Anda di halaman 1dari 5

VIRUS CANDU AL QUR'AN

Malam ini diskusi pertama bersama 30 orang hebat dalam sebuah proyek yang bagiku ini
bukan proyek biasa. Proyek langit, katakanlah begitu. Menulis antologi bertemakan Al Qur'an
dan komunitas ODOJ, One Day One Juz.

Penggagas proyek ini nampak bersemangat menguraikan tujuan dan maksudnya.


Teman-teman juga tak kalah antusiasnya. Sejenak aku tertegun. Terbayang sejak kapan aku
mulai terjun di komunitas ODOJ ini. Hampir dua tahun, kurasa. Aku memikirkan
dalam-dalam, sebenarnya apa yang kudapat dari ODOJ ini. Membaca pengalaman
teman-teman, aku menggumam takjub. Betapa mereka merasakan Al Qur'an sudah mengubah
hidup mereka dan menghadirkan keajaiban demi keajaiban yang tidak pernah dirasakan
sebelumnya.

Astaghfirullah, apakah selama ini aku sekadar membaca tanpa hati? Ataukah aku tidak peka
pada begitu banyak nikmat yang Allah limpahkan padaku?

Pukul 21 lebih, suamiku sudah membaringkan diri di peraduan. Aku pun ikut berbaring di
sisinya. Tangan kami saling menggenggam. Lalu aku bertanya padanya, "Apakah sejak aku
ikut ODOJ, ada perubahan yang positif pada sikapku?"

Suamiku menoleh dan lalu tersenyum. Jawabannya kemudian mengukir senyum yang sama
merekahnya di hatiku. Dan berjuta hamdalah pun layak dibisikkan.

***

Kami menikah pada Juli 2008 setelah berkenalan satu bulan sebelumnya. Yup. Mengenalnya
pada suatu malam, dan 3 hari kemudian memantapkan diri untuk menggenapkan separuh din
dengannya. Pria itu seorang yang berbakti pada ibunya dan sholat 5 waktu selalu di masjid.
Dua alasan itulah yang memantapkan hatiku. Aku sendiri berlatar pendidikan umum.
Sewaktu kuliah di kota Yogyakarta, aku terlibat dalam komunitas agama di kampus.
Bersama mereka aku belajar menekuni agama dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih
baik.

Kemudian aku meninggalkan Yogyakarta dan beberapa waktu kemudian menikah. Perlahan
kebiasaan baik menjadi luntur. Tahajud awalnya bolong, lama kelamaan lupa sama sekali.
Tilawah Al-Qur'an tidak setiap hari. Kalaupun tilawah, rasanya seperti sekadar melepas
kewajiban. Yang penting kan ngaji. Hingga di tahun ke sekian pernikahan, kami masih
berdua saja. Seringkali candaan tetangga atau saudara tentang anak hanya melukai hati.

Hari demi hari berlalu begitu saja. Rasanya ada yang hampa, kering dan gersang. Aku hanya
diam di rumah, menunggu warung kecil. Bersosialisasi dengan tetangga hanya sekadarnya.
Sungguh, lebih banyak waktu dihabiskan untuk menunggu datangnya malam hari. Lalu
menunggu datangnya pagi dan memulai rutinitas yang sama.

Suamiku kemudian merintis usaha sendiri di rumah. Membuat roti dan bolu. Alhamdulillah
semakin lama semakin berkembang. Kami memiliki beberapa orang karyawan. Setiap hari
dari pagi hingga sore, kami berkutat dengan roti. Malam pun tinggal kelelahan. Begitu setiap
hari. Uang bertambah, rumah lebih rapi, walau tidak bisa dibilang mewah. Bisa
mempekerjakan saudara dan tetangga. Anak kandung yang belum ada. Itupun kami sudah
pasrah. Suami masih ke mesjid 5 waktu. Aku pun sholat tidak pernah absen kecuali datang
bulan. Tetapi kenapa masih ada rasa hampa dan kosong yang sulit dijelaskan. Juga rasa
gelisah yang tak jelas sebabnya apa.

Pada suatu hari aku melihat status teman tentang ODOJ. Tanpa banyak pikir aku pun
bergabung. Aku merindukan perasaan damai dan bahagia seperti dulu waktu di komunitas
agama di Jogja. Yah, komunitas yang baik adalah support system yang kubutuhkan saat itu.

