Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Herlambang, 2016). Puskesmas

didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh,

paripurna, dan terpadu bagi seluruh penduduk yang tinggal di wilayah

kerja Puskesmas. Program dan upaya kesehatan yang diselenggarakan

oleh Puskesmas merupakan program pokok (public health essential) yang

wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat (Herlambang, 2016). Permenkes 43 tahun 2019 tentang

Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Faskes). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,

baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.


2

Puskesmas adalah UKM tingkat pertama. UKM dalam Permenkes

43 tahun 2019 tentang Puskesmas dijelaskan bahwa Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Sedangkan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah suatu kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk

peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana

teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes, 2011), Jadi

dengan adanya Puskesmas di setiap kecamatan atau tingkat lebih rendah

lainnya diharapkan seluruh warga mendapat akses kesehatan yang

merata.

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian

dari kecamatan. Bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja

Puskesmas antara lain faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografis dan keadaan infrastruktur lainnya. Pembagian wilayah kerja

Puskesmas ditetapkan oleh bupati dan walikota, dengan saran teknis dari

kepala dinas kesehatan kebupaten/kota. Sasaran penduduk yang dilayani

Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas (Herlambang,

2016). Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, maka sebuah


3

Puskesmas ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana disebut dengan Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, 13

wilayah kerja Puskesmas dapat satu kelurahan. Puskesmas di ibu kota

kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan

Puskesmas pembantu yang berfungsi sebagai pusat ujukan bagi

Puskesmas kelurahan dan mempunyai fungsi koordinasi. Dengan adanya

undang-undang otonomi daerah, setiap daerah tingkat II mempunyai

kesempatan mengembangkan Puskesmas sesuai rencana strategis

bidang kesehatan sesuai situasi dan kondisi daerah tingkat II

(Herlambang, 2016). Puskesmas sesuai dengan fungsinya sebagai pusat

pembangunan berawawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, meyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang

bermutu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan

kesehatan yang berkualitas dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

kesehatan nasional yaitu terwujudnya kesehatan yang setinggi-tingginya

bagi masyarakat.

Puskesmas juga membangun Sistem Informasi yaitu Sistem

Informasi Puskesmas. Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan

yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan

keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas untuk mencapai

sasaran kegiatannya. Prinsip penyelenggaraan Puskemas dalam


4

Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas adalah paradigma sehat,

pertanggung jawaban wilayah dan kemandirian masyarakat

Puskesmas Aurduri Kota Jambi adalah salah satu Puskesmas yang

memiliki tiga wilayah kerja kelurahan yaitu Kelurahan Penyengat Rendah,

Kelurahan Teluk kenali dan Kelurahan Buluran di Kota Jambi yang

memiliki jumlah penduduk 21.350 orang dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1.
Data Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah
Di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri Kota Jambi

Jumlah Jumlah
Jumlah
No Kelurahan Penduduk SPAL
Rumah
(Jiwa)
1 Penyengat Rendah 11.904 3.450 2.281
2 Teluk Kenali 1.932 440 289
3 Buluran Kenali 7.514 1.727 1.232
Jumlah 21.350 5.617 3.802
Sumber :  Puskesmas Aurduri Tahun 2021

Jumlah penduduk ditahun 2021 sebanyak 21.350 jiwa, dengan

jumlah rumah 5.617, sedangkan jumlah rumah yang memiliki SPAL

sebanyak 3.802. Puskesmas ini  sudah menyediakan data informasi di

Dinas Kesehatan Kota Jambi tentang keadaan Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL) rumah tangga yang berjumlah 3.802 SPAL berdasarkan

tingkat risiko SPAL melalui petugas tenaga kesehatan lingkungan di

Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

Kategori saluran pembuangan air limbah rumah tangga tersebut

adalah Jenis Terbuka Tanpa Peresapan (KTP) berjumlah 870, Terbuka

Dengan Peresapan (KDP) berjumlah 20, Terbuka Tanpa Peresapan (TTP)


5

jumlah 2. 198, dan Tertutup Dengan Peresapan (TDP) jumlah 410 dengan

jumlah rumah diperiksa 750 rumah dengan kategori tingkat risiko SPAL

Tinggi berjumlah 138, sedang jumlah 366 dan rendah 246, pada periode

triwulan empat atau Bulan Desember Tahun 2021. Dari data tersebut yang

menjadi masalah adalah masih tingginya kategori risiko saluran

pembuangan air limbah rumah tangga di wilayah kerja puskesmas Aurduri

Kota Jambi (Dinas Kesehatan Kota Jambi, 2021)

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup

bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan

kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini

akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi yang baik

merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Definisi

sanitasi dari WHO merujuk kepada penyediaan sarana dan pelayanan

pembuangan limbah kotoran manusia seperti urine dan faeces. Mulai

tahun 2015 definisi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak

adalah apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat

kesehatan antara lain dilengkapi dengan jenis kloset leher angsa atau

plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir tinja

tangki (septic tank) atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan

merupakan fasilitas yang digunakan sendiri atau bersama.

Masyarakat dalam mengelolah air limbah rumah tangga harus

memiliki sarana sanitasi pembuangan air limbah yang dimulai sejak tahap

awal sehingga masyarakat dapat memahami tentang hak dan


6

kewajibannya sebelum sarana sanitasi dibangun. Hal ini akan mendorong

rasa kepemilikan masyarakat yang lebih besar, sehingga dapat

melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan operasional serta

pemeliharaan. Masyarakat dalam memenuhi sarana sanitasi saluran

pembuangan air limbah serta mampu melakukan pengelolaan terhadap air

limbah rumah tangga sehingga tidak mencemari lungkungan dan

menimbulkan gangguan kesehatan serta penyakit berbasis lingkungan.

Masyarakat diharapkan mampu memiliki perilaku hidup bersih dan sehat

yang memenuhi pengetahuan dan sikap yang memenuhi syarat

kesehatan baik dalam kepemilikan serta pemeliharaan dalam pengelolaan

sarana sanitasi saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Peran

Petugas Kesehatan dengan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan

Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di Wilayah Kerja

Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masih tingginya saluran

pembuangan air limbah rumah tangga dengan katagori resiko tinggi. Oleh

karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

pengetahuan, sikap masyarakat dan peran petugas kesehatan dengan


7

perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah

rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan

dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas

Aurduri Kota Jambi.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat dengan

perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan

air limbah rumah tangga.

b. Untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat dengan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah

rumah tangga.

c. Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan

perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan

air limbah rumah tangga.


8

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi

berbagai pihak antara lain :

1.4.1. Bagi Masyarakat

Memberikan masukan pada masyarakat tentang sarana

saluran pembuangan air limbah rumah tangga di wilayah kerja

Puskesmas Aurduri Kecamatan Telanaipura Kota Jambi agar

dapat dimanfaatkan dengan baik dalam mencegah penyebaran

penyakit dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari air limbah

rumah tangga.

