Anda di halaman 1dari 10

ANALISA DATA UMUM PUSKESMAS Jatiluhur

A. DATA UMUM
a. ANALISA DATA GEOGRAFI
1. Luas wilayah kerja puskesmas dan jangkauan pelayanan = 35,07 km2= 35.07Ha.
2. Bila diandaikan wilayah itu bulat, maka radius wilayah tersebut adalah :
L= π r2 r = √L/π
= √31.27/3,14 = 3,34km
Menurut Depkes :
 Jika r < 3 km atau L < 28,5 km2 r = optimal  bisa terdapat pasien yang berasal dari
wilayah lain, dengan sumber daya yang minimal target bisa dicapai.
 Jika r < 5 km atau L < 78,5 km2 r = efektif  target dapat dicapai tanpa memperhitungkan
biaya (cakupan mendekati target).
Jadi luas wilayah puskesmas termasuk kategori efektif.

3. Jumlah desa = 10 desa


Jumlah desa diperlukan untuk mengetahui jumlah bidan desa yang diperlukan. Idealnya 1 bidan
desa untuk 1 desa, tapi 1 bidan desa bisa untuk 2-3 desa. Jadi diperlukan 12 bidan desa  di
Puskesmas terdapat 10 bidan desa jadi jumlah bidan desa memenuhi syarat.

4. Jumlah RW = 66 RW.
Jumlah RW diperlukan untuk salah satu cara menentukan jumlah pos yandu yang diperlukan.
Idealnya 1 posyandu untuk 1 RW.
Jadi diperlukan 66 posyandu  di Puskesmas terdapat 66 posyandu jadi jumlah
posyandu belum memenuhi syarat.

5. Jarak puskesmas ke pusat kota Kabupaten Purwakarta = 12 km (30 menit).


Jarak puskesmas ke pusat kota Kabupaten Purwakartaini perlu diketahui untuk memperkirakan
waktu tempuh ke pusat kota Kabupaten Purwakarta. Hal ini juga untuk kepentingan sistem
rujukan dan penyediaan obat-obat di puskesmas. Jangan diabaikan keadaan jalannya dan jenis
kendaraan yang dapat dilewati. Bila jauh dan sulit maka perlu dipikirkan adanya tempat
perawatan. Bila ada wabah, perlu dalam pemesanan obat ke pusat.

6. Topografi/pembagian tanah :
Wilayah kerja Puskesmas Purwakarta sebagian besar merupakan areal perbukitan, dengan
ketinggian 265-800 mpl. Suhu tertinggi 36°C, curah hujan tertinggi Oktober-Maret Dilewati 2
sungai, 1 diantaranya sungai besar,sungai Ciherang
Pemukiman, persawahan, dan perkebunan = data tidak lengkap

7. Keadaan jalan :
Dapat dilalui roda 2 dan roda 4, kondisi jalan sudah diaspal. Keadaan perlu diketahui untuk
mengetahui jangkauan pelayanan Puskesmas, apakah Puskesmas mudah menjangkau
masyarakat sekitarnya dan sebaliknya apakah masyarakat mudah pergi ke Puskesmas.
Ada beberapa keadaan :
- Bila jalan yang ada baik sedangkan sarana transportasi kurang maka di pertimbangkan untuk
melakukan pusling.
- Bila jalan yang ada rusak /jelek maka dipertimbangkan untuk membentuk pustu.

8. Jarak wilayah :
Terjauh dari Puskesmas = 10 km (31 menit) parakanlima
Terdekat dari Puskesmas = 3 m (3 menit)
 Jarak wilayah terjauh dari Puskesmas perlu diketahui untuk memperkirakan waktu tempuh
dan kemungkinan adanya penduduk dari wilayah kerja Puskesmas yang berobat ke
Puskesmas lain. Jarak wilayah terdekat dari Puskesmas perlu diketahui karena kemungkinan
ada yang berobat dari daerah/wilayah lain.
 Adanya pustu dan pusling merupakan langkah yang tepat untuk pencapaian program
Puskesmas pada wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
 Jarak wilayah ini perlu diketahui untuk mengetahui posisi Puskesmas, dimana bila letaknya
sentral maka masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk mencapai Puskesmas.
Bila letak Puskesmas tidak di sentral, maka untuk jarak wilayah terdekat mudah menjangkau
Puskesmas sedangkan jarak wilayah terjauh ada kemungkinan berusaha mendapatkan
pelayanan kesehatan dari Puskesmas lain.
Jadi Puskesmas Jatiluhur terletak disentral dari wilayah kerjanya.

