat gigi) sudah dapat dilaksanakan secara perlahan-
lahan.

c. HARI KETUJUH
 Buka jahitan.

VI. SPLINTING DENTO ALVEOLAR


Bahan : kawat Remanium 0,40mm/16
Mengurangi kegoyangan gigi dapat dilakukan dengan pemakaian splin.
Kegoyangan gigi dapat ditentukan dengan menggoyangkan gigi menggunakan 2 instrumen dari arah
berlawanan dan memperhatikan gerakan gigi. Terdapat 4 tingkatan kegoyangan :
1. Derajat 1: bila gigi digoyangkan dengan ibu jari dan telunjuk, gigi terasa goyang, tetapi
kegoyangan nya tidak terlihat oleh pemeriksa. Kegoyangan derajat 1 dapat berupa kegoyangan
fisiologis ataupun patologis, karena kegoyangan ini disebabkan karena adanya membran
periodontal.

86
2. Derajat 2 : bila digoyangkan dengan jari telunjuk dan ibu jari dapat terasa dan terlihat. Disini
biasanya mulai terjadi kelainan pada ligamen periodontal. Umumnya diperkirakan kerusakan
tulang baru mencapai 1/3 bagian koronal.
3. Derajat 3 : bila ditekan menggunakan lidah, geligi terasa dan terlihat goyang ke arah horizontal.
Pada keadaan ini dapat dianalogikan dengan kerusakan tulang mencapai 2/3 akar bagian koronal.
4. Derajat 4 : selain pergerakan horizontal, juga terjadi pergerakan kearah vertikal. Hal ini berarti
bahwa kerusakan tulang telah mencapai daerah apikal akar gigi.
Kegoyangan gigi juga dapat terjadi karena :
1. Hilangnya jaringan pendukung gigi (bone loss)
2. Trauma oklusi atau jejas yang disebabkan oleh kebiasaan (parafungsi, seperti bruxsim)
3. Perluasan inflamasi berawal dari gingiva, ataupun dari periapikal ke ligamen periodontal
4. Paska bedah periodontal (walau hanya dalam waktu yang singkat)
5. Kehamilan, siklus menstruasi, pemakaian kontrasespsi hormonal.
6. Proses patologis pada rahang, seperti adanya tumor dan osteomyelitis dukungan.
Splin dapat cekat, lepasan, dan kombinasi keduanya. Berdasarkan jenis bahan dan durasi
pemakaiannya, splin dapat dipakai secara temporer, provisional atau semi permanen, dan permanen.
Splin juga dapat dipasang internal atau eksternal, tergantung kebutuhan.
Splin temporer adalah splin yang dipakai untuk waktu yang singkat dengan tujuan untuk menstabilkan
gigi goyang selama terapi periodontal. Biasanya setelah 3 bulan akan dilepas untuk dievaluasi kembali.

1. Fungsi splin temporer :


a. Melindungi gigi dari trauma
b. Mencegah migrasi patologis
c. Melindungi gigi goyang selama prosedur bedah periodontal sehingga dapat membantu
proses penyembuhan
d. Menyalurkan tekanan oklusal yang merata sehinggga gigi-gigi yang kehilangan dukungan
(bone loss) dapat terlindung
e. Membantu menentukan apakah gigi geligi dengan prognosis terbatas memberikan respon
yang baik terhadap perawatan yang dilakukan.

2. Syarat splin temporer


a. Jumlah gigi yang mendukung harus cukup, sehingga kekuatan dan tekanan yang diterima
dapat dibagi secara merata

87
b. Sebelum splin dibuat harus dilakukan penyesuaian oklusi dahulu kecuali gigi sangat goyang
dan memerlukan stabilisasi dahulu kemudian dilakukan penyesuaian oklusi
c. Splin tidak boleh mengiritasi gingiva, pipi, lidah, bibir
d. Konstruksi splin harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan
e. Splin tidak boleh mengganggu fungsi bicara dan estetis
f. Splin tidak boleh mengganggu oklusi

3. Indikasi splin temporer


Splin temporer dapat dipasang pada kondisi sebagai berikut:
a. Gigi-gigi dengan mobilitas sedang hingga berat sebelum dan selama perawatan periodontal
b. Untuk mengurangi trauma
c. Untuk stabilisasi yang tidak memerlukan waktu lama (bebrapa minggu s/d bulan)
d. Periodontitis akut sebagai akibat trauma pada gigi
e. Persiapan untuk penggunaan splin permanen

4. Kontra Indikasi
a. Kondisi ekonomi pasien rendah
b. Prognosis buruk
c. Kesehatan umum buruk
d. Secara emosional pasien tidak mau menerima prosedur yg memerlukan waktu lama.

A. Splin Kawat/ Wire Splin


Splin ini termasuk splin temporer yang paling sederhana dan paling sering digunakan. Pembuatannya
cukup mudah dan konstruksinya cukup kuat. Biasa dipasang untuk gigi-gigi anterior, dari C-C atau Pl-
P1
1. Alat-alat yang harus disiapkan
a. Kawat splin
b. Gunting kawat intraoral
c. Gunting kawat
d. Needle holder
e. Plugger atau amalgam stopper

88
2. Prosedur pembuatan
a. Splin diskontinu
 Potong awat sesuai panjang yang dibutuhkan, lengkungkan membentuk jepitan
rambut. Kawat ini merupakan kawat mayor
 Letakkan kawat mayor mengelilingi gigi yang diikat/ displin dari gigi paling distal
sampai dengan gigi abutment terakhir. Sesuaikan letak kawat dengan pedoman insisal
terhadap singulum tetapi apikal terhadap daerah kontak, hindari kawat berkontak
dengan gingiva. Ujung kawat bagian labial dan lingual paling distal pada gigi abutment
terakhir dipilin bersama searah jarum jam, namun tidak terlalu kencang (Gambar 6.1)

Gambar 6.1. Pelingkaran kawat utama splin. (Grant DA, Stern IB, Everett FG. Orban's
Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby Company, 1972)

 Potong kawat minor kurang lebih 10 cm, buat lengkungan membentuk jepitan rambut.
Masukkan kawat yang panjang dari bagian lingual satu ujung kawat di atas kawat
mayoryang lain di bawahnya, hingga melewati kawat mayor lingual dan labial.
 Pilin kawat minor searah jarum jam, sambil ditarik ke labial, setelah terpasang semua
lalu masing-masing kawat dikencangkan, digunting dan disisakan 3-4 mm di
interdental. Pastikan tidak ada kawat yang kendor. Pilin dan kencangkan juga ujung
dari kawat mayor (Gambar 6.2)

Gambar 6.2. Pengikatan kawat minor di interproksimal. (Grant DA, Stern IB, Everett FG. Orban's
Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby Company, 1972)

89
 Potong ujung kawat minor di tiap interdental dan ujung kawat mayor, kemudian sisa
pilinan kawat ditekan ke interdental dengan arah koronal dengan amalgam plugger.
Pastikan ujung-ujung kawat tidak tajam agar tidak mengganggu bibir dan lidah.
(Gambar 6.3)

Gambar 6.3 Kawat minor ditekan masuk ke interdental dengan arah koronal . (Grant DA, Stern IB,
Everett FG. Orban's Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby
Company, 1972)

 Jika terdapat celah yang cukup lebar di antara gigi (spacing/ diastema), kawat mayor
labial dan lingual dipilin bersama di sepanjang celah, kemudian dibuka kembali dan
dilanjutkan memasang splin seperti sebelumnya. (Gambar 6.4)

Gambar 6.4 Pelingkaran kawatsplin pada celah antar gigi. (Grant DA, Stern IB, Everett FG.
Orban's Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby Company, 1972)

Ikatan-ikatan kawat di proksimal yang bervariasi bertujuan untuk:


1. Mencegah pergerakan ke insisal
2. Mencegah pergerakan ke arah servikal
3. Merapatkan ruangan diantara gigi yang terpisah

90
Pemakaian splin akan menyulitkan prosedur OH. Penting untuk memberi motivasi,
edukasi, instruksi kontrol plak pada pasien khususnya di daerah interproksimal.
Prosedur kebersihan mulut pasien pemakai splin:
 Bila papil interdental terisi penuh dalam ruang embrasur, dental floss
dimasukkan menggunakan threader
 Bila papil tidak terisi penuh (mengalami resesi) maka prosedur OH dapat
dilakukan menggunakan sikat interdental

91
ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT LAPANGAN

A. JENIS MODUL
1. KGM (UKGS). Program Upaya Kesehatan Gigi Sekolah yaitu di sekolah yang sama ketika
sebelumnya disurvei. UKGS dilaksanakan sejalan dengan program pelayanan kesehatan gigi dan
mulut Kementerian Kesehatan Rl bagi para muriddan masyarakat sekolah di Indonesia. Sebisa
mungkin UKGS dilaksanakan mengikuti prinsip kegiatan "Trias UKGS" khususnya dalam hal
pendidikan kesehatan gigi dan perawatan / pengobatan gigi dasar, kedaruratan medik gigi, dan
rujukan. UKGS yang dilaksanakan sedapat mungkin berkoordinasi dengan pihak UKS Sekolah dan
Puskesmas wilayah yang memiliki tanggung jawab program UKGS di sekolah tersebut. Bila sasaran
masyarakat yang disurvei dialihkan maka kegiatannya tetap berupa pendidikan kesehatan gigi dan
perawatan / pengobatan gigi dasar, kedaruratan medik gigi, dan rujukan tetapi bukan dalam
lingkup UKGS resmi.

2. KGM (UKGM). UKGM dilaksanakan sejalan dengan program Kementerian Kesehatan Rl. untuk
memperhatikan Upaya Kesehatan Gigi bagi Masyarakat umum. Program ini menekankan pada
bentuk pemberdayaan masyarakat dalam upaya berpartisipasi dalam pemeliharaan dan
perawatan kesehatan gigi mereka sendiri, keluarganya, dan masyarakat lingkungannya. Ini adalah
melakukan Penyuluhan Kesehatan Gigi bagi masyarakat terutama ibu-ibu PKK di dalam atau di luar
wilayah Bali, yang memiliki budaya yang berbeda-beda.

3. KGM (Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS), sesuai kesepakatan antara PSPDG FK Unud
dan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kabupaten Badung atau Kota Denpasar, maka Sudinkes yang
menentukan wilayah Puskesmas Kecamatan untuk tiap kelompok Kecil (Regu). Sebelum terjun ke
lapangan maka terlebih dahulu menerima pembekalan dari perwakilan Kasi SDK Sudinkes
Kabupaten Badung atau Kota Denpasar. Observasi ini bertujuan agar para mahasiswa mampu
mengenai dan mempelajari tentang semua bidang pelayanan Puskesmas. Bimbingan diberikan
oleh pihak Puskesmas antara lain dengan meminta mahasiswa ikut terjun di klinik pelayanan di
Puskesmas tersebut serta ikut terjun ke lapangan bila ada program-program di luar gedung
Puskesmas.

4. UKGS, UKGM maupun Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS dilaksanakan secara teamwork
dalam kelompok kecil dan kelompok besar. Yang dimaksud kelompok besar adalah semua

92
mahasiswa kepaniteraan modul KGM yang telah dijadwalkan pada satu periode putaran
kepaniteraan KGM.

5. Kelompok besar dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil Jumlah mahasiswa kelompok besar
ditentukan oleh Kaprogram Profesi sedangkan jumlah mahasiswa kelompok kecil ditentukan oleh
Pj. Modul sesuai penjadwalan.

B. REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Modul Manajemen Pelayanan Puskesmas
Pengalaman belajar lapangan di Puskesmas 1
Modul UKGS
Analisis masalah kesehatan gigi anak sekolah dari hasil survei berdasarkan
1
evidence based dentistry

Menentukan prioritas masalah 1


III
Proposal kegiatan 1
Melaksakan Program pendidikan kesehatan gigi (PKG/DHE) yang diusulkan
1
untuk anak sekolah dalam rangka UKGS
Evaluasi Program 1

Laporan Kegiatan 2

Kehadiran Seminar

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Modul UKGM
Membentuk team work dan menyusun rencana kerja 1
Analisis masalah kesehatan masyarakat dari hasil survei berdasarkan
1
evidence based dentistry
Menentukan prioritas masalah 1
Proposal kegiatan 1
IV
Melaksakan Program pendidikan kesehatan gigi (PKG/DHE) yang diusulkan
1
untuk masyarakat
Evaluasi Program 1

Laporan Kegiatan
Kehadiran Seminar
Ujian Departemen

C. PENILAIAN
1. Selain penilaian kelompok, ada pula penilaian sikap perorangan (kondite sikap). Dalam modul
ini, kondite sikap mempunyai bobot 10% dari modul.
2. Kegiatan lain yang memberikan kontribusi nilai perorangan, adalah :
a. Absensi dan keikutsertaan dalam kegiatan
b. Keaktifan dan insiatif dalam tim

93
c. Sikap / perilaku serta komunikasi sesuai etika.
d. Kepatuhan dan kerajinan menjalankan tugas dalam tim
e. Kejujuran dalam ucapan maupun perbuatan
3. Kegiatan lain yang memberikan kontribusi nilai kelompok
a. Kekompakan, keaktifan, dan inisiatif kelompok
b. Ketertiban, etika, dan kepatuhan menjalankan tugas
c. Memiliki pengaruh positif terhadap anggota kelompok maupun kelompok lain.
d. Keberhasilan dalam membina hubungan baik dengan masyarakat
e. Kejujuran dalam menyampaikan data kepada preceptor

D. JOURNAL READING
Setelah rangkaian CFT, OTP, laporan kegiatan dari seluruh sub modul dilaksanakan, masing-masing
mahasiswa wajib melakukan presentasi journal reading (JR). Tiap mahasiswa ditentukan Perseptornya
masing-masing. Kemudian mahasiswa melakukan penelusuran Jurnal dan memilih makalah-makalah
yang terkait dengan modul ini. Dilanjutkan ke Perseptor masing-masing untuk disetujui. Bila telah
disetujui, dibuat makalah untuk dipresentasikandan dibahas.
Pada umumnya penilaian JR memperhatikan beberapa hal berikut, tetapi penilai-annya disesuaikan
dengan sifat dan tujuan dari masing-masing sub modul yang ada dalam modul ini.
1. Sistematika penulisan
a. Kesinambungan antar bab dan antar alinea
b. Bahasa yang digunakan (keajegan istilah)
c. Penulisan kepustakaan dan rujukan
2. Isi laporan kegiatan/journal reading
a. Kesesuaian judul dan isi laptan/JR
b. Kejelasan rumusan masalah
c. Kejelasan dan ketepatan penyampaian pengamatan dan pengalaman sendiri
d. Ketajaman pengkajian terhadap permasalahan
e. Ketepatan perumusan kesimpulan
3. Penyajian lisan
a. Penyajian disampaikan dalam waktu 15 menit
b. Kejelasan mengemukakan intisari laptan
c. Kemampuan penyajian (lancar, jelas, penampilan)
4. Tanya jawab
a. Ketepatan menjawab

94
b. Kemampuan argumentasi
c. Penampilan dalam tanya jawab

E. LAPORAN KEGIATAN
Laporan Kegiatan (Laptan) modul Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat harus dibuat secara team work oleh
masing-masing kelompok kecil (regu), satu regu satu laporan. Laporan modul ini merupakan kumpulan
laporan dari sub modul UKGS, UKGM maupun Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS, yang
dilaksanakan oleh regu masing-masing. Uraian dalam laporan harus mendasarkan pembahasannya
pada sumber ilmiah textbook, jurnal, e journal, kebijakan kesehatan, peraturan perundangan, kode
etik, data-data laporan puskesmas, profil, publikasi dan lainnya. Khusus untuk mengambil data intern
puskesmas yang dirahasiakan harus seizin puskesmas bersangkutan. Bila data rahasia tersebut tidak
diijinkan oleh puskesmas mahasiswa tidak boleh mempublikasi. Kecuali itu laporan harus
menyertakan lampiran dokumentasi foto kegiatan setiap sub modul, jadwal kegiatan masing-masing
regu di puskesmas, tabel induk hasil survei, fotokopi surat-surat pengantar perijinan, formulir survei,
informed consent, formulir rujukan, alat peraga, dan sebagainya (soft copy dan hard copy).
Penyusunan laptan modul untuk masing-masing laporan sub modul harus mengikuti cara penyusunan
laporan yang berlaku. Susunan garis besarnya tersusun seperti berikut:
- Lembar Judul (Laporan modul IKGM), nama/nomer regu, periode kepaniteraan, nama-nama
dan nirm SI / nirm profesi anggota regu)
- Fotokopi Lembar Isian Manual Logbook
- Pengantar
- Daftar Isi
A. Sub modul UKGS
B. Sub modul UKGM
C. Sub modul Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS
Klasifikasi penulisan laporan kegiatan akan dijelaskan lebih lanjut ketika pelaksanaan berlangsung.
laporan kegiatan dipresentasikan terlebih dulu, selain didepan Perseptor, juga dihadiri perwakilan-
perwakilan Puskesmas.

F. KONDITE SIKAP
Kondite Sikap (KS) yang dimaksud dalam modul ini adalah bagaimana sikap mahasiswa dalam
kaitannya dengan kegiatan-kegiatan perorangan maupun kelompok ketika melaksanakan modul ini,
utamanya ketika melakukan OTP, CFT, dan Laptan. Kondite Sikap yang dinilai bukan hanya sikap
terhadap para murid yang disurvei maupun yang menjadi sasaran UKGS, para Ibu PKK dan para kader,

95
serta para pasien Puskesmas saja. Akan tetapi penilaian kondite sikap juga meliputi sikap terhadap
kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah, para orang tua murid dan masyarakat lingkungan sekolah,
para pejabat pemda wilayah / Muspika, Puskesmas ketika UKGM , Pejabat Suku Dinas Kesehatan, serta
Kepala dan Staf maupun karyawan Puskesmas yang diobservasi. Selain itu dinilai juga sikap terhadap
para perseptor, karyawan dan petugas di Kampus, maupun terhadap teman-teman dalam team work.
Dalam modul Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat ini presentase nilai kondite sikap perorangan terhadap
keseluruhan nilai modul agak berbeda (20%) dibanding nilai kondite sikap modul klinik integrasi yang
lain (5%) mengingat bahwa sikap yang dinilai lebih banyak variasinya.

