Anda di halaman 1dari 27

Tugas Kelompok

DASAR-DASAR PENAWARAN DAN PERMINTAAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu: Dr. Maimun Sholeh, M.Si

Disusun oleh :
FADLIA AZKA ZHORIFA SAIFUDDIN 19719251004
MARTHA MALAU 19719251007
ARUM KHAIRUNISA AGUS TIANA WATI 19719251019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. Permintaan dan Penawaran

1. Permintaan
1.1 Pengertian Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat
harga selama periode waktu tertentu. Permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok,
yaitu :

a. Permintaan Menurut Daya Beli


1) Permintaan Efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu
barang atau jasa yang disertai dengan daya beli atau kemampuan
membayar.
2) Permintaan Potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu
barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk
membeli, tetapi belum melaksanakan pembelian barang atau jasa
tersebut. Contohnya, Pak Luki sebenarnya mempunyai uang yang
cukup untuk membeli kulkas, namun ia belum mempunyai keinginan
untuk membeli kulkas.
3) Permintaan Absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu
barang atau jasa yang tidak disertai dengan daya beli. Pada permintaan
absolut konsumen tidak mempunyai kemampuan (uang) untuk
membeli barang yang diinginkan.

b. Permintaan Menurut Jumlah Subjek Pendukungnya

1) Permintaan Individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang


untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2) Permintaan Kolektif atau Permintaan Pasar adalah kumpulan dari
permintaanpermintaan perorangan/individu atau permintaan secara
keseluruhan para konsumen di pasar.

1
1.2 Hukum Permintaan

Hukum permintaan adalah hubungan antara harga dan jumlah permintaan suatu barang
yang berbanding terbalik (negatif). Secara lengkap Hukum Permintaan menyatakan bahwa:
“jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, sebaliknya jika
harga suatu barang turun maka jumlah barang yang diminta akan bertambah”. Hukum
permintaan tersebut akan berlaku dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga harus dianggap
konstan (Ceteris Paribus). Ini merupakan konsep asli dari penemunya, yaitu Alfred Marshall.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan

Menurut Sukirno (2011:76), faktor-faktor yang menentukan permintaan adalah:

a. Harga barang itu sendiri


b. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
e. Cita rasa masyarakat
f. Jumlah penduduk, dan
g. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Rahardja (2008:24-26), beberapa faktor yang mempengaruhi


permintaan suatu barang, yaitu:

a. Harga barang itu sendiri


b. Harga barang lain yang terkait
c. Tingkat pendapatan per kapita
d. Selera atau kebiasaan
e. Jumlah penduduk
f. Perkiraan harga di masa mendatang
g. Distribusi pendapatan, dan
h. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.

1.4 Kurva Permintaan

Menurut Pindyck (25), kurva permintaan menunjukkan berapa banyak barang yang
tersedia dibeli konsumen ketika harga per unit berubah. Kurva permintaan, berlabel D,

2
menunjukkan bagaimana kuantitas permintaan suatu barang bergantung pada harganya. Kurva
permintaan berkemiringan ke bawah, dengan menganggap variabel lain konstan, konsumen
akan bersedia membeli lebih banyak barang ketika harganya menurun. Kuantitas permintaan
juga bisa bergantung pada variabel lain, misalnya pendapatan, cuaca dan harga barang lain.
Bagi sebagian besar produk, kuantitas permintaan meningkat ketika pendapatan masyarakat
meningkat. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi menggeser kurva permintaan ke kanan.

Gambar 1.1

1.5 Pergeseran Kurva Permintaan

Gambar 1.1 diatas menunjukkan adanya perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat
adanya perubahan harga. Ketika harga mengalami peningkatan dari P1 ke P2, akan
mengakibatkan jumlah yang diminta turun dari Q1 menjadi Q2. Jadi, perubahan harga
mengakibatkan perubahan jumlah barang yang diminta terjadi pada sepanjang kurva
permintaan saja. Kurva permintaan seperti digambarkan diatas menunjukkan hubungan antara
tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta, dimana faktor-faktor di luar harga dianggap
konstan dan salah satu faktor di luar harga berubah, maka permintaan pun berubah.
Pengaruhnya pada kurva permintaan akan mengalami pergeseran, baik ke kiri atau ke kanan.
Jadi, kata kuncinya adalah ketika perubahan di luar faktor harga akan mengakibatkan
perubahan permintaan dengan ciri kurva permintaan bergeser (Ahman, 2009:96).

3
Gambar 1.2

Gambar 1.2 diatas menunjukkan jika pendapatan konsumen naik maka permintaan akan
bertambah dan kurva permintaan akan bergeser kesebelah kanan (dari D1 ke D2). Sebaliknya,
jika pendapatan konsumen turun maka permintaan akan turun sehingga kurva permintaan akan
bergeser kesebelah kiri (dari D1 ke D3).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurva permintaan mengalami pergeseran


adalah sebagai berikut (Rohmana, 2006:25) :

a. Perubahan Harga barang itu sendiri


1) Substitusi
Dua barang dikatakan barang substitusi ketika peningkatan harga salah satu
barang menghasilkan peningkatan kuantitas permintaan barang lain. Contoh,
tembaga dan alumunium adalah barang substitusi. Karena salah satu barang ini
sering kali dapat disubstitusikan dengan barang lain dalam penggunaan
industry, kuantitas permintaan tembaga akan bertambah apabila harga
alumunium bertambah. Demikian pula, daging sapid an ayam bersifat
substitusi karena sebagian besar konsumen bersedia beralih ke barang lain
ketika salah satu dari produk itu berubah harganya.

