Anda di halaman 1dari 23

MIOMA UTERI

1. DEFINISI

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, leiomioma atau pun fibroid. 1 . Sutoto J. S. M.,
2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo, Jakarta.338-345

Leiomyomata uteri atau disebut juga mioma dan fibroid merupakan satu proliferasi lokal oleh sel otot
2
polos yang dikelilingi oleh pseudokapsul serat otot yang terkompresi. Douglas L Laube, et all. Uterine
Leiomyoma and Neoplasia in Obstetrics and Gynecology. 6th ed, Wolters Kluwer Health, The American
College of Obstetricians and Gynecologist, Philadephia; 2010 : pg.389-92.

Leiomyoma adalah neoplasma otot polos yang jinak yang berasal dari myometrium. Sering juga disebut
sebagai myoma uteri dan sering disalah anggap sebagai fibroid karena jumlah collagen di dalamnya yang
menimbulkan konsistensi fibrous. 33. Cunningham, et all . Pelvic Mass in Williams Gynecology, 23rd edition,
Mc Graw Hill, United States, 2008.

Leiomyoma uteri adalah neoplasma jinak klonal yang berasal dari sel otot polos pada dinding uteri.
Leiomyoma atau disebut juga fibromyoma,myoma dan fibroid mengandung kolagen dan elastin ekstraseluler
yang lebih tinggi. Myoma ini boleh membesar sehingga menyebabkan gangguan yang signifikan pada
permukaan dan ruang uteri. 4. Goodwin T, Laufer N, Nathan L, DeCherney A. Leiomyoma of the uterus in
Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 10th edition, Mc Graw Hill, United States,2007.

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat
fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini
berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya lebih dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma
jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berbeda-
beda sesuai dengan besar dan letak mioma. Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium
disebut leiomioma. Tetapi karena tumor ini berbatas tegas maka disebut juga fibroid. Sebanyak 95% mioma
uteri berasal dari korpus uteri dan 5% berasal dari serviks.

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan
jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak
ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah
produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan
prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017). Apriyani, Yosi. . Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2No. 5

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus, yang diselingi untaian jaringan
ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis, dan sering terjadi pada usia reproduksi. Tumor ini juga dikenal dengan
istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, dan uterine fibroid. Dapat bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai
ukuran besar, konsistensinya keras dengan batas kapsel yang jelas sehingga dapat dilepas dari jaringan
sekitarnya.(3) Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers, 17 th edition, Editor Campbell SC, Monga A,
page 115-118

Neoplasma ini berbatas tegas, memiliki kapsul, terbentuk dari otot polos dan elemen jaringan penyambung
fibrosa.(15)Taber BZ. Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: Supriyadi T,
Gunawan J Edisi 2. Jakarta : EGC, 1994. 268-272

Mioma uteri terdiri dari serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dikelilingi
kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian duktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada
miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar
kacang polong sampai sebesar bola kaki.(16,17) 16.Llewellyn, J, D. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan
Ginekologi. Hipokrates, Jakarta. Hal 263-265. 17.Cunningham, Mc Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap,
Hanskin, Clark.2003. William’s Obstetrics. Prentice-Hall International.Inc

2. ETIOLOGI

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi
somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot
imatur yang ada dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Apapun asalnya, tumor mulai dari benih- benih multipel yang sangat kecil dan teratur pada
miometrium. Benih-benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun bukan dalam hitungan
bulan) di bawah pengaruh estrogen sirkulasi. Mula- mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat
berkembang ke berbagai arah. Setelah menopouse, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yang
banyak, mioma cenderung mengalami atrofi.(16) 16. Llewellyn, J, D. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan
Ginekologi. Hipokrates, Jakarta. Hal 263-265.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa
mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi
pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-
phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler. Transformasi
neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor.
Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui
estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi
yang lebih tinggi dibanding dari myometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah disbanding
endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun
mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan
pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran
tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian
Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat
pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian,
beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil
pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri
adalah adanya sel yang imatur.
1. Teori stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa
masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos
miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab
mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormone estrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma
uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan
produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka
pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan
pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen
pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan.
yang berkisar sebesar 0,04%.
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002).
3. FAKTOR RESIKO

Dalam Enviromental Health Perspectives, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh sebagai faktor risiko
terjadinya mioma uteri, yaitu:
a. Umur
Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur. Ini juga bertepatan dengan penelitian
yang pernah dijalankan di India (Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College
and Hospital) bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun dengan usia
rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%.10 Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita di bawah umur 20
tahun dan belum pernah dilaporkan terjadi kasus sebelum menarche, dan setelah menopause hanya 10%
kejadian mioma uteri yang masih dapat bertumbuh lebih lanjut. Mioma uteri biasanya akan menunjukkan
gejala klinis pada umur 40 tahun keatas.

