Anda di halaman 1dari 137

JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 i


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 ii


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Diterbitkan oleh :
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kedunggalar Ngawi

Alamat Redaksi :
Jalan Raya Solo Km. 9, Gemarang, Kedunggalar, Ngawi
Kode Pos : 63254 Telepon. 08123402168
Email : jurnal.primastudia@gmail.com

Jurnal berisi tulisan hasil penelitian dan pemikiran seiring dengan upaya peningkatan kegiatan
pendidikan di Propinsi Jawa Timur. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun. Semua kalangan
pendidik, tenaga kependidikan, serta pemerhati pendidikan dapat mengirimkan tulisan ilmiah
sesuai dengan ketentuan dan mengikuti kaidah penulisan jurnal ini sebagaimana dapat dibaca
pada halaman terakhir.

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

Pelindung : Drs. Abimanyu, M.Si


Penasehat : Pudwiyanto, M.Pd. M.M.
Dr. Hartono, M.Pd.
Penanggung Jawab : Paryanto, M.Pd
Pimpinan Redaksi : Dr. Sadino, M.Pd
Redaktur Pelaksana : Suratna, M.Pd
Andrik Dian Santoso, S.Pd
Fitri Kurniasih, S.Pd
Editor Ahli : Dr. Budi Siswanto, M.Pd
Dr. Faqih Syarif, M.Pd
Dr. Joko Sulaksono, M.Pd
Staf Redaksi : Kamsi, S.Pd
Adi Rahmatulloh, S.Pd
Suwarno, S.Pd
Fitri Kurniasih, S.Pd
Agung Nugroho, S.Pd
Betty Ratih, S.Pd
Desain Grafis : Andrik Dian Santoso, S.Pd

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 iii


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya,
kami dapat menyusun “Jurnal Pendidikan Prima “ dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan “Jurnal Pendidikan Prima “ ini untuk memenuhi tuntutan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta kompetensi bagi guru. Rasa terima kasih kami
tidak terkirakan kepada yang terhormat Bpk Paryanto, M.Pd selaku pembimbing dalam pembuatan
“Jurnal Pendidikan Prima “ ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan “Jurnal
Pendidikan Prima “ yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa “Jurnal Pendidikan Prima “ ini dapat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu
Guru khususnya di Kecamatan Kedunggalar dan di Kabupaten Ngawi pada umumnya, untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta memenuhi kebutuhan para guru untuk kenaikan tingkat dari unsur PKB
(Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).
Kami menyadari bahwa “Jurnal Pendidikan Prima “ ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi
perbaikan dan penyempurnaan “Jurnal Pendidikan Prima “ ini. Mari kita manfaatkan media “Jurnal
Pendidikan Prima “ ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan kreatifitas kita.

Kedunggalar, Februari 2017

Redaksi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 iv


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA
DAFTAR ISI

Halaman
Identitas Jurnal Prima ...................................................................................................... ii
Susunan Dewan Redaksi ................................................................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................................................. iv
Daftar Isi ............................................................................................................................ v

Peningkatan hasil belajar siswa dalam penguasaan konsep Tentang proses


terjadinya siang dan malam Melalui metode demonstrasi di kelas VI SDN
Gemarang I Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Moh. Rois, S.Pd ........................................................................................................ 1
Meningkatkan prestasi belajar matematika materi menentukan besar sudut satuan
tidak baku dan satuan derajat dengan metode demonstrasi siswa kelas V SDN
Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun pelajaran 2015/ 2016
Oleh : Ida Margi Utami, S.Pd .............................................................................................. 9
Upaya meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran
kooperatif model sirkuit group problem posing siswa kelas VI SDN Pelang Kidul1
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi tahun 2014/2015
Oleh : Dwi Sukarelawan, S.Pd ............................................................................................ 19
Peningkatan kemampuan menulis puisi melalui teknik pembelajaran picture and
picture siswa kelas V SDN Bangunrejo Kidul 7 Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi tahun 2014/2015
Oleh : Sugeng, S.Pd ............................................................................................................ 28
Peningkatan prestasi belajar PKn tentang memahami kebebasan berorganisasi
melalui metode bermainan peran siswa kelas V SDN Jenggrik I Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Sulastri, S.Pd ............................................................................................................ 36
Peningkatan Prestasi Belajar Sains Pada Materi Lingkungan Sehat Melalui Model
Pembelajaran Kartu Indeks Siswa Kelas I SDN Sidolaju I Kecamatan Widodaren
Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Wagini, S.Pd ............................................................................................................ 43
Meningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Mini Melalui Permainan Bola
Berantai Pada Siswa Kelas IV SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016
Oleh : Watini, S.Pd ............................................................................................................ 52