Penilaian tersebut antara lain didasarkan kepada penilaian perorangan tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Presensi dan keikutsertaan dalam kegiatan
b. Keaktifan dan insiatif dalam team work
c. Sikap dan Perilaku serta Komunikasi sesuai Etika.
d. Kepatuhan dan kerajinan menjalankan tugas dalam team work

Hal lain yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam memberikan kontribusi nilai kelompok yang akan
mempengaruhi juga terhadap nilai perorangan yaitu:
a. Kekompakan, keaktifan, dan inisiatif kelompok
b. Ketertiban, etika, dan kepatuhan menjalankan tugas
c. Memiliki pengaruh positif terhadap anggota kelompok maupun terhadap kelompok lain
d. Keberhasilan dalam membina hubungan baik dengan masyarakat.

96
ORTODONSIA KLINIK
Profesi di Bagian Ortodonsia merupakan jenjang pendidikan lanjutan bagi para sarjana
kedokteran gigi ( SKG ). Mahasiswa selama masa profesi mengaplikasikan semua teori yang telah
diterima, untuk merawat kasus-kasus ortodontik . Mahasiswa bekerja di Pusat Pelayanan Gigi dan
Mulut Rumah Sakit Universitas Udayana, satu hari dalam satu minggu di bawah pengawasan seorang
dosen pembimbing.
Profesi berlangsung selama 2 tahun (64 minggu). Selama masa profesi, mahasiswa wajib
mengerjakan 2 pasien baru atau 1 pasien baru dan 1 pasien warisan dengan progress kurang dari 50
%. Yang dimaksud pasien baru adalah pasien yang belum pernah dirawat di Pusat Pelayanan Gigi dan
Mulut Rumah Sakit Universitas Udayana sedangkan pasien warisan adalah pasien lanjutan dari
operator sebelumnya, yang ditentukan oleh pembimbing.
Dalam kegiatan pembelajaran profesi klinik ortodonti, mahasiswa diharapkan mampu secara
mandiri melakukan perawatan ortodonti sederhana pada fase geligi campuran dan permanen dengan
menggunakan peranti ortodonti lepasan sesuai dengan prinsip dasarvperawatan kasus ortodonsia,
melakukan pencegahan maloklusi dental serta memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
perawatan.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka dalam kegiatan pembelajaran profesi
klinik ortodonti, mahasiswa diberikan requirement untuk menangani satu kasus maloklusi ringan
dengan menggunakan peranti ortodonti lepasan yang meliputi: pengisian status, pencetakan, analisa
model, membuat rencana perawatan, diskusi, pembuatan alat ortodonsi lepasan, pemasangan
(insersi) dan aktivasi alat ortodonsi lepasan di dalam mulut pasien. Selain itu mahasiswa juga
diwajibkan untuk mempresentasikan dua kasus dalam journal reading, melalukan ujian mini CEX, ujian
DOPS, dan membuat logbook dari kasus yang ditangani.
Pada akhir masa profesi, bagi mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akan menerima
surat keterangan dari pembimbing guna mendaftarkan ujian profesi. Mahasiswa diperbolehkan untuk
mengikuti ujian profesi dengan syarat:
- Progress kasus yang ditangani sudah mencapai minimal 80%
- Presensi minimal 80%
- Sudah mengikuti journal reading
- Mengumpulkan log book
- Menempuh ujian mini CEX
- Menempuh ujian DOPS

ALAT STANDAR YANG HARUS DISEDIAKAN


 2 buah kaca mulut
 1 buah pinset
 1 buah sonde
 4 pasang sendok cetak dengan berbagai ukuran ( A, B, D dan D )
 Sliding Caliper
 Penggaris, pinsil dan penghapus
 Lampu spirtus
 Lecron
 Brass wire

97
 1 set scaler
 1 buah tang Tiga jari / three jaws
 1 buah tang Universal
 1 buah tang potong kawat stainless steel
 1 buah mata bur Frazer untuk straight hand piece
 1 buah stone untuk straight hand piece
 Kain putih ukuran 30 x 30 cm, untuk meja unit / alas disposable
 Kain putih untuk celemek pasien / disposable
 Mangkok karet ( rubber bowl ) dan spatula

REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Melakukan pencetakan rahang 2
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 2
Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 2
Analisis model studi 1
Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 1
I Melakukan pembuatan foto intra oral 1
Menggambar desain piranti ortodonti 1
Melakukan insersi piranti ortodonti 1
Melakukan aktivasi piranti ortodonti 15
Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang instruksi kepada pasien
15
mengenai piranti yang telah dipakai
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Melakukan pencetakan rahang 2
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 2
Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 2
Analisis model studi 1
Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 2
II Melakukan pembuatan foto intra oral 2
Menggambar desain piranti ortodonti 1
Melakukan insersi piranti ortodonti 1
Melakukan aktivasi piranti ortodonti 27
Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang instruksi kepada pasien
27
mengenai piranti yang telah di pakai
Asistensi

98
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Melakukan pencetakan rahang 2
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 2

Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 2

Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 1


III
Melakukan pembuatan foto intra oral 1
Melakukan aktivasi piranti ortodonti 23
Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang instruksi kepada pasien
23
mengenai piranti yang telah di pakai
Asistensi

Lain-lain :

I. KRITERIA PASIEN
a. Jumlah
2 (pasien baru)
b. Kasus
Maloklusi Angle Kelas I dentoskeletal tanpa pencabutan dengan ALD maksimum ≤ 4 mm.
c. Alat lepasan
Korektif (plat aktif/ skrup ekspansi/ slicing) atau interseptif (space regainer)
d. Kontrol
Minimal 10x (kemajuan perawatan minimal 75%)
e. Kelengkapan
 Model studi dengan basis segi tujuh (boxing)
 Bite registration
 Foto EO-IO
 Foto rontgen panoramik
 Foto rontgen sefalometri

II. KRITERIA LAPORAN KASUS


a. Jumlah : 1
b. Penyaji : 1x
c. Peserta : 5x
d. Laporan kasus
Laporan hasil perawatan pasien yang sudah memenuhi persyaratan kontrol minimal 10x dan
kemajuan perawatan minimal 75% atau sudah selesai perawatan (retainer)
e. Kelengkapan
 Model studi
 Step model
 model akhir
 Foto rontgen panoramik
 Foto rontgen sefalometri

99
III. KRITERIA DISKUSI KASUS
a. Jumlah : 2 (dengan dosen pembimbing yang berbeda)
b. Penyaji : 2x
c. Peserta : 5x

IV. ASSESSMENT
a. MINICEX : 1x
Diskusi kasus pasien kedua
b. DOPS : 3x
 Mencetak
Dilakukan pada pasien pertama (cetak model kerja/retainer) atau pasien kedua (cetak
model studi/step model/model kerja/retainer)
 Insersi
Dilakukan pada pasien kedua
 Aktivasi
Dilakukan apabila sudah kontrol minimal 5x (kemajuan perawatan minimal 50%) pada
pasien pertama atau kedua
c. Ujian Profesi Ortodonsia
a. CBT
b. OSCE

100
PANDUAN KERJA KLINIK

A. PENGISIAN REKAM MEDIK

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu :
1. Melakukan anamnesis secara mandiri dengan menggali riwayat pasien (riwayat keluarga dan
psikososial ekonomi, riwayat kepenyakitan dan pengobatan, riwayat perawatan gigi mulut,
perilaku) yang relevan dengan keluhan utama melalui metode komunikasi efektif terhadap
pasien/keluarga pasien.
2. Melakukan pemeriksaan fisik umum dan sistem stomatognatik yang meliputi pemeriksaan
ekstra dan intra oral secara mandiri pada pasien anak dan dewasa dengan akurat serta
mampu menetapkan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi dan kode etik.
3. Mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik yang akurat dan komprehensif, sebagai
dokumen legal yang mendukung rencana perawatan gigi mulut serta keperluan identifikasi
odontologi forensik sesuai dengan Disaster Victim Identification (DVI) secara mandiri.

Ringkasan Materi
Pengisian rekam medis bertujuan untuk mengetahui identitas pasien secara lengkap, keluhan
utama, status kesehatan baik umum maupun khusus, etiologi maloklusi, pemeriksaan klinis
maupun penunjang serta analisa ruang yang berguna untuk menegakkan diagnosa. Tahap
pengisian rekam medik dilakukan dengan cara :
a. Persiapan alat dan bahan ( termasuk rekam medis umum dan ortodonsia ).
b. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam dan mempersilakan pasien duduk, pengaturan
posisi kerja.
c. Operator memakai masker dan sarung tangan.
d. Operator melakukan anamnesis pasien dengan menanyakan identitas pasien secara lengkap,
keluhan utama, status kesehatan, riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi,
kebiasaan buruk, serta riwayat keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien untuk
membantu menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat .
e. Operator melakukan pemeriksaan keadaan umum pasien, kondisi ekstra oral dan intraoral.
f. Operator melakukan pencetakan anatomis rahang atas dan bawah pasien dengan sendok cetak
yang sesuai dengan ukuran dan bahan cetak alginat untuk pembuatan model studi ( lapor
instruktur ).
g. Operator melakukan pembuatan foto ektra oral / foto profil pasien yang meliputi tampak depan,
samping kanan dan samping kiri.
h. Operator dibantu dengan asisten melakukan pemasangan cheek retractor kemudian
melakukan pembuatan foto intra oral dari pasien pada saat kondisi awal sebelum dilakukan
perawatan (tampak anterior depan, samping kanan, samping kiri dalam posisi oklusi ),
pembuatan foto bagian palatal, dan lingual dilakukan dengan menggunakan bantuan cermin.
i. Operator melakukan pembuatan catatan gigit dengan lempeng wax.
j. Operator membuat surat rujukan foto rontgen OPG dan Cephalometri serta perawatan
pendahuluan apabila diperlukan. ( Lapor Instruktur ).

101
PERAWATAN ORTODONTIK SEDERHANA

1. Diagnosis dan Kode ICD 10 :


M26.211 : Maloklusi Angle kelas I

2. Definisi
Penyimpangan dari oklusi normal yang menimbulkan masalah fungsi dan estetik.

3. Patofisiologi
 Herediter
 Oral bad habit
 Supernumery teeth
 Dento – facial abnormality
 Impacted teeth
 Missing teeth
 Gangguan TMJ
 Trauma

4. Hasil anamnesis
Gangguan letak gigi geligi baik dalam satu rahang maupun dengan dengan rahang lawannya
yang menimbulkan masalah fungsi dan estetik.

5. Gejala Klinis dan Pemeriksaan


 Maloklusi Dento-skeletal kelas I dengan arch length discrepancy ≤ 4 mm disertai :
 Gigi berjejal ringan
 Protrusif gigi anterior RA
 Gigitan silang anterior
 Gigitan silang posterior
 Mesial drifting molar I

6. Diagnosis Banding
Maloklusi klas I tipe skeletal

7. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM


 V58.5 : Perawatan Orthodontik dan kontrol
 V53.4 : Insersi dan penyesuaian piranti orthodontik

8. Prosedur tindakan

A. Indikasi Pasien
Menunjukkan pasien kepada Instruktur dengan kasus maloklusi kelas I yang dapat dirawat
menggunakan peranti ortodontik lepasan.

102
B. Pembuatan Studi Model

 Persiapan alat dan bahan :


• Sendok cetak rahang bergigi atas dan bawah.
• Bowl dan spatula
• Bahan cetak alginate
• Gips tipe 3

 Persiapan pasien :
• Pasien duduk di dental unit dengan posisi tegak dan rileks. Tinggi dental unit di atur
sehingga mulut pasien setinggi siku operator.
• Garis champer sejajar lantai.

 Persiapan operator :
• APD

 Pemilihan sendok cetak :


• Ukuran sendok cetak harus sesuai dengan ukuran rahang pasien yaitu menutupi
semua bagian yang akan dicetak dengan jarak 3-6 mm dari gigi dan jaringan
penyangga sekitarnya.
• RA : Bagian posterior mencapai garis AH line (batas mukosa palatum keras dgn
lunak).
• RB : Bagian posterior sendok cetak menutupi retromolar pad.

 Instruksi kepada pasien :


• Kumur – kumur.
• Pasien diinstruksikan untuk menarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan
perlahan.
• Sebelum sendok cetak dimasukkan pasien diinstruksikan untuk menarik napas
panjang supaya paru-paru terisi oksigen.
• Tidak disarankan menahan napas karena meningkatkan CO2 sehingga merangsang
muntah.
• Pada saat mencetak rahang bawah, pasien diinstruksikan untuk meletakkan ujung
lidah di palatum anterior pada saat sendok cetak di tekan kemudian lidah
diletakkan di atas sendok cetak.

 Prosedur Mencetak :
• Rahang Atas :
o Posisi operator berdiri di belakang pasien.
o Sendok cetak yang telah terisi adonan alginate dimasukkan ke mulut pasien dari
arah depan.
o Sendok cetak dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri membuka ujung
mulut sebelah kiri.
o Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut dengan tangan kanan dari sisi kanan
pasien kemudian dengan gerakan rotasi masukkan bagian kiri, posisikan
gagang sendok cetak segaris dengan garis tengah wajah pasien.
o Tekan sendok cetak bagian anterior dulu baru bagian posterior, tekan sampai
sendok cetak sejajar lantai.

103
o Lakukan trimming otot-otot pipi dan bibir. Tahan sendok cetak dengan tekanan
konstan sampai bahan cetak mengeras selama 2-3 menit.
o Lepaskan sendok cetak dengan arah sejajar sumbu gigi.

• Rahang Bawah :
o Posisi operator di depan kanan pasien.
o Sendok cetak yang telah terisi adonan alginate dimasukkan ke mulut pasien
dengan posisi terbalik dari arah depan.
o Sendok cetak dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri membuka ujung
mulut sebelah kanan.
o Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut dengan tangan kanan dari sisi kanan
pasien kemudian dengan gerakan rotasi masukkan bagian kiri, posisikan
gagang sendok cetak segaris dengan garis tengah wajah pasien.
o Setelah sendok cetak berada di dalam mulut, instruksikan pasien untuk
mengangkat ujung lidah ke langit-langit sebelum sendok cetak di tekan.
o Lakukan trimming otot-otot pipi dan bibir. Tahan sendok cetak dengan tekanan
konstan sampai bahan cetak mengeras selama 2-3 menit.
o Lepaskan sendok cetak dengan arah sejajar sumbu gigi.

 Memeriksa hasil cetakan, anatomi landmark harus tercetak dengan baik.


 Menunjukkan hasil cetakan pada instruktur.

C. Pengisian Rekam Medis


 Mengisi data umum pasien dengan menanyakan data pasien dengan lengkap,
anamnesis pasien dengan menanyakan keluhan utama, keadaan gigi geligi pada periode
sebelumnya, riwayat penyakit dn kebiasaan buruk yang berhubungan dengan maloklusi.
Data umum ini dapat ditanyakan langsung pada pasien maupun orang tua /
pendampingnya.
 Melakukan pemeriksaan intra oral dan ekstra oral pasien dan di catat dalam rekam
medis pasien.
 Membuat surat pengantar untuk pembuatan rontgen foto OPG dan Sefalometri.
 Membuat foto profil ekstra oral tampak depan, samping kanan dan kiri serta foto intra
oral tampak depan, samping kanan dan kiri pada saat pasien oklusi serta permukaan
oklusal RA dan RB.
 Analisis Arch Length Discrepancy dengan menggunakan model studi yang telah di buat.
 Analisis rontgen foto OPG dan Sefalometri .
 Menentukan diagnosa maloklusi berdasarkan seluruh data yang di peroleh.
 Menentukan rencana perawatan berdasarkan diagnosa maloklusi tersebut.
 Menggambar desain peranti ortodonti lepasan berdasarkan rencana perawatan
tersebut beserta keterangannya.
 Menggambar retainer yang akan digunakan pada saat perawatan telah selesai beserta
keterangannya.

D. Menentukan jadwal dengan dosen pembimbing untuk analisis / diskusi kasus.

E. Membuat surat rujukan untuk perawatan pendahuluan seperti scaling, penambalan,


pencabutan apabila diperlukan.

104
F. Pencetakan Model Kerja
Prosedur pencetakan model kerja sama dengan pencetakan model studi.

G. Pembuatan Peranti Ortodontik Lepasan

H. Insersi Peranti Orthodonti


 Mempersiapkan alat diagnostik, rekam medis dan model.
 Mempersiapkan pasien di dental unit.
 Menggunakan APD.
 Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Menunjukkan peranti lepasan yang siap diinsersikan kepada instruktur.
 Menginsersikan peranti RA dan RB di depan instruktur.
 Instruktur memeriksa ketepatan komponen pasif, aktif dan retentif di dalam mulut
pasien.
 Menjelaskan dan memberikan instruksi kepada pasien mengenai cara memasang,
melepas dan memelihara peranti yang telah di pakai serta waktu kontrol.

I. Aktivasi Piranti Orthodonti Lepasan


 Mempersiapkan alat diagnostik, rekam medis dan model.
 Mempersiapkan pasien di dental unit.
 Menggunakan APD.
 Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Menunjukkan pasien kepada instruktur sebelum peranti lepasan di aktivasi ( peranti
terpasang pada pasien ).
 Melakukan aktivasi di depan instruktur.
 Menginsersikan piranti yang telah di aktivasi di depan instruktur.
 Instruktur memeriksa ketepatan komponen pasif, aktif dan retentif peranti lepasan
yang telah di aktivasi di dalam mulut pasien.
 Menjelaskan dan memberikan instruksi kepada pasien mengenai cara memasang,
melepas dan memelihara peranti yang telah di aktivasi.

J. Pemasangan Retainer
 Mempersiapkan alat diagnostik, rekam medis dan model.
 Mempersiapkan pasien di dental unit.
 Menggunakan APD.
 Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Menunjukkan retainer sebelum diinsersi kepada instruktur.
 Menginsersikan retainer di depan instruktur.
 Instruktur memeriksa ketepatan komponen pasif dan retentif retainer di dalam mulut
pasien.
 Menjelaskan dan memberikan instruksi kepada pasien mengenai cara memasang,
melepas dan memelihara retainer serta periode waktu penggunaannya.

9. Pemeriksaan Penunjang
 Foto Rontgen Perapikal

105
 Foto Rontgen Panoramik
 Foto Rontgen Sefalometri

10. Peralatan dan bahan/obat


 Diagnostic set
 Alat dan bahan cetak
 Alat dan bahan analisis
 Alat dan bahan orto

11. Lama perawatan


1 – 2 tahun

12. Faktor penyulit


 Sikap kooperatif anak
 Sosial ekonomi.

13. Prognosis
 Baik
 Kontrol periodik

14. Keberhasilan perawatan


Maloklusi terkoreksi

15. Persetujuan tindakan


 Tidak tertulis

16. Faktor sosial yang perlu diperhatikan


Kepatuhan untuk menjalankan perawatan dan kepatuhan melakukan kunjungan rutin
berdasarkan keinginan sendiri dan kesadaran yang baik.