b. Ras dan Genetik


Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada ras Afrika-Amerika (kulit hitam) jika dibandingkan dengan ras
Kaukasia (kulit putih). Wanita kulit hitam memiliki risiko lebih besar untuk menderita mioma jika
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Terlepas dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma uteri.

c. Paritas
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita nullipara atau wanita yang kurang subur. Mioma uteri
berkurang pada wanita yang mempunyai anak lebih dari satu dibandingkan dengan wanita yang belum
pernah melahirkan (nullipara) hal ini berkaitan juga dengan keadaan hormonal. Beberapa penelitian
menemukan hubungan saling berbalik antara paritas dan munculnya mioma uteri. Hal ini disebabkan
besarnya jumlah reseptor estrogen yang berkurang di lapisan miometrium setelah kehamilan.

d. Diet/makanan
Makanan memiliki hubungan dengan kejadian mioma uteri. Makanan seperti daging setengah masak akan
meningkatkan risiko terhadap kejadian mioma uteri, selain itu terdapat diet/ makanan yang dapat
mengurangi resiko terhadap kejadian mioma uteri, seperti sayuran hijau yang tinggi serat dan buah-
buahan.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah setinggi
21% untuk setiap peningkatan indeks massa tubuh. Ini terjadi karena obesitas menyebabkan peningkatan
konversi androgen adrenal kepada estrogen dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya
menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi
peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan hubungan
antara obesitas dan peningkatan kejadian mioma uteri. Wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh
(IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri.4,20,21

f. Menarche Dini
Menarche dini (< 10 tahun) meningkatkan risiko kejadian mioma uteri (1,24 kali) dan menarche terlambat
dapat menurunkan risiko kejadian mioma uteri11.

g. Status Haid
Mioma uteri paling sering terjadi pada wanita umur 35-45 tahun yang masih mengalami haid dan menurun
pada masa menopause, hal ini dikaitkan dengan produksi hormon estrogen yang masih dihasilkan oleh
tubuh. Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche, pada masa menopause mioma akan mengecil seiring dengan penurunan hormon
estrogen dalam tubuh. Namun pertumbuhan mioma uteri yang tetap membesar pada saat menopause
dicurigai terjadi keganasan sehingga tindakan histerektomi perlu dilakukan.

 Faktor-faktor risiko terjadinya mioma uteri seperti (20) Parker WH. Etiology, symptomatology, and
diagnosis of uterine miomas. Fertility and Sterility.Vol. 87, No. 4, April 2007. p725-3
• Umur: Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.
• Menarche dini: Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali.
• Ras: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko 2,9
kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.
• Riwayat keluarga: jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan
resiko 2,5 kali lebih besar.
• Kehamilan: semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan angka kejadian mioma uteri.
• Obesitas: resiko mioma meningkat pada wanita yang memiliki berat badan lebih atau obesitas
berdasarkan indeks massa tubuh.(10)
• Makanan: Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara makanan dengan
prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang
(redmeat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan
mioma uteri
• Kebiasaan merokok: Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan
bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan penghambatan enzim
aromatase oleh nikotin.
Faktor Risiko Alasan

Post menopause Menurun Hipoestrogenism

Menarche dini Meningkat Lebih lama terpapar dengan estrogen

Obesiti Meningkat Peningkatan konversi androgen menjadi estrogen

Kehamilan Menurun Remodel uterus saat involusi postpartum

Obat kontrasepsi kombinasi Menurun Paparan estrogen dihalang progesterone

Merokok Menurun Tahap estrogen serum menurun

Ras Afrika-Amerika Meningkat Perbedaan genetic dalam produksi hormone dan


metabolism

Ada riwayat dalam keluarga Meningkat Perbedaan genetic dalam produksi hormone dan
metabolism

4. TANDA GEJALA
 Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 – 50% pasien. Gejala yang disebabkan oleh
mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah mioma. Gejala dan tanda yang paling sering
adalah:

1. Perdarahan uterus yang abnormal.

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling
penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin
akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia
sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.
Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan
abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma
intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita
penderita mioma uteri yang asimptomatik. Patofisiologi perdarahan uterus yang abnormal yang
berhubungan dengan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menerangkan
bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek
langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan
vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler didalam uterus.
2. Nyeri panggul

Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh karena degenerasi akibat oklusi
vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik
yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas posterior.

3. Penekanan

Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ sekitar. Penekanan mioma
uteri dapat menyebabkan gangguan berkemih, defekasi maupun dispareunia. Tumor yang besar juga dapat
menekan pembuluh darah vena pada pelvik sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema
pada ekstremitas posterior.

4. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27 –
40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat
menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba
bilateral.
Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan untuk
motilitas sperma didalam uterus.
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.
Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

 Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :(6)

1. Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi
metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
• Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma
endometrium.
• Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
• Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
• Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

 Hematometra mungkin berlaku dengan adanya obstruksi pada serviks.6

2. Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.

3. Gejala dan tanda penekanan (preassure effect)

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan
menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.(2)

4. Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan
mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin
(1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

 Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dengan:


a. Anamnesis
Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah
ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai
tangkai yang terhubung dengan uterus.

 Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda
dan gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi

2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan
peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter, poliuri.

4. Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.

5. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.

 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar
sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Tumor teraba sebagai nodul
ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan-perubahan degeneratif. Mioma lebih
terpalpasi pada abdomen selama kehamilan.(1) Perlunakan pada abdomen yang disertai nyeri lepas dapat
disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.(19)

Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun pada keadaan tertentu, mioma submukosa
yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Kalau serviks
digerakkan, seluruh massa yang padat bergerak. Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan
bimanual rutin uterus.

Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa
yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus. Pada
kasus yang lain pembesaran yang licin mungkin disebabkan oleh kehamilan atau massa ovarium.(16) Mioma
subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan
menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan sonde uterus.
Mioma submukosum kadang- kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis, dan
terasanya benjolan pada pada permukaan kavum uteri .(14)

Diagnosis
1,
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan: 5 Goodwin T, Laufer N, Nathan L, DeCherney A.
Leiomyoma of the uterus in Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 10th edition, Mc
Graw Hill, United States,2007.

1. Anamnesis

- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.

- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.

- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

2. Pemeriksaan fisik

- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu dengan
rahim atau mengisi kavum Douglasi.
- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

3.
Gambaran Klinis 1,4

Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang terjadi berdasarkan ukuran dan
lokasi dari mioma yaitu :

a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)

b. Perut terasa penuh dan membesar

c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)

Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul.
Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai (myoma geburt), pelebaran leher rahim akibat
desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya adalah:

- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih menyebabkan gejala
frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)

- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau
sumbatan usus

- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi

Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis sekunder karena
penekanan pelvis (rongga panggul)7

4. Pemeriksaan luar :Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas
atau

bebas.

5. Pemeriksaan dalam : Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas
dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

5. KLASIFIKASI

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari korpus uteri.
Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain
mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan mioma intraligamenter. 1,4 Goodwin T, Laufer
N, Nathan L, DeCherney A. Leiomyoma of the uterus in Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology, 10th edition, Mc Graw Hill, United States,2007.
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Mioma Uteri Submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari
seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun
kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata
adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai (polip). Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim
ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas. 1 Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345

Myoma submukosa ini terletak di bawah lapisan endometrium dan lebih cenderung untuk menekan
lapisan ini pada saat myoma tumbuh ke arah lumen uterus.

2) Mioma Uteri Subserosa / Subperitoneal

Apabila tumbuh dapat berada pada permukaan serosa saja atau keluar dari dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dan dapat tumbuh di antara dua lapisan ligamentum latum disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan
dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik (wandering fibroid).1,5 Krishna U, Tank DK, Daftary S. Pregnancy at Risk Current Concept, 4th
edition, Federation of Obstetric and Gynecological Societies of India : 2001; pg 400-403.

3) Mioma Uteri Intramural / Interstisial

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Mioma ini terdapat di dinding uterus antara serabut
miometrium. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim
dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan,
tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda
dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi
kistik maka konsistensi menjadi lunak. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
miksi. 1,5 Krishna U, Tank DK, Daftary S. Pregnancy at Risk Current Concept, 4th edition, Federation of
Obstetric and Gynecological Societies of India : 2001; pg 400-403.

Gambar 1 : Tipe-tipe myoma

Perubahan sekunder

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena
berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : 1

• Atrofi : Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

• Degenerasi hialin : Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya
seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

• Degenerasi kistik: Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan
yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh
karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

• Degenerasi merah (carneus degeneration): Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas.
Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan
dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit
demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

• Degenerasi lemak : Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

6. KOMPLIKASI
1) Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0.32-0,6%dari seluruh mioma. Serta merupakan
50-75% dari semua sarkoma uterus. Diagnosa keganasan umumnya ditegakkan pada pemeriksaan histologi
pada uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2) Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut hingga mengalami
nekrosis. Maka akan timbul sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi
yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya pada mioma yang dilahirkan hingga
perdarahan berupa metrorhahia atau menorragia disertai dengan leukorhea dan gangguan lain disebabkan
infeksi dari uterus sendiri. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345

3) Nekrosis dan infeksi.: Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
4) Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan: Infeksi,Abortus,Persalinan premature dan kelaianan
letak,Infeksia uteria,Gangguan jalan persalinan, Retensi plasenta
7. PATHWAY
8. PENATALAKSANAAN

Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan
keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis mioma uteri itu sendiri.