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 v


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran


Kooperatif Stad (Student Team Achivement Division) Pada Siswa Kelas V SDN
Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran
2015/2016
Oleh : Endaryanik, S.Pd ...................................................................................................... 60
Peningkatan Prestasi Permainan Bola Tangan Mata Pelajaran Penjasorkes
Melalui Metode Inkuiri Siswa Kelas V SDN Kedunggalar 5 Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Suparti, S.Pd ............................................................................................................ 67
Peningkatan Kemampuan Servis Atas Dalam Permainan Bola Volly Melalui
Teknik Pembelajaran Drill Siswa Kelas V SDN Jenggrik I Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Sinto, S.Pd ................................................................................................................ 75
Meningkatkan Prestasi Bahasa Inggris Kompetensi Berbicara Siswa Kelas VIID
SMPN 2 Jogorogo Dengan Teknik Permainan Ular Tangga Tahun 2014/2015
Oleh : Dra. Lilik Nurhidayat .............................................................................................. 83
Meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam Pada Materi Berlomba Dalam
Kebaikan Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas XI SMA Negeri I
Kendal Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Tugiyo, S.Pd ............................................................................................................. 95
Meningkatkan Prestasi Keterampilan Menulis Prosa Dengan Teknik
Hipnoteaching Siswa Kelas V SDN Gemarang 4 Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Sukarno, S.Pd .......................................................................................................... 103
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Sifat-Sifat Bangun Datar Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Siswa Kelas V SDN Katikan 3
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun 2014/2015
Oleh : Joko Susilo, S.Pd ................ ..................................................................................... 112
Penerapan Metode Kooperatif Model Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV Semester I SDN Karanganyar 1
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015
Oleh : Surini, S.Pd .............................................................................................................. 123

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 vi


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PENGUASAAN KONSEP TENTANG


PROSES TERJADINYA SIANG DAN MALAM MELALUI METODE DEMONSTRASI DI
KELAS VI SDN GEMARANG I KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2014/2015

Oleh : Moh. Rois


SDN Gemarang 1 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: mohrois@yahoo.com

Abstrak
Kata kunci : Peningkatan hasil belajar, Metode Demonstrasi
Dalam rangka peningkatan pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa, pendukung utama
tercapainya tujuan pembelajaran adalah suasana kelas yang baik dan kondusif serta menyenangkan.
Karena itu, segala macam tindakan pembinaan pendidikan seharusnya diarahkan pada pengelolaan
kelas.
Metode demonstrasi merupakan metode pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan
proses tertentu. Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan siswa
terhadap proses terjadinya siang dan malam adalah dengan pemanfaatan metode demonstrasi secara
optimal. Hal ini diyakini dapat membantu proses belajar mengajar di SDN Gemarang I Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi khususnya mata pelajaran IPA.
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
melalui Penggunaan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam proses
terjadinya siang dan malam mata pelajaran IPA kelas VI SDN Gemarang I Kecamatan Kedunggalar.
Subyek yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini siswa kelas VI SDN Gemarang I
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Dari hasil
analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II
yaitu, siklus I : rata-rata 60,28 dan siklus II : rata-rata 78,63.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui metode demonstrasi dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa kelas VI SDN Gemarang I Kecamatan Kedunggalar, serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.

