Diterbitkan oleh :
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kedunggalar Ngawi
Alamat Redaksi :
Jalan Raya Solo Km. 9, Gemarang, Kedunggalar, Ngawi
Kode Pos : 63254 Telepon. 08123402168
Email : jurnal.primastudia@gmail.com
Jurnal berisi tulisan hasil penelitian dan pemikiran seiring dengan upaya peningkatan kegiatan
pendidikan di Propinsi Jawa Timur. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun. Semua kalangan
pendidik, tenaga kependidikan, serta pemerhati pendidikan dapat mengirimkan tulisan ilmiah
sesuai dengan ketentuan dan mengikuti kaidah penulisan jurnal ini sebagaimana dapat dibaca
pada halaman terakhir.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya,
kami dapat menyusun “Jurnal Pendidikan Prima “ dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan “Jurnal Pendidikan Prima “ ini untuk memenuhi tuntutan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta kompetensi bagi guru. Rasa terima kasih kami
tidak terkirakan kepada yang terhormat Bpk Paryanto, M.Pd selaku pembimbing dalam pembuatan
“Jurnal Pendidikan Prima “ ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan “Jurnal
Pendidikan Prima “ yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa “Jurnal Pendidikan Prima “ ini dapat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu
Guru khususnya di Kecamatan Kedunggalar dan di Kabupaten Ngawi pada umumnya, untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta memenuhi kebutuhan para guru untuk kenaikan tingkat dari unsur PKB
(Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).
Kami menyadari bahwa “Jurnal Pendidikan Prima “ ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi
perbaikan dan penyempurnaan “Jurnal Pendidikan Prima “ ini. Mari kita manfaatkan media “Jurnal
Pendidikan Prima “ ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan kreatifitas kita.
Redaksi
Halaman
Identitas Jurnal Prima ...................................................................................................... ii
Susunan Dewan Redaksi ................................................................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................................................. iv
Daftar Isi ............................................................................................................................ v
Abstrak
Kata kunci : Peningkatan hasil belajar, Metode Demonstrasi
Dalam rangka peningkatan pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa, pendukung utama
tercapainya tujuan pembelajaran adalah suasana kelas yang baik dan kondusif serta menyenangkan.
Karena itu, segala macam tindakan pembinaan pendidikan seharusnya diarahkan pada pengelolaan
kelas.
Metode demonstrasi merupakan metode pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan
proses tertentu. Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan siswa
terhadap proses terjadinya siang dan malam adalah dengan pemanfaatan metode demonstrasi secara
optimal. Hal ini diyakini dapat membantu proses belajar mengajar di SDN Gemarang I Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi khususnya mata pelajaran IPA.
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
melalui Penggunaan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam proses
terjadinya siang dan malam mata pelajaran IPA kelas VI SDN Gemarang I Kecamatan Kedunggalar.
Subyek yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini siswa kelas VI SDN Gemarang I
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Dari hasil
analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II
yaitu, siklus I : rata-rata 60,28 dan siklus II : rata-rata 78,63.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui metode demonstrasi dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa kelas VI SDN Gemarang I Kecamatan Kedunggalar, serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.
PENDAHULUAN
IPA merupakan suatu ilmu yang membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala alam dan berusaha lebih mendalam tentang materi tata surya ini
menemukan sumber atau penyebab gejala-gejala dibutuhkan sebuah media yang mampu
alam tersebut. Persyaratan dasar untuk memberikan bayangan tentang kejadian yang
pemecahannya ialah mengamati gejala-gejala tidak mungkin terjadi tersebut. Sedangkan siswa
tersebut. IPA merupakan pelajaran yang diharapkan mampu menemukan dan
menarik, dalam IPA dipelajari proses alam yang mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menghasilkan hukum alam yang berupa rumusan mengembangkan kemampuan befikir logis,
proses peristiwa alam serta perilakunya, dan kritis, kreatif, sistematis dan sebagainya yang
proses peristiwa tersebut dapat diamati dan dapat mengacu kepada penataan atau pembentukan tata
diukur keberadaarnya melalui pengujian secara nalar, diperlukan suatu strategi, media dan
matematis atau dapat ditunjukkan secara nyata metode pembelajaran yang bertitik tolak pada
gambaran dari kejadian alam tersebut. Tata surya cara kerja otak yang memiliki tanggapan cepat
membahas sistem tata surya yang terhadap sumber visual berupa simbol, ikon dan
dikelompokkan menjadi anggota tata surya, gambar yang sederhana serta kuat.
matahari sebagai bintang dan bumi sebagai Dengan demikian secara teori, siswa
planet. Dibutuhkan nalar siswa untuk diharapkan dengan mudah memahami konsep
membayangkan atau melihat secara langsung yang bersifat abstrak didalam pelajaran IPA dan
kejadian-kejaidian yang ada di materi tersebut, keabstrakan dapat diperjelas dengan metdoe
tatapi hal tersebut tidak mungkin.Untuk demonstrasi. Sehingga jika mengoptimalkan
belajar siswa disesuaikan dengan gaya kerja untuk mempertunjukkan proses tertentu.
otak, siswa menjadi tidak stres ketika Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk
menghadapi suatu pelajaran yang sulit dan meningkatkan penguasaan siswa terhadap
bersifat abstrak. Sebab di dalam rangkaian cara proses terjadinya siang dan malam adalah
kerja otak secara keseluruhan tidak hanya dengan pemanfaatan metode demonstrasi
mengandung nilai inovatif, intuitif, imajinatif secara optimal. Hal ini diyakini dapat
dengan estetika yang mengandung emosi positif membantu proses belajar mengajar di SDN
yang membuat otak lebih efektif dan lebih kuat Gemarang I Kecamatan Kedunggalar
serta lebih rileks didalam menganalisis segala khususnya mata pelajaran IPA.
sesuatu. Dengan demikian digunakanlah media Dengan demikian secara teori, siswa
yang bersifat riil dan mampu menggambarkan diharapkan dengan mudah memahami konsep
kejadian yang sesungguhnya. yang bersifat abstrak didalam pelajaran IPA
Kondisi SDN Gemarang I Kecamatan dan keabstrakan dapat diperjelaskan dengan
Kedunggalar dalam menyajikan pembelajaran metode demonstrasi. Dapat dikatakan bahwa
menemui beberapa kendala, sarana dan kemampuan siswa dalam menghadapi pelajaran
prasarana yang memadai dalam upaya sulit yang sifatnya abstrak akan lebih optimal
peningkatan kreasi dan minat siswa dalam mata ketika siswa dibawa ke dalam alam pikiran
pelajaran IPA/Sain belum dicapai maksimal. atau cara kerja otak yang sifatnya lebih
Dari hasil ulangan harian yang dicapai siswa komprehensif. Sehingga dampak yang terjadi
kelas VI untuk pokok bahasan “Proses adalah siswa kurang mampu memahami materi
Terjadinya Siang dan Malam” masih yang sifatnya abstrak dan timbulnya suasana
menunjukkan hasil yang kurang kejenuhan serta ketegangan di dalam kelas,
menggembirakan. Dari 36 orang, hanya 27 orang yang hakekatnya adalah suatu proses
(76%) yang berhasil mencapai nilai minimal 65, mengkoordinasi lingkungan yang ada di sekitar
dan sebanyak 9 orang (24%) masih belum tuntas. anak didik, akan dapat menumbuhkan dan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mendorong anak didik melakukan proses
penulis dibantu teman sejawat guru, sejumlah belajar.
faktor yang diduga sebagai faktor penyebab
rendahnya hasil belajar siswa tentang proses LANDASAN TEORI
terjadinya siang dan malam antara lain adalah: Pada bagian ini akan dijelaskan secara
1. Guru kurang memotivasi belajar siswa berturut-urut : a). Proses belajar mengajar di
sehingga siswa kurang aktif dan Sekolah Dasar, b) Metode mengajar, c) Belajar
berminat mengikuti pelajaran. tuntas, dan d) Metode demonstrasi sebagai
2. Guru kurang memberikan bimbingan berikut:
terhadap siswa baik kelompok maupun
individu. A. Proses Belajar Mengajar di Sekolah
3. Mata pelajaran IPA oleh siswa Dasar
dipandang sebagai mata pelajaran yang Proses belajar mengajar merupakan
sulit. kegiatan utama pada lingkungan suatu sekolah,
4. Guru kurang jelas dalam menjelaskan kegiatan ini memberikan ciri khusus pada
materi pelajaran. organisasi kerja tersebut yang membedakannya
Dari hasil refleksi awal terhadap masalah di dari organisasi lain. Oleh karena itu proses
atas, penulis sebagai guru kelas VI bersama belajar mengajar harus dikelola dengan optimal
teman sejawat sepakat bahwa untuk agar sekolah mampu mencapai tujuannya.
meningkatkan penguasaan siswa terhadap Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar
materi proses terjadinya siang dan malam, mengajar adalah mengembangkan potensi siswa
diperlukan dukungan metode pembelajaran secara optimal yang memungkinkan siswa dapat
yang tepat yaitu metode demonstrasi. Hal ini mencapai tujuan yang diharapkan dan
dipandang penting, karena salah satu bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.
karakteristik belajar siswa SD adalah belajar Secara keseluruhan proses belajar mengajar
melalui objek langsung. adalah suatu aspek dari lingkungan yang
Metode demonstrasi merupakan metode organisasikan, dimana lingkungan ini diatur dan
pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran diawasi sedemikian rupa sehingga kegiatan
dengan mempertunjukkan secara langsung belajar mengajar terarah pada tujuan pendidikan
objeknya atau caranya melakukan sesuatu yang diharapkan.
Menurut Rooijakers (Gagne & Briggs, peristiwa yang dapat menggalakkan dan
1988) tujuan mengajar adalah pemikiran dan membantu siswa untuk belajar( Pranoto,
tindakan yang berdikari, kreatif dan adaptif. 1984:29).
Agar peserta didik dapat berpikir dan bertindak Menurut Bruner (Nasution, 1987:9),
secara berdikari, siswa harus diberi kesempatan proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase,
untuk menggunakan semua kemampuan jasmani yaitu:
dan rohaninya tahap demi tahap sampai mampu 1. Informasi; dalam tiap pelajaran diperoleh
bertindak sendiri secara berdikari, kreatif dan sejumlah informasi, ada yang menambah
adaptif. pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang
Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak memperdalamnya, ada pula yang
faktor yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh bertentangan dengan apa yang telah
guru. Baik secara langsung maupun tidak diketahui sebelumnya.
langsung yang mempengaruhi proses belajar 2. Transformasi; informasi itu dianalisis,
siswa. Tugas utama guru adalah menciptakan diubah atau ditransformasikan ke dalam
suasana yang kondusif dalam proses belajar bentuk yang lebih abstrak atau konseptual
mengajar agar terjadi interaksi belajar mengajar agar dapat digunakan untuk hal-hal yang
yang memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih luas.
baik dan sungguh-sungguh. Sudah seharusnya 3. Evaluasi; kemudian dinilai sampai manakah
jika guru memiliki kemampuan untuk melakukan pengetahuan yang diperoleh dan
interaksi belajar mengajar dengan baik. Salah transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk
satu kemampuan itu adalah kemampuan untuk memahami gejala-gejala lain.
mengatur proses belajar mengajar. Keberhasilan Berdasarkan konsep-konsep tersebut di
proses belajar mengajar ditentukan oleh dua hal, atas, maka jelas bahwa proses pembelajaran
yaitu : pengaturan proses belajar mengajar dan yang direncanakan guru haruslah memperhatikan
pengajaran. Kedua hal tersebut saling terkait satu berbagai komponen yang terlibat dalam proses
sama lainnya. Keberhasilan pengajaran dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan yang
arti tercapainya tujuan instruksional yang ditetapkan.
mempunyai ketergantungan terhadap
kemampuan mengatur proses belajar mengajar. B. Metode Mengajar
Suasana proses belajar mengajar yang baik Dalam kegiatan belajar mengajar, menurut
memungkinkan anak untuk belajar dengan baik, Roestiyah (Djamaral, 1988:84), guru harus
hal ini merupakan titik awal dari keberhasilan memiliki metode agar anak didik dapat belajar
pengajaran. secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan
Menurut Gagne dan Briggs (1988) proses yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
belajar dapat dikatakan telah berjalan apabila ada memiliki strategi itu adalah harus menguasai
perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut
individu yang sedang belajar. Perubahan tingkah Metode Mengajar. Dengan demikian, metode
laku ini menurut Gagne dibedakan: mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat
1. Perubahan tingkah laku sebagai hasil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
belajar, terjadi jika individu yang belajar Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak
berinteraksi dengan lingkungannya. akan pernah tercapai jika tidak memanfaatkan
2. Perubahan tingkah laku karena kematangan, metode. Metode adalah cara yang digunakan
terjadi karena pertumbuhan dalam diri guru untuk menyampaikan bahan pembelajaran
individu tersebut . untuk mencapai tujuann. Ketika tujuan
Karena belajar itu baru terjadi bila dirumuskan agar anak didik memiliki
individu yang belajar itu berinteraksi dangan ketrampilan tertentu, maka metode yang
lingkungannya, maka guru dalam hal mengajar digunakan harus sesuai dengan tujuan. Guru
haruslah pandai-pandai mengatur lingkungan sebaiknya menggunakan metode yang dapat
(faktor-faktor ekstern) agar dapat menciptakan menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga
situasi yang sifatnya membantu atau dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
menggalakkan siswa untuk belajar atau dengan mencapai tujuan pengajaran.
perkataan lain membantu membelajarkan siswa. Ada banyak metode dalam pengajaran,
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kata yang mana semua metode memiliki kebaikan
mengajar hendaknya diartikan sebagai kegiatan dan kelemahannya. Guru sebagai salah satu
guru yang bersifat menimbulkan sekumpulan sumber belajar berkewajiban menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan sering disertai penjelasan lisan
belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan (Sudirman,1997:131).
yang harus dilakukan guru adalah melakukan Metode demonstrasi adalah suatu metode
pemilihan dan penentuan metode yang mengajar yang memperlihatkan bagaimana
bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai proses terjadinya sesuatu yang membantu siswa
tujuan pengajaran. Guru dituntut dapat mencari jawaban dengan usahanya sendiri
menggunakan metode yang tepat dan bervariasi. berdasarkan fakta (data) yang benar
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran (Sudjana,1997).
akan terjadi jika pemilihan dan penentuan Jadi metode demonstrasi adalah suatu cara
metode tidak dilakukan dengan pengenalan mengajar yang memperlihatkan bagaimana
terhadap karakteristik dari masing-masing terjadinya sesuatu tentang suatu proses gejala
metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik atau masalah yang disertai dengan penjelasan
untuk dilakukan guru adalah mengetahui secara lisan sehingga membantu siswa untuk
kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode mencari jawaban dalam menemukan konsep-
pengajaran. konsep mereka selama proses belajar mengajar
berlangsung.
C. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Guru dituntut mengusai bahan pelajaran
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru
pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk terlena dengan demonstrasinya tanpa
mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok memperhatikan siswa secara menyeluruh. Ada
siswa yang besar (pengajaran klasikal) beberapa karakteristik metode mengajar dan
sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian bagaimana hubungannya dengan pengalaman
secukupnya pada perbedaan yang terdapat di belajar siswa.
antara siswa, khususnya yang menyangkut laju
kemajuan atau kecepatan dalam belajar (rate of METODE PENELITIAN
progress) (Winkel,1996:412). Subjek Penelitian
Sistem belajar tuntas diharapkan mampu Subjek yang dijadikan sumber data
mengatasi kelemahan-kelemahan yang sering dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN
melekat pada pengajaran klasikal : antara lain Gemarang I Kecamatan Kedunggalar yang
hanyalah siswa yang pandai akan mencapai berjumlah 36 siswa. Penelitian bidang studi IPA
semua tujuan instruksional, sedangkan siswa- pada materi Proses Terjadinya Siang dan Malam
siswi yang tidak begitu cerdas hanyalah dilaksanakan dari tanggal 06 Januari sampai
mencapai sebagian dari tujuan-tujuan dengan 13 Januari 2011, dengan rincian untuk
instruksional, bahkan sama sekali tidak siklus I dilaksanakan pada tanggal 06 Januari
mencapai apa-apa. dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 13
Januari 2011.
D. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode Deskripsi Per Siklus
pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran Penelitian tindakan kelas untuk mata
dengan mempertunjukkan secara langsung pelajaran IPA dilaksanakan dalam dua siklus.
objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu :
mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi 1. Perencanaan
dapat digunakan pada semua mata pelajaran. 2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus 3. Observasi
sudah sakin bahwa seluruh siswa dapat 4. Refleksi
memperhatikan (mengamati) terhadap objek
yang akan didemonstrasikan. Selama proses Siklus I
demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat 1. Perencanaan
yang akan digunakan dlaam demonstrasi tersebut Sebelum melakukan penelitian,
(Winataputra, 2005). pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat
Metode demonstrasi adalah cara penyajian guru menyusun rumusan masalah, tujuan
pelajaran dengan memperagakan atau serta membuat rencana tindakan. Pada tahap
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, ini direncanakan semua kegiatan yang akan
situasi atau benda tertentu yang sedang menunjang kelancaran perbaikan
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang
3. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti bersama teman
sejawat melakukan pengumpulan data proses
dan hasil belajar, untuk selanjutnya diolah,
dianalisis, dan diinterpretasi. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah:
a. Soal tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa sebagai patokan untuk
mengukur kemampuan siswa dan ketuntasan
belajar siswa dalam menguasai materi proses
terajdinya siang dan malam. Instrumen ini dibuat
Berdasarkan tabel 1 di atas, nilai tertinggi
oleh peneliti sendiri kemudian dikonsultasikan
yang dicapai siswa adalah 80 (3 siswa), terendah
kepada supervisor dan teman sejawat/pengamat
adalah 50 (5 siswa), dan rata-rata kelas adalah
yang bersangkutan, soal tes terdiri atas 5 soal
64,17. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa siswa
uraian. Tes digunakan untuk memperoleh data
yang mencapai nilai tes akhir > 65 (batas
hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
ketuntasan belajar) berjumlah 16 siswa (76,3%)
Tes ini dilakukan di akhir pembelajaran.
dan siswa yang mencapai nilai < 65 berjumlah
b. Angket Observasi Pengelolaan
12 siswa (23,7%). Ini berarti bahwa hasil
Pembelajaran
perbaikan pembelajaran siklus I dapat dikatakan
Instrumen ini digunakan mengukur kemampuan
belum tuntas, karena hasil tes akhir
guru dalam mengelola pembelajaran
menunjukkan hanya 76,6% atau 16 siswa yang
menggunakan lembar observasi pengelolaan
memperoleh nilai > 65, sedangkan batas
pembelajaran. Angket ini diisi oleh teman
ketuntasan belajar yang ditetapkan adalah jika di
sejawat dan dilakukan pada waktu proses belajar
kelas tersebut telah terdapat lebih dari 80% siswa
mengajar berlangsung.
yang memperoleh nilai > 65. Dengan demikian,
c. Angket respon siswa
pada siklus I ini, penggunaan metode
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui
demonstrasi belum sepenuhnya membantu siswa
pendapat dan komentar siswa terhadap
meningkatkan ketuntasan belajarnya tentang
pembelajaran menggunakan lembar observasi
proses terjadinya siang dan malam.
pengelolaan pembelajaran. Angket ini diberikan
setelah pembelajaran selesai.
sehingga guru sudah optimal dalam proses Djamaral, Syaiful Bahri, Aswan Zain, 1988,
belajar mengajar, siswa dapat menguasai dan Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT.
memahami materi pembelajaran. Rineka Cipta.
Berdasarkan temuan di atas, penggunaan Gagne, Robert, M, Briggs, Leslie J. (1988).
metode demonstrasi dalam pembelajaran tentang Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran.
proses terjadinya siang dan malam mampu Penerbit : Usaha Nasional.
meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan Nasution, 1987, Berbagai Pendekatan Dalam
belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Belajar Dan Mengajar, Jakarta, Bina Aksara.
Sudirman (1991 : 132), bahwa metode Pranoto Sugeng, 1984 Interaksi Belajar
demonstrasi dapat membuat pengajaran Mengajar Paket I, Surabaya FPMIPA IKIP.
menjawab lebih jelas dan lebih kongkrit serta Rooijakkers Ad., 1991, Mengajar Dengan
siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami Sukses, Jakarta, PT. Grasindo.
apa yang dipelajari. Sudjana,Nana. 1997. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
SIMPULAN DAN SARAN Sudirman,dkk. 1997. Ilmu Pendidikan. Bandung
Berdasarkan temuan di atas, maka : Remaja Karya.
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Undang-Undang No 20, tahun 1999, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Simpulan Winardi. 2000. Usaha Meningkatkan Prestasi
1. Penggunaan metode demonstrasi mampu Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi
meningkatkan penguasaan siswa tentang Yang Menggunakan Alat Sederhana Pada
proses terjadinya siang dan malam dalam Konsep Statis. Skripsi yang tidak
mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN dipublikasikan. Surabaya : UNESA.
Polagan III. Nilai tertinggi yang dicapai siswa Winataputra, Udin S & Rosita, Tita. 1994. Belajar
mencapai 90 dan nilai rata-rata kelas adalah Dan Pembelajaran. Modul 1-6. Jakarta:
77,17. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Penggunaan metode demonstrasi pada Winkel,W.S. 1996. Psikologi Pengajaran.
materi proses terjadinya siang dan malam, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
mampu meningkatkan ketuntasan belajar Indonesia.
siswa kelas VI SDN Polagan III. Dari 36
orang siswa, terdapat 89,5% siswa mendapat
nilai 65 sebagai batas minimal ketuntasan
belajar.
Saran
1. Pembelajaran IPA menggunakan metode
demonstrasi di kelas VI SDN Polagan III
perlu dikembangkan untuk menarik minat
siswa terhadap pembelajaran itu sendiri, hal
ini dapat dilihat dari respon siswa yang
positif pada pembelajaran tersebut.
2. Suara guru dalam menjelaskan materi
hendaknya harus jelas atau terdengar
keseluruh kelas sehingga siswa dapat
mengerti dan memahami materidenga mudah
3. Penggunaan media pembelajaran yang lain
sangat diperlukan untuk pokok bahasan
berikutnya sehingga guru harus dapat lebih
selektif dalam menggunakan metode
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar
Mengajar di Sekolah Dasar. Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Abstrak
Kata Kunci : Metode Demonstrasi, Menentukan Sudut dari Sebuah Benda atau Bangun
Latar belakang penelitian ini adalah kondisi riil di lapangan yang menunjukkan bahwa masih
sangat rendahnya kemampuan siswa untuk mendalami mata pelajaran Matematika terutama di SDN
Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Dalam materi Menentukan Sudut dari Suatu
Benda atau Bangun yang menunjukkan bahwa dari 20 siswa hanya 14 siswa yang mampu mencapai
ketuntasan belajar (>65), nilai tertinggi yang diperoleh hanya mencapai 80, nilai terendahnya 60 dan
rata-rata 70.
Dalam penelitian ini dirumuskan permasalahannya adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan menentukan sudut dari suatu benda atau bangun pada siswa kelas V SDN Kawu 4
Kecamatan Kedunggalar. Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan peningkatan kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan
satuan derajat. Agar siswa dapat memahami dan menguasai materi menentukan besar sudut dengan
satuan tidak baku dan satuan derajat diperlukan alat Bantu belajar, yaitu metode dan teknik
pembelajaran yang cocok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus, dalam setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, refleksi. Dalam penelitian siklus I diperoleh data hasil yang telah mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 40%, sedangkan dalam penelitian siklus II terdapat kenaikan dengan hasil 70%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode dan teknik yang
digunakan peneliti dalam meningkatkan kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak
baku dan satuan derajat sangat mudah diterapkan di Sekolah Dasar.
PENDAHULUAN
Tantangan pendidikan jenjang siswa ( Student Centered ). Menurut paham
sekolah dasar di masa depan disadari akan Konstruktivisme, manusia membangun atau
semakin berat. Hal ini merupakan konsekuensi menciptakan pengetahuan dengan cara
kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. mencoba memberi arti pada pengetahuan
Seiring dengan perkembangan ilmu sesuai pengalamannya. Dengan dasar itu,
pengetahuan dan teknologi, paradigma pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”
pembelajaran di sekolah telah mulai banyak mengkonstruksi ” bukan ” menerima ”
mengalami perubahan, terutama dalam pengetahuan ( Constructing - Understanding of
pelaksanaan proses pembelajaran, misalnya Knowledge ). Sebagai seorang guru, tugas
dari yang bersifat behavioristik menjadi utamanya ialah mengajar. Mengajar dalam arti
kontruktifistik, dari berpusat pada guru ( membelajarkan siswa, atau pada hakekatnya
Teacher Centered ) menuju berpusat pada mendorong dan membimbing siswa belajar.
Membelajarkan siswa terkandung maksud guru yang telah dilakukan untuk mencapai
berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
demikian di dalam proses pembelajaran, guru Namun demikian masih belum memberikan
menggunakan strategi, metode, dan atau media kepuasan dalam pencapaian hasil belajar
apa pun agar siswa belajar. siswanya, sehingga menuntut adanya
Matematika merupakan ilmu universal perenungan dan pemikiran dalam mengatasi
yang mendasari perkembangan teknologi permasalahan yang dihadapi, baik dari segi
modern, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, maupun
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir perangkat pembelajaran yang dapat menunjang
manusia. Perkembangan pesat di bidang peningkatan kinerja guru dalam upaya
teknologi informasi dan komunikasi dewasa meningkatkan prestasi belajar tersebut. Dalam
ini juga dilandasi oleh perkembangan proses pembelajaran sebagai proses
matematika. Untuk menguasai dan mencipta transformasi pengalaman, sudah diupayakan
teknologi di masa depan diperlukan menggunakan berbagai metode, sarana dan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. fasilitas-fasilitas yang lain disediakan namun
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan dengan keterbatasan yang ada banyak berbagai
kepada semua peserta didik mulai dari masalah yang dihadapi oleh para pelaksana
sekolah dasar untuk membekali peserta didik pendidikan di lapangan (guru). Karena itu
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, seorang guru harus dapat menemukan sendiri
sistematis, kritis, dan kreatif, serta permasalahan yang dihadapi dan segera
kemampuan bekerjasama. menyelesaikan secara professional melalui
Dari kenyataan di atas, maka kita Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
sebagai seorang pendidik yang professional Berdasarkan hasil refleksi awal
harus mengetahui dan dapat menerapkan terhadap pembelajaran sebelumnya, siswa
inovasi-inovasi pendidikan agar dapat Kelas IV belum mampu mengidentifikasi
mengembangkan proses pembelajaran serta berbagai jenis dan besar sudut Materi ini bagi
memperoleh hasil yang maksimal dalam siswa masih abstrak karena pada usia mereka
mencapai tujuan pembelajaran. Di pembelajaran perlu dikaitkan dengan hal-hal
dalam proses pembelajaran seorang guru yang bersifat konkret. Dari hasil pengamatan
sangatlah berkeinginan sekali untuk pada saat proses belajar mengajar serta dari
meningkatkan penguasaan siswa terhadap hasil penugasan dan tes akhir, masih banyak
materi yang akan diberikan, sehingga pada siswa yang belum bisa menjawab evaluasi yang
akhirnya diharapkan terjadi perubahan- ditunjukkan dari hasil ulangan harian dengan
perubahan yang sangat signifikan tentang rata-rata nilai adalah 58,75 dengan tingkat
perilaku yang baik berupa pengetahuan ketuntasan belajar 35% ( 7 siswa) dari 20
(kognitif), sikap (afektif), maupun siswa. Sementara KKM yang ditetapkan untuk
keterampilan (psikomotor). Dalam kompetensi ini adalah 65%, dengan nilai
menjalankan tugasnya, seorang guru sering minimal perorangan 65. Sesuai hasil
dihadapkan pada beberapa masalah yang pengamatan peneliti dan diskusi dengan Teman
mempengaruhi keberhasilan dalam proses Sejawat guru, kesulitan siswa itu disebabkan
pembelajaran yang dilakukan. oleh beberapa faktor antara lain: penjelasan
Dalam rangka meningkatkan guru tidak diimbangi umpan balik dari siswa,
kualitas pembelajaran di sekolah banyak dan penggunaan metode yang monoton dan
kendala yang dihadapi guru sebagai tenaga pemberian tugas yang tidak sesuai dengan
pendidik dan pengajar, baik yang berkenaan tingkat kemampuan berpikir siswa, sehingga
dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas siswa mengalami kesulitan untuk menjawab
maupun yang berhubungan dengan prestasi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dan
yang ingin dicapai oleh siswa. Banyak upaya kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
siswa bergantung pada kompetensi guru dan Derajat sesuai kompetensi dasar 3.1
keterampilan mengajarnya. Menurut pendapat Mengidentifikasi berbagai jenis dan besar
Taba dan Udin S. Winataputra,(2005: 2.6) bahwa sudut. Dan akan diterapkan pada setiap
keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh siklus perbaikan pembelajaran yang terbagi
karakteristik guru dan siswa, bahan pelajaran dan atas dua siklus yaitu; siklus I dilaksanakan
aspek lain yang berkenaan dengan situasi pada tanggal 7 Nopember 2015, dan siklus II
pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember
Dari pendapat para ahli di atas, dapat 2015
disimpulkan beberapa faktor yang 2. Pelaksanaan Perbaikan
mempengaruhi hasil belajar antara lain: Pada tahap pelaksanaan peneliti
a. Kompetensi Dasar merencanakan tindakan sebanyak 2 siklus,
b. Penguasaan kompetensi oleh guru setiap siklus terdiri dari rangkaian kegiatan 1)
c. Keterampilan guru dalam mengajar perencanaan, 2) pelaksanaan/tindakan, 3)
d. Karakteristik guru dan siswa pengamatan dan 4) refleksi. Rancangan
e. Bahan pelajaran penelitian ini menggunakan model spiral
f. Situasi dan kondisi pembelajaran seperti pada gambar berikut.
Tingkah laku sebagai hasil dari proses
belajar dipengaruhi oleh faktor internal yaitu Identifikasi
faktor dalam diri peserta didik, dan faktor . Masalah
Planning
eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik. Menurut Nana Sudjana (1989:8) Acting
hasil interaksi berupa perubahan tingkah laku
dapat bermakna sesuai dengan hakikat belajar Observing
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan Ketuntasan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti Belajar
(Gambar prosedur penelitian, sumber
merumuskan masalah yang akan dipecahkan, :Winataputra 2005: 4.18 )
menyusun tujuan, dan rencana tindakan
perbaikan termasuk instrumen penelitiannya. Pada model spiral ini mempunyai
Setelah itu baru membuat Rencana Perbaikan arti apabila pada siklus pertama masih belum
Pembelajaran (RPP) dan instrumen observasi tuntas, maka perbaikan pembelajaran dapat
yang nantinya akan dilaksanakan secara dilanjutkan pada siklus kedua atau berikutnya
bersamaan pada kegiatan perbaikan sampai target ketuntasan belajar tercapai. Pada
pembelajaran. Rencana Perbaikan tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan
Pembelajaran (RPP) yang akan dibuat adalah kegiatan perbaikan pembelajaran dimulai dari
untuk mata pelajaran Matematika dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
materi pokok Menentukan Besar Sudut yang dilanjutkan dengan evaluasi
Dengan Satuan Tidak Baku Dan Satuan pembelajaran.
SIKLUS II PEMBAHASAN
1. Tahap Perencanaan 1. Siklus I
Pada tahap ini hampir sama dengan tahap a. Tahap Perencanaan
perencanaan pada siklus I, yaitu sebelum Sebelum melaksanakan penelitian
pelaksanaan perbaikan pembelajaran tindakan kelas terlebih dahulu disiapkan
dilaksanakan harus disiapkan terlebih dahulu beberapa instrumen yang akan digunakan
: pada saat pelaksanaan perbaikan
1) Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pembelajaran, diantaranya :
pada mata pelajaran Matematika dengan - Menyusun Rencana Perbaikan
materi pokok Menentukan Besar Sudut Pembelajaran pada mata pelajaran
Dengan Satuan Tidak Baku Dan Satuan Matematika dengan materi pokok
Derajat sesuai kompetensi dasar 4.2 Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan
Mengidentifikasi berbagai jenis dan besar Tidak Baku Dan Satuan Derajat sesuai
sudut dan nantinya akan diterapkan pada kompetensi dasar 4.2 Mengidentifikasi
siklus II pada tanggal 12 Nopember 2015 berbagai jenis dan besar sudut dengan
2) Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dan Lembar indikator yang ingin dicapai adalah siswa
Observasi dapat menentukan sudut dari beberapa
3) Lembar Soal sebagai Tes Akhir bangun datar yang akan diterapkan pada
siklus I pada tanggal 6 Nopember 2015.
2. Tahap Pelaksanaan - Lembar observasi dan lembar soal.
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti
melakukan kegiatan: b. Tahap Pelaksanaan
- Perbaikan pembelajaran menggunakan Adapun langkah-langkah yang
metode demonstrasi sesuai RPP dengan digunakan pada pelaksanaan perbaikan
media peraga berbagi bangun datar. pembelajaran dalam penelitian ini adalah
- Penilaian akhir dengan tes tertulis dan sebagai berikut :
mengakhiri pembelajaran
Tabel 1.1
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa d. Tahap Refleksi
Dalam Pembelajaran Siklus I Hasil data yang diperoleh pada
pembelajaran siklus I berdasarkan observasi
Teman Sejawat diketahui bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran masih rendah, aktivitas
guru yaitu 64,29%, sedangkan aktifitas siswa,
yaitu 62,50%.
Berdasarkan refleksi terhadap
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus I masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki pada siklus II, yaitu metode
pembelajaran harus diubah kepada metode
pembelajaran siswa aktif yaitu metode
Demonstrasi, serta kurangnya kreativitas guru
dalam mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran melalui penugasan kelompok
dan penggunaan LKS.
siswa Kelas IV SDN Kawu 4 Kecamatan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
Kedunggalar Ngawi. siswa.