1. Konservatif

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa terutama bila mioma itu
masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Penanganan konservatif, bila mioma yang kecil
pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

- Pemberian zat besi.

- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak
tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
- Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan
transfusi darah. 1,4

- Progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau
diperlambat dengan pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.4

Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode :

1. Terapi medisinal (hormonal)

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormon (GnRH) agonis memberikan hasil untuk
memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan
untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu
penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma
uteri didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru
terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.

Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi
pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi
oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat
mengurangi ukuran dari mioma.

2. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala. Menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American Society for Reproductive
Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah :

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.

2. Sangkaan adanya keganasan.

3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.

4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.

5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.

6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.

7. Anemia akibat perdarahan.


Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi.

a. Miomektomi

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin
dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan
ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi
maupun dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat
mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas
sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat
ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar,
sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien. Disamping itu masa penyembuhan paska operasi
juga lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu.

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang terletak pada kavum
uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli beda memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi
kavum uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat bedah dimasukkan melalui lubang yang
terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma submukosum yang terdapat pada kavum uteri.
Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi (2 hari). Komplikasi operasi yang serius
jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan
perdarahan.

Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar
kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak didaerah
permukaan uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan dengan ahli bedah
memasukkan alat laparoskop kedalam abdomen melalui insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan
laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi yang lebih cepat antara 2 – 7 hari.

Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar
seperti usus, ovarium, rektum serta perdarahan. Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan
prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.

KERUGIAN:

a) Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture uteri pada waktu hamil.

b) Menyebabkan perlekatan.

c) Residif.

b. Histerektomi

Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan
abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada
mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri
merupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius
dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12 – 14 minggu.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan
subtotal abdominal histerektomi (STAH). Pemilihan jenis pembedahan ini memerlukan keahlian seorang
ahli bedah yang bertujuan untuk kepentingan pasien. Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Subtotal abdominal histerektomi dilakukan untuk menghindari resiko operasi
yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rektum. Namun
dengan melakukan STAH, kita meninggalkan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks
dapat terjadi. Dengan meninggalkan serviks, menurut penelitian Kilkku, 1983 didapat data bahwa terjadinya
dyspareunia akan lebih rendah dibanding yang menjalani TAH, sehingga tetap mempertahankan fungsi
seksual.

Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina
dan perdarahan paska operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.

Histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan dari vagina, dimana tindakan operasi tidak
melalui insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur
operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin
timbul pada usus dapat diminimalisasi. Oleh karena pendekatan operasi tidak melalui dinding abdomen, maka
pada histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik.

Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada
pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih cepat dibanding yang menjalani histerektomi abdominal.
Dengan berkembangnya tehnik dan alat-alat kedokteran, maka tindakan histerektomi kini dapat dilakukan
dengan menggunakan laparoskopi. Prosedur operasi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis. Miolisis
adalah prosedur operasi invasif yang minimal dengan jalan menghantarkan sumber energi yang berasal dari
laser The neodynium:yttrium aluminium garnet (Nd:YAG) ke jaringan mioma, dimana akan menyebabkan
denaturasi protein sehingga menimbulkan proses koagulasi dan nekrosis didalam jaringan yang diterapi.
Miolisis perlaparoskopi efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan menimbulkan devaskularisasi mioma
akan mengurangi gejala yang terjadi. Miolisis merupakan alternatif terapi prosedur miomektomi.

Pengangkatan seluruh uterus dengan mioma juga dapat dilakukan dengan laparoskopi. Salah satu tujuan
melakukan histerektomi laparoskopi adalah untuk mengalihkan prosedur histerektomi abdominal kepada
histerektomi vaginal atau histerektomi laparoskopi secara keseluruhan. Ada beberapa tehnik histerektomi
laparoskopi. Pertama adalah histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted
vaginal histerectomy/LAVH).

Pada prosedur ini tindakan laparoskopi dilakukan untuk memisahkan adneksa dari dinding pelvik dan
memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah. Pemisahan pembuluh darah uterina
dilakukan dari vagina. Kedua, pada tahun 1991 Semm memperkenalkan tehnik classic intrafascial serrated
edged macromorcellated hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy. Prosedur ini merupakan modifikasi dari
STAH, dimana lapisan dalam dari serviks dan uterus direseksi menggunakan morselator. Dengan prosedur ini
diharapkan dapat mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik
untuk mencegah terjadinya prolapsus.