1.4.2. Bagi Puskesmas

Sebagai masukan bagi Puskesmas agar memberikan

dorongan, sosialisasi dan pengawasan untuk mengelolah limbah

rumah tangga yang baik dan benar supaya tidak menimbulkan

penyakit dan kerusakan lingkungan.

1.4.3. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan masukan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Jambi Program Studi Sanitasi

Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Provinsi Jambi

bahwa penelitian ini dapat memberi wacana yang positif dalam

kegiatan belajar sehingga dapat dipergunakan untuk

mengembangkan pengetahuan.
9

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian lebih lanjut pada hubungan pengetahuan,

sikap dan peran petugas kesehatan dengan perilaku masyarakat

dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga

di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini batasi pada pengetahuan masyarakat,

sikap dan peran petugas kesehatan dengan perilaku masyarakat dalam

pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga di wilayah

kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

Alat pengumpul data menggunakan kuisioner dengan populasi

rumah tangga yang memiliki saluran pembuangan air limbah di wilayah

kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi yaitu Kelurahan Penyengat Rendah,

Kelurahan Teluk Kenali dan Kelurahan Buluran Kenali berjumlah 3.802

dengan sampel berjumlah 94 SPAL. Teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan proporsif random sampling, yaitu semua rumah yang

memiliki SPAL yang diambil berdasarkan deret hitung dan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di wilayah kerja

Puskesmas Aurduri Kota Jambi yaitu Kelurahan Penyengat Rendah,

Kelurahan Teluk Kenali dan Kelurahan Buluran Kenali. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif menggunakan survei analitik dengan


10

pendekatan cross sectional dan data dianalisis dengan menggunakan

analisa univariat dan bivariat yang dilaksanakan pada Bulan April - Juni

2022.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1. 1. Air Limbah

Menurut Sugiharto (2008), air limbah (wastewater) adalah

kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal

dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan

demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

Air limbah menjadi persoalan kontemporer seiring kepadatan

penduduk yang semakin meningkat. Setiap rumah tangga yang

tinggal di perkotaan pasti akan membutuhkan tempat pembuangan air

limbah. Sebagian besar rumah tangga membuang air limbah di

sungai, got, selokan, atau badan air lainnya. Air limbah mengandung

senyawa-senyawa polutan yang dapat merusak ekosistem air. Air

limbah bila tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan

gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan

yang ada. (Sugiharto, 2008).

Air limbah yang bersumber dari rumah tangga, menurut

Notoatmodjo (2003), yaitu buangan yang berasal dari pemukiman

penduduk. Pada umumnya air limbah terdiri dari excreta (tinja dan air

seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi dan umumnya terdiri

dari bahan-bahan organik. Air dikatakan tercemar jika adanya


12

penambahan makhluk hidup, energi atau komponen lainnya baik

sengaja maupun tidak, kedalam air baik oleh manusia ataupun proses

alam yang menyebabkan kualitas air turun sampai tingkat yang

menyebabkan air tidak sesuai peruntukannya. Limbah adalah bahan

sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, dari

berbagai skala rumah tangga layaknya industri pertambangan, dan 6

hasil produksi lainnya. Limbah dianggap lebih banyak menghasilkan

hal negatif dibandingkan positif sehingga menjadi limbah yang

mengganggu.

2.1.2. Jenis, Sumber dan karakteristik Air Limbah Rumah Tangga

Air limbah menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun

2001 adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang

berwujud cair. Jenis, sumber dan karakteristik air limbah rumah

tangga terdiri dari :

a. Jenis air limbah

1. Air sabun (Grey Water) umumnya berasal dari limbah rumah

tangga, hasil dari cuci baju, piring atau pel lantai. Air dari

pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah sederhana ini

sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menyirami tanaman

karena pada kadar tertentu alam masih memiliki kemampuan

untuk mengurai sabun, yang pada dasarnya merupakan

rantai karbon yang umum terdapat di alam. Hanya saja perlu


13

diperhatikan jika sabunnya mengandung bahan berat

pembunuh kuman seperti karbol, atau mengandung minyak

yang sulit terurai seperti air hasil cuci mobil yang umumnya

tercemar oli.

2. Air tinja/air limbah padat (Black Water) merupakan air yang

tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat

cair atau padat, umumnya seorang dewasa menghasilkan

1,5 L air tinja/hari. Air ini mengandung bakteri coli yang

berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan

melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan.

Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam septic tank.

Septic tank dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk

oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari

pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran kota,

atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai

bahan cadangan air tanah.

3. Air seni/urine umumnya mengandung mikroba nitrogen,

posfor dan sedikit mikroorganisme yang dapat menyebabkan

sumber penyakit pada masyarakat lain jika pembuangannya

tidak pada tempatnya.

b. Sumber air limbah

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic

waste water) adalah air limbah yang berasal dari pemukiman


14

penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta

tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi

dan umumnya terdiri dari bahan organik.

2. Air buangan dari industri (industrial waste water) adalah air

buangan yang berasal dari berbagai jenis industri akibat

proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya

sangat bervariasi, sesuai dengan bahan baku yang dipakai

industri antara lain : nitrogen, sulfida, amoniak, lemak,

garam-garam, zat pewarna, mineral logam berat, zat pelarut

dan sebagainya. Oleh karena itu pengelolaan jenis air limbah

ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan lebih rumit

daripada air limbah rumah tangga.

3. Air buangan kotapraja (manucipal wastes water), yaitu air

buangan yang berasal dari perkantoran, perdagangan, hotel,

restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan

sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam

jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

c. Karakteristik air limbah

1. Karakteristik fisik sebagian besar terdiri dari bahan-bahan

padat dan suspensi, terutama air limbah rumah tangga biasa

berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau,

kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna


15

bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinta dan

sebagainya.

2. Karakteristik kimiawi biasanya air buangan ini mengandung

campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih

serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari

penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh

sebab itu pada umumnya bersifat basah pada waktu masih

baru, dan cenderung bau asam apabila sudah mulai

membusuk.

3. Karakteristik bakteriologis Kandungan bakteri pathogen serta

organisme golongan coli terdapat juta dalam air limbah

tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak

berperan dalam proses pengolahan air buangan.

2.1.3. Pengelolaan Air Limbah

Menurut Notoadmodjo, (2005) Air limbah merupakan air

bekas yang berasal dari kamar mandi, dapur atau cucian yang

dapat mengotori sumber air seperti sumur, kali ataupun sungai

serta lingkungan secara keseluruhan. Banyak dampak yang

ditimbulkan akibat tidak adanya Saluran Pembuangan Air Limbah

yang memenuhi syarat kesehatan. Hal yang pertama dirasakan

adalah mengganggu pemandangan, dan terkesan jorok karena air

limbah mengalir kemana-mana. Selain itu, air limbah juga dapat


16

menimbulkan bau busuk sehingga mengurangi kenyamanan

khususnya orang yang melintas sekitar rumah tersebut. Air limbah

juga bisa dijadikan sarang nyamuk yang dapat menularkan

penyakit seperti malaria serta yang tidak kalah penting adalah

adanya air limbah yang melebar membuat luas tanah yang

seharusnya dapat digunakan menjadi berkurang.

Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat

saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan

ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah

sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah

permukaan tanah.

b. Tidak mengotori permukaan tanah.

c. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan

tanah.

d. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

e. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

f. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang

mudah didapat dan murah.

g. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan

dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui

bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat


17

dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk

menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap

pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana

lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan

dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan

zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan

khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan

saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan

setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah.

2.1.4. Pengertian Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan

yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan sisa pemakaian

dari kran / hidran umum, sarana cuci tangan, kamar mandi, dapur

dan lain – lain, sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan dan

tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori

lingkungan sekitarnya. Saluran Pembuangan Air Limbah tidak

menyalurkan air kotor dari peturasan / jamban (Tayalifiah, 2012).

2.1.5. Jenis – Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah

Menurut Notoadmodjo, (2005) jenis - jenis saluran

pembuangan air limbah terdiri dari :


18

a. Saluran Pembuangan Air Limbah Terbuka

Keluar airnya bisa dilihat, kelebihannya bias cepat

dibersihkan ketika tersumbat. Tetapi apabila tidak mengalir

dengan lancer atau karena penuh oleh air hujan, maka akan

terjadi pencemaran lingkungan disertai dengan baud an

biasanya sarana dibuat dengan cor beton.

b. Saluran Pembuangan Air Limbah Tertutup

Air dialirkan melaluii pipa / PVC dan biasanya keluarnya

air tidak bisa dilihat. Kekurangan susah dibersihkann apabila

terjadi penyumbatan. Kelebihannya bau tidaak dapat

diminimalisir. Biasanya Saluran Pembuangan Air Limbah ini

dibuat pada bangunan yang bertingkat.

2.1.6. Syarat Saluran Pembuangan Air Limbah Sehat

Menurut Notoadmodjo (2005) untuk mencegah atau

mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diperlukan kondisi,

persyaratan dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah

tersebut :

a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air bersih

dan air minum.

b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.

c. Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air

sungai atau tempat-tempat rekreasi.


19

d. Tidak dapat dihinggapi serangga atau tikus dan tidak menjadi

tempat berkembang biaknya berbagai penyakit dan vector.

e. Tidak terbuka terkena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak

dicapai oleh anak – anak dan baunya tidak mengganggu.

2.1.7. Prinsip Pembuatan SPAL

Pertama dibuat lubang dapur dengan lebar, panjang dan

tinggi 1 m atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Dibuat

saluran dari batu bata , pasir, semen. Bila saluran terbuka dapat

ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resepan diisi dengan

pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup

dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi

saluran udara dari pralon (Ditjen Bina Lingkungan, 2013).

Menurut Ditjen Bina Lingkungan, 2013 SPAL yang baik

adalah SPAL yang dapat mengatasi permasalahan yang

ditimbulkan akibat sarana yang tidak memadai. SPAL yang

memenuhi syarat kesehatan sebagai berikut:

a. SPAL tidak mengotori sumur, sungai, danau, maupun sumber air

lainya.

b. SPAL yang dibuat tidak menjadi tempat berkembang biaknya

nyamuk , lalat dan lipas sehingga SPAL tersebut mesti ditutup

rapat dengan menggunakan papan.


20

c. SPAL tidak dapat menimbulkan kecelakaan , khususnya pada

anak-anak.

d. Tidak mengganggu estetika

2.1.8. Dampak Buruk Air Limbah

Menurut Sumantri, 2010 Air limbah yang mengandung

bahan pencemar dialirkan ke lingkungan (seperti sungai atau

badan air lainnya) akan mengakibatkan terjadinya pencemaran

pada badan air tersebut. Air limbah yang tidak dikelola dengan

baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan

lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagi

berikut :

a. Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat

menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Air

limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi

sarang vektor penyakit (misalnya : nyamuk, lalat, kecoa, dan

lain-lain). Vektor penyakit tersebut dapat membawa

mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare,

kolera, filarial, penyakit cacing, dan tifoid. Efek limbah

berbahaya terhadap kesehatan manusia adalah karena sifat

toksik bahan yang dikandung dalam limbah tersebut. Penyakit

yang ditimbulkan dari limbah berbahaya bersifat akut dan


21

kronis. Terutama limbah berbahaya toksis yang reaksinya

sangat kompleks. Efek akut dari limbah cair tersebut yaitu :

kerusakan susunan saraf, kerusakan sistem pencernaran,

kerusakan sistem neorologis, kerusakan sistem pernapasan,

dan kerusakan pada kulit. Adapun efek kronis yang dihasilkan

yaitu: efek karsinogenik (menimbulkan kanker), efek mutagenic

(mutase gen/kromosom) dan efek teratogenic dan kerusakan

sistem produksi. Penyakit tersebut bukan saja menjadi beban

komunitas (diliat dari angka kesakitan, kematian dan harapan

hidup) tetapi juga jadi pengahalang bagi tercapainya kemajuan

di bidang sosial dan ekonomi.

b. Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang langsung dibuang ke permukaan air

(misalnya: sungai dan danau) tanpa dilakukan pengolahan

dapat mengakibatkan pencemaran permukaan air ini. Sebagai

contoh: bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila

dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan

kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam sungai

tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di

dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu,

sehingga akan mengurangi perkembangannya sebagai akibat

matinya bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah


22

yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat.

Dengan air limbah menjadi sulit terurai.

c. Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak

mengganggu kesehatan dan ekosistem tetapi mengganggu

keindahan. Air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan

terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis

ini mencemari badan air maka akan menimbulkan gangguan

keindahan pada badan air tersebut. Dengan semakin

banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,

maka perairan tersebut akan semakin tercemar ditandai

dengan bau yang menyengat serta dapat mengurangi estetika

lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak dapat

mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga

menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Adapun limbah

deterjen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa

yang sangat banyak. Ini pun dapat mengurangi estetika.

d. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

Adakalanya air limbah mengandung zat yang dapat

dikonversi oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresik

seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan

pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air

limbah) dan buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya


23

air tersebut, maka biaya pemeliharaan akan semakin besar

juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.

2.1.9. Determinan Perilaku

2.1.9.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

1) Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoadmodjo, (2014) Pengetahuan adalah

hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

pengindraan sehingga menghasil pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra

penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

instensitas atau tingkat yang berbeda beda. Secara garis

besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan, yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati

sesuatu. Tingkatan ini yang akan menjadi indikator tinjauan

teori yang akan diteliti dalam penelitian ini.


24

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu

terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan,

tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretensikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dana atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada

tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang

untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan

yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu


25

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasiformulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku dimasyarakat.

2) Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap

stimulasi atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga mempunyai

tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi.
26

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus,

dalam arti membahasnya dengan orang lai,bahkan

mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang

lain merespons.

4) Perilaku

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (ransangan dari luar) (Notoadmodjo,

2003).

2.1.9.2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor-faktor yang mendukung atau yang

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan

faktor pendukung adalah sarana dan prasarana atau fasilitas

untuk terjadinya perilaku kesehatan. Yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedia fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan, seperti : puskesmas,

posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat

pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi,

obat-obatan, saluran pembuangan air limbah, jamban dan

sebagainya.
27

2.1.9.3. Faktor Pendorong (reinforcing factors)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat. Meskipun seseorang

tahu dan mampu berperilaku sehat, tetapi tidak

melakukannya.

2.2. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori dapat dilihat sebagai berikut :

Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tradisi
4. Kepercayaan
5. Nilai
6. Status Ekonomi

Faktor Pendukung :
1. Fasilitas
2. Sarana Kesehatan Perilaku
3. Prasarana

Faktor Pendorong :

1. Peran Petugas Kesehatan

2. Tokoh masyarakat
28

Sumber : Notoadmodjo, 2014

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan penelitian Kuantitaif yaitu dengan survei analitik.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional

yaitu meneliti suatu populasi referensi yang dilakukan sewaktu-waktu

atau periode waktu tertentu untuk mengetahui masalah kesehatan

atau faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya masalah

kesehatan pada masyarakat.(sugiyono, 2018)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Aurduri Kota Jambi yaitu Kelurahan Penyengat Rendah,

Kelurahan Teluk Kenali dan Kelurahan Buluran Kenali.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari Bulan April s/d Juni

2022 mulai dari survey sampai dengan sidang akhir.


29

3.3. Kerangka Konsep

Gambar 3.3. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independent) (Dependent)

Pengetahuan

Perilaku masyarakat dalam


pengelolaan saluran
Sikap pembuangan air limbah
rumah tangga

Peran Petugas
Kesehatan

3.4. Variabel Dan Definisi Operasional

3.4.1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent)

Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel

terikat (dependent) dan merupakan variabel yang

diutamakan, dalam variabel ini adalah pengetahuan, sikap

dan peran petugas kesehatan.

b. Variabel Terikat (dependent)

Yaitu variabel yang diperkirakan akan berubah oleh

variabel bebas (independent) variabel dalam penelitian ini


30

adalah perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga.

3.4.2. Definisi Operasional

Tabel 3.4.Defenisi Operasional

NO VARIABEL DEFENISI CARA SKALA HASIL


OPERASIONAL DAN
ALAT
UKUR
1. Pengetahuan Segala sesuatu Tanya Nominal 1. Pengetahuan
yang diketahui Jawab Baik bila
oleh responden dan jawaban
tentang penilaian benar ≥ nilai
pengelolaan langsung median
saluran menggun 2. Pengetahuan
pembuangan air akan Kurang Baik
limbah rumah kuisioner bila jawaban
tangga. salah < nilai
median

2. Sikap Respon Tanya Nominal 1. Sikap Baik


responden Jawab bila jawaban
terhadap dan dengan skor
pengelolaan penilaian ≥ nilai
saluran langsung median
pembuangan air menggun 2. Sikap Kurang
limbah rumah akan Baik bila
tangga. kuisioner jawaban
dengan skor
≤ nilai
median

3. Peran Upaya yang Nominal 1. Peran


Petugas dilakukan oleh Tanya Petugas
Kesehatan petugas Jawab Kesehatan
kesehatan dan Baik bila
kepada penilaian jawaban ya ≥
responden nilai median
langsung
dalam 2. Peran
pengelolaan menggun Petugas
saluran akan Kesehatan
31

pembuangan air Kurang Baik


limbah rumah kuisioner bila jawaban
tangga. tidak < nilai
median
4. Perilaku Tindakan atau Tanya Nominal 1. Perilaku Baik
masyarakat upaya yang di Jawab, bila jawaban
dalam lakukan Cheklist Ya ≥ nilai
melakukan responden dan median
pengelolaan terhadap observasi 2. Perilaku
saluran pengelolaan Kurang Baik
pembuangan saluran bila jawaban
air limbah pembuangan air dengan skor
rumah tangga limbah rumah < nilai median
tangga mulai
dari mengolah
air limbah yang
berasal dari
sumber
buangan seperti
kamar mandi,
wastafel dan
dapur serta
saluran air
hujan ke
penyaluran lalu
ke pengolahan
berupa sumur
resapan atau
septictank dan
biotech sampai
kepada hasil
akhir buangan
yang dibuang ke
saluran badan
air penerima

3.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


32

1. Ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah

rumah tangga.

2. Ada hubungan sikap masyarakat dengan perilaku masyarakat

dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

3. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah

rumah tangga.

3.6. Populasi dan Sampel

3.6.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh rumah yang memiliki Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL) rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Aurduri

Kota Jambi yaitu Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Teluk

Kenali dan Kelurahan Buluran Kenali sebanyak 3.802.

3.6.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian dari rumah tangga yang memiliki SPAL. Tehnik

pengambilan sampel adalah dengan menggunakan proporsif

random sampling, yaitu ibu rumah tangga yang memiliki SPAL yang
33

diambil berdasarkan deret hitung. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini menggunakan perhitungan sampel minimal

berdasarkan rumus Lameshow sebagai berikut :

Z21-/2 x Px (1-P) x N
n=
d2 (N-1)+Z21-/2 x P x(1-P)

1,962 x 0,5 x 0,5 x 3.802


n =
0,12(3.802-1) + 1,962 x 0,5 x 0,5

3651
n =
39
n = 94
Keterangan :

n = Jumlah sampel

Z = Nilai baku distribusi normal pada alpha ditentukan oleh 95 % = 1,96

P = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan pada populasi =0,5

d = Nilai presisi = 0,1

N = jumlah populasi = 3.802

Berdasarkan angkaangka diatas, maka jumlah sampel minimal adalah 94.

Tabel 3.1
Besar Sampel Proporsif Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Aurduri Kota Jambi Tahun 2022

Populasi (KK) Besar sampel


No Kelurahan
Proporsif (Rumah)
2.281
1 Penyengat Rendah
56
Teluk Kenali 289
2 7
34

1.232
3 Buluran Kenali
30

Jumlah 3.802 94

Jumlah proporsi sampel ibu rumah tangga dalam penelitian ini

adalah 56 SPAL di Kelurahan Penyengat Rendah, 7 SPAL di Kelurahan

Teluk Kenali dan 30 SPAL di Kelurahan Buluran Kenali di Wilayah Kerja

Puskesmas Aurduri yang di random pada masing - masing RT secara

proposi di Kelurahan Tersebut dan yang memiliki risiko tinggi pada data

wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi Tahun 2021.

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuisioner dan cheklist pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan

dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan SPAL rumah tangga.