B. Saran
Abstrak
Kata Kunci : Ketuntasan Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Sirkuit Group Problem Posing
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal Mata pelajaran matematika perlu
yang mendasari perkembangan teknologi diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
modern, mempunyai peran penting dalam sekolah dasar untuk membekali peserta didik
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
manusia. Perkembangan pesat di bidang sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini bekerja sama. Kompetensi tersebut diiperlukan
dilandasi oleh perkembangan matematika di agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
peluang dan matematika diskrit. Untuk informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini. Dengan gambaran di atas, maka ciri
dan/atau prinsip dalam proses pembelajaran agar
siswa mempunyai kompetensi yang sesuai
siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial
skor 65 (65%), dan secara kelassikal disebut yang secara sengaja diajarkan.
tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85 %
yang telah mencapai daya serap lebih atau sama Dalam pembelajaran kooperatif, guru
dengan 65 %. menciptakan suasana yang mendorong siswa
LANDASAN TEORI merasa saling membutuhkan. Hubungan saling
Pembelajaran Kooperatif membutuhkan inilah yang dimaksud saling
Manusia memiliki derajat potensi, latar ketergantungan positif. Saling ketergantungan
belakang historis, serta harapan masa depan yang positif menuntut adanya interaksi promotif yang
berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, memungkinkan 21iker21 siswa saling
manusia dapat silih asah ( saling mencerdaskan). memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
Pembelajaran kooperatif secara sadar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan
sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan
buku ajar tetapi juga komonikasi antar siswa. dalam menyelesaikan tugas, (c) saling
ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling
Manusia adalah makhluk individual, ketergantungan peran, dan (e) saling
berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang ketergantungan hadiah.
individual maka manusia yang satu
membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai Interaksi tatap muka menuntut para
konsekwensi logisnya manusia harus menjadi siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,
dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan
membutuhkan maka harus ada interaksi silih asih sesame siswa. Interaksi semacam itu
(saling menyayangi). Pembelajaran kooperatif memungkinkan para siswa dapat saling menjadi
merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sumber belajar sehingga ada siswa yang merasa
sengaja menciptakan interaksi yang saling lebih mudah belajar dari sesamanya.
mengasihi antar sesama siswa.
Pembelajaran kooperatif menampilkan
Perbedaan antarmanusia yang tidak wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun
terkelola secara baik dapat menimbulkan demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui
ketersinggungan dan kesalahpahaman pengausaan siswa terhadap materi pelajaran
antarsesamanya. Agar manusia terhindar dari secara individual. Hasil penilaian secara
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh
diperlukan interaksi yang saling asuh (saling guru kepada kelompok agar semua anggota
tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah kelompok mengetahui siapa anggota kelompok
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja yang memerlukan bantuan dan siap anggota
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk kelompok yang dapat memberikan bantuan.
menghindari ketersinggungan dan Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap
permusuhan. anggota kelompok harus memberikan urunan
demi kemajuan kelompoknya. Penilaian
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan kelompok yang didasarkan atas rata-rata
belajar mengajar secara kelompok-kelompok penguasaan semua anggota kelompok secara
kecil siswa belajar dan bekerja sama untuk individual inilah yang dimaksud dengan
sampai pada pengalaman belajar yang optimal, akuntabilitas individual.
baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Dalam pembelajran kooperatif
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
sistem pembelajaran yang di dalamnya terdapat mengkritik teman, berani mempertahankan
unsur-unsur yang saling terkait. Adapun pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
berbagai unsur dalam pembelajaran kooperatif mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat
adalah adanya : 1) saling ketergantungan positif, dalam menjalin hubungan antar pribadi
2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas (interpersonal relationship) tidak hanya
individual, dan 4) keterampilan untuk menjalin diasumsikan tetai secara sengaja diajarkan.
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru
pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari dalam pembelajaran.
guru tetapi juga dari sesama siswa. Guru dan kolaborator dengan refleksinya
kemudian melakukan penelitian, ia pada akhir
Model Sirkuit Group Problem Posing
tindakannya itu pun kembali mengadakan
Sirkuit Group Problem Posing adalah
refleksi untuk memperbaiki tindakannya dan
pembelajaran kooperatif dimana meja disusun
melakukan rencana untuk perbaikan tahap
berbentuk bundar dan berkelompok sebagai
berikutnya. Guru dan kolaborator terus-menerus
tempat siswa mengerjakan tugas dari guru.
mengadakan refleksi itu sampai praksis
Dalam pembelajaran sirkuit group, setiap
pembelajarannya di kelas berhasil dengan baik.
kelompok mengerjakan tugas yang dibuat oleh
Subyek penelitian tindakan kelas
guru dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
adalah kelas VI tahun pelajaran 2014-2015
Kelompok membuat soal yang identik dengan
dengan jumlah responden 32 orang siswa dengan
soal yang telah diselesaikan. Soal baru yang
rincian 16 siswa laki-laki dn 16 siswa
telah dibuat kelompok diputar untuk kelompok
perempuan. Alasan pemilihan subyek penelitian
yang berikutnya dan begitu seterusnya secara
tersebut adalah karena peneliti menjadi guru
berurutan.
kelas VI pada tahun pelajaran 2014-2015 di SDN
Agar terjadi diskusi yang baik guru perlu Pelang Kidul 1
memberikan beberapa contoh, dengan cara Tempat penelitian adalah tempat yang
sebagai berikut : 1) membentuk soal dari soal digunakan dalam melakukan penelitian untuk
yang sudah ada, atau memperluas soal yang memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
sudah ada, 2) memberikan soal terbuka, dan 3) berlangsung di SDN Pelang Kidul 1. Penelitian
membentuk sejumlah soal yang mirip tetapi dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran
dengan taraf kesulitan yang berbeda. 2014-2015 mulai tanggal 17 Juli 2014 sampai
dengan 30 Agustus 2014. Materi penelitian
Pengajuan soal (problem posing) dipilih kompetensi dasar 1.1 “Menggunakan
merupakan salah satu model pemberian tugas sifat-sifat operasi hitung bilangan
yang mempunyai manfaat sebagai berikut : 1) campuran”.
salah satu cara berkomunikasi matematika siswa
di kelas, 2) mengarahkan pembentukan sikap Oleh sebab itu dalam penelitian tindakan
kritis dan kreatif siswa, dan 3) memberikan kelas ini dilaksanakan berupa proses pengkajian
kesempatan kepada siswa untuk aktif secara berdaur yang terdiri atas empat tahapan yaitu :
mental, fisik, dan sosial. Dalam kajian ini perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
pembentukan soal dibatasi pada membentuk soal dan refleksi.
baru yang mirip dengan soal buatan guru tetapi Tahap persiapan dalam Penelitian
dengan taraf kesulitan yang berbeda. Tindakan kelas ini desain pembelajaran atau
tahap pelaksanaan dengan penerapan
METODE PENELITIAN pembelajaran kooperatif model sirkuit group
Penelitian ini adalah penelitian tindakan problem posing pada kompetensi dasar 1.1
(action resourch) karena penelitian dilakukan “Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan bilangan campuran” yaitu : 1) satu minggu
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara sebelumnya tepatnya ketika pembelajaran
profesional melalui refleksi diri sehingga pada konsep sebelumnya berakhir, guru telah
akhirnya dapat meningkatkan kemantapan memberikan perintah kepada siswa untuk
rasional dari tindakan itu dalam melaksanakan mempelajari kompetensi dasar 1.1
tugas, memperdalam pemahaman terhadap “Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki bilangan campuran; 2) Guru menyiapkan soal
kondisi tempat praktik pembelajaran itu buatan sendiri untuk masing-masing kelompok
dilakukan. yang akan ditempatkan pada masing-masing
Kajian penelitian ini menggunakan meja, pada awal tahap pelaksanaan; 3) siswa
kajian rekonstruktif pengalaman pribadi di dalam sudah mempelajari bahan ajar; dan 4)
mengajar matematika di sekolah dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa format
pendekatan deskriptif kuantitatif. Adapun model observasi, dan soal tes.
pendekatan yang digunakan adalah model
kolaborasi di mana ada kolaborator yang
Tahap Pelaksanaan penelitian tindakan dipaparkan pada bagian awal maka teknik
kelas meliputi ; 1) formasi tempat duduk siswa analisis data yang
berbentuk bundar dalam kelompok-kelompok
kecil, 2) dalam satu kelompok terdiri dari 4 ∑x
X =
siswa, 3) guru sebagai fasilitator pembelajaran,
4) pada putaran pertama setiap kelompok soal N
buatan guru yang sudah disiapkan oleh guru
pada awal pembelajaran dan kelompok harus X = Nilai rata-rata
membuat soal baru yang serumpun dengan soal ∑X = Jumlah semua nilai siswa
buatan guru, 5) pada point ke-3 baik soal buatan ∑N = Jumlah siswa
guru dan kunci jawaban atas soal yang
digunakan adalah teknik Mencari Mean dan
dirumuskan oleh kelompok ditulis dalam lebar
Prosentase.
tugas masing-masing kelompok (alokasi waktu
∑ Siswa yang tuntas belajar
15 menit), 6) pada putaran kedua, soal buatan P =
guru dan soal buatan kelompok diputar dengan ∑ Siswa x 100 %
aturan 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 8, 7) kegiatan
kelompok berikutnya adalah menjawab soal HASIL PEMBAHASAN
buatan guru dan soal buatan kelompok yang Siklus I
diterima pada putaran sebelumnya dalam lembar Pada tahap perencanaan guru telah
tugas. Dan, masih diberikan beban merumuskan memberikan petunjuk kepada siswa untuk
soal baru yang mirip dengan soal buatan guru mempelajari kompetensi dasar 1.1
dengan taraf kesulitan yang berbeda yang “Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
diterima dengan nilai pertanggungjawaban harus bilangan campuran, satu minggu sebelumnya
menuliskan kunci jawaban atas soal yang dibuat tepatnya ketika pembelajaran konsep
di lembar tugas masing-masing kelompok sebelumnya berakhir, guru menyiapkan soal
(alokasi waktu 20 menit), 8) proses pembelajaran buatan sendiri untuk masing-masing kelompok
berjalan sesuai aturan pada putaran kedua secara yang akan ditempatkan pada masing-masing
terus menerus dengan pertimbangan siswa waktu meja, pada awal tahap pelaksanaan; dan
pembelajaran yang ada, dan 9) apabila dirasa menyiapkan instrumen penelitian berupa format
oleh guru waktu dalam proses pembelajaran observasi, dan soal tes.
tersebut cukup, maka guru menghentikan proses Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
tersebut, dengan pertimbangan bahwa pada akhir untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli
pembelajaran guru harus mereview kegiatan 2014 di kelas VI dengan jumlah 32 siswa. Dalam
pembelajaran yang baru dilakukan. hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
Untuk mendapatkan masukan dan hasil proses belajar mengajar mengacu pada rencana
dari penelitian tindakan ini dilakukan observasi pembelajaran yang telah dipersiapkan. Lembar
oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat Kerja Siswa yang dikerjakan siswa saat
sebagai kolaborator. Guru sebagai peneliti pembelajaran siklus I seperti di bawah ini.
melakukan observasi terhadap aktivitas siswa Soal buatan guru dalam pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran, sedangkan kolaborator Model Sirkuit Group
melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan Problem Posing Pada tindakan siklus I
dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif MEJA – 1 : 94. 281 + 51.420 - 112.091 =....
model Sirkuit Group Problem Posing. MEJA – 2 :362.714 - 283.476 + 429.634 = ...
Dari hasil pengamatan yang dilakukan MEJA - 3 :31 x 10.246 + 621.317 = …
kemudian dilakukan pengkajian ulang untuk MEJA – 4 :164.448 : 36 + (79.343 - 2.569) =....
memperbaiki unsur-unsur dan tahap-tahap MEJA – 5 :3.468 x 56 : 8 x 1.324 = .....
pembelajaran sebelumnya dan dilaksanakan pada MEJA – 6 : (3.628 + 1.857) x (139 + 98) =
pembelajaran berikutnya. MEJA – 7 : 26 x (5.430 + 11.473) +
Untuk mendapatkan data yang diinginkan (55.992 : 12) = ….
sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperlukan MEJA – 8 : 13 x (16.341- 4.156) - 137.943 = ...
instrumen penelitian. Instrumen penelitian itu Pengamatan (observasi) dilaksanakan
yang digunakan adalah tes akhir siklus. bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Teknik analisis data yang diguanakn Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
disesuaikan dengan judul penelitian seperti Tas Akhir Siklus 1 dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. perencanaan berdasarkan hasil observasi pada
Adapun data hasil penelitian pada siklus I siklus I. Guru peneliti mempersiapkan telah
sebagaimana dalam tabel 1. memberikan perintah kepada siswa untuk
mempelajari kompetensi dasar 1.1
“Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
bilangan campuran, satu minggu sebelumnya
tepatnya ketika pembelajaran konsep
sebelumnya berakhir, guru menyiapkan soal
buatan sendiri untuk masing-masing kelompok
yang akan ditempatkan pada masing-masing
meja, pada awal tahap pelaksanaan; dan
menyiapkan rancangan penelitian berupa format
observasi, dan soal tes
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Juli
2014 dengan jumlah 32 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan
siswa saat pembelajaran siklus II seperti di
Dari data yang diperoleh dan dianalisis bawah ini.
sehingga diketahui bahwa rata-rata prestasi Soal buatan guru dalam pembelajaran kooperatif
mencapai siswa yang tuntas 19 orang, siswa Model Sirkuit Group
yang tidak tuntas 13 orang, ketuntasan belajar dan Problem Posing Pada tindakan siklus II
secara klassikal mencapai 59,38 % (belum MEJA MEJA – 1 94. 281 - 51.420 - 112.091
tuntas). =....
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada MEJA – 2 362.714 + 283.476 + 429.634 = ...
siklus pertama secara klasikal belum tuntas MEJA - 3 31 + 10.246 + 621.317 = …
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ MEJA – 4 164.448 + 36 - (79.343 - 2.569) =....
65 hanya sebesar 59,38 % lebih kecil dari MEJA – 5 3.468 x 56 + 8 x 1.324 = .....
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu MEJA – 6 (3.628 - 1.857) x (139 + 98) =
sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa MEJA – 7 26 + (5.430 + 11.473) +
masih baru dan kurang mengerti apa yang telah (55.992 : 12) = ….
diterapkan oleh guru dalam menerapkan MEJA – 8 : 13 x (16.341+ 4.156) - 137.943 = ...
Pembelajaran Kooperatif Model Sirkuit Group Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
Problem Posing. dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Dari pembelajaran yang telak Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
dilaksanakan diamati sesuai dengan format- Tes Akhir Siklus II dengan tujuan untuk
format item pengamatan, baik aktivitas guru mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
maupun aktivitas siswa. Dari hasil observasi proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas Instrumen yang digunakan adalah format II.
guru dalam kategori cukup dan aktivitas siswa Adapun data hasil penelitian pada siklus II
cukup (sebagaimana dalam lampiran). seperti pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah diperoleh, kolaborator melakukan refleksi
kepada guru peneliti bersama-sama dengan siswa
setelah proses pembelajaran berakhir.
Siklus II
Pada tahap perencanaan ini guru
peneliti bersama kolaborator melakukan
Siklus III
Pada tahap perencanaan ini guru peneliti
bersama kolaborator melakukan perencanaan
berdasarkan hasil observasi pada siklus I. Guru
peneliti mempersiapkan telah memberikan
perintah kepada siswa untuk mempelajari
kompetensi dasar 1.1 “Menggunakan sifat-sifat
operasi hitung bilangan campuran. satu minggu
sebelumnya tepatnya ketika pembelajaran
konsep sebelumnya berakhir, guru menyiapkan
soal buatan sendiri untuk masing-masing
kelompok yang akan ditempatkan pada masing-
masing meja, pada awal tahap pelaksanaan; dan
menyiapkan 25instrumen penelitian berupa
format observasi, dan soal tes
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 4
Agustus 2014 di kelas VI dengan jumlah 32
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang
lagi pada siklus III. Lembar Kerja Siswa yang
dikerjakan siswa saat pembelajaran siklus III
seperti di bawah ini.
Soal buatan guru dalam pembelajaran kooperatif
Simpulan
Berdasarkan hasil-hasil dan pembahasan
yang dikemukakan pada bagian sebelumnya
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran matematika adalah proses
pemberian pengalaman belajar kepada peserta
didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari.
Salah satu komponen yang menentukan
Hasil pada siklus III ini mengalami ketercapaian kompetensi adalah penggunaan
peningkatan lebih baik dari siklus II. Hal ini strategi pembelajaran matematika, yang sesuai
dipengaruhi oleh adanya peningkatan dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2)
kemampuan guru dalam menerapkan tingkat perkembangan intelektual peserta didik,
Pembelajaran Kooperatif Model Sirkuit group (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif
dan Problem Posing sehingga siswa menjadi peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan
lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan pemahaman pemalaran matematis. Untuk itu
materi yang telah disajikan. aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah latihan-latihan atau tugas matematika dengan
terlaksana dengan baik maupun yang masih bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide
kurang baik dalam proses belajar mengajar kepada orang lain.
dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Sirkuit Group Problem posing adalah
Model Sirkuit Group Problem Posing. Dari data- pembelajaran kooperatif dimana meja disusun
data yang telah diperoleh dapat diuraikan berbentuk bundar dan berkelompok sebagai
sebagai berikut : 1) selama proses belajar tempat siswa mengerjakan tugas dari guru.
mengajar guru telah melaksanakan semua Dalam pembelajaran Sirkuit Group Problem
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada Posing, setiap kelompok mengerjakan tugas
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi yang dibuat oleh guru dalam kurun waktu yang
persentase pelaksanaannya untuk masing-masing telah ditentukan. Pembelajaran dengan
aspek baik, dan berdasarkan data hasil pembentukan soal atau pembentukan masalah
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama Kemudian soal diputar untuk kelompok yang
proses belajar mengajar berlangsung, dan 2) berikutnya dan begitu seterusnya.
kekurangan pada siklus-siklus
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Asmarawaty. 2000. Penerapan Pendekatan
Kooperatif dan Secience. Jakarta.
Buletin Pelangi Pendidikan
Balitbang Depdiknas. 2002. Pelaksanaan
Kurkulum Berbasis Kompetensi. Jakarta.
Puskur.
Oleh : Sugeng
SDN Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: sugeng@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci : Kemampuan Menulis Puisi, Teknik Pembelajaran Picture and Picture
Kemampuan menulis puisi siswa kelas V Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh teknik pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa
merasa bosan pada saat mengikuti pembelajaran. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
yang telah ditentukan adalah 70,0, dari 20 siswa yang berhasil mencapai target KKM hanya 40% atau
4 siswa, sedangkan yang tidak berhasil mencapai target KKM 60% atau 16 siswa. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu dilakukan teknik pembelajaran yang tepat dan berdaya guna.
Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dan untuk
mengetahui perubahan prilaku siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran picture and picture.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 41.2 %. Nilai rata-rata pada
prasiklus 56.5, pada tindakan siklus I nilai rata - rata yang diperoleh 66.3 artinya mengalami
peningkatan sebesar 9.8 atau 17.4 %. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan sebesar 13.5 atau 20.4 % bila dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Perubahan sikap
dan perilaku siswa kelas V Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi menunjukkan
perubahan prilaku siswa yang positif.
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam yang ditetapkan adalah 70,00 sedangkan hasil
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah penilaian belajar siswa yang berhasil mencapai
Dasar diarahkan untuk meningkatkan target KKM 40%, dan 60% yang tidak berhasil
kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa mencapai target KKM. Dengan demikian
indonesia dengan baik dan benar, baik secara menunjukkan bahwa siswa dalam pembelajaran
lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi Bahasa Indonesia kemampuan belajarnya dalam
terhadap hasil karya kesastraan manusia kemampuan menulis puisi masih rendah dan
indonesia melalui pengembangan kemampuan belum mampu melaksanakan kegiatan tersebut
berbahasa, seperti halnya menyimak, membaca, secara optimal, artinya siswa mengalami
menulis dan berbicara, secara seimbang. kesulitan dalam menuangkan pikiran dan
(Depdiknas, 2006:7). perasaannya dalam bentuk puisi.
Seiring dengan hal tersebut di atas, Rendahnya kemampuan siswa
maka siswa pada tingkat sekolah dasar dalam menulis puisi juga disebabkan kurang
diharapkan mampu atau dapat menguasai efektifnya pembelajaran yang diciptakan oleh
keempat kemampuan berbahasa secara aktif dan guru. Ketidakefektifan itu disebabkan oleh
integaratif, dengan menggunakan komponen kurang tepatnya strategi pembelajaran yang
kemampuan berbahasa yang komonikatif dan diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.
benar. Kenyataan dilapangan bahwa hasil Strategi yang dipakai guru tidak dapat
pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
masih sangat jauh dari yang diharapkan, dan diri siswa agar secara leluasa dapat
masih belum mampu mencerminkan amanat mengekspresikan perasaannya.
kurikulum, khususnya kemampuan dalam Pembelajaran menulis puisi yang
berbicara dari kemampuan menulis khususnya diciptakan guru cenderung bersifat teoritis
menulis puisi dengan baik dan benar. informatif, bukan apreseatif produktif. Artinya
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan belajar yang diciptakan guru di dalam kelas
Minimal ( KKM ) yang telah ditentukan oleh hanya sebatas memberikan informasi
sekolah, KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia pengetahuan tentang sastra, sehingga
diaphan melalui metode karya wisata pada bahwa pendramaan di sini adalah orang penyair
siswa kelas V Sd PL Santo Yusup Semarang. mengubah atau menceritakan pengalaman
Pada siklus I sebesar 10,0 poin atau 67 % melalui puisi dengan bahasa yang terstruktur.
dengan kategori cukup. Setelah dilakukan Pengalaman itu dapat berupa pengalaman
penelitian tindakan pada siklus II mencapai menyedihkan, menyenangkan, dan
kemampuan rata-rata sebesar 11.2 poit atau mengharukan.
sebesar 75 %. Kemampuan rata-rata ini sudah Samuel Taylor Coleridge
sedikit melampaui batas rentang 9-11 mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
walaupun masih kategoi cukup. Keterampilan terindah dalam susunan terindah. Dari
menulis puisi diaphan yang dikur meliputi pengertian tersebut bahwa puisi di buat seindah
beberapa aspek , yaitu aspek kesesuai judul mungkin baik dilihat dari dari bahasa, susunan
dengan isi, diksi, kata konkret, majas, dan keindahan secara umum.
versifikasi, dan tipografi. Carlyle berkata, puisi merupakan
Kedua penelitian tersebut sama-sama pemikiran yang bersifat musical. Dalam
menggunakan metode karya wisata dan perkataan tersebut bahwa pemikiran yang
membuahkan hasil pemikiran yang telah bersifat musikal yaitu irama, bunyi, yang ada
dipaparkan. Metode dari keduanya masih dalam puisi tersebut serasi dan
menggunakan metode karya wisata yang cukup mempergunakan orkestasi bunyi.
memakan waktu dan tenaga, mungkin juga biaya Wordswoth mempunyai gagasan
bila harus ke luar kota. bahwa puisi adalah pernyataanperasaan yang
Berdasarkan kelemahan penelitian imajinatif yaitu perasaan yang direkaan atau
tersebut, peneliti akan berusaha memudahkan diangankan. Berdasarkan pengertian tersebut
siswa tanpa biaya, tempatnya dekat, dan puisi dapat sebagai ungkapan seseorang /
dilakukan kapan saja.Dalam kesempatan ini perasaan yang dirasakan baik itu secara
peneliti mencoba menggunakan teknik langsung ataupun tidak secara langsung.
pengamatan objek secara langsung. Adapun Kemudian Shelly mengemukakan bahwa puisi
objek yang dapat diamati adalah sekitar adalah rekaman detik-detik yang paling indah
sekolah sehingga mudah terjangkau dan efisien dalam hidup kita. Misalnya saja peristiwa yang
Puisi pada hakekatnya teori puisi sangat mengesankan dan menimbulkan
mengomunikasikan pengalaman yang penting- keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan,
penting karena puisi lebih terpusat dan kegembiraan yang memuncak, percintaan,
terorganisasi.(Badrun 1989:2). bahkan kesediaan karena kematian. Jadi di sini
Puisi berhubungan dengan dapat dikatakan sebagai ungkapan baik itu
pengalaman (Perrinel 1988:512). Beberapa ungkapan kesedihan ataupun berupa
sastrawan telah mencoba memberi definisi kesenangan yang terekam dalam pikiran kita.
sebagai berikut: (1) Puisi adalah seni peniruan, Berdasarkan pengertian-
gambar bicara, yang bertujuan untuk mengejar pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
kesenangan, (2) Luapan secara spontan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman yang
perasaan terkuat yang bersumber dari perasaan ditulis secara sistematik dengan bahasa yang
yang terkumpul dari ketenangan (3) Puisi puitis. Kata puitis sudah mengandung
adalah lahar imajinasi yang menahan terjadinya keindahan yang khusus untuk puisi. Disamping
gempa bumi, (4) puisi adalah ekspresi konkrit itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang
dan artistik pemikiran manusia dalam bahasa menarik perhatian, menimbulkan tanggapan
yang emosional yang berirama, (5) Puisi adalah yang jelas atau secara umum menimbulkan
pengalaman imajinatif yang bernilai dan berarti keharuan.
sederhana yang disampaikan dengan bahasa
yang tepat, (6) puisi adalah pendramaan Unsur-unsur Pembentuk Puisi
pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam Dalam menulis puisi perlu untuk
bahasa berirama. mengetahui beberapa unsur-unsur pembentuk
Altenbernd (1970:2) puisi adalah puisi agar puisi yang ditulis mengandung rasa
pendramaan pengalaman yang bersifat keindahan dan dapat membangkitkan perasaan
penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa serta menimbulkan keharuan, adapun unsur-
berirama (bermetrum) ( as the interpretive unsur pembentuk puisi adalah sebagi berikut :
dramatization of experience in metrical (1) Diksi, dalam puisi kata-kata sangat besar
language). Maksud pengertian diatas adalah peranannya. Setiap kata mempunyai fungsi
tertentu dalam menyampaikan ide penyairnya. merupakan hasil rekaman dari peristiwa atau
Meyer (1987:457) mengatakan bahwa dalam gambaran objek menarik yang dituangkan
fungsinya untuk memadatkan suasana, lembut, melalui pikirannya ke dalam bahasa tulis. Teknik
dan bersifat ekonomis Jadi kata-kata dalam puisi pengamatan objek secara langsung di sini dapat
hendaknya disusun sedemikian serupa sehingga menggugah siswa dalam berekspresi yang
dapat menyalurkan pikiran, perasaan penulisanya dituangkan dalam puisi, dengan cara siswa
dengan baik. (2) Bahasa Figuratif, menurut mengamati suatu objek, misalnya saja objek
Waluyo bahasa figuratif adalah majas. Dengan alam yang berupa pohon beringin seperti
bahasa figuratif, membuat puisi lebih indah, puisinya Sutan Takdir Ali Sjahbana yang
artinya memancarkan banyak makna atau kaya berjudul ”Pohon Beringin”.
akan makna. Dalam bukunya kamus Istilah
Sastra, Panuti Sujiman menyebutkan kiasan METODE
adalah majas yang mengandung perbandingan Rancangan Penelitian
yang tersirat sebagai pengganti kata atau Penelitian ini merupakan penelitian
ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau tindakan kelas (PTK). Yang dimaksud dengan
kesejajaran makna. penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
dikatakan bahwa pada umumnya bahasa figuratif agar pembelajaran dapat berhasil dengan baik.
dipakai untuk menghidupkan lukisan, untuk Penelitian tindakan kelas ini berisi pratindakan
mengkonkretkan dan lebih mengekspresikan dan tindak lanjut.
perasaan yang diungkapkan. Dengan demikian, Pada pratindakan berisi renungan dalam
pemakaian bahasa figuratif menyebabkan mengajar sehingga dapat menemukan
konsep-konsep abstrak terasa dekat pada kelemahan-kelemahan dan kekurangan dalam
pembaca karena dalam bahasa figuratif oleh pembelajaran menulis puisi kemudian dilakukan
penyair diciptakan kekonkretan, kedekatan, dengan tindakan tindak lanjut yang dapat
keakrabatan dan kesegaran. (3) Tipografi digunakan untuk memecahkan masalah tentang
merupakan pembeda yang paling awal dapat pembelajaran meulis puisi.
dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa Dalam penelitian tindakan kelas (PTK),
fiksi dan drama. Tipografi merupakan bentuk dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian
dari puisi yang bermacam-macam tergantung berdaur yang terdiri atas empat tahap yaitu :
yang mengarangnya. planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection
Teknik Pembelajaran Picture and Picture (refleksi).
Teknik pembelajaran tidak akan berhasil Pada tahap perencanaan yaitu tindakan
apabila tidak ada metode yang benar-benar apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan
cocok untuk pembelajaran tersebut. Dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi.
kesempatan ini peneliti menggunakan teknik Perencanaan harus dibuat oleh peneliti sebelum
pembelajaran Picture and Picture. Teknik peneliti melangkah lebih lanjut.
Picture and Picture adalah metode yang Pada tahap tindakan merupakan tindakan
dilakukan dengan mengamati suatu benda, apa yang akan dilakukan peneliti sebagai upaya
peristiwa atau kejadian secara langsung dengan perbaikan dan peningkatan. Dalam hal ini, upaya
menunjukkan gambar obyek. perbaikan terhadap siswa tentang kesalahan-
Teknik Picture and Picture dekat sekali kesalahan siswa setelah siswa menulis puisi.
dengan alam lingkungan sekitar. Pada dasarnya Pada tahap observasi atau pengamatan,
siswa senang dengan kenyataan atau realita yang yaitu mengamati hasil dari tindakan yang
langsung dilihat oleh siswa. Oleh sebab itu siswa dilakukan penulis terhadap siswa. Kesalahan
akan lebih peka atau lebih terangsang untuk siswa ,kesulitan siswa, dan tanggapan siswa
mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya. dijadikan pertimbangan untuk perencanaan siklis
Proses belajar mengajar tidak hanya berikutnya.
dilakukan di dalam kelas namun dapat dilakukan Pada tahap refleksi yaitu tindakan
di luar kelas, seperti yang telah disebutkan tadi mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
yaitu mengamati objek pada lingkungan di luar atau dampak tindakan dari berbagai kriteria.
kelas secara langsung. Teknik Picture and Berdasarkan refleksi tersebut, penulis bersama-
Picture juga sangat bermanfaat dalam sama guru lain dapat melakukan revisi,
pembelajaran puisi. Hakikat menulis puisi
perbaikan, terhadap awal untuk rencana nilai 85-100 ada 2 orang atau 10 %, Kategori
berikutnya. baik dengan rentang nilai 75-84 ada 2 orang
atau 10 %, kategori cukup dengan rentang nilai
HASIL PEMBAHASAN 60-75 ada 9 orang atau 45 %, dan kategori
Siklus I kurang dengan rentang nilai 0-59 ada 7 orang
Tahap siklus I merupakan tindak lanjut atau 35 %. Pada siklus I sudah ada peningkatan
awal dalam menyelesaikan masalah yaitu dibandingkan dengan pratindakan, Namun
rendahnya menulis puisi pada kelas V peningkatan tersebut belum bisa merubah dari
Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. cukup menjadi baik. Oleh karena itu masih perlu
Ngawi Pada siklus I proses pembelajaran dilanjutkan lagi pada siklus II. Hasil Nontes
menulis puisi dengan menggunakan teknik Siklus I Hasil nontes terdiri dari hasil observasi.
pembelajaran tanyeksung. Hasil observasi terhadap sikap siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran sebagai berikut: (1)
nilai rata-rata kelas dalam kemampuan Saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kesesuaian memilih judul dengan isi adalah 65.8 dan motivasi, semua siswa memperhatikan,
atau kategori cukup. Dari keseluruhan siswa tenang, dan sungguh-sungguh mengikuti
yang mendapat skor 85-100 atau kategori baik pembelajaran. (2) Saat guru menjelaskan tentang
sekali ada 2 siswa atau 10 %, Kategori baik cara menulis puisi, siswa siswa mendengarkan
dengan rentang nilai 75-84 ada 2 siswa atau 10 dengan baik meskipun masih ada siswa yang
%, kategori cukup dengan rentang nilai 60-75 berbicara sendiri. Di samping itu mereka
siswa ada 9 siswa atau 45 %, dan kategori kelihatan masih bingung sebelum dipraktekkan.
kurang dengan rentang nilai 0-59 ada 7 siswa. (3) Ketika guru memberi kesempatan kepada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai siswa supaya bertanya tentang hal-hal yang
rata-rata kelas dalam aspek pilihan kata atau belum jelas, sebagian besar siswa hanya diam
diksi adalah 66,8 atau kategori cukup. Dari saja. (4) Ketika siswa ditugasi untuk menulis
keseluruhan siswa yang mendapat skor 85-100 puisi dengan tema lingkungan sekitar, siswa ada
atau kategori baik sekali ada 2 siswa atau 10 %, yang masih mondar-mandir, karena kurang
Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 ada 2 memperhatikan penjelasan cara menulis puisi
siswa atau 10 %, kategori cukup dengan dengan menggunakan model pembelajarn
rentang nilai 60-75 siswa ada 10 siswa atau 50 Pengamatan Obyek secara langsung.
%, dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-
59. Siklus II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Siklus II ini merupakan tindak lanjut dari
rata-rata kelas dalam aspek penggunaan majas siklus I dengan menggunakan model
adalah 66.5 atau kategori cukup. Dari pembelajaran Pengamatan Obyek secara
keseluruhan siswa yang mendapat skor 85-100 langsung. Model pembelajaran siklus ini
atau kategori baik sekali ada 2 siswa atau 10 %, dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 ada 2 kemampuan siswa dalam menulis puisi agar
siswa atau 10 %, kategori cukup dengan lebih mendalami dan terbiasakan dengan
rentang nilai 60-75 siswa ada 9 siswa atau 45 pembelajaran menulis puisi. Pelaksanaan siklus
%, dan kategori kurang dengan rentang nilai 0- II terdiri dari tes dan nontes. Adapun hasilnya
59 ada 7 siswa atau 35 %. sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai rata-
nilai rata-rata kelas dalam aspek tipografi adalah rata kelas dalam aspek kesesuaian judul dengan
66,3 atau kategori cukup. Dari keseluruhan siswa isi adalah 80.1 atau Dari tabel 10 dapat dilihat
yang mendapat skor 85-100 atau kategori baik bahwa nilai rata-rata kelas dalam aspek pilihan
sekali ada 2 siswa atau 10 % Kategori baik kata atau diksi adalah 78.1 atau kategori baik.
dengan rentang nilai 75-84 ada 2 siswa atau 10 Dari keseluruhan siswa yang mendapat skor 85-
%, kategori cukup dengan rentang nilai 60-75 100 atau kategori baik sekali b ada 4 siswa atau
siswa ada 9 siswa atau 45 %, dan kategori 20 %, Kategori baik dengan rentang nilai 75-84
kurang dengan rentang nilai 0-59 ada 7 siswa ada 11siswa atau 55 %, kategori cukup dengan
atau 35 %. rentang nilai 60-75 siswa ada 5 siswa atau 25 %,
Hasil tes kemampuan menulis puisi rata- dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-59
rata 66.3 dari jumlah keseluruhan siswa yang tidak ada.
mendapat kategori sangat baik dengan rentang
atau mengalami peningkatan 18.1 %..Aspek Dari hasil penelitian bahwa dengan
tipografi yang awalnya 57.0 menjadi 66.3 atau menggunakan model pembelajaran Pengamatan
mengalami peningkatan 16.3 %. Obyek secara langsung merasa lebih mudah
dalam menulis puisi bahkan dari hasil tersebut
Dengan mencermati hasil penelitian siswa ingin pembelajaran seperti itu
pada siklus I tersebut peneliti beranggap masih dilaksanakan lagi. Berdasarkan hasil penelitian
perlu rancangan pembelajaran yang didapatkan data yang menunjukkan peningkatan
dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan dari siklus I yang dilanjutkan ke siklus II,
siswa dalam menulis puisi pada tahap siklus I. sehingga penelitian tidak perlu melanjutkan
Pada siklus II peneliti lebih meningkatkan lagi tindakan pada siklus III karena hasilnya sudah
dengan menggunakan model pembelajaran menunjukkan peningkatan yang cukup
Pengamatan Obyek secara langsung. Dalam signifikan. Berdasarkan hasil tersebut maka
proses pembelajaran siklus II kelihatan tambah disarankan penelitian terkait dengan penulisan
hidup dan semangat terbukti hasil pada siklus II puisi bisa menggunakan teknik pemebalajaran
lebih meningkat. Adapun hasil peningkatannya picture and picture sesuai kondisi siswa di
dapat dilihat dalam tabel berikut. sekolahnya masing-masing. Teknik
pemebalajaran tersebut bisa digunakan sebagai
Hasil Peningkatan Menulis Puisi siklus I dan model pembelajaran alternatif untuk digunakan
II dalam pembelajaran kemampuan menulis puisi
di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, SK., dkk. (1988) Psikologi Pendidikan
Anak Usia Sekolah Dasar. Solo:
Harapan Massa.
Arikunto, Suharsiini. (1991) Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Bumi Akasara
Badrun, Ahmad. (1989). Teori Puisi. Jakarta :
FKIP Universitas Mataram.
Cony Semiawan, dkk. (1986). Pendekatan
Ketrampilan Proses, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam
Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.
Berdasarkan tabel 15 pada siklus II Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
nilai rata-rata kelas pada aspek kesesuaian judul Pendidikan Dasar. Jakarta.. 2006
dengan isi yang awalnya 65.8 menjadi 80.1 atau Harimurti. (2001). Cara Menulis Kreatif.
mengalami peningkatan 21.7 %. Aspek pilihan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kata atau diksi yang awalnya 66.8 menjadi 78,1 Kridalaksana,
atau mengalami peningkatan 16.9 %.. Aspek Nurhadi. (2004). Bahasa dan Sastra Indonesia .
majas yang awalnya 66,5 menjadi 81.3 atau Jakarta : Erlangga. Kamus
mengalami peningkatan 22.3 %.. Aspek tipografi Linguistik . Gramedia : Jakarta..
yang awalnya 66.3 menjadi 79,7 atau mengalami Panuju, Redi. (2005). Panduan Menulis Untuk
peningkatan 20.2 %. Hal tersebut ternyata Pemula. Yogyakarta: Pustaka
terbukti respon siswa dalam mengikuti Pelajar.
pembelajaran lebih antusias dan hasilnya pun Pradopo, Rachmad joko. (1993). Pengkajian
sangat menggembirakan jika dibandingkan Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
dengan hasil tes pada siklus I, yaitu yang Press.
awalnya 66.3 atau kategori cukup, nilai rata-rata Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. (2002)..
pada siklusII 79.8 atau kategori baik. Jadi Media Pengajaran. Yogyakarta:
mengalami peningkatan 20.2 %. Sinar Baru. Algesindo
Sumantri, Mulyani (1998) Strategi Belajar
Saran Mengqjar. Jakarta: Depdikbud.
Oleh : Sulastri
SDN Jenggrik I Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: sulastri@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi Belajar PKn, Organisasi, Bermain Peran
Hasil belajar PKn siswa kelas V tentang kebebasan berorganisasi belum mencapai KKM secara
maksimal .Untuk itu penulisakan menggunakan metode bermain peran dalam penelitian ini. .
Penelitian ini bertujuan untuk 1mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dan mengetahui
prestasi belajar siswa . Subyek penelitian adalah siswa kelas V Semester II tahun 2014/2015 sebanyak
29 siswa.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan bermain peran
bisa meningkat.
PENDAHULUAN
Lingkungan belajar berpengaruh besar terhadap siswa dengan bahan ajar dan media yang dapat
prestasi belajar siswa. Bloom (1976) menyatakan digunakan untuk mencapai tujuan.Inspiratif
bahwa kondisi lingkungan yang berpengaruh berarti isi pembelajar tidak hanya menstranfer
besar adalah kualitas pengajaran. Ada tiga ilmu pengetahuan, tetapi melalui ilmu
variabel utama dalam teori belajar di Sekolah, pengetahuan tersebut siswa terinspirasi untuk
yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran membangun dan menggunakan dalam
dan hasil belajar (Bloom,1976;21). Sejalan pemacahan masalah dalam kehidupan sehari-
dengan pandangan ini Caroll menyatakan bahwa hari. Menyenangkan mengandung makna bahwa
hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh suasana belajar telah disesuaikan dengan
lima faktor, yaitu (a) bakat pelajar, (b) waktu kebutuhan siswa, sehingga siswa terlibat secara
yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang intelektual, emosional dan fisik dalam proses
diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, pembelajaran. Selain itu suasana belajar penuh
(d) kualitas pengajaran, dan (e) faktor di luar keceriaan, komunikatif dan akrab.Menantang
individu (lingkngan0 (Lucas at. al, 1977;16). berarti rekayasa belajar telah dirumuskan dalam
Penelitian ini memusatkan perhatian pada faktor masalah-masalah yang tingkat kesulitannya
kualitas pembelajaran dan keterlibatan belajar diperkirakan dapat diselesaikan oleh
siswa. siswa.Motivasi mengisyaratkan bahwa tindak
Kualitas pembelajaran berkaitan dengan pembelajar mendorong motivasi siswa untuk
kemampuan guru menciptakan kondisi memenuhi kebutuhannya, yaitu ingin mencapai
pembelajaran. Pada Standar Nasional Pendidikan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada Kondisi belajar yang demikian harus diciptakan
satuan pendidikan diselenggarakan secara secara kreatif oleh guru.
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, Kenyataan menunjukkan bahwa
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi pembelajaran tentang memahami kebebasan
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi berorganisasi siswa sebagi pendengar dan guru
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai mendominasi hampir seluruh waktu belajar untuk
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik menjelaskan. Dampaknya, atmosfir belajar di
serta psikologis peserta didik (PP No. 19 2005 kelas tidak menyenangkan, tidak menarik
tentang SNP, 13). Interaktif berarati kondisi perhatian, tidak menumbuhkan keberanian, dan
belajar member kesempatan siswa untuk tidak memupuk kerja sama. Keterlibatan siswa
berinteraksi dengan guru, siswa dengan siswa, dalam belajar secara intelektual, emosional dan
fisik, seperti keberanian bertanya atau siswa akan mencapai tujuan pembelajaran sesuai
berpendapat, bekerja sama dan aktivitas lainnya kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
sangat terbatas. Akhirnya ketuntasan hasil belajar Atas dasar pengalaman sebagai guru
siswa hanya mencapai 58%. Keterlibatan Pendidikan Kewarganegaran (PKn) dan uraian di
intelektual dan emosional siswa dengan indikator atas, menarik perhatian penulis untuk
termotivasi, keberanian mengemukakan pendapat mengadakan penelitian dengan judul “
dan sikap kerja sama menggunakan metode Peningkatan Prestasi Belajar PKn tentang
tersebut, siswa yang bersikap positif hanya memahami kebebasan berorganisasi Melalui
mencapai (49%). Atas dasar hasil belajar Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas V
sebelumnya tersebut, peneliti menganalisis dan Semester II 2014/2015 SD Negeri Jenggrik I
merefleksi diri untuk merevisi perencanaan dan Permasalahanyang diangkat dalam
pelaksanaan pembelajaran PKn tentang penelitian ini adalah (1) Apakah prestasi belajar
memahami kebebasan berorganisasi dengan PKn tentang memahami kebebasan berorganisasi
metode pembelajaran bermain peran. dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran
Metode bermain peran pada dasarnya pada siswa kelas V SD Negeri Jenggrik I
mendramatisasikan tingkahlaku dalam Semerter II 2014/2015, (2) Apakah keterlibatan
hubunganya dengan masalah sosial belajar dengan indikator keberanian bermain
(Sudjana,1991;84). Pembelajaran PKn tentang peran, menarik perhatian dan kerja sama dapat
memahami kebebasan berorganisasi dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran pada
didramatisasikan dalam kelas yang menyerupai siswa kelas V SD Negeri Jenggrik I, Semerter II
kehidupan nyata (yaitu pemilihan ketua, proses 2014/2015
pengambilan keputusan organisasi melalui
musyawarah misalnya) dapat merangsang LANDASAN TEORI
kegiatan belajar siswa, karena isi pembelajaran Faktor—Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
membahas masalah/peristiwa yang terjadi dalam Belajar
kehidupan sehari-hari. Naskah permainan peran Ada banyak faktor yang
dapat direkayasa dan disusun atas dasar materi mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara umum
esensial sebagai media permainan seperti atau faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
menyerupai kehidupan berorganisasi. Interaksi diklasifikasi dalam dua faktor utama yaitu faktor
antar siswa dalam bermain peran membutuhkan dalam diri siswa dan faktor lingkungan. Faktor
keberanian bermain peran, bertanya atau dari diri siswa adalah kemampuan siswa.
merespon jawaban dan kerja sama. Keterlibatan Kemampuan siswa berpengaruh besar terhadap
belajar secara intelektual, emosional dan fisik hasil belajar yang dapat dicapai siswa. Clark
tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai media menemukan bahwa hasil belajar di sekolah 70%
ekspresif siswa dan merupakan wujud nyata dari dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
tindak belajar. Tanpa media, belajar tidak pernah dipengaruhi oleh lingkungan (Clark,1981;12).
akan terjadi (Degeng,1989;150). Akhirnya Selain kemampuan siswa, faktor dalam diri siswa
konsep memahami kebebasan berorganisasi yang yang berpengaruh adalah motivasi belajar, minat
abstrak dapat dikonkritkan dengan menggunakan dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
metode bermain peran. ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis
Padaa teori pembelajaran (Sudjana,1991;39-40). Pengaruh besar dari
dinyatakan bahwa pemberian pengalaman belajar dalam diri siswa merupakan suatu peristiwa yang
dengan cara melibatkan siswa secara aktif logis dan fajar, karena hakekat belajar adalah
melakukan percobaan, demonstrasi, role playing perubahan tingkah laku seseorang yang diniati
akan sangat bermakna bagi siswa (Yohanes dan dikehendaki dengan penuh kesadaran. Siswa
Surya,, 2006;4). Penggunaan metode bermain merasa memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,
peran siswa dapat mengekspresikan berbagai yaitu berprestasi dalam belajar.
kompetensinya seperti dalam kehidupan Sekali pun hasil belajar banyak
organisasi kemasyarakatan, sehingga siswa dipengaruhi oleh dirinya, namun kemampuan
mendapatkan pengalaman langsung dan dapat dan kondiri individu tersebut dapat berkembang
belajar efektif dengan acuan sekernario. maksimal tergantung pada kondisi lingkungan.
Keterlibatan siswa secara intelektual, emosional, Kondisi lingkungan yang berpengaruh besar
dan fisik dalam memainkan peran, adalah kualitas pengajaran. Bloom menyatakan
memungkinkan siswa memahami kebebasan bahwa ada tiga variabel utama dalam teori
berorganisasi secara efektif dan efisien. Akhirnya belajar di Sekolah, yaitu karakteristik individu,
kualitas pengajaran dan hasil belajar stretegi pembelajaran yang bervariasi, dalam
(Bloom,1976;21). Sejalan dengan pandangan ini rekayasa guru memberi layanan belajar
Caroll menyatakan bahwa hasil belajar yang individual. Asas utama dalam Quantum Teaching
dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita,
(a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk antarkan dunia kita ke dunia mereka (De
belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk Porter,2003:7). Mengajar adalah upaya seorang
menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, guru untuk menciptakan sistem lingkungan yang
dan (e) faktor di luar individu (lingkngan) (Lucas memungkinkan terjadinya proses belajar (Raka
at. al, 1977;16). Jadi faktor kemampuan individu Joni dalam Wicjaksono, 1982;2) Sedangkan
(kepribadian) dan kualitas memiliki hubungan pengajaran didefinisikan sebagai upaya
yang signifikan dalam mencapai hasil belajar di membelajarkan siswa (Degeng,1989;5). Agar
Sekolah. Semakin tinggi kemampuan siswa dan terjadi interaksi belajar mengajar yang efektif,
kualitas pengajaran di Sekolah, semakin tinggi efisien dan produktif, maka transfer belajar
pula hasil belajar siswa. memerlukan beberapa kondisi (persyaratan)
Mengenai kualitas pengajaran, (Winarno Surkhmad, 1973;7) Kondisi dari pihak
Sudjana dalam penelitiannya menemukan bahwa siswa harus memiliki kemampuan dan
76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh melibatkan diri secara intelektual, fisik, motivasi
kompetensi guru, dengan rincian; kemampuan untuk belajar. Dari pihak guru harus mempunyai
guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, seperangkat pengetahuan dan strategi mengajar,
penguasaan materi pelajaran memberikan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
sumbangan 32,58% dan sikap guru terhadap menciptakan situasi belajar mengajar secara
mata pelajaran memberi sumbangan 8,60%. profesional.
Selain faktor guru, kualitas pengajaran Pada akhir-akhir ini penggunaan
dipengaruhi oleh karakteristik kelas, antara lain multimedia dalam pembelajaran telah
adalah (a) besarnya kelas, (b) suasana belajar, berkembang demikian pesat, menuntut para guru
dan (c) fasilitas dan sumber belajar untuk belajar dan berlatih untuk mengembangkan
(Sudjana,1991;42). Diduga semakin besar jumlah kompetensi pribadinya. Lozanov,(1978)
siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas, menyatakan bahwa Proses belajar mengajar
semakin rendah kualitas pengajaran dan adalah fenomena yang kompleks. Segala
sebaliknya. Dengan konsepsi yang logis, guru sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan,
tidak mungkin dapat mengembangkan kegiatan dan asosiasi dan sampai sejauh mana anda
belajar yang efektif dalam situasi kelas yang mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan
memiliki jumlah siswa besar melampaui batas pengajaran, sejauh itu pula proses belajar
kemampuan pengamatan nya. Suasana belajar berlangsung (De Porter,2003;3). Dengan
yang dimaksud adalah suasana yang demokratis, menggunakan permainan peran (media) interaksi
siswa diberi kesempatan mengembangkan pembelajaran lebih menarik, aktif, efektif dan
kompetensi pribadinya yang berupa keberanian menyenangkan.
mengemukakan pendapat, berdialog dengan guru Karakteristik siswa berkaitan dengan
dan teman sekelasnya, belajar yang sesuai kemampuan. Hal ini menuntut guru untuk
dengan minat dan perhatian, suasana belajar yang menyesuaikan metode dengan kemampuan
menyenangkan dan lain-lainnya. Pemahaman siswa. Di samping itu siswa memiliki gaya
bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar, belajar yang berbeda-beda. Bagi siswa yang
jelas kurang menunjang kualitas pengajaran. memiliki gaya belajar visual akan lebih mudah
Karena situasi belajar yang demikian kurang belajar dengan membaca. Siswa yang memiliki
mengembangkan kompetensi siswa. Pemilihan gaya belajar auditorial akan lebih mudah belajar
metode mengajar dan penggunaan media dengan mendengarkan. Sedangkan siswa yang
pembelajaran yang tepat akan menentukan memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih
kualitas pembelajaran. mudah belajar dengan mengerjakan. Gaya belajar
Siswa merupakan pribadi yang unik dan tersebut telah mengisyaratkan kepada guru dalam
memiliki karakteristik yang berbeda antara yang memilih metode pembelajaran.
satu dengan yang lain. Dalam belajar setiap
siswa memiliki kecepatan dan gaya belajar yang Bermain Peran
berbeda-beda pula. Karena itu ia membutuhkan Metode pembelajaran merupakan
layanan pembelajaran yang individual meskipun variabel pembelajaran yang memberi kesempatan
dalam pengelolaan belajar klasikal. Pemilihan guru untuk memanipulasi pembelajaran secara
kreatif baik dalam rancangan pembelajaran Penelitian ini dirancang dalam dua
maupun pelaksanaannya. Guru dapat memilih siklus, yaitu subyek diberi pembelajaran tentang
metode yang paling sesuai dengan variabel memahami kebebasan berorganisasi
kondisi pembelajaran yang lainnya. Sunaryo menggunakan metode bermain peran. Setiap
mendifinisikan metode mengajar sebagai cara siklus akan dilaksanakan sebanyak dua kali
yang dipergunakan guru dalam mengadakan pertemuan. Sebelum subyek mendapat
hubungan dengan siswa pada saat perlakuan/tindakan, mereka mendapatkan pre
berlangsungnya pengajaran (Sudjana,1919;76). test. Dalam pertemuan I, siklus I, siswa diberi
Sedangkan metode bermain peran (role playing) pembelajaran tentang konsep organisasi,
sebagai suatu metode pembelajaran merupakan struktur organisasi, siswa dibagi dalam 3
tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi
kelompok (@ 9/10 siswa) dan tugas-tugas
tentang peran dalam kelompok (Yamin,
kelompok. Setelah kelompok terbentuk, setiap
2011;160). Suatu masalah kehidupan nyata dapat
kelompok mengajukan calon ketua organisasi.
diperagakan di dalam kelas, misalnya proses
Jadi ada 3 calon ketua organisasi. Kemudian
pemilihan ketua organisasi, kampanye,
calon ketua memilih tim sukses dan
musyawarah pengurus dan anggota organisasi
merencanakan kampanye. Pada saat
dalam mengambil keputusan dan sebagainya.
perencanaan, guru memberi bimbingan agar
Sanjaya mendifinisikan bermain peran adalah
skernario sesuai tujuan bermain peran.Jika semua
metode pembelajaran sebagian dari simulasi
kelompok telah menyelesaikan perencanaannya,
yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa
guru memberi gambaran umum dan bimbingan
sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual,
siapa, bagaimana dan kapan bermain peran
atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul
dilaksanakan.Pelaksanaan siklus I pertemuan I
pada masa mendatang (Sanjaya, 2007;161). Atas
pada hari Kamis, 19 Januari dan Kamis 26
dasar konsepsi tersebut, dalam penelitian ini
Januari 2014.Setiap siklus disediakan waktu 2 x
motode bermain peran adalah cara yang
3 x 35 menit.
digunakan guru untuk membelajarkan siswa
Siklus II dirancang persis seperti
tentang memahami kebebasan berorganisasi,
yang dirancang dengan memberi kesempatan perencanaan siklus I. Bedanya terletak pada
kepada siswa dalam proses pemilihan ketua permainan peran. Pada siklus 1 peran yang
organisasi dan proses pengambilan keputusan dimainkan adalah calon ketua, juru kampanye,
melalui musyawarah. Keterlibatan siswa secara tim sukses dan pemilih. Sedang pada siklus II,
langsung dalam suatu tiruan organisasi riil akan peran yang dimainkan adalah ketua, sekertaris,
memberi gambaran yang lebih hidup dari pada bendahara dan anggota dalam mengambil
melalui apa yang dilihat dan di dengar dari orang
keputusan melalui musyawarah.Pelaksanaan
atau media lain.
siklus II pertemuan I pada hari Kamis, 02
Pebruari dan Kamis 09 Pebruari 2013.Setiap
siklus disediakan waktu 2 x 3 x 35 menit.Setiap
METODE siklus disediakan waktu 3 x 35 menit x 2
Penelitian ini diawali dengan pertemuan. Setiap akhir permainan peran
menganalisis hasil belajar siswa sebelumnya.
diadakan diskusi dan tanya jawab, sehingga
Hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran adalah
guru dapat menemukan kelebihan dan dapat ditarik kesimpulan tentang materi esensial
kekurangannyabaik itu ketepatan strategi yang didarmatisasikan.
pembelajaran, keterlibatan belajar siswa dan
keberhasilan siswa mencapai KKM. Hasil
temuan refleksi ini digunakan untuk HASIL PEMBAHASAN
memperbaiki perencanaan tindakan untuk Siklus I
pembelajaran siklus I dalam penelitian tindakan Subjek penelitian adalah seluruh siswa
ini. Rencana tersebut diwujudkan dalam kelas V, SD Negeri Jenggrik I yang pada tahun
skernario pembelajaran (RPP) dalam penelitian. 2014/2015 duduk di kelas V. Jumlah siswa
Metode bermain peran dipilih karena sesuai sebanyak 29 siswa, terdiri dari 15 laki-laki dan
dengan tujuan, isi mata pelajaran, kemampuan 14 perempuan. Pada umumnya mereka berasal
guru, kemampuan siswa dan fasilitas belajar dari keluarga petani, peternak, pedagang dan
yang tersedia di Sekolah. tinggal di sekitar Taman Rekreasi Selecta, desa
Hasil Pengamatannya
Siklus II
Setelah perencanaan dan pelaksanaan
diperbaiki berdasarkan hasil refleksi
pembelajaran siklus I, pelaksanaan tindakan
Keterangan : pembelajaran dengan metode bermain peran
S1 (Siklus I)B = berani, TB = tidak berani, P = tentangkemampuan memahami kebebasan
memperhatikan, TP = tidak berorganisasi. Pembelajaran siklus II
memperhatikan, K = kerja sama dan TK dilaksanakan dua kali yaitu Kamis, 02 Pebruari
= tidak kerja sama, MP = motivasi dan Kamis 09 Pebruari 2014. Setiap pertemuan
positif, MN= motivasi negatif, disediakan waktu 2 x 35 menit. Kemudian data
yang berhasil dikumpulkan,setelah ditabulasi dan
Untuk melihat efektifitas metode bermain diklasifikasi, disajikan dalam tabel III dan IV.
peran terhadap pemahaman kebebasan Hasil pengamatannya sebagai berikut
berorganisasi data diperoleh melalui ulangan
harian. Hasil analisis terhadap efek metode
bermain peran disajikan dalam table 2.
Perilaku dalam kegiatan belajar siswa dengan Rata-rata hasil ulangan harian pada siklus
pembelajaran yang menggunakan metode II adalah 75,83 Siswa yang mencapai Kriteria
bermain peran adalah banyak sekali (82,76%) Ketuntasan Minimal (KKM) belajar banyak
siswa berani bermain peran, bertanya atau sekali (25 atau 86,21%}. Siswa yang belum
merespon jawaban, banyak sekali (89,66%) mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
siswa memperhatikan pelajaran,dan banyak belajar sedikit sekali (4 atau 13,79%}. Dari
sekali (93,10%)siswadapat bekerja sama. Dan analisis tersebut di atas, rata-rata hasil belajar
sedikit sekali (17,24%) siswa tidak berani dari siklus I ke siklus II ada peningkatan yaitu
bermain peran, bertanya atau merespon jawaban, 63,00 menjadi 73,00. Hasil belajar siswa yang
sedikit sekali (10,34%) siswa tidak mencapai KKM pun mengalami peningkatan dari
memperhatikan pelajaran,dan sedikit sekali sedikit sekali (12 atau 41,38%) menjadi banyak
(6,90%)siswa tidakdapat bekerja sama. sekali (25 atau 86,21%). Kesimpulanya bahwa
Banyak sekali (87,00%) siswa terlibat belajar prestasi belajar tentang memahami kebebasan
secarapositifdansedikit(13,00%) siswa terlibat berorganisasi dapat ditingkatkan melalui metode
belajar secaranegatifdengan metode bermain bermain peran.
peran.
Dengan demikian dapat diinterpretasi
bahwa banyak sekali (87,00%) siswa terlibat SIMPULAN DAN SARAN
belajar secara positif untuk memahami Simpulan
kebebasan berorganisasi dengan metode bermain Dari hasil analisis dan penginterpretasian
peran,dan sedikit sekali(46,78%) siswa terlibat data, dalam penelitian dapat disimpulkan sebagai
belajar secara negatif untuk memahami berikut :
kebebasan berorganisasi dengan metode bermain Prestasi belajar PKn tentang memahami
peran. Kesimpulanya bahwa metode bermain kebebasan berorganisasi dapat ditingkatkan
peran dapat meningkatkan keterlibatan belajar melalui metode bermain peran. Hal ini
siswa positifuntuk memahami kebebasan ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa
berorganisasi dengan metode bermain peran. mencapai 75,62, dan banyak sekali ( 86,21 % )
Keterlibatan belajar siswa secara positif ini siswa mencapai KKM.
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Keterlibatan belajar siswa tentang
kebebasan berorganisasi dalam siklus II, keberanian bermain peran, menarik perhatian dan
sehingga hasil belajar mencapai.KKM. bekerja sama dapat ditingkatkan melalui metode
bermain peran dari sedikit sekali (41,38) menjadi
banyak sekali (87,00 % ).
OLeh : Wagini
SDN Sidolaju 1 Kec. Widodaren Kab. Ngawi
e-mail: wagini@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi, Sains, Metode Kartu Indeks
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pembelajaran dengan cara belajar aktif model pencocokan ka rtu indeks memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (58,82%), siklus II (76,47%), siklus III (88,23%).
Penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari kembali materi pelajaran yang telah
diterima selama ini yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat dengan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar.
Cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks memiliki dampak positif terhadap daya ingat
siswa, dimana dengan metode ini siswa dipaksa untuk mengingat kembali materi palajaran yang telah
diterima selama ini. Untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan
cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa
dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa
nantinya dapat menemuan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Perlu adanya penelitian yang
lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Sidolaju 1 tahun pelajaran 2014/2015.
PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas pendidikan
Kesejahteraan bangsa tidak hanya di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai
bergantung pada sumber daya alam dan modal terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah
yang berisifat fisik, tetapi bersumber pada melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam
modal intelektual, sosial dan kepercayaan pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya
(kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan
terus menerus memutakhirkan pengetahuan sains materi ajar, serta pengembangan paradigma baru
menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak dengan metodologi pengajaran.
cukup diukur dengan standar lokal saja sebab
perubahan global telah sangat besar Mengajar bukan semata persoalan
mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi
baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam
sains dan teknologi tingkat tinggi, dengan benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
demikian bangsa yang berahasil adalah bangsa mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
yang memiliki standasr komptensi sains dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan
teknologi yang tinggi. hasil belajar yang langgeng. Yang bisa
membuahkan hasil belajar yang langgeng proses yang tideak dapat dilihat dengan nyata
hanyalah kegiatan belajar aktif. proses itu terjadi dalam diri seserorang yang
sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud
Apa yang menjadikan belajar aktif? dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak,
Agar belajar menjadi aktif siswa harus tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam
mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus diri individu dalam mengusahakan memperoleh
menggunakan otak, mengkaji gagasan, hubungan-hubungan baru.
memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, Pengertian Prestasi Belajar
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Sebelum dijelaskan pengertian mengenai
Siswa bahkan sering meninggalkan tempat prestasi belajar, terlebih dahulu akan
duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir dikemukakan tentang pengertian prestasi.
keras (moving about dan thinking aloud) Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang
baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan
pertanyaan tentangnya, dan membahasnya sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu Jadi prestasi adalah hasil yang telah
“mengerjakannya”, yakni menggambarkan dicapai oleh karena itu semua individu dengan
sesuatu dengan cara mereka sendiri, adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap
menunjukkan contohnya, mencoba individu belajar menginginkan hasil yang yang
mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu
tugas yang menuntut pengetahuan yang telah harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya
atau harus mereka dapatkan. prestasinya berhasil dengan baik. Sedang
Salah satu metode untuk pengertian prestasi juga ada yang mengatakan
membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini
satu semester proses belajar mengajar adalah berarti yan dimampui individu dalam
metode pembelajaran bagaimana menjadikan mengerjakan sesuatu.
belajar tidak terlupakan. Metode ini adalah untuk
membantu siswa dalam mengingat materi Pedoman Cara Belajar
pelajaran yang telah diterima selama ini. Selain Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar
itu metode ini diterapkan pada akhir semester yang baik harus dilakukan dengan baik dan
proses belajar mengajar dengan tujuan untuk pedoman cara yang tapat. Setiap orang
membantu siswa agar siap mengahadapi ujian mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri
semester atau ujian akhir. dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin
LANDASAN TEORI kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal
Pengertian Belajar ini disebabkan karena mempunyai perbedaan
Pengertian belajar sudah banyak individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan
dikemukakan dalam kepustakaan. Yang kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam Oleh karena itu tidaklah ada suatu
bidang material, formal serta fungsional pada petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
umumnya dan bidang intelektual pada seorang siswa dalam melakukan kegiatan
khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan
pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan
lebih buruk. belajar yang baik
Untuk dapat disebut belajar, maka
perubahan harus merupakan akhir dari pada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu Belajar
itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan
dari suatu periode yang mungkin berlangsung menjadi dua golongan yaitu:
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri
atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu yang ada merupakan kelanjutan dari
antara lain faktor kematangan atau penemuan sebelumnya.
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, 5). Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu
dan faktor pribadi. dilakukan dengan menggunakan metode
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita ilmiah dalam rangkan menemukan suatu
sebut dengan faktor sosial kebernaran.
Sedangkan yang faktor sosial antara lain Universalitas; kebenaran yang ditemukan
faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, senantiasa berlaku secara umum.
dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
kesempatan yang ada atau tersedia dan bahwa hakikat IPA atau Sains merupakan
motivasi sosial. bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan diperoleh melalui suatu proses dengan
belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu menggunakan metode ilmiah dan diawali
merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh (produk).
faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada
dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar D. Proses Belajar Mengajar IPA atau Sains
akan dapat dilalui dengan lancar dn pada Proses dalam pengertian disini
gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil merupakan interaksi semua komponen atau
belajar yang baik. unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam satu sama lainnya saling berhubungan (inter
kondisi belajar yang tidak menguntungkan, independent) dalam ikatan untuk mencapai
dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh tujuan (Usman, 200: 5).
faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses Belajar diartikan sebagai proses
belajarnya akan terhambat atau menemui perubahan tingka laku pada diri individu berkat
kesulitan. adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang
Akikat IPA atau Sains diutarakan Burton bahwa seseorang setelah
IPA atau sains didefiniksan sebagai suatu mengalami proses belajar akan mengalami
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara perubahan tingkah laku, baik aspek
alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai pengetahuannya, keterampilannya, maupun
dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi
metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
dan pengamatan ilmiah menekankan pada (dalam Usman, 2000: 5).
hakikat IPA atau Sains. Secara rinci hakikat IPA Mengajar merupakan suatu perbuatan
atau Sains menurut Bridgman (dalam Lestari, yang memerlukan tanggungjawab moral yang
2002: 7) adalah sebagai berikut: cukup berat. Mengajar pada prinsipnya
1) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha
atau Sains selalu dapat dinyatakan dalam mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya
bentuk angka-angka. dengan anak didik dan bahan pengajaran yang
2) Observasi dan Eksperimen; merupakan salah menimbulkan proses belajar.
satu cara untuk dapat memahami konsep- Proses belajar mengajar merupakan
konsep IPA atau Sains secara tepat dan dapat suatu inti dari proses pendidikan secara
diuji kebenarannya. keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn
3) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu peran utama. Proses belajar mengajar merupakan
asumsi penting dalam IPA atau Sains bahwa suatu proses yang mengandung serangkaian
misteri alam raya ini dapat dipahami dan perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut timbal balik yang berlangsung dalam situasi
lewat pengukuran yang teliti maka berbagai edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
peristiwa alam yang akan terjadi dapat Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
diprediksikan secara tepat. dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
4) Progresif dan komunikatif; artinya IPA atau berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman,
Sains itu selalu berkembang ke arah yang 2000: 4).
lebih sempurna dan penemuan-penemuan Sedangkan menurut buku Pedoman
Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar
mengajar dapat mengandung dua pengertian, suka menuliskan apa yang dikatakan guru.
yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik
tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18). visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
Dari kedua pendapat tersebut dapat yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk
disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru,
atau Sains meliputi kegiatan yang dilakukan dan membuat catatan. Mereka menggurulkan
guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kemampuan untuk mendengar dan mengingat.