PENDAHULUAN

IPA merupakan suatu ilmu yang membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala alam dan berusaha lebih mendalam tentang materi tata surya ini
menemukan sumber atau penyebab gejala-gejala dibutuhkan sebuah media yang mampu
alam tersebut. Persyaratan dasar untuk memberikan bayangan tentang kejadian yang
pemecahannya ialah mengamati gejala-gejala tidak mungkin terjadi tersebut. Sedangkan siswa
tersebut. IPA merupakan pelajaran yang diharapkan mampu menemukan dan
menarik, dalam IPA dipelajari proses alam yang mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menghasilkan hukum alam yang berupa rumusan mengembangkan kemampuan befikir logis,
proses peristiwa alam serta perilakunya, dan kritis, kreatif, sistematis dan sebagainya yang
proses peristiwa tersebut dapat diamati dan dapat mengacu kepada penataan atau pembentukan tata
diukur keberadaarnya melalui pengujian secara nalar, diperlukan suatu strategi, media dan
matematis atau dapat ditunjukkan secara nyata metode pembelajaran yang bertitik tolak pada
gambaran dari kejadian alam tersebut. Tata surya cara kerja otak yang memiliki tanggapan cepat
membahas sistem tata surya yang terhadap sumber visual berupa simbol, ikon dan
dikelompokkan menjadi anggota tata surya, gambar yang sederhana serta kuat.
matahari sebagai bintang dan bumi sebagai Dengan demikian secara teori, siswa
planet. Dibutuhkan nalar siswa untuk diharapkan dengan mudah memahami konsep
membayangkan atau melihat secara langsung yang bersifat abstrak didalam pelajaran IPA dan
kejadian-kejaidian yang ada di materi tersebut, keabstrakan dapat diperjelas dengan metdoe
tatapi hal tersebut tidak mungkin.Untuk demonstrasi. Sehingga jika mengoptimalkan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 1


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

belajar siswa disesuaikan dengan gaya kerja untuk mempertunjukkan proses tertentu.
otak, siswa menjadi tidak stres ketika Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk
menghadapi suatu pelajaran yang sulit dan meningkatkan penguasaan siswa terhadap
bersifat abstrak. Sebab di dalam rangkaian cara proses terjadinya siang dan malam adalah
kerja otak secara keseluruhan tidak hanya dengan pemanfaatan metode demonstrasi
mengandung nilai inovatif, intuitif, imajinatif secara optimal. Hal ini diyakini dapat
dengan estetika yang mengandung emosi positif membantu proses belajar mengajar di SDN
yang membuat otak lebih efektif dan lebih kuat Gemarang I Kecamatan Kedunggalar
serta lebih rileks didalam menganalisis segala khususnya mata pelajaran IPA.
sesuatu. Dengan demikian digunakanlah media Dengan demikian secara teori, siswa
yang bersifat riil dan mampu menggambarkan diharapkan dengan mudah memahami konsep
kejadian yang sesungguhnya. yang bersifat abstrak didalam pelajaran IPA
Kondisi SDN Gemarang I Kecamatan dan keabstrakan dapat diperjelaskan dengan
Kedunggalar dalam menyajikan pembelajaran metode demonstrasi. Dapat dikatakan bahwa
menemui beberapa kendala, sarana dan kemampuan siswa dalam menghadapi pelajaran
prasarana yang memadai dalam upaya sulit yang sifatnya abstrak akan lebih optimal
peningkatan kreasi dan minat siswa dalam mata ketika siswa dibawa ke dalam alam pikiran
pelajaran IPA/Sain belum dicapai maksimal. atau cara kerja otak yang sifatnya lebih
Dari hasil ulangan harian yang dicapai siswa komprehensif. Sehingga dampak yang terjadi
kelas VI untuk pokok bahasan “Proses adalah siswa kurang mampu memahami materi
Terjadinya Siang dan Malam” masih yang sifatnya abstrak dan timbulnya suasana
menunjukkan hasil yang kurang kejenuhan serta ketegangan di dalam kelas,
menggembirakan. Dari 36 orang, hanya 27 orang yang hakekatnya adalah suatu proses
(76%) yang berhasil mencapai nilai minimal 65, mengkoordinasi lingkungan yang ada di sekitar
dan sebanyak 9 orang (24%) masih belum tuntas. anak didik, akan dapat menumbuhkan dan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mendorong anak didik melakukan proses
penulis dibantu teman sejawat guru, sejumlah belajar.
faktor yang diduga sebagai faktor penyebab
rendahnya hasil belajar siswa tentang proses LANDASAN TEORI
terjadinya siang dan malam antara lain adalah: Pada bagian ini akan dijelaskan secara
1. Guru kurang memotivasi belajar siswa berturut-urut : a). Proses belajar mengajar di
sehingga siswa kurang aktif dan Sekolah Dasar, b) Metode mengajar, c) Belajar
berminat mengikuti pelajaran. tuntas, dan d) Metode demonstrasi sebagai
2. Guru kurang memberikan bimbingan berikut:
terhadap siswa baik kelompok maupun
individu. A. Proses Belajar Mengajar di Sekolah
3. Mata pelajaran IPA oleh siswa Dasar
dipandang sebagai mata pelajaran yang Proses belajar mengajar merupakan
sulit. kegiatan utama pada lingkungan suatu sekolah,
4. Guru kurang jelas dalam menjelaskan kegiatan ini memberikan ciri khusus pada
materi pelajaran. organisasi kerja tersebut yang membedakannya
Dari hasil refleksi awal terhadap masalah di dari organisasi lain. Oleh karena itu proses
atas, penulis sebagai guru kelas VI bersama belajar mengajar harus dikelola dengan optimal
teman sejawat sepakat bahwa untuk agar sekolah mampu mencapai tujuannya.
meningkatkan penguasaan siswa terhadap Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar
materi proses terjadinya siang dan malam, mengajar adalah mengembangkan potensi siswa
diperlukan dukungan metode pembelajaran secara optimal yang memungkinkan siswa dapat
yang tepat yaitu metode demonstrasi. Hal ini mencapai tujuan yang diharapkan dan
dipandang penting, karena salah satu bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.
karakteristik belajar siswa SD adalah belajar Secara keseluruhan proses belajar mengajar
melalui objek langsung. adalah suatu aspek dari lingkungan yang
Metode demonstrasi merupakan metode organisasikan, dimana lingkungan ini diatur dan
pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran diawasi sedemikian rupa sehingga kegiatan
dengan mempertunjukkan secara langsung belajar mengajar terarah pada tujuan pendidikan
objeknya atau caranya melakukan sesuatu yang diharapkan.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 2