106
PROSTODONSIA KLINIK

A. DESKRIPSI MATA AJAR PRAKTIKUM


Materi praktikum klinik prostodonsia ini diberikan kepada mahasiswa yang melaksanakan kerja di
klinik dengan melakukan:
1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
2. Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
3. Gigi Tiruan Cekat (GTC)
4. Reparasi/relining/rebasing

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti praktikum klinik prostodonsia mahasiswa PSPDG FK Universitas Udayana mampu
melakukan semua jenis perawatan penggantian gigi pada pasien dengan baik dan benar.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti praktikum klinik prostodonsia mahasiswa PSPDG FK Universitas Udayana mampu
mengisi rekam medis dengan benar dan mengerjakan kasus-kasus: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
(GTSL), Gigi Tiruan Lengkap (GTL), Gigi Tiruan Cekat (GTC: Jembatan 3 unit) serta
reparasi/relining/rebasing.

D. MACAM PERAWATAN PROSTODONSIA


I. Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
II. Perawatan Gigi Tiruan Lengkap ( GTL)
III. Perawatan Gigi Tiruan Cekat (GTC: Jembatan 3 unit)
IV. Reparasi/relining/rebasing

107
E. REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Pembuatan informed consent 1
Pembuatan rekam medis 1
Mencetak anatomis dan pembuatan model 1
Desinfeksi Cetakan 1
Analisis model studi / diagnostik 1
Menggambar desain gigi tiruan 1
GTSL
Persiapan dalam mulut sampai after care 1
Pembuatan Individual Tray (demo video) 1
Border molding 1
I Cetak fungsional 1
Survey dan block out 1
Penetapan gigit 1
Pemasangan model kerja pada artikulator 1
Pasang coba model malam 1
Proses laboratorium ( demo video ) 1
Pasang coba GTSL akrilik 1
Insersi 1
Instruksi pasca insersi 1
Kontrol 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Pembuatan informed consent 1
Pembuatan rekam medis 1
Mencetak anatomis dan pembuatan model 1
Desinfeksi Cetakan 1
Analisis model studi / diagnostik 1
Menggambar desain gigi tiruan 1
GTL
Persiapan dalam mulut sampai after care 1
Pembuatan Individual Tray (demo video) 1
Border molding 1
II Cetak Fungsional 1
Penetapan Gigit 1
Pemasangan model kerja pada artikulator 1
Pasang coba model malam 1
Remounting I dan selective grinding I 1
Remount jig 1
Remounting II dan Selective grinding II 1
Insersi 1
Instruksi pasca insersi 1
Kontrol 1
Asistensi

108
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Pembuatan informed consent 1
Pembuatan rekam medis 1
Mencetak anatomis dan pembuatan model 1
Desinfeksi Cetakan 1
Analisis model studi / diagnostik 1
Menggambar desain gigi tiruan 1
GTJ
Persiapan dalam mulut sampai after care 1
Cetak model kerja 1
III Sementasi mahkota sementara 1
Pembuatan coping logam Gigi Tiruan Jembatan (demo video) 1
Pasang coba coping logam 1
Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) Porcelain Fused to Metal (PFM)
1
(demo video)
Pasang coba GTJ 1
Insersi 1
Instruksi pasca insersi 1
Kontrol 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Penanggulangan masalah pasca insersi Gigi Tiruan
a. Reparasi (demo video) 1
b. Relining/rebasing (demo video) 1
IV Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen

Lain-lain :

KRITERIA PASIEN PROSTODONSIA KLINIK

1. GTSL ( 1 pasien)
 Pasien kehilangan minimal 3 gigi dalam satu rahang ( untuk semua klas kennedy)
 Koas dapat mengerjakan 1 pasien berdua, jika kondisi yang tersebut pada nomor 1 terdapat
pada RA dan RB pasien yang sama.
 Semua pasien harus diindikasikan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan.

2. GTL ( 1 pasien)
 Pasien kehilangan gigi RA dan RB atau kondisi dimana sisa gigi akan dilakukan pencabutan
 Residula ridge tidak flat
 Koas dapat mengerjakan 1 pasien berdua asal dengan persetujuan pasien
 Semua pasien harus diindikasikan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan

109
3. GTJ ( 1 pasien)
 Indikasi kasus GTJ adalah kehilangan 1 gigi (untuk pembuatan 3 unit bridge), dengan gigi
abutment yang memenuhi persyaratan
 Mahasiswa dapat mengerjakan 1 pasien berdua jika terdapat 2 kasus berbeda, RA/RB asal
dengan persetujuan pasien
 Semua pasien harus diindikasikan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan

4. Reparasi/ relining/ rebasing ( 1 pasien)


 Apabila tidak mendapatkan pasien Reparasi/ relinig/ rebasing , koas dapat mengganti
dengan membuat laporan kasus/ membuat video dan mempresentasikan video tentang
kasus tersebut ( hubungi dosbing masing-masing)

KRITERIA DAN JUMLAH LAPORAN KASUS


1. Setiap koas wajib membuat dan mempresentasikan masing-masing 3 laporan kasus ( GTSL,GTL
dan GTJ)
2. Laporan kasus dilakukan apabila masing masing pasien prosto sudah melewati tahapan control
3. Format laporan kasus adalah sebagai berikut :

Abstrak/ abstract
I. Pendahuluan/Introduction
II . Laporan Kasus
 Anamnesis
 Pemeriksaan EO, IO plus foto profil pasien
 Diagnosa dan rencana perawatan
 Tahapan Kerja (plus foto tiap tahapan)
 Permasalahan yang dihadapi saat mengerjakan pasien
III. Pembahasan ( membahas solusi dari permasalahan tersebut)
IV. Simpulan

4. Presentasi laporan kasus minimal dihadiri 5 koas dan setiap koas wajib menghadiri minimal 3
presentasi laporan kasus dengan kasus berbeda dan ada form penilaian.
5. Waktu presentasi sampai dengan diskusi maksimal 1 (satu) jam / mahasiswa/ kasus.
6. Penguji adalah dosen yang bukan dosbing pada kasus tersebut
7. Revisi laporan kasus akan dilakukan setelah presentasi
8. Laporan kasus dikumpul dalam bentuk soft copy

ASSESSMENT

1. MINI C-EX : 1 x ( sekali)


Dapat menggunakan pasien GTSL, GTL maupun GTJ ( pasien baru maupun pada tahapan
kontrol )

110
2. DOPS : 3 kali ( GTSL, GTL dan GTJ )
 DOPS dapat dilakukan setelah koas melewati tahapan yang menjadi bahan DOPS (tidak
perlu menunggu tahapan pengerjaan pasien selesai)
 Setiap akan melakukan DOPS, mahasiswa harus melapor pada dosbing minimal sehari
sebelumnya
 DOPS GTSL adalah pencetakan anatomis ( dengan alginate)
 DOPS GTL adalah pembuatan border moulding ( individual tray jangan dibuang)
 DOPS GTJ adalah preparasi gigi abutment kedua

3. Ujian Profesi Prostodonsia


 CBT
 OSCE

111
PANDUAN KERJA KLINIK

I. PERAWATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

Definisi:
GTSL adalah Gigi Tiruan Sebagian Lepasan konvensional berbasis resin akrilik dengan retainer/klamer
kawat yang dikonstruksikan untuk menggantikan kehilangan gigi alami, minimal penggantian 3 gigi
dalam 1 rahang mengacu pada Klasifikasi Kennedy

A. Persiapan Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset, excavator )
b. Sendok cetak untuk rahang bergigi
c. Bowl dan spatula
d. Lampu spiritus
e. Pisau model, pisau malam dan pisau gips
f. Alas kerja
g. Glass plate
h. Mikromotor
i. Articulator
j. Surveyor
k. Bur dan stone, straight handpiece dan contra angle

2. Bahan :
a. Modelling wax
b. Green stick
c. Akrilik resin self curing
d. Spiritus
e. Bahan cetak hydrocolloid irreversible dan elastomer
f. Gigi artificial
g. Gips tipe I dan II
h. Kawat klamer diameter 0,8 mm

112
B. Tahapan Pekerjaan:

1. Indikasi pasien dengan dosen pembimbing pada departemen Prosthodonsia,


sesuai pembagian.

2. Pembuatan Rekam Medis dan Informed Consent


a. Anamnesis pasien. Ingat untuk mengambil foto profil wajah pasien, tampak depan dan
samping kanan.
b. Lakukan pemeriksaan Ekstra Oral (EO): wajah, mata, hidung, bibir, sendi TMJ, dan
kelenjar submandibular
c. Lakukan pemeriksaan Intra Oral (IO): status umum, jaringan keras (bentuk gigi, relasi
rahang, bentuk ridge, bentuk palatum, torus palatinus, tuber maksila, torus mandibula,
retromylohyoid); serta jaringan lunak (vestibulum, frenulum, lidah, saliva)
d. Lakukan pemeriksaan oklusi (static dan dinamik)
e. Lakukan pemeriksaan penunjang: x-ray foto panoramic atau sefalometri, bila
diperlukan
f. Menentukan diagnosis dan rencana perawatan pendahuluan yang dibutuhkan
g. Menggambar desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
h. Desain GT disesuaikan dengan kasus kehilangan gigi. Gambar dibuat pada rekam medis,
diberi keterangan: warna merah untuk plat GT, hijau untuk klamer, gigi yang
hilang/dicabut diarsir hitam

3. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi


a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Alat diagnostic yang disiapkan harus steril
c. Pasien didudukkan pada dental chair.
 RA: garis tragus alanasi (garis chamfer) sejajar lantai,
 RB: bidang oklusal pada gigi RB sejajar lantai
 Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak agar tidak mengalir ke distal
sehingga mengakibatkan pasien muntah.
d. Pemilihan sendok cetak.
 Sendok cetak dipilih sesuai dengan ukuran rahang pasien (RA dan RB) yaitu jarak
antara gigi dengan tepi sendok cetak ±4mm, ini bertujuan untuk memberi ketebalan
pada bahan cetak alginate (baik RA/RB).
 Pasien disuruh berkumur dan dicobakan dulu sendok cetak rahang atas dan rahang
bawah yang sesuai dengan ukuran rahang pasien.

113
Gambar: sendok cetak untuk rahang bergigi

e. Persiapan bahan cetak alginat


 Air sesuai aturan pabrik dimasukkan ke bowl
 Powder alginate sesuai aturan pabrik dituangkan ke bowl yang sudah berisi air
(ingat: “serbuk ke air”)
 Massa alginate dalam bowl diaduk dengan spatula dengan cara menekan pada
dinding bowl atau berbentuk angka 8, sampai homogen.
 Meletakkan alginate tersebut pada sendok cetak
 Masukkan sendok cetak serta adonan alginate ke dalam mulut pasien, atur posisi
sendok cetak dimana median sendok cetak sesuai dengan median rahang pasien.
f. Tunggu sampai bahan alginate setting
g. Melepas cetakan alginate dari RA pasien dengan gerakan sejajar (jangan terlalu banyak
mengungkit)
h. Hasil cetakan RA dicuci di bawah air mengalir
i. Ulangi tahap di atas untuk mencetak RB dan pada saat mencetak RB, perintahkan pasien
untuk menjulurkan lidah
j. Apabila hasil cetakan telah memenuhi criteria yang telah ditentukan, dibersihkan di
bawah air mengalir, kemudian dilakukan desinfeksi cetakan.
k. Lakukan pengisian hasil cetakan dengan gips tipe II
 Aduk gips tipe II dicampur dengan air, sesuai dengan aturan pabrik (ingat: “air ke
serbuk”).
 Lakukan pengisian hasil cetakan di atas vibrator dilanjutkan dengan pembuatan
basis model.
 Setelah gips mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, rapikan model
serta lakukan trimming pada basis model

4. Diskusi Rekam Medis dengan dosen pembimbing prosthodonsia, sesuai


pembagian.

5. Pembuatan individual tray (jika dibutuhkan) mengikuti prosedur pada GTL.


Dilanjutkan try in individual tray. (sesuai hasil diskusi rekam medis dengan
pembimbing)

114
6. Border moulding (jika dibutuhkan) mengikuti prosedur pada GTL (sesuai hasil
diskusi rekam medis dengan pembimbing)

7. Persiapan Dalam Mulut


a. Melakukan Perawatan Pendahuluan
Bila diperlukan dilakukan konsultasi ke departemen lain, misalnya konservasi, bedah
mulut, periodonsia, ortodonsia, dan penyakit mulut
b. Membuat rest seat atau rest occlusal
 Rest seat yang dibuat pada gigi anterior atau premolar, panjangnya setengah dari
jarak mesio distal gigi tersebut dengan kedalaman sesuai dengan diameter klamer
yang digunakan (0,8 mm)
 Rest yang dibuat pada gigi molar panjangnya sepertiga jarak mesiodistal gigi tersebut
dengan kedalaman sesuai dengan klamer yang digunakan (0,8 mm)

Gambar: rest occlusal

 Membuat lintas klamer


Dibuat pada interdental dengan kedalaman sesuai dengan diameter klamer yang
digunakan (0,8 mm)
 Membuat guiding plane
 Pengasahan oklusal/incisal

8. Pembuatan Individual Tray (sendok cetak perorangan)


Catatan:
 Dibutuhkan individual tray pada kasus GTSL tanpa Kunci Oklusi (KO) atau kasus free end.
 Pada kasus klas III dan klas IV Kennedy sadel pendek tidak memerlukan sendok cetak
cetak perorangan (individual tray)

Tahapan pembuatan individual tray:


a. Sendok cetak perorangan dibuat pada kasus klas I, II dan IV Kennedy sadel panjang,
menggunakan material autopolimerisasi konvensional (acrylic self cure)

115
b. Siapkan model anatomis (diagnostic), malam model (modelling wax) 1 lembar (dibagi
untuk RA dan RB, pisau model, pisau malam, bunsen burner, pemantik api dan bahan
separasi (CMS)
c. Perhatikan model anatomis. Apabila terdapat undercut yang cukup besar, lakukan
block out dengan modelling wax pada undercut tersebut
d. Pembuatan outline pada model anatomis dengan memperhatikan anatomical
landmark. Outline dibuat pada daerah bergigi dan daerah tidak bergigi. Outline
sendok cetak perorangan 2 mm di atas (underextended) garis outline yang telah
dibuat. Gambar stopper pada model anatomis berbentuk persegi panjang dengan
panjang 4 mm, lebar 2 mm (RA lebih ke labial/bukal, RB lebih ke lingual)
e. Modelling wax dilunakkan di atas api, kemudian diaplikasikan sesuai outline yang
telah digambar pada model anatomis
f. Lakukan pemotongan tepi modelling wax 2 mm di atas/lebih rendah (underextended)
dari outline sesuai dengan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, sebagai batas
tepi dari sendok cetak. Buat lubang dengan mengambil malam untuk pembuatan
tissue stopper.
g. Monomer dan polimer resin akrilik autopolimerisasi konvensional disiapkan.
h. Monomer dan polimer resin akrilik diaduk sampai kondisi dough stage kemudian
perlahan-lahan diletakkan pada permukaan modelling wax dengan bantuan spatula
semen dan bentuk sesuai dengan modelling wax, yang merupakan alas dari sendok
cetak perorangan.
i. Aduk sedikit resin akrilik autopolimerisasi hingga mencapai dough stage kemudian
buatlah pegangan sendok cetak dengan panjang 8 mm, lebar 8 mm dan tebal 3 mm.
j. Basahi region yang akan dilekatkan dengan cairan monomer kemudian lekatkan
adonan pada sendok cetak dan sesuaikan agar tidak mengganggu pergerakan bibir
pasien.
k. Setelah resin akrilik mengeras, lepaskan dari model anatomis kemudian sesuaikan dan
haluskan area yang permukaannya kasar yang sekiranya akan mengganggu
kenyamanan pasien. Poles hingga permukaannya halus. Sesuaikan sendok cetak
perorangan dengan kondisi dalam mulut pasien (lebih rendah 2 mm dari batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak)
l. Pembuatan border moulding untuk menentukan batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak dengan menggunakan greenstick compound. Potonglah spacer malam 2 mm
dari batas sendok cetak perorangan untuk tempat bahan border moulding (greenstick
compound). Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan pasien) dan
pasif (dilakukan operator) untuk mengaktifasi otot pengunyahan, otot pembuka dan
penutup mulut (muscle trimming).