4
2) Komplementer
Dua barang dikatakan komplementer ketika peningkatan harga salah satu
barang menurunkan kuantitas permintaan barang lain. Contoh, mobil dan
bensin adalah barang komplementer. Karena keduanya cenderung digunakan
bersama-sama, penurunan harga bensin akan meningkatkan kuantitas
permintaan mobil. Demikian pula, computer dan peranti lunak adalah barang
komplementer. Harga komplementer telah menurun drastis selama satu decade
terakhir ini, sehingga meningkatkan tidak hanya pembelian computer, tetapi
juga peranti lunaknya.

2. Penawaran
2.1 Pengertian Penawaran

Menurut Ahman (2009: 98-99), “Penawaran diartikan sebagai keseluruhan jumlah


barang dan jasa yang ditawarkan dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku di pasar
dalam satu periode tertentu”. Sedangkan menurut Rahardja (2008:32), “penawaran adalah
jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jaual) pada berbagai tingkat harga selama satu
periode tertentu”.

2.2 Variabel Lain yang Mempengaruhi Penawaran

Kuantitas penawaran dapat bergantung pada variabel lain di samping harga. Sebagai
contoh, kuantitas yang ingin dijual oleh produsen bergantung tidak hanya pada harga yang
mereka terima melainkan juga biaya produksi, meliputi upah, biaya bunga, dan biaya bahan
mentah. Perubahan dalam salah satu (atau lebih) variabel-variabel tersebut akan menggeser
kurva penawaran.

Sekarang anggaplah bahwa harga bahan mentah turun. Bagaimana hal ini berdampak
pada kurva penawaran? Biaya bahan mentah yang lebih rendah, memang lebih rendah dari
biaya apapun, membuat produksi lebih menguntungkan, mendorong pemain-pemain lama
untuk mengembangkan produksi dan memungkinkan pemain baru memasuki pasar. Jika pada
saat bersamaan harga pasar tetap berada pada P1 , kita bisa menduga adanya kuantitas
penawaran yang lebih tinggi. Ketika biaya produksi menurun, output meningkat berapa pun
harga pasar yang berlaku. Keseluruhan kuva penawaran akan bergeser ke kanan.

5
Cara lain memandang dampak dari menurunnya biaya bahan mentah adalah dengan
membayangkan bahwa kuantitas yang dihasilkan tetap berada pada Q1 dan kemudian
menanyakan berapa harga yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilakan kuantitas
demikian. Karena biaya lebih rendah, perusahaan akan menerima harga yang lebih rendah. Hal
ini berlaku tanpa memandang berapa kuantitas yang dihasilkan. Sekali lagi, bahwa kurva
penawaran harus bergeser ke kanan.

2.3 Kurva Penawaran

Kurva penawaran menunjukkan kuantitas suatu barang yang ingin dijual oleh produsen
pada harga tertentu, dengan menganggap faktor-faktor lain konstan yang mungkin dapat
mempengaruhi kuantitas penawaran.

Kurva penawaran merupakan hubungan antara kuantitas penawaran dan harga.

Persamaannya adalah sebagai berikut

𝑄𝑠 = 𝑄𝑠(𝑃)

Secara grafis dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 1.3

Perhatikan bahwa kurva penawaran pada gambar 1.3 kemiringannya ke atas. Dengan kata lain,
makin tinggi harga, makin banyak yang bersedia diproduksi dan dijual oleh perusahaan.

6
2.4 Hukum Penawaran

Hukum penawaran adalah “apabila harga suatu barang atau jasa naik, maka jumlah
yang ditawarkan produsen akan bertambah dan sebaliknya, apabila harga suatu barang atau
jasa turun, maka jumlah yang ditawarkan produsen juga akan berkurang. Dari hukum
penawaran tersebut terlihat bahwa antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan produsen
memiliki hubungan positif atau searah. Artinya apabila harga suatu barang naik, maka jumlah
yang ditawarkan akan naik. Hal tersebut terjadi karena produsen selalu dianggap ingin
mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Artinya apabila harga suatu barang naik, maka
jumlah yang ditawarkan akan naik. Hal tersebut terjadi karena produsen selalu dianggap ingin
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

B. Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar adalah kecenderungan di pasar bebas di mana harga berubah hingga
pasar menemui titik keseimbangan yakni, hingga kuantitas penawaran dan permintaan sama.
Pada titik ini, karena tidak terjadi kelebihan permintaan atau penawaran, maka tidak ada
tekanan bagi harga untuk berubah lebih lanjut. Penawaran dan permintaan mungkin tidak selalu
dalam keadaan ekuilibrium dan sebagian pasar mungkin tidak segera mencapai kesetimbangan
ketika kondisi mulai berubah. Namun kecerunderungan bagi pasar adalah mencapai titik
setimbang.

Gambar 2.1

7
Untuk memahami mengapa pasar cenderung setimbang, anggaplah harga pada awalnya berada
dititik kesetimbangan pasar, katakanlah P1 pada Gambar 2.1. produsen akan berupaya untuk
memproduksi dan menjual lebih banyak ketimbang kesediaan konsumen untuk membeli.
Surplus adalah situasi saat kuantitas penawaran melebihi kuantitas permintaan akan terjadi.
Untuk menjual kelebihan kuantitas ini, produsen akan mulai menurunkan harga. Pada akhirnya,
saat harga menurun, kuantitas permintaan akan bertambah dan kuantitas penawaran akan
berkurang hingga harga ekuilibrium P0 tercapai.

