Sabun KI
Sabun KI
*Email : indahfauzi8@gmail.com
I. Pendahuluan
Lapisan terluar tubuh manusia[1-2] disebut dengan kulit yang sangat peka,
berfungsi sebagai pelindung[3], serta pertahanan utama terhadap bakteri[4]. Jika kulit
tersebut tidak akan menyatu, maka sangat mudah diserang oleh bakteri[5]. Salah satu
pertolongan pertama untuk menjaga kesehatan[6-7] kulit adalah sabun[8-9]. Mulanya
sabun dibuat dalam bentuk padatan atau batangan, dan pada tahun 1987 barulah
sabun cair mulai dikenal walaupun hanya digunakan sebagai sabun cuci tangan[10].
Keuntungan sabun cair lebih banyak dibandingkan dengan sabun padat, beberapa
keuntungannya yaitu mudah digunakan, dibawa, disimpan, dan lebih higienis serta
tidak dapat rusak[11]. Sabun padat lebih ekonomis[12] dari jenis sabun lainnya.
Gambar.1 Sabut cair, sabun cuci tangan, dan sabun batangan[13-15]
Sabun merupakan senyawa kimia yang salah satunya paling tua yang pernah
ditemukan. Sebelum Masehi, pada tahun 2500 sabun kalium telah ditemukan oleh
masyarakat Sumeria yang dimanfaatkan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari
minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi tentang
sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang berhubungan dengan
kedokteran. Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny
membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech
yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut. Sabun adalah surfaktan yang
digunakan dengan air[16-18] untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya
berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana
publik. Banyak sabun merupakan campuran garam[19] natrium atau kalium dari
asam[20-21] lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali pada suhu[22-23] 80°C - 100°C melalui suatu proses yang dikenal
dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa[24-25] menghasilkan gliserol
dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang dipakai adalah kalium yang
berasal dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu. Sabun transparan atau
“Pears transparant soap” dikenal di Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami
kemajuan yang sangat pesat khususnya di Marseilles pada abad ke-18. Sabun
menjadi barang yang murah sejak berkembangnya proses Le Blanc pada abad ke-
19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku pembuatan sabun. Nama
sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung
Sapo, dimana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal
dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan
sabun atau sapo, pada masa itu. Pada saat hujan, abu kayu dan sisa-sisa lemak
mengalir ke sungai dimana sungai itu terletak di bawah Gunung Sapo yaitu Sungai
Tiber. Bila orang-orang mencuci pakaian di sungai tersebut akan mendapati air
sungai yang berbusa dan pakaian menjadi lebih bersih. Saat itulah asal usul sabun
dimulai. Produk minyak kelapa[26] murni (Virgin Coconut Oil/VCO) berupa produk
kosmetik telah mengalami perkembangan di negara yang penghasil kelapa. Di
antaranya krim antiseptik[27], sampo, losion, sabun termasuk sabun transparan[28],
minyak bayi, dan sebagainya. Sabun transparan ialah salah satu produk yang
banyak digunakan[29].
Sabun adalah suatu kebutuhan pokok masyarakat yang digunakan sebagai
pembersih untuk pakaian dan kulit dan penghilang noda[30]. Jenis-jenis sabun yang
diproduksi yaitu sabun tangan, sabun mandi, sabun cuci, sabun pembersih peralatan
rumah tangga dalam bentuk batangan atau padatan, krim, cair, atau bubuk[31]. Ada
3 jenis sabun padat yaitu translucent, opaque (tidak transparan)[32], dan
transparan[33]. Sabun padat translucent ialah jenis sabun yang sifatnya diantara
sabun opaque dan transparan[34]. Sabun padat transparan menghasilkan busa yang
lebih lembut dari jenis sabun padat lainnya[35].
Sabun merupakan salah satu jenis surfaktan karena dapat berfungsi sebagai
penurun tegangan permukaan. Sabun asam lemak sangat baik menghilangkan
kotoran dan mensuspensi minyak pada proses pencucian. Sabun dibuat dengan
reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati
atau lemak hewani dan ditambahkan zat pewangi atau antiseptik kedalamnya.
Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,10 % untuk sabun
natrium dan 0,14 % untuk KOH.