116
Gambar: individual tray RA dan RB

9. Pembuatan Model Kerja


Persiapan pencetakan fungsional
a. Setelah border moulding, spacer malam pada sendok cetak perorangan dihilangkan.
Hati-hati, jangan sampai merusak hasil border moulding. Aduk bahan cetak elastomer
sesuai petunjuk pabrik dan cetakkan ke dalam mulut pasien dengan memperhatikan
posisi sendok cetak perorangan dan lakukan muscle trimming. Tunggu sampai bahan
cetak setting kemudian keluarkan dari mulut pasien.
b. Lakukan penuangan dengan gips tipe II pada hasil cetakan untuk mendapatkan model
kerja

Gambar: border moulding

10.Survey dan Block Out


a. Menyiapkan alat surveyor
b. Letakkan dan fiksasi model kerja pada survey table dari surveyor
c. Posisikan bidang oklusal model sejajar bidang horizontal surveyor (horizontal tilt)
d. Pasang analyzing rod pada lengan surveyor
e. Deteksi gigi yang akan digunakan sebagai penjangkar (ada/tidak ada undercut pada gigi
tersebut pada posisi ini)
f. Ganti posisi kemiringan model bila tidak terdapat undercut ke posisi lain seperti anterior
tilt, posterior tilt maupun lateral tilt (sampai ditemukan undercut)
g. Ganti analazing rod dengan carbon marker atau pensil H2
h. Bentuk ujung carbon marker meruncing pada satu sisi

117
i. Gerakkan carbon maker pada dinding atau bidang aksial yang akan disurvey dengan
menggunakan surveyor yang memegang carbon marker melingkari gigi yang disurvey
j. Beri tanda pada tepi atau dinding model kerja berupa garis atau guratan untuk
memudahkan pengambilan model pada survey table ketika melakukan block out
k. Setelah diperoleh garis survey yang menunjukkan undercut pada gigi penyangga,
selanjutnya daerah proksimal di bawah undercut di block out dengan gips tipe I
l. Model kerja yang telah di block out dikembalikan pada surveyor dengan panduan garis
atau guratan yang telah dibuat. Selanjutnya block out dirapikan menggunakan
chisel/cutting yang dipasang pada alat surveyor

Gambar: survey dan block out

11.Pembuatan Lempeng dan Galengan Gigit


Membuat lempeng dan galengan gigit dari modelling wax. Galengan gigit terletak di atas
residual ridge berbentuk trapezium dan tapal kuda. Tinggi galengan gigit setinggi gigi sebelah
dan lebar mengikuti lebar gigi sebelah

Gambar: Galangan gigit GTSL

Penetapan Gigit
Terdapat 3 macam cara penetapan gigit pada GTSL:
a. Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan
gigitan terfiksir minimal tiga titik oklusi (kontak) yang menjamin oklusi tersebut terfiksir,
tidak diperlukan penetapan gigit.
b. Penetapan gigit pada pasien yang mempunyai pedoman tinggi gigit tetapi gigitan tidak
terfiksir, tahapan penetapan gigitnya adalah :
 Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang, dengan menggunakan pisau
malam yang dipanaskan

118
 Masukkan lempeng dan galengan gigit pada mulut pasien, instruksikan pada
pasien untuk menggigit sampai gigi geligi asli yang ada pada RA dan RB kontak
oklusi.
 Lakukan hal yang sama pada rahang yang berlawanan
 Masukkan galengan gigit RA dan RB dan instruksikan pasien untuk menggigit
sampai kontak oklusi
 Tunggu sampai malam mengeras
 Buatlah garis median dan garis senyum bila perlu
 Instruksikan pasien membuka mulut dan lempeng dan galengan gigit dikeluarkan
dari mulut pasien
 Cuci lempeng dan galengan gigit tersebut dibawah air mengalir untuk
menghilangkan ludah pasien yang menempel pada galengan gigit
 Kembalikan lempeng dan galengan gigit pada model kerja
 Cek posisi oklusi galengan gigit pada model kerja dengan oklusi pada pasien
 Bila mana terjadi ketidaksamaan ulangi penetapan gigit lagi
 Fixir model dan galengan gigit atas bawah menggunakan stik (batang korek api)
yang ditempelkan pada model kerja RA dan RB dengan malam perekat
 Transfer garis median yang telah dibuat pada galengan gigit ke model kerja
c. Penetapan gigit pada pasien yang tidak mempunyai pedoman tinggi gigit, penetapan
gigitnya dilakukan dengan pedoman seperti melakukan penetapan gigit pada GTL

Gambar: penetapan gigit GTSL


Pemilihan Anasir Gigi
Setelah penetapan gigit selesai, lakukan pemilihan gigi dengan memperhatikan warna gigi,
ukuran dan bentuk gigi.

Gambar: anasir gigi akrilik

119
12. Pemasangan Model Kerja Pada Artikulator
a. Garis median model sebidang dengan garis median articulator
b. Bidang horizontal model sebidang dengan garis horizontal articulator
c. Horizontal pin terletak pada pertemuan bidang horizontal dengan garis median pasien
atau terletak pada titik kontak insisif pertama RB.

Gambar: articulator mounting GTSL

13. Pembuatan Klamer dan Penyusunan Gigi Artifisial


Pembuatan Klamer
Bagian-bagian klamer terdiri dari lengan retensi , bracing dan support
a. Lengan klamer bagian retensi:
 Terletak pada bagian bukal dan palatal/lingual gigi dibawah keliling terbesar dari
garis survey (undercut)
 Ujung lengan klamer tidak boleh menekan atau menyentuh gigi sebelah
 Tidak boleh menyentuh gingival
 Ujung lengan klamer dibulatkan
b. Bracing terletak di atas keliling terbesar garis survey
c. Support dapat berupa oklusal rest atau bagian klamer yang melalui interdental
 Panjang rest oklusal pada gigi anterior atau premolar adalah ½ jarak mesiodistal
gigi tersebut, sedangkan pada gigi molar 1/3 jarak mesio distal gigi molar.

Menyusun Gigi
a. Susun gigi diatas puncak ridge
b. Anasir gigi harus kontak dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan

Pasang Percobaan GTSL Malam


Yang perlu diperhatikan:
a. Estetik pasien
b. Oklusi sentrik
c. Artikulasi bila perlu

Kontur Akhir
a. Kontur gingiva sama dengan kontur gingiva gigi sebelah
b. Permukaan malam halus mengkilap

120
14. Proses Akrilik
Yang harus diperhatikan:
a. Basis akrilik tidak porus
b. Akrilik denture base yang digunakan standar atau high impact
c. Tidak ada udara yang terjebak pada bagian gigi tiruan yang menghadap mukosa

15. Pemulasan
Yang harus diperhatikan:
a. Tepi denture tidak boleh tajam
b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh ada bintil
c. Permukaan denture halus, mengkilap dan bersih dari sisa gips dan bahan pulas.

16. Insersi
Pasang Coba GTSL akrilik
a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan/dicuci
b. Masukkan dalam mulut pasien
c. Periksa:
 Oklusal rest pada tempatnya
 Lengan retentif klamer terletak di bawah undercut gigi penyangga dan menempel
pada dinding aksial permukaan gigi
d. Basis tidak overextended
e. Ada/tidaknya kontak prematur yang dicek dengan menggunakan kertas artikulasi

Selective Grinding Dalam Mulut


Dilakukan bila terdapat kontak prematur
Tahapan selective grinding:
a. Cek oklusi dengan gigi lawan menggunakan kertas artikulasi. Bila ada spot tebal,
berarti daerah tersebut prematur kontak
b. Lakukan grinding dengan stone pada daerah yang ada spot tebal dengan mengurangi
bidang miring dan memperdalam sulkus.
c. Lakukan oklusi ulang dengan kertas artikulasi sampai spot-nya sama tebal baik gigi asli
maupun anasir gigi tiruan. Lakukan dalam gerakan oklusi dan artikulasi.

Insersi GTSL
a. Pasien yang telah memakai GTSL yang lama, dilepas minimal 24 jam sebelum GTSL
yang baru
b. Masukkan GTSL RA dan RB pada mulut pasien kemudian periksa kesesuaian estetik,
profil pasien, retensi dan stabilitas GTSL
c. Posisi klamer pada gigi harus memberi retensi, tidak boleh menyentuh gingiva dan
ujung klamer tidak boleh tajam.
d. Periksa fungsi bicara pasien

17. Instruksi Pasca Insersi


a. Menginstruksikan pada pasien cara memakai dan membersihkan GTSL, tidak boleh
dipakai untuk mengunyah selama 24 jam

121
b. Pasien diajarkan untuk dapat memasang dan melepas GTSL sendiri
c. Instruksi aftercare pada pasien:
 GTSL tidak boleh dilepas kecuali waktu makan
 GTSL dilepas dan dibersihkan dengan sikat halus dan sabun mandi
 GTSL disimpan dalam wadah berisi air pada malam hari
d. Instruksikan pasien datang untuk kontrol pertama satu hari sesudah insersi

16. Kontrol I-II


Kontrol I
a. Tanyakan keluhan pasien
b. Periksa kondisi intra oral
c. Apabila ada keluhan lakukan perbaikan
d. Instrusikan GTSL sdh bisa dipergunakan untuk makan makanan yang lunak dan kontrol
kedua 3 hari setelah kontrol pertama

Kontrol II
a. Tanyakan keluhan pasien
b. Periksa kondisi intra oral
c. Apabila ada keluhan lakukan perbaikan
d. Instrusikan GTSL sudah boleh dipergunakan untuk makan

122
II. PERAWATAN GIGI TIRUAN LENGKAP (GTL)

Definisi:
Gigi Tiruan Lengkap (GTL) adalah GT Lepasan berbasis resin akrilik yang dikonstruksikan untuk
menggantikan kehilangan seluruh gigi pada satu atau kedua rahang dengan alveolar ridge normal
dan hubungan rahang kelas 1.

A. Persiapan Alat dan Bahan


Alat:
a. Alat diagnostic (kaca mulut, sonde, pinset, excavator )
b. Sendok cetak untuk mencetak rahang tak bergigi
c. Bowl dan spatula
d. Lampu spiritus
e. Pisau model, pisau malam dan pisau gips
f. Alas kerja (kain putih ukuran 20x30 cm)
g. Glass plate
h. Mikromotor
i. Articulator
j. Bur dan stone, straight handpiece dan contra angle
k. Kapi
l. Bite plate
m. Benang
n. Plaster/ isolasi
o. spidol

Bahan:
a. bahan cetak hydrocolloid/Alginat
b. Malam merah/ modelling wax
c. Green stick
d. Akrilik resin self cured
e. Spiritus
f. Bahan cetak elastomer
g. Gigi artifisial
h. Gips tipe I dan II

B. Tahapan Pekerjaan

1. Indikasi pasien dengan dosen pembimbing pada departemen Prosthodonsia,


sesuai pembagian

2. Pembuatan Rekam Medis dan Informed Consent


 Pasien didudukan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks
 Memasang alas dada pada pasien
 Menyiapkan instrument yang diperlukan
 Posisi pada dental chair yaitu tinggi mulut pasien setinggi siku operator

123
 Lakukan pemeriksaan Ekstra Oral (EO): profil wajah, bentuk wajah, mata,hidung,
telinga, dan bibir
 Lakukan pemeriksaan Intra Oral (IO): vestibulum, frenulum, relasi rahang, bentuk
ridge, bentuk palatum, torus maksila, tuber maksila, torus mandibula, retromylohyoid,
lidah, saliva
 Lakukan pemeriksaan penunjang seperti:
Foto panoramik, untuk melihat:
 Besarnya kehilangan jaringan tulang Melihat ada/tidaknya sisa akar dan gigi
impaksi
 Melihat keadaan kanalis mandibula
 Melakukan pemeriksaan kesehatan umum pasien, Bila diperlukan, konsultasi ke
departemen lain misalnya: Konservasi, Bedah Mulut, Periodonsia, atau Penyakit
Mulut

3. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi


a. Teknik Pencetakan Anatomis (Preliminary Impression)
Pencetakan anatomis dibuat dengan teknik yang bersifat mukostatis atau non pressure
impression. Bentuk dan ukuran sendok cetak yang digunakan adalah sendok cetak yang
disesuaikan dengan rahang pasien, dan tipe sendok cetak untuk rahang tidak bergigi.
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Alat diagnostic yang disiapkan harus steril
 Pasien didudukkan pada dental chair.
- RA: garis tragus alanasi (garis chamfer) sejajar lantai,
- RB: bidang oklusal pada gigi RB sejajar lantai
- Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak agar tidak mengalir
ke distal sehingga mengakibatkan pasien muntah.
 Pemilihan sendok cetak.
- Sendok cetak dipilih sesuai dengan ukuran rahang pasien (RA dan RB)
- Pasien disuruh berkumur dan dicobakan dulu sendok cetak rahang atas dan
rahang bawah yang sesuai dengan ukuran rahang pasien.

Gambar: sendok cetak edentulous


 Persiapan bahan cetak alginat
- Air sesuai aturan pabrik dimasukkan ke bowl

124
- Powder alginate sesuai aturan pabrik dituangkan ke bowl yang sudah berisi
air (ingat: “serbuk ke air”)
- Massa alginate dalam bowl diaduk dengan spatula dengan cara menekan
pada dinding bowl atau berbentuk angka 8, sampai homogen.
- Meletakkan alginate tersebut pada sendok cetak
 Masukkan sendok cetak serta adonan alginate ke dalam mulut pasien, atur
posisi sendok cetak dimana median sendok cetak sesuai dengan median rahang
pasien.
 Tunggu sampai bahan alginate setting
 Melepas cetakan alginate dari RA pasien dengan gerakan sejajar (jangan terlalu
banyak mengungkit)
 Hasil cetakan RA dicuci di bawah air mengalir, kemudian dilakukan desinfeksi
cetakan.
 Ulangi tahap di atas untuk mencetak RB dan pada saat mencetak RB,
perintahkan pasien untuk menjulurkan lidah
 Apabila hasil cetakan telah memenuhi criteria yang telah ditentukan,
dibersihkan di bawah air mengalir.
 Lakukan pengisian hasil cetakan dengan gips tipe II
- Aduk gips tipe II dicampur dengan air, sesuai dengan aturan pabrik (ingat:
“air ke serbuk”).
- Lakukan pengisian hasil cetakan di atas vibrator dilanjutkan dengan
pembuatan basis model.
- Setelah gips mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, rapikan
model serta lakukan trimming pada basis model

4. Analisis Model Studi/Diagnostik

5. Menggambar Desain Gigi Tiruan


Desain GT disesuaikan dengan kasus kehilangan gigi. Gambar dibuat pada rekam medis,
diberi keterangan: warna merah untuk plat GT, gigi yang hilang/edentulous diarsir hitam

6. Persiapan Dalam Mulut


Melakukan Perawatan Pendahuluan. Bila diperlukan dilakukan konsultasi ke departemen
lain, misalnya bedah mulut dan penyakit mulut

7. Pembuatan Individual Tray


a. Persiapkan model studi, modelling wax (malam model) 1 lembar (dibagi untuk RA dan
RB), pisau model, pisau malam, lampu spiritus, bahan separasi CMS.
b. Pembuatan outline pada model anatomis dengan memperhatikan anatomical
landmark. Outline dibuat pada daerah yang tidak bergigi. Outline sendok cetak
perorangan 2 mm di atas garis outline yang telah dibuat. Stopper pada model anatomis
berbentuk persegi panjang dengan lebar 4mm (RA ke labial/bukal, RB lebih ke lingual)
c. Perhatikan model studi, apabila terdapat undercut yang cukup besar, lakukan block
out dengan malam pada undercut tersebut terlebih dahulu. Pada area torus palatinus,
lakukan relief dengan menutup area tersebut menggunakan malam model.

125
d. Modelling wax dilunakkan diatas api kemudian aplikasikan dan bentuklah modelling
wax tersebut sesuai outline yang telah digambar pada model anatomis
e. Pemotongan tepi modelling wax 2mm diatas / lebih rendah (under extended) dari
outline sesuai dengan batas mukosa bergerak dan tak bergerak sebagai batas tepi dari
sendok cetak. Buat lubang dengan mengambil malam untuk pembuatan tissue stopper
f. Siapkan monomer dan polimer resin akrilik autopolimerisasi konvensional. Aduk
monomer dan polimer resin akriik, letakkan perlahan-lahan pada permukaan
modelling wax dengan bantuan spatula semen dan bentuk sesuai dengan modelling
wax yang merupakan alas dari sendok cetak perorangan
g. Resin akrilik autopolimerisasi diaduk hingga mencapai dough stage kemudian buatlah
pegangan sendok cetak dengan panjang 8mm, lebar 8mm dan tebal 3mm.
h. Basahi region yang akan dilekatkan dengan cairan monomer kemudian lekatkan
adonan pada sendok cetak dan sesuaikan agar tidak mengganggu pergerakan bibir
pasien.
i. Setelah resin akrilik mengeras, lepaskan dari model anatomis kemudian sesuaikan dan
haluskan area yang permukaannya kasar dan sekiranya akan mengganggu
kenyamanan pasien. Poles hingga permukaannya halus. Sesuaikan sendok cetak
perorangan dengan kondisi dalam mulut pasien (lebih rendah 2mm dari batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak).
j. Pembuatan border moulding untuk menentukan batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak dengan menggunakan greenstick compound. Potonglah spacer malam 2 mm
dari batas sendok cetak perorangan untuk tempat bahan border moulding (greenstick
compound). Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan pasien) dan
pasif (dilakukan operator) untuk mengaktifasi otot pengunyahan, otot pembuka dan
penutup mulut (muscle trimming).

8. Pembuatan Model Kerja


a. Individual tray dicobakan terhadap pasien
b. Spacer malam pada individual tray dihilangkan. Hati-hati, jangan sampai merusak hasil
border moulding. Aduk bahan cetak elastomer sesuai petunjuk pabrik dan cetakkan
ke dalam mulut pasien dengan memperhatikan posisi individual tray (garis median
individual tray harus sesuai dengan garis median wajah). Tunggu sampai bahan cetak
setting kemudian keluarkan dari mulut pasien
c. Lakukan penuangan hasil cetakan dengan gips keras tipe III untuk menghasilkan model
kerja. Buatlah garis median model dari frenulum labialis melewati papilla incisive ke
posterior sampai tengah-tengah fovea palatini, garis puncak ridge dari kaninus ke
tengah-tengah tuber untuk RA dan tengah-tengah retromolar pad untuk RB. Buat 3
cekungan pada dasar model kerja.

126
Gambar: cetakan fungsional RA dan RB

9. Pembuatan Lempeng dan Galengan Gigit


Membuat lempeng dan galengan gigit dari malam merah. Galengan gigit terletak di atas
residual ridge berbentuk trapesium dan tapal kuda. Batas posterior galengan gigit RA
sampai distal molar pertama, RB sampai retromolar pad.

Gambar: Galengan gigit RA dan RB

Penetapan Gigit
a. Melakukan penyesuaian estetik dan profil pasien untuk galengan gigit RA
b. Membuat garis tragus-alanasi (garis chamfer) sejajar lantai.
c. Melakukan kesejajaran bidang oklusal galangan gigit RA sejajar dengan garis chamfer
d. Galengan gigit RA anterior sejajar dengan garis imajiner interpupil.
e. Mengukur dimensi vertikal pada posisi istirahat (pasien disuruh menutup mulut).
Membuat titik pada ujung hidung (nasion) dan titik gnation. Untuk mendapatkan rest
position, pasien diinstruksikan untuk relax dan dilakukan pengukuran jarak titik nasion
dan gnation dengan menggunakan jangka sorong. Dapat ditambah dengan metode
phonetic dengan mengucapkan huruf m.
f. Tinggi galengan gigit RA disesuaikan dengan panjang bibir (bibir panjang galangan gigit
RA tidak tampak, bibir normal galangan gigit RA tampak ± 2mm dari garis bibir, bibir
pendek galangan gigit tampak ± 4 mm).
g. Galengan gigit RA dan RB dimasukkan dalam mulut dan melakukan check bite (kontak
seimbang)
h. Pengukuran tinggi gigit = tinggi rest posisi – free way space = 2-4 mm (metode
Niswonger)
i. Menentukan relasi horizontal dengan metode membuat: (i) nukleus walkhoff pada
bagian posterior basis galengan gigit RA, (ii) dorsal fleksi, yaitu kedudukan kepala
menengadah ke belakang, (iii) membuka tutup mulut pasien sampai lelah, kemudian
mendorong mandibula pada posisi paling posterior. Untuk mendapatkan letak gigit

127
pasien diinstruksikan untuk membuka mulut kemudian lidah menyentuh nucleus
sambil menutup mulut perlahan-lahan, dan operator membantu mendorong
mandibula pasien untuk mecapai posisi paling posterior/dorsal fleksi. Hal ini dilakukan
berulang kali sampai posisi yang dicapai tidak berubah.
j. Buat garis median pasien, garis kaninus dan garis senyum pasien.
k. Fiksasi galengan gigit RA dan RB dengan menggunakan utility wax
l. Pemasangan model dalam artikulator

10. Penyusunan Gigi Artifisial


Cara Penyusunan Gigi
a. Penyusunan gigi anterior RA: dengan memperhatikan gigi incisivus sentral terletak
pada midline, angulasi permukaan labial tegak lurus dengan oklusal dan penempatan
kontur labial yang benar. Gigi caninus ditempatkan lebih menonjol dari gigi lainnya.
b. Penyusunan gigi anterior RB, axis gigi incisivus pertama hampir vertikal dan incisivus
kedua agak miring ke distal, sedangkan gigi caninus lebih miring lagi ke distal.
c. Penyusunan gigi anterior (perhatikan overbite dan overjet). Penyusunan gigi posterior
RB di atas puncak ridge (neutral zone) mengikuti curve of spee dan curve on Monson.