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak Selama pelajaran, mereka mungkin banyak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik
IPA atau Sains. belajar terutama dengan terlibat langsung dalam
kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau
Belajar dapat membawa suatu perubahan gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran,
pada individu yang belajar. Perubahan ini mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara
kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan
dalam belajar merupakan pengalaman yang dan tida karuan. Tentu saja, hanya ada sedikit
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
proses belajar di sekolah. Menurut belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari
Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat
adalah hasil yang dicapai (dilakukan, belajar dengan efektif selama gurunya
dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar mengahadirkan kegaitan belajar yang
merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik.
seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai
serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
Berdasarkan uraian diatas dapat lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras
dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai untuk memahami pelajaran bila tidak ada
oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai
yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat
tersebut dapat diketahui dengan megadakan mulitsensori dan penuh dengan variasi.
penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan Kalangan pendidikan juga mencermati
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah adanya perubahan cara belajar siswa. Selama
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh lima belas tahun terakhir, Schroeder dan
guru. Di samping itu guru dapat mengetahui koleganya (1993) telah menerapkan indikator
sejauh mana keberhasilan guru dalam proses tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa
belajar mengajar di sekolah. baru. MBTI merupakan salah satu instrument
Sejalan dengan prestasi belajar, maka yang paling banyak digunakan dalam dunia
dapt diartikan bahwa prestasi belajar IPA atau pendidikan dan untuk memahami fungsi
Sains adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah perbedaan individu dalam proses belajar.
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari
yang dimilikinya baik aspek kognitif mahasiswa yang masuk memiliki orientasi
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor praktis ketimbang teoritis terhadap
(keterampilan) dalam proses belajar mengajar pembelajaran, dan persentase itu bertambah
IPA atau Sains. setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat
dalam pengalaman langsung dan konkret
daripada mempelajari konsep-konsep dasar
Gaya Belajar
terlebih dahulu dan baru kemudian
Kalangan pendidik telah menyadari menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas
bahwa peserta didik memiliki bermacam cara Schroeder, menunjukkan bahwa siswa sekolah
belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan menengah lebih suka kegiatan belajar yang
sangat baik hanya dengan melihat orang lain benar-benar aktif dari pada kegiatan yang
melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu.
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara
belajar dan mengajar aktif sangat sesuai dengan Sesuai dengan jenis penelitian yang
siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan penelitian ini menggunakan model penelitian
proyek kelompok kecil, presentasi dan debat, tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
dalam kelas, latihan melalui pengalaman, Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari
pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siklus meliputi planning (rencana), action
siswa masa kini “bisa beradaptasi dengan baik (tindakan), observation (pengamatan), dan
terhadap kegiatan kelompok dan belajar reflection (refleksi). Langkah pada siklus
bersama. berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
METODE Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
Rancangan Penelitian pendahuluan yang berupa identifikasi
Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap
Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru gambar berikut.
sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan
kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d)
adminsitrasi social eksperimental. Putaran 1
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan Rencana
Refleksi
bentuk guru sebagai peneliti, penanggungjawab awal/rancanga
penuh penelitian adalah praktisi (guru). Tujuan n
membuat rancangan yang direvisi untuk untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dilaksanakan pada siklus berikutnya. dalam proses belajar mengajar yang telah
5. Observasi dibagi dalam tiga putaran, dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing siklus I adalah sebagai berikut:
putaran dikenai perlakuan yang sama
(alur kegiatan yang sama) dan membahas
satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing
putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan materi yang telah diterimnya selama ini.
perangkat pembelajaran yang terdiri dari Sehingga ingatan siswa terbuka kembali dengan
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan materi yang telah diajarkan selama ini. Selain itu
alat-alat pengajaran yang mendukung. dari permainan ini siswa tidak tahu menjadi tahu
dari jawaban siswa sudah mengetahuai
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan jawabannya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus III
siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal a. Tahap Perencanaan
16 Oktober 2014 di Kelas I dengan jumlah Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
siswa 17 siswa. Dalam hal ini peneliti perangkat pembelajaran yang terdiri dari
bertindak sebagai guru. Adapun proses rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan
belajar mengajar mengacu pada rencana alat-alat pengajaran yang mendukung.
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada b. Tahap kegiatan dan pengamatan
siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus untuk siklus III dilaksanakan pada hari Kamis
II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan tanggal 23 Oktober 2014 di Kelas I dengan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar jumlah siswa 17 siswa. Dalam hal ini peneliti
mengajar. bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi pelajaran dengan memperhatikan revisi pada
tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data bersamaan dengan pelaksanaan belajar
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai mengajar.
berikut Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil penelitian pada siklus
III adalah sebagai berikut:
Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
rata-rata tes formatif sebesar 77,05 dan dari 17 Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan
siswa, yang telah tuntas sebanyak 15 siswa dan 2 bahwa cara belajar aktif model pencocokan
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka kartu indeks memiliki dampak positif dalam
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat
tercapai sebesar 88,23% (termasuk kategori dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami dan penguasaan siswa terhadap materi yang
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya telah disampaikan guru selama ini
peningkatan hasil belajar pada siklus III ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II,
dipengaruhi oleh adanya peningkatan dan III) yaitu masing-masing 58,82%,
kemampuan siswa dalam mempelajari kembali 76,47%, dan 88,23%. Pada siklus III
materi pelajaran yang telah diterapkan selama ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
ini. Juga dari hasil cara belajar aktif model tercapai.
pencocokan kartu indeks ini murid jadi gampang 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
mengingat kembali. Pembelajaran Berdasarkan analisis data,
Refleksi diperoleh aktivitas siswa dalam proses cara
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah belajar aktif model pencocokan kartu indeks
terlaksana dengan baik maupun yang masih dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
kurang baik dalam proses belajar mengajar Hal ini berdampak positif terhadap proses
dengan penerapan belajar aktif. Dari data-data mengingat kembali materi pelajaran yang
yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai telah diterima selama ini, yaitu dapat
berikut: ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-
rata siswa pada setiap siklus yang terus
1. Selama proses belajar mengajar guru telah mengalami peningkatan.
melaksanakan semua pembelajaran dengan 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang Pembelajaran
belum sempurna, tetapi persentase Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek siswa dalam proses pembelajaran Sains
cukup besar. dengan cara belajar aktif model pencocokan
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui kartu indeks yang paling dominan adalah
bahwa siswa aktif selama proses belajar bekerja dengan menggunakan alat/media,
berlangsung. mendengarkan/memperhatikan penjelasan
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
sehingga menjadi lebih baik. aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai Sedangkan untuk aktivitas guru selama
ketuntasan. pembelajaran telah melaksanakan langkah-
langkah belajar aktifdengan baik. Hal ini
Revisi Pelaksanaan terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan
Pada siklus III guru telah menerapkan mengamati siswa dalam mengerjakan
belajar aktif dengan baik dan dilihat dari kegiatan, menjelaskan/melatih menggunakan
Abstrak
Kata kunci : Passing Bawah, Bola voli, Permainan Bola Berantai,Siswa Kelas IV
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan melalui pendekatan permainan bola
berantai dapat meningkatkan kemampuan passing bawah bola voli mini pada siswa Kelas IV SDN
Widodaren 3 Kec Widodaren, Kab Ngawi tahun pelajaran 2015/2016 ? Tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bolavoli mini pada siswa Kelas IV SDN
Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015 / 2016 melalui
permainan bola berantai dalam pembelajaran.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus, tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek
penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN Widodaren 3 Kec Widodaren, Kab Ngawi yang berjumlah
41 siswa. Data hasil belajar passing bawah bolavoli diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar
observasi digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses
pembelajaran passing bawah bolavoli melalui modifikasi permainan bola berantai dalam
pembelajaran.
Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan penilaian tiga aspek yaitu psikomotor,afektif,dan
kognitif.Dari hasil penilaian tersebut, terdapat peningkatan yang signifikan dari kondisi siklus I ke
siklus II. Hasil belajar passing bawah bolavoli yang diperoleh dari siklus I adalah sebanyak 26
siswa atau persentase ketuntasan 63,41%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 35
siswa atau persentase ketuntasan menjadi 85,37% dari jumlah keseluruhan siswa. Sehingga
peningkatan dari siklus I hingga siklus II sebesar 21,96% atau 9 siswa dari jumlah keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa melalui modifikasi permainan bola
berantai dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah bolavoli mini pada siswa kelas IV SDN
Widodaren 3 Kec Widodaren, Kab Ngawi tahun pelajaran 2015/2016. Dan bagi guru Pendidikan
Jasmani di Sekolah Dasar dapat menerapakan pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam
pelajaran Pendidikan Jasmani khususnya pada gerak dasar passing bawah bola voli mini.
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran Pendidikan menyebabkan siswa kurang mampu, kesulitan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan melakukan passing bawah karena permainan
(PENJASORKES) pada siswa Kelas IV SDN bola voli yang sebenarnya sulit diterapkan
Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten menyebabkan anak cepat bosan. Sehingga hasil
Ngawi tahun pelajaran 2015/2016 masih belajar maupun kemampuan passing bawah pada
terdapat beberapa kendala yang dihadapi siswa siswa Kelas IV SDN Widodaren 3 Kecamatan
dalam melakukan olahraga permainan bola voli Widodaren Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
mini, dimana siswa masih mengalami kesulitan 2015/2016 masih rendah, hal ini dibuktikan
dalam belajar passing bawah bola voli mini. dari proses pembelajaran oleh Guru penjaskes
Banyak dijumpai saat pembelajaran bola voli di SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren
passing bawah, siswa merasa takut mencoba Kabupaten Ngawi bahwa nilai hasil belajar
karena merasa sulit melakukannya. Guru passing bawah bola voli kurang memuaskan,
memberikan contoh passing bawah dengan banyak sekali siswa yang belum tuntas, nilai
menggunakan peralatan yang sebenarnya, rata-ratanya di bawah nilai KKM (Kriteria
menggunakan bola yang sebenarnya serta Ketuntasan Minimal ) yaitu 70. Bahkan hanya
permainan yang sebenarnya. Hal ini ada 13 siswa dari 41 siswa yang telah mencapai
angka menuju keberhasilan secara keseluruhan. dibandingkan dengan passing atas. Hal ini
Ditinjau dari kestabilan emosi bahwa, dengan dapat dilihat dalam permainan, jika menerima
bermain bola voli anak akan terbiasa dan servis atau smash yang keras dan tajam harus
terlatih untuk belajar memaknai keberhasilan dan dilakukan dengan passing bawah.
kegagalan baik dalam setiap sub kegiatan Berdasarkan pendapat di atas
permainan maupun permainan secara dapat disimpulkan, passing bawah adalah teknik
keseluruhan. Sedangkan kesadaran tertib hukum dasar memainkan bola dengan mengunakan
dan aturan karena dalam setiap cabang olahraga kedua tangan,dimana perkenaan bola yaitu pada
termasuk permainan bola voli ketentuan yang kedua lengan bawah ynag bertujuan untuk
menjadi aturan permainan tercantum di mengoperkan bola kepada teman seregunya
dalamnya. Dengan adanya aturan permainan untuk dimainkan ke lapangan sendiri atau
anak akan terbiasakan untuk mentaati dan sebagai awal melakukan serangan.
menghormati aturan.
Dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pelaksanaan Passing Bawah
permainan bola voli tersebut akan dapat Passing bawah merupakan satu
memberikan pengaruh terhadap pengembangan pola gerakan yang di rangkaikan secara baik dan
berbagai potensi yang ada pada diri individu ke harmonis agar passing bawah yang dilakukan
arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu, guru menjadi lebih baik dan sempurna. Untuk
pendidikan jasmani dan olah raga harus mencapai hal tersebut seorang siswa harus
senantiasa menciptakan suasana pembelajaran menguasai teknik passing bawah.
permainan bola voli yang dapat mengarahkan Cara melakukannya adalah ibu jari
anak agar nilai-nilai yang terkandung dalam sejajar dan jari-jari tangan yang satu
permainan bola voli dapat dirasakan dan nantinya membungkus jari-jari tangan lainnya. Semua
akan memperoleh hasil yang sesuai dengan penerimaan bola dengan teknik ini sebaiknya
harapan. bola di sentuh persis sedikit lebih atas dari
pergelangan tangan. Sikap lengan dan tangan
Pengertian Passing Bawah diupayakan seluas mungkin dari kedua sikut
Passing merupakan operan bola yang sebaiknya disejajarkan untuk mencegah
dimainkannya kepada teman seregunya. Hal ini terjadinya pergeseran yang
sesuai dengan pendapat Soedarwo dkk (2000:8) memberikan kemungkinan arah bola
yang menyatakan bahwa, “ Passing didalam yang dikehendaki tidak melenceng. Sikap kaki
permainan bola voli adalah usaha ataupun dibuka selebar bahu, dan salah satu kaki berada
upaya seorang pemain bola voli dengan cara di depan. Ketika bola datang cepat dan sangat
menggunakan suatu teknik tertentu yang menukik, maka gunakan sikap penjagaan rendah,
tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang demikian pula jika bola datang tidak terlalu cepat
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dan rendah gunakan sikap penjagaan menengah
dimainkan dilapangan sendiri”. Sedangkan (Amung ma’mun dan Toto Subroto, 2001: 57).
menurut M. Yunus (1992:80) mengemukakan Sedangkan menurut Soedarwo dkk (2000:9)
bahwa “ passing adalah mengoperkan kepada teknik pelaksanaan passing bawah adalah sebagai
teman sendiri dalam satu regu dengan suatu berikut :
teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk
menyusun pola serangan kepada regu lawan”. Sikap permulaan
Oleh karena itu, menguasai teknik dasar passing Ambil sikap siap normal pada saat
bola voli merupakan faktor yang penting dan tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan
harus dipahami serta dikuasai dengan benar. dan juga lengan diturunkan serta tangan dan
Passing bawah merupakan teknik dasar lengan dalam keadaan terjulur kebawah depan
bola voli yang paling awal diberikan dalam lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan
mengajar atau melatih bola voli. G. Durrwachter merupakan papan pemukul yang selalu lurus
(1990:52) menyatakan, “teknik passing bawah keadaannya.
bagi anak didik dirasakan lebih wajar, gampang
dan terutama lebih aman pada saat menerima Sikap saat perkenaan
bola yang keras, dibandingkan dengan gerak Pada saat akan mengenakan bola pada
passing atas yang memerlukan sikap tangan dan bagian sebelah atas dari pada pergelangan tangan
jari khusus”. Dengan demikian passing bawah , ambillah terlebih dahulu posisi sedemikian
memiliki keuntungan yang lebih baik jika hingga badan berada dalam posisi menghadap
pembelajaran penjas.
Rusli Lutan. 1988. Belajar keterampilan
DAFTAR PUSTAKA Motorik Pengantar Teori dan
Metode. Jakarta: Depdikbud.
Agus Kristiyanto. 2010. Penelitian Tindakan Dirjendikti.
Kelas Dalam Pendidikan Jasmani dan
KepelatihanOlahraga Samsudin. 2000. Pembelajaran Pendidikan
JasmaniOlahraga dan Kesehatan
Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. SD. Jakarta: Prenada Media Grup.
Surakarta : Yudistira
Soedarwo, Sunardi & Agus Margono. 2000.
Aip Syarifuddin. 1993. Pendidikan Teori dan Praktek Bolavoli Dasar.
Jasmani dan
Kesehatan. Jakarta : Suharno HP. 1985. Dasar-Dasar permainan
Departemen Pendidikan dan Bolavoli. Yogyakarta : Percetakan
Kebudayaan. Siliwangi.
Amung Ma’mum & Toto Subroto. 2001. Syamsir Aziz. 2005. Permainan Kecil Di SD.
Pendekatan Keterampilan Taktis Jakarta : Universitas Terbuka
Dalam Permainan Bolavoli Konsep
& Metode Pembelajaran. Jakarta
: Depdiknas. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Abstrak
Kata Kunci : Prestasi Belajar IPS, Kooperatif STAD
Tujuan penelitian pembelajaran ini adalah untuk : 1) Meningkatkan prestasi dan ketuntasan
belajar siswa Kelas V SDN Widodaren 3 dalam pelajaran IPS setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif. 2) Mendeskripsikan ketrampilan mengajar guru dalam proses pembelajaran IPS di Kelas V
SDN Widodaren 3 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. 3). Mendeskripsikan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPS di Kelas V SDN Widodaren 3 dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan
untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif,
sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sejumlah 22 siswa di
SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode tes (pre-tes dan pos-tes), dan metode observasi.
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pengamatan Prestasi Belajar IPS siswa melalui
kooperatif STAD tentang Hak dan Kewajiban secara klasikal mengalami peningkatan yang sangat
tinggi. Keaktifansiswa melalui kooperatif STAD tentang Hak dan Kewajiban secara klasikal
mengalami peningkatan.
PENDAHULUAN
Untuk memperbaiki prestasi belajar siswa umpan balik dari pengajaran, sehingga tercapai
maka diperlukan berbagai upaya yang dapat efektifitas maksimal.
menunjang ketuntasan pencapaian proses dan Permasalahan di Kelas V SDN Widodaren
produk pembelajaran IPS. Persiapan materi ajar 3 yang berkaitan denga pembelajaran IPS dapat
dan pelaksanaan proses pembelajaran merupakan perbaikan pembelajarannya, baik proses maupun
kemampuan utama yang harus dimiliki oleh produknya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
seorang guru agar mampu mengelola kegiatan maka perlu dilakukan penelitian tindakan pada
pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Kelas V SDN Widodaren 3, terutama pelajaran
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang IPS pada pokok materi Hak dan Kewajiban. Hal-
guru, melainkan tugas yang sangat komplit hal yang perlu dilakukan perbaikan adalah
antara lain sebagai fasilitator dan distributor. pemahaman siswa pada pelajaran IPS, khususnya
Dalam mengajar guru harus berhadapan dengan pada pokok materi Hak dan Kewajiban. Karena
kelompok siswa. Mereka adalah makhluk hidup materi tersebut merupakan materi pada semester
yang memerlukan bimbingan dan pembinaan dua yang banyak siswa mengalami kesulitan. Hal
untuk menuju kedewasaan, bertanggung jawab lain yang perlu adanya perbaikan adalah
pada diri sendiri, berkepribadian yang baik serta ketrampilan mengajar guru dan aktivitas siswa
berbudi pekerti luhur dan berakhlak. Mengajar dalam proses pembelajaran.
yang efektif tergantung pada kesiapan guru Berangkat dari uraian di atas, diperlukan
dalam mengelola dan menciptakan kondisi atau usaha dari guru untuk lebih bisa
sistem lingkungan yang mendukung dan mendemontasikan dan menjelaskan kepada siswa
memungkinkan berlangsungnya proses belajar. konsep-konsep dasar hak dan kewajiban yang
Belajar yang efektif tergantung pada corak bersifat abstrak. Untuk mengatasi hal tersebut
kemaknaan yang penuh dari belajar itu sebagai dapat digunakan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif mengacu pada ,
pertama kompetensi ilmiah, yaitu ketrampilan 2. Bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan,
siswa dalam memahami konsep-konsep IPS kreatifitas, pemahaman, prestasi dan
dengan benar,kedua kompetensi sosial, yaitu ketuntasan belajar dan sikap saling
kemampuan/ketrampilan siswa dalam menghargai antara sesama siswa.
bersosialisasi dengan cara bekerja sama dalam 3. Dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam
suatu kelompok untuk memahami konsep-konsep mengembangkan strategi pembelajaran yang
yang sulit dan menyelesaikan suatu inovatif dan aplikatif.
permasalahan agar dapat terselesaikan dengan 4. Penerapan model pembelajaran kooperatif
baik, ketiga kompetensi komunikasi, yaitu yang baik sebagai salah satu alternatif dalam
ketrampilan siswa dalam mempresentasikan dan meningkatkan prestasi belajar IPS di
menyampaikan laporannya kepada seluruh kelas. sekolah dasar.
perolehan skor 159 dan pada siklus II mengalami yakni 84%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan sebesar 170 sehinggga rata-rata melalui model cooperative learning tipe STAD
perolehan skor dari siklus I 73,61% dan pada dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siklus II meningkat menjadi 78,7% . Demikian Matematika tentang garis dan sudut bagi siswa
juga dengan perolehan rata rata nilai yaitu pada kelas 7A SMP Negeri 1 Kedungbanteng pada
siklus I sebesar 73,27 dan pada siklus II semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Dari
mengalami peningkatan sebanyak 78,33. Dengan kondisi awal minat belajarnya rendah menjadi
demikian presentasi ketuntasan siswa dalam kondisi akhir minat belajarnya tinggi. Hal ini
pembelajaran Prestasi Belajar IPS meningkat ditunjukkan dengan siswa lebih aktif, lebih
secara signifikan yaitu pada siklus I sebesar 61% semangat, rajin membuat catatan materi
meningkat pada siklus II sebesar 77 % melebihi pelajaran matematika, mengerjakan soal-soal
ketuntasan klasikal sebesar 75 %. matematika secara berkelompok, dan siswa lebih
siap dalam menerima pembelajaran dengan ceria.
Keaktifan Belajar Siswa Dan dari hasil belajar nya diperoleh bahwa pada
Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi awal nilai rata-ratanya 51,96 menjadi
pengamatan terhadap keaktifan siswa di Kelas V 70,56 pada kondisi akhir (naik 18,6) dan
SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren ketuntasan belajarnya 13% pada kondisi awal
Kabupaten Ngawi pada siklus I dan siklus II menjadi 81% pada kondisi akhir (naik 68%).
mengalami peningkatan. Peningkatan keaktifan Pada kondisi akhir ketuntasan belajar kelasnya
siswa dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: sudah tercapai karena sudah melampaui target
indikator keberhasilan yang sudah ditentukan
yaitu 80%.
Penelitian lain yang mengunakan Model
Pembelajaran STAD adalah Khaerul Anwar dari
universitas Medan.Judul penelitiannya adalah
penggunaan Model Pembelajaran Tipe STAD
(Student Teams Achivement Division) Terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
(Studi Komparasi Terhadap Metode Ceramah Di
SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan Tahun
Dilihat dari grafik diatas dalam menilai
Pelajaran 2012-2013). Dari hasil penelitian ini
keaktifan belajar siswa secara garis besar
diperoleh, peserta didik yang berasal dari kelompok
kegiatan belajar mengajar dengan Kooperatif
pembelajaran kooperatif rata-rata seluruhnya 64
STAD tentang Hak dan Kewajiban juga dapat
dengan standart deviasi 13,32dan peserta didik
terlaksanakan dengan baik . Dilihat dari
yang mendapat pembelajaran konvensional dengan
perolehan rata-rata nilai sebesar 77,11 dan
rata-rata skor seluruhnya 53,75dengan standard
presentasi perolehan ketuntasan siswa mencapai
deviasi 13,44.
77,77% atau 14 siswa yang mendapat nilai diatas
Dari hasil perhitungan didapat harga thitung =
KKM dan hanya 4 siswa yang mendapat nilai
0,55 dan ttabel = 1,997 berarti thitung ttabel maka
dibawah KKM (Nilai KKM 70) dari 18 siswa,
hipotesis diterima. Dengan perkataan lain data
sudah melebihi ketuntasan klasikal yang sudah
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran
ditetapkan di SDN Widodaren 3 sebesar 75 %.
kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh yang
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
signifikan terhadap hasil belajar pendidikan
penelitian yang dilakukan oleh Rina Muharti
kewarganegaraan peserta didik di SMP Negeri 9
yang berjudul Peningkatan Minat Dan Hasil
Kota Tangerang Selatan.
Belajar Matematika Tentang Garis Dan Sudut
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Melalui Model Cooperative Learning Tipe
ada perbandingan positif hasil belajar antara model
STAD Bagi Siswa Kelas 7 A SMP Negeri 1
pembelajaran tipe STAD dan metode Ceramah.
Kedungbanteng Pada Semester 2 Tahun
Dan dalam hal ini model pembelajaran tipe STAD
2013/2014. Dengan hasil perbaikan tedapat 50%
lebih di unggulkan.
siswa yang mampu melencapai KKM, KKM
pada sekolah tersebut adalah 7,50 setelah
SIMPULAN DAN SARAN
diadakan perbaikan pada siklus I terjadi
Simpulan
peningkatan yakni 13% menjadi 63% dalam
Secara umum dapat disimpulkan bahwa :
perbaikan pada siklus II terjadi peningkatan lagi
Penerapan pembelajaran Kooperatif Model
http://imankoekoeh.blogspot.com/2013/12/tes-
pengukuran-penilaian-dan evaluasi.html
Oleh : Suparti
SDN Wonokerto 4 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: suparti@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi, Bola Tangan Metode Inkuiri
Permasalahan yang sering timbul di sekolah adalah kurangnya motivasi siswa untuk giat
mengikuti pelajaran olahraga. Siswa enggan mengikuti latihan – latihan olahraga yang
diselenggarakan oleh guru karena mereka menganggap latihan – latihan tersebut melelahkan. Mereka
lebih senang tinggal di kelas dengan berbagai alasan daripada bermain di lapangan.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh
pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut
Pembelajaran dengan metode pembelajaran metode inkuiri memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (48,72%), siklus II (87,18%), sedangkan untuk ranah afektif yaitu
siklus I (69,23%), siklus II (94,87%)
Penerapan metode pembelajaran metode inkuiri mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengna rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran metode inkuiri sehingga
mereka menjati termotivasi untuk belajar sehingga bisa digunakan untuk meningkatkan prestasi dalam
permainan bola tangan.
PENDAHULUAN
Kualitas kehidupan bangsa sangat negara yang di survei. Sementara itu, Third
ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran Matematics and Society Study (TIMSS), lembaga
pendidikan sangat penting untuk menciptakan yang mengukur pendidikan di dunia, melaporkan
kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan bahwa kemampuan matematika siswa SMP kita
demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan berada pada urutan ke-34 dari 38 negara,
pendidikan harus selalu dilakukan untuk sedangkan kemampuan IPA berada di urutan ke-
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. 32 dari 38 negara. Jadi, keadaan pendidikan kita
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai memang memprihatinkan. Untuk itu
melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya pembaharuan harus dilakukan.
peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan Permasalahan ini disebabkan oleh
dapat menaikkan harkat dan martabat manusia banyak faktor salah satunya adalah mutu
Indonesia. Untuk mencapai itu pendidikan harus kesehatan yang rendah di masyarakat Indonesia.
adaptif terhadap perubahan zaman. Kepedulian terhadap kesehatan ternyata masih
Memasuki Abad ke-21 ini, keadaan SDM sangat kurang. Hal ini harus di waspadai sebagai
kita sangat tidak kompetitif. Menurut catatan bentuk ancaman yang serius terhadap
Human Development Report Tahun 2003 versi perkembangan anak didik sebagai penerus
UNDP, peringkat HDI (Human Development generasi bangsa.
Index) atau kualitas Sumber Daya Manusia Anak usia sekolah adalah investasi
Indonesia berada di urutan 112. Indonesia berada bangsa, karena mereka adalah generasi penerus
jauh di bawah Filipina (85), Thailand (74), bangsa. Kualitas bangsa di masa depan
Malaysia (58), Brunai Darussalam (31), Korea ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya
Selatan (30), Singapura (28). Organisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia harus
Internasional yang lain juga menguatkan hal itu. dilakukan sejak dini, sistematis dan
International Education Achivement (IEA) berkesinambungan.
melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa Tumbuh berkembangnya anak usia
SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 sekolah yang optimal tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik menggunakan telapak tangan mereka”. Lebih
serta benar. Selain itu memperkenalkan anak jauh lagi, pada tahun 1793 masyarakat Inuit yang
pada olahraga sejak dini juga dapat membantu hidup didataran hijau menggambarkan dan
mempercepat perkembangan anak lebih sehat. membuat ilustrasi permainan bola dengan
Dalam masa tumbuh kembang tersebut menggunakan tangan. Pada tahun 1848 seorang
pemberian nutrisi dan olahraga merupakan administrasi olahraga Denmark memberikan izin
tanggung jawab bersama antara orang tua dan untuk “permainan bola tangan” agar dimainkan
guru disekolah. Kerjasama orang tua siswa di sekolah lanjutan di Ortup Denmark dan
dengan sekolah akan sangat membantu guru mendorong untuk segera menyertakan aturan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. dalam permainan bola tangan.
Pelajaran jasmani merupakan materi
pendidikan yang menyangkut ilmu kesehatan dan Prestasi Belajar Penjaskes
olah fisik di sekolah. Pelajaran ini bertujuan Belajar dapat membawa suatu perubahan
untuk membangun kesehatan mental dan fisik pada individu yang belajar. Perubahan ini
siswa. Pencapaian prestasi akademis di bangku merupakan pengalaman tingkah laku dari yang
sekolah tanpa ditunjang dengan mental dan fisik kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman
yang sempurna mustahil dapat dicapai. dalam belajar merupakan pengalaman yang
Permasalahan yang sering timbul di sekolah dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam
adalah kurangnya motivasi siswa untuk giat proses belajar di sekolah. Menurut
mengikuti pelajaran olahraga. Siswa enggan Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar
mengikuti latihan – latihan olah raga yang adalah hasil yang dicapai (dilakukan,
diselenggarakan oleh guru karena mereka dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar
menganggap latihan – latihan tersebut merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh
melelahkan. Mereka lebih senang tinggal di kelas seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja
dengan berbagai alasan daripada bermain di serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
lapangan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan
bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa
LANDASAN TEORI dengan melibatkan seluruh potensi yang
Masa Yunani Kuno olahraga bola tangan dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan
merupakan salah satu olahraga yang sampai saat belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
ini dapat ditelusuri kebenaran sejarahnya dan diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil
telah berusia sangat tua. Sebuah fakta yang belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui
meyakiinkan telah menunjukkan bahwa seorang sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
laki-laki akan senantiasa lebih mahir pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping
menggunakan tangan dari pada kakinya. itu guru dapat mengetahui sejauh mana
Sebagaimana telah diklaim oleh sejarawan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
olahraga terkenal, bahwa ia memainkan di sekolah.
bolatangan jauh lebih awal dari pada sepakbola. Sejalan dengan prestasi belajar, maka
Permainan bola tangan yang dimainkan pada dapt diartikan bahwa prestasi belajar Penjaskes
masa Yunani kuno merupakan sebuah isyarat adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah
terciptanya olahraga bolatangan modern. Dimana melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi
bentuk permainan dan peraturannya masih sangat yang dimilikinya baik aspek kognitif
berbeda. Permainan “urania” yang dimainkan (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
oleh orang-orang Yunani kuna dan Harpaston (keterampilan) dalam proses belajar mengajar
yang dimainkan oleh orang-orang Romawi. Penjaskes.
Sebagaiman dalam “Fangballspiel” atau .
permainan “tangkap bola” yang diperkenalkan C. Teknik Dasar Tembakan Permainan Bola
dalam sebuah lagu oleh seorang penulis puisi Tangan
Jerman bernama Walther Von der Vogelwiede, Jenis tembakan dalam permainan bolatangan
dimana semua keterangan tersebut merupakan 1. Center Shot (tembakan tengah)
tanda-tanda pasti yang bias digambarkan sebagai bagi yang menggunakan tangan kiri : kaki
bentuk kuno dari permainan bolatangan. Di kanan didepan, tangan kanan : kaki kiri
Perancis, seorang yang bernama Rabelais didepan
menggambarkan bentuk permainan bolatangan
dengan “mereka bermain bola tangan
pada saat bersamaan tarik lengan di atas Mendarat dengan kedua kaki secara
bahu sampai ke belakang bersamaan pemain dengan tangan kanan:
lengan bagian depan membentuk sudut 90 meloncat dengan kaki kiri pemain dengan
derajat dengan lengan atas tangan kiri : meloncat dengan kaki kanan.
pinggang berputar ke samping bersama- 5. Flaying Shot When Running (tembakan
sama dengan lengan lempar melayang dengan berlari)
tangan dibelakang bola, jari-jari tangan di Selama lari ke depan, bawa bola setinggi
bentangkan dengan luwes bahu
langkah ketiga dan terakhir saat ke depan Langkah ketiga kuat dan lebar
harus lebar dan kuat Di udara, pinggang sebaiknya ditarik ke
kaki menghadap ke arah gawang belakang bersamaan dengan lengan lempar
tangan di belakang bola, namunbola jangan Tarik kedua kaki ke atas secara horizontal
di tekan keras Pinggang tarik ke belakang
ketika kaki yang lain meninggalkan lantai, Lengan mengikuti gerakan ke depan dengan
lengan yang digunakan untuk melempar kuat
setinggi telinga.
2. Center Shot When Running (tembakan Metode Inkuiri
tengah dengan berlari) Metode inkuiri adalah metode yang
Bola dipegang dengan kedua tangan mampu menggiring peserta didik untuk
Kaki kanan berada di udara ketika menyadari apa yang telah didapatkan selama
menangkap belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik
Bagi yang menggunakan tangan kanan: kaki sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa ,
kiri di depan, tangan kiri: kaki kanan di 2003:234).
depan Kendatipun metode ini berpusat pada
Pada langkah terakhir, bola di bawa setinggi kegiatan peserta didik, namun guru tetap
bahu memegang peranan penting sebagai pembuat
Langkah terakhir :lebar dan kuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
Lengan ditarik kebelakang kemudian segera menggiring peserta didik untuk melakukan
kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan
lepaskan ke depan dengan kuat
3. Center Shot Hip Height (tembakan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan
pinggang) komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru
berkewajiban memberikan kemudahan belajar
Bola dipegang dengan kedua tangan
melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
Kaki kanan berada di udara ketika
menggunakan fasilitas media dan materi
menangkap
pembelajaran yang bervariasi.