3.8. Tahapan Penelitian

Adapun kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan pada

penelitian ini adalah :

1. Tahap Persiapan

a. Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti saat

awal pembuatan proposal pada bulan Januari 2022, hasil

survey pendahuluan berupa data wilayah kerja Puskesmas


35

Aurduri Kota Jambi, data kependudukan, data jumlah SPAL

dan data tingkat risiko saluran pembuangan air limbah rumah

tangga di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi melalui

Dinas Kesehatan Kota Jambi.

b. Studi Kepustakaan

Setelah dilakukan survey pendahuluan dan ditetapkan

permasalahan serta diperoleh data awal yang dibutuhkan maka

peneliti melakukan tinjauan kepustakaan di perpustakaan

Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan

untuk mencari teori tentang hal yang akan diteliti.

c. Pembuatan Proposal

Pembuatan proposal dilakukan dengan beberapa tahapan

yaitu dengan menggunakan alat pengumpul data kuisioner

pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan SPAL rumah tangga dan alat

tulis.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data awal diperoleh dari Puskesmas

Aurduri Kota Jambi berupa data kependudukan dan wilayah

kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi yaitu Kelurahan Penyengat


36

Rendah, Teluk Kenali dan Buluran Kenali serta data jumlah

SPAL rumah tangga. Hasil wawancara dengan responden dan

observasi langsung terhadap masing–masing responden berupa

data keadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga di

wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

b. Pengolahan Data Dan Analisa Data

Setelah data yang didapat melalui observasi, wawancara

dan menggunakan kuisioner seluruh responden terkumpul,

selanjutnya data tersebut diolah dan dimasukkan ke dalam

komputer dengan menggunakan program spss uji chi square.

c. Tahap Penulisan Laporan

Setelah kegiatan yang dimulai dengan tahap persiapan

yaitu survey pendahuluan, studi kepustakaan dan pembuatan

proposal maka tahap berikutnya yaitu pengumpulan data primer

dan observasi dalam tahap pelaksanaan serta pengolahan data

dan analisa data. Tahap terakhir adalah penulisan hasil skripsi.

3.9. Tehnik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer
37

Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data,

langsung pada Ibu rumah tangga sebagai sumber informasi yang

dicari adalah pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan

dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas

Aurduri Kota Jambi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.

Data sekunder diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitianya.

Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Kesehatan Kota Jambi

dan Puskesmas Aurduri Kota Jambi berupa data wilayah kerja

Puskesmas Aurduri pada Tahun 2021 beserta data geografi dan

kependudukan dari masing – masing wilayah kerja Puskesmas

Aurduri yaitu Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Teluk

Kenali dan Kelurahan Buluran Kenali. Data berupa jumlah kondisi

sarana sanitasi saluran pembuangan air limbah rumah tangga,

gambaran umum lokasi penelitian seperti demografi,

kependudukan, mata pencaharian, pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

Data-data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah :

a. Collecting
38

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner yang

telah dijawab oleh responden.

b. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban

responden pada lembar kuesioner dengan tujuan data yang

diperoleh dapat diolah secara benar.

c. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode

pada variabel yang diteliti, misalnya nama dirubah menjadi

nomor 1,2,3………dan seterusnya.

d. Entering

Data entry, yakni jawaban dari masing-masing responden

yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan

peneliti.

e. Data Processing

Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi

komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

3.10. Analisis Data


39

Setelah data yang di dapat dari hasil pengisian kuisioner

diolah dengan menggunakan bantuan fasilitas computer program

spss selanjutnya dianalisis kedalam dua bentuk analisis yaitu :

3.10.1. Analisis Univariat

Dilakukan untuk menyederhanakan atau memudahkan

interpretasi data kedalam bentuk penyajian, baik bentuk textuler

atau keterangan maupun bentuk tabular dan tabel serta tampilan

distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti. Selain

itu analisa univariat juga bertujuan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti meliputi variabel

dependen yaitu perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran

pembuangan air limbah serta variabel independen yaitu

pengetahuan, sikap dan peran serta petugas kesehatan.

3.10.2. Analisis Bivariat

Dilanjutkan dengan analisis bivariat terhadap dua variabel

(variable independen dan dependen) yang diduga berhubungan

antara variabel independen uji statistik chi square pada interval

kepercayaan 95% dengan nilai α (0,05) (Hastono, 2016). Kriteria

pengambilan keputusan hasil pengujian diatas adalah jika nilai

probabiliti ( p-Value) lebih kecil atau sama dengan α (0,05), berarti


40

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran umum

4.1.1. Data Geografis Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Puskesmas Aur Duri terletak di Wilayah Kelurahan

Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura tepatnya berada di

ujung perbatasan Kota Jambi dengan Kabupaten Muaro Jambi.

Wilayah kerja Puskesmas Aur Duri meliputi 3 kelurahan, yaitu

Kelurahan Penyengat Rendah, Buluran Kenali dan Teluk Kenali

yang terdiri dari 56 RT, dengan luas wilayah seluruhnya 1671 Ha

yaitu :

1. Kelurahan Penyengat Rendah : 1231 Ha.


41

2. Kelurahan Teluk Kenali : 234 Ha.

3. Kelurahan Buluran Kenali : 206 Ha.

Secara geografis batas-batas wilayah kerja Puskesmas Aur Duri

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penyengat Olak

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simp. IV Sipin

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Panjang

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mendalo Darat

4.1.2. Data Demografis

Data demografis meliputi data yang menggambarkan keadaan

penduduk sebagaimana pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.1.
Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri
Kota Jambi Tahun 2021

No Kelurahan RT KK Rumah Penduduk


1 Penyengat 31 3.450 3.450 11.904
Rendah
2 Teluk Kenali 6 471 440 1.904
3 Buluran 19 1.878 1.727 7.514
Kenali
Jumlah 56 5.799 5.617 21.350
Sumber : Data Puskesmas Aurduri Tahun 2021

Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota

Jambi adalah 21.350 yang terdiri dari Kelurahan Penyengat Rendah

berjumlah 11. 904 orang dengan jumlah RT sebanyak 31, jumlah KK

sebanyak 3.450 dan jumlah rumah sebanyak 3.450, Kelurahan Teluk


42

Kenali berjumlah 1.904 orang dengan jumlah RT sebanyak 6, jumlah KK

sebanyak 471 dan jumlah rumah sebanyak 440 dan Kelurahan Buluran

Kenali berjumlah 7.514 orang dengan jumlah RT sebanyak 19, jumlah KK

sebanyak 1.878 dan jumlah rumah sebanyak 5.617

Tabel 4.2.
Data Mata Pencarian Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Aurduri Kota Jambi Tahun 2021

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)


1 Swasta 5.719 30,1
2 PNS / ABRI 4.864 25,6
3 Petani 2.071 10,9
4 Pedagang 1.995 10,5
5 Pengangkut / Jasa 1.615 8,5
6 Buruh Tani / Bangunan 1.064 5,6
7 Tukang 665 3,5
8 Nelayan 551 2,9
9 Pensiunan 456 2,4
Jumlah 18.091 100
Sumber : Data Puskesmas Aurduri Tahun 2021

Data mata pencaharian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Aurduri Kota Jambi adalah sebagai berikut Swasta berjumlah 5.719
sebanyak 30%, PNS / ABRI berjumlah 4.864 sebanyak 25,6%, Petani
berjumlah 2.071 sebanyak 10,9%, Pedagang berjumlah 1.995 sebanyak
10,5%, Pengangkut / Jasa berjumlah 1.615 sebanyak 8,5%, Buruh Tani /
Bangunan berjumlah 1.064 sebanyak 5,6%, Tukang berjumlah 665
43

sebanyak 3,5%, Nelayan berjumlah 551 sebanyak 2,9% dan Pensiunan


456 sebanyak 2,4%.