Gambar: pemasangan pada artikulator dan penyusunan gigi

Pasang Coba Gigi Tiruan Malam


Pasang coba gigi tiruan bentuk malam, perhatikan: kontak oklusi dan profil.

128
Gambar: full denture wax try in

11. Proses Akrilik

12. Remounting I dan Selective Grinding I


Selective Grinding I
a. Gigi tiruan kasar dalam artikulator, dilakukan Selective Grinding I untuk
menghilangkan peninggian gigit karena proses akrilik.
b. Pin vertikal harus menyentuh incisal table. Bila belum menyentuh incisal table,
dilakukan Selective Grinding tahap I memakai articulating paper dengan
memperdalam sulcus, mengurangi inclineplane/sisi miring sampai pin vertical
menyentuh incisal table.

13. Remount Jig


Melakukan remount jig, melepas model RB dari artikulator, kemudian aduk gips lunak tipe
II, letakkan pada artikulator RB, katupkan RA artikulator hingga bidang oklusal dan incisal
anasir gigi RA masuk ke dalam gips lunak sedalam 1-2 mm.

14. Pemulasan Gigi Tiruan


Dilakukan pemulasan dengan cara menghapuskan seluruh bagian permukaan GT, kecuali
bagian permukaan GTL yang menghadap mukosa, dilanjutkan dengan percobaan GTL pada
pasien.

Intermaxillary Record Pada Pasien


Pasang GTL pada pasien, periksa retensi, stabilisasi, oklusi dan estetik. Siapkan bahan
polyvinyl siloxcine (putty) dan letakkan pada permukaan oklusal gigi-gigi posterior,
kemudian pasien diinstruksikan menutup mulut perlahan sesuai dengan relasi horizontal
yang sudah didapatkan, relasi anterior dibuat terbuka setinggi bahan record. Setelah
record, GTL beserta hasil intermaxillary record dikembalikan pada articulator dengan
menurunkan pin vertikal setinggi bahan record (± 2mm).

15. Remounting II dan Selective Grinding II


Selective Grinding II
Lakukan selective grinding II dengan melakukan koreksi artikulasi pada sisi kerja/working
side menurut hukum BULL (Buccal Upper Lingual Lower), kemudian cek sisi balancing side
(sisi keseimbangan), bila ada blocking dilakukan selective grinding dengan cara anti BULL

129
(Buccal Upper Lingual Lower). Selective grinding II dikatakan selesai apabila didapatkan
bilateral balance occlusion.

16. Insersi
a. Pasien yang telah memakai GTL yang lama dilepas minimal 24 jam sebelum insersi.
b. Masukkan GTL RA dan RB pada mulut pasien. Kemudian periksa kesesuaian estetik,
profil pasien, retensi dan stabilitas GTL
c. Periksa fungsi bicara pasien (S, M, V, R)
d. Menginstruksikan pada pasien cara memakai dan membersihkan GTL, tidak boleh
dipakai untuk mengunyah dan GTL dipakai 24 jam
e. Menginstruksikan ke pasien untuk kontrol gigi tiruan 24 jam pertama pemakaian, 3
hari, 1 minggu.

17. Kontrol I-III


Kontrol I
Ditanyakan keluhan pasien, periksa kondisi intra oral, periksa keadaaan jaringan lunak
pasien apakah ada daerah kemerahan atau luka. Lakukan medikamentosa (obat
kumur/salep) pada daerah yang mengalami keradangan/luka. Lakukan perbaikan pada
daerah GTL yang menyebabkan keradangan/luka. Instruksikan GTL sudah boleh
digunakan untuk makan makanan lunak.
Kontrol II
Tanyakan keluhan pasien, periksa kondisi intra oral. Instruksikan GTL sudah boleh untuk
makan. Kalau malam GTL dilepas supaya jaringan mulut istirahat, kemudian GTL
direndam dalam mangkuk berisi air.
Kontrol III
Lakukan prosedur pemeriksaan pada kontrol 1 dan 2, dan buatlah perbaikan apabila
diperlukan. Kontrol setiap 6 bulan sekali.

130
III. PERAWATAN GIGI TIRUAN CEKAT (GTC)

Definisi:
GTC adalah Gigi Tiruan yang menggantikan kehilangan 1 gigi yang dipasang secara permanen pada
2 gigi penyangga (vital atau non vital yang sudah dirawat PSA) di kedua sisinya dengan bahan PFM.

A. Persiapan alat dan bahan


Alat:
a. Alat diagnostik
b. Set sendok cetak untuk mencetak rahang bergigi
c. Sendok cetak sebagian
d. Mangkok karet, spatula
e. Pisau malam dan pisau gips model
f. Alas kerja, penutup dada pasien
g. Glass plate
h. Mikromotor
i. Artikulator
j. Bur dan stone, straight handpiece dan contra angle
k. Mata bur high speed: round, flat end tappered, thin tappered, small wheel, flame, rubber
poles untuk porcelain
l. Masker dan sarung tangan karet
m. Tempat kapas gulung
n. Korek api
o. Lampu bakar spiritus
p. Dappen glass

Bahan:
a. Malam merah
b. Sticky wax
c. Akrilik resin self curing (warna putih)
d. Spiritus
e. Bahan cetak hidrocolloid irreversible dan elastomer
f. Gips tipe II, III, IV
g. Articulating paper
h. Dental floss
i. Kasa steril, kapas
j. Benang retraksi
k. Anestesi lokal (pehacain)
l. Povidon iodine
m. Disposable syringe
n. Alkohol
o. Bahan semen non-eugenol untuk penyemenan sementara
p. Bahan semen untuk penyemenan tetap

131
B. Tahapan Kerja
a. Pembuatan Rekam Medis dan Informed Consent
a. Pasien didudukan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks
b. Memasang alas dada pada pasien
c. Menyiapkan instrument yang diperlukan
d. Posisi pada dental chair yaitu tinggi mulut pasien setinggi siku operator
e. Lakukan pemeriksaan Ekstra Oral (EO): profil wajah, bentuk wajah, sendi TMJ,
mata,hidung, telinga, dan bibir
f. Lakukan pemeriksaan Intra Oral (IO): vestibulum, frenulum, relasi rahang, bentuk ridge,
bentuk palatum, torus maksila, tuber maksila, torus mandibula, retromylohyoid, lidah,
saliva
g. Lakukan pemeriksaan penunjang seperti:
 Pemeriksaan darah lengkap
 Foto panoramik, untuk melihat:
a) Besarnya kehilangan jaringan tulang
b) Melihat ada/tidaknya sisa akar dan gigi impaksi
c) Melihat keadaan kanalis mandibula
 Foto sefalometri jika diperlukan
h. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum pasien
Bila diperlukan, konsultasi ke departemen lain misalnya: Konservasi, Bedah Mulut,
Periodonsia, atau Penyakit Mulut
i. Melakukan pemeriksaan tambahan:
 Melakukan pemeriksaan kesehatan umum yang berkaitan dengan kemungkinan
kelainan kesehatan umum yang menyertainya sehingga bila diperlukan pemeriksaan
darah dan konsultasi di bidang lain
 Melakukan pemeriksaan dalam rongga mulut sebagai suatu ekosistem dan
manifestasi penyakit sistemik
 Melakukan pemeriksaan dan mencatat keadaan oklusi sebelum perawatan (ICP, CR,
VDO dll)

b. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi


a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak bergigi)
c. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi tegak
d. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok cetak RA dan RB sesuai dengan
ukuran rahang pasien
e. Aduklah bahan cetak alginat dicampur dengan air sesuai dengan takaran aturan pabrik
kemudian letakkan di sendok cetak RA
f. Posisikan bidang camfer pasien (tragus ala nasi) sejajar lantai untuk mencetak RA
g. Masukkan sendok cetak yang sudah berisi bahan cetak alginat ke mulut pasien dengan
posisi yang benar
h. Tunggu sampai bahan cetak alginat setting
i. Lepaskan cetakan alginat RA dari rahang pasien dengan gerakan sejajar (jangan terlalu
banyak gerakan mengungkit)
j. Cucilah hasil cetakan RA di bawah air mengalir kemudian lakukan desinfeksi cetakan.

132
k. Periksalah hasil cetakan RA apabila ada anatomi RA yang tidak tercetak dengan baik atau
ada udara yang terperangkap, ulangilah prosedur di atas.
l. Ulangi tahap di atas untuk mencetak RB, dan pada tahap pencetakan RB, perintahkan
pasien untuk menjulurkan lidah
m. Apabila hasil cetakan telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, maka dilakukan
pengisian dengan gips tipe II
n. Aduklah gips tipe II dicampur dengan air, kemudian lakukan pengisian hasil cetakan
dengan menggunakan vibrator dilanjutkan dengan pembuatan basis model.
o. Setelah gips mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, rapikan model serta
lakukan trimming pada basis model.
p. Pencetakan anatomis dibuat dengan menggunakan teknik yang bersifat mukostatis atau
non pressure impression. Bentuk dan ukuran sendok cetak yang digunakan adalah sendok
cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.

c. Analisis Model Studi/Diagnostik

d. Menggambar Desain Gigi Tiruan

e. Persiapan Dalam Mulut


Bila diperlukan dilakukan konsultasi ke departemen lain, misalnya konservasi, bedah mulut,
periodonsia, ortodonsia, dan penyakit mulut

f. Preparasi gigi penyangga Gigi Tiruan Cekat (GTC: Jembatan)


Tujuan: mendapatkan gigi penyangga GTC yang telah diasah untuk pembuatan restorasi GTC.
Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi restorasi
Gigi Tiruan Jembatan (GTC) yang akan dipasang.

a. Pengasahan Gigi Penyangga


Siapkan alat-alat untuk melakukan pengasahan gigi penyangga.
 Preparasi atau pengasahan gigi tetangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi
restorasi GTC tetap yang akan dipasang
 Awali pengasahan dengan membuat keratan pada daerah yang akan diasah sebagai
panduan ketebalan pengasahan, pergunakan mata bur yang sesuai untuk daerah
yang akan diasah.
 Membuat keratan sedalam 1 mm sepanjang central groove sampai mesial dan distal
marginal ridge
 Membuat 3 keratan sedalam 1 mm pada functional cusp untuk membuat bevel pada
daerah kontak dengan gigi lawan

133
Gambar: macam-macam bur preparasi

b. Pengasahan Bidang Oklusal


 Tahap pertama:
Pengasahan dilakukan pada setengah bagian oklusal dan functional cusp lebih dulu,
sedangkan setengah bagian yang belum diasah digunakan sebagai kontrol.

 Tahap kedua:
Setelah preparasi setengah bagian telah akurat, dilanjutkan dengan pengasahan
bidang oklusal sampai selesai.

Gambar: pengasahan gigi pada setengah bagian oklusal dan functional cusp

Gambar: mata bur yang digunakan untuk pengasahan bidang oklusal

 Pengasahan Bidang Bukal


Pengasahan bidang bukal dilakukan setelah bidang oklusal selesai.
 Membuat 3 keratan masing-masing sedalam 1 mm dengan mata bur round end
tappered diamond (regular grid) pada bagian tengah dinding bukal serta masing-
masing pada mesial dan distal transitional line angle. Arah masing-masing
keratan harus sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu panjang gigi)

134
 Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke dalam gigi tidak boleh
lebih dari setengahnya (diameter mata bur) dan ujung mata bur harus terletak 1
mm di atas batas tepi preparasi
 Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan periodontal probe/sonde lurus
 Sisa enamel di antara dua keratan diasah memakai 50° fissure diamond bur/round
end tappered diamond bur (reguler grid) sampai rata dengan dasar keratan yang
telah dibuat. Pengasahan dilakukan pada setengah bagian permukaan bukal lebih
dulu, sedangkan setengahnya yang belum diasah dipakai sebagai kontrol
kedalaman pengasahan.
 Penyelesaian pengasahan dinding bukal sampai batas mesial dan distal
transitional line angle. Penyelesaian batas tepi servikal menggunakan 50° end
fissure/tappered kemudian dilanjutkan dengan round end tappered diamond bur
sampai sebatas tepi gingiva (equi-gingiva).

Gambar: pengasahan gigi pada setengah dinding bukal

 Pengasahan Bidang Lingual


 Buat 3 keratan sedalam 1 mm dengan mata bur round end tappered diamond
atau 50° end fissure/tappered (regular grid) pada bagian tengah dinding lingual
serta masing-masing pada mesial dan distal transitional line angle. Arah keratan
harus sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu panjang gigi)
 Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke dalam gigi tidak boleh
lebih dari setengah diameter ujung round end tapered diamond atau 50° end
fissure/tappered dan ujung mata bur harus terletak 0,5 mm dari batas tepi
restorasi.
 Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan periodontal probe
 Sisa enamel di antara dua keratan diasah sampai rata dengan dasar keratan yang
telah dibuat dengan round end fissure diamond bur/round end tappered diamond
bur (regular grid). Pengasahan dilakukan pada setengah bagian permukaan
lingual lebih dulu, sedangkan setengahnya yang belum diasah dipakai sebagai
kontrol kedalaman pengasahan.
 Penyelesaian pengasahan dinding lingual sampai batas mesial dan distal
transitional line angle dengan 50° end fissure diamond bur/round end tapered
diamond bur dan daerah tepi preparasi dilanjutkan seperti tepi gingiva.

135
Gambar: pengasahan bidang lingual

 Pengasahan Bidang Proksimal


Daerah proksimal diasah dengan mempergunakan mata bur thin tapered
 Mengasah bidang proksimal dari kedua sisi yaitu sisi bukal dan lingual dengan
mata bur 50° end fissure
 Diamond bur/round end tapered mulai dari mesial atau distal transitional line
angle sampai batas bidang kontak dengan gigi tetangga (membentuk bentukan
sisa enamel)
 Bentukan sisa enamel pada bidang kontak diasah dengan short thin tapered
diamond bur (regular grid)
 Setelah bidang kontak dengan gigi tetangganya bebas, dilanjutkan pengasahan
jaringan gigi dengan 50° end fissure/tapered dan dilanjutkan dengan round end
tapered diamond bur.

Gambar: pengasahan bidang proksimal dan mata bur yang digunakan

 Kesejajaran Aksial dan Pembuatan Bahu Liku (Chamfer)


 Sejajarkan bidang-bidang aksial kedua gigi yang telah diasah dan evaluasi
kesejajaran tersebut secara visual, atau dengan alat periodontal probe sonde
lurus
 Membuat bentuk akhiran tepi preparasi pada bagian servikal dengan round end
tapered diamond bur.

 Merapikan dan Menghaluskan Gigi Penyangga


Merapikan dan menghaluskan gigi penyangga yang telah selesai diasah dengan round
end tepared diamond bur (fine grid) pada setiap pertemuan dua bidang gigi.

136
Gambar: hasil akhir pengasahan gigi setelah dirapikan dan
dihaluskan, tampak bentukan bevel pada daerah functional
cusp dan bentuk akhiran bahu liku pada daerah servikal

Selama proses pengasahan perhatikan proses pendinginan dengan semburan air pada
alat asah high speed berfungsi dengan sempurna. Apabila pasien mengeluh tidak
tahan rasa ngilu, perhitungkan untuk melakukan anestesi. Berikan jeda pengasahan
dengan meminta pasien untuk kumur-kumur agar tidak lelah

g. Pencetakan Gigi Penyangga


Mendapatkan cetakan gigi penyangga yang telah diasah untuk membuat model kerja. Tahap
tindakan:
a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Pasien memakai penutup dada
c. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak
perorangan/individual tray yang telah dipersiapkan)
d. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi tegak.
e. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok cetak.
f. Aduklah bahan cetak elastomer dengan takaran sesuai aturan pabrik kemudian letakkan
di sendok cetak
g. Posisikan bidang camfer pasien (tragus ala nasi) sejajar lantai untuk mencetak RA
h. Masukkan sendok cetak yang sudah berisi bahan cetak elastomer ke mulut pasien,
cetakkan ke rahang pasien dengan posisi yang benar, berikan tekanan dengan sedikit
digetar untuk memberikan bahan elastomer mengalir
i. Tunggu sampai bahan cetak elastomer mengeras sempurna
j. Lepaskan cetakan elastomer dari rahang pasien dengan sekali hentakan gerakan sejajar
(jangan terlalu banyak gerakan mengungkit)
k. Mencuci atau sterilkan hasil cetakan elastomer dengan prosedur sterilisasi cetakan sesuai
sifat bahan yang dipakai.
l. Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi penyangga (yang telah diasah).
Kriteria hasil cetakan:
 Semua area anatomi tercetak
 Tidak ada rongga udara yang terperangkap

137
 Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi yang
telah diasah secara detail
m. Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria lanjutkan ke pengisian, bila hasil
cetakan elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan pencetakan ulang.

 Catatan Gigit
Membuat catatan gigit sebagai panduan relasi model RA dan RB dalam proses
pemasangan model kerja dalam artikulator.
Catatan gigit adalah:
 Rekaman relasi posisi model RA dan RB dalam bentuk catatan berupa garis-garis
yang dibuat pada model kerja sesuai dengan kondisi posisi relasi rahang pasien.
 Rekaman relasi posisi model RA dan RB dalam bentuk catatan berupa cetakan
sebagian RA dan RB dari bahan elastomer atau lempeng malam (modelling wax)
Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi rahang pasien pada model
kerja.