Seperti pengalaman teman-teman lainnya, awalnya sulit menyelesaikan satu juz. Tetapi aku
memaksa diri terus menerus dan tidak menyerah pada bisikan-bisikan halus yang menggoda
untuk berhenti. Lalu mulai menikmati dan menjadi candu. Tak kan sempurna hari, tanpa
mengkhatamkan satu juz setiap pagi.

Dan hari hari menjadi lebih bergairah setelahnya. Sungguh. Pikiran jadi terang dan jernih.
Dada terasa lapang saja. Senyuman lebih sering merekah di wajah sehingga aktivitas lain jadi
lebih terasa menyenangkan. Hidup yang dulu terasa monoton, hilang. Seolah selubung tak
kasat mata yang selama ini melingkupiku terbuka.

Alhamdulillah, suamiku juga tertular candu tilawah ini. Walau beliau belum bisa tilawah satu
juz setiap hari. Tapi kami saling menyemangati, bahwa tidak boleh ada hari berlalu tanpa
lantunan al Qur'an di dalam istana kami ini.

Bermula dari memaksa diri merutinkan tilawah satu juz setiap hari, lalu menjadi candu dan
hobi. Kemudian saling menyemangati dengan teman-teman yang belum pernah berjumpa dan
dari berbagai daerah di Indonesia. MasyaaAllah, mempunyai banyak teman sholiha itu adalah
harta tak ternilai harganya, karunia dari Allah Ta'ala.

Keinginan untuk lebih mendalami Al-Qur'an pun muncul di hati. Aku kemudian mengambil
kelas belajar tahsin di sebuah Rumah Qur'an. Dan ini membuka lebih luas lagi pergaulanku
dengan para pecinta Qur'an. Disamping tentu saja menambah ilmu tentang Al Qur'an. Ya
Allah Ya Rabb, saat itu baru ada penyesalan, kenapa tidak dari dulu berdekatan dengan Al
Qur'an. Sungguh dia adalah mukjizat, bahkan huruf demi hurufnya.

" Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu pahala, dan satu
pahala itu dilipatgandakan menjadi sepuluh pahala. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu
satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." ( H.R Tirmidzi).

Sudah cukupkah berkah tilawah Al-Quran one day one juz? Kurasa Allah hendak menguji
keikhlasan ku bertilawah satu juz per hari. Ketika itu, beberapa hari sebelum keberangkatan
umroh ke tanah suci, mendadak mata kananku terasa buram sekali. Tidak dapat melihat
dengan jelas tulisan di mushaf yang biasa ku pakai. Tak bisa kulukiskan sedihnya hatiku,
walau di wajahku keliatan tegar. Di masjid Nabawi aku menangis pilu, karena tak bisa
membaca Al Qur'an. Di depan Ka'bah apalagi. Apakah Allah telah menegurku, mungkin aku
telah salah niat. Mungkin aku terlalu percaya diri atau bangga karena bisa tilawah satu juz
setiap hari. Mungkinkah aku telah berdosa pada suami atau orangtuaku.

Aku memohon ampun pada Rabb dengan linangan airmata duka, "Ya Allah, ampunilah dosa
kedua mataku. Tolong kembalikan penglihatanku. Agar dapat ku baca lagi Kalam-mu. Aku
rindu menatap mushaf Qur'an dan melantunkannya. Rinduuu sekali." Ku dekap Al Qur'an
didadaku sambil terus beristighfar dengan airmata yang terus meleleh. Disekitarku,
orang-orang dari penjuru dunia menggumamkan Al Qur'an dengan nikmatnya.

Sungguh, kasih sayang dan ampunan Allah amat luas. Jauh lebih luas daripada dosa seluruh
umat manusia. Kini mataku telah pulih. Dalam hati aku berjanji untuk terus membaca
kalamNya sampai akhir hayat, insyaaAllaah. Dengan tetap menjaga keikhlasan, dan rasa
takut serta harap akan ridho Allah. Sembari terus memperbaiki bacaanku agar menjadi bacaan
yang shohih sesuai yang dicontohkan Rasulullah Saw. Memang kemudian waktu yang
dibutuhkan untuk kholas jadi lebih lama. Sampai kadang suaraku jadi serak. Tapi, bukankah
semua yang ada pada diri kita adalah amanah dari Allah. Untuk apa suaramu kau pakai?
Kemana mata melihat? Kedua tanganmu untuk apa? Dan kakimu, apakah kau pergunakan
untuk sesuatu yang dirihoi Allah?