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Menurut Rooijakers (Gagne & Briggs, peristiwa yang dapat menggalakkan dan
1988) tujuan mengajar adalah pemikiran dan membantu siswa untuk belajar( Pranoto,
tindakan yang berdikari, kreatif dan adaptif. 1984:29).
Agar peserta didik dapat berpikir dan bertindak Menurut Bruner (Nasution, 1987:9),
secara berdikari, siswa harus diberi kesempatan proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase,
untuk menggunakan semua kemampuan jasmani yaitu:
dan rohaninya tahap demi tahap sampai mampu 1. Informasi; dalam tiap pelajaran diperoleh
bertindak sendiri secara berdikari, kreatif dan sejumlah informasi, ada yang menambah
adaptif. pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang
Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak memperdalamnya, ada pula yang
faktor yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh bertentangan dengan apa yang telah
guru. Baik secara langsung maupun tidak diketahui sebelumnya.
langsung yang mempengaruhi proses belajar 2. Transformasi; informasi itu dianalisis,
siswa. Tugas utama guru adalah menciptakan diubah atau ditransformasikan ke dalam
suasana yang kondusif dalam proses belajar bentuk yang lebih abstrak atau konseptual
mengajar agar terjadi interaksi belajar mengajar agar dapat digunakan untuk hal-hal yang
yang memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih luas.
baik dan sungguh-sungguh. Sudah seharusnya 3. Evaluasi; kemudian dinilai sampai manakah
jika guru memiliki kemampuan untuk melakukan pengetahuan yang diperoleh dan
interaksi belajar mengajar dengan baik. Salah transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk
satu kemampuan itu adalah kemampuan untuk memahami gejala-gejala lain.
mengatur proses belajar mengajar. Keberhasilan Berdasarkan konsep-konsep tersebut di
proses belajar mengajar ditentukan oleh dua hal, atas, maka jelas bahwa proses pembelajaran
yaitu : pengaturan proses belajar mengajar dan yang direncanakan guru haruslah memperhatikan
pengajaran. Kedua hal tersebut saling terkait satu berbagai komponen yang terlibat dalam proses
sama lainnya. Keberhasilan pengajaran dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan yang
arti tercapainya tujuan instruksional yang ditetapkan.
mempunyai ketergantungan terhadap
kemampuan mengatur proses belajar mengajar. B. Metode Mengajar
Suasana proses belajar mengajar yang baik Dalam kegiatan belajar mengajar, menurut
memungkinkan anak untuk belajar dengan baik, Roestiyah (Djamaral, 1988:84), guru harus
hal ini merupakan titik awal dari keberhasilan memiliki metode agar anak didik dapat belajar
pengajaran. secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan
Menurut Gagne dan Briggs (1988) proses yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
belajar dapat dikatakan telah berjalan apabila ada memiliki strategi itu adalah harus menguasai
perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut
individu yang sedang belajar. Perubahan tingkah Metode Mengajar. Dengan demikian, metode
laku ini menurut Gagne dibedakan: mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat
1. Perubahan tingkah laku sebagai hasil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
belajar, terjadi jika individu yang belajar Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak
berinteraksi dengan lingkungannya. akan pernah tercapai jika tidak memanfaatkan
2. Perubahan tingkah laku karena kematangan, metode. Metode adalah cara yang digunakan
terjadi karena pertumbuhan dalam diri guru untuk menyampaikan bahan pembelajaran
individu tersebut . untuk mencapai tujuann. Ketika tujuan
Karena belajar itu baru terjadi bila dirumuskan agar anak didik memiliki
individu yang belajar itu berinteraksi dangan ketrampilan tertentu, maka metode yang
lingkungannya, maka guru dalam hal mengajar digunakan harus sesuai dengan tujuan. Guru
haruslah pandai-pandai mengatur lingkungan sebaiknya menggunakan metode yang dapat
(faktor-faktor ekstern) agar dapat menciptakan menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga
situasi yang sifatnya membantu atau dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
menggalakkan siswa untuk belajar atau dengan mencapai tujuan pengajaran.
perkataan lain membantu membelajarkan siswa. Ada banyak metode dalam pengajaran,
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kata yang mana semua metode memiliki kebaikan
mengajar hendaknya diartikan sebagai kegiatan dan kelemahannya. Guru sebagai salah satu
guru yang bersifat menimbulkan sekumpulan sumber belajar berkewajiban menyediakan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 3