Tahap Tindakan
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Lakukan sterilisasi alat
 Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset)
 Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi tegak
 Mintalah pasien untuk berkumur.
 Pandu pasien untuk menutup mulut mengatupkan RA dan RB pada posisi oklusi
sentrik dengan benar, bila perlu ulang proses tersebut sampai pasien benar-benar
bisa memposisikan rahangnya dengan tepat.
 Persiapkan lempeng malam (modelling wax) atau bahan catatan gigit elastomer:
 Lempeng malam (modelling wax) disusun dua lapis dan dilunakkan di atas api spiritus
tetapi jangan sampai mencair, ATAU
 Aduk/campur bahan catatan gigit elastomer putty yang sesuai dengan petunjuk
pabrik.
 Letakkan bahan catatan gigit yang telah dipersiapkan tadi pada posisi yang benar di
antara rahang pasien, kemudian pandu pasien untuk menutup mulut atau menggigit
pada posisi oklusi sentrik dengan benar.
 Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna
 Lepaskan catatan gigit rahang atas dari rahang pasien dari mulut pasien
 Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan bantuan catatan gigit yang
telah dibuat dan periksa apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang pasien.

h. Pembuatan Gigi Tiruan Cekat Sementara (GTCS)


Tujuan: untuk melindungi gigi yang telah selesai dipreparasi.
Ada dua cara pembuatan GTCS:
a. Secara langsung/direct (dalam mulut pasien); dan secara tidak langsung/indirect (pada
model) (dibuat oleh lab. dental)
b. Secara langsung, tahap tindakan:

138
 Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak sebagian)
 Siapkan bahan untuk membuat GTCS, misalnya Tempron, Protemp
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Pasien memakai penutup dada
 Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi yang tepat
 Sebelum gigi pasien di preparasi, pada daerah yang akan dibuat GTC dicetak dengan
sendok cetak sebagian dengan bahan cetak alginat atau putty.
 Kemudian gigi pasien dipreparasi untuk GTC
 Buat adonan bahan untuk GTC, misalnya Tempron dengan perbandingan bubuk akrilik
self curing dan liquid monomer 1:1
 Aduk campuran tersebut, kemudian masukkan ke dalam cetakan gigi pasien yang
terbuat dari putty/alginat
 Kemudian cetakkan/masukkan ke dalam mulut ke bagian/daerah yang telah dipreparasi
untuk GTC yang sebelumnya gigi-gigi yang telah dipreparasi tersebut diulasi dengan
vaselin steril untuk melindungi dari suhu panas dari bahan GTCS yang berpolimerisasi.
 Setelah agak mengeras, keluarkan dari mulut pasien, rapikan dengan gunting,
masukkan kembali dalam mulut pasien, tunggu sampai setting, kemudian dilepas dari
dalam multu pasien.
 Rapikan dan pulas GTCS tersebut
 Masukkan dalam mulut untuk diperiksa oklusi dan artikulasi serta ketepatan di daerah
marginal. Bila telah sesuai, GTCS dilepas dari dalam mulut.
 Siapkan semen sementara, misalnya Freegenol
 Keringkan gigi-gigi yang telah dipreparasi, isolasi dari saliva.
 Aduk semen sementara sesuai aturan pabrik, kemudian adonan semen tersebut taruh
pada GTCS, pasang pada gigi yang telah dipreparasi, tunggu sampai semen mengeras,
bersihkan sisa-sisa semen yang masih melekat pada gigi.

Pembuatan Model Kerja


 Siapkan model kerja dan model studi antagonisnya
 Siapkan hasil catatan gigit pasien
 Fiksasi catatan gigi pasien pada model kerja
 Siapkan boring pengiriman ke laboratorium
 Isi form instruksi lab pengiriman model kerja yang meliputi:
- Bahan GTC yang akan digunakan
- Desain GTC yaitu macam pontik, macam retainer, macam GTC
- Kapan GTC tersebut selesai
 Setelah selesai semua, model siap dikirim ke laboratorium.
Coba Coping GTC
Tujuan: untuk melihat apakah coping tepat letaknya pada gigi penyangga.
Tahapan pekerjaan:
a. Coping pada model artikulator dilihat:
 Ketepatan marginal
 Oklusi dan artikulasi
 Posisi dengan gigi sebelahnya

139
b. Bila pada artikulator posisinya sesuai, maka dicek pada pasien
c. Coping diambil dari model di artikulator dan dipasang pada mulut pasien pada daerah
gigi penyangga.
d. Cek:
 Artikulasi dan oklusinya
 Ketepatan tepi marginal apakah daerah marginal terbuka atau “overhanging”
 Posisinya apakah tepat (fit, tidak longgar)
e. Bila semua sudah sesuai dengan desain GTC, maka coping dikirim kembali ke laboratorium
yang membuat coping untuk diselesaikan GTC-nya.

Pemasangan GTC dengan Semen Sementara (Penyemenan Sementara)


Tujuan: untuk mengadakan evaluasi biologis GTC. Pada tahap ini yang harus diperiksa adalah:
a. Ketepatan marginal
b. Oklusi dan artikulasi
c. Ketepatan kedudukannya (fit)
d. Warna gigi

Tahapan Pekerjaan:
a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Pasien memakai penutup dada
c. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, excavator,
plastic filling))
d. GTCS pada pasien dilepas dengan crown retractor
e. Kemudian gigi penyangga dibersihkan
f. GTC dipasang pada gigi penyangga kemudian dicek ketepatan marginal, oklusi dan
artikulasi, ketepatan kedudukannya (fit), warna gigi
g. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating paper
h. Untuk ketepatan marginal dicek dengan menggunakan sonde di sekitar tepi preparasi gigi,
apakah ada step, atau akhiran preparasi terbuka
i. Bila ada traumatik oklusi dikurangi
j. Setelah semua telah memenuhi syarat maka dilakukan penyemenan sementara dengan
menggunakan freegenol
k. Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan dengan cotton roll/kapas
l. Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTC pasang pada gigi penyangga
m. Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen sementara dibersihkan, cek oklusi dan
artikulasi lagi.

Pembuatan GTC-PFM

Insersi
Pemasangan GTC dengan Semen Tetap (Penyemenan Tetap)
Setelah 7-10 hari pemasangan GTC dengan semen sementara, maka tahap selanjutnya adalah
pemasangan GTC dengan semen tetap.
Tahap pekerjaan:

140
 Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, plastic
filling, excavator, crown retraction)
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Pasien memakai penutup dada
 Siapkan semen tetap misalnya dari bahan glass ionomer, kertas/pad untuk tempat
pengaduk semen tetap
 GTC pada pasien dilepas dari mulut pasien dengan crown retractor
 Bila tidak ada radang, kegoyangan gigi, rasa sakit pada daerah yang akan dipasang GTC
maka GTC dapat dipasang dengan semen tetap.
 Gigi penyangga dibersihkan dari sisa-sisa semen sementara dan dikeringkan serta
kemudian diisolasi dari saliva
 Aduk semen tetap (glass ionomer semen) dengan perbandingan bubuk dan liquid sesuai
petunjuk pabrik pembuatnya
 Letakkan adonan tersebut pada GTC yang telah dibersihkan secara tipis dan merata.
 Taruh/pasang GTC tersebut pada gigi penyangga, tekan pada posisinya, pasien disuruh
oklusi sentries dengan diberi cotton roll di antara GTC dan gigi antagonisnya, tunggu
sampai semen tetap setting
 Kelebihan semen tetap dibersihkan dan cek ulang oklusi dan artikulasi.

Kontrol I-II
Kontrol I
Setelah 1 minggu dari penyemenan tetap. Tahapan pekerjaan:
a. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper
b. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit
c. Apakah ada sisa makanan/debris di sekitar GTC, ada keradangan, ada traumatik oklusi di
cek dengan articulating paper.

Kontrol II
Setelah 1 minggu dari Kontrol I. Tahapan pekerjaan:
a. Cek artikulasi dan okl
b. Cek oklusi dengan articulating paper
c. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit
d. Apakah ada sisa makanan/debris di sekitar GTC, ada keradangan, ada traumatik oklusi di
cek dengan articulating paper.

IV. REPARASI/RELINING/REBASING
Pada GTSL dan GTL apabila terjatuh bisa mengalami fraktur/patah sehingga perlu disambung
kembali.
Tahapan pekerjaan
1. Reposisi dengan malam perekat
2. Pengecekan hasil reposisi pada daerah fraktur dengan sonde
3. Fiksasi dengan batang korek api/tusuk gigi
4. Pembuatan basis dengan gips keras tipe I sebagai model kerja

141
5. Gigi tiruan lepasan dilepas dari model kerja kemudian dilakukan pengasahan daerah fraktur
dengan membentuk sudut ± 30-45°
6. Model kerja pada daerah fraktur diulas dengan Cold Mould Seal (CMS) tunggu sampai kering
7. Gigi tiruan lepasan dikembalikan pada model kerja
8. Gigi tiruan lepasan difiksasi dengan malam perekat
9. Buat adonan self curing akrilik diletakkan pada daerah preparasi, kemudian dihaluskan
10. Dipulas sampai mengkilap

Catatan:
Sebelum bekerja pada pasien, mahasiswa diwajibkan melatih preparasi gigi penyangga (gigi asli) pada
phantom menggunakan high speed (bor kecepatan tinggi)

142
ILMU KONSERVASI GIGI KLINIK

Kepaniteraan klinik konservasi Gigi dilakukan pada gigi permanen yang meliputi pengisian status
pasien secara lengkap untuk menegakkan diagnosa, rencana perawatan saluran akar serta perawatan
restorasi intrakoronal dan ekstrakoronal.

A. INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN


1. Pelindung mata/Google 24. Jarum file tipe K flex no 8-10,15-40,45-
2. Masker 80 (21 dan 25 mm),90-120
3. Sarung tangan 25. Hedstrom file no 15-40, 45-80
4. Alas Meja 26. Jarum protaper set FHU
5. Polybib 27. Jarum lentulo
6. Gelas kumur disposable 28. Bur diamond high speed, round, torpedo
7. rubber dam ,flat end tapered, round end tapered,
8. Botol kaca bertutup untuk menyimpan endo access bur, fine finishing bur
jarum irigasi 29. Bowl dan spatula
9. Disposable saliva ejector 30. Celluloid strip, crown form, matriks
10. Disposable syringe injection band, wedge
11. Mini endoblock 31. Peeso reamer
12. Endobox 32. Gates glidden drill
13. Kaca mulut no 4 dan 5 33. Sendok cetak sebagian
14. Pinset dengan kunci (locking plier) 34. Sendok cetak penuh
15. Sonde lurus 35. Pisau model
16. Excavator kecil dan sedang 36. Semen spatula
17. Glass slab tebal 37. Spritus burner
18. Gunting kecil 38. spreader
19. Dappen glass 39. plugger
20. Contra angle hand piece (high speed dan 40. Tempat cotton roll, cotton pellet,
low speed) paperpoint dan kapas
21. Straight hand piece 41. Sand rubber (rubber cup, flame shape),
22. Plastic filling instrumen Arkansas stone, fine finishing diamond
23. Jarum ekstirpasi/barbed broach bur (fissure round end dan pear shape),
metal strip

143
B. REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas I 3
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas II 3
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas III 2
I
Prosedur Tumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kelas V 2
Prosedur Pulp Capping Direct 1
Prosedur Pulp Capping Indirect 2
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas IV 2
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas VI 2
II Prosedur Perawatan Saluran Akar Tunggal 2
Prosedur Perawatan Saluran Akar Ganda 1
Prosedur Restorasi Mahkota Pasak 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
Prosedur Perawatan Saluran Akar Tunggal 1
Prosedur Perawatan Saluran Akar Ganda 1
III
Prosedur Restorasi Indirect Inlay Logam 1
Prosedur Restorasi Indirect Onlay Logam 1
Asistensi

Lain-lain :

1. Diskusi Kasus
 Pasien baru
 1 rekam medis untuk 1 mahasiswa
 Dokumentasi klinis dan rontgen lengkap
 Model studi
 Seluruh kasus

2. Case report
 Pembuatan laporan dilakukan dengan format publikasi jurnal case report yang meliputi :
abstrak, latar belakang, laporan dan penatalaksanaan kasus, pembahasan dan
kesimpulan.
 Kasus yang dapat diangkat tumpatan komposit , tumpatan tuang, PSA.
 Dokumentasi klinis dan rontgen lengkap.

144
3. Peserta seminar
 Presentasi dilakukan apabila didengarkan oleh minimal 3 orang
 Presenter dan peserta wajib meminta tanda tangan pada hari H

4. Assessment :

a. MiniCex
 Pengisian kartu pasien baru
 Ujian dilakukan dengan DPJP Konservasi kecuali seijin dpjp KG bisa dengan DPJP
lain
 3 kasus tumpatan, 1 kasus psa

b. DOPS
 Tumpatan kls 1
 Tumpatan kls 2
 Tumpatan kls 4
 Pulp capping
 Perawatan Saluran Akar

c. Ujian profesi Konservasi Gigi


 CBT
 OSCE

145
PANDUAN KERJA KLINIK

A. PERSIAPAN AWAL
1. Cek dental unit secara keseluruhan (lampu, kompresor, high speed, low speed, kursi pasien,
kursi operator, saliva ejector dan kebersihannya).
2. Semprotkan desinfektan pada dental unit
3. Selama bekerja pada penderita, mahasiswa diwajibkan menggunakan baju klinik, masker
dan sarung tangan yang sesuai dengan ukuran masing-masing.
4. Peralatan wajib yang akan digunakan untuk praktikum harus dalam keadaan steril, pada
meja dental unit.
5. Mahasiswa wajib membaca dan memahami buku penuntun kerja klinik sebelum bekerja.
6. Sebelum melakukan praktikum mahasiswa wajib mengikuti tes kepaniteraan umum (lulus),
pengarahan praktikum dan pemeriksaan alat.
7. Memberitahukan/lapor kepada instruktur setiap akan mulai bekerja, serta menunjukkan
setiap hasil praktikum sesuai dengan tahapan pekerjaan yang tercantum dalam buku nilai.

B. POSISI OPERATOR
1. Posisi operator selama bekerja, pada sisi sebelah kanan belakang untuk melakukan
perawatan pada geligi rahang atas dan pada posisi kanan depan untuk melakukan perawatan
pada geligi rahang bawah.
2. Kursi dental unit dapat dinaikkan/diturunkan/ditengadahkan sesuai posisi yang diperlukan,
serta diatur setinggi siku operator.
3. Selama bekerja posisi badan operator tegak.
4. Bila mengerjakan geligi rahang atas maka kursi diturunkan dan posisi penderita
ditengadahkan 30o setinggi siku operator dan posisi operator di sebelah kanan belakang.
5. Bila mengerjakan geligi rahang bawah maka rahang bawah penderita disejajarkan dengan
lantai setinggi siku operator dan posisi operator di sebelah kanan depan.
6. Posisi operator selama perawatan sebaiknya dengan posisi duduk di kursi operator.

C. CARA KERJA OPERATOR


1. Untuk melakukan pekerjaan praktikum tangan kiri operator memegang kaca mulut,
sedangkan tangan kanan memegang peralatan yang lain, misalnya hand instrument lain
2. Memegang contra angle hand-piece secara pen grasp.

D. PENGISIAN KARTU PASIEN


Kartu pasien berisi data pasien, rekam medik, diagnosis dan rencana perawatan (tiap
elemen gigi dibuatkan 1 kartu pasien)

146
E. INFORMED CONSENT
Sebelum perawatan dimulai, pasien harus menandatangani surat persetujuan untuk
dilakukan perawatan sesuai SOP

A. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS I

I. Kriteria Pasien
1. kavitas pada oklusal / dengan bukal groove
2. Kedalaman karies media-profunda
3. Media mendekati profunda dilapisi liner pada dasar kavitas/pulpa wall
4. Kontrol 1x setelah 1 minggu

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi, menggunakan contra angle handpiece dengan round end
diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan tungsten
carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi minimal
invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya. Preparasi hanya
membuang jaringan karies aktif. Untuk tepi occlusal margin tidak perlu dilakukan pembuatan
bevel.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%),
kemudian dicuci, dan dikeringkan.

3. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner
dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

4. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan

147
(frosty appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan
moist).

5. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah
dietsa, lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai
petunjuk pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

6. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada seluruh kavitas klas I, dengan warna komposit resin
yang telah ditentukan sebelumnya. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan
sinar LED), pada lapisan teratas dilakukan pembentukan anatomi gigi oklusal. (Berikan plastic
foil pada permukaan oklusal kemudian pasien diminta untuk mengoklusikan geliginya sekali
saja), kemudian dilakukan carving anatomi oklusal dengan menyesuaikan keadaan oklusi,
selanjutnya dilakukan penyinaran.

7. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper. Dilakukan finishing
menggunakan fine finishing diamond bur, pada seluruh permukaan tumpatan tanpa
menghilangkan bentuk anatomi oklusal. Setelah finishing dilakukan polishing dengan
menggunakan silicon rubber, dengan menggunakan pasta poles. Dapat pula menggunakan
soflex disc/optidisc. Bila perlu dapat dilakukan post curing procedure.

8. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

B. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS II

I. Kriteria Pasien
1. Kavitas di daerah proksimal, dengan batas kavitas di area gingiva tidak dibawah gingivel crest
2. Tanpa kontak proksimal maka diperlukan matriks full
3. Kontak proksimal baik maka boleh menggunakan sectional matriks
4. Kontrol 1x setelah 1 minggu

148
149
II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain (yang telah digambar), menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Untuk tepi occlusal margin tidak perlu
dilakukan pembuatan bevel. Untuk menambah retensi restorasi di bidang oklusal dilakukan
preparasi membentuk dovetail dan channel.
Dilakukan pembuatan bevel di axio pulpa line angle dan di dinding axio buccal dan axio
lingual/palatal serta gingival wall di daerah proximal gigi posterior yang bersangkutan.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%),
kemudian dicuci, dan dikeringkan.

3. Tissue Management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil.

4. Pemasangan matrix proximal dan wedge


Digunakan matrix proksimal 4/4 atau ¾ (Tofflemire, Ivory), dan wedge dipasang melalui
interdental papil.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner
dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

150
6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan
(frosty appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan
moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah
dietsa, lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai
petunjuk pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada seluruh kavitas klas II, dengan warna komposit resin
yang telah ditentukan sebelumnya. Daerah proksimal dilakukan pengisian komposit resin
terlebih dahulu. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar LED), pada
lapisan teratas dilakukan pembentukan anatomi gigi oklusal. (Berikan plastic foil pada
permukaan oklusal kemudian pasien diminta untuk mengoklusikan geliginya sekali saja),
kemudian dilakukan carving anatomi oklusal dengan menyesuaikan keadaan oklusi,
selanjutnya dilakukan penyinaran.