9. Sarana transportasi : angkutan umum roda 4, ojeg, ojeg online,kendaraan pribadi.


Sarana transportasi ini perlu diketahui untuk :
 Kepentingan masyarakat mencapai sarana Puskesmas.
 Kepentingan rujukan dari Puskesmas ke sarana kesehatan dan
 Kepentingan pelaksanaan program Puskesmas.

10. Jumlah posyandu = 66 buah


Jumlah posyandu dapat ditetapkan dengan patokan:
Posyandu untuk :
 1 RW
 100 balita paling ideal karena sasaran pelayanan posyandu adalah balita
 120 KK
 700 penduduk
Jadi jumlah posyandu di Puskesmas :
 66 RW  perlu 66 posyandu Cukup
 5176 Balita perlu 52 posyandu berlebih.
 20.969 KK  perlu 174 posyandu  masih kurang.
 83.553 Penduduk  perlu 119 posyandu masih kurang.

11. Peta wilayah kerja


Definisi : peta yang menggambarkan wilayah kerja PKM yang mencantumkan sarana kesehatan
dan non kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
Diperlukan untuk mengetahui :
 Bentuk dan batas wilayah kerja Puskesmas.
 Luas wilayah
 Letak gedung Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.
 Keadaan jalan
 Sarana umum (perusahaan, pabrik, pasar, tempat ibadah)
 Daerah waspada (letak sungai mengalir ke semua desa/tidak)
 Gunanya untuk mempermudah kerja puskesmas dalam melaksanakan program-program
yang ada.
Batas Wilayah Kerja Puskesmas
a. Sebelah Utara: Kecamatan Sukasari dan Babakan Cikao.
b. Sebelah Timur: Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan.
c. Sebelah Selatan: Kecamatan Sukatani.
d. Sebelah Barat:Kecamatan Sukasari
 Keadaan jalan seluruhnya beraspal dan dalam keadaan baik.
Sarana umum ; pasar, tempat makan, mini market dan tempat ibadah.

12. Dari analisis tatageografi, data yang kurang, musim/iklim, luas pemukiman, luas
persawahan, luas perkebunan, dan industri.
 Iklim
Perlu diketahui untuk memperkirakan pola penyakit yang mungkin terjadi, yang berhubungan
dengan iklim. Selain itu pada musim kemarau perlu diwaspadai kemungkinan kekurangan air
sedangkan musim penghujan harus diwaspadai kemungkinan bencana banjir yang tentunya
akan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
 Muntaber meningkat pada musim kemarau
 DHF meningkat pada akhir musim hujan.
 ISPA dan diare meningkat pada musim pancaroba (peralihan musim)
 Curah hujan
Perlu untuk mengetahui apakah wilayah kerja puskesmas termasuk wilayah banjir/bukan,
bilaya perlu diwaspadai KLB. Juga untuk mengetahui apakah wilayah kerja Puskesmas
termasuk wilayah sulit air/tidak pada musim kemarau.
 Luas pemukiman,
 luas persawahan, luas perkebunan
Beban bagi Puskesmas (liat dari RI Puskesmas Koncara soalnya di RI Jatiluhur ga
dijelasin, cuman sampe curah hujan. Keterangan lengkap di Puskesmas Maracang )

B. ANALISA DATA DEMOGRAFI


= segala sesuatu tentang kebeaadaan manusia di wilayah tersebut.
1. Jumlah penduduk = 85.553

Jika diketahui jumlah penduduk 5 tahun yang lalu (Po) dan pertambahan penduduk per tahun
(r)  jumlah penduduk sekarang (Pt) = Po (1 + r)n  n = 5 tahun.
Jumlah penduduk perlu diketahui untuk memperkirakan beban kerja puskesmas. Idealnya 1
puskesmas melayani 30.000 orang.
Jadi jumlah penduduk lebih dari jumlah ideal, maka kerja puskesmas menjadi lebih berat. Juga
perlu untuk mengetahui jumlah posyandu yang diperlukan  1 posyandu untuk 700 penduduk.
66 x 700= 46.200  posyandu kurang

1. Kepadatan penduduk
Dari jumlah penduduk dapat diketahui kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk :
Netto = Jumlah penduduk/luas pemukiman = X jiwa/km2
=83.553/32,4 = 2.579 jiwa/
km2
Bruto = Jumlah penduduk/luas wilayah = X jiwa/km2
= 83.553 / 35.07 = 23,824 jiwa/km2
Kepadatan penduduk ini perlu diketahui untuk menentukan wilayah kerja puskesmas termasuk
wilayah perkotaan atau pedesaan  berguna untuk perhitungan cakupan.
Kriteria kota :
- kepadatan penduduk  5.000 jiwa/km2 (netto)
- minimal tersedia 8 fasilitas
Kriteria desa : kepadatan penduduk < 5.000 jiwa/km2 (netto)
Kepadatan penduduk netto lebih bermakna karena penduduk tidak semua tinggal secara merata
di satu wilayah, kadang tinggal berkelompok. Jadi kepadatan penduduk di Puskesmas bila
dihitung berdasarkan perhitungan bruto termasuk wilayah pedesaan.