Bagi yang menggunakan tangan kanan: kaki Inkuiri pada dasarnya adalah cara
kiri di depan, tangan kiri: kaki kanan di menyadari apa yang telah dialami. Karena itu
depan inkuiri menuntut peserta didik berfikir. Metode
Pada langkah terakhir, bola dibawa setinggi ini melibatkan mereka dalam kegiatan
bahu intelektual. Metode ini menuntut peserta didik
Langkah terakhir : lebar dan kuat memproses pengalaman belajar menjadi suatu
Lengan ditarik ke belakang kemudian segera yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
lepaskan ke depan dengan kuat. demikian , melalui metode ini peserta didik
4. Flying shot (tembakan melayang) dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Selama lari ke depan, bawa bola setinggi Langkah-langkah dalam proses inkuiri
bahu adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
Langkah ketiga kuat dan lebar sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta
Di udara, pinggang sebaiknya ditarik menarik kesimpulan dan membuat keputusan
kebelakang bersamaan dengan lengan yang valid untuk menjawab permasalahan yang
lempar didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
Tarik kedua kaki ke atas secara horizontal menggunakan kesimpulan untuk menganalisis
Pinggang tarik ke belakang data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Lengan mengikuti gerakan ke depan dengan Strategi pelaksanaan inkuiri adalah: (1)
kuat Guru memberikan penjelasan, instruksi atau
pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan
(2) Memberikan tugas kepada peserta didik transfer pada situasi proses belajar yang baru.
untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannyac) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan
dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terbuka.
terhadap persoalan-persoalan yang mungkind) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi
menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari kepuasan yang bersifat intrinsik.
sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuke) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
rumusan sebagai kesimpulan yang dapatf) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236). individu.
Metode inkuiri menurut Roestiyahg) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
(2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yangh) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
dipergunakan guru untuk mengajar di depani) Dapat memberikan waktu kepada siswa
kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu secukupnya sehingga mereka dapat
masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, Metode inkuiri menurut Suryosubroto
kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau (2002:192) adalah perluasan proses discovery
membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses
hasil kerja mereka di dalam kelompok inqury mengandung proses-proses mental yang
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan problema, merancang eksperimen, melakukan
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk
kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, Contoh latihan keterampilan membuat tas dari
hal itu perlu diperhatikan. mute/pernik-pernik.
Guru menggunakan teknik bila
mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh METODE
tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri Rancangan Penelitian
pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, Penelitian ini merupakan penelitian
dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. tindakan (action research) Karena penelitian
Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan dilakukan untuk memecahkan masalah
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
nantinya. Juga mereka diharapkan dapat termasuk penelitian dskriptif, sebab
berdebat, menyanggah dan mempertahankan menggambarkan bagaimana suatu teknik
pendapatnya. Inkuiri mengandung proses mental pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
yang lebih tinggi tingkatannya, seperti yang diinginkan dapat dicapai.
merumuskan masalah, merencanakan Menurut Oja dan Sumarjan (dalam titik
eksperimen, melakukan eksperimen, sugiarti, 1997:8) ada 4 macam bentuk penelitian
mengumpulkan dan menganalisa data, menarik tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru
kesimpulan. Pada metode inkuiri dapat sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif
tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat terinteratif dan (4) penelitian tindakana social
mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. eksperimental.
Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas Dalam penelitian tindakan ini
berarti siswa sedang melakukan inkuiri. menggunakan bentuk penelitian kolaboratif
Teknik inkuiri ini memiliki keunggulan dengan guru mata diklat dan di dalam proses
yaitu : belajar mengajar dikelas yang bertinak sebagai
a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep pengajar adalah guru mata diklat sedangkan
dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat peneiti bertindak sebagai pengamat, penanggung
mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan jawab penuh penelitian tindakan adalah
lebih baik. pengamat (peneliti). Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah meningkatkan mengacu pada rencana pelajaran yang telah
hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti dipersiapkan.
secara penuh terlibat dala penelitian mulai dari Pengamatan (observasi) dilaksanakan
perencanaan, tindakan, pengamatan dan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
refleksi. mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dibantu oleh seorang guru.
dengan guru mata pelajaran, kehadiran peneliti Pada akhir proses belajar mengajar siswa
sebagai guru di tengah-tengah proses belajar diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengajar sebagai pengamat diberitahukan mengetahui keberhasln siswa dalam proses
kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan belajar mengajar yang telah dilakukan.
adanya kerja sama yang kompak. Dalam Adapun data hasil penelitian pada siklus I
penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan adalah sebagai berikut:
dalam bentuk proses pengkajian berdaur yang
terdiri atas empat tahap yaitu : planning
(rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Pada tahap perencanaan yaitu tindakan apa
yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan menulis puisi.
Perencanaan harus dibuat oleh peneliti sebelum
peneliti melangkah lebih lanjut.
Pada tahap tindakan merupakan tindakan
apa yang akan dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan dan peningkatan. Dalam hal ini, upaya
perbaikan terhadap siswa tentang kesalahan-
kesalahan siswa setelah siswa menulis puisi.
Pada tahap observasi atau pengamatan,
yaitu mengamati hasil dari tindakan yang
dilakukan penulis terhadap siswa. Kesalahan
siswa ,kesulitan siswa, dan tanggapan siswa
dijadikan pertimbangan untuk perencanaan siklis
berikutnya.
Pada tahap refleksi yaitu tindakan
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
guru yang paling dominan pada siklus I adalah
atau dampak tindakan dari berbagai kriteria.
menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan
Berdasarkan refleksi tersebut, penulis bersama-
mengamati siswa dalam menemukan konsep
sama guru lain dapat melakukan revisi,
yaitu
perbaikan, terhadap awal untuk rencana
21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup
berikutnya.
besar adalah memberi umpan
balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi
HASIL PEMBAHASAN
yang sulit dan membimbing siswa merangkum
Siklus I
pelajaran yitu masing-masing sebesar18,3 %
a. Tahap Perencanaan
dan13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
paling dominant adalah
pembelajaran yang terdiri dari rencana
mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru
pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang persentasenya
pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
cukup besar adalah bekerja dengan sesama
dipersiapkan lembar observasi pengelolahan
anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan
pembelajaran metode inkuiri dan lembar
guru, dan membaca bukup yaitu masing-masing
observasi aktivitas siswa.
18,8 % dan 11,5 %
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengaja
belajar mengajar dengan metode inkuiri sudah
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal
dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru
Oktober 2016 di kelas V dengan jumlah siswa
masih cukup dominant untuk memberikan
39 siswa. Adapun proses belajar mengajar
penjelasan dan arahan karena model tersebut mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
masih dirasakan baru oleh siswa. proses belajar mengajar yang dilakukan.
Instrument yang digunakan adalah tes praktek II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II
adalah sebagai berikut
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas pertemuan terbimbing memiliki dampak
guru yuang paling dominant pada siklus II adalah positif dalam meningkatkan prestasi
membimbing dan mengamati siswa melakukan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan semakin mantapnya pemahaman siswa
siklus I aktivitas ini mengalami peningkatan. terhadap materi yang disampaikan guru
Aktivitas guru yang mengalami penurunan (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,
adalah memberi umpan balik (16,6%), dan II) untuk ranah psikomotor yaitu
menjelaskan/melatih menggunakan alat (11,7). 48,72 %,87,18 % sedangkan untuk ranah
Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan afektif yaitu 69,23% dan 94,87%. Pada
hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa siklus II ketuntasan belajar siswa secara
memperbaiki kesalahan (6,7%) klasikal telah tercapai
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling Pembelajaran
diminan pada siklus II adalah praktik Berdasarkan analisis data,
menggunakan alat yaitu (21%). Jika diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar
dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengajar dengan menerapkan metode inkuiri
mengalami peningkatan . aktivitas siswa yang dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
mengalami penurunan adalah Hal ini berdampak positif terhadap prestasi
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
(17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa meningkatnya nilai rata—rata siswa pada
dengan guru (13,8%), mempraktekkan yang setiap siklus yang terus mengalami
relavan dengan KBM (7,7%) dan merangkum peningkatan.
pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa
yang mengalami peningkatan aalah
memperhatikan peragaan (12,1%) menyajikan 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/ Berdasarkan analisis data, diperoleh
mengajukan pertanyaan/ide (5,4%) dan berlatih aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
bersama siswa lain (10,8%) dengan model pembelajaran metode inkuiri
paling dominan adalah belajar dengan sesama
anggota kelompok, mendengarkan
/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi
antara siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Oleh : Sinto
SDN Jenggrik I Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: sinto@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci : Kemampuan Service Atas, Model Pembelajaran Drill
Hasil penelitian tindakan kelas, pada mata pelajaran Penjas drill dan bermain dengan
menggunakan pendekatan pembelajr di kelas V SDN Jenggrik 1 , maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu perhatian siswa akan terfokus pada pelajaran jika guru menyajikannya
menggunakan pendekatan yang sesuai dapat meningkatkan hasil belajardan aktifitas belajar siswa,
hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata tes formatif , pada mata pelajaran Penjas di kelas V diperoleh
nilai pra siklus 5.33, siklus I 6.00 dan siklus II 8.22, terlihat ada peningkatan yang signifikan dari
setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil penelitian pendekatan pembelajaran drill dan bermain dalam
pembelajaran Penjas di sekolah dasar dapat merangsang siswa untuk memahami dan menemukan
pemecahan masalah yang ditemuinya selama proses pembelajaran, menemukan ide dan gagasan baru
dalam memodifikasi keadaaan yang disaksikan langsung, menumbuhkan sifat kritis yang dinyatakan
dalam wujud kemauan bertanya dan mengemukakan pendapat serta melatih keterampilan siswa
dalam mengkomunkasikan hasil suatu kegiatan baik secara lisan, tertulis maupun praktek. Dengan
kata lain, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dalam pembelajaran
lebih meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dan mengefektifkan pencapaian tujuan, baik
tujuan secara umum maupun khusus.
Dalam setiap pembelajaran Penjas disarankan bagi pelaksana pendidikan untuk melaksanakan
pembelajaran dengan mengunakan strategi yang sesuai dengan karakter siswa dan lingkungannya,
juga disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dan
melibatkan siswa di dalamnya. Setiap pembelajaran diusahakan mengunakan media yang sesuai dan
media penunjang lainnya untuk membuktikan konsep-konsep pembelajaran agar siswa memahami
konsep-konsep tersebut secara optimal.
PENDAHULUAN
Pembaharuan dalam pengertian menyesuaikan pengajarannya dengan perubahan
pendidikan merupakan suatu upaya lembaga itu, guru harus dapat mengikuti perkembangan
untuk menjembatani masa sekarang dan masa itu”.Prinsip sains merupakan dasar dalam
yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pengembangan teknologi, sedangkan hasil
program kurikulum atau metodologi pengajaran teknologi akan membantu para ahli untuk
yang baru sebagai jawaban atas perkembangan melakukan proses sains sehingga ditemukan
internal dan eksternal dalam dunia pendidikan produk-produk sains yang baru. Menurut Hillda
yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas Karli & Margaretha Sri Yuliariatiningsih ( 2002 :
(Wijaya, 1998 : 2). 121 ) bahwa pengembangan kemampuan siswa
Pembaharuan di bidang pendidikan harus dalam bidang sains merupakan salah satu kunci
terus menerus dilaksanakan sejalan dengan keberhasilan peningkatan kemampuan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. konseptual dan prosedural.
Dengan demikian, menuntut para pendidik untuk Guru sebagai faktor utama keberhasilan
menyesuaikan pengajarannya pada pengajaran dituntut kemampuannya untuk dapat
perkembangan tersebut. Hal ini sejalan dengan menyampaikan bahan ajar kepada siswa dengan
apa yang dikatakan Riseffendi (1991 : 21), baik. Untuk itu guru perlu mendapat pengetahuan
“Kehidupan di dunia ini berubah, teknologi tentang materi dan cara yang tepat dan efektif
berubah, masyarakat berubah, pengajaran dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan
berubah, semuanya berubah. Untuk dapat melihat langsung, anak dapat termotivasi untuk
membangun gagasan-gagasan yang menarik dan karakter akan tumbuh ke arah yang sesuai
membentuk konsepsi sendiri. dengan tuntutan masyarakat.
Untuk keberhasilan pembelajaran guru Menurut Herry Koesyanto (2003:10),
harus kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar adalah berusaha atau berlatih agar
belajar lebih baik jika lingkungan belajar mendapatkan kepandaian. Arti belajar dasar
diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermain bola voli tak lain adalah berlatih teknik
baik bermakna jika siswa mengalami apa yang dasar bola voli agar terampil dalam bermain bola
dipelajari agar siswa memiliki kompetensi yang voli. Adapun teknik dasar bola voli yang dapat
diharapkan. Bukan sekedar mengetahui saja. dipelajari diantaranya adalah teknik dasar servis,
Pembelajaran yang berorientasikan pada pas (passing), umpan (set-uper), smash, dan
keterampilan proses ini diharapkan dapat bendungan (block).
meningkatkan pemahaman pada materi Servis merupakan salah satu teknik
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar dalam permainan bola voli. Pada mulanya servis
siswa hanya merupakan pukulan awal untuk
Siswa dalam pembelajaran dimulainya suatu permainan, tetapi jika ditinjau
dPenjas ndang sebagai individu yang sedang dari sudut taktik sudah merupakan suatu
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan serangan awal untuk diperoleh nilai agar suatu
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan regu berhasil diraih kemenangan (M. Yunus,
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak 1992:68-69). Pendapat serupa juga dinyatakan
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, Beutelstahl (2005:9), bahwa mulanya servis
melainkan organisme yang sementara berada hanya dPenjas ndang sebagai pukulan
pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan permulaan saja, cara melempar bola untuk
belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat memulai permainan. Tetapi servis kemudian
perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan berkembangan menjadi suatu senjata yang
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur ampuh untuk menyerang. Servis harus dilakukan
atau “penguasa” yang memaksakan kehendak, dengan baik dan sempurna oleh semua pemain,
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar karena kesalahan pemain mengakibatkan
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap pertambahan angka dari lawan dan uniknya lagi
perkembangannya. setiap pemain harus melakukan servis ini.
Siswa memiliki kecenderungan untuk Demikian pentingnya kedudukan servis dalam
belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. permainan bola voli, akan teknik dasar servis
Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang harus dikuasai dengan baik. Oleh karena itu
dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah, servis harus keras dan terarah dengan tujuan agar
belajar bagi mereka adalah mencoba tidak mudah diterima oleh lawan yang berarti
memecahkan setiap persoalan yang menantang. pihak pemegang servis mendapatkan agka.
Dengan demikian, guru berperan dalam memilih Servis ada bermacan-macam, di mana
bahan-bahan belajar yang dianggap penting masing-masing memiliki nama, sifat dan teknik
untuk dipelajari oleh siswa. sendiri-sendiri. Menurut Suharno HP. (1979:12),
Kegiatan belajar yang berlangsung di ada dua macam pukulan servis yang di kenal dan
sekolah yang bersifat formal, disengaja sering dimainkan yaitu servis tangan bahwan dan
direncanakan dengan bimbingan guru dan bentuk servis tangan atas. Servis atas adalah servis yang
pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai dan sering digunakan oleh pemain pemula, karena
dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan servis ini merupakan servis yang sangat
belajar, dipersiapkan bahan yang harus dipelajari, sederhana dan mudah. Gerakan servis atas lebih
dipersiapkan juga metode pembelajaran yang alamiah dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu
sesuai dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui besar (M. Yunus, 1992:69). Jadi servis ini sesuai
kemajuan belajar siswa. diajarkan terutama untuk pemain yang masih
Bola voli merupakan salah satu cabang dalam taraf belajar/berlatih seperti anak sekolah.
olahraga permainan yang termasuk dalam materi Penggunaan pendekatan pembelajaran
pokok pendidikan jasmani. Banyak manfaat yang yang tepat bagi siswa yang sedang belajar servis
diperoleh dengan bermain bola voli yang akan memudahkan pelaksanaan proses belajar
diantaranya adalah dapat membentuk sikap tubuh mengajar guna mencapai tujuan yang telah
yang baik meliputi anatomis, fisiologis, ditetapkan. Adapun salah satu pendekatan
kesehatan dan kemampun jasmani. Manfaatnya pembelajaran yang dapat digunakan untuk
bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan meningkatkan kemampuan servis bola voli yaitu
pendekatan drill dan bermain. Dari kedua mana suatu organisme berubah prilakunya
pendekatan pembelajaran tersebut masing- sebagai akibat pengalaman ( Strategi Belajar
masing memiliki karakteristik yang berbeda dan Mengajar, 2004:2.3), Juga menurut Gagne
belum diketahui pendekatan mana yang lebih (1984) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
baik dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar proses di mana suatu organisme berubah akibat
servis atas dalam permainan bola voli pada siswa pengalaman.
kelas V SDN Jenggrik 1 yang sedang dalam Dengan menjalani proses, akan terjadi
taraf belajar teknik dasar bola voli. Untuk perubahan dalam diri seseorang, apabila sebelum
mengetahui hal tersebut perlu dibuktikan melalui menjalani proses belajar seseorang belum
penelitian. mempunyai pengetahuan akan sesuatu hal dan
Rendahnya nilai hasil belajar siswa belum mempunyai keterampilan tertentu dan
menggambarkan rendahnya tingkat kemampuan bersikap tidak menolak pada informasi yang
siswa pada mata pelajaran tersebut diatas. Mata diberikan, maka setelah menjalani proses belajar,
pelajaran PENJAS dari 18 siswa kelas V SDN ia akan menjadi tahu atau lebih tahu, dan menjadi
Jenggrik 1 hasil tes formatif tentang servis terampil atau lebih terampil. Proses perubahan
atas permainan bola volly dibawah nilai ideal yang terjadi harus relatif bersifat menetapkan
yaitu 5,33 . Jelas sekali terlihat bahwa adanya tidak terjadi hanya pada saat ini nampak, tetapi
perbedaan tentang kenyatan di lapangan dengan juga pada perilaku yang mungkin terjadi pada
tujuan yang diharapkan pada kurikulum, juga masa mendatang.
dengan harapan yang di inginkan guru dan Belajar adalah proses perubahan individu
peneliti pada umumnya yaitu siswa dapat yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman (
mengikuti setiap pembelajaran dengan antuasias Suherman dkk, 2003 ; 7 ), sedangkan
atau semangat sehingga dapat mencapai nilai pembelajaran merupakan upaya penataan
akhir dengan rata-rata <7. lingkungan yang memberi nuansa agar program
Berdasarkan data tersebut peneliti tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh
tertarik untuk melakukan Penelitian karena itu proses belajar bersifat internal dan
Tindakan Kelas, dalam upaya memperbaiki nilai unik dalam diri individu siswa, sedangkan
mata pelajaran Penjas di kelas V dengan judul pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
penelitian : “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa direncanakan yang bersifat rekayasa perilaku.
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Sedangkan pembelajaran berorientasi pada
Kesehatan tentang Servis atas permainan bola aktifitas siswa menghendaki keseimbangan
volly dengan Menggunakan menggunakan antara aktifitas fisik, mental termasuk emosional
pendekatan pembelajaran driil dan Bermain di dan aktifitas intelektual. 2) Wina Sanjaya, 2006,
Kelas V SDN Jenggrik 1 Kecamatan “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran Pendidikan” : Kencana : Jakarta : hal 135
2014/2015”. Keberhasilan belajar itu lebih banyak
Dengan demikian peneliti berkesimpulan ditentukan oleh tenaga pengajarnya. Hal ini
bahwa penelitian ini mutlak harus dilaksanakan, disebabkan tenaga pengajar selain sebagai orang
kerugian yang sangat besar bila penelitian ini yang berperan dalam proses transformasi
tidak dilaksanakan, bagi guru dan siswa. Guru pengetahuan dan keterampilan, juga dia
tidak akan bisa mengembangkan kreatifitasnya memandu segenap proses pembelajaran. Di
dalam mengajar dan bagi siswa sendiri tidak tangannyalah sebuah peristiwa belajar dapat
akan bisa menerima pelajaran secara optimal. berlangsung. Padanya pula pembelajaran
diarahkan ke mana akan dibawa.
LANDASAN TEORI Dalam pelaksanaan pembelajaran,
Pengertian Belajar penggunaan metode yang efektif adalah
Proses belajar merupakan bentuk prilaku penggunaan metode yang disesuaikan dengan
manusia yang sangat penting dan utama bagi karakteristik Kompetensi Dasar (KD) yang akan
kelangsungan hidup manusia. Proses belajar diajarkan oleh seorang guru, dengan tetap
membantu manusia menyesuaikan diri dengan memperhatikan latar belakang siswa serta faktor-
lingkungan di sekitarnya agar ia dapat faktor lain yang dapat mendukung proses
mempertahankan kelangsungan hidupnya. pembelajaran tersebut.
Banyak pengertian belajar yang dikemukakan
oleh para ahli, salah satunya menurut Gagne
(1984), bahwa belajar adalah suatu proses di
mudah. Gerakan servis atas lebih alamiah dan pendekatan pembelajaran dengan memilah-milah
tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar (M. teknik gerakan servis bawah. Artinya
Yunus, 1992:69). pembelajaran servis atas yaitu dengan melakukan
gerakan teknik-teknik servis atas secara
Pendekatan Pembelajaran Servis Atas berulang-ulang. Berkaitan pendekatan drill
Pengertian Pendekatan Pembelajaran Amung Ma’mum & Toto Subroto (2001:7)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan, pendekatan drill adalah cara belajar
(2001:725), pendekatan diartikan sebagai proses, yang lebih menekankan komponen-komponen
metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Dalam teknik.
kaitannya dengan penelitian ini pendekatan Berdasarkan pengertian pendekatan
diartikan dengan metode mengajar. Berkaitan konvensional tersebut dapat disimpulkan bahwa,
dengan metode mengajar Aif Syarifuddin dan pendekatan konvensional merupakan metode
Muhadi (1991/1992:292) menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan pada
metode mengajar adalah suatu cara yang penguasaan teknik suatu cabang olahraga yang
digunakan oleh guru untuk menentukan urutan dalam pelaksanaanya dilakukan secara berulang-
kegiatan di dalam melaksanakan kegiatan belajar ulang. Dalam hal ini pembelajaran servis atas
mengajar sebagai salah satu usaha mencapai dengan pendekatan konvensional dilakukan
tujuan yang telah ditetapkan. drilling atau latihan secara terus menerus.
Pendekatan mengajar adalah cara yang Sugiyanto (1993:371) menyatakan, dalam
mempergunakan teknik yang beraneka ragam pendekatan drill siswa melakukan gerakan-
yang didasari oleh pengertian yang mendalam gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan
dari guru akan memperbesar minat belajar guru dan melakukannya secara berulang-ulang.
murid-murid sehingga mempertinggi hasil Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar
belajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat terjadi otomatisasi gerakan. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran dalam pendekatan drill perlu disusun tata urutan
merupakan suatu cara yang dilakukan guru pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif,
dalam proses belajar mengajar agar siswa dapat sehingga akan diperoleh hasil belajar yang
terlibat aktif dalam melaksanakan tugas ajar optimal. Lebih lanjut (Sugiyanto, 1993:372).
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keaktifan siswa melakukan tugas ajar
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang sangat dituntut dalam pendekatan konvensional.
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam Seperti dikemukakan Rusli Lutan (1988:399)
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan bahwa, keaktifan sendiri dari pihak siswa
instruksional tertentu. merupakan kunci utama penguasaan dan
Pendekatan pembelajaran merupakan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan
aktifitas guru dalam memilih kegiatan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik
pembelajaran apakah guru akan menjelaskan yang ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan
suatu pengajaran dengan materi bidang studi self-activity dari pihak siswa itu sendiri.
yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, atau Sedangkan guru bertugas mengarahkan
dengan menggunakan materi yang terkait satu penguasaan gerak, melakukan koreksi dan
dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik adalah
yang berbeda, atau bahkan merupakan materi penting terhindar dari pola gerakan yang salah
yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi dari teknik yang dipelajari. Seperti dikemukakan
disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran Sugiyanto (1993:372) bahwa, setiap pelaksanaan
merupakan penjelasan untuk mempermudah bagi drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian
siswa untuk memahami materi ajar yang tertuju pada kebenaran gerak.
disampaikan guru, dengan tetap memelihara
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
METODE
Pengertian pendekatan konvensional (Drill) Rancangan Penelitian
Ditinjau dari Kamus Umum Bahasa Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Indonesia (2001:592) konvensional Yang dijadikan subjek peneliti pada
diartikan, kesepakatan umum seperti dat istiadat, penelitian tindakan kelas adalah guru dan siswa
kebiasaan, kelaziman dan tradisional. Dalam hal kelas V SDN Jenggrik 1 Kecamatan
ini pembelajaran servis atas bola voli dilakukan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dengan jumlah
dengan pendekatan konvensional yaitu, siswa sebanyak 18 siswa terdiri dari 6 siswa laki-
laki dan 12 siswa perempuan, pada kegiatan Membuat suasana belajar menarik agar
pembelajaran gaya magnet dengan menggunakan siswa antusias dalam belajar
alat peraga sederhana, dengan jadwal perbaikan Bertanya jawab tentang servis atas
pembelajaran yang dilaksanakana di SDN permainan bola volly
Jenggrik 1 Kedunggalar Kabupaten Ngawi, dari Melakukan permainan yang
tanggal 03 September 2014 sampai dengan berhubungan dengan servis tas
tanggal 08 September 2014 dengan jadwal permainan bola volyy
sebagai berikut : materi: servis atas permainan Memancing siswa agar bertanya jawab
bola volly siklus pertama tentang materi pembelajaran
tanggal 3 September 2014 Jam pertama. Siklus Melakukan perminan bola voly
kedua tanggal 6 September 2014 Jam ketiga Menyimpulkan materi pembelajaran
Tes tertulis
Prosedur Perbaikan Pembelajaran Jika hasil belajar siswa belum signifikan
Desain perbaikan pembelajaran pada maka dilanjutkan ke siklus berikutnya.
mata pelajaran Penjas di kelas V yaitu dengan
menggunakan siklus belajar dan pelaksanaan Teknik Analisis Data
perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan Instrumen adalah alat untuk
disetiap siklusnya mempunyai langkah-langkah mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
sebagai berikut : digunakan dua macam instrumen penelitian,
1. Mengkondisikan siswa agar siap menerima yaitu :
pelajaran yang akan disampaikan 1. Test Hasil Belajar
2. Menyampaikan materi pelajaran secara Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat
runtut dan jelas lain yang digunakan untuk mengukur,
3. Membahas materi pelajaran dengan keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
metode bervariasi dan pendekatan yang kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
sesuai individu atau kelompok. (Arikunto, 1993:
4. Menyimpulkian materi pelajaran 132). Instrumen ini digunakan untuk
5. Memberikan tugas dan pekerjaan rumah mengungkapkan pengetahuan akhir siswa setelah
sebagai penguatan akan materi yang ada tindakan. Jenis test berupa test objektif dan
diajarkan essay.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi Butir soal test meliputi aspek kognitif dan
yaitu banyaknya siswa yang memperoleh nilai aspek psikomotor, sedangkan untuk aspek afektif
rendah dan tidak dapat mempraktikan sesuai dapat dilihat pada bagian non tes dengan skala
dengan materi yang di ajarkan. Maka beberapa sikap, dapat dilihat pada lampiran.
kegiatan khusus yang dapat perhatian dalam Instrumen test dalam penelitian ini
perbaikan mata pelajaran Penjas dengan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
menggunakan pendekatan dalam pembelajaran Penjas dengan
pembelajaran drill dan bermain. menggunakan pendekatan pembelajaran drill dan
Deskripsi persiklusnya sebagai berikut : bermain.
1. Rencana Perbaikan 2. Non Test
1) Mata Pelajaran Penjas kelas V a. Observasi. Instrumen non tes berupa
a. Siklus I lembar observasi, yaitu pengamatan tingkah laku
Menyusun materi secara sistematis pada situasi tertentu yang pengisiannya dapat
Membuat Rencana Pelaksanaan dilakukan oleh peneliti atau teman sejawat atas
Pembelajaran dasar pengamatan terhadap perilaku peneliti dan
Menggunakan media pembelajaran siswa (Depdiknas, 2002: 119). Lembar observasi
Menerapkan metode pembelajaran digunakan selama PBM berlangsung.
yang bervariasi Observasi ini digunakan untuk mengungkapkan
Memberikan kesempatan kepada siswa aktifitas siswa dan guru selama kegiatan
untuk bertanya pembelajaran berlangsung , observasi dilakukan
b. Siklus II secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas
Membuat RPP menggunakan metode V di SDN Jenggrik 1 Kecamatan Kedunggalar
bervariasi khususnya pendekaatan Kabupaten Ngawi. Observasi dilakukan pada
pembelajaran drill dan bermain situasi normal.
b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen
yang berarti barang-barang tulis “ (Arikunto,
1993:131).
Studi dokumentasi dalam penelitian ini
dilaksanakan untuk melengkapi data-data
yang diperoleh dari hasil tes dan observasi.
Dalam penelitian ini,peneliti meneliti catatan
berupa silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang berisi tentang
o Standar kompetensi. Pembahasan
o Kompetensi Dasar. Berdasarkan hasil diskusi dengan
o Tujuan pembelajaran. teman sejawat, pembelajaran pada mata
o Pengembangan materi pembelajaran. pelajaran Penjas di kelas V , sudah
o Pemilihan metode pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan, hal ini bisa
o Pemilihan media dan alat pembelajaran. dibuktikan dengan hasil evaluasi pada awal (Pra
o Pengembangan evaluasi atau penilaian. Siklus) memperoleh nilai rata-rata sangat rendah.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran Siklus
HASIL PEMBAHASAN I dan Siklus II, dan mengalami peningkatan yang
Hasil Pengolahan Data signifikan.
Hasil observasi terhadap nilai yang diperoleh Hasil evaluasi pada
siswa pada mata pelajaran Penjas kelas V pelajaran Penjas tentang Servis atas permainan
sebagai berikut : bola volly di Kelas V yang jumlah siswanya 18
Rekapitulsi Nilai Ulangan Formatif Mata orang diperoleh data sebagai berikut :
Pelajaran Penjas di Kelas V tentang Servis atas 1. Pra Siklus, siswa yang memperoleh nilai 7 ke
permainan bola volly dengan menggunakan atas ada 6 orang, dan rata-rata kelas 5,33 atau
Pendekatan pembelajaran drill dan bermian 53%
sebagai berikut. 2. Siklus I siswa yang memperoleh nilai 7 ke
atas ada 7 orang, dengan rata-rata kelas 6.00
atau 60 %
3. Siklus II siswa yang memperoleh nilai 7 ke
atas ada 18 orang dengan rara-rata kelas 8,22
atau 82 %
Dari data di atas terlihat adanya
perubahan hasil belajar siswa yang signifikan
pada setiap siklusnya itu dikarenakan
pembelajaran dengan menggunakan metode dan
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
materi pembelajaran.
.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas, penulis melakukan perbaikan
pembelajaran pada mata pelajaran
Penjas drill dan bermain dengan menggunakan
pendekatan pembelajr di kelas V SDN Jenggrik
1 , maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu perhatian siswa akan terfokus pada
pelajaran jika guru menyajikannya menggunakan
pendekatan yang sesuai dapat meningkatkan
hasil belajardan aktifitas belajar siswa, hal ini
dibuktikan dari nilai rata-rata tes formatif , pada
mata pelajaran Penjas di kelas V diperoleh nilai
pra siklus 5.33, siklus I 6.00 dan siklus II 8.22, DAFTAR PUSTAKA
terlihat ada peningkatan yang signifikan dari
setiap siklusnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006)
Berdasarkan uraian di atas bahwa Kurikulum 1994 Suplemen GBPP Tahun 1994
penggunaan pendekatan pembelajaran drill dan Abu Ahmadi dan Prasetyo (2005). (SBM)
bermain dalam pembelajaran Penjas di sekolah Strategi Belajar mengajar. Bandung:
dasar dapat merangsang siswa untuk memahami Pustaka Setia Amung,
dan menemukan pemecahan masalah yang Ma’mun dan Toto Subroto 2001. Pendekatan
ditemuinya selama proses pembelajaran, Ketrampilan Taktis dalam Permainan
menemukan ide dan gagasan baru dalam Bola Volly. Jakarta : Dirjen Olahraga.
memodifikasi keadaaan yang disaksikan Barbara I, V dan Bonnie J.F 1996 Bola Volly
langsung, menumbuhkan sifat kritis yang (Bimbingan Petunjuk dan Teknis
dinyatakan dalam wujud kemauan bertanya dan Bermain), Semarang : Dahara Prince
mengemukakan pendapat serta melatih Beutelstahl, Dieter, 2005. Belajara Bermain Bola
keterampilan siswa dalam mengkomunkasikan Volly, Bandung: Pioner Jaya. Depdikbud,
hasil suatu kegiatan baik secara lisan, tertulis 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
maupun praktek. Dengan kata lain, penggunaan Jakarta: Balai Pustaka.
pendekatan pembelajaran yang sesuai Chaplin C.P. (1995). Kamus Lengkap Psikologi.
dengan karakter dalam pembelajaran lebih Jakarta: Rajawali Press
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa Danar W.R. (2003). Beberapa Pendekatan
dan mengefektifkan pencapaian tujuan, baik Pembelajaran Penjas. Makalah Forum
tujuan secara umum maupun khusus. Komunikasi Interhrasi Vertikal Pendidikan
Sains. Cisarua Bogor.
Saran Mikarsa, H. Tafik, A. dan Priyanti, P.J. (2002).