Keunggulan dari CISH adalah mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung kemih, perdarahan yang
lebih minimal, waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan
yang cepat.

Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa terapi yang terbaik untuk mioma uteri adalah melakukan
histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan dimana resiko
perdarahan yang lebih minimal, masa penyembuhan yang lebih cepat dan angka morbiditas yang lebih rendah
dibanding prosedur histerektomi abdominal.

9. IRK ISTIHADHAH

Singkatnya, ada ketidaknormalan/penyakit pada wanita yang mengalaminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda kepada Fathimah bintu Abi Hubaisy radhiallahu ‘anha tentang darah istihadhah ini:

‫ْس ِع ْرقَ ذَ ِلكََ إِنَّ ّما‬ َ ‫بِا ْل َح ْي‬


ََ ‫ض َِة َولَي‬

“Apa yang kamu alami itu hanyalah darah dari urat bukan haid.” (HR. al- Bukhari no. 228 dan Muslim no.
751)

Istihadhah ini telah dialami oleh wanita sejak dahulu. Kalangan sahabiyah pun mengalaminya. Dalam
hitungan ulama mencapai sepuluh orang, kata al-Imam ash-Shan’ani rahimahullah. Tiga orang putri Jahsyin:
Zainab Ummul Mukminin, Ummu Habibah istri Abdurrahman ibn Auf, dan Hamnah istri Thalhah bin
Ubaidillah, radhiallahu ‘anhum, semuanya mengalami istihadhah. (Subulus Salam, 1/377)

Bahkan, Ummu Habibah radhiallahu ‘anha mengalaminya sampai tujuh tahun sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut.

َ‫جِ عَا ِئشَةََ ع َْن‬ َِّ ‫ النَّ ِب‬: ََّ‫س ْو َِل َخ َنتَةََ – جَحْ شَ ِب ْنتََ حَ ِب ْي َبةََ أ ُ ََّم أَن‬
َ ‫ي َز ْو‬ َ ََ‫ع ْب َِد َوتَحْ ت‬
ُ ‫للاِ َر‬ َ ‫من‬
َِ ْ‫الرح‬
َّ ‫ْن‬
َِ ‫ست ُِح ْيضَتَْ – ع َْوفَ ب‬
ْ ‫س ْب ََع ا‬
َ ََ‫س ِنيْن‬
ِ

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengabarkan bahwasanya Ummu
Habibah bintu Jahsyin—ipar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istri Abdurrahman ibn Auf—
mengalami istihadhah selama tujuh tahun…. (HR. al-Bukhari no. 327 dan Muslim no. 754)

Ada pula di antara sahabiyah yang keluar darah istihadhah dengan deras dan sangat banyak seperti Hamnah
bintu Jahsyin radhiallahu ‘anha. Ia pernah datang mengadukan keadaannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
َُ‫َاض ُك ْنت‬ ْ ُ ‫ش ِد ْيدَةَ َكثِي َْرةَ َح ْيضَةَ أ‬
َُ ‫ستَح‬ َ ….

“Aku ditimpa istihadhah yang sangat banyak dan deras…” (HR. Ahmad, Abu Dawud no. 287, dan at-
Tirmidzi no. 128, dihasankan al-Imam al-Albani rahimahullah dalam Irwa’ul Ghalil no. 188)

Adapun istihadhah yang dialami istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ditunjukkan dalam hadits
berikutini:

َ‫عَائِشَةَقَالَتَْ ع َْن‬: َْ‫س ْو َِل َم ََع ا ْعتَ َكفَت‬


ُ ‫للاِ َر‬
َ
َ‫ام َرأَة‬
ْ َ‫ستَحَاضَة‬ ِ ‫أ َ ْز َو‬، َْ‫ص ْف َر َةَ ا ْل ُح ْم َر َةَ تَ َرى فَكَانَت‬
َْ ‫اج َِه ِم‬
ْ ‫ن ُم‬ َ َ ‫ض ْعنَا فَ ُربَّمَا‬
ُّ ‫وال‬، ْ ‫ي تَحْ تَهَا ال َّط‬
َ ‫ستََ َو‬ ََ ‫ص ِلّي َو ِه‬
َ ُ‫ت‬

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Salah seorang istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mengalami istihadhah beri’tikaf bersama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia melihat
darahnya yang keluar berwarna kemerahan dan kekuningan. Terkadang kami meletakkan bejana di
bawahnya saat ia shalat.” (HR. al-Bukhari no. 2037)

Demikian gambaran istihadhah yang dialami wanita sahabiyah. Berikut ini kita akan melihat beberapa tinjauan
hukum berkenaan dengan wanita yang mengalami istihadhah[1].