Menurut statistik :
 11 – 34 jiwa/km2  jarang
 35 – 105 jiwa/km2  sedang
 106 – 324 jiwa/km2  padat
 > 325 jiwa/km2  sangat padat

2.640 jiwa/1km2 = 2.640 jiwa/106 m2 = 0,00264 jiwa/m2


Bila kepadatan penduduk tinggi (overcrowded), maka penyakit-penyakit menular akan cepat
menyebar. Jadi kepadatan penduduk di puskesmas rendah.

2. Jumlah KK = 20.696 KK
Jumlah KK perlu diketahui untuk mengetahui jumlah posyandu yang diperlukan  1 posyandu
untuk 120 KK
Dari jumlah KK dapat diketahui family size  untuk mengetahui beban ≈ keberhasilan /
kegagalan program KB.
Family size = Jumlah penduduk/jumlah KK
= 83.553 / 20.696 = 4,03 ≈ 4 orang
Jadi 1 KK menanggung beban 4 orang anggota keluarga.
Nuclear family  1 keluarga terdiri dari 4 orang  program KB.
Extended family  1 keluarga > 4 orang
Bila di luar negeri boleh > 4 orang tapi di Indonesia tidak boleh karena di Indonesia 1 rumah
bisa dihuni > 1 keluarga.
Jadi program KB yang dilakukan puskesmas sudah cukup berhasil.

3. Jumlah bumil, jumlah bulin, jumlah buteki,


Jumlah bumil = 1441 jiwa
Jumlah bumil proyeksi = CBR x 1,1 x jumlah penduduk
𝐵
CBR = 𝑃 𝑥𝑘
B = Kelahiran (baik hidup / mati)
P = Jumlah penduduk
K = Koefisien = 1.000
Cbr = 1427 /83.553x1000 = 17,07
Jmlh bumil proyekksi = (17,07 / 1000 ) x 1,1 x 83553 = 1562,4  1563
Jadi jumlah bumil di PKM < jumlah bumil proyeksi → program KIA dapat menjangkau bumil
Jumlah bulin = 1.376 jiwa
Jumlah bulin proyeksi = CBR x 1.05 x penduduk  17,07 x 1.05 x 83553  1497,5  1478
jiwa
Jadi jumlah bulin di PKM < jumlah bulin proyeksi → program KIA dapat menjangkau bulin.
Jumlah buteki = tidak ada data
Jumlah buteki di PKM tidak diketahui → program KIA tidak dapat menjangkau buteki.
4. Jumlah neonatal = 1.311 jiwa
Jumlah bayi = 1.299 jiwa
Jumlah balita = 5176 jiwa
Jumlah bayi dan balita perlu diketahui untuk mengetahui jumlah posyandu yang diperlukan 
1 posyandu untuk 100 balita.
Jumlah posyandu = 66
Jumlah bayi + jumlah balita = 1.299 + 5176 = 1350,76  1351
100 100
Jadi jumlah posyandu di Puskesmas cukup.

Untuk mengetahui jangkauan pelayanan kita dapat dilihat perbandingan jumlah bayi dan balita.
Jumlah bayi proyeksi, jumlah balita proyeksi dan jumlah neonatal proyeksi
Jumlah neonatal proyeksi = 2,65 % x 83553 ≈ 2214 jiwa
= 0,80 % x 83553 = 668,4
Jadi jumlah neonatal di puskesmas dapat dijangkau program KIA  fokus pelaksanaan
program KIA tidak dititik beratkan pada neonatal.
Jumlah bayi proyeksi = 0,018 x 83553 ≈ 1503
Jumlah bayi proyeksi = 2,47% x 83553= 2063
Jadi jumlah bayi di puskesmas tidak dapat dijangkau program KIA  fokus pelaksanaan
program KIA dititik beratkan pada bayi.
Jumlah balita proyeksi = 8,03 % x 83553 ≈ 6709 jiwa
= 6,85 % x 83553 = 5723
Jadi jumlah balita di puskesmas tidak dapat dijangkau program KIA  fokus pelaksanaan
program KIA dititik beratkan pada balita.