Berdasarkan temuan penelitian Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka Terbuka.
rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai Rukmana, A dan Suryana, A. (2006).
berikut : Pengelolaan Kelas, Bandung : UPI PRESS
1. Dalam setiap pembelajaran Sugiyanto, 1993. Belajar Gerak. Jakarta: Koni
Penjas disarankan bagi pelaksana pendidikan Pusat.
untuk melaksanakan pembelajaran dengan Suharno HP. 1979. Dasar-Dasar Permainan
mengunakan strategi yang sesuai dengan Bola Volly, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
karakter siswa dan lingkungannya, juga Panuju, Redi. (2005). Panduan Menulis Untuk
disarankan menggunakan pendekatan Pemula. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran yang sesuai dengan Pradopo, Rachmad joko. (1993). Pengkajian
kemampuan siswa dan melibatkan siswa di Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
dalamnya. Setiap pembelajaran diusahakan Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. (2002).. Media
mengunakan media yang sesuai dan media Pengajaran. Yogyakarta: Sinar Baru.
penunjang lainnya untuk membuktikan Algesindo
konsep-konsep pembelajaran agar siswa Sumantri, Mulyani (1998) Strategi Belajar
memahami konsep-konsep tersebut secara Mengqjar. Jakarta: Depdikbud.
optimal. Sunaryo Kartadinata, Nyoman Dantes. (1998)
2. Kepada pihak terkait, dalam hal ini pengawas Landasan-Landasan Pendidikan Sekolah
TK/SD, kepala sekolah beserta guru, baik Dasar. Jakarta: Depdikbud.
guru kelas maupun guru bidang studi Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan
Penjas perlu memperhatikan kondisi siswa Sastra. Surabaya: Penerit SIC.
dalam setiap pembelajaran, kondisi sekolah
Tarsito. Suharianto,S. (2005). Dasar-Dasar Teori Sastra.
dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, Semarang: Rumah Indonesia Media
sehingga tujuan pembelajaran dapat Statistika. Bandung.
memenuhi standar kompetensi yang Wardani I. G.A.K. Dr. Prof. Siti Julaeha. M.A,
ditetapkan. Ngadi Marsinah, M.Pd. (2005) Penetapan
3. Sebagai kelanjutan dan rekonstruksi dari Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta :
penelitian ini, kepada peneliti lain agar lebih Universitas Terbuka
baik dari apa yang telah dilaksanakan
penulis.
Abstrak
Kata Kunci : Meningkatkan Menulis Puisi, Model Pembelajaran Picture and Picture
Latarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya kompetensi berbicara siswa kelas VIID SMP
Negeri 2 Jogorogo. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah permainan
Ular Tangga dapat meningkatkan kompetensi berbicara peserta didik kelas VIID SMP Negeri 2
Jogorogo pada Tahun Akademik 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngawi pada
bulan Juli 2014. Metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah siswa
kelas VII D SMP Negeri 2 Jogorogo. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Di dalam siklus
tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk pengumpulan data,
peneliti mengumpulkan dari kuesioner, observasi, dan wawancara untuk mengetahui motivasi siswa
dalam proses belajar, dan tes untuk mengetahui peningkatan kompetensi mereka dalam pembelajaran
teks. Untuk menganalisis data tersebut, peneliti menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data
dari kuesioner, observasi, dan wawancara dianalisis secara kualitatif, sedangkan dari hasil tes
dianalisa secara kuantitatif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ular Tangga merupakan permainan yang mampu
meningkatkan kompetensi berbicara peserta didik. Hal itu terlihat dari hasil peningkatan kompetensi
berbicara peserta didik yang didukung oleh hasil tes. Rerata skor awal adalah 70,1 dan meningkat
menjadi 77,7 di pos tes siklus pertama dan meningkat menjadi 80,9 di pos tes siklus ke dua. Karena
hasil pos tes pertama masih belum memnuhi KKM maka penelitian dilanjutkan di siklus ke dua.
Peneliti bertekad untuk tidak melanjutkan ke siklus ke tiga karena hasil di siklus ke dua sudah
dianggap baik. Jadi, proses penelitian tindakan kelas berakhir pada siklus ke dua.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan Ular Tangga
membantu para peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berbicara mereka. Oleh karena itu,
disarankan bahwa (1) agar para guru lebih baik untuk menerapkan permainan Ular Tangga dalam
pembelajaran berbicara, (2) Para siswa menggunakan permainan Ular Tangga untuk meningkatkan
kompetensi berbicara mereka karena dapat membantu siswa untuk memahami teks secara
komprehensif dan (3) Bagi para peneliti mendatang, mampu melakukan penelitian serupa dengan
sampel yang berbeda dan kondisi siswa yang berbeda.
PENDAHULUAN
Seringkali Kita Mengernyitkan Dahi Bukan Pula Bahasa Kedua, Yang
Mengetahui Kenyataan Seorang Lulusan Sekolah Dikomunikasikan Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Lanjutan Atas Bahkan Perguruan Tinggi, Harus Sedangkan Bahasa Adalah Kebiasaan, Artinya
Berjibaku Untuk Bisa Berbicara Bahasa Inggris. Harus Diterapkan Dan Digunakan Dalam
Padahal Mata Pelajaran Tersebut Merupakan Kehidupan Sehari-Hari Sehingga Mudah
Menu Pokok Di Setiap Jenjang Pendidikan, Diingat.
Tambahan Tatap Mukanyapun Termasuk Sejenak Melongok Proses Pembelajaran
Banyak. Akan Tetatpi Mengapa Lususannya Tak Dalam Kelas, Dimana Guru Terbiasa Dengan
Mampu Hanya Sekedar Bercakap-Cakap Dalam Kesibukannya Memberikan Pemahaman
Bahasa Asing Tersebut. Mengenai Penerapan Bahasa Sebagai Sarana
Layak Dipahami Bahwa Bahasa Inggris Komunikasi. Untuk Membangun Kompetensi
Dalam Kurikulum Merupakan Bahasa Asing, Komunikatif Berbahasa Diperlukan Kosakata,
Idiom, Dan Pengetahuan Lainnya. Namun Guru Mendasar Kondisi Diatas, Sudah
Dalam Proses Di Dalam Kelas Guru Membuat Selayaknya Guru Memperbaiki Kondisi
Peserta Didik Berbicara Dengan Cara Mereka Kompetensi Berbicara Melalui Memperbaiki
Menghafal Beberapa Dialog Lalu Diuji Apakah Teknik Guru Dalam Mengajar Berbicara
Mereka Dapat Menampilkannya Dengan Baik. Sehingga Kegiatan Yang Dipilih Untuk Kelas
Jika Peserta Didik Menghafal Dengan Baik Berbicara Bukan Memaksa Siswa Untuk
Maka Akan Mendapatkan Nilai Yang Lebih Berbicara. Berikutnya, Menjadikan Peserta Didik
Tinggi, Sebaliknya Pada Siswa Yang Bukan Tipe Sebagai Pusat Kegiatan Belajar Mengajar. Lalu,
Menghafa Akan Kesulitan Untuk Meraih Nilai Mengubah Sikap Dan Motivasi Siswa Terhadap
Baikl. Menghafal Bukanlah Kegiatan Yang Salah Berbahasa Inggris Dan Tujuan Pembelajaran
Tetapi Tujuan Pembelajaran Berbicara Adalah Berbahasa Inggris. Berikutnya Adalah
Mengembangkan Kompetensi Komunikatif. Mengembangkan Teknik Dasar Dan
Menghafal Beberapa Ungkapan Atau Ekspresi Meggabungkannya Dengan Media. Sehingga
Tidak Disarankan Bagi Peserta Didik Maupun Peserta Didik Dapat Menikmati Belajar Bahasa
Guru. Ekspresi Yang Diterapkan Dalam Inggris Melalui Contoh-Contoh Konkret Dari
Komunikasi Nyatalah Yang Akan Hal-Hal Yang Ditemukan Di Dunia Nyata.
Mengembangkan Indikator Kompetensinya. Dalam Hal Ini Peneliti Memperkenalkan Teknik
Berdasarkan Hasil Penerimaan Peserta Dasar Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi)
Didik Tahun Pelajaran 2014/2015 Di SMP Yang Digabungkan Dengan Pemanfaatan
Negeri 2 Jogorogo, Didapatkan Hasil Nilai Mata Permainan Ular Tangga.
Pelajaran Bahasa Inggris Berada Diposisi Menuruthttp://En.Wikipedia.Org/Wiki/S
Terendah. Sebagai Contoh Adalah Kelas 7D, nakes_And_Ladders: (Ular Dan Tangga)
Sebanyak 60% Siswa Memiliki Nilai Dibawah Kesederhanaan Dan Mudah Dimainkan
KKM, 80. Sedangkan Rerata Kelas Hanya Membuatnya Populer Dengan Anak Muda.
Mencapai 70,1. Ada Beberapa Penyebab Yang Permainan Tersebut Dipilih Karena Murah Dan
Layak Diperhatikan, Pertama Dari Peserta Didik Sangat Terjangkau, Mudah Didapat, Mudah
Itu Sendiri, Ketidakberanian Untuk Pula Dimainkan. Perangkat Ular Tangga
Mengekspresikan Ide-Ide Mereka Di Kelas, Modifikasi Bisa Dibuat Dengan Mudah Secara
Menghindari Menjawab Pertanyaan Guru, Takut Manual Ataupun Dicetak. Dadu Dan Penanda
Membuat Kesalahan Dalam Berbicara, Pemain Bisa Pula Dibuat Sendiri Dengan Cara
Keterbatasan Kosakata, Serta Pemamhaman Memotong Penghapus Dan Menandainya. Semua
Bahwa Bahasa Inggris Tidak Diperlukan Dalam Bahan Yang Dibutuhkan Sangat Mudah Didapat.
Kehidupan Sehari-Hari. Penyebab Berikutnya Dalam Prosesnyapun, Semua Anak Bisa
Berasal Dari Guru. Guru Mendominasi Proses Melakukan Karena Permainan Ular Tangga
Belajar Mengajar. Guru Berbicara Lebih Banyak Memang Familiar Di Kalangan Anak-Anak.
Dari Peserta Didik, Jarang Melakukan Kegiatan
Berbicara Hal Yang Bersangkut Paut Dengan Rumusan Masalah
Kehidupan Sehari-Hari. Seringkali Tugas Berdasarkan Latar Belakang Masalah Diatas,
Berbicara Disampaikan Secara Tertulis. Suasana Maka Bisa Didapatkan Pertanyaan Sebagai
Kelas Turut Menyumbang Rendahnya Berikut:
Kompetensi Berbicara. Terbatasnya Penggunaan 1. Apakah Permainan Ular Tangga Dapat
Media Pembelajaran, Guru Hanya Meningkatkan Kompetensi Berbicara Peserta
Memanfaatkan Fasilitas Yang Ada Yaitu Didik Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Whiteboard Dan Spidol. Tak Ayal Hal Ini Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2
Menjadikan Peserta Didik Tidak Tertarik Atau Jogorogo Tahun Akademik 2014/2015?
Tidak Termotivasi Untuk Belajar Dan Berbicara
Bahasa Inggris.
3. Aturan-Aturan Sosial Dan Budaya Dan 4. Memberikan Umpan Balik Yang Tepat Dan
Norma-Norma (Turn-Taking, Kecepatan Koreksi. Siswa Benar-Benar Bergantung
Bicara, Panjang Jeda Antara Pembicara, Peran Pada Guru Untuk Umpan Balik Linguistik.
Relatif Dari Peserta): Memahami Bagaimana 5. Memberi Siswa Kesempatan Untuk Memulai
Untuk Memperhitungkan Siapa Yang Komunikasi Lisan, Tidak Selalu Guru.
Berbicara Kepada Siapa, Dalam Keadaan 6. Menggunakan Strategi Berbicara Seperti
Apa, Tentang Apa, Dan Untuk Alasan Apa. Meminta Klarifikasi, Menggunakan Filter
(Maksudku, Yah, Up), Menggunakan
Konsep Pengajaran Berbicara Parafrase, Meminta Seseorang Untuk
Pengajaran Berbicara Berarti Mengulang Hal-Hal.
Mengajarkan Pengetahuan Tentang Berbicara. Berdasarkan Teknik Desain Di Atas,
Guru Membantu Siswa Mengembangkan Teknik Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi)
Kompetensi Berbicara Dan Memberikan Peserta Merupakan Teknik Yang Tepat Untuk
Didik Kesempatan Berbicara Secara Nyata Digunakan Dalam Pengajaran Bahasa. Berikut
Layaknya Kehidupan Sehari-Hari Untuk Merupakan Tahapan Teknik Tersebut.
Mempersiapkan Peserta Didik Berkomunikasi Di 1. Tahap Presentasi
Kehidupan Nyata. Guru Membantu Peserta Didik Guru Memulai Pelajaran Dengan
Mengembangkan Kemampuan Tata Bahasa Menberikan Sebuah Situasi, Baik Memunculkan
Yang Benar, Kalimat Logis Yang Diterima. Atau Memberikan Pemodelan Beberapa
Tujuan Pengajaran Kompetensi Berbicara Pada Didasarkan Pada Situasi. Bisa Jadi Terdiri Dari
Level Sekolah Menengah Pertama Adalah Kalimat Model, Dialog Singkat Yang
Peserta Didik Mampu Mengungkapkan Makna Menggambarkan Item Sasaran, Baik Membaca
Dalam Percakapan Transaksional Dan Dari Buku Teks, Mendengar Dari Tape Atau
Interpersonal Dan Monolog Pendek Sederhana Bertindak Tutur Oleh Guru.
Untuk Berinteraksi Dalam Konteks Kehidupan 2. Tahap Praktek
Sehari-Hari. Pada Tahapan Ini Peserta Didik
Mempraktekkan Bahasa Baru Dengan Cara Yang
Konsep Teknik Triple P (Presentasi, Praktek, Terkontrol. Mereka Mengulangi Setelah Guru
Produksi) Atau Tape, Dalam Kelompok Atau Individual,
Guru Yang Efektif Mengajarkan Peserta Sampai Mereka Dapat Mengungkapkan Dengan
Didik Strategi Berbicara. Mereka Juga Benar. Kegiatan Lain Yang Sesuai Misalnya
Memberikan Kesempatan Yang Sebanyak- Menyelesaikan Kalimat Atau Dialog Dan
Banyaknya Kepada Peserta Didik Untuk Bertanya Jawab Dengan Menggunakan Bahasa
Mempraktikkan. Untuk Membantu Peserta Didik Target.
Mengembangkan Komunikasi Yang Efisien, 3. Tahap Produksi
Guru Dapat Menggunakan Teknik Dengan Tahap Ketiga Dalam Proses Ini Adalah
Kegiatan Yang Berimbang. Beberapa Tahap Evaluasi. Siswa Didorong Untuk
Pertimbangan Yang Layak Jadi Acuan Dalam Menggunakan Bahasa Baru Dengan Cara Lebih
Memilih Sebuah Teknik Adalah: Bebas. Mereka Diharapkan Bisa Membuat
1. Memberikan Keleluasaan Bagi Peserta Dialog Dan Mempraktekkannya. Mereka Bisa
Didik. Melakukan Improvisasi, Diskusi, Atau
2. Melibatkan Guru Untuk Memberikan Berkomunikasi Secara Bebas.
Motivasi.
3. Mendorong Penggunaan Bahasa Otentik Konsep Ular Tangga
Dalam Konteks Yang Bermakna Ular Tangga Adalah Permainan Anak-
Anak Yang Digemari Dan Mudah Dilakukan.
Permainan Ini Menggunakan Papan Permainan
Ular Dan Tangga, Dadu, Dan Pemain. Dalam Seseorang Lebih Bersemangat Dalam Meraih
Papan Ular Dan Tangga Ada 100 Kotak. Pola Sesuatu.
Permainannya, Cara Memainkannya Sangat
Mudah. Setiap Pemain Memiliki Giliran Untuk Rasional
Melempar Dadu, Setiap Mata Dadu Yang Keluar Ular Tangga Adalah Salah Satu Jenis
Merupakan Langkah Yang Harus Ditempuh Oleh Permainan Yang Dapat Digunakan Sebagai
Pemain. Kemenangan Didapat Dari Pencapaian Sarana Proses Belajar. Beberapa Keuntungan
Yang Lebih Awal Di Finish. Menggunakan Permainan Ular Tangga Dan
Tetapi Dalam Penelitian Ini, Peneliti Teknik Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi)
Melakukan Modifikasi Atas Permainan Tersebut. Dalam Pembelajaran Bahasa Adalah Sebagai
Pertama, Papan Ular Tangga Tidak Hanya Berikut:
Berupa Angka Urutan Kotak, Tetapi Beberapa 1. Meningkatkan Kepercayaan Siswa Dalam
Berisi Pertanyaan Seputar Materi. Kedua, Cara Berbahasa Inggris
Permainannya Sedikit Diubah Yaitu Dengan 2. Siswa Akan Memiliki Semangat Untuk
Memberi Nilai Setiap Siswa Yang Mampu Mengatakan Sesuatu Tanpa Takut Membuat
Melaksanakan Tugas Yang Ada Di Dalam Kesalahan Dalam Pengucapan.
Kotak. Sehingga Kemenangan Diperoleh Siapa 3. Motivasi Siswa Untuk Belajar Bahasa
Yang Nilainya Paling Tinggi Dan Finish Di Inggris Lebih Baik Dari Sebelumnya.
Kotak Terakhir. Hipotesis
Untuk Memulai Permainan Ini, Peserta Setelah Membahas Tinjauan Teoritis
Didik Harus Melempar Dadu. Mata Dadu Yang Dan Rasional, Dapat Dirumuskan Hipotesis
Muncul Merupakan Jumlah Langkah Yang Harus Sebagai Berikut: "Jika Pembelajaran Bahasa
Ditempuh. Ketika Mata Dadu Keluar Angka Dilakukan Dengan Menggunakan Permaianan
Empat, Artinya Mereka Harus Melangkahkan Ular Tangga , Akan Meningkatkan Kompetensi
Pemainnya Empat Langkah. Ketika Berada Di Dan Motivasi Siswa Untuk Berbicara Bahasa
Langkah Terakhir Ada Enam Kemungkinan, Inggris ".
Yaitu Menjawab Pertanyaan, Meluncur Turun
METODE
Karena Di Kotak Ada Gambar Ular, Berikutnya
Lokasi Penelitian
Pemain Naik Otomatis Bila Bertemu Dengan
Penelitian Ini Dilakukan Di Kelas VII D
Tangga, Lalu Bertambah Point Secara Otomatis SMP Negeri 2 Jogorogo, Jawa Timur Pada
Atau Berkurang Secara Otomatis Pula Dan Tahun Akademik 2014/2015. SMP Negeri 2
Terakhir Diam Saja Karena Tidak Ada Kelima Jogorogo Terletak Di Jalan Raya Ngawi-
Perintah Tersebut Di Atas Alias Kotak Kosong. Jogorogo. SMP Negeri 2 Jogorogo Terdiri Atas
Setiap Pemain Berhasil Menjawab Pertanyaan Tiga Jenjang. Kelas 7, 8, Dan 9 Terdiri Masing-
Tugas Dengan Baik, Mereka Mendapat Skor Masing 4 Kelas. Setiap Kelas Terdiri Dari
Sepuluh. Skor Tertinggi Dan Tiba Paling Awal Sekitar 32 Siswa. Mereka Datang Ke SMP
Di Finish Adalah Pemenangnya. Negeri 2 Jogorogo Untuk Mendapatkan
Konsep Motivasi Pendidikan Yang Lebih Baik. Sebagai Sebuah
Pada Dasarnya, Motivasi Adalah Sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Nasional,
Semacam Dorongan Internal Yang Mendorong SMP Negeri 2 Jogorogo Adalah Sebuah Ikon
Seseorang Untuk Melakukan Hal-Hal Untuk Yang Menjadi Magnet Untuk Menjaring Animo
Mencapai Sesuatu (Harmer, 2001:51). Menurut Peserta Didik Yang Berasal Dari Seantero
Brown (2000:160-166), Motivasi Meliputi Ngawi. Singkat Kata, Peserta Didik Tersebut
Faktor-Faktor Seperti Kebutuhan Untuk Merupakan Yang Terbaik Karena Terjaring
Eksplorasi, Kegiatan, Stimulasi, Pengetahuan Melalui Serangkaian Tes Kemampuan
Baru, Dan Peningkatan Ego. Motivasi Membuat Akademik.
Titel RSBN Pula Yang Membuat SMP Digunakan Di Sekolah Berbasis Kurikulum
Negeri 2 Jogorogo Berbeda Dengan Sekolah Pengembangan, Pengembangan Profesional,
Reguler. Penyediaan Fasilitas Siswa Sangatlah Skema Sekolah Perbaikan Dan Sebagainya, Dan
Memadai. Seluruh Ruang Kelas Disediakan LCD Seperti Itu, Secara Aktif Melibatkan Guru
Monitor, Hotspot Area, Ruang Kelas Yang Sebagai Peserta Dalam Proses Pendidikan
Bersih Dan Nyaman, Toilet, Perpustakaan Yang Mereka Sendiri ". Dengan Nada Yang Sama,
Representatif, Laboratorium Ilmu Alam, Tempat Hinchey (2008: 7) Membenarkan Bahwa
Parkir, Kantin, Mushola, Kantor Guru Dan Penelitian Tindakan Adalah Penyelidikan Yang
Keamanan. Lembaga Ini Juga Memberikan Sistematis, Biasanya Terdiri Atas Beberapa
Siswa Pembelajaran Bilingual Untuk Matematika Siklus, Dilakukan Sendiri; Tujuannya Adalah
Dan IPA. Untuk Mengidentifikasi Tindakan Yang Akan
Dilakukan Untuk Membuat Sebuah Perbaikan.
Subyek Penelitian Sementara Sagor (2010: 5) Berpendapat Bahwa
Subjek Penelitian Adalah Siswa Kelas Penelitian Tindakan Adalah Setiap Penyelidikan
VIID SMP Negeri 2 Jogorogo. Mereka Yang Dilakukan Oleh Orang Atau Orang-Orang
Berjumlah 32, Terdiri Dari 14 Laki-Laki Dan 18 Yang Ditugaskan Untuk Mengambil Tindakan
Perempuan. Sebagian Besar, Mereka Mengenai Kegiatan Mereka Sendiri, Untuk
Berkompetensi Homogen, Siswa Dengan Tujuan Perbaikan Masa Depan Mereka. Namun,
Kompetensi Menengah Ke Atas, Serta Semangat Perlu Dicatat Bahwa Tidak Semua Penelitian
Yang Tinggi Untuk Mendapatkan Pengetahuan. Dapat Dilakukan Dengan Menggunakan Metode
Penelitian Tindakan. Jadi, Ada Baiknya Peneliti
Metode Penelitian
Penelitian Ini Dilakukan Sebagai Mengenal Karakteristik Penelitian Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti, Seorang Seperti Yang Diusulkan Oleh Baker (1999: 30):
1. Penelitian Tindakan Adalah Kontekstual,
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Jogorogo,
Dibantu Oleh Seorang Pengamat. Pengamat Dan Berskala Kecil Dan Lokal.
Peneliti Merancang, Merencanakan, Merevisi 2. Bersifat Mengevaluasi Dan Reflektif Karena
Prosedur Riset, Dan Membahas Hasil Refleksi Bertujuan Untuk Membawa Perubahan Dan
Bersama-Sama. Karena Penelitian Ini Adalah Perbaikan Dalam Praktek.
3. Bersifat Partisipatif Karena Menyediakan
Penelitian Tindakan Kelas, Itu Berarti Bahwa
Penelitian Tersebut Dilakukan Untuk Untuk Investigasi Kolaboratif Oleh Kolega,
Meningkatkan Proses Mengajar Dan Belajar. Praktisi Dan Peneliti.
Sebagaimana Dinyatakan Oleh Elliot (1991: 69): 4. Perubahan Dalam Praktek Didasarkan Pada
"Penelitian Tindakan Adalah Studi Tentang Pengumpulan Informasi Atau Data Yang
Situasi Sosial Dengan Maksud Untuk Menyediakan Dorongan Untuk Perubahan.
Meningkatkan Kualitas Tindakan Di Dalamnya. Tindakan Penelitian Yang Dilakukan Dalam
Hal Ini Bertujuan Untuk Memberi Makan Penelitian Ini Dirancang Untuk
Penilaian Situasi Konkret Praktis Dan Validitas Meningkatkan Kompetensi Berbicara Peserta
Teori-Teori Atau Hipotesis Itu Menghasilkan Didik.
Tidak Begitu Banyak Tergantung Pada Tes
Ilmiah Kebenaran, Seperti Pada Kegunaannya HASIL PEMBAHASAN
Dalam Membantu Orang Untuk Bertindak Lebih Pemnelitian Ini Menyajikan Hasil Dari
Cerdas Dan Terampil. Dalam Penelitian Penelitian Tindakan Kelas Menggunakan
Tindakan "Teori" Tidak Divalidasi Melalui Permainan Ular Dan Tangga Untuk
Praktek ". Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bagi
Peserta Didik Di Kelas VII D SMP Negeri 2
Mc Niff (1988: 1) Menganggap Jogorogo. Selanjutnya, Berikut Ini Merupakan
Penelitian Tindakan Sebagai Bentuk Self- Penjelasan Detail Dari Penelitian Ini:
Reflektif Penyelidikan Yang Sekarang Sedang
Tertulis Go? Maka Pemain Harus Membuat Berdiskusi Dengan Teman-Teman Mereka.
Command Untuk Kata Tersebut Tersebut. Tetapi Dilain Pihak Mereka Sangat Gembira Ketika
Sebelumnya Peneliti Menanyakan Arti Go Dan Berpraktik Ungkapan Salam Dan Perkenalan
Dengan Yakin Pemain Pertama Menjawab Dengan Media Ular Tangga,”Lebih Santai, Mam.
Bahwa Go Adalah Pergi. Lalu Pemain Pertama Tidak Tegang.... !
Menjawab Situasi Pertama,”Go To The Library! C. Penutupan
Ketika Dia Mengucapkan Library, Dia Sebelum Bel Berbunyi, Guru
Melakukan Kesalahan Pengucapan. Maka Mengatakan Kepada Siswa Bahwa Dalam
Peneliti Langsung Membetulkan Sampai Pertemuan Berikutnya Mereka Akan Belajar
Akhirnya Dia Mengucapkan Dengan Pengucapan Tentang Larangan Dalam Materi Berikutnya.
Yang Benar. Ungkapan Yang Dipakai Sudah Para Siswa Juga Diminta Untuk Membawa
Tepat Dengan Situasinya. Ketika Peneliti Ingin Kamus Mereka. Setelah Itu Peneliti Menutup
Mengetahui Maksud Go To Library, Pemain Pertemuan Pertama Dan Berkata "Pertemuan
Pertama Menjawab,”Pergilah Ke Perpustakaan! Kita Lanjutkan Minggu Depan Dengan Tema
Pemain Pertama Mendapat Skor Sepuluh. Yang Sama! Selamat Pagi. Wassalam!” Peserta
Pemain Kedua Melempar Dadu, Mata Dadu Didik Menjawab,”Selamat Pagi.
Yang Keluar Tiga Dan Kebetulan Kotak Ketiga Waalaikumsalam......!” Kemudian, Peneliti
Berisi Write. Maka Pemain Ke Dua Meninggalkan Kelas.
Mengungkapkannya Dengan 2) Pertemuan Kedua, Selasa, 24 Juli, 2014
Mengucapakan,’Write A Letter. Permainan (08:40 - 10:00)
Dilanjutkan Ke Pemain Ke Tiga. Pemain Ke A. Pembukaan
Tiga Melempar Dadu. Keluarlah Mata Dadu Bel Pergantian Jam Berdering. Peneliti
Tiga. Ketika Berada Di Kotak Ketiga Tertera Menyegerakan Diri Mendatangi Kelas VII D.
Pernyataan Buy. Peneliti Menanyakan Apakah Seperti Biasa, Peneliti Memberikan Salam,
Dia Mengerti Arti Buy. Dengan Memberikan "Assalammualaikum Wr.Wb. Good Morning,
Bantuan Simulasi Jual Beli, Maka Dengan Cepat Students! How Are You This Morning?" Jawaban
Pemain Ketiga Ini Menjawab Bahwa Arti Buy Siswa, "Walaikumsalam Wr.Wb. Good Morning.
Adalah Beli. Lalu Dia Melanjutkan Dengan I Am Very Well. Thank You. How About You?"
Membuat Sebuah Perintah,”Buy A Bowl Of Jawaban Peneliti, "I Am Fine Too. Thank You".
Meatbal! Di Awal Menjawab, Dia Melakukan Kemudian Peneliti Mengabsen Kedatangan
Kesalahan Pengucapan Bowl. Lalu Peneliti Peserta Didik Dilanjutkan Memberikan
Membetulkan Dan Meminta Dia Mengulang Penjelasan Mengenai Materi Prohibition Atau
Jawaban Dengan Pengucapan Yang Tepat. Larangan.
Pemahaman Terhadap Sapaan Yang Dia Susun, B. Kegiatan Utama
Ditanyakan Peneliti Dengan Meminta Dia Peserta Didik Kembali Ke Kelompoknya
Menerjemahkan Dalam Bahasa Semula. Kemuadian, Peneliti Membagikan
Indonesia,”Belilah Semangkok Bakso. Pemain Papan Ular Tangga Modifikasi Beserta
Ke Empat Melempar Dadu. Mata Dadu Yang Perangkatnya. Peserta Didik Terlihat Lebih Siap.
Keluar Adalah Satu. Otomatis Pemain Tidak Mereka Juga Tampak Lebih Gembira. Sementara
Bergerak Kemana-Mana. Dia Berada Di Kotak Siswa Mulai Melakukan Aktivitas, Peneliti
Start. Berputar Di Kelas Untuk Memantau Mereka.
Sebelum Usai, Peneliti Menanyakan Peneliti Menanyakan Kesulitan Atas Papan Ular
Kesulitan Dan Kesan Mereka Terhadap Jalannya Tangga Yang Baru. Mereka Berkata,”Kata-
Proses Kegiatan Belajar Mengajar Pada Hari Itu. Katanya Banyak Yang Baru, Mam. Dicari
Sebagian Besar Kesulitan Mereka Adalah Dulu....!
Mengungkapkan Susunan Yang Tepat Untuk Setelah Beberapa Saat, Para Peserta
Ungkapan Informal. Peneliti Meminta Mereka Didik Sudah Tampak Siap. Peneliti Meminta
Untuk Membuka Catatan Mereka Kembali Dan Mereka Segera Memulai Permainan Ular
Tangga. Peneliti Berputar Mengelilingi Kelas. Sudah Dikerjakan. Pemain Ke Tiga Mengatakan
Seluruh Kelompok Tampak Aktif Dan Berusaha Kalau Artinya Adalah Jangan Memotong
Berkontribusi. Permainan Benar-Benar Membuat Rumput!. Pemain Ke Tiga Mendapatkan Skor
Mereka Merasa Nyaman Untuk Belajar. Peneliti 10. Pemain Ke Empat Melempar Dadu. Mata
Menghampiri Grup Delapa. Mereka Semua Dadu Yang Keluar Adalah Dua. Dua Langkah
Lnaki-Laki Dan Terkenal Agak Bandel. Ketika Terjejak Dan Dia Harus Naik Tangga Untuk
Peneliti Menanyai Menyapa Mereka,”Are You Naik Di Level Yang Lebih Atas. Dia Tampak
Ready? Dengan Lantang Mereka Gembira, Karena Berbonus Naik Tanpa Susah
Menjawab,”Ready, Mam!” Wow .... A Good Paya.
Start. Peneliti Meminta Mereka Untuk Segera Sebelum Usai, Peneliti Menanyakan
Memulai. Peneliti Merekam Semua Kejadian Kesulitan Dan Kesan Mereka Terhadap Jalannya
Dari Awal Sampai Selesai. Pemain Pertama Proses Kegiatan Belajar Mengajar Pada Hari Itu.
Melempar Dadu, Lalu Muncullah Mata Dadu Sebagian Kecil Kesulitan Mereka Adalah
Empat. Maka Pemain Pertama Melangkahkan Mengungkapkan Susunan Yang Tepat Untuk
Pemainnya Empat Langkah. Dalam Kotak Ungkapan Larangan. Peneliti Meminta Mereka
Tertulis Cry. Maka Pemain Harus Membuat Untuk Membuka Catatan Mereka Kembali Dan
Larangan Untuk Situasi Tersebut. Tetapi Berdiskusi Dengan Teman-Teman Mereka.
Sebelumnya Peneliti Menanyakan Arti Water Dilain Pihak Mereka Sngat Gembira Ketika
Dan Dengan Yakin Pemain Pertama Menjawab Berpraktik Ungkapan Keheranan Dengan Media
Bahwa Water Adalah Air. Lalu Pemain Pertama Ular Tangga,”Lebih Santai, Mam. Tidak
Menjawab Situasi Tersebut,”Don’t Drink A Tegang.... !
Glass Of Water! Ketika Dia Mengucapkan C. Penutup
Water, Dia Melakukan Kesalahan Pengucapan. Sebelum Bel Berbunyi, Guru
Maka Peneliti Langsung Membetulkan Sampai Mengatakan Kepada Siswa Bahwa Dalam
Akhirnya Dia Mengucapkan Dengan Pengucapan Pertemuan Berikutnya Mereka Akan
Yang Benar. Penyusunan Ungkapan Larangan Mendapatkan Pos Tes. Para Peserta Didik
Sudah Dengan Tepat Dia Terapkan Pada Diminta Untuk Mempersiapkan Diri Mereka
Kalimat Yang Dia Ucapkan. Ketika Peneliti Baik-Baik. Materi Dari Pos Tes Adalah
Ingin Mengetahui Maksud Laranga Tersebut, Ungkapan Keheranan. Setelah Itu Peneliti
Pemain Pertama Menjawab,”Jangan Minum Menutup Pertemuan Pertama Dan Berkata
Segelas Air! Pemain Pertama Mendapat Skor "Pertemuan Kita Lanjutkan Minggu Depan
Sepuluh. Dengan Tema Yang Sama! Selamat Pagi.
Pemain Kedua Melempar Dadu. Tapi Wassalam!” Peserta Didik Menjawab,”Selamat
Sayang Sekali, Mata Dadu Yang Keluar Tiga Pagi. Waalaikumsalam......!” Kemudian, Peneliti
Dan Kebetulan Kotak Ketiga Berisi Gambar Meninggalkan Kelas.
Ular, Yang Artinya Pemain Harus Turun Ke 3) Pertemuan Ketiga, Sabtu, 28 Juli, 2014
Bawah, Mengikuti Arah Ular. Dia Tampak (08:30 - 10:00)
Kecewa Dengan Itu, Tetapi Untunglah Pada Pertemuan Ke Tiga, Peneliti
Temannya Segera Mengetahui Dan Melakukan Post-Test. Tes Ini Dilakukan Untuk
Menghiburnya. Mengetahui Prestasi Siswa Dalam Kompetensi
Pemain Ke Tiga Melempar Dadu. Berbicara Setelah Pelaksanaan Permainan Ular
Keluarlah Mata Dadu Tiga. Ketika Berada Di Tangga.