Tabel 4.3.
Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Puskesmas Aurduri
Kota Jambi Tahun 2021.

No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1 Universitas 854 3,9
2 Diploma 1.067 4,9
3 SLTA Sederajat 1.389 6,6
4 SLTP Sederajat 6.834 32
5 Tamat SD Sederajat 4.656 21,9
6 Tidak Tamat SD 4.933 23
7 Tidak Pernah Sekolah 1.623 7,7
Jumlah 21.356 100
Sumber : Data Puskesmas Aurduri Tahun 2021

Data penduduk menurut tingkat pendidikan pada Puskesmas

Aurduri Kota Jambi adalah sebagai berikut Universitas berjumlah 854

sebanyak 3,9%, Diploma berjumlah 1.067 sebanyak 4,9%, SLTA

berjumlah 1.389 sebanyak 6,6%, Sederajat SLTP berjumlah 6.834

sebanyak 32%, Sederajat Tamat SD berjumlah 4.656 sebanyak 21,9%,

Sederajat Tidak Tamat SD berjumlah 4.933 sebanyak 23% dan Tidak

Pernah Sekolah berjumlah 1.623 sebanyak 7,7%.

Tabel 4.4.
Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Aurduri Kota Jambi Tahun 2021.

No Sarana Kesehatan Jumlah Responden (%)


1 Puskesmas 1 0,7
2 Posyandu 22 14,8
3 Posyandu Usila 2 1,4
4 Kader Posyandu 107 71,8
5 Poskesdes 1 0,7
44

6 Sekolah UKS SD 10 6,7


7 Sekolah UKS SMP 2 1,3
8 Puskesmas Pembantu 2 1,3
9 Puskesmas Keliling Roda 4 2 1,3
Jumlah 149 100
Sumber : Data Puskesmas Aurduri Tahun 2021

Data sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota

Jambi Tahun 2021 adalah sebagai berikut Puskesmas berjumlah 1

sebanyak 0,7%, Posyandu berjumlah 22 sebanyak 14,8%, Posyandu

Usila berjumlah 2 sebanyak 1,4%, Kader Posyandu berjumlah 107

sebanyak 71,8%, Poskesdes berjumlah 1 sebanyak 0,7%, Sekolah UKS

SD berjumlah 10 sebanyak 6,7%, Sekolah UKS SMP berjumlah 2

sebanyak 1,3%, Puskesmas Pembantu berjumlah 2 sebanyak 1,3% dan

Puskesmas Keliling Roda 4 sebanyak 1,3%.

4.2.1. Analisa Univariat

4.2.1.1 Pengetahuan

Tabel 4.5.

Pengetahuan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 26 27.7 27.7 27.7

Kurang Baik 68 72.3 72.3 100.0

Total 94 100.0 100.0


45

Tabel 4.5. menunjukkan pengetahuan responden di wilayah kerja

Puskesmas Aurduri Kota Jambi terbesar adalah pengetahuan kurang baik

681 kk (72,3%) dan pengetahuan baik 26 kk (27,7%)

4.2.1.2 Sikap

Tabel 4.6.

Sikap Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 35 37.2 37.2 37.2

Kurang Baik 59 62.8 62.8 100.0

Total 94 100.0 100.0

Tabel 4.6. menunjukkan sikap responden di wilayah kerja

Puskesmas Aurduri Kota Jambi terbesar adalah sikap kurang baik 59 kk

(62,8%) dan sikap baik 35 kk (37,26%)


46

4.2.1.3 Peran Petugas Kesehatan

Tabel 4.7.

Peran Petugas Kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 39 41.5 41.5 41.5

Kurang Baik 55 58.5 58.5 100.0

Total 94 100.0 100.0

Tabel 4.7. menunjukkan peran petugas kesehatan pada responden

di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi terbesar adalah peran

petugas kurang baik 55 kk (58,5%) dan peran petugas baik 39 kk

(41,5%)

4.2.1.4 Perilaku

Tabel 4.8.

Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan IPAL

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 33 35.1 35.1 35.1


47

Kurang Baik 61 64.9 64.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

Tabel 4.8. menunjukkan perilaku responden di wilayah kerja

Puskesmas Aurduri Kota Jambi terbesar adalah perilaku kurang baik 61

kk (64,9%) dan perilaku baik 33 kk (35,1%)


48

4.3.1 Analisa Bivariat

4.3.1.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam

Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di

Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Tabel 4.9.
Distribusi Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam
Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di
Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Perilaku Masyarakat Dalam


Pengelolaan IPAL
Total
P-
Pengetahuan
Baik Kurang Baik Value

F % F % F %

Baik 19 57.6% 7 11.5% 26 27.7%

Kurang Baik 14 42.4% 54 88.5% 68 72.3% 0,011

TOTAL 33 100 61 100 94 100.

Dari hasil uji chi square dengan taraf kepercayaan 95% pada ɑ =

0,05 di dapat nilai p = 0,011 sehingga p < ɑ, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan dari pengetahuan

responden dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga. Setelah melakukan pendataan

pada saat penelitian dapat diketahui bahwa responden yang berperilaku

kurang baik dalam pengelolaan IPAL 68 kk (72,3%) memiliki perilaku


49

masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah

tangga 64 kk (68,1%).

4.3.1.2 Hubungan Sikap Dengan Perilaku Masyarakat Dalam

Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di

Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Tabel 4.10.
Distribusi Sikap Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan
Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di Wilayah Kerja
Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Perilaku Masyarakat Dalam


Pengelolaan IPAL
Total
P-
Sikap
Baik Kurang Baik Value

F % F % F %

Baik 25 75.8% 10 16.4 35 37.2

Kurang Baik 8 24.2 51 83.6 59 62.8 0,021

TOTAL 33 100.0 61 100.0 94 100.0

Dari hasil uji chi square dengan taraf kepercayaan 95% pada ɑ =

0,05 di dapat nilai p = 0,021 sehingga p < ɑ, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan dari sikap responden

dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga. Setelah melakukan pendataan pada saat penelitian


50

dapat diketahui bahwa responden yang sikap kurang baik 59 kk (62,8%)

memiliki perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga .

4.3.1.3 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Perilaku

Masyarakat Dalam Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah

Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Tabel 4.11.
Distribusi Peran Petugas Kesehatan Dengan Perilaku Masyarakat
Dalam Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
di Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Perilaku Masyarakat Dalam


Pengelolaan IPAL
Total
Peran Petugas P-
Kesehatan Baik Kurang Baik Value

F % F % F %

Baik 26 78.8 13 21.3 39 41.5

Kurang Baik 7 21.2 48 78.7 55 58.5 0.026

TOTAL 33 100.0 61 100.0 94 100.0

Dari hasil uji chi square dengan taraf kepercayaan 95% pada ɑ =

0,05 di dapat nilai p = 0,026 sehingga p < ɑ, maka Ho ditolak dan Ha


51

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan dari peran petugas

kesehatan pada responden dengan perilaku masyarakat dalam

pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Setelah

melakukan pendataan pada saat penelitian dapat diketahui bahwa peran

petugas kesehatan pada responden yang sikap kurang baik 55 kk (58,5%)

memiliki perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil

perhitungan Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan

dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan

air limbah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota

Jambi.

5.1.1. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam

Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di

Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi


52

Dari hasil uji chi square dengan taraf kepercayaan 95% pada ɑ =

0,05 di dapat nilai p = 0,011 sehingga p < ɑ, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan dari pengetahuan

responden dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga. Pengetahuan merupakan hasil

tahu yang terjadi setelah orang yang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia.

Apabila penerimaan perilaku tersebut akan bersifat langgeng atau dalam

artibahwa perilaku seseorang akan baik dan bersifat lama atau bertindak

positif bila didasari oleh pengetahuan yang baik. (Notoatmodjo, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan dengan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah di wilayah

kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi masih kurang baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula

perilaku dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga

hal ini dikarenakan masyarakat dengan pengetahuan yang baik telah

mengetahui dampak dari pengelolaan saluran pembuangan air limbah

rumah tangga.

5.1.2. Hubungan Sikap Dengan Perilaku Masyarakat Dalam

Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di

Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi


53

Dari hasil uji chi square dengan taraf kepercayaan 95% pada ɑ =

0,05 di dapat nilai p = 0,021 sehingga p < ɑ, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan dari sikap responden

dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap

stimulasi atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-

tidak baik, dan sebagainya). (Notoatmodjo, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sikap dengan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah di wilayah

kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi masih kurang baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin baik sikap maka semakin baik pula perilaku

dalam pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga hal ini

dikarenakan masyarakat dengan sikap yang baik telah mengetahui

dampak dari pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

5.1.3. Hubungan Peran petugas Kesehatan Dengan Perilaku

Masyarakat Dalam Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah

Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Dari hasil uji chi square dengan taraf kepercayaan 95% pada ɑ =

0,05 di dapat nilai p = 0,026 sehingga p < ɑ, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti ada hubungan yang signifikan dari peran petugas


54

kesehatan pada responden dengan perilaku masyarakat dalam

pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

Peran petugas kesehatan sebagai faktor pendorong yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Meskipun

seseorang tahu dan mampu berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik peran petugas kesehatan

maka semakin baik pula perilaku dalam pengelolaan saluran pembuangan

air limbah rumah tangga hal ini dikarenakan masyarakat yang telah diberi

bimbingan oleh peran petugas kesehatan yang baik telah mengetahui

dampak dari pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.


55

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat dalam melakukan pengelolaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga.

2. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku

masyarakat dalam melakukan pengelolaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga.


56

3. Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan

dengan perilaku masyarakat dalam melakukan pengelolaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga.

6.2. Saran

6.2.1. Instansi Terkait

Kepada pihak Puskesmas Aurduri Kota Jambi sebaiknya

menindaklanjuti hasil pembinaan dari inspeksi sanitasi yang sudah di

lakukan oleh petugas kesehatan dalam melakukan pembinaan kepada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi terhadap

pengelolaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga dengan

melakukan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat sampai pada

hasil yang memenuhi syarat kesehatan dan tidak memiliki risiko

pencemaran terhadap lingkungan hingga tidak menimbulkan penyakit,

serta dapat berkoordinasi dengan baik kepada pihak terkait yaitu

Kelurahan dan Kecamatan setempat dalam menanggulangi limbah rumah

tangga.

6.2.2. Masyarakat

Kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kondisi pengelolaan

saluran pembuangan air limbah rumah tangga dengan melakukan

perawatan dan operasional yang baik setiap hari dengan menjaga

kebersihan dan kesehatan dari saluran pembuangan air limbah rumah


57

tangga sehingga dapat memenuhi kondisi yang memenuhi syarat

kesehatan sehingga tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan

penyakit serta dapat berkoordinasi dengan baik kepada pihak terkait

seperti Kelurahan, Kecamatan dan Puskesmas Aurduri Kota Jambi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Tentang Pusat Kesehatan Mayarakat


(Puskesmas). Jakarta, 2011

Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI, 2018.

Ditjen Bina Lingkungan, Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah


(SPAL) Sederhana. Jakarta: Depkes RI, 2013

Herlambang, Manajemen Pelayanan Kesehatan.Yogyakarta, 2016.

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sistem


Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat Skala
Permukiman. Jakarta, 2016.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No.22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan, Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta, 2021.

Notoadmodjo Soekidjo, Kesehatan Masyarakat; Ilmu dan Seni. Rineka


Cipta. Jakarta, 2014.
58

Notoatmodjo S, Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2016.

Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas. Jakarta, 2019.

Sugiharto, Air Limbah. Jakarta, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta; 2018.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


(edisi revisi). Jakarta, Rineka Cipta : 1997

Sumantri A, Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group, 2010.

Sumantri, A. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri,


2014.

LAMPIRAN

KUISIONER

Pengetahuan, Sikap Dan Peran Petugass Kesehatan Dengan Perilaku


Masyarakat Dalam Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah
Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Aurduri Kota Jambi

Lampiran 1
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :

1. Kuesioner Pengetahuan
Cara menjawab pilihlah jawaban yang benar pada pertanyaan berikut :

1. Berasal dari manakah air limbah rumah tangga ?


a. Air rawa dan air sungai
b. Air bersih
c. Air buangan dari kamar mandi, wastafel, dapur dan air hujan yang
berasal dari rumah tangga pemukiman penduduk
d. Air Leachet / Lindi

2. Salah satu sarana dalam mengelolah air limbah agar tidak


menyebabkan bau, penyakit dan kerusakan lingkungan serta
mencemari sumber air bersih dan tanah disebut ?
59

a. Jamban
b. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga
c. Tempat Sampah
d. Tempat Penampungan Air