Darah Haid Tidak Sama dengan Darah Istihadhah

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, keberadaan darah istihadhah bersama darah haid
merupakan suatu masalah yang rumit, sering membuat rancu sehingga keduanya harus dibedakan.

Cara membedakan keduanya bisa dengan ‘adat (kebiasaan haid), dengan tamyiz (membedakan sifat darah),
atau dengan melihat kebiasaan umumnya wanita[2]. Demikian yang ditunjukkan dalam As-Sunnah.
(Majmu’atul Fatawa, 21/630—631)

Tentang ‘adat (kebiasaan) haid ditunjukkan dalam hadits Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Fathimah
bintu Abi Hubaisy radhiallahu ‘anha datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu menyampaikan
masalahnya. ‘Wahai Rasulullah, saya seorang wanita yang mengalami istihadhah sehingga saya tak pernah
suci. Apakah saya harus meninggalkan shalat saat mengalaminya?’.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

َ‫ْس ِع ْرقَ ذَ ِلكََ ِإنَّ َّما َل‬


ََ ‫ض َِة َو َلي‬ َِ َ‫صالَ َةَ فَ َد ِعي ا ْل َح ْيض ََةُ أَ ْق َبل‬
َ ‫ ِبا ْل َح ْي‬، ‫ت فَ ِإذَا‬ َّ ‫ال‬، ‫ك فَا ْغسِ ِلي أَ ْد َب َرتَْ فَ ِإذَا‬ َ ‫ص ِ ّلي ال َّد ََم‬
َِ ‫ع ْن‬ َ ‫َو‬

“Kamu tidak boleh meninggalkan shalat, (karena) apa yang kamu alami itu hanyalah darah dari urat bukan
haid. Apabila datang haidmu, tinggalkanlah shalat. Jika haidmu telah berlalu, cucilah darah darimu
(mandilah) dan shalatlah.” (HR. al-Bukhari no. 228 dan Muslim no. 751)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada Ummu Habibah bintu
Jahsyin radhiallahu ‘anha yang mengeluhkan istihadhah yang menimpanya:

َ‫ك كَانَتَْ َما قَد ََْر ا ُ ْم ُك ِث ْي‬ َ ‫ي ث ُ ََّم َح ْي‬


ُ ‫ضت َُِك تَحْ ِب‬
َِ ‫س‬ ِ َ ‫ا ْغت‬
َْ ‫س ِل‬
“Tinggalkanlah shalat sekadar hari-hari haidmu, kemudian (setelah berlalu hari-hari tersebut)
mandilah.” (HR. Muslim no. 758)

Jumhur ulama mengambil hadits ini untuk wanita yang tertimpa istihadhah yang memiliki kebiasaan haid
yang tertentu setiap bulannya sebelum ditimpa istihadhah. Ketika keluar darah dari kemaluannya, untuk
mengetahui apakah ia haid atau istihadhah, ia kembali kepada kebiasaan haidnya[3]. Demikian mazhab Abu
Hanifah, asy-Syafi’i, dan Ahmad. (Majmu’atul Fatawa, 21/628)

Adapun tamyiz ditunjukkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fathimah bintu Abi
Hubaisy radhiallahu ‘anha:

ْ َ‫ف أ‬
َ ِ ‫س َو َُد دَمَ ا ْل َحي‬
ََّ‫ْض َد ََم إِن‬ َُ ‫يُ ْع َر‬، ‫ك كَانَتَْ َف ِإذَا‬ ِ ‫َن َفا ْم‬
َِ ‫س ِكي ذَ ِل‬ َّ ‫ال‬. ‫ي ْاْل َخ َُر كَانََ فَ ِإذَا‬
َِ ‫صالَ َِة ع‬ َّ ‫ي فَت َ َو‬
َْ ِ‫ضئ‬ َْ ‫ص ِ ّل‬
َ ‫َو‬

“Apabila darah itu darah haid, dia berwarna hitam yang dikenal. Apabila demikian darah yang keluar
darimu, tinggalkanlah shalat. Namun apabila bukan, berwudhulah dan shalatlah.” (HR. Abu Dawud no.
286, an-Nasa’i no. 363, dan selain keduanya. Disahihkan dalam Irwa’ul Ghalil no. 204)

Tamyiz dilakukan oleh wanita yang tidak memiliki kebiasaan haid yang tetap ataupun ia lupa ‘adatnya,
sebelum ditimpa istihadhah, dan ia bisa membedakan darah[4].

Perbedaan darah haid dan darah istihadhah bisa disimpulkan sebagai berikut.