Hal sebaliknya terjadinya apabila harga pada awalnya berada dibawah P0 katakanlah pada P2.
Maka akan terjadi kelangkaan, kelangkaan merupakan situasi di mana kuantitas permintaan
melebihi kuantitas penawaran, dan konsumen tidak mampu membeli semua yang mereka
inginkan. Hal ini akan mendorong harga untuk naik karena konsumen berupaya merebut
penawaran yang masih ada di konsumen lain dan produsen meresponnnya dengan
meningkatkan harga dan memperbesar output. Harga pada akhirnya akan mencapai P0.

Kapan Kita Dapat mengunakan model penawaran dan permintaan

Ketika kita menggambar dan menggunakan kurva penawaran dan permintaan, kita
mengasumsikan bahwa pada harga apapun, sejumlah kuantitas akan diproduksi dan dijual.
Asumsi ini hanya akan masuk akal apabila pasar setidaknya bersifat kompetitif. Yang
dimaksud disini adalah baik penjual maupun pembeli hanya memiliki kekuatan pasar yang
kecil. Yaitu, minimnya pengaruh individu untuk memberikan dampak pada harga pasar.
Anggaplah penawaran dikendalikan olehsatu produsen saja (monopolis). Dalam kasus
ini, tidak lagi tejadi hubungan satu-satu sederhana antara hara dan kuanitas penawaran.
Mengapa? Karena perilaku monopolis bergantung pada bentuk dan posisi kurva permintaan.
Jika kurva permintaan bergeser ke kiri sedemikian rupa, mungin akan membuat monopolis
tersebut menjaga kuantitas tidak berubah tetapi mengubah harga, atau menjaga harga tidak
berubah dan mengubah kuantitas. Dengan demkian, saat kita menghadapi kurva penawaran
dan permintaan secara implisit kita mengasumsikan bahwa yang sedan dihadapi adalah pasar
persaingan.

8
C. Perubahan Dalam Ekuilibrium Pasar

1. Ekuilibrium Baru Akibat Pergeseran Penawaran

Harga

S
S

P1

P3

Q1 Q3
Jumlah

Gambar 3.1

Pada Gambar 3.1, menunjukkan ekuilibrium baru akibat pergeseran penawaran. Kurva
telah bergeser dari S ke S’, mungkin akibat adanya penurunan bahan mentah. Sehinga, harga
pasar menurun dari P1 ke P3, dan kuantitas total yang dihasilkan bertambah dari Q1 ke Q3. Inilah
yang akan terjadi. Biaya yang lebih rendah menghasilkan harga yang lebih rendah dan
penjualan meningkat. (memang, penurunan biaya secara erangsur-angsur berkat adanya
kemajuan teknologi dan manajemen yang lebih baik menjadi kekuatan pendorong
pertumbuhan ekonomi yang penting).

9
2. Ekuilibrium Baru Setelah Permintaan Bergeser
Harga

P3

P1

D
D ’
Q1 Q3
Jumlah
Gambar 3.2

Gambar 3.2 menunjukan apa yang terjadi setelah terjadi pergeseran ke kanan kurva
permintaan akibat dari katakanlah, peningkatan pendapatan. Harga dan kuantitas baru terjadi
setelah pertimbangan setimbang dengan penawaran. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.2, kita bisa menduga bahwa konsumen membayar harga yang lebih tinggi, Py dan perusahaan
menghasilkan kuantitas yang lebih banyak Qy, sebagai akibat dari peningkatan pendapatan.

3. Ekuilibrium Baru Setelah Penawaran dan Permintaan Bergeser


Harga

S
S’

P2
P1

D D’
Q1 Q2
Jumlah
Gambar 3.3 Kurva Ekuilibrium Baru Setelah Penawaran dan Permintaan Bergeser

10
Kurva penawaran dan permintan bergeser dari waktuke waktu seiring dengan
berubahnya kondisi pasar. Pada contoh ini. Pegeseran ke kanan pada kurva penawaran dan
permintaan mengakibatkan harga yang sedikit lebih tinggi dan kuantitas yang jauh lebih
banyak. Secara umum, perubahan harga da kuatitas bergantung pada sejauh mana setiap kurva
begeser dan bentuk dari kurva tersebut.

Kurva penawaran dan permintaan dapat digunakan untuk melacak dampak perubahan-
perubahan ii. Pada Gabar 3.3 misalnya, pergeseran ke kanan pada penawaran dan permintaan
menghasilkan harga yag sedikit lebih tinggi dari P1 ke P2 dan kuantitas yang jauh lebih besar
dari Q1 ke Q2. Secara umum, harga dan kuantitas akan berubah bergantung pada sejauh mana
kurva penawaran dan permintaan dan bentuk kurva-kurva tersebut. Untuk memperkirakan
ukuran dan arah perubahan ini, kita arus mengenali secara kuantitas ketergantungan penawaran
dan permintaan terhadap harga dan variabel-variabel lain.

Contoh : Kesenjangan Upah di AS

Selama dua dekade terakhir, upah pekerja berpenghasilan tinggi yang terampil telah
meningkat secara substansial, sementara upah pekerja berpenghasilan rendah yang tidak
terampil sedikit menurun.
Dari 1978 hingga 2005, orang-orang yang berada di atas 20 persen dari distribusi
pendapatan mengalami peningkatan pendapatan rumah tangga sebelum pajak riil (disesuaikan
dengan inflasi) rata-rata 50 persen, sementara mereka yang berada di bawah 20 persen melihat
rata-rata pendapatan sebelum pajak riil mereka meningkat hanya dengan 6 persen.
Sementara pasokan pekerja tidak terampil - orang-orang dengan pendidikan terbatas -
telah tumbuh secara substansial, permintaan mereka hanya sedikit meningkat.
Di sisi lain, sementara pasokan pekerja terampil. Misalnya, Insinyur, ilmuwan, manajer,
dan ekonom, tumbuh perlahan, permintaan meningkat secara dramatis, mendorong kenaikan
upah.