3. Pengolahan SPAL rumah tangga sebelum dibuang ke badan air dengan


menggunakan sarana ?
a. Septicktank dan sumur resapan
b. Galon
c. Galian tanah
d. Got terbuka
4. Upaya pengelolaan dilakukan agar tidak terdapat genangan air bekas
buangan, penumpukan sampah dan tempat berkembang biaknya vektor
seperti tikus, serangga, nyamuk maka SPAL harus dalam keadaan ?
a. Terbuka
b. Terpisah
c. Tereduksi
d. Tertutup
5. Air limbah rumah tangga yang sudah melalui pengelolaan SPAL bisa di
buang kemana?
a. Ke aliran sampah
b. Ke aliran air bersih
c. Ke aliran badan air penerima
d. Ke tanah permukaan

6. Air limbah rumah tangga tidak dapat dibuang bersamaan dengan air
apa ?
a. Dari jamban atau peturasan
b. Dari wastafel
c. Dari kamar mandi
d. Dari air hujan

7. Pengelolaan paling sederhana adalah dengan menggunakan pasir dan


benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan disebut ?
a. Pengolahan air murah dan mudah
b. Pengolahan air secara sederhana
c. Pengolahan air tersulit
d. Pengolahan air secara sembarangan

8. Syarat saluran pembuangan air limbah sehat adalah ?


a. Tidak bisa terjangkau
b. Mengakibatkan penurunan kualitas air dan tanah
c. Tidak mengakibatkan kontaminasi dan pencemaran tanah dan air
bersih
d. Menambah kesulitan dan kerumitan
60

9. Agar tidak menimbual bau dan tempat timbunan sampah maka SPAL
harus tertutup dan bersih, pembuatan saluran pembuangan air limbah
rumah tangga haruslah ?
a. Memenuhi syarat fisik air
b. Memenuhi indikator iklim
c. Memenuhi syarat kelayakan
d. memenuhi syarat konstruksi dan memenuhi syarat kesehatan

Keterangan : Benar bernilai 1 Salah bernilai 0


Jawaban :
1. c 6. a
2. b 7. b
3. a 8. c
4. d 9. d
5. c
Kriteria :
1. Pengetahuan Baik bila jawaban benar ≥ nilai median
2. Pengetahuan Kurang Baik bila jawaban salah < nilai median
Lampiran 2
NO Pertanyaan Jawaban
STS TS S SS
1. Menurut saya setiap rumah seharusnya tidak
memiliki saluran pembuangan air limbah.
2. Menurut saya setiap rumah yang memiliki saluran
pembuangan air limbah tidak tertutup.
3. Menurut saya air limbah di buang begitu saja
langsung ke selokan atau tanah dan tempat
terbuka.
4. Menurut saya air limbah dan air dari peturasan /
jamban dialirkan bersamaan.
5. Menurut saya saluran pembuangan air limbah
dijadikan tempat pembuangan sampah.
6. Menurut saya air limbah dibuang begitu saja
tanpa di olah.
7. Menurut saya saluran air limbah sekaligus di
jadikan tempat perindukan vektor atau benda
lainnya.
8. Menurut saya air limbah yang mencemari tanah
dan air bersih disekitarnya tidak perlu di
bersihkan dan di alirkan.
9. Menurut saya saluran pembuangan air limbah
seharusnya dibiarkan begitu saja agar mengaliri
air limbah.

2. Kuesioner Sikap
61

Cara menjawab berilah tanda contrang (√) pada salah satu kolom jawaban
pada pertanyaan berikut :

Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju bernilai 4
TS : Tidak Setuju bernilai 2
S : Setuju bernilai 1
SS : Sangat Setuju 0
Kriteria :
1. Sikap Baik bila jawaban dengan skor ≥ nilai median
2. Sikap Kurang Baik bila jawaban dengan skor ≤ nilai median

Lampiran 3
3. Kuesioner Peran Petugas Kesehatan
Cara menjawab berilah tanda contrang (√) pada jawaban “ya” atau “tidak”
pada pertanyaan berikut :

NO Pertanyaan Jawaban
ya tidak
1. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan
tentang Saluran Pembuangan air Limbah?
2. Petugas kesehatan memeriksa Saluran
Pembuangan Air Limbah ?
3. Petugas kesehatan memberitahukan tentang
Saluran Pembuangan air Limbah yang sehat?
4. Petugas kesehatan memberitahukan bahwa
Saluran Pembuangan Air Limbah memiliki risiko
pencemaran terhadap air bersih?
5. Petugas kesehatan memberitahukan bahwa tidak
adanya pengelolaan terhadap air limbah dapat
menyebabkan penyakit dan kerusakan
lingkungan ?
6. Petugas kesehatan rutin mengecek Saluran
Pembuangan Air Limbah secara berkala dalam
setahun ?

Keterangan :
Ya bernilai 1
Tidak bernilai 0
Kriteria :
62

1. Peran Petugas Kesehatan Baik bila jawaban ya ≥ nilai median


2. Peran Petugas Kesehatan Kurang Baik bila jawaban tidak<nilai median

Lampiran 4
4. Lembar observasi / pengamatan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan SPAL rumahh tangga
Cara menjawab berilah tanda contrang (√) pada jawaban “ya” atau “tidak”
pada pernyataan berikut :

Jawaban
NO Pernyataan
Ya Tidak
1. Masyarakat membuang air limbah rumah tangga
pada saluran SPAL yang berasal dari sumber kamar
mandi, wastafel, dapur dan air hujan
2. Tidak membuang sampah atau apapun disekitar
aliran saluran pembuangan air limbah sehingga
tidak mencemari lingkungan sekitar dan sumber air
bersih.
3. Memeriksa saluran permanen dengan tutup yang
dialirkan ke bak penampungan limbah atau
septicktank atau sumur resapan agar tetap mengalir
dan tidak menimbulkan bau.
4. Membersihkan Tempat pipa air bersih dan lubang
kontrol pada bangunan bertingkat tidak terjadi
kemacetan sehingga air tetap mengalir dan dalam
keadaan bersih.
5. Mengganti Bahan - bahan yang digunakan dalam
pengolahan saluran pembuangan air limbah masih
berfungsi jika sudah tidak efektif lagi maka diganti.
6. Terpeliharanya Kebersihan saluran pembuangan air
limbah selalu terjaga secara teratur.
63

7. Melakukan pemeliharaan terhadap Saluran


pembuangan air limbah dan di tutup apabila tidak
terdapat sampah atau barang lainnya.
8. Memastikan air buangan saluran pembuangan air
limbah setelah di kelolah dapat diialirkan dengan
baik ke badan air buangan
9. Memastikan pengelolaan saluran pembuangan air
limbah tidak terdapat vektor pembawa penyakit dan
mencemari lingkungan sekitar (dalam keadaan
bersih)

Keterangan :
Ya bernilai 1
Tidak bernilai 0
Kriteria :
1. Perilaku Baik bila jawaban Ya ≥ nilai median
2. Perilaku Kurang Baik bila jawaban dengan skor < nilai median

Anda mungkin juga menyukai