5. Jumlah PUS = L+P usia 15-49 thn 43774:2 ( krn pasangan ? )  21887
Jumlah PUS perlu diketahui untuk mengetahui jumlah sasaran program KB dan imunisasi TT.
Untuk mengetahui jangkauan pelayanan KB dapat dilihat perbandingan jumlah PUS dan
jumlah PUS proyeksi.
Jumlah PUS proyeksi = 20% x 83553 ≈16,710 pasangan
Jadi jumlah PUS di puskesmas tidak dapat dijangkau program KB.
6. Sex ratio  pria : wanita = 39.935 : 43.381 x 100 %  92,05  93
Data ini tidak berguna untuk puskesmas karena sasaran program puskesmas tidak berdasarkan
jenis kelamin.

7. Vital statistik  angka-angka statistik yang mencatat tentang kehidupan manusia yaitu
peristiwa-peristiwa kehidupan dan menunjukkan gambaran tentang jumlah serta sifat-sifat
peristiwa kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat.
Gunanya sebagai indikator kesehatan masyarakat  untuk menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat di tempat tersebut.
Jumlah kematian ibu = 2 (karena penyakit emboli & eklampsi )
Jumlah kematian bayi = 9 ( BBLR , asfiksia , icterus , diare, pneumonia )
IMR (Infant Mortality Rate) = AKB (Angka Kematian Bayi)  jumlah kematian bayi (umur <
1 tahun) selama 2 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
IMR = Jumlah kematian bayi umur  1 tahun dalam 2 periode xK
Jumlah kelahiran hidup dalam 1 periode yang sama

IMR = 20 / 1.475x1000 = 13,55  14 bayi lahir hidup yang meninggal


IMR Indonesia = 24/1000 kelahiran hidup (Kemenkes 2017)
IMR Jabar = 3,4/1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jabar 2017)
MMR (Maternal Mortality Rate) = AKI (Angka Kematian Ibu)  jumlah kematian ibu sebagai
konkasi kehamilan dan kelahiran selama 1 tahun per 100.000 kelahiran hidup dalam tahun yang
sama.
Jumlah kematian ibu karena kehamilan & kelahiran dalam 1 periode x K
Jumlah kelahiran hidup dalam 1 periode yang sama

MMR =2 / 1475 x100.000 = 1,35  2 kematian ibu yang disebabkan komplikasi kehamilan & kelahiran
MMR Indonesia = 305/100.000 kelahiran hidup (Riskesdas 2015)
MMR Jabar = 76,03 / 100.000 kelahiran hidup (Profil kesehatan Jabar 2017)
CBR (Crude birth rate) = AKU (Angka Kelahiran Umum)  jumlah kelahiran selama 1 tahun
per 1.000 penduduk pada ½ tahun.
CBR = Jumlah kelahiran selama 1 periode tertentu x K
Jumlah penduduk 1 / 2 periode yang sama

CBR = 1.475 / 83553 x 1000 = 17,65 ≈ 18 / 1000 kelahiran penduduk


CBR Indonesia 18,2 / 1000 kelahiran penduduk
CBR Indonesia 18,4 /1000
CBR Jawa Barat 19,10/1000
CDR (Crude Death Rate) = AKK (Angka Kematian Kasar)  jumlah kematian selama 1
periode tertentu per 1.000 penduduk pada ½ tahun.

CDR = Jumlah kematian selama 1 periode tertentu x K


Jumlah penduduk 1 / 2 periode yang sama

CDR = tidak dapat dihitung (tidak ada data kematian  hanya ada data kematian ibu, neonates,
bayi, balita)
CDR Indonesia 6.43/1000
CDR Jawa Barat ???
AHH (Angka Harapan Hidup)  (tidak ada data )Rata-rata jumlah tahun kehidupan yang
masih akan dijalani oleh seseorang setelah berhasil mencapai umur tertentu dalam situasi
mortalitas yang berlaku di masyarakat tersebut.
AHH Indonesia = 70,1 (menurut BPS)
=71.20
AHH Jawa Barat = 72,41 (BPS Jabar)
=72.47
8. Piramida penduduk  tidak ada data
Gambaran jumlah penduduk menurut golongan umur tertentu yang membedakan laki-laki dan
perempuan.
Gunanya :
 Untuk mengetahui pembagian penduduk menurut usia dan jenis kelamin.
 Untuk mengetahui jumlah sasaran bagi berbagai program puskesmas.
 Membantu merencanakan prioritas program.
Bentuk piramida penduduk :
 Fin type (cemara)  Indonesia
Menggambarkan negara tertutup dimana kematian dan kelahiran meningkat  merupakan
gambaran umum negara-negara berkembang. Banyak bayi dan anak, kurangnya remaja dan
dewasa, sedikit orang lanjut usia.
 Onion type  Perancis, Belgia
Menggambar negara-negara yang jumlah penduduknya berkurang  declining population
kelahiran dan kematian bayi menurun, banyak remaja dan dewasa, banyak usia.
 Bulging type:
o tipe (-): banyak emigrasi, banyak kehilangan penduduk karena perang.
o tipe (+): banyak imigran, kelebihan tenaga produktif
 Bell shaped type (lonceng)  negara-negara skandinavia
Tingkat kesehatan masyarakat tinggi, kematian bayi menurun, perkembangan penduduk
nol.
 Stationary population  Jepang.
2. Mortalitas/morbiditas dan fertility menurun, penduduk tidak berkembang, distribusi umur
jumlahnya konstan  zero population growth

B. ANALISA DATA SOSIAL EKONOMI


1. Pekerjaan : Tidak ada data
- **Buruh tani : 5476 orang (24,43%)
- **Petani : 5871 orang (26,19%) Di Profil gaada
datanya, ini dari RI
- **Buruh Bangunan : 4096 orang (18.27%)
senior yg ori gatau
- **Pedagang : 1890 orang (8.43%) dapet daimana
- **Angkutan : 446 orang (1.99%) angka2 ini
- **PNS/TNI/Polri : 736 orang (3.28%)
- **Buruh Pabrik : 3464 orang (15.45%)
- **Jasa : 437 orang (1.95%)
 Pekerjaan ini perlu diketahui untuk mengetahui adanya penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan-pekerjaan untuk memperkirakan tingkat penghasilan penduduk

2. Agama : Tidak ada data, disebutkan mayoritas agama penduduk Kec. Jatiluhur
adalah Islam
Agama perlu diketahui untuk mengetahui mayoritas agama yang dianut penduduk. Bagi
puskesmas berguna untuk program penyuluhan dimana untuk pendekatan terhadap penduduk
dapat melalui tokoh agama dan tempat memberikan penyuluhan dapat menggunakan tempat
ibadah penduduk. Tidak ada data presentase namun mayoritas agama penduduk adalah islam.

3. Pendidikan :
Pendidikan Persentasi
Tidak/blm sekolah 2,03%
Belum Tamat SD 2.03%
Tamat SD 9,41%
Tamat SMP 4,99%
Tamat SMA/MA/SMK 11,8%
Akademi/Diploma I/II/III 13,9%
S1/Diploma IV 7,97%
S2 0.67%
S3 0.67%
Sumber : Data Desa
Berdasarkan tabel diatas, pendidikan Puskesmas Jatiluhur

Pendidikan rendah = tidak sekolah/SD TT + SD&MI + SMP


= 2,03% + 9,41% + 4,99% = 16,43%
Pendidikan tinggi + SMA = 34,34%
sebagian besar penduduk wilayah kerja pusekesmas koncara berpendidikan Akademi/Diploma
I/II/III
 Pendidikan perlu diketahui berhubungan dengan daya tangkap penduduk terhadap informasi
(pengetahuan tentang kesehatan) untuk mengetahui metode penyuluhan yang berhubungan
dengan tingkat pendidikan penduduk. Selain itu pendidikan juga di perlukan untuk
menentukan keberhasilan program wajib belajar 9 tahun.
**Jadi sebagian besar pendidikan penduduk tinggi  menunjukkan pengetahuan
akan masalah kesehatan baik dan semua penduduknya sudah mempunyai motivasi untuk
meningkatkan pendidikan keluarganya.

4. Pendapatan per kapita


Data tidak didapatkan pada profil puskesmas Jatiluhur.
Pendapatan per kapita berguna untuk memperkirakan kemampuan ekonomi penduduk,
termasuk kemampuan secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan membiayai
masalah kesehatan. Sehingga keadaan sosial ekonomi tidak dapat diperkirakan. Dari profil
hanya didapatkan data keluarga miskin yang didapatkan Presentasi KK miskin terbanyak di
desa Parakanlima sebesar 7.47%

 Dari analisis data social ekonomi, data yang kurang : pekerjaan, agama, dan pendapatan
perkapita

Anda mungkin juga menyukai