D. Elastisitas Penawaran dan Permintaan

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah persentase perubahan dari sebuah variabel yang
diakibatkan dari 1 persen peningkatan dari variabel lain (Pindick dan Rubinfeld, 2012).

11
Elastisitas akan mengukur sensitivitas dari satu variabel ke variabel lainnya. Dengan kata lain,
elastisitas mengukur seberapa besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.
Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini adalah untuk meramalkan apa yang akan
terjadi jika harga barang/jasa dinaikkan. Berikut ini adalah peta konsep elastisitas beserta
pembagiannya.
Peta Konsep Elastisitas

Elastis, Inelastis, Unitary,


Elastisitas
Elastis Sempurna, Inelastis
Harga
Sempurna

Elastisitas Elastisitas
Inferior dan Superior
Permintaan Pendapatan

Elastisitas Substitusi dan


Silang Komplementer
Elastisitas

Elastis, Inelastis, Unitary,


Elastisitas Elastisitas
Elastis Sempurna, Inelastis
Penawaran Harga
Sempurna

1. Elastisitas permintaan
1.1 Elastisitas Harga
Elastisitas harga permintaan adalah persentase perubahan pada kuantitas permintaan suatu
barang yang diakibatkan dari adanya 1 persen peningkatan pada harganya (Pindick dan
Rubinfeld, 2012). Derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang
tersebut atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari pada prosentasi perubahan jumlah
barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum
permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
Koefisien elastisitas harga dapat dihitung melalui dua cara:
a. Elastisitas Titik (point elasticity)
Elastisitas titik mengukur elastisitas titik tertentu pada suatu fungsi. Konsep ini
digunakan untuk mengukur pengaruh terhadap variabel terikat (Q) sebagai akibat dari
perubahan yang sangat kecil dari variabel bebas (P). Meskipun konsep elastisitas titik ini dapat
memberikan estimasi pengaruh yang akurat terhadap Q sebagai akibat dari perubahan (kurang
dari 5 persen) dari variabel bebas (P), tapi konsep ini tidak digunakan untuk mengukur
pengaruh terhadap Q sebagai akibat dari perubahan dari variabel bebas (P) dalam skala besar.

12
% Perubahan Q ∆Q ∆P ΔQ P
Ep = = : = x
% Perubahan P Q P ΔP Q
Keterangan :
Ep : Elastisitas Harga Permintaan
∆Q : Perubahan jumlah barang yang di minta
Q : Jumlah barang yang di minta
∆P : Perubahan Harga
P : Harga
Contoh :
P1 = Rp 4.000 Q1 = 10.000 kg
P2 = Rp 3.000 Q2 = 15.000 kg
Q P 5.000 4.000
Ep =  = x = -5 X 4/10 = -20/10 = -2
P Q −1000 10.000
Penurunan harga sebesar 1% menyebabkan kenaikan permintaan sebesar 2%. Jika harga turun
25 % yakni (75% x Rp 4.000 =Rp 3.000) menyebabkan kenaikan permintaan 50% yakni (1,5
x 10.000 kg = 15.000 kg)
b. Elastisitas Busur (arch elasticity)
Elastisitas Busur digunakan untuk mengukur pengaruh perubahan terhadap variabel
terikat (Q) sebagai akibat dari perubahan dalam skala besar dari variabel bebas (P). Jadi
elastisitas ini mengukur elatisitas rata-rata dalam interval suatu fungsi tertentu.
PerubahanQ Rata  RataP
Elastisitas busur = 
Rata  RataQ PerubahanP
Q P2  P1 / 2 Q P2  P1
=   
Q2  Q1 / 2 P P Q2  Q1
Keterangan:
ΔQ : perubahan jumlah permintaan
ΔP : perubahan harga barang
P1 : harga mula-mula
P2 : harga barang yang berubah
Q1 : jumlah permintaan mula-mula
Q2 : jumlah permintaan barang yang berubah

13
harga
Elastisitas titik
P2 Elastisitas busur
P1 Elastisitas titik

0 Q1 Q2 kuantitas

Sumber : Sadono Sukirno. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar


Dalam hukum perrmintaan berlaku adanya hubungan negatif (inverse) anatara harga
dengan jumlah barang yang diminta. Ini berakibat bahwa elastisitas harga bertanda negatif
artinya kenaikan harga suatu barang akan menurunkan jumlah barang yang diminta dan
sebaliknya penurunan harga suatu barang, jumlah barang yang diminta akan naik. Nilai
elastisitas harga permintaan tersebut bergerak dari nol sampai tak berhingga atau 0 ≤ Ep ≥ 1,
dengan uraian sebagai berikut :
1.1.1 Elastis
Bila nilai Ep > 1, kurva permintaannya bersifat elastis. Kurva permintaan elastis apabila
harga berubah dan permintaan akan mengalami perubahan dengan persentasi yang melebihi
persentasi perubahan harga. Koefisien permintaan elastis bernilai lebih dari satu ( E >1), artinya
kenaikan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah permintaan lebih dari 1 persen,
dan sebaliknya. Bentuk kurva permintaanya adalah lebih landai. Contoh barang yang bersifat
elastis adalah barang mewah, walaupun harganya naik tetapi permintaan terhadap barang
tersebut tetap tinggi.
1.1.2 Inelastis
Bila nilai Ep < 1, maka kurva permintannya bersifat inelastis. Nilai tersebut muncul
karena persentasi perubahan harga lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang
diminta. Nilai E < 1, artinya kenaikan harga sebesar 1 persen hanya diikuti penurunan jumlah
yang diminta kurang dari satu persen, sebaliknya penurunan harga sebesar 1 persen
menyebabkan kenaikan jumlah barang yang diminta kurang dari 1 persen, bentuk kurvanya
lebih curam. Contoh produk yang permintaan nya bersifat tidak elastis diantaranya adalah
kebutuhan pokok. Misalnya Beras meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan
konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat
penggunaannya, namun cenderung tidak akan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya

14
pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan
harga. Ini karena konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lain
yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya
tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena kita tetap membutuhkan bensin untuk
bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, kita juga tidak mungkin bepergian terus
menerus demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini
mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.
1.1.3 Uniter
Bila nilai Ep = 1, kurva permintaanya bersifat elastisitas kesatuan (unitary elasticity).
Permintaan elastisitas uniter terjadi jika perubahan permintaan sebanding dengan perubahan
harga. Kurva elastisitas uniter ini mempunyai koefisien elastisitas permintaan sebesar satu
(E=1) dan berbentuk melengkung yang artinya kenaikan harga sebesar 1 persen diikuti oleh
penurunan jumlah permintaan sebesar 1 persen, dan sebaliknya. Contoh barang elastisitas
uniter adalah kebutuhan sekunder seperti alat elektronik.
1.1.4 Elastis Sempurna
Bila nilai Ep = ~, kurva permintaanya bersifat elastis sempurna. Permintaan elastis
sempurna terjadi apabila pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang
ada di pasar. Jadi, berapapun banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada harga
tersebut, semuanya akan terjual. Kurva permintaan elastisitas sempurna berbentuk sejajar
dengan sumber datar dan elastisitasnya tidak terhingga. Contoh produk yang permintaan nya
bersifat elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa
yang memiliki karakteristik sama dan fungsi yang sama meskipun dijual di tempat yang
berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda. Seperti contoh adalah paperclip,
biasanya saat membeli paperclip cenderung tidak melihat atau memperhitungkan perbedaan
merk, namun yang dijadikan bahan perbandingan adalah harga. Pada saat membeli, pasti lebih
memilih paperclip dengan harga yang lebih murah karena fungsi dari paperclip tersebut sama.
1.1.5 Inelastis Sempurna
Bila nilai εp = 0, maka kurva permintaannya bersifat inelastis sempurna. Permintaan
inelastis sempurna terjadi ketika perubahan harga tidak akan merubah jumlah barang atau jasa
yang diminta, jumlah yang diminta akan tetap walaupun harga mengalami kenaikan atau
penurunan. (Koefisien E=0). Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah
tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik

15
pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan, pelukis tersebut
tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh lainnya yang sejenis.
Jenis Elastisitas Permintaan

Kurva Jenis Permintaan

1.2 Elastisitas Pendapatan


Permintaan suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh perubahan pendapatan konsumen yang
bersangkutan. Elastisitas pendapatan adalah perubahan permintaan sebagai akibat dari
perubahan pendapatan seorang konsumen. Secara sistematis elastisitas pendapatan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Persentasi perubahan jumlah barang yang diminta
Ei =
Persentasi perubahan pendapatan

16
Ei = I x ∆Q
Q ∆I

Pada dasarnya terdapat tiga macam elastisitas pendapatan yaitu elastisitas pendapatan
positif, negatif, dan nol.
1. Elastisitas pendapatan positif/ Superior
Elastisitas pendapatan positif terjadi apabila peningkatan pendapatan konsumen akan
menyebabkan peningkatan permintaan pula. Contoh barang tersebut yaitu barang superior.
Barang superior adalah barang yang terlihat mewah di mata konsumen seperti mobil, rumah
dan sebagainya.
2. Elastisitas pendapatan negatif/Inferior
Elastisitas pendapatan negatif terjadi apabila peningkatan pendapatan konsumen dapat
menyebabkan penurunan permintaan akan suatu barang. Contoh barang tersebut adalah barang
inferior. Barang inferior adalah barang yang kurang berarti atau bernilai dimata konsumen.
3. Elastisitas pendapatan nol
Elastisitas pendapatan nol terjadi tingkat pendapatan meningkat tetapi tidak menyebabkan
perubahan terhadap permintaan suatu barang. Contoh barang tersebut adalah barang normal
atau barang pokok.
Terminologi untuk nilai elastisitas pendapatan
Nilai Elastisitas Sebutan Barang Kenaikan Pendapatan Penurunan Pendapatan
Pendapatan Mengakibatkan Mengakibatkan
E>0 Superior Jumlah barang yang Jumlah barang yang diminta
diminta naik turun
E<0 Inferior Jumlah barang yang Jumlah barang yang diminta
diminta turun naik
E=0 Barang normal Jumlah barang yang Barang Y yang diminta tetap
diminta tetap

1.3 Elastisitas Silang


Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap
perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Apabila
perubahan harga barang X menyebabkan permintaan barang Y berubah, maka hubungan
keduanya digambarkan sebagai elastisitas silang. Hubungan tersebut dapat berupa pengganti,