Sifat surfaktan pada sabun menyebabkan larutan sabun dapat memasuki serat,
menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Bagian akhir dari rantai (ionnya)
bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (benci
air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air.
Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci.
Minyak yang teremulsi tidak dapat mengendap dikarenakan muatan negatif
dan ion-ion dalam sabun mengakibatkan tetes minyak sabun untuk tolak-menolak
satu dengan yang lain. Salah satu yang tidak menguntungkan dari sabun sebagai
bahan pembersih adalah sabun mengendap dengan ion kalsium dan magnesium,
yang merupakan kation yang umum terdapat dalam air sadah.
Sabun yang sudah mengendap tidak dapat menghilangkan kotoran, bahkan
membentuk buih logam. Pembentukan buih logam dapat dicegah dengan
menggunakan air lunak alami atau air lunak larutan yang tidak mengandung ion
kalsium atau magnesium.
Asam lemak bebas (ALB) yang terbentuk karena reaksi hidrolisis merupakan
asam lemak dalam keadaan bebas dan tidak berikatan lagi dengan gliserol. Asam
lemak bebas dalam minyak tidak dikehendaki karena menghasilkan rasa dan bau
yang tidak disukai. Oleh sebab itu, dalam pengolahan minyak diupayakan
kandungan asam lemak bebas serendah mungkin.
Syarat Mutu Sabun dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel.1 Syarat Mutu Sabun
No Jenis Uji Satuan Standar
Pembuatan sabun yang melibatkan reaksi asam lemak dengan alkali jenis kuat
dapat menciptakan garam asam lemak adalah gliserol dan sabun. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
melembabkan timbul dari gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan
air dan mencegah air itu menguap[158].
Kualitas sabun dapat diperkirakan dengan melihat nilai INS (Iodine Number
Saponification) minyak yang digunakan sebagai bahan baku sabun. INS adalah
suatu faktor yang dinyatakan sebagai nilai hasil pengurangan angka penyabunan
(SAP) terhadap bilangan Iodin (IV). Nilai INS untuk campuran minyak sebagai
bahan baku sabun berkisar antara 15-250. Minyak kelapa sawit mengandung 48%
asam laurat akan menghasilkan sabun dengan tektur keras. Minyak kelapa sawit
(sebagian besar asam palmitat) dan minyak jarak (mengandung asam ricinoleat)
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan busa. Sebagai pengganti minyak
zaitun digunakan minyak canola, yang mempunyai nilai INS yang tidak berbeda
jauh dengan minyak zaitun.
Tabel.2 Nilai INS minyak canola
Minyak SAPa Bilangan Iodin (IV) INS
Sawit 201 49-59b 152-142
Kelapa 245 8 -10b 237-235
Canola 194 109,3 -116,1c 84,7-77,9
Jarak 142 84,1b 57,9
Zaitun 184-196 75-94 102-109
Formula Sabun
R=2 210,4 48,2-53,8 162,1
R = 1,25 207,3 54,4-60,3 152,9
R = 0,8 204,2 60,5-66,7 143,7
Komponen utama minyak kelapa murni terdiri dari asam lemak tak jenuh
ialah sekitar 10% dan asam lemak jenuh ialah sekitar 90%. Asam laurat pada asam
lemak jenuh pada minyak kelapa murni ini terdominasi dikarenakan mempunyai
rantai C12. Minyak kelapa murni terdapat kandungan kurang lebih 53% asam
laurat dan 7% asam kapriat. Kedua asam tersebut ialah asam lemak jenuh rantai
sedang yang dinamakan Medium Chain Fatty Acid (MCFA), minyak kelapa murni
terdiri dari kandungan dan 2% lemak poli tidak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh,
dan 92% lemak jenuh
Dalam minyak kelapa murni jenis asam lemak yang terbanyak adalah asam
laurat (C11H23COOH). Komposisi kimia senyawa penyusun minyak kelapa murni
adalah sebagai berikut:
Tabel.3 Komposisi Kimia Senyawa Penyusun Minyak Kelapa Murni
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)
Minyak kelapa murni ini memiliki kandungan yang tinggi pada asam laurat.
Maka asam laurat sangat dibutuhkan pada proses membuat sabun transparan
dikarena memiliki manfaat sebagai untuk menghaluskan dan melembabkan kulit.
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang terbentuk.
Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada
tabel dibawah.