Langkah Ke Lima Dia Terhenti, Dikotak Ke 1) Observasi
Lima Tertera Kata Grass. Pemain Ke Tiga Pengamatan Merupakan Aspek Penting
Dengan Enteng Menjawab,” Don’t Cut The Dalam Penelitian Tindakan Kelas, Karena Dapat
Grass! Selain Menjawab Sesuai Dengan Situasi Membantu Peneliti Memperoleh Pemahaman
Yang Telah Diberikan, Pemain Juga Harus Yang Lebih Baik Dari Penelitian Itu Sendiri,
Mengetahui Maksud Ungkapan Larangan Yang Sementara Pada Saat Yang Sama Peneliti Dapat
Oleh : Tugiyo
SMAN 1 Kendal Kabupaten Ngawi
e-mail: tugiyo@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci : Meningkatkan Prestasi, Berlomba dalam kebaikan, Metode Pembelajaran Cooperative
Kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMAN 1 Kendal Kec. Kendal Kab. Ngawi masih
sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh teknik pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa merasa
bosan pada saat mengikuti pembelajaran. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang
telah ditentukan adalah 70,0, dari 20 siswa yang berhasil mencapai target KKM hanya 40% atau 4
siswa, sedangkan yang tidak berhasil mencapai target KKM 60% atau 16 siswa. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan teknik pembelajaran yang tepat dan berdaya guna.
Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dan untuk
mengetahui perubahan prilaku siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran Tan-yeksung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 41.2 %. Nilai rata-rata pada prasiklus
56.5, pada tindakan siklus I nilai rata - rata yang diperoleh 66.3 artinya mengalami peningkatan
sebesar 9.8 atau 17.4 %. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan
sebesar 13.5 atau 20.4 % bila dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Perubahan sikap dan perilaku
siswa kelas XI SMAN 1 Kendal Kec. Kendal Kab. Ngawi menunjukkan perubahan prilaku siswa
yang positif.
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional secara untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
menyeluruh adalah membentuk organisasi memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada
pendidikan yang bersifat mandiri sehingga segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
mampu melakukan perubahan dalam pendidikan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
untuk menuju dalam suatu lembaga yang pendidikan.
beretika, selalu menggunakan nalar, Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
berkemampuan komunikasi sosial yang positif tersebut diperlukan pemahaman bagi siswa atas
dan memiliki sumber daya manusia yang materi-materi yang dijabarkan. Meskipun telah
tangguh. Sedangkan secara spesifik, tujuan banyak metode yang telah diciptakan dan
pendidikan nasional adalah membentuk manusia digunakan, namun masih saja terjadi salah
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang pengertian konsep oleh siswa, terutama dalam
Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat
budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, SMA.
cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung Salah satu penyebab rendahnya mutu
jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib pendidikan adalah ketidaktepatan penggunaan
dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, model pembelajaran yang digunakan guru di
demokratis) dan berbadan sehat sehingga dalam kelas. Kenyataan menunjukan bahwa
menjadi manusia mandiri. (Mulyasa, 2002) selama ini sebagian guru menggunakan model
Selain tujuan pendidikan di atas, pembelajaran bersifat tradisional yang pada
pendidikan bertujuan membimbing siswa ke arah pelaksanaannya guru mendominasi proses
tujuan yang nilainya lebih tinggi. Pendidikan pembelajaran sehingga seolah-olah guru adalah
yang baik adalah usaha yang berhasil membawa seorang yang paling benar. Dalam penyampaian
semua siswa kepada tujuan itu. Apa yang materi adalah bukan hanya sekedar pemindahan
diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh pengetahuan guru kepada siswa secara
siswa. Tujuan pendidikan memuat gambaran seutuhnya, namun dalam prosesnya siswa harus
tentang nilai-nilai yang baik, luhur dan indah dirangsang dan diberi kesempatan untuk
mengajar guru dan aktivitas siswa dalam proses berdimensikan sosial dan hubungan antar
pembelajaran. manusia. Dalam model pembelajaran kooperatif,
Berangkat dari uraian di atas, diperlukan siswa dituntut bekerjasama dan bergantung
usaha dari guru untuk lebih bisa dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah.
mendemontasikan dan menjelaskan kepada siswa
konsep-konsep dasar berlomba dalam kebaikan Teori yang Melandasi Pembelajaran
kepada Allah SWT yang bersifat abstrak. Untuk Kooperatif
mengatasi hal tersebut dapat digunakan model John Dewey (1969) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih
kooperatif mengacu pada , pertama kompetensi besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
ilmiah, yaitu ketrampilan siswa dalam belajar tentang kehidupan nyata. Pedagogik
memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Dewey mengharuskan guru menciptakan didalam
Islam dengan benar, kedua kompetensi sosial, lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang
yaitu kemampuan/ketrampilan siswa dalam bercirikan dengan prosedur demokrasi dan proses
bersosialisasi dengan cara bekerja sama dalam ilmiah. Tanggung jawab utama mereka adalah
suatu kelompok untuk memahami konsep-konsep memotivasi siswa untuk bekerja secara
yang sulit dan menyelesaikan suatu kooperatif dan untuk memikirkan masalah sosial
permasalahan agar dapat terselesaikan dengan penting yang muncul pada hari itu. Di samping
baik, ketiga kompetensi komunikasi, yaitu upaya pemecahan masalah di dalam kelompok
ketrampilan siswa dalam mempresentasikan dan kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi
menyampaikan laporannya kepada seluruh kelas. melalui interaksi hari ke hari satu sama lain,
Hasil penelitian (Nur, 2000) menunjukkan (Ibrahim Muslimin dkk. 2000 :12).
bahwa hasil belajar akademik kelas kooperatif Herbert Thelan (1954, 1969)
yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan Menyampaikan bahwa kelas haruslah merupakan
kelompok kontrol. Sehingga ditunjukkan bahwa laboratorium atau miniatur demokrasi yang
teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan
unggul dalam meningkatkan hasil belajar antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman dinamika kelompok, mengembangkan bentuk
belajar individual atau kompetitif. yang lebih rinci dan terstruktur dari penyelidikan
Dengan adanya fenomena tersebut, maka kelompok yang akan dibicarakan kemudian,
sebagai guru atau peneliti ingin menerapkan mempersiapkan dasar konseptual untuk
model pembelajaran kooperatif, karena tipe ini pengembangan masa kini pembelajaran
tidak hanya unggul membantu siswa dalam kooperatif (Ibrahim, Muslimin dkk. 2000 : 13).
memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga Menurut teori motivasi, siswa pada
sangat berguna untuk menumbuhkan pembelajaran kooperatif terutama terletak pada
kemampuan bekerjasama, kreatif, berfikir kritis bagaimana bentuk hadiah atau struktur
dan siswa terlibat aktif mental maupun fisik. pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan
Misalnya siswa berani mengemukakan ide- kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa
idenya melalui diskusi baik antar siswa maupun yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan
dengan guru. hanya jika siswa lain juga akan mencapai tujuan
tersebut (Ibrahim, Muislimin dkk. 2000: 17).
LANDASAN TEORI Teori Pembelajaran Kognitif dalam
Model Pembelajaran Kooperatif Penelitian telah menemukan bahwa informasi
Belajar secara kooperatif dikembangkan dapat disimpan di dalam memori dan terkait
berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis dengan informasi yang sudah ada di dalam
dan teori belajar sosial. Pendekatan belajar memori itu, maka siswa harus terlibat dalam
konstruktivis dalam pengajaran menerapkan beberapa macam kegiatan restruktur atau
pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan elaborasi kognitif atas suatu materi. Salah satu
teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan cara elaborasi kognitif yang paling efektif adalah
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka menjelaskan materi itu pada orang lain (Ibrahim,
saling mendiskusikan masalah tersebut dengan Muslimin dkk. 2000:18).
temannya. Pembelajaran ini dapat digunakan Teori konstruktivis memandang bahwa
untuk mengajarkan materi yang agak kompleks siswa secara terus-menerus memeriksa
dan yang lebih penting lagi dapat membantu guru informasi-informasi baru yang berlawanan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki
aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. tugas/ tanggung jawab tertentu dalam
Pandangan ini mempunyai keterlibatan yang kelompok.
mendalam dalam pengajaran, sebagaimana 4. Berada dalam kelompok. Berada dalam
diuraikan terdahulu bahwa teori ini kelompok maksudnya adalah tiap anggota
menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan
siswa dalam pembelajaran mereka sendiri dengan berlangsung.
apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas 5. Berada dalam tugas. Berada dalam tugas
kelas. Karena penekanannya pada siswa sebagai maksudnya meneruskan tugas yang menjadi
siswa yang aktif, maka peran guru adalah tanggung jawabnya, agar kegiatan akan dapat
membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau diselesaikan dalam waktunya.
prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan 6. Mendorong partisipasi. Mendorong
memberikan ceramah atau mengendalikan partisipasi berarti mendorong semua anggota
seluruh kegiatan kelas (Nur, 2000:3). kelompok untuk memberikan kontribusi
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa terhadap tugas kelompok. Keterampilan ini
siswa lebih mudah untuk mempelajari sesuatu perlu jika 1 atau 2 orang tidak berpartisipasi
dan menyelesaikan masalah secara bersama- maka hasil dari kelompok tidak akan
sama. Karena itu di dalam kelas perlu diterapkan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kurang memuaskan.
kooperatif mengajarkan pada siswa untuk 7. Mengundang orang lain untuk berbicara.
menghargai pendapat orang lain. Dalam Mengundang orang lain untuk berbicara
pembelajaran kooperatif guru bertindak sebagai maksudnya meminta orang lain untuk
mediator dan pembimbing. berbicara dan berpartisipasi dalam tugas.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa 8. Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
tidak cukup jika hanya jika mempelajari materi Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
saja, tetapi mereka juga harus memepelajari berarti menyelesaikan tugas sesuai dengan
keterampilan-keterampilan kooperatif. waktu yang direncanakan, pekerjaan yang
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut tidak selesai tepat pada waktunya akan
berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan memperoleh nilai yang rendah. Anggota
kerja dan peranan tugas agar kelompok dapat kelompok akan merasa berprestasi dan
bekerjasama secara produktif. Peranan hubungan memiliki semangat tim, bila mereka
kerja ini dibangun dengan mengembangkan menyelesaikan tugas dan mengerjakannya
komunikasi dan hubungan antar anggota dengan baik.
kelompok. Sedangkan peranan tugas membagi 9. Menghormati perbedaan individu.
tugas-tugas antar anggota selama kegiatan Menghormati perbedaan individu berarti
kelompok berlangsung. bersikap menghormati terhadap budaya, suku,
Keterampilan-keterampilan kooperatif ras atau pengalaman dari semua siswa.
tersebut antara lain sebagai berikut (Nur dkk, Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah
2000) : 1. Menunjukkan penghargaan dan simpati.
Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal Menunjukkan penghargaan dan simpati
1. Menggunakan kesepakatan. Menggunakan maksudnya menunjukkan rasa hormat,
kesepakatan merupakan penyamaan pendapat pengertian, dan rasa sensitivitas terhadap
yang berguna untuk peningkatan hubungan usulan-usulan yang berbeda dari orang lain.
kerja dalam kelompok. 2. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
2. Menghargai kontribusi. Menghargai yang dapat diterima. Mengungkapkan
kontribusi berarti memperhatikan atau ketidaksetujuan dengan cara yang dapat
mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan diterima dalam hal ini siswa mampu
anggota lain. Hal ini bukan berarti bahwa menyatakan pendapat yang berbeda dengan
harus selalu setuju dengan pendapat orang cara yang sopan dan sikap yang baik.
lain, dapat saja berupa kritik namun kritik 3. Mendengarkan dengan aktif. Mendengarkan
tersebut harus ditujukan terhadap ide dan dengan aktif maksudnya mampu
tidak kepada individu. menggunakan pesan fisik dan lisan, sehingga
3. Mengambil giliran dan berbagi tugas. pembicara tahu bahwa anda menyerap
Mengambil giliran dan berbagi tugas yang informasi.
berarti setiap anggota kelompok bersedia 4. Bertanya. Bertanya dalam arti siswa dapat
menggantikan dan bersedia mengemban meminta atau menanyakan suatu informasi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Degeng, I.N.S. 2000. ”Paradigma Baru
Pendidikan Memasuki Era
Desentralisasi dan Demokrasi”, Jurnal
Gentengkali Edisi 6 Tahun III,
Surabaya : Depdiknas Propinsi Jawa
Timur.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam menunjang
Kecakapan Hidup Siswa. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas. 2003. Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning). Jakarta: Depdiknas.
Ischak dan Warji. 1987. Program Remedial
dalam Proses Belajar Mengajar.
Yogyakarta : Liberty
Jatmiko, Budi dan Fida Rachmadiarti. 2004.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Surabaya : UPRES UNESA
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, karakteristik, dan
Oleh : Sukarno
SDN Gemarang 4 Kecamatan Kedunggalar Ngawi
e-mail: sukarno@yahoo.com
ABSTRAK
Kata kunci: Teknik hipnoteaching, keterampilan menulis prosa
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan secara utuh apabila cakupannya
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal meliputi empat manfaat, yaitu (1) membantu
3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan pengetahuan budaya, (3) pengembangan cipta
membentuk karakter serta peradaban bangsa dan rasa, (4) dan menunjang pembentukan
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan watak.
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional Salah satu cara untuk mengembangkan
bertujuan untuk mengembangkan potensi apresiasi sastra pada anak didik ialah dengan
peserta didik agar menjadi manusia yang pengajaran puisi. Tujuan pengajaran prosa di
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang sekolah adalah agar siswa memperoleh
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kesadaran yang lebih terhadap dirinya sendiri,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga orang lain dan lingkungan sekitar, memperoleh
negara yang demokratis serta bertanggung kesenangan, dan anak memperoleh pengetahuan
jawab (depdiknas,2003). Salah satu pengajaran dan pengertian dasar tentang prosa. Yang perlu
pembentukan karakter yang dilakukan disekolah mendapat perhatian dalam pengajaran prosa di
adalah dengan pengajaran sastra. sekolah adalah pemilihan bahan pengajaran dan
Pengajaran sastra di sekolah bertujuan penyajiannya. Menulis prosa merupakan satu
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk
membentuk karakter seperti yang digalakkan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan
pemerintah pada akhir tahun 2010. Sebagaimana penguasan keterampilan menulis, diharapkan
yang diungkapkan oleh Rahmanto (2004: 16) siswa dapat mengungkapkan, pikiran, perasaan
bahwa pengajaran sastra dapat membantu yang dimilikinya setelah menjalani proses
pembelajaran dalam berbagai tulisan di dalam kelas yang dilaksanakan guru lebih
(Nurgiyantoro, 2002:309). cenderung memberikan informasi tentang sastra,
Untuk mewujudkan proses dan hasil sehingga kemampuan mengapresiasi dan
tersebut, kemampuan mengembangkan metode mencipta kurang mendapat perhatian.
dan teknik mengajar sangat diperlukan untuk Pelaksanaan pembelajaran menulis prosa
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dilakukan guru dengan memberikan contoh-
dan membangun motivasi siswa dalam kegiatan contoh tulisan prosa kepada siswa, kemudian
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan siswa diminta untuk membuat prosa sesuai
hasil belajar siswa pada khususnya dan mampu dengan yang diinginkan siswa. Guru sebelumnya
mencapai apa yang dicita-citakan oleh tidak membangun motivasi siswa serta
pendidikan nasional Indonesia pada umumnya. mengkondisikan siswa dalam suasana yang
Dari hasil observasi yang dilakukan penulis di menyenangkan, sehingga mampu memunculkan
kelas V SDN Gemarang 4 Kecamatan kreatifitas dan imajinasi siswa untuk menulis
Kedunggalar Ngawi terhadap pembelajaran prosa prosa. Hasil observasi mengenai pembelajaran
dengan melakukan tanya jawab terhadap siswa menulis prosa pada siswa kelas V SDN
didapatkan bahwa 16 dari 30 siswa menyatakan Gemarang 4 Kecamatan Kedunggalar Ngawi
kesulitan untuk membuat prosa. Berdasarkan mendorong penulis untuk mengatasi masalah
hasil wawancara dengan guru dan siswal yang terjadi dengan menggunakan teknik baru
pengamatan terhadap pembelajaran menulis dalam pembelajaran menulis prosa, yaitu dengan
prosa di kelas yang dilakukan oleh guru bahwa menggunakan teknik hipnoteaching.Penelitian ini
kesulitan yang dialami siswa untuk membuat berbeda dengan penelitian sebelumnya.
puisi disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian ini berjudul Penerapan Teknik
Beberapa faktor yang menyebabkan Hipnoteaching untuk Meningkatkan Kemampuan
kesulitan siswa dalam menulis prosa adalah (1) Menulis Prosa Siswa Kelas V SDN Gemarang 4
siswa kurang mampu mengimajinasikan atau Kecamatan Kedunggalar Ngawi. Salah satu
mengingat kembali pengalaman menarik ataupun alasan mengapa penulis menggunakan teknik
menyedihkan yang pernah mereka alami hipnoteaching adalah untuk mengatasi
sebelumnya untuk dirangkai menjadi sebuah keterbatasan alam sekitar siswa jika seandainya
puisi bebas, (2) tertanam dalam pikiran siswa siswa ingin menulis prosa yang bernuansa
bahwa membuat prosa itu sangat susah, karena pegunungan, lautan, anak jalanan, atau bahkan
guru juga tidak menanamkan persepsi kepada kasih sayang seorang ibu, dan lain sebagainya
siswa bahwa menulis prosa itu sangat mudah, (3) sedangkan alam disekitar siswa tidak mendukung
siswa mengalami kesulitan menuangkan pikiran untuk membantu siswa mengeskpresikan
dan perasaan mereka dalam bentuk prosa (4) perasaannya menjadi rangkaian prosa.
menemukan kata pertama dalam membuat prosa, Teknik hipnosteaching merupakan teknik
(5) minimnya penguasaan kosa kata dan menulis pembelajaran menulis prosa dengan cara
prosa, karena tidak terbiasa mengemukakan memasukkan sugesti-sugesti positif kepada
perasaan, pikiran dan imajinasi mereka ke dalam siswa sehingga siswa dapat mengimajinasikan
prosa. sugesti yang mereka terima melalui teknik
Suasana pembelajaran prosa di kelas V hipnoteaching. Hipnoteaching merupakan seni
kurang menarik minat para siswa. Siswa lebih eksplorasi alam bawah sadar (Gunawan, 2007:3).
tertarik dan memilih untuk bermain dengan Pikiran bawah sadar yang dimaksudkan adalah
teman yang berada di dekatnya dibandingkan kondisi dimana gelombang otak berada dalam
dengan mengikuti pembelajaran menulis prosa. kondisi alfa dan tetha, kondisi inilah yang
Salah satu penyebab kurangnya kemampuan dimaksudkan dalam kondisi hipnotis (Gunawan,
siswa menulis prosa adalah penerapan metode 2007:22).
dan teknik yang digunakan guru untuk Pada saat pikiran memasuki gelombang
mengajarkan menulis prosa kurang menarik alfa, disitulah saat seseorang benar- benar dalam
minat siswa dan membantu siswa dalam menulis kondisi relaks dan fokus serta dapat dengan
prosa. Teknik yang digunakan guru belum mudah menyerap informasi secara maksimal
mampu mengembangkan potensi-potensi yang tanpa adanya pikiran pikiran yang mengganggu.
ada pada diri siswa dan secara leluasa Dalam kondisi gelombang ini pula efek
mengekspresikan perasaannya. Pembelajaran visualisasi siswa akan meningkat, sedangkan
menulis kreatif prosa cenderung bersifat teoritis pada saat pikiran memasuki kondisi tetha,
informatif dan bukan apresiatif produktif. Belajar seseorang telah berada pada kondisi setengah
tidur atau sering disebut dengan kondisi mediatif, siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam kondisi ini ide-ide kreatif muncul (Hakim, dalam mengapresiasi karya sastra.
2010:50).
Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh Teknik Hipnosis
guru untuk memberikan sugesti-sugesti verbal 1.Pengertian Teknik Hipnoteaching
mengenai sebuah keadaan, panorama alam atau Teknik ialah cara yang digunakan
fenomena yang lain dalam pikiran siswa. Dengan seseorangdalamrangkamengimplementasi kan
sugesti yang diberikan kepada siswa melalui suatu metode (Sanjaya, 2008:127).
teknik hipnoteaching, siswa dapat Hipnoteaching bukan merupakan sesuatu yang
mengimajinasikan apa yang disampaikan guru asing bagi kita. Terkadang tanpa kita sadari kita
kepada mereka serta memunculkan ide-ide telah mempraktekan konsep hipnosteaching.
kreatif yang ada pada diri siswa dan Misalnya seorang guru yang piawai memberikan
berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang motivasi ketika mengajar dikelas, sehingga
disampaikan oleh guru,kemampuan sugesti yang waktu jam pelajaran yang panjang tidak terasa
terus tergiang dalam otak ,mampu mengantarkan telah dilewati karena murid merasa senang
seseorang pada apa yang dipikirkan. Sedangkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
imajinasi merupakan proses membayangkan yang disukainya tersebut.
sesuatu terlebih dahulu baru melakukannya Hypnotis tidak hanya digunkan dalam
dalam hal ini seorang guru harus mampu mengatasi masalah yang menyangkut kondisi
membiarkan siswanya berskpresi dan fisik maupun psikis,melainkan juga bisa
berimajinasi dimanfaatkan dalam upaya optimalisasi kegiatan
belajar mengajar hipnotis yang satu ini biasa
LANDASAN TEORI disebut dengan istilah Hypnoteaching.
Teknik Hipnoteaching Sebagaimana dikemukakan heriyanto
Menurut Sanjaya (2008), teknik ialah cara yang Nurcahyo secara harfiah Hypnoteaching berasal
digunakan seseorang dalam rangka dari kata Hypnosis dan Teaching diartikan bahwa
mengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, hypnoteaching adalah seni berkomunikasi
2008:127). Sedangkan definisi hipnoteaching dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa
berasal dari kata hypnosis dan teaching dari sini menjadi cerdas. Dengan sugesti yang diberikan
diartikan bahwa hypnoteaching adalah seni ,diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan
berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti bahwa ada potensi luar bias yang selama ini
agar para siswa menjadi lebih cerdas dan belum dioptimalkan dalam pembelajaran. Dalam
tercerahkan bahwa ada potensi luar biasa yang Hypnoteaching penyajian materi pembelajaran
selama ini belum pernah mereka optimalkan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang
dalam pembelajaran ,menurut Gunawan (2007), memberikan sugesti siswa untuk berkosentrasi
hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh
menjadi sangat terpusat sehingga tingkat guru.
sugestibilitas meningkat tinggi (Gunawan, Hipnosis dalam bahasa Inggris berasal dari
2007:3).Berdasarkan definisi teknik dan kata hypnosis atau hypnotism. Sering kita salah
hipnoteaching, didapatkan definisi mengenai menggunakan istilah Hypnotis dan hipnosis.
teknik teaching dalam penelitian ini. Teknik Kata hipnotis artinya orang yang melakukan
hipnoteaching merupakan cara yang digunakan hipnosis. Sedangkan hipnosis Menurut kamus
guru pada saat proses pembelajaran prosa dengan encharta (dalam Gunawan,2007:3)
memberikan sugesti bermakna:Suatu kondisi yang menyerupai
kondisi tidur yang dapat secara sengaja
Menulis prosa dilakukan kepada orang, dimana mereka akan
Prosa ialah karya sastra dalam bentuk memberikan respons pada pertanyaan yang
bahasa yang terurai tidak terikat oleh rima diajukan dan sangat terbuka dan reseptif terhadap
,ritme,jumlah baris dan sebagainya. Adapun sugesti yang diberikan oleh hipnotis.Teknik atau
unsur-unsur instrinsik dalam prosa adalah praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk
tema,amanat,plot atau alur,perwatakan,sudut masuk dalam kondisi hipnosis.
pandang,latar dan gaya bahasa .Menulis prosa Definisi lain dari berbagai sumber yang
merupakan salah satu bidang keterampilan dikemukakan Gunawan (2007:3) antara lain: 1)
apresiasi terhadap karya sastra. Tujuan dengan Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian
diberikannya pembelajaran menulis prosa pada menjadi sangat terpusat sehingga tingkat
sugestibilitas meningkat tinggi. Hipnosis adalah melibatkan konsentrasi pada relaksasi fisik. Saat
seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang tubuh rileks pikiran kita juga semakin rileks.
sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang Peningkatan kemampuan sebagian atau seluruh
dicapai dengan cara menurunka gelombang otak. panca indera Kemampuan indra dapat
2) Hipnosis adalah eksplorasi alam bawah sadar. ditingkatkan melalui hipnosis. Indra dapat
3) Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang beroperasi lebih akurat bila fungsinya diarahkan
meningkat. Hipnosis adalah suatu kondisi pikiran dengan menggunakan sugesti.
yang dihasilkan oleh sugesti. Teknik Pengendalian refleks dan aktivitas fisik.
hipnosteaching yang dimaksudkan pada Pada saat hipnosis detak jantung dapat
penelitian ini merupakan teknik yang diterapkan dikendalikan. Siswa yang merasa tegang pada
guru untuk pembelajaran menulis prosa dengan saat pembelajaran mengakibatkan detak jantung
cara memberikan sugesti berupa kata-kata positif siswa yang terlalu cepat sehingga mengakibatkan
kepada siswa melalui hipnosis. Sugesti diberikan kecemasan pada siswa. Dengan cara hipnosis,
dengan tujuan memperkaya perbendaharaan kata detak jantung yang terlalu cepat dapat diatur
ataupun bahasa siswa sebagai bekal membuat dengan normal sehingga tidak ada ketegangan
prosa dan menggali imajinasi siswa. Kalimat yang dialami siswa pada saat
yang bersifat meluas membantu siswa pembelajaran.Respons terhadap pengaruh pasca
memperoleh modal dalam pembalajaran kosa hipnosisHasil yang dirasakan dalam sebuah
kata. proses hipnosis adalah bagaimana pengaruh
Sugesti yang diberikan guru melalui sugesti yang diberikan berdampak pada aktivitas
teknik Hypnoteaching mampu memberikan yang dilakukan oleh siswa setelah siswa bangun
gambaran dalam imajinasi siswa dengan dari kondisi hipnosi
menghubungkan pengalaman yang pernah
mereka alami. Daya imajinasi siswa yang Langkah- Langkah Hipnosis
dimunculkan oleh pikiran bawah sadar pada saat Berikut ini adalah langkah-langkah yang
hipnoteaching merupakan bekal untuk efektif untuk memasuki kondisi hipnosis dengan
mendapatkan gambaran mengenai suatu objek mudah yang diciptakan Dave Elman, pakar
yang akan diangkat menjadi sebuah puisi.Pada hipnosis (Gunawan, 2009:112)Relaksasi tubuh
saat kondisi hipnosis, seseorang berada dalam Misalkan dengan memberi sugesti ”tarik nafas
kondisi sangat sadar. Otak kanan dimanfaatkan dalam dalam....tahan dalam empat
untuk mengembangkan daya imajinasi atau hitungan...hembuskan perlahan....dan tutup mata
visualisasi kalimat yang diterima, gelombang kalianSekarang perhatikan kelopak mata
otak semakin menurun dan mengantarkan kalian..perintahkan kepada kedua kelopak mata
seseorang pada pikiran bawah sadar. kalian untuk semakin rileks...sangat
Pikiran bawah sadar merupakan sumber santai..bagus, dan kini kelopak mata kalian
emosi. Emosi adalah bentuk ekspresi yang menjadi benar-benar sangat santai...” dan
mencerminkan perasaan terhadap suatu situasi. seterusnya.
Emosi bersifat alamiah dan tidak rasional. Emosi Relaksasi pikiran misalkan dengan
sangat diperlukan ketika seseorang menulis puisi, memberikan sugesti ”rilekskan pikiran kalian.
karena emosi mampu memperkuat keindahan Hilangkan semua pikiran yang masih
setiap kata yang disusun dalam sebuah prosa. mengganggu. Saat saya menghitung mundur dari
Menurut Gunawan (2007:16) ada 20...19...18 dan seterusnya. Untuk setiap
beberapa ciri-ciri hipnosis yang dikemukakan hitungan kalian tambahkan kata ”semakin santai”
oleh para ahli :Perhatian yang terpusat/ fokus pada diri kalian dan seterusnya sampai pikiran
tunggalPada saat proses pikiran memasuki benar-benar santai memperdalam relaksasi.
kondisi hipnosis, secara perlahan tapi pasti Sugesti bisa diberikan misalnya ”saya akan
perhatian akan menjadi terfokus sehingga membantu kalian untuk lebih santai lagi..saya
mencapai kosentrasi yang tinggi. Dalam kondisi akan membimbing kalian untuk turun dari lift
normal, pikiran sadar dibanjiri oleh berbagai lantai 3 ke lantai 1 untuk setiap hitungan turun
stimulus yang masuk melalui 5 indra. Saat kalian akan menjadi jauh lebih santai dan
berada pada kondisi hipnosis, perhatian menjadi semakin santai.
lebih terpusat hanya pada satu stimulus tertentu. Pada saat siswa sudah benar-benar
Relaksasi kondisi fisik. memasuki kondisi hipnosis, siswa diberikan
Cara yang digunakan untuk membawa sugesti berupa kata atau kalimat yang dirangkai
pikiran dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar menjadi sebuah rangkaian gambaran suasana
atau keadaan berdasarkan tema yang diangkat kesempatan kepada siswa untuk melakukan
untuk menjadi prosa.Sebelum melakukan sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif .
hipnosis guru harus mempersiapkan rancangan Hal ini terbukti dapat meningkatkan
sugesti yang akan diberika kepada siswa sesuai motivasi dan ketertarikan mereka pada
dengan tema yang diambil dan menggunakan pembelajaran karena kompetensinya sedikit.
pembelajaran dengan teknik Hypnoteaching. Apabila jika mereka diberi kesempatan
Berikut ini adalah beberapa acuan untuk untuk.saling berbagi ide ,pengalaman, dan
merancang pembelajaran Hypnoteaching Kuasai argumen secara bebas tanpa harus saling
materi secara komprehensif Penguasaan materi menjatuhkan satu sama lain.Upayakan materi
sangat esensial untuk dapat melaksanakan tugas yang disampaikan kontektual.
aktif bukanlah perkara muda, tetapi mutlak harus Seseorang harus pandai dalam mengaitkan
dilakukan oleh guru secara mengajar dengan baik materi yang diajarkan dengan pengetahuan awal
dan menarik. Jika guru mampu menguasai materi para siswa. Hal ini penting dilakukan agar
pelajaran secara komprehensif,tentu akan mampu mereka dapat memahami bahan pelajaran yang
memberikan contoh, Analogi ataupun ilustrasi diberikan dengan lebih baik. Berikan umpan
yang beragam dan sesuai dengan konteks,serta balik dengan cepat dan bersifat deskriptif.
dapat meyesuaikan dengan latar belakang siswa. Memberikan umpan balik dengan cepat
Libatkan siswa secara aktif.Menyiapkan dan bersifat deskriptif mampu membantu para
pembelajaran agar siswa terlibat aktif bukanlah siswa menyadari sudah sejauh mana
perkara mudah ,tetapi harus dilakukan oleh guru perkembangan pemahaman atau penguasaan
secara kreatif. Sebagai contoh ia bisa melibatkan mereka terhadap pengetahuan atau penguasaan
para siswa untuk melakukan diskusi pelajaran mereka terhadap pengetahuan ,keterampilan atau
dengan baik sikap siswa.Tingkatkan jam terbang.Tidak ada
Upayakan untuk melakukan interaksi yang bisa mengalahkan pengalaman karena
informal dengan siswa.Terkadang bergurau dan pengalaman yang baik ataupun yang uruk
berbincang di sela - sela istirahat atau sebelum merupakan guru yang terbaik dalam
memulai materi,sangat penting untuk mencairkan kehidupan,termasuk bagi para siswa .Maka dari
suasana . Tidak hanya itu , hal tersebut juga bisa itu supaya pengalaman belajr mereka semakin
membangkitkan motivasi dan keterlibatan siswa meningkat ,maka tambahkan jam pelajaran bagi
dalam pembelajaran. mereka misalnya dengan menjalankan tugas
Berikan siswa kewenangan dan tanggung praktik, sehingga kemampuan mereka semakin
jawab atas belajarnya.Siswa akan termotivasi bertambah.
jika ia diberi kewenangan untuk menentukan
sendiri cara belajarnya. Dengan begitu prestasi METODE
belajar yang diraihnya juga bisa semakin Jenis penelitian ini merupakan Penelitian
meningkat.Yakinkan bahwa setiap siswa Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan
memiliki cara belajar yang berbeda-beda desain penelitian deskriptif kualitatif dan
Pada dasarnya setiap siswa memiliki gaya deskriptif kuantitatif. Penelitian tindakan kelas
belajar yang berbeda satu sama lainnya sebab merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru
setiap siswa diyakini memiliki potensi yang dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
berbeda-beda .Ada siswa yang pintar dalam dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
bidang tertentu,tetapi lemah dalam bidang sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
lainnyadengan demikian jangan perlakukan menjadi meningkat (Wihardit, 2008:1.4).
semua siswa dengan cara yang sama sehingga Tujuan utama penelitian tindakan kelas
seorang guru dapat lebih mudah dalam adalah memperbaiki peningkatan layanan
meningkatkan kualitas belajar mereka. pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat
Yakinkan siswa bahwa mereka mampu (Zainal, 2009:3). PTK juga merupakan penelitian
berhasil dalam pelajaran.Sebagai guru kita harus yang memiliki tujuan untuk memecahkan
bisa menyakinkan para siswa bahwa materi masalah nyata yang terjadi di kelas dan
pelajaran atau tugas yang kita berikan dapat meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
mereka lakukan dengan baik, sehingga kegiatan pengembangan profesinya. Jadi dalam
hasilnyapun dapat maksimal.Berikan kesempatan penelitian tindakan kelas terdapat tiga unsur atau
kepada siswa untuk melakukan sesuatu secara konsep, yaitu:
kolaboratif atau kooperatif.Memberikan 1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
objek, menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau siswa untuk mengatasi masalah tersebut dan
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran menjadi lebih
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik baik. Teknik yang akan diterapkan adalah
minat dan penting bagi peneliti. teknik hipnoteaching
2) Tindakan adalah suatu aktivitas yang Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan
disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu PTK ini adalah merancang bahan ajaran yang
yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan akan disampaikan dalam pembelajaran di
untuk memperbaiki atau menyelesaikan suatu kelas dengan menggunakan teknik
masalah dalam proses belajar mengajar hipnoteaching, merancang skenario
3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik
waktu yang sama menerima pelajaran yang hipnoteaching , serta menetapkan indikator
sama dari seorang guru. ketercapaian dan instrumen pengumpulan
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam data.