1. Darah haid umumnya berwarna hitam, sedangkan darah istihadhah umumnya berwarna merah.

2. Darah haid sifatnya kental, sedangkan darah istihadhah encer.

3. Aroma darah haid tidak sedap/berbau busuk, sedangkan darah istihadhah tidak berbau busuk.

4. Darah haid tidak bisa membeku karena telah membeku di dalam rahim kemudian terpancar dan
mengalir, sedangkan darah istihadhah bisa membeku karena merupakan darah urat. (asy-Syarhul
Mumti’, 1/487—488)

Apabila si wanita mustahadhah (yang tertimpa istihadhah) mempunyai ‘adat dan bisa melakukan tamyiz,
ulama berbeda pendapat, mana yang didahulukan, ‘adat ataukah tamyiz? Yang lebih kuat dalam masalah ini,
kata Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, si wanita kembali kepada ‘adatnya, dengan alasan:

1. Hadits yang menyebutkan tamyiz diperselisihkan kesahihannya[5].

2. Kembali kepada ‘adat lebih mudah dan lebih meyakinkan bagi si wanita, karena sifat darah itu bisa
berubah-ubah atau keluarnya bergeser ke akhir bulan atau ke awal bulan, atau keluarnya terputus-putus
sehari berwarna hitam, di hari lainnya berwarna merah. (asy-Syarhul Mumti’, 1/492)

Adapun wanita yang tidak memiliki ‘adat dan tidak bisa melakukan tamyiz, ia mengamalkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hamnah bintu Jahsyin radhiallahu ‘anha:
‫ضةَ َه ِذ َِه ِإنَّ َما‬ َِ ‫ش ْي َط‬
ََ ‫ان ِمنََ َر ْك‬ َْ ‫ستَّةََ فَتَ َحيَّ ِض‬
َّ ‫ال‬، ‫ي‬ ِ َ‫س ْبعَةََ أ َ َْو أَيَّام‬
َ َ‫ي ِ أَيَّام‬ َ ‫ ِذك ُْرهَُ تَعَالَى‬، ‫ي ث ُ ََّم‬
َ ‫للاِ َِمْْ ِعل ف‬ َْ ‫س ِل‬ َِ ‫ك َرأ ََْي‬
ِ َ‫ا ْغت‬. ‫ت ِإذَا َحتَّى‬ َِ ‫ست َ ْنقَأْت َط ُه ْر‬
َِ َّ‫ت قَ َْد أَن‬ ْ ‫َوا‬
ِْ، ‫ي‬ َ َ‫ي َوأ َ َّيا َمهَا لَ ْيلَةَ َو ِعش ِْريْنََ أَ ْر َبعا أ َ َْو لَ ْيلَةَ َو ِعش ِْريْنََ ثَالَثا ف‬
َْ ّ‫ص ِل‬ َْ ‫ص ْو ِم‬
ُ ‫و‬، َِ ‫شهْرَ ُك ََّل فَا ْف َع ِلي َو َكذَ ِل‬
َ ََّ‫يُجْ ِزئ َُِك ذَ ِلكََ فَ ِإن‬، ‫ك‬ َ ‫َو َك ََم ال ِّن‬
َُ ‫سا َُء ت َ ِحي‬
َ ‫ْض َك َما‬
‫يَ ْط ُه ْرنََ ا‬

“Hal itu hanyalah sebuah gangguan dari setan. Anggaplah dirimu haid selama enam atau tujuh hari dalam
ilmu Allah yang Mahatinggi sebutan-Nya. Setelah lewat dari itu mandilah. Ketika engkau melihat dirimu telah
bersih dan suci, shalatlah selama 23 atau 24 malam berikut siangnya dan berpuasalah. Hal ini mencukupimu.
Demikianlah yang engkau lakukan setiap bulannya sebagaimana para wanita biasa berhaid dan biasa
suci.” (HR. Ahmad, Abu Dawud no. 287, at-Tirmidzi no. 128, dihasankan al-Imam al-
Albani rahimahullah dalam Irwa’ul Ghalil no. 188)

Caranya, melihat kebiasaan haid dan suci para wanita yang dekat kekerabatannya dengannya, lalu kebiasaan
itu ia terapkan pada dirinya (ia samakan dirinya dengan mereka).