Tabel.4 Sifat Sabun yang dihasilkan oleh Asam Lemak
Asam Lemak Sifat yang dihasilkan sabun
Asam Palmitat
Mengeraskan, menstabilkan busa
Penggunaan asam lemak dalam pembuatan sabun tidak boleh melebihi batas.
Penggunaan dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan efek negatif
terhadap kulit, yaitu mengeringkan kulit
Karakteristik fisika dan kimia minyak kelapa murni dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel.5 Karakteristik fisika dan kimia pada minyak kelapa murni
Karakteristik fisika dan kimia
Metode Penelitian
Pembuatan Santan
Hasil parutan buah kelapa dicampur menggunakan air panas dengan suhu
70OC perbandingan skalanya 1:1 dalam baskom, lalu diperas dan disaring. selama
2 jam santan didiamkan bertujuan agar terpisahnya skim dan krim. Ekstrak wortel
dicampur pada krim yang banyak mengandung lemak dalam membuat minyak
kelapa murni (VCO) terdapat kandungan bahan tersebut.
Pembuatan Sabun
Minyak kelapa murni (VCO) yang terdapat kandungan karotenoid wortel
sebanyak 20 gram dicampurkan dengan natrium hidroksida (NaOH). Konsentrasi
dan jumlah didasarkan oleh bilangan penyabunan minyak kelapa murni (VCO)
yang mengandung karotenoid wortel. Tiga variasi konsentrasi NaOH (Natrium
Hidroksida) yang digunakan untuk menghasilkan sabun yaitu 25%,30%, dan 35%,
yang didapatkan dari bilangan saponifikasi serta volume air yang diperlukan dalam
pembentukan. Melakukan 3 kali pengulangan pada setiap perlakuan NaOH. VCO
yang telah dicampurkan dengan NaOH lalu dihomogenkan sampai campuran itu
mengental. Ke dalam wadah yang bersih diisi hasil sabun dan selama 4 minggu
hasil sabun didiamkan. Langkah terakhir menguji kualitas sabun mandi berdasarkan
SNI.
Kandungan Air
Data yang didapatkan menerangkan bahwa NaOH konsentrasi 25% dan 30%
memiliki kadar air telah melewati standar yang di tetapkan SNI. Sedangkan kadar
air yang sudah sesuai dengan standar yang ditentukan atau ditetapkan berada pada
konsentrasi NaOH 35%. Pada tabel 7, hasil menunjukkan bahwa semakin rendah
kadar air pada sabun atau semakin sedikit air yang diperlukan, maka semakin tinggi
konsentrasi NaOH yang diperlukan. Jika semakin banyak sabun mengandung air,
maka semakin mudah penyusutan pada sabun saat dilakukan[164]. Dapat
disimpulkan sabun yang telah sesuai standar sabun mandi menurut SNI ialah NaOH
yang konsentrasinya 35%.
Alkali Bebas
Pada paper ini sabun yang dihasilkan sesuai SNI pada kandungan alkali bebas.
Pada sabun yang berkonsentrasi NaOH 25% terdapat kadar alkali bebas tertinggi,
tetapi masih sesuai SNI yaitu untuk NaOH dibawah 0,1%. Alkali yang didalam
sabun tidak mengikat asam lemak dengan terbentuknya garam asam lemak disebut
juga dengan alkali bebas. Dimana sabun mandi yang alkalinya tidak lewat dari 0,1%
untuk natrium, hal ini dikarenakan alkali mempunyai sifat yang tidak lunak yang
dapat membuat kulit iritasi. Dan jika kadar atau kandungan alkali bebas yang tinggi
akan menyebabkan kulit mengering[166].
IV. Kesimpulan
Pada paper ini dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan sabun mandi
berbentuk padatan dapat menggunakan minyak murni kelapa dengan wortel yang
mengandung karotenoid. Sabun dapat dibuat dari 173,18 mg NaOH direaksikan
dengan 1 gram minyak murni yang terkandung dalam karotenoid wortel. Sabun
mandi berbentuk padatan padat dari VCO campuran ekstrak wortel dengan NaOH
konsentrasinya berbeda menghasilkan sabun mandi yang belum memenuhi standar
mutu SNI. Konsentrasi NaOH yang hampir mendekati standar SNI adalah
konsentrasi 30% dan 35%.
Referensi