Arikunto, 2006:97) mengatakan bahwa model 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
PTK menggambarkan adanya empat langkah Kegiatan Awal
(dan pengulangannya), yaitu: a) Guru membuka pelajaran dan mengawali
a) Tahap 1: menyusun rancangan tindakan yang pembelajaran dengan doa.
dikenal dengan perencanaan. b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Tahap 2 Pelaksanaan Tindakan, yaitu c) Guru menanyakan kepada siswa mengenai
implementasi atau penerapan isi rancangan di pengalaman membuat prosa yang pernah
dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan dilakukan sebelumnya.
kelas. Kegiatan Inti
c) Tahap 3 Pengamatan, yaitu pelaksanaan a) Guru menanamkan persepsi pada diri siswa
pengamatan oleh pengamat. bahwa menulis prosa itu mudah
d) Tahap 4 Refleksi, atau pantulan, yaitu b) Siswa diberikan contoh puisi-puisi sederhana
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa untuk memberikan motivasi kepada siswa.
yang sudah terjadi. c) Siswa dijelaskan bagaimana cara menyusun
prosa
d) Siswa dijelaskan mengenai teknik
hipnoteaching yang akan diterapkan guru
Rencana untuk membantu siswa menulis prosa dengan
Awal
Refleksi mudah. Dengan teknik hipnoteaching siswa
mampu berimajinasi dan membangun emosi
Tindakan /
pada diri siswa. Sehingga menulis prosa
Observasi menjadi semakin mudah
Rencana e) Guru melakukan hipnosis kepada siswa.
yang Direvisi Sugesti yang diberikan kepada siswa
Refleksi
merupakan gambaran tema yang akan
diangkat menjadi sebuah prosa.
Tindakan /
Observasi
f) Sebagian siswa diminta untuk menceritakan
Rencana pengalaman- pengalaman yang dialami pada
yang Direvisi saat kondisi hipnosis.
Refleksi g) Siswa menulis prosa berdasarkan imajinasi
yang mereka rasakan pada saat kondisi
Tindakan / hipnosis dan guru membimbing siswa
Observasi Rencana yang menulis prosa.
Direvisi h) Siswa diminta untuk membacakan prosa
karya mereka sendiri di depan kelas
i) Siswa dan guru memberikan penilaian hasil
karya prosa yang telah mereka buat
Siklus I Kegiatan Akhir
1) Tahap Perencanaan a) Guru bersama siswa memberikan evaluasi
Dari permasalahan yang dirasakan guru mengenai pembelajaran yang telah mereka
meneliti dan merencanakan teknik lakukan
pembelajaran yang akan diterapkan pada
pembelajaran yang dilakukan guru dari tiap 2) Guru sebaiknya mengenali tipe-tipe siswa
siklusnya. dalam belajar dan menyerap informasi untuk
2) Teknik hipnosis dapat membantu siswa dalam membantu guru melakukan proses hipnosis
meningkatkan kemampuan menulis prosa. dengan memberikan sugesti-sugesti yang suai
Terbukti dari nilai yang diperoleh siswa dengan tipe siswa, misalkan tipe auditori
meningkat tiap siklusnya. Siklus I sugesti yang diberikan lebih pada penekanan
menunjukkan persentase ketuntasan siswa pendengaran seperti kata “dengarkan”, untuk
dalam belajar sebesar 20% dengan siswa yang siswa dengan tipe visual sugesti yang
memperoleh kategori nilai cukup ada 14 diberikan lebih pada penekanan kata “lihat”,
siswa, baik ada 4 siswa, kurang ada 11 siswa sedangkan siswa dengan tipe kinestetik lebih
dan sangat kurang ada 2 siswa. Sedangkan pada penekanan kata “rasakan” dan
pada siklus II ketuntasan belajar siswa sebagainya. Penggunaan teknik hipnoteaching
mencapai 96,7%, dengan siswa yang tidak cukup baik untuk siswa yang memiliki
mendapatkan kategori baik sekali ada 9 siswa, pendengaran yang kurang. Pengulangan
kategori baik ada 20 siswa dan kategori cukup sugesti pada siswa yang memiliki
1 siswa. Dari hasil bservasi selama proses pendengaran yang kurang dapat sedikit
tindakan berlangsung membuat perbaikan- membantu siswa lebih memahami sugesti
perbaikan kinerja guru di kelas serta yang diberikan, sehingga guru harus
keseriusan dan keaktifan anak dalam mengetahui latar belakang setiap siswa.
mengikuti pembelajaran. 3) Guru harus pandai dan kreatif untuk
3) Ada beberapa kendala yang dialami guru menciptakan inovasi baru pada tiap siklusnya
selama melakukan proses tindakan. Kendala untuk mengantisipasi kejenuhan yang
yang paling menonjol adalah kurangnya dirasakan siswa. Selain itu guru juga harus
kemaman guru untuk mengelolaan waktu pandai mengkondisikan kelas dengan cara
dengan efektif pada siklus I sehingga proses yang kreatif dan menyenangkan.
pembelajaran kurang berjalan dengan
maksimal. Kendala lain adalah pengelolaan
kelas, siswa sering gaduh di dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA
Terlebih ketika guru ingin mengkondisikan Akhadiah, Sabarti, Dkk. 1992. Bahasa Indonesia
siswa untuk tenang dan memulai hipnosis, I. Jakarta: Depdikbud.
guru membutuhkan kesabaran yang ekstra
untuk mengondisikan siswa untuk tenang. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Saran
Penggunaan teknik hipnosis dalam Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
menulis prosa dirasakan efektif untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
meningkatkan kemampuan menulis prosa siswa. Rineka Cipta.
Namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diperbaiki dan dikembangkan Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian
dalam pebelajaran menulis prosa dengan Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi
menggunakan teknik ini, diantaranya: Aksara.
1) Kemampuan melakukan hipnosis bukan Aqid, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan
merupakan hal yang terlalu mudah dan dapat Kelas. Bandung : Yrama Widya
dikuasai tanpa sering berlatih. Pada saat Badan Standar Nasional pendidikan
melakukan proses hipnosis seorang guru (BSNP). 2006. Standar Isi (SI). Jakarta:
harus benar-benar menguasai teknik Depdiknas.
hipnoteaching sebelum mempraktekkan
langsung pada anak didik dengan melakukan
banyak latihan. Kepercayaan diri yang tinggi DePorter, Bobbi and Mike Hernacki (dalam
juga sangat diperlukan selama melakukan terjemahan Abdurrahman). 2005.
proses hipnosis, agar mampu mempengaruhi Quantum Learning: Membiasakan
siswa dengan mudah dan menarik minat siswa Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
untuk mengikuti hipnosis. Bandung: Kaifa.
Abstrak
Kata kunci: Peningkatan Prestasi, Matematika Sifat-Sifat Bangun Datar, Kooperatif, Tipe STAD
PENDAHULUAN
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional manajer, inovator, operator yang efektif dan yang
yang diamanatkan dalam Undang-Undang mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah,
2003 akan tercapai apabila didukung oleh dalam hal ini adalah guru sangat berat, karena
komponen-komponen pilar pendidikan yang guru yang berada pada garis depan dalam
meliputi motivasi belajar siswa, materi membentuk pribadi anak didik. Oleh karena
pembelajaran, proses pemebelajaran, dan tujuan pendidikan di masa yang akan datang perlu
pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak dalam dikembangkan agar dapat menjadi lebih
pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan
strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja.
Pengolahan proses pembelajaran yang efektif Berdasarkan hasil pengamatan, pola
merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran pengajaran yang dilakukan di SDN Katikan 3
yang akhirnya akan meningkatkan prestasi melalui pengalaman dan pengamatan penulis,
belajar siswa. masih kurang adanya kesesuaian pola pengajaran
Saat sekarang ini pendidikan dihadapkan yang dilakukan dengan dualisme tuntutan
pada tuntutan tujuan yang semakin canggih dan pendidikan. Pengajaran bidang-bidang akademis
meningkat baik ragam maupun kualitasnya. masih dilakukan secara konvensional yang hanya
Sementara itu, pemerintah dan masyarakat membuahkan kemampuan yang bersifat kognitif
berharap agar lulusan dapat menjadi pemimpin, semata bagi siswa. Padahal salah satu titik tumpu
untuk mencapai dualisme tuntutan di atas adalah pembentukan kumpulan yang homogen seperti
melalui pengajaran bidang akademis tersebut. dalam pendidikan inklutif. Hanya boleh digunakan
Pola pengajaran konvensional yang oleh pelbagai kumpulan umur dan dalam pelbagai
dilakukan pada siswa khususnya kelas V SDN mata pelajaran. Pembelajaran koopeatif
Katikan 3 di antaranya disebabkan karena dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya
kurangya pengetahuan dan pengalaman guru pelajar-pelajar dapat berkerjasama dalam
terhadap model pembelajaran yang tepat, dan kumpulan untuk mempelajari isi kandungan
kurang tersedianya perangkat pembelajaran yang pelajaran dengan pelbagai kemahiran sosial.
sesuai. Model pembelajaran dan perangkat Secara dasarnya, pembelajaran kooperatif
pembelajaran yang dimaksud adalah, yang bisa melibatkan pelajar bekerjasama dalam mencapai
meningkatkan kemampuan akademik, satu-satu objektif pembelajaran (Johnson &
melatihkan keterampilan berbicara, sekaligus Johnson, 1991).
menanamkan moralitas kepada siswa. Secara Berdasarkan uraian di atas, perlu untuk
teoritis, untuk mengatasi permasalahan tersebut melakukan penelitian dengan mengembangkan
di antaranya dengan mengembangkan model perangkat pembelajaran yang bercirikan model
pembelajaran Kooperatif. pembelajaran kelompok sebagai salah satu
Harus disadari bahwa alternatif dalam mengatasi permasalahan
banyak parameter yang mempengaruhi hasil pembelajaran matematika kelas V SDN Katikan
pendidikan, seperti; intelegensi siswa, 3. Penelitian ini berjudul “Meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latar Prestasi Belajar Matematika Sifat-Sifat
belakang pendidikan guru, kemampuan guru Bangun Datar Dengan Model Pembelajaran
dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan lain Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SDN
sebagainya. Tetapi yang Katikan 3
Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang Pada dasarnya penelitian yang dilakukan
ini adalah mengembangkan perangkat ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran, sekaligus melatihkan kepada guru pembelajaran yang berorientasi pada model
suatu model pembelajaran. yang diharapkan bisa pembelajaran Kooperatif, yang meliputi; Materi
mewujudkan dualisme tujuan tersebut. Ajar, Rencana Pembelajaran, Lembar Kegiatan
Tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan Siswa, dan Instrumen Tes Hasil Belajar. Untuk
para siswanya untuk memperoleh berbagai memecahkan masalah utama dan berdasarkan
pengetahuan produk dan keterampilan. Lebih dari hasil analisis terhadap prestasi belajar siswa tahun
itu, guru harus dapat mendorong siswa untuk sebelumnya, maka disusun hipotesis tindakan
dapat bekerja secara kelompok dalam rangka sebagai berikut:
menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe
sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan ingin tahu. STAD dapat meningkatkan prestasi siswa dalam
Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar belajar matematika sifat-sifat bangun datar di
perlu dikembangkan pengalaman-pengalaman kelas V SDN Katikan 3. Berdasarkan pendekatan
belajar melalui pendekatan dan inovasi model- penelitian tindakan kelas yang dipilih dan
model pembelajaran yang sesuai. hipotesis tindakan di atas, maka dibuat upaya
Pembelajaran matematika khususnya dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:
diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang Observasi kelas untuk menentukan strategi yang
mendorong siswa belajar secara aktif, baik fisik, tepat dalam rangka penerapan pembelajaran
mental-intelektual, maupun sosial (kelompok) Kooperatif Tipe STAD. Menyusun strategi yang
untuk memahami konsep-konsep matematika. cocok untuk menerapkan pembelajaran
Dalam mengembangkan pembelajaran matematika Kooperatif Tipe STAD, sehingga dapat
di kelas, yang diharapkan adalah keterlibatan aktif dikembangkan menjadi suatu model
seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran yang aplikatif di kelas.
menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi Mengimplementasikan model
dengan lingkungannya. pembelajaran ke dalam kelas, melalui tahapan
Pembelajaran Kooperatif merupakan salah sebagai berikut: 1) Tahap Orientasi Masalah.
satu pembaharuan dalam pergerakan refomasi Memberi pelajaran singkat mengenai bangun
pendidikan. Pembelajaran kelompok sebenarnya datar (siklus I) dan sifat-sifat bangun datar
mencakup banyak jenis bentuk pengajaran dan (siklus II) dengan memberikan penjelasan,
pembelajaran. Asasya ia menggalakkan pelajar rangkuman dan kerangka konsep.
belajar bersama-sama dengan berkesan melalui 2) Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Memasukkan berbagai macam aktivitas di kelas tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus
agar siswa mendapatkan konsep yang memanjat anak tangga tersebut (Slavin, 1994).
representatif. Kemudian dilanjutkan dengan
memberikan soal secara individual kepada siswa Prinsip-prinsip Belajar Konstruktivis
sesuai dengan materi yang diajarkan. Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa
3) Tahap Evaluasi.Tahap akhir adalah dengan belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat
memberikan penilaian pada soal yang telah pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan
diberikan. terdahulu (Abruscato, 1999). Persepsi yang
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan
untuk menerapkan perangkat pembelajaran persepsi baru. Siswa menginterpretasi
matematika SD sifat-sifat bangun datar yang pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan
bercirikan model pembelajaran Kooperatif Tipe baru berdasar realitas yang telah terbentuk di
STAD. Mengetahui hasil belajar matematika dalam pikiran siswa. Konstruktivisme yang
melalui penerapan perangkat dan model berakar pada prsikologi kognitif, menjelaskan
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa kelas bahwa siswa belajar sebagai hasil dari
V SDN Katikan 3. pembentukan makna dari pengalaman.
Pembelajaran Kooperatif Model STAD sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
Student Teams Achievement Division menjadi meningkat.
(STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan Rencana kegiatan yang dilakukan dalam
teman-temannya di Universitas John Hopkin dan penelitian ini tebagi menjadi empat tahap antara
merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif lain: 1) Identifikasi masalah yaitu tahap melihat
yang paling sederhana. Guru yang menggunakan kondisi lapangan. 2) Analisis dan merumuskan
STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok masalah di lapangan. 3) Perencanaan PTK yaitu
siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada tahap merumuskan penerapan pendekatan
siswa setiap minggu menggunakan presentasi pembelajaran yang efektif. 4) Pelaksanaan PTK
verbal atau teks. yaitu implementasi atau uji coba pendekatan
Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah pembelajaran.
menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang,
setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari Prosedur Penelitian
laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai Prosedur dalam penelitian ini meliputi
suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan kegiatan observasi dan refleksi awal dilanjutkan
rendah. Anggota tim menggunakan lembar dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain Kegiatan ini diawali dari siklus I, dan dari hasil
untuk menuntaskan materi pelajarannya dan refleksi siklus I akan digunakan sebagai dasar
kemudian saling membantu satu sama lain untuk dalam merencanakan tindakan siklus II, dan
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, seterusnya.
satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Secara individual setiap minggu atau setiap Observasi dan Refleksi Awal
dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan Berdasarkan observasi sebagai refleksi
tiap individu diberi skor perkembangan. Skor awal pada tahun palajaran sebelumya, maka
perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa Guru telah melakukan pendekatan pembelajaran
jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. dengan menggunakan alat peraga namun siswa
Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat masih cenderung sering kesulitan dalam
atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan menangkap materi pelajaran. Mencermati
skor tertinggi, siswa yang mencapai skor refleksi ini, maka dalam penelitian tindakan kelas
perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai nanti akan menggunakan pendekatan
skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang pembelajaran dengan metode Kooperatif Tipe
seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu STAD. Hal tersebut bertujuan agar siswa
dicantumkan dalam lembar itu (Arends, 2001) termotivasi belajar, sehingga diharapkan proses
pembelajaran dapat bermakna dan efektif.
METODE Hasil belajar kognitif siswa masih rendah.
Rancangan Penelitian Pada tahun sebelumnya pencapaian nilai tes hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 belajar semester II dibawah rata-rata.
s.d 13 November 2008 di SDN Katikan 3 dengan Mencermati refleksi ini maka dalam PTK nanti
alamat Jl. Laksda Adi Sucipto No.202 Malang. pembelajaran lebih memperhatikan kualitas
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V penyelesaian masalah atau soal agar berdampak
di SDN Katikan 3. Penentuan kelas ini pada peningkatan hasil belajar.
berdasarkan pengamatan langsung di kelas dan
berdasarkan hasil refleksi, dimana peneliti ini Siklus I
merupakan guru kelas V SDN Katikan 3. Tahap Perencanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilaksanakan dengan
Jenis Penelitian beberapa rencana yaitu: Menentukan kelas yang
Rancangan yang digunakan dalam akan di PTK kan dan memahami permasalahan
penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan yang terjadi di kelas tersebut serta dipadukan
Kelas (PTK). Menurut Wardani dkk (2006:1.4) dengan hasil refleksi awal seperti yang telah
menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas diuraikan sebelumnya. Membuat rencana
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di pembelajaran sesuai dengan strategi
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, pembelajaranan kontekstual. Kegiatan meliputi
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya langkah-langkah sebagai berikut:
arkan hasil observasi terhadap proses dan hasil Tahap Pelaksanaan Tindakan
belajar siswa dengan langkah sebagai berikut: Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam
Hasil observasi dianalisis empat kali pertemuan. Secara rinci digambarkan
prosentase yang hasilnya dibandingkan antara sebagai berikut: Guru memotivasi siswa terlebih
siklus I dan siklus II. Data hasil uji kompetensi dahulu untuk membangkitkan semangat belajar
dianalisis dengan cara dicari nilai rata-ratanya mereka selama 10 menit. Guru menyajikan
kemudian dibandingkan antara siklus I dan informasi mengenai unsur-unsur bangun
siklus II. Untuk melengkapi penelitian dilakukan geometri datar.
penyebaran angket dan kuesioner untuk Guru mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-
mengetahui persepsi siswa tentang penerapan kelompok belajar. Tiap-tiap kelompok terdiri
Kooperatif Tipe STAD. Hasil isian kuesioner dari 5-6 orang siswa.
dianalisis dengan cara mencari prosentase item Guru menjelaskan kepada siswa tentang
angket. keterampilan kooperatif yang harus dilakukan
selama pembelajaran dengan menuliskan di
HASIL PEMBAHASAN papan keterampilan-keterampilan kooperatif
Siklus I yang harus dilatih selama pembelajaran
Penelitian tindakan kelas dengan penerapan berlangsung. Siswa diberikan lembar kerja
strategi Pembelajaran Kooperatif model STAD (LKS) secara kelompok. Pada akhir tahap siswa
dilaksanakan di kelas V SDN Katikan 3 melalui diberi soal atau tugas secara individual.
dua kali siklus. Secara rinci hasil tindakan
diuraikan sebagai berikut : Tahap Observasi
Tahap ketiga ini dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan oleh guru pengajar.
Guru merekam segala aktivitas siswa selama 40. Irfana Labbiba Islami 85
tindakan pembelajaran berlangsung. 41. Bagus Permana 55
Data yang didapat dari hasil observasi terbagi 42. Muhammad Musafa’ 72,5
menjadi tiga macam yaitu: (1) catatan hasil uji 43. Citra Nadya Dwi Irianti 77,5
kompetensi (2) catatan bebas pengamatan. 44. Iman Andis Syaugi 82,5
Nilai rata-rata 76,4
Hasil uji kompetensi Nilai tertinggi 95
Hasil evaluasi dalam uji kompetensi siswa Nilai terendah 52,5
setelah pembelajaran Kooperatif model STAD Σ Nilai di bawah KKM 6
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut: Rata-rata hasil evaluasi Pembelajaran Kooperatif
model STAD sudah mencapai standar KKM
No Nama Nilai yang ditentukan sebesar 65. Nilai rata-ratanya
adalah 76,4. Jumlah siswa yang belum mencapai
1. Vian Andividi 72,5 Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu sebanyak 6
2. Odelia Ika A 73,5 siswa.
3. Dwi Harsono 75
4. Yoppi Ardiansyah 77,5 Catatan bebas pengamatan
5. Joko Firmansyah 77,5 Dalam proses tindakan siklus I diperoleh data
6. Nur Susilo 72,5 penunjang lain sebagai berikut :
7. Rani Wulansari 62,5 Kondisi kelas sedikit tegang dengan
8. Danang Kurniawan 77,5 menggunakan model pembelajaran yang baru.
9. Ivan Nur Muflihun 80 Akan tetapi kondisi kembali normal selang
10. Anisa Putri 62,5 beberapa waktu bahkan mulai agak gaduh.
11. Ardianto Puji Kusuma 75 Siswa masih kurang percaya diri menyelesaikan
12. Ari Kurniawan 55 tugas evaluasi dan cenderung bertanya kepada
13. Ayu Maharani 95 temannya.
14. Dahnellia Eka Cahya Aseh 62,5 Pada pertemuan ke tiga dan ke empat siswa
15. Devi Luvitasari 87,5 sudah mulai tertib. Namun pada saat
16. Disna Leonita Pamela 65 mengerjakan soal evaluasi siswa cenderung
17. Dwi Elok Cahyaningsih 82,5 untuk bertanya kepada teman.
18. Elta Rizma Ifari 92,5
19. Fitrianingtya Ardiana 72,5 Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada akhir siklus I
20. Hyldan Surya Ade Prataman 90
telah diperoleh gambaran bahwa penerapan
21. Ilham Purwansyah 82,5
Pembelajaran Kooperatif model STAD
22. Irnando Ilung Saputro 70
dibandingkan dengan latihan soal yang biasa
23. Jordis Hilman Zurets 70 dilakukan tedapat perubahan ke arah lebih baik.
24. Jordino Putra Dewa 70 Gambaran hasil refleksi dapat dijabarkan sebagai
25. Lidya Ayu Prastika 82,5 berikut :
26. Nuana Novyra Matalu 95 Siswa menjadi lebih bersemangat karena suasana
27. Nur Amalia Ridowati 72,5 belajar yang baru. Daya saing antar teman lebih
28. Rangga Rendra Pratama 72,5 meningkat.
29. Rionaldi Pratama 82,5 Siswa menjadi lebih kooperatif dan tingkat kerja
30. Riswandha Imam Rizaldi 90 sama dengan teman bertambah.
31. Rosiana Oktavianti 82,5 Hasil evaluasi cukup baik dengan ditunjukkan
32. Sinditya Ramadhani Putri 52,5 oleh jumlah siswa dengan nilai di bawah KKM
33. Siti Fatimah 85 sebanyak 6 siswa.
34. Syafril Ardi Pamungkas 80
35. Widya Adreina 75 Rencana Perbaikan Tindakan
36. Wulan Dian Pertiwi 85 Untuk memotivasi siswa, pada siklus berikutnya
37. Yuli Ratna Sari 85 guru berusaha untuk menciptakan suasana lebih
38. Yuri Gagarin 85 santai dan rileks di dalam kelas. Selain itu juga
39. Rio Arya Wijaya 70 memberikan penekanan keterampilan kooperatif
pada siswa dengan mengulang kembali Guru membagi kelas ke dalam kelompok
penjelasan-penjelasan yang telah diberikan pada sebanyak 5-6 orang pada masing-masing
siklus sebelumnya. kelompok.
Guru membagikan LKS kepada seluruh siswa.
Siklus II Guru menganjurkan siswa untuk memperhatikan
Siklus II dilaksanakan dalam empat kali dan memeriksa petunjuk masing-masing dan
pertemuan yaitu pada tanggal 10 s.d 13 Juli 2008 manganjurkan mulai menelaah materi masing-
mulai pukul 07.35 hingga 08.45 BBWI. Pada masing. (Pada saat yang sama guru
akhir pertemuan yaitu digunakan untuk mengingatkan siswa, bahwa kalau ada hal yang
memberikan evaluasi pembelajaran. ingin ditanyakan terlebih dahulu ditanyakan
kepada teman kelompok sebelum ditanyakan
Tahap Perencanaan Tindakan kepada guru).
Berdasarkan hambatan yang terjadi pada siklus Guru mengajurkan siswa untuk memulai
pertama yaitu siswa masih merasa agak tegang mengerjakan latihan pada LKS dengan cara
dan waktu yang terlalu singkat dalam berdiskusi dengan anggota kelompok masing-
menyelesaikan soal, maka dirancanglah tindakan masing dan mengingatkan siswa untuk
kedua. Secara rinci rencana tindakan pada siklus menggunakan keterampilan kooperatif.
kedua sebagai berikut : Pada akhir pembelajaran siswa memperoleh
Tindakan yang akan dilaksanakan dengan tugas individu yang mencakup semua materi
beberapa rencana yaitu: dengan menambahkan waktu yang lebih panjang
Guru menyusun rencana pelaksanaan untuk mengerjakan.
Pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama. Tahap Observasi
Merancang skenario pembelajaran dimana Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan
suasana kelas dibuat sesantai dan serileks pelaksanaan tindakan oleh guru pengajar. Guru
mungkin serta memberikan penjelasan kembali merekam kegiatan siswa selama tindakan
mengenai keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran berlangsung.
berkelompok.
Menyusun lembar observasi untuk mengetahui Catatan hasil uji kompetensi
proses berlangsungnya Pembelajaran. Hasil evaluasi dalam uji kompetensi siswa
Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan setelah pembelajaran pada siklus II dapat dilihat
rencana dalam RPP. pada Tabel 4.2 berikut :
Setelah melakukan Pembelajaran, pada No Nama Nilai
pertemuan berikutnya dilakukan uji kompetensi. 1. Vian Andividi 74
2. Odelia Ika A 75
Tahap Pelaksanaan Tindakan 3. Dwi Harsono 72,5
Pemberian tindakan dilakukan dalam empat kali 4. Yoppi Ardiansyah 82,5
pertemuan Secara rinci jalannya pelaksanaannya 5. Joko Firmansyah 82,5
sebagai berikut :
6. Nur Susilo 85
Guru mengawali pembelajaran dengan salam
7. Rani Wulansari 72,5
kemudian memberikan apersepsi dengan
8. Danang Kurniawan 80
bernyanyi untuk merangsang minat siswa
terhadap pelajaran. 9. Ivan Nur Muflihun 85
Guru menyampaikan informasi tentang pelajaran 10. Anisa Putri 70
terdahulu tentang bangun datar dan menanyakan 11. Ardianto Puji Kusuma 77,5
kembali kepada 2 orang siswa apa saja cairi-ciri 12. Ari Kurniawan 62,5
bangun datar. 13. Ayu Maharani 97,5
Guru memberikan penjelasan dengan menyajikan 14. Dahnellia Eka Cahya Aseh 77,5
contoh-contoh soal di papan tulis. 15. Devi Luvitasari 92,5
Guru mengingatkan kembali bahwa dalam 16. Disna Leonita Pamela 67,5
pembelajaran Kooperatif model STAD, siswa 17. Dwi Elok Cahyaningsih 85
akan dibagi dalam untuk bekerja secara 18. Elta Rizma Ifari 92,5
kooperatif. 19. Fitrianingtya Ardiana 85
20. Hyldan Surya Ade Prataman 92,5
21. Ilham Purwansyah 85
Oleh : Surini,S.Pd
SDN Karanganyar 1 Kecamatan Karanganyar Ngawi
e-mail : surinah01@gmail.com
Abstrak
PENDAHULUAN
Pembelajaran Matematika tidak lagi mudah memahami penjelasan dari kawannya
mengutamakan pada penyerapan melalui dibanding penjelasan dari guru karena taraf
pencapaian informasi, tetapi lebih pengetahuan serta pemikiran mereka lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni
dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas 2001: 2).
peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-
latihan atau tugas matematika dengan bekerja Definisi Pembelajaran
kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada Pembelajaran adalah proses, cara,
orang lain. (Hartoyo, 2000: 24). menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pembelajaran kooperatif lebih Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
menekankan interaksi antar siswa. Dari sini kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau
siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut (KBBI, 1996: 14).
diharapkan siswa dapat menguasai materi
pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih
sesuai dengan siswa. Oleh karena itu, pada siklus Dalam kegiatan penutup, guru:
ini langkah-langkah pembelajaran yaitu : Menyimpulkan materi
1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran Mengevaluasi kegiatan
2. Mempersiapkan alat peraga pembelajaran
3. Menggunakan metode yang sesuai dengan Memberikan pekerjaan rumah
materi dan perkembangan siswa dan menginformasikan materi
4. Menyusun lembar observasi. yang akan dibahas pada
Langkah-langkah Pembelajaran : pertemuan selanjutnya
Kegiatan awal Alat/Bahan dan Sumber Belajar
- Apresepsi/ Motivasi Buku Pelajaran Matematika untuk
Sekolah Dasar Kelas 4 .
- Mengingatkan kembali tentang
Matematika SD untuk Kelas IV
konsep bilangan bulat dan contohnya.
Matematika Progesif Teks Utama SD
Kegiatan Inti
Kelas 4
Eksplorasi
Garis bilangan
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengurutkan
Penilaian
bilangan
1. Prosedur Evaluasi
Elaborasi
Awal : tes lisan
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Akhir : ada (terlampir )
Melakukan percobaan dengan
2. Jenis Evaluasi
menggunakan garis bilangan,
Lisan
pengamatan, analisis data dan
Tertulis
diskusi untuk dapat menentukan
3. Alat Evaluasi : ada (terlampir )
besar bilangan
Diskusi dan latihan dengan
fasilitas soal-soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-
hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya
jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan Pelaksanaan
dengan cara disiplin ( Discipline ) Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dan rasa hormat dan perhatian siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal
( respect ) . 16 Nopember 2014 pukul 09.30 – 10.40. Peneliti
Kegiatan Penutup melaksanakan pembelajaran dengan metode
Dalam kegiatan penutup, guru: Kooperatif Model Think Pair Share.
Menyimpulkan materi Pembelajaran siklus I terdiri 3 bagian yaitu
Mengevaluasi kegiatan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
pembelajaran Pada pelaksanaan ini peneliti dibantu oleh teman
Memberikan pekerjaan rumah sejawat untuk membantu mengumpulkan data
dan menginformasikan materi melalui observasi.
yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya
Kegiatan Penutup
Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang
dimetode Kooperatif Model Think Pair Share
dengan teman sejawat, ternyata pemebelajaran
sudah banyak menunjukkan kemajuan yang
bagus. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
hasil yang diperoleh siswa maupun dari proses
pembelajaran yang didukung dengan alat peraga
yang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga
Diagram : Hasil sebelum dan sesudah mudah dipahami oleh siswa disamping itu
perbaikan siklus I s/d II penjelasan guru yang variatif dan tidak
membosankan, serta disertai contoh-contoh yang
sesuai materi.
80
Perbaikan yang terjadi dalam
60 pembelajaran adalah pemahaman konsep
40 pecahan sederhana dalam pelajaran matematika.
20 Setelah menyadari hal ini, guru mengubah cara
mengajarnya dengan menggunakan media
0 pemeblajaran yang sesuai.
A B C
PENUTUP
Keterangan : Kesimpulan
A : Hasil pembelajaran sebelum perbaikan Melalui kegiatan pembelajaran yang
B : Hasil pembelajaran setelah perbaikan siklus I telah dilakukan dalam dua siklus, serta memberi
C: Hasil pembelajaran setelah perbaikan siklus II perubahan dan analisis yang telah dilaksanakan
akhhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan
Deskripsi Temuan dan Refleksi bahwa siswa lebih mudah menerima materi
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan apabila guru, dalam menjelaskan materi
belajar mengajar kurikulum yaitu seorang siswa menggunakan metode yang tepat dan media
telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 70 belajar yang sesuai. Media belajar ini dapat
% atau nilai 7,0, dan kelas disebut tuntas belajar membuat siswa lebih kreatif. Sistem
bila di kelas tersebut terdapat 75% yang telah meningkatkan prestasi belajar siswa mewujudkan
mencapai daya serap lebih dari sama dengan perolehan yang cukup baik dan kreatif siswa
70%. Untuk menghitung persentase ketuntasan cukup tinggi. Dari data tabel grafik diatas
belajar digunakan rumus sebagai berikut : disimpulkan bahwa peningkatan nilai rata-rata
Saran
Untuk meningkatkan kemampuan siswaa
dalam memahami dan menguasai materi
pelajaran; guru harus memiliki strategi yang
tepat dalam menyajikan pembelajaran, sehingga
siswa tidak bosan dalam menerima materi
pelajaran. Apabila guru dalam menjelaskan
materi pelajaran berusaha menggunakan metode
dan media yang sesuai dengan materi sehingga
untuk meningkatkann hubungan interaktif
dengan siswa mengetahui permasalahan yang
terjadi )ada siswa.
Akhirnya kita bisa saling tukar pendapat
dan pengalaman agar kualitas pembelajaran
semakin meningkat dan tujuan pembelajaran
tercapai dengan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research.
Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Malang: IKIP Malang.
Purwo Darminto., KBBI . 1996