17
dapat pula bersifat pelengkap. Besarnya elastisitas silang (EC) dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut :
Persentasi perubahan jumlah barang X yang diminta
EC =
Persentasi perubahan harga barang Y
Nilai elastisitas silang berkisar antara tak terhingga negatif sampai tak terhingga positif.
Terdapat tiga macam respons perubahan permintaan suatu barang (misal barang X) karena
perubahan harga barang lain (barang Y), yaitu : positif, negatif, dan nol.
1. Elastisitas silang positif/Substitusi
Jumlah permintaan barang X berubah ke arah yang bersamaan dengan perubahan harga
barang Y. Jika harga Y naik, maka jumlah permintaan atas barang X juga naik. Keduanya
sama-sama akan mengalami kenaikan atau penurunan. Contohnya adalah barang-barang yang
bersifat substitusi (pengganti) seperti mobil dan bus kota. Jika harga mobil bertambah mahal,
permintaan atas mobil berkurang tetapi sebaliknya permintaan atas bus kota semakin
bertambah karena orang lebih banyak naik bus kota untuk berpergian daripada menggunakan
mobil.
2. Elastisitas silang negatif/Komplementer
Jumlah permintaan barang X berubah ke arah yang berlawanan dengan perubahan harga
barang Y. Jika harga Y naik, maka jumlah permintaan atas barang X berkurang, sebaliknya
jika harga barang Y turun, maka jumlah permintaan atas barang X bertambah. Peningkatan
harga barang X mengakibatkan turunnya permintaan barang Y. Contohnya adalah barang-
barang yang bersifat komplementer (pelengkap) seperti BBM dan kendaraan bermotor.
Peningkatan harga BBM mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor.
Sebagian orang lebih suka menggunakan kendaraan umum daripada memiliki kendaraan
bermotor.
3. Elastisitas silang nol
Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang
B. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan mempengaruhi permintaan kendaraan
bermotor.

18
Nilai elastisitas silang
Nilai Hubungan Kenaikan Harga Barang X Penurunan Harga Barang X
Elastisitas Antar Barang Mengakibatkan Mengakibatkan
Silang
E>0 Substitutif Barang Y yang diminta naik Barang Y yang diminta
turun
E<0 Komplementer Barang Y yang diminta turun Barang Y yang diminta naik
E=0 Tidak ada Barang Y yang diminta tetap Barang Y yang diminta
hubungan tetap

Contoh Pengukuran Elastisitas Silang


Harga mobil rata-rata naik dari Rp 80 juta menjadi Rp 100 juta, sedangkan permintaan
sepeda motor mengalami peningkatan dari 90 unit menjadi 120 unit. Berapa nilai elastisitas
silang antara mobil dengan sepeda motor dan bagaimana hubungan kedua barang tersebut
dapatdihitung sebagai berikut.
Perubahan kuantitas sepeda motor ∶ kuantitas sepeda motor mula − mula
EC =
Perubahan harga mobil ∶ harga mobil mula − mula
(120 − 90)/90 30/90 1/3 1 4 4
= = = = x = = 1,3
(100 juta − 80 juta)/80 juta 20 juta/80 juta 1/4 3 1 3

Karena elastisitas silang bernilai positif, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan mobil
dan sepeda motor bersifat substitutif (atau saling menggantikan).

2. Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran akan diuraikan seperti elastisitas harga prmintaan. Elastisitas
penawaran adalah persentase perubahan dalam kuantitas penawaran yang diakibatkan adanya
peningkatan satu persen pada harga. Elastisitas ini biasanya positif karena harga yang lebih
tinggi akan memberikan insentif bagi produsen untuk meningkatkan output. Sama seperti
elastisitas permintaan, koefisien elastisitas penawaran dapat dibedakan menjadi jenis Elastis,
Inelastis, Unitary, Elastis Sempurna, Inelastis Sempurna.

Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Dalam elastisitas ini, membahas mengenai rentang waktu yang dibutuhkan untuk
mengukur perubahan kuantitas permintaan dan penawaran. Elastisitas jangka pendek berarti

19
waktu yang dibutuhkan adalah kurang atau sama dengan satu tahun. Sedangkan elastisitas
jangka panjang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun, sehingga memberikan waktu bagi
konsumen dan produsen untuk benar-benara menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada.
1. Elastisitas Permintaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Umumnya untuk kebanyakan barang, permintaan harga akan lebih elastis dalam jangka
waktu panjang dari pada jangka pendek. Tetapi berikut ini ada kondisi-kondisi dimana
keelastisitasan suatu barang berbeda untuk jangka pendek dan panjang.
Pertama, untuk barang yang habis sekali pakai maka permintaan harga akan lebih
elastis dalam jangka waktu panjang dari pada jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh
konsumen membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan mereka. Misalnya bila harga kopi
naik, konsumen yang biasa minum kopi banyak, sulit mengubah kebiasaan itu dalam jangka
pendek. Akibatnya permintaan kopi dalam jangka pendek mengalami penurunan yang relative
sedikit dibanding jangka panjang.
Kedua, terkadang permintaan suatu barang berkaitan dengan barang lain yang
berubahnya baru terlihat dalam jangka panjang. Misalnya bila harga bensin naik, maka
konsumen segera melakukan penyesuaian dengan mengurangi jam pemakaian kendaraan untuk
menghemat penggunaan bensin karena harganya yang mahal. Bila dilakukan penghematan
bensin maka permintaan harga bensin akan lebih elastis pada kondisi jangka panjang dari pada
jangka pendek. Sebaliknya, untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun seperti
mobil. Dengan adanya kenaikan harga konsumen pada awalnya enggan membeli mobil baru,
tetapi seiring berjalannya waktu untuk jangka panjang mobil lama akan rusak dan harus diganti.
Sehingga kuantitas permintaan mobila akan kembali naik. Dapat disimpulkan permintaan
jangka pendek lebih elastis daripada jangka panjang.

2. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam jangka panjang,
dibanding dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang perusahaan mampu mengatasi

20
kendala – kendala yang muncul dalam jangka pendek. Untuk beberapa barang, penawaran
dalam jangka pendeknya inelastis sempurna (Es=0). Output sector property adalah salah satu
contohnya bila di Jakarta ada 5.000 unit apartemen siap sewa, maka jumlah permintaan yang
terpenuhi maksimal 5.000 unit. Dalam 3 bulan kedepan ada lonjakan permintaan sebesar
10.000 unit, maka kelebihan permintaan itu tidak terespon oleh sisi penawaran. Sebab tidak
mungkin membangun apartemen baru sebanyak 5.000 unit dalam tempo kurang dari 3 bulan.
Tapi ada juga barang yang penawarannya justru lebih elastis dalam jangka pendek,
dibanding dalam jangka panjang. Barang itu umumnya yang dapat didaur ulang ( recycling ).
Misalnya logam besi untuk kebutuhan industry dapat diperoleh dari hasil primer
pertambangan (primary mental) atau hasil daur ulang. Primary mental mempunyai elastisitas
penawaran dalam jangka panjang yang lebih besar dibanding dalam jangka pendek, baik karena
kemajuan teknologi maupun cukupnya waktu untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dalam
jangka waktu yang lebih panjang terdapat insentif yang lebih besar untuk mengubah tembaga
bekas menjadi penawaran baru. Pada awalnya penawaran sekunder meningkat tajam tetapi
cadangan tembaga menurun dan penawaran sekunder menurun. Penawaran tembaga sekunder
kurang elastis dalam jangka panjang dari pada dalam jangka pendek.

Harga Harga
S j.pdk S j.pjg
S j.pjg S j.pdk

Jumlah Jumlah

Penawaran Permintaan
Tembaga Primer Tembaga Sekunder

E. Memahami dan memprediksi Dampak dari Perubahan Kondisi Pasar


Jika kita dapat memprediksi, setidaknya secara kasar, kurva penawaran dan permintaan
untuk pasar tertentu, kita dapat menghitung harga keseimbangan pasar dengan menyamakan
kuantitas penawaran dengan kuantitas permintaannya. Juga, jika kita mengetahui bagaimana

21
penawaran dan permintaan bergantung pada variabel ekonomi lain, seperti pendapatan atau
harga barang lain, kita dapat menghitung bagaimana harga dan kuantitas keseimbangan pasar
akan berubah seiring dengan berubahnya variabel lain tersebut.
Untuk menggunakan kurva penawaran dan permintaan dalam menganalisis dan
memprediksi dampak dari perubahan kondisi pasar, kita harus mulai menghubungkan angka.
Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah mencocokkan kurva permintaan dan penawaran
linear kedalam data pasar. Tujuannya adalah menuliskan kurva penawaran dan permintaan
yang cocok atau konsisten dengan angka-angka tersebut. Kemudian dapat menentukan secara
numeris bagaimana perubahan suatu variabel dapat menyebabkan penawaran atau permintaan
bergeser sehingga berdampak pada harga dan kuantitas pasar.

Gambar 2.19 Mencocokkan Kurva Penawaran dan Permintaan Terhadap Data

Dari kurva linear yang ditunjukkan pada gambar 2.19 di atas, kita dapat menuliskan kurva
tersebut secara aljabar seperti berikut:
Permintaan Q = a – bp
Penawaran Q = c + dp
Langkah 1: Setiap elastisitas harga baik itu penaaran maupun permintaan dapat ditulis sebagai
berikut ini:
E = (P/Q) (∆Q/∆P)

Dimana ∆Q/∆P merupakan perubahan dalam kuantitas permintaan atau penawaran yang terjadi
akibat adanya perubahan kecil pada harga. Untuk kurva linear ∆Q/∆P adalah konstan. ∆Q/∆P
= d untuk penawaran dan ∆Q/∆P = -b untuk permintaan. Subtitusi dari ∆Q/∆P kedalam rumus
elastisitas:

22
Permintaan: ED = -b(P*/Q*)
Penawaran: ES = d(P*/Q*)
Dimana P* dan Q* adalah harga dan kuantitas ekuilibrium yang telah dimiliki datanya dan
ingin di gambarkan kurvanya. Karena kita telah memiliki angka untuk ES, ED, P* dan Q*, kita
dapat menyubstitusikan angka-angka tersebut dan mendapatkan nilai b dan d.

Langkah 2: Setelah mengetahui b dan d, sehingga dapat menyubtitusikan angka-angka ini juga
untuk P* dan Q* kedalam persamaan dan menyelesaikan konstanta lain yaitu a dan c.
a = Q* + bP*
Kemudian menggunakan data yang kita dapatkan untuk Q* dan P* bersama dengan angka yang
telah dihitung pada langkah 1 untuk mencari b untuk mendapatkan a.

Analisis numeris sederhana seringkali dapat dilakukan dengan menyesuaikan kurva


penawaran dan permintaan terhadap data harga dan kuantitas dan angka perkiraan elastisitas.
Bagi banyak jenis pasar, data dan perkiraan tersebut cukup banyak tersedia, dan perhitungan
sederhana dapat membantu kita dalam memahami karakteristik juga perilaku pasar. Seperti
pada contoh berikut ini: penawaran dan permintaan jangka panjang pasar tembaga dunia.
Angka-angka yang relevan untuk pasari adalah sebagai berikut”
Kuantitas Q* = 18 juta kubik ton per tahun
Harga P* = $3,00 per pon
Elastisitas Penawaran ES = 1,5
Elastisitas Permintaan ED = -0,5
(Harga tembaga berfluktuasi selama beberapa dekade terakhir antara kisaran $0,60 dan lebih
dari $4,00, tetapi $3,00 adalah harga rata-rata yang masuk akal untuk periode 2008-2011).
Kita mulai dengan persamaan kurva penawaran dan menggunakan prosedur dua langkah tadi
untuk mendapatkan angka c dan d. Elastisitas harga penawaran jangka panjang adalah 1,5, P*
= $3,00 dan Q* = 18.
● Langkah 1: Substitusikan angka-angka ini pada persamaan elastisitas penawaran untuk
mendapatkan d:
1,5 = d(3/18) = d / 6
Sehingga d = (1.5)(6) = 9
● Langkah 2: Substitusikan angka tersebut pada d, bersama dengan nilai untuk P* dan
Q*, pada persamaan kurva penawaran untuk mendapatkan c:
18 = c + (9)(3,00) = c + 27