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan sering disertai penjelasan lisan
belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan (Sudirman,1997:131).
yang harus dilakukan guru adalah melakukan Metode demonstrasi adalah suatu metode
pemilihan dan penentuan metode yang mengajar yang memperlihatkan bagaimana
bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai proses terjadinya sesuatu yang membantu siswa
tujuan pengajaran. Guru dituntut dapat mencari jawaban dengan usahanya sendiri
menggunakan metode yang tepat dan bervariasi. berdasarkan fakta (data) yang benar
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran (Sudjana,1997).
akan terjadi jika pemilihan dan penentuan Jadi metode demonstrasi adalah suatu cara
metode tidak dilakukan dengan pengenalan mengajar yang memperlihatkan bagaimana
terhadap karakteristik dari masing-masing terjadinya sesuatu tentang suatu proses gejala
metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik atau masalah yang disertai dengan penjelasan
untuk dilakukan guru adalah mengetahui secara lisan sehingga membantu siswa untuk
kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode mencari jawaban dalam menemukan konsep-
pengajaran. konsep mereka selama proses belajar mengajar
berlangsung.
C. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Guru dituntut mengusai bahan pelajaran
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru
pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk terlena dengan demonstrasinya tanpa
mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok memperhatikan siswa secara menyeluruh. Ada
siswa yang besar (pengajaran klasikal) beberapa karakteristik metode mengajar dan
sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian bagaimana hubungannya dengan pengalaman
secukupnya pada perbedaan yang terdapat di belajar siswa.
antara siswa, khususnya yang menyangkut laju
kemajuan atau kecepatan dalam belajar (rate of METODE PENELITIAN
progress) (Winkel,1996:412). Subjek Penelitian
Sistem belajar tuntas diharapkan mampu Subjek yang dijadikan sumber data
mengatasi kelemahan-kelemahan yang sering dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN
melekat pada pengajaran klasikal : antara lain Gemarang I Kecamatan Kedunggalar yang
hanyalah siswa yang pandai akan mencapai berjumlah 36 siswa. Penelitian bidang studi IPA
semua tujuan instruksional, sedangkan siswa- pada materi Proses Terjadinya Siang dan Malam
siswi yang tidak begitu cerdas hanyalah dilaksanakan dari tanggal 06 Januari sampai
mencapai sebagian dari tujuan-tujuan dengan 13 Januari 2011, dengan rincian untuk
instruksional, bahkan sama sekali tidak siklus I dilaksanakan pada tanggal 06 Januari
mencapai apa-apa. dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 13
Januari 2011.
D. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode Deskripsi Per Siklus
pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran Penelitian tindakan kelas untuk mata
dengan mempertunjukkan secara langsung pelajaran IPA dilaksanakan dalam dua siklus.
objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu :
mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi 1. Perencanaan
dapat digunakan pada semua mata pelajaran. 2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus 3. Observasi
sudah sakin bahwa seluruh siswa dapat 4. Refleksi
memperhatikan (mengamati) terhadap objek
yang akan didemonstrasikan. Selama proses Siklus I
demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat 1. Perencanaan
yang akan digunakan dlaam demonstrasi tersebut Sebelum melakukan penelitian,
(Winataputra, 2005). pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat
Metode demonstrasi adalah cara penyajian guru menyusun rumusan masalah, tujuan
pelajaran dengan memperagakan atau serta membuat rencana tindakan. Pada tahap
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, ini direncanakan semua kegiatan yang akan
situasi atau benda tertentu yang sedang menunjang kelancaran perbaikan
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 4