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper. Dilakukan finishing
menggunakan fine finishing diamond bur, pada seluruh permukaan tumpatan (ingat anatomi
oklusal). Setelah finishing dilakukan polishing dengan menggunakan sand rubber, dengan
menggunakan pasta poles. Dapat pula menggunakan soflex disc/optidisc. Bila perlu dapat
dilakukan post curing procedure.

10. Kontrol
Pasien diinstruksikan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa
pada saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proksimal masih baik

151
C. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS III

I. Kriteria Pasien
1. Kavitas /karies diproksimal (kls 3)
2. Menggunakan celuloid strip
3. Kontrol 1x setelah 1 minggu

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi, menggunakan contra angle handpiece dengan round end
diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan tungsten
carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi minimal
invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Dilakukan pembuatan bevel pada cavo
surface enamel margin. Tergantung luasnya karies, kavitas bisa dilanjutkan dengan membuat
channel dan dovetail ke arah palatal.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%),
kemudian dicuci, dan dikeringkan.

152
3. Tissue Management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil, bila kavitas jauh ke arah
jaringan gusi di proksimal.

4. Pemasangan matrix
Dilakukan pemasangan celluloide strip di proximal dan wedge, melalui interdental papil sedikit
masuk ke dalam saku gusi.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner
dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan
(frosty appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan
moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah
dietsa, lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai
petunjuk pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan dengan matrix celluloide strip


Penumpatan dengan teknik layering pada kavitas klas III yang dalam, dengan warna resin
komposit yang telah ditentukan sebelumnya. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10
detik (dengan sinar LED), pada lapisan teratas dilakukan pembentukan anatomi gigi,
selanjutnya dilakukan penyinaran.

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, bila ada traumatic occlusion
dilakukan pengurangan dengan menggunakan tapered fissure fine finishing bur berujung bulat
maupun yang runcing. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi
dan kontak proximal.
Selanjutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian
digunakan silicone rubber atau soflex disc, dengan atau tanpa pasta poles, sehingga seluruh
permukaan restorasi halus dan tanpak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur
jaringan gigi dengan bahan restorasi.
Perhatikan pula kontak proximal restorasi, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan
metal strip atau paper strip didahului dengan yang kasar sampai yang halus. Bila perlu dapat
dilakukan post curing procedure.

153
10. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proximal

D. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS IV

I. Kriteria Pasien
1. Kavitas /kariesnya pada satu sisi insisal edge
2. Tidak ada diskolorasi
3. Menggunakan crown form
4. Kontrol 1x setelah 1 minggu

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Dilakukan pembuatan bevel pada cavo
surface enamel margin

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%),
kemudian dicuci, dan dikeringkan.

154
3. Tissue Management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil.

4. Pemasangan matrix
Digunakan celluloide crown form matrix yang dibelah menjadi 2, yaitu sisi mesial dan sisi
distal, kemudian diletakkan melalui proximal dan ditahan dengan wedge. Dapat pula
digunakan incisal matrix yang disesuaikan dengan besar dan letak gigi yang bersangkutan,
serta sesuaikan sisi mesial atau distalnya.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner
dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan
(frosty appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan
moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah
dietsa, lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai
petunjuk pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada kavitas klas IV, dengan warna resin komposit yang
telah ditentukan sebelumnya. Dasar kavitas dilakukan pengisian resin komposit terlebih
dahulu. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar LED), matrix yang
telah dipersiapkan diisi bahan komposit kemudian diadaptasikan pada gigi yang bersangkutan,
selanjutnya dilakukan penyinaran dari segala arah (dari labial dan palatal).

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, bila ada traumatic occlusion
dilakukan pengurangan dengan menggunakan tapered fissure fine finishing bur berujung bulat
maupun yang runcing. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi.
Selanjutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian
digunakan silicone rubber atau soflex disc, dengan atau tanpa pasta poles, sehingga seluruh
permukaan restorasi halus dan tanpak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur
jaringan gigi dengan bahan restorasi.
Perhatikan pula kontak proximal restorasi, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan
metal strip atau paper strip didahului dengan yang kasar sampai yang halus (ingat bentuk
inciso mesial/distal). Bila perlu dapat dilakukan post curing procedure.

155
10. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proximal

E. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS VI

I. Kriteria Pasien
1. Kavitas /kariesnya pada kedua insisial edge
2. Tidak ada diskolorasi
3. Menggunakan crown form
4. Kontrol 1x setelah 1 minggu

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Dilakukan pembuatan bevel pada cavo
surface enamel margin.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%),
kemudian dicuci, dan dikeringkan.

156
3. Tissue management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil.

4. Pemasangan matrix
Digunakan celluloide crown form matrix yang dibelah menjadi 2, yaitu sisi mesial dan sisi
distal, kemudian diletakkan melalui proximal dan ditahan dengan wedge. Dapat pula
digunakan incisal matrix yang disesuaikan dengan besar dan letak gigi yang bersangkutan,
serta sesuaikan sisi mesial atau distalnya.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner
dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan
(frosty appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan
moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah
dietsa, lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai
petunjuk pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada kavitas klas VI, dengan warna resin komposit yang
telah ditentukan sebelumnya. Dasar kavitas dilakukan pengisian resin komposit terlebih
dahulu. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar LED), matrix yang
telah dipersiapkan diisi bahan komposit kemudian diadaptasikan pada gigi yang bersangkutan,
selanjutnya dilakukan penyinaran dari segala arah (dari labial dan palatal).

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, bila ada traumatic occlusion
dilakukan pengurangan dengan menggunakan tapered fissure fine finishing bur berujung bulat
maupun yang runcing. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi.
Selanjutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian
digunakan silicone rubber atau soflex disc, dengan atau tanpa pasta poles, sehingga seluruh
permukaan restorasi halus dan tanpak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur
jaringan gigi dengan bahan restorasi.
Perhatikan pula kontak proximal restorasi, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan
metal strip atau paper strip didahului dengan yang kasar sampai yang halus (ingat bentuk
inciso mesial/distal). Bila perlu dapat dilakukan post curing procedure.

157
10. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proximal

F. RESTORASI GLASS IONOMER CEMENT KLAS V

I. Kriteria Pasien
1. Kavitas didaerah servikal (kls 5) supra gingiva
2. Menggunakan matriks cervikal
3. Kontrol 1x setelah 1 minggu

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece
dengan round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula
digunakan tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas.
Prinsip preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada
umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Retensi tambahan dapat dibuat dengan
inverted bur atau wheel bur dengan diameter 1 mm.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%),
kemudian dicuci, dan dikeringkan.

158
3. Tissue management
Retraksi gusi di daerah cervical dengan menggunakan retraction cord dan bahan
haemostatic agent untuk mengatasi perdarahan.

4. Pemilihan matrix
Dilakukan pemilihan cervical matrix transparent (celluide) atau aluminium cervical matrix.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner
dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Conditioner
Conditioner yang digunakan adalah asam sitrat dengan konsentrasi 15%. Aplikasi
menggunakan micro brush steril, pada permukaan kavitas, kemudian dicuci dan dikeringkan.
Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (tetap dalam keadaan moist).

7. Penumpatan
Dilakukan pencampuran base-catalyst GIC menggunakan spatula plastik diatas paper pad
dengan perbandingan powder : liquid = 1:1. Penumpatan menggunakan plastic filling
instrument untuk menumpatkan GIC pada kavitas klas V, dengan warna yang telah
ditentukan sebelumnya. Dilakukan penumpatan menggunakan matric cervical yang telah
disiapkan sebelumnya (dapat berupa aluminium cervical matrix atau celluloide). Kelebihan
bahan restorasi dibersihkan dengan sonde sebelum setting. Selanjutnya dilakukan
pengulasan varnish.

8. Finishing & polishing


Finishing menggunakan tapered fissure fine finishing bur. Pengurangan diusahakan jangan
sampai mengubah bentuk anatomi. Selanjutnya pada vase berikutnya dilakukan pemolesan
dengan menggunakan sand rubber atau soflex disc, astro brush/jiffy brush, sehingga seluruh
permukaan restorasi halus dan tampak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur
jaringan gigi dengan bahan restorasi.

9. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

159
G. PULP CAPPING DIRECT

I. Kriteria Pasien
 Karies profunda/ perforasi akibat iatrogenik ditunjang dengan rontgen (direk)
 Dilakukan saat terjadi perforasi
 Kontrol 1 setelah 1 minggu
 Kontrol 2 setelah 1 bulan dengan rontgen

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi kavitas menggunakan contra angle handpiece dengan round bur, fissure bur, dapat
pula digunakan tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter
kavitas. Prinsip preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi
pada umumnya. Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Jika ada bagian yang
perforasi/terbuka dijaga jangan sampai terinfeksi atau terkena tekanan yang besar.
Kavitas dibersihkan dari sisa-sisa jaringan preparasi dengan ekskavator, kemudian
dibersihkan lagi dengan kapas yang telah dibasahi akuades steril. Kavitas dikeringkan dengan
kapas kering steril.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering steril.

3. Aplikasi bahan capping


Bahan kaping pulpa diaplikasikan diatas permukaan dasar kavitas setebal 0,2-0,3 mm,
menggunakan instrumen plastis ball applicator steril. Pada capping direct bahan kaping
pulpa harus menutup pulpa yang terbuka. Kelebihan bahan capping pulpa dapat diambil
dengan ekskavator.
Diaplikasikan semen seng fosfat di atas bahan capping pulpa, sekurang-kurangnya dengan
tebal 1 mm. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara.

4. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Tumpatan sementara dalam keadaan baik
e. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

160
H. PULP CAPPING INDIRECT

I. Kriteria Pasien
 karies profunda/ perforasi akibat karies ditunjang dengan rontgen tidak ada lesi periapikal
 Kontrol 1 setelah 1 minggu
 Kontrol 2 setelah 1 bulan dengan rontgen

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi kavitas menggunakan contra angle handpiece dengan round bur, fissure bur, dapat
pula digunakan tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas.
Prinsip preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada
umumnya. Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif.
Kavitas dibersihkan dari sisa-sisa jaringan preparasi dengan ekskavator, kemudian dibersihkan
lagi dengan kapas yang telah dibasahi akuades steril. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering
steril.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll,
tongue holder. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering steril.

3. Aplikasi bahan capping


Bahan kaping pulpa diaplikasikan diatas permukaan dasar kavitas setebal 0,2-0,3 mm,
menggunakan instrumen plastis ball applicator steril. Kelebihan bahan capping pulpa dapat
diambil dengan ekskavator.
Diaplikasikan semen seng fosfat di atas bahan capping pulpa, sekurang-kurangnya dengan tebal
1 mm. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara.

4. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Tumpatan sementara dalam keadaan baik
e. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

161
I. PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL (DENGAN TEKNIK STANDARD)

I. Indikasi
 Foramen apikal tertututp sempurna
 Gigitan normal atau maksimal edge to edge
 Lesi periapikal terlokalisir
 Mobilitas <1
 Masih bisa direstorasi dengan sisa jaringan sehat masih banyak
 Kontrol 1minggu setelah pengisian
 Cetak model studi

II. Kontra Indikasi


 Foramen apikal tidak tertututp sempurna
 Resorbsi internal dan eksternal
 Kista
 Mobilitas >1
 Deep bite, edge to edge, crowded, gigitan silang
 Kontrol 1minggu setelah pengisian cetak model studi

III. Tahapan Kerja :

1. A. Pemasangan rubber dam dan saliva ejector


B. Access opening :
 Pembuatan access opening (lihat gambar access opening)
 Dimulai dengan menggunakan endo access bur no.2 atau no.3 hingga didapatkan glide
path (bebas hambatan, lurus membentuk akses straight line)
Yang perlu diperhatikan :
 Semua jaringan karies aktif dibersihkan agar kontaminasi ruang pulpa dan saluran akar
dapat dikurangi.
 Pada gigi dengan diagnosis nekrosis pulpa apabila ada sebagian jaringan pulpa yang masih
vital (terasa sakit) maka dapat dilakukan anestesi untuk mengurangi rasa sakit.

2. Panjang gigi
2.1 Panjang gigi rata-rata
Panjang rata-rata gigi (mm)
Rata-rata Maksimum Minimum
Maksila
Insisivus sentral 23,3 25,6 21
Insisivus lateral 22,8 25,1 20,5
Kaninus 26 28,9 23,1
Premolar pertama 21,8 23,8 18,8
Premolar kedua 21 23 19
Molar pertama
Mesio-bukal 19,9 21,6 18,2
Disto-bukal 19,4 21,2 17,6
Palatal 20,6 22,2 17,6
Molar kedua

162
Mesio-bukal 20,2 22,2 18,2
Disto-bukal 19,4 21,3 17,5
Palatal 20,8 22,6 19,0
Mandibula
Insisivus sentral 21,5 23,4 19,6
Insisivus lateral 22,4 24,6 20,2
Kaninus 25,2 27,5 22,9
Premolar pertama 21 25 19
Premolar kedua 22 25 19
Molar pertama
Mesial 20,9 22,7 19,1
Distal 20,9 22,6 19,2
Molar kedua
Mesial 20,9 22,6 19,2
Distal 20,8 22,6 19,0

2.2 Rumus untuk mencari panjang gigi sesungguhnya

[𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤 𝐬𝐚𝐥𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐫] 𝐗 [𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐨𝐭𝐨]
𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐠𝐢 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 =
[𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐨𝐭𝐨]

𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 = 𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐠𝐢 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 − 𝟏 𝐦𝐦

2.3 Penentuan panjang kerja berdasarkan gambaran radiologis :


Diagnostic Wire Photo (DWP)
Untuk menentukan panjang kerja peru dilakukan diagnostic wire photo dengan cara
memasukkan K-file nomor kecil yang diberi stopper sesuai panjang rata-rata gigi
dikurangi 1-2 mm (stopper diletakkan pada bagian puncak cusp yang tertinggi) kemudian
dilakukan rontgen photo. Dari hasil rontgen photo dapat dilakukan perhitungan panjang
gigi dengan rumus (2.2)

3. Preparasi saluran akar dengan teknik standar


 Preparasi dengan k-file sesuai panjang kerja
 Preparasi dimulai dari k-file nomor kecil digunakan secara berurutan.
 Setiap pergantian nomor k-file dilakukan irigasi saluran akar menggunakan jarum
syringe injection 2 ml. Irigasi dengan larutan kombinasi NaOCl 2,5%, Chlorhexidine 2-
3% dan dibilas dengan akuades steril.
Perhatikan :
 Irigasi secara perlahan-lahan (secara bertahap setiap 0,5 ml) dan tanpa tekanan.
 Setelah dilakukan irigasi, saluran akar dikeringkan dengan paper point steril, dan tidak
diperbolehkan menggunakan hembusan udara.

4. Mencoba gutta point (trial photo)


 Memilih gutta point sesuai standarisasi ISO. Kemudian diberi tanda (sesuai panjang
kerja) dan dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar dan diperoleh tug back.
 Dilakukan trial photo untuk mengetahui ketepatan dari gutta point (hermetis)

163
5. Dressing
Dressing menggunakan golongan kalsium hidroksida.

6. Obturasi dengan teknik single cone


 Siapkan gutta point dan pasta saluran akar.
 Tumpatan sementara dan bahan Ca(OH)2 dikeluarkan dahulu dengan cara melakukan
irigasi sampai saluran akar bersih.
 Saluran akar dikeringkan dengan paper point steril.
 Teknik obturasi menggunakan metode kondensasi lateral. Siler yang digunakan
berbahan dasar resin (Topseal, Dentsply) dicampur menggunakan spatula dan
dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan lentulo spiral yang ditandai dengan
rubber stop sepanjang ⅔ panjang kerja, kemudian gutta percha utama (no.30) panjang
21,5 mm diolesi siler sepertiga apikal dan dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai
panjang kerja. Finger spreader dimasukkan di antara gutta percha dan dinding saluran
akar kemudian ditekan kearah apikal, master cone akan bergerak ke arah lateral
menekan dinding saluran akar. Ruang yang tersedia setelah finger spreader diambil diisi
dengan gutta percha tambahan, ditekan ke arah apikal lagi, dan seterusnya, sampai
finger spreader tidak dapat masuk sepertiga koronal gutta percha
 Gutta point (standarisasi ISO) yang sudah sesuai pada saat trial photo dimasukkan ke
dalam saluran akar yang disertai pengulasan pasta saluran akar, dengan menggunakan
jarum lentulo. Teknik obturasi menggunakan metode kondensasi lateral. Finger
spreader dimasukkan di antara gutta percha dan dinding saluran akar kemudian ditekan
kearah apikal, master cone akan bergerak ke arah lateral menekan dinding saluran akar.
Ruang yang tersedia setelah finger spreader diambil diisi dengan gutta percha
tambahan, ditekan ke arah apikal lagi, dan seterusnya, sampai finger spreader tidak
dapat masuk sepertiga koronal gutta percha. Gutta percha dipotong 1 mm di bawah
orifice menggunakan plugger yang dipanaskan. Selanjutnya ditutup dengan cotton
pellet dan tumpatan sementara kemudian dilakukan rontgen photo obturasi.

7. Kontrol
 Dilakukan satu minggu setelah obturasi.
 Yang perlu diperiksa :
 Anamnesa : ada tidaknya rasa sakit dan dapat berfungsi dengan baik.
 Pemeriksaan klinis : perkusi, tumpatan sementara masih baik, keadaan jaringan
lunak sekitarnya baik, dan rontgen photo evaluasi baik.

164
J. PERAWATAN SALURAN AKAR JAMAK (DENGAN TEKNIK CDP
MENGGUNAKAN PROTAPER HAND USE)

I. Kriteria Pasien
 Daerah proksimal harus di rewalling
 Maksimal M1/ M2 RB tanpa penyulit,
 Kontra indikasi untuk M2 dengan impaksi M3 di sebelahnya
 Akar bengkok 1/3 apikal (yang menyulitkan)
 Kondisi mahkota masih bisa direstorasi
 Tidak ada furcation involment
 Oklusi normal tanpa ekstruksi
 Kontrol 1 minggu setelah pengisian cetak model studi

II. Tahapan Kerja :

1. A. Pemasangan rubber dam dan saliva ejector


B. Access opening :
 Pembuatan access opening (lihat gambar access opening)
 Dimulai dengan menggunakan endo access bur no.2 atau no.3 hingga didapatkan
glide path (bebas hambatan, lurus membentuk akses straight line)

Yang perlu diperhatikan :


 Semua jaringan karies aktif dibersihkan agar kontaminasi ruang pulpa dan saluran
akar dapat dikurangi.
 Pada gigi dengan diagnosis nekrosis pulpa apabila ada sebagian jaringan pulpa yang
masih vital (terasa sakit) maka dapat dilakukan anestesi untuk mengurangi rasa sakit.