ODOJ adalah satu pintu kebaikan dan membuka jalan-jalan kebaikan lainnya. Dimulai
dengan rutin membaca Al-Qur'an setiap hari, entah beberapa halaman atau beberapa ayat.
Lancar maupun terbata-bata, insyaaAllaah jalan kebaikan berikutnya akan terbentang.
Bukankah rumah yang lapang akan terasa sempit jika hatinya sempit. Tetapi rumah kecil atau
bahkan rezeki yang sedikit terasa berlimpah karena hati lapang dan diliputi cahaya Al Qur'an.
Perkara yang sulit atau cobaan hidup yang menghimpit, akan terasa ringan oleh hati yang
selalu bersama Al Qur'an.

"Seseorang yang lancar membaca Al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulia dan
selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al-Qur'an terbata-bata dan sulit atasnya
bacaan tersebut maka baginya dua pahala." (HR. Muslim).

Nah, berdasarkan hadits tersebut jelas bukan, betapa besar keutamaan membaca Al-Qur'an?
Sekalipun yang membaca masih terbata-bata, mendapat dua pahala.

Lebih dari itu, adalah janji Allah, bahwa Al Qur'an akan memberi syafaat pada pembacanya.

"Bacalah Al Qur'an, sesungguhnya ia pada hari kiamat akan datang memberi syafaat pada
pembacanya." ( HR. Muslim).

Adakah kita tidak percaya pada janji Allah dan Rasul-Nya? Ada kah kita punya sandaran lain
yang bisa di andalkan di hari kiamat kelak?

Dan inilah juga salah satu janji Allah yang kita dapat baca di surat Al Isra ayat 82 : "Dan
Kami turunkan dari Al Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang
beriman...."

Kata "penawar" bisa diartikan sebagai obat. Secara ilmiah hal ini dapat dibuktikan. Sudah
banyak penelitian tentang manfaat membaca Al Qur'an. Salah satunya penelitian oleh Dr
Ahmed Al-Qadhi di klinik besar Florida Amerika Serikat. Penelitiannya ditunjang dengan
bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung,
ketahanan otot dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Kesimpulannya adalah :

1. Membaca Al-Qur'an terbukti efektif meredakan stres dan kecemasan.

2. Menstabilkan tekanan darah dan denyut jantung.

3. Meningkatkan daya ingat dan mempertajam konsentrasi.

4. Membantu menghancurkan sel kanker.

Penelitiannya juga diperkuat oleh Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston.
Objek penelitiannya adalah lima orang sukarelawan yang tidak bisa dan tidak mengerti
bahasa Arab. Penelitian dilakukan sebanyak 210 kali yang dibagi menjadi dua sesi, yaitu
membacakan Al-Qur'an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al
Qur'an. Kesimpulannya responden merasakan ketenangan jiwa sampai dengan 65% ketika
mendengarkan Al Qur'an dan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari
Al Qur'an.

MasyaaAllah, terbukti sudah bahwa dengan rutin membaca Al-Qur'an, selain mendapatkan
pahala juga mendapatkan kesehatan tubuh dan jiwa. Alhamdulillah, aku dan suami telah
merasakan ketenangan jiwa dan hati yang lapang. Dahulu kami sering stres dengan pekerjaan
yang seolah tidak ada habisnya. Sampai kadang kami bertanya sendiri, buat apa kami bekerja
sebegitu getolnya, padahal anak tidak atau belum punya. Belum dikaruniai anak saja sudah
menjadi sebab stres tersendiri. Itu dulu. Alhamdulillah.

***

Terimakasih pada temanku yang telah memperkenalkan ODOJ ini. InsyaAllah menjadi amal
jariyahmu. Juga kepada admin, asmin, dan teman-teman seperjuangan. Semoga Allah
memberkahi kita semua. Aamiin.

***

Nama Roza Marlina, lahir di Padang, 3 Juli 1981. Adalah anak ke 6 dari 9 bersaudara.
Menghabiskan masa kecil hingga remaja di Padang, kemudian melanjutkan pendidikan di
kota pelajar Yogyakarta. Saat ini mukim di kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung.
Bersama suami mengelola usaha kecil di rumah. Senang membaca dan merajut pertemanan
dengan siapa saja. Motto hidup adalah niatkan segala aktivitas kita sebagai ibadah untuk
meraih ridho Allah. Bisa dihubungi di WA 082374684548.

Anda mungkin juga menyukai