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pembelajaran dan pengambilan data, yaitu patokan untuk mengukur kemampuan


sebagai berikut : siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam
b. Menyusun Rencana Perbaikan menguasai materi proses terjadinya siang
Pembelajaran siklus I berdasarkan hasil dan malam. Instrumen ini dibuat oleh
refleksi awal terhadap perencanaan, peneliti sendiri kemudian dikonsultasikan
pelaksanaan, dan hasil pembelajaran pra- kepada supervisor dan teman
siklus. Rencana Perbaikan Pembelajaran sejawat/pengamat yang bersangkutan,
difokuskan pada penggunaan “Metode soal tes terdiri atas 5 soal uraian.
demonstrasi proses terjadinya siang dan Tes digunakan untuk memperoleh data
malam” (rencana perbaikan pembelajaran hasil belajar siswa setelah proses
lengkap terlampir) pembelajaran. Tes ini dilakukan di akhir
c. Merencanakan bahan ajar, media, dan pembelajaran.
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar b. Angket Observasi Pengelolaan
observasi pengelolaan pembelajaran. Pembelajaran
d. Menyusun angket respon siswa, untuk Instrumen ini digunakan untuk mengukur
mendapatkan balikan dari siswa tentang kemampuan guru dalam mengelola
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang pembelajaran menggunakan metode
diikuti. demonstrasi. Angket ini diisi oleh teman
e. Merencanakan aspek-aspek yang akan sejawat dan dilakukan pada waktu proses
diamati dan dinilai dari pelaksanaan belajar mengajar berlangsung.
perbaikan pembelajaran, yaitu persiapan, c. Angket respon siswa
kejelasan materi, pengorganisasian, Instrumen ini digunakan untuk
latihan dan bimbingan, refleksi dan mengetahui pendapat dan komentar siswa
penutup. terhadap pembelajaran menggunakan
f. Merencanakan kriteria keberhasilan metode demonstrasi. Angket ini diberikan
perbaikan pembelajaran. Dalam penelitian pada akhir perbaikan pembelajaran siklus