Hukum Wanita Mustahadhah Sama Dengan Wanita yang Suci

Mayoritas ahlul ilmi berpendapat bahwa wanita mustahadhah dalam kebanyakan hukumnya sama dengan
wanita yang suci. (al-Minhaj, 3/242)

Berbeda halnya dengan wanita haid, wanita mustahadhah diperintah untuk tetap mengerjakan shalat dan
puasa. Demikian ijma’/kesepakatan ulama. (al- Iqna’ fi Masa’il al-Ijma’, al-Imam Ibnul Qaththan, 1/106)

Ia juga diperintah/dibolehkan mengerjakan ibadah-ibadah yang lain, seperti kata al-Imam an-
Nawawi rahimahullah, “Adapun shalat, puasa, i’tikaf, membaca Al-Qur’an, menyentuh mushaf,
membawanya, sujud tilawah, sujud syukur, dan ibadah-ibadah yang wajib, hukumnya sama dengan orang
yang suci. Ini merupakan masalah yang disepakati.” (al-Minhaj, 3/242)

Cara Bersuci Wanita Mustahadhah untuk Shalat

Apabila wanita mustahadhah hendak bersuci untuk mengerjakan shalat, ia harus membersihkan tempat
keluarnya darah kemudian menyumpal/menutupnya dengan pembalut atau semisalnya untuk menahan darah
agar tidak tembus keluar. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hamnah bintu
Jahsyin radhiallahu ‘anha yang telah disinggung di atas ketika ia mengeluhkan banyaknya darah yang keluar:

َُ‫ك أ َ ْنعَت‬
َِ َ‫ف ل‬ ُ ‫ب فَ ِإنَّ َهُ ا ْلك ُْر‬
ََ ‫س‬ َُ ‫ال َّد ََم يُ ْذ ِه‬

“Aku terangkan kepadamu, pakailah kapas[6], karena kapas bisa menghilangkan darah.”

Dalam hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha disebutkan:

َ‫ستَثْ ِف َر‬
ْ َ ‫ِبث َ ْوبَ ِلت‬

“Hendaklah ia istitsfar[7] dengan kain.” (HR. Abu Dawud no. 274, disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

Ahlul ilmi menyatakan, jika ia sudah melakukan hal tersebut, namun darah tetap keluar/tembus hingga keluar
dari pembalut/kain/handuk yang dipakai sebagai penutup darah, karena longgarnya ikatan penyumpal darah
tersebut maka dikuatkan lagi dan ia kembali bersuci dengan membersihkan darah[8]. Apabila darah tembus
keluar dari sumpalan karena derasnya dan sudah diupayakan menyumpalnya dengan kuat, namun tetap tidak
dapat mencegah darah, si wanita tetap melanjutkan shalat walaupun darahnya menetes keluar, karena tidak
memungkinkan lagi baginya menghindari hal tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu
‘anha yang telah dibawakan di atas tentang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shalat dalam keadaan
di bawahnya ada bejana guna menampung darah yang menetes keluar. (al-Mughni, “Kitab ath-Tharahah,
Mas’alah: al-Mubtala bi Salasil Baul wa Katsratil Madzi….”, al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab 2/551—552)

ditulis oleh Al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyyah

[1] Masalah istihadhah ini sebenarnya sudah pernah kami bahas dalam majalah ini, dalam edisi no. 04 tahun
perdana Juli 2003/1424 H, pada rubrik “Wanita dalam Sorotan”.

[2] Dalam hal ini, ia melihat kerabatnya dari kalangan wanita seperti ibunya atau saudara perempuannya.
Kesamaan seorang wanita dengan kerabat-kerabatnya lebih dekat daripada kesamaannya dengan keumuman
wanita yang bukan kerabatnya. (asy-Syarhul Mumti’, 1/489)

[3] Kapan ia biasa mengalami haid dan berapa hari lamanya. Misalnya, ia biasa haid di awal bulan selama
tujuh hari, berarti itulah ‘adatnya.

[4] Misalnya, ia keluar darah selama sebulan. Pada sepuluh hari yang awal, darah yang keluar berwarna hitam
dan beraroma khas darah haid, sedangkan selebihnya darahnya berwarna merah. Berdasarkan hal ini, sepuluh
hari yang awal itu dihitung sebagai hari haidnya, selebihnya dianggap istihadhah.

[5] Sementara hadits yang menyebutkan ‘adat lebih kuat karena diriwayatkan dalam Shahihain.

[6] Disumbat dengan kapas.

[7] Makna istitsfar adalah menutup/menyumpal tempat keluarnya darah dengan kain yang dapat menahan
keluarnya darah tersebut.

[8] Ini merupakan pendapat mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah yang memandang keluarnya darah
merupakan hadats bagi wanita mustahadhah. Sementara al-Imam Malik, Rabi’ah dan jama’ahnya dari
kalangan ahlul ilmi berpendapat wanita mustahadhah tidak wajib wudhu dengan keluarnya darah, maka tidak
wajib baginya berwudhu setiap kali hendak shalat selama tidak menimpanya perkara yang membatalkan
wudhu.

Anda mungkin juga menyukai