2. Penentuan panjang kerja


Diagnostic Wire Photo (DWP) dan penentuan panjang umur
Untuk menentukan panjang kerja peru dilakukan diagnostic wire photo dengan cara
memasukkan K-file nomor kecil yang diberi stopper sesuai panjang rata-rata gigi dikurangi 1-
2 mm (stopper diletakkan pada bagian puncak cusp yang tertinggi) atau pada daerah yang
cukup resistensinya, kemudian dilakukan rontgen photo. Dari hasil rontgen photo dapat
dilakukan perhitungan panjang gigi dengan rumus.

3. Preparasi
a. Persiapan preparasi daerah ⅔ koronal
 Gunakan k-file no 8,10,15 ke dalam saluran akar tanpa tekanan, hingga mencapai 3-
4 mm sebelum apikal untuk mendapatkan jalan masuk ke dalam saluran akar.
 Gunakan lubrikan selama preparasi saluran akar (EDTA gel)
 Lakukan irigasi pada setiap pergantian jarum preparasi.
b. Pembentukan preparasi daerah ⅔ koronal (protaper hand use)
 Gunakan file ukuran S1 (protaper) hingga terasa longgar di daerah 3-4 mm sebelum
apikal.

165
 Kemudian cek debris yang berada pada flute, seharusnya tidak ada debris pada
daerah apikal S1 (3-4 mm sebelum apikal).
 Pada tahap ini file S1 harus terasa longgar di daerah 3-4 mm apikal.
 Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk orifice belum lancer, gunakan SX
terlebih dahulu.
c. Persiapan preparasi daerah 1/3 apikal
 Masukkan kembali file ukuran 8,10,15 dengan menggunakan lubrikan sebagai
pelican untuk mendapatkan panjang kerja (dilakukan perhitungan DWP).
 Lakukan irigasi pada setiap pergantian jarum preparasi.
d. Pembentukan preparasi daerah 1/3 apikal
 Gunakan S1 sesuai panjang kerja.
 Kemudian gunakan S2 sampai terasa adanya tahanan pada panjang kerja yang sudah
dicapai sebelumnya.
 Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk belum lancar, maka sebelumnya bisa
menggunakan SX.
 Irigasi tetap dilakukan setiap pergantian alat preparasi.
e. Finishing daerah ⅔ koronal dan 1/3 apikal
 Gunakan F1 hingga mencapai panjang kerja, gerakan protaper hand use adalah
putaran searah jarum jam ¾ putaran kemudian berlawanan jarum jam ketika
menarik file.
 K-file no.20 dimasukkan ke dalam saluran akar untuk mengukur diameter apikal (re-
check).
 Apabila k-file no.20 terasa longgar, maka preparasi dilanjutkan ke F2 dengan re-
check file no.25.
 Apabila masih terasa longgar lanjutkan preparasi ke F3 dengan re-check k-file no.30.
 Antara pergantian file dilakukan irigasi saluran akar.
 Setiap pergantian nomor alat preparasi saluran akar k-file harus dilakukan irigasi
saluran akar menggunakan jarum irigasi (syringe injection 2ml) dan dilakukan
rekapitulasi.
 Irigasi menggunakan NaOCl 2,5% atau CHX 1-2% dan dibilas dengan akuades steril.
 Jarum syringe untuk irigasi cukup kecil sehingga dapat masuk saluran akar, irigasi
secara perlahan-lahan (secara bertahap setiap 0,5 ml) dan tanpa tekanan.

4. Mencoba gutta point


a. Memilih gutta point sesuai standarisasi ISO. Kemudian diberi tanda (sesuai panjang kerja)
dan dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar dan diperoleh tug back.
b. Dilakukan trial photo untuk mengetahui ketepatan dari gutta point (hermetis)

5. Dressing
Dressing menggunakan golongan kalsium hidroksida.

6. Obturasi dengan teknik single cone


 Siapkan gutta point dan pasta saluran akar.

166
 Tumpatan sementara dan bahan Ca(OH)2 dikeluarkan dahulu dengan cara melakukan
irigasi sampai saluran akar bersih.
 Saluran akar dikeringkan dengan paper point steril.
 Gutta point (standarisasi ISO) yang sudah sesuai pada saat trial photo dimasukkan ke
dalam saluran akar yang disertai pengulasan pasta saluran akar, dengan menggunakan
jarum lentulo kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja secara
perlahan-lahan dan dipotong 1 mm di bawah orifice menggunakan plugger yang
dipanaskan. Selanjutnya ditutup dengan cotton pellet dan tumpatan sementara
kemudian dilakukan rontgen photo obturasi.
7. Kontrol
 Dilakukan satu minggu setelah obturasi.
 Yang perlu diperiksa :
 Anamnesa : ada tidaknya rasa sakit dan dapat berfungsi dengan baik.
 Pemeriksaan klinis : perkusi, tumpatan sementara masih baik, keadaan jaringan
lunak sekitarnya baik, dan rontgen photo evaluasi baik.

K. RESTORASI MAHKOTA PASAK

I. Kriteria Pasien :
 Crown dengan fibre post/ pasak tuang tergantung sisa mahkota dan sudah diindikasikan
diawal PSA
 Core build up
 Tumpatan komposit tgt sisa jaringan
 Cetak model studi dan model kerja untuk mock up dengan inlay wax/malam merah

II. Tahapan Kerja :


Sebelum preparasi perlu dipersiapkan mahkota sementara, yang dapat dibuat direct ataupun
indirect.

1. Preparasi
Preparasi sesuai desain/outline menggunakan contra angle handpiece dengan tapered fissure
diamond bur, wheel diamond bur dapat pula digunakan tungsten carbide bur (fluted<12). Bentuk
dan ukuran disesuaikan dengan bidang yang akan dipreparasi.
1.1. Pengeluaran Gutta poin:
Dilakukan pengeluaran gutta poin sedalam 2/3 panjang akar, menggunakan peso reamer
(penetration drill) atau gate glidden drill yang telah diberi tanda terlebih dahulu.

1.2. Dekaputasi Total:


 Pada gigi yang masih utuh dibuat lubang pada 3 lokasi dari arah labial sampai menembus
palatal, kemudian ke3 lubang itu dipreparasi sehingga seluruh mahkota terpotong
setinggi interdental papil.

167
 Dilakukan dekaputasi total sampai sekeliling cervical, membentuk dataran segitiga, arah
labial dan palatal/lingual, dengan puncak di proximal, mesial dan distal setinggi
interdental papil. Puncak segitiga terletak dalam lengkung gigi yang baik.
 Diameter SA dibuat membulat atau lonjong sesuai bentuk preparasi SA gigi yang
bersangkutan. Bagian tepi diluar lingkaran SA diharapkan mempunyai ketebalan yang
sama, sehingga retensi jaringan gigi memenuhi persyaratan pokok preparasi. Sebaiknya
ukuran diameter SA adalah 1/3 diameter akar.

1.3. Penyelesaian Tahap Akhir Preparasi


Semua sudut yang tajam dibulatkan serta permukaan akar gigi dihaluskan dengan finishing
diamond bur, atau tungsten carbide bur (> 12 fluted), sand rubber atau soflex disc.

2. Tissue Mangement
Retraksi gusi di keliling cervikal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengurangi perdarahan.

3. Mencetak SA
Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan dengan teknik double impression dengan bahan
rubber base (elastomer) dengan sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh. Dalam SA
dilakukan pencetakan dengan bantuan pasak plastik dan bahan cetak elastomer jenis medium
body/light body
Cetak rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

4. Catatan Gigit
Pembuatan catatan gigit dilakukan dengan menggunakan bahan cetak ”bite registration” atau
gulungan lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah
malam lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien kemudian pasien disuruh
menggigit dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan ke dalam buccal fold kearah RA
dan RB sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
Laboratorium teknik gigi untuk pembuatan pasak dan inti tuang.

5. Model Kerja
Cetakan RA dan RB di cor dengan gips keras (Moldarox) untuk cetakan double impression dan gips
biasa (Moldano) untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit (ad. 4) model
kerja RA dan RB dioklusikan, selanjutnya dikirim ke Lab gigi.

6. Instruksi ke Lab. Gigi


Untuk instruksi ke Lab, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk pasak + inti tersebut,
bentuk anatomi yang baik (sebagai inti/core mahkota gigi), cervical line yang tepat, space oklusi
yang baik dengan antagonis, kapan waktu pengiriman dan penyelesaiannya serta lain-lain yang
perlu untuk diperhatikan oleh teknisi Lab gigi.

168
7. Pasang Coba Pasak
Setelah Pasak + Inti selesai, perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba perlu
diperhatikan antara lain:
a. Bentuk anatomi inti
b. Space oklusi dengan antagonis cukup
c. Keadaan initial fit pasak dalam SA
d. Space proximal dengan gigi tetangga cukup
e. Inklinasi anterior

8. Pasang Tetap Pasak:


Pemasangan tetap pasak dilakukan dengan mengguanakan luting cement.

9. Mencetak Pasak dan Inti Tuang:


Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan seperti mencetak mahkota selubung pada
umumnya, melalui teknik double impression dengan bahan cetak rubber base (elastomer) dengan
sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh.
Cetak rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

10. Catatan Gigit


Pembuatan catatan gigit dilakukan dengan menggunakan bahan cetak ”bite registration” atau
gulungan lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah
malam lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien kemudian pasien disuruh
menggigit dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan ke dalam buccal fold kearah RA
dan RB sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
Laboratorium teknik gigi.

11. Model Kerja


Cetakan RA dan RB di cor dengan gips keras (Moldarox) untuk cetakan double impression dan
gips biasa (Moldano) untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit (ad. 4)
model kerja RA dan RB dioklusikan, selanjutnya dikirim ke Lab gigi.

12. Pencocockan Warna Gigi


Pencocokan warna dilakukan dengan bantuan shade guide warna, serta dikomunikasikan dengan
pasien. Warna dapat disesuaikan dengan gigi tetangga yang masih baik.

13. Instruksi ke Lab. Gigi


Untuk instruksi ke Lab, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk mahkota selubung
tersebut, bentuk anatomi yang baik, warna sesuai shade guide terutama pada gigi anterior yang
memerlukan estetik, warna tidak tampak opaque, translucency yang baik, cervical line yang tepat,
oklusi yang baik, kapan waktu pengiriman dan penyelesaiannya serta lain-lain yang perlu untuk
diperhatikan oleh teknisi Laboratorium gigi.

169
14. Pasang Coba Mahkota Selubung
Setelah mahkota selubung selesai, perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba
perlu diperhatikan antara lain:
a. Bentuk anatomi baik
b. Warna sesuai
c. Oklusi pada pasien baik, tidak ada peninggian gigit
d. Keadaan initial fit mahkota
e. Kontak proximal baik

15. Finishing & Polishing


Finishing menggunakan Arkansas stone bur atau fine finishing diamond bur, tungsten carbide bur
(> 12 fluted). Finishing/preparasi diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi gigi yang
bersangkutan. Selanjutnya dilakukan pemulasan dengan menggunakan sand rubber cup,
kemudian digunakan sillicone rubber atau soflex disc sehingga seluruh permukaan mahkota halus
dan tampak mengkilat.
Untuk PFM, setelah finishing sebaiknya dikembalikan ke Laboratorium untuk pemolesan lebih
lanjut.

16. Pasang Tetap


Pemasangan tetap mahkota selubung dengan menggunakan luting cement. Bersihkan cement
sebelum setting.

17. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu dilihat saat kontrol
adalah:
 Adanya rasa sakit
 Perkusi
 Restorasi pasak dalam keadaan baik initial fitnya
 Keadaan jaringan lunak sekitarnya oklusi berapa overbite-overjet terukur baik

L. RESTORASI INDIRECT INLAY LOGAM

I. Kriteria Pasien :
 Restorasi post endo jamak bisa tumpatan komposit/ onlay tgt sisa jaringan dan sudah
diindikasi bersama dengan indikasi psa
 Cetak model studi dan model kerja untuk mock up dengan inlay wax/malam merah

II. Tahapan Kerja :

1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan

170
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi
minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Bentuk outline preparasi seperti pada preparasi
klas II restorasi resin komposit secara direct technique, tetapi disini dilakukan pembuatan inlay
secara indirect technique.
Dibuat bevel pada axio pulpo line angle dan cavo surface enamel margin dinding kavitas
preparasi. Dibuat pula bentukan channel dan dovetail pada preparasi oklusal.

2. Tissue management
Retraksi gusi di daerah cervical dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan.

3. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

4. Mencetak
Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan melalui teknik double impression dengan bahan
cetak rubber base (elastomer), dengan sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh. Cetak
rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

5. Catatan gigit
Pembuatan catatan gigit dilakukan menggunakan bahan cetak “bite registration” atau gulungan
lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah malam
lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien, kemudian pasien diminta menggigit
dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan di bagian bukal fold ke arah RA dan RB,
sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
laboratorium teknik gigi.

171
6. Model kerja
Cetakan RA dan RB dicor dengan bahan gips keras untuk cetakan double impression dan gips
biasa untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit model kerja RA dan RB
dioklusikan, selanjutnya dikirim ke lab gigi.

7. Instruksi ke lab. gigi


Untuk instruksi ke lab gigi, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk inlay tersebut,
bentuk anatomi oklusal yang baik, cervical line yang baik, kapan waktu pengiriman dan
penyelesaiannya serta lain-lain yang diperlukan untukdiperhatikan. Dalam hal ini tidak diperlukan
pencocokan warna/shade guide oleh karena bahan dari logam.

8. Pasang coba inlay


Setelah inlay selesai, perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba perlu
diperhatikan antara lain :
a. Bentuk anatomi oklusal baik
b. Permukaan logam halus/tidak porous
c. Oklusi pada pasien baik, tidak ada peninggian gigit
d. Keadaan initial fit dari inlay
e. Kontak proximal baik

9. Finishing & polishing


Finishing menggunakan stone bur. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk
anatomi. Selanjutnya pada vase berikutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand
rubber atau soflex disc, sehingga seluruh permukaan inlay halus dan tampak mengkilat, serta batas
antara struktur jaringan gigi dengan bahan logam terasa halus.

10. Pasang tetap


Pemasangan tetap dilakukan dengan penyemenan inlay menggunakan lutting cement.

11. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi inlay dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

M. RESTORASI INDIRECT ONLAY LOGAM


Onlay diindikasikan pada gigi dengan mahkota klinis yang masih tinggi, preparasi dengan
mereduksi permukaan oklusal gigi kurang lebih 1,5-2mm, sehingga bebas oklusi dengan gigi antagonis.

172
Preparasi dilakukan mengikuti bentuk anatomi oklusal, bila bidang oklusal masih utuh (gigi vital).
Reduksi bidang buccal dan lingual/palatal 1/3 tinggi mahkota klinis, sambil mengikuti bentuk anatomi
gigi. Dilakukan slicing di proximal mesial dan distal bila gigi masih utuh, slicing sebatas diatas bidang
kontak.
Onlay pada gigi yang telah mengalami perawatan SA, dimana telah terbentuk acces opening pada
kavitas preparasi, maka kavitas ini dimanfaatkan sebagai retensi tambahan setelah dasar kavitas
ditutup dengan basis semen.

I. Kriteria Pasien :
 Post PSA ganda apabila dinding masih baik
 Kehilangan lebih dr 2 cusp
 Bahan metal/PFM
 Kontrol 1x setelah 1 minggu
 Cetak model studi dan model kerja untuk mock up

II. Tahapan Kerja :


1. Preparasi
Preparasi sesuai design/outline menggunakan contra angle handpiece dengan flame shape,
diamondbur, pier shape atau flat/round end fissure diamond bur, inverted diamond bur dapat pula
digunakan tungsten carbide bur (fluted<12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif.

2. Tissue Mangement (bila diperlukan)


Retraksi gusi di daerah cervikal proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan
haemostatic agent untuk mengurangi perdarahan.

3. Mencetak
Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan dengan teknik double impression dengan bahan
rubber base (elastomer) dengan sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh.
Cetak rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

173
4. Catatan Gigit
Pembuatan catatan gigit dilakukan dengan menggunakan bahan cetak ”bite registration” atau
gulungan lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah
malam lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien kemudian pasien disuruh
menggigit dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan ke dalam buccal fold kearah RA
dan RB sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
Laboratorium teknik gigi.

5. Model Kerja
Cetakan RA dan RB di cor dengan gips keras (Moldarox) untuk cetakan double impression dan gips
biasa (Moldano) untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit (ad. 4) model
kerja RA dan RB dioklusikan, selanjutnya dikirim ke Lab gigi.

6. Instruksi ke Lab. Gigi


Untuk instruksi ke Lab, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk onlay tersebut,
bentuk anatomi oklusal yang baik, kapan waktu pengiriman dan penyelesaiannya serta lain-lain
yang perlu untuk diperhatikan.
Dalam hal ini tidak diperlukan pencocokkan warna/shade guide oleh karena bahan dari logam.

7. Pasang Coba Onlay


Setelah Onlay selesai perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba perlu
diperhatikan antara lain:
a. Bentuk anatomi oklusal baik
b. Permukaan logam halus/tidak porous
c. Oklusi pada pasien baik, tidak ada peninggian gigit (cek dengan articulating paper)
d. Keadaan initial fit dari onlay
e. Kontak proximal baik
f. Pertemuan logam dan struktur jaringan gigi halus

8. Finishing & Polishing


Finishing menggunakan stone bur. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk
anatomi oklusal onlay.
Selanjutnya dilakukan pemulasan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian digunakan
rubber atau soflex disc sehingga seluruh permukaan onlay halus dan tampak mengkilat, serta
batas/garis demarkasi antara struktur jaringan gigi dengan logam terasa halus. (cek dengan sonde
tajam).

9. Pasang Tetap
Pemasangan tetap dilakukan dengan penyemenan onlay menggunakan luting cement.

10. Kontrol:
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu dilihat saat kontrol
adalah:
a. Adanya rasa sakit

174
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi (bila masih vital)
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya baik

175

Anda mungkin juga menyukai