23
Sehingga c = 18 - 27 = -9. Kita sekarang mengetahui nilai c dan d, sehingga dapat menuliskan
kurva penawaran kita:
Penawaran: Q = -9 + 9P
Kita sekarang bisa mengikuti langkah yang sama untuk persamaan permintaan. Angka
perkiraan untuk elastisitas permintaan jangka panjang adalah -0,15. Pertama-tama,
substitusikan angka ini, dan juga nilai untuk P* dan Q* pada persamaan elastisitas permintaan
untuk mencari b:
-0,5 = -b(3/18) = -b/6
Sehingga b = (0,5)(6) = 3. Kedua, substitusikan angka ini, dan juga nilai untuk P* dan Q* pada
persamaan permintaan untuk mencari b:
18 = a = (3)(3) = a - 9
Sehingga a = 18 + 9 = 27. Dengan demikian, kurva permintaan kita adalah:
Permintaan: Q = 27 - 3P
Untuk mengecek apakah kita tidak melakukan kesalahan, samakan kuantitas penawaran
dengan kuantitas permintaan dan hitunglah harga ekuilibrium yang dihasilkan:
Penawaran = -9 + 9P = 27 - 3P = Permintaan
9P + 3P = 27 + 9
Atau P = 36/12 = 3,00, yang memang adalah harga ekuilibriumnya.
Meskipun kita telah menuliskan penawaran dan permintaan sedemikian rupa sehingga
keduanya hanya bergantung pada harga, kedua kurva ini bisa dengan mudah bergantung pada
variabel lain juga. Permintaan, misalnya, mungkin bergantung pada pendapatan sebagaimana
harga. Kita dapat menuliskan permintaan sebagai berikut:
Q = a - bP + fI
Di mana I adalah indeks pendapatan agregat atau PDB. Sebagai contoh, I mungkin sama
dengan 1,0 pada tahun dasar dan kemudian bisa menurun atau meningkat seiring dengan
bergeraknya persentase penurunan atau peningkatan pendapatan agregat.
Untuk contoh pasar tembaga kita, perkiraan yang logis untuk elastisitas pendapatan
permintaan jangka panjang adalah 1,3. Untuk kurva permintaan linear, kita dapat menghitung
f dengan menggunakan rumus elastisitas pendapatan permintaan: E = (f/Q)(∆Q/∆I). Dengan
menganggap nilai dasar I sama dengan 1,0, kita mendapatkan
1,3 = (1,0/18)(f)
Jadi, f = (1,3)(18)/(1,0) = 23,4. Terakhir, dengan menyubsitusikan nilai b = 3, f= 23,4. P* =
3,00, dan Q* =18. Dari persamaan Q = a - bP + fI, kita dapat menghitung bahwa a harus sama
dengan 3,6.

24
F. Dampak Intervensi Pemerintah - Pengendalian Harga
Ketika pemerintah memberlakukan pengendalian harga, harga berada di bawah tingkat
harga yang menyamakan penawaran dengan permintaan. Kelangkaan pun terjadi; kuantitas
permintaan melebihi kuantitas penawaran.

Gambar 2.24 Dampak Pengendalian Harga

Kurva mengilustrasikan dampak dari pengendalian harga. P0 dan Q0 merupakan harga


dan kuantitas ekuilibrium yang berlaku tanpa adanya peraturan pemerintah. Akan tetapi,
pemerintah telah memutuskan bahwa P0 terlalu tinggi dan memberlakukan bahwa harga tidak
bisa melebihi harga tertinggi maksimum yang diizinkan, dinyatakan dengan Pmax. Pada harga
yang lebih produsen akan mengurangi produksi, dan kuantitas penawaran akan menurunkan
Q1. Disisi lain, konsumen akan menambah permintaan pada harga rendah tersebut; mereka
akan menambah permintaan pada kuantitas Q2 oleh karena itu melebihi penawaran dan
kelangkaanpun terjadi atau dengan kata lain, terjadi kelebihan permintaan. Jumlah kelebihan
permintaan ini addalah Q2 – Q1.
Tanpa adanya pengendalian harga, pasar mengalami kesetimpangan pada harga dan
kuantitas ekuilibrium P0 da Q0. Jika harga diatur sehingga tidak melebihi Pmax maka kuantitas
penawaran turun ke Q1, kuantitas permintaan naik ke Q2 dan kelangkaan pun terjadi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Febianti, Yopi. (2014). Permintaan dalam Ekonomi Mikro. Edunomic, 2 (1)

Pindyck, RS. (2014). Mikroekonomi. Putera, DB, Penerjemah. Jakarta (ID):Erlangga.


Terjemahan dari: Microeconomics.

Sukirno, Sadono. (2011). Mikro Ekonomi Teori. Jakarta:Rajawali Pres

______________.(2013). Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Diambil dari:


http://basicekonomi.blogspot.com/2013/05/elastisitas-permintaan-dan-penawaran.html
pada tanggal: 5 September 2019.

26

Anda mungkin juga menyukai