Disusun oleh:
Kelompok 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tim Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada Tim Penulis sehingga Tim Penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kekerasan Pada Perempuan” yang
merupakan salah satu tugas Keperawatan Maternitas I pada semester dua. Tak
lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi junjungan kita
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
1. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, M.Kep selaku Dosen mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar II Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah
memberikan tugas mengenai “Kekerasan Pada Perempuan” ini sehingga
pengetahuan Tim Penulis dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan
hal itu sangat bermanfaat.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Tim Penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam
waktu yang tepat.
i
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan18
3.2 Saran18
DAFTAR PUSTAKA19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar perempuan sering bereaksi pasif dan apatis terhadap tindak
kekerasan yang dihadapi. Ini memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya tindak
kekerasan pada istri yang diperbuat oleh suami. Kenyataan ini menyebabkan
minimnya respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan suami dalam
ikatan pernikahan. Istri memendam sendiri persoalan tersebut, tidak tahu
bagaimana menyelesaikan dan semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami
dominan terhadap istri. Rumah tangga, keluarga merupakan suatu institusi sosial
paling kecil dan bersifat otonom, sehingga menjadi wilayah domestik yang
tertutup dari jangkauan kekuasaan publik.
1
perempuan melaporkan tindak kekerasan sudah menikah dan pelakunya selalu
suami mereka. Mitra Perempuan (2005) 80% dari perempuan yang melapor
pelakunya adalah para suami, mantan suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang
tua, 4,5% dari perempuan yang melapor berusia dibawah 18 tahun.
1.3 Tujuan
2
4. Agar mengetahui apa saja peran perawat terhadap kekerasan pada wanita
5. Agar mengetahui bagaimana penanggulangan terhadap kasus kekerasan
pada wanita
6. Agar mengetahui apa saja asuhan keperawatan yang diberikan pada korban
kekerasan pada wnita
7. Agar mengetahui apa dampak yang terjadi pada korban kekerasan pada
wanita
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan pembedaan
berbasis gender yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau
penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman
terjadinya perbuatan tersebut, pemaksaan atau perampasan kebebasan secara
sewenang-wenang, baik yang terjadi diruang publik maupun di dalam kehidupan
pribadi.
Kekerasan fisik adalah kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh
tubuh dan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal
tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang. Prilaku kekerasan yang
termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi,
menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,
memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan
nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
5
ini memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kemampuan normal jiwa.Perilaku kekerasan yang termasuk
penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-komentar yang
menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar,
mengancam atau , menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
Pemerkosaan
Intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaa pemerkosaan
Pelecehan seksual
Eksploitasi seksual
Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
Prostitusi paksa
Perbudakan seksual
Pemaksaan perkawinan
Pemaksaan kehamilan
Pemaksaan aborsi
Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi
Penyiksaan seksual
Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
Praktik tradisi yang bernuansa seksual yang membahayakan atau
mendiskriminasi perempuan
Control seksual
6
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan
atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah
tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri.
7
2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap
laki-laki boleh menguasai perempuan.
3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka
memukul,biasanya akan meniru perilaku ayahnya.
8
2. Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan fisik
korban. Disini perawat dapat berperan dengan fokus meningkatkan harga
diri korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban, dan meningkatkan
lingkungan sosial yang memungkinkan. Perawat berperan penting dalam
upaya membantu korban kekerasan diantaranya melalui upaya pencegahan
primer terdiri dari konseling keluarga, modifikasi lingkungan sosial budaya
dan pembinaan spiritual, upaya pencegahan sekunder dengan penerapan
asuhan keperawatan sesuai permasalah-an yang dihadapi klien, dan
pencegaha tertier melalui pelatihan/pendidikan, pem-bentukan dan proses
kelompok serta pelayanan rehabilitasi.
3. Memberikan pendampingan hukum dalam acara peradilan.
4. Melatih kader-kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan korban
kekerasan.
5. Mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak
kekerasan dalam rumah tangga sebagai bekal perawat untuk mendampingi
korban.
9
Mengintegrasikan kembali norma-norma yang mengijinkan atau
mendukung kekerasan ke dalam norma-norma dalam sistem-sistem budaya kita,
adalah usaha tindak lanjut yang sungguhpun amat problematik, namun mau tidak
mau harus di programkan guna mengurangi kejahatan-kejahatan dengan
kekerasan. Mengfungsionalisasikan sistem peradilan pidana serta mekanisme
kerja unsur-unsurnya adalah salah satu usaha dalam pelaksanaan program ini
(Kusumah 1990:43). Berbagai tindak kekerasan yang dialami kaum perempuan
membawa dampak pada beban fisik, psikis serta kesengsaraan bagi korban
tersebut. Maka masyarakat, aparat penegak hukum dan pemerintah dituntut untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam upaya menangani kasus ini. G.P.
Hoefnagels mengutarakan bahwa upaya penaggulangan kejahatan dapat ditempuh
dengan cara:
10
1. Meningkatkan kesadaran perempuan akan hak dan kewajibannya di dalam
hukum melalui latihan dan penyuluhan (legal training).
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya usaha untuk
mengatasi terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan ana, baik di
dalam konteks individual, sosial maupun institusional;
3. Meningkatkan kesadaran penegak hukum agar bertindak cepat dalam
mengatasi kekerasan terhadap perempuan maupun anak;
4. Bantuan dan konseling terhadap korban kekerasan terhadap perempuan
dan anak;
5. Melakukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak yang
dilakukan secara sistematis dan didukung oleh karingan yang mantap.
6. Pembaharuan hukum teristimewa perlindungan korban tindak kekerasan
yang dialami oleh perempuan dan anak-anak serta kelompok yang rentang
atas pelanggaran HAM.
7. Pembaharuan sistem pelayanan kesehatan yang kondusif guna
menanggulangi kekerasan terhadap perempuan dan anak;
8. Bagi anak-anak diperlukan perlindungan baik sosial, ekonomi mauoun
hukum bukan saja dari orang tua, tetapi semua pihak, termasuk masyarakat
dan negara.
9. Membentuk lembaga penyantum korban tindak kekerasan dengan target
khusus kaum perempuan dan anak untuk diberikan secara cuma-cuma
dalam bentuk konsultasi, perawatan medis maupun psikologis
10. Meminta media massa (cetak dan elektronik) untuk lebih memperhatikan
masalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam
pemberitaannya, termasuk memberi pendidikan pada publik tentang hak-
hak asasi perempuan dan anak-anak.
11
Apapun bentuk kekerasannya akan mengakibatkan korban mengalami dampak
jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek, berakibat pada fisik
korban seperti luka-luka , memar pada bagian tubuh tertentu, infeksi, dan
kerusakan organ reproduksi. Dampak yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Dampak fisik dan seksual. tindakan kekerasan bisa berupa seranagn
ke tubuh korban termasuk alat kelamin, akibatnya adalah memar
ringan, luka parah, disfungsi bagian tubuh dan bahkan membawa
kematian.
12
4. Dampak psikologis.
Berupa trauma yang dialami sebagian besar korban. Bentuk trauma
berbeda antara satu korban dengan korban lainnya. Trauma ini
tergantung dari usia korban serta bentuk kekerasan yang dialami
korban. Trauma dapat berupa ketakutan bertemu dengan orang lain,
mimpi buruk atau ketakutan saat sendiri.
Gangguan emosional, gangguan tidur atau makan, mimpi
buruk, ingat kembali kejadian lampau
Ketidakpercayaan terhadap laki-laki
Ketakutan pada hubungan intim
Perasaan sangat marah
Perasaan bersalah
Malu dan terhina.
Dampak lebih lanjutan perilaku anti sosial, perasaan tidak berdaya,
perilaku bunuh diri, harga diri rendah, kecemasan, depresi, sulit tidur atau
makan. Sebagai cara untuk menghadapi situasi kekerasan, perempuan
dapat menunjukkan perilaku seperti minum alcohol, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan, mempunyai banyak pasangan atau upaya
bunuh diri.
Dampak lebih besar terjadi apabila lingkungan korban tidak
mendukung korban. Akibatnya, korban menjadi malu dan rendah diri.
Banyak korban yang akhirnya harus pindah dari sekolah karena selalu
menjadi bahan perbincangan guru dan teman di sekolahnya. Bahkan ada
keluarga korban yang harus pindah tempat tinggal karena dianggap telah
membuat cemar lingkungan tempat tinggalnya.
Dampak jangka panjang terjadi jika korban kekerasan tidak
mendapat penanganan dan bantuan (konseling psikologis) yang memadai,
misal munculnya sikap atau persepsi negatif terhadap laki-laki atau
terhadap seks. Dampak yang lain adalah trauma, yaitu “luka jiwa” yang
disebabkan karena seseorang mengalami sesuatu diluar batas normal
(berdasarkan standar dirinya sendiri).
13
Dapat juga muncul mimpi-mimpi buruk (nightmares)
ingatan-ingatan akan kejadian yang muncul secara tiba-tiba (flash back),
Jika gejala tersebut berkepanjangan sampai 30 hari, besar kemungkinan
korban mengalami Post Traumatic Stress Disorders(PTSD) atau stress
pasca trauma.
1. Pengkajian
Kecemasan
o Perilaku : Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat,
menarik diri dari hubungan personal, mengahalangi, menarik diri
dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari hubungan
intrapersonal.
o Stresor Pecetus : Stesor penscetus mungkin berasal dari sumber
internal dan sumber eksternal. Stressor pencetus dibagi menjadi
dua kategori. Kategori pertama yaitu ancaman terhadap integritas
seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
atau menurunnya kkapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Katagori kedua yaitu ancaman terhadap system diri
seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi
social yang terintegrasi seseorang.
o Mekanisme koping : Tingkat kecemasan seseorang dapat
menimbulkan dua mekanisme koping. Mekanisme yang pertama
adalah mekanisme yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang
disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara
realistic tuntutan situasi stress(Perilaku menyerang untuk
mengatasi hambatan pemenuhan, perilaku menarik diri secara fisik
maupun psikologik untuk memindahkan sumber stress, perilaku
14
kompromi untuk mengubah tujuan). Mekanisme yang kedua adalah
mekanisme pertahan ego yang membantu mengatasi ansietas.
o Gangguan Tidur
Perilaku
Sumber koping : dukungan social dari keluarga, teman, dan
pemberi pelayanan juga merupakan sumber yang penting.
Mekanisme koping : represi perasaan, konflik, menyangkal
masalah psikologis.
Gangguan Seksual
Perilaku
Factor predisposisi
Faktoer pencetus
Mekanisme koping
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan
2. Ansietas
3. Inefektif koping
4. Ketakutan
5. Gangguan Tidur
o Gangguan cerita tubuh
o Proses perubahan keluarga
o Gangguan pola tidur
o Kerusakan interaksi sosial
o Gangguan Seksual
o Gangguan citra tubuh
o Ketakutan
o Ketidakberdayaan
o Nyeri
o Gangguan harga diri
o Perubahan peforma peran
15
o Resiko terhadap kesepian
o Distress spiritual
o Kerusakan interaksi sosial
3. Identifikasi Hasil
a. Kecemasan
b. Pasien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi stress
c. Gangguan tidur
o Pasien akan mengekspresikan perasaannya secara verbal daripada
melalui perkembangan gejala-gejala fisik.
o Gangguan seksual
Pasien akan mencapai tingkat maksimal respons seksual
yang adaptif untuk meningkatkan atau mempertahankan
kesehatan.
4. Perencanaan
a. Kecemasan
o Pasien harus mengembangkan kapasitasnya untuk mentoleransi
ansietas.
o Gangguan tidur
Penyuluhan untuk pasien tentang strategi koping yang
adaptif.
Gangguan seksual
Lakukan penyuluhan.
5. Implementasi
Kecemasan
Memecahkan masalah yang membuat pasien cemas
Gangguan tidur
o Memenuhi kebutuhan fisiologis pasien.
o Memenuhi kebutuhan dasar akan rasa aman dan keselamatan.
o Gangguan Seksual
16
Sebelum melakukan penyuluhan perawat harus memeriksa
nilai dan keyakinannya sendiri tentang pasien yang
berperilaku seksual yang mungkin berebda.
6. Evaluasi
Kecemasan
o Sudahkah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal, atau waktunya?
o Apakah perilaku pasien menunjukkan ansietas?
o Sudahkah sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan
adekuat?
o Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?
o Gangguan tidur
Sudahkah pola tidurnya telah normal kemabali?
Apakan kecemasan masih mengganggu tidur pasien?
Gangguan seksual
Apakah pengakajian keperawatan tentang
seksualitas telah lengkap, akurat, dan dilakukan
secara professional?
Apakah pasien merasakan perbaikan selama
perbaikan?
Apakah hubungan interpersonal pasien telah
meningkat?
Apakah penyuluhan kesehatan tentang
ekspresi seksual telah dilakukan dengan
benar?
Apakah perasaan perawat sendiri tentang
seksual telah digali semua pada pasien?
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
Daftar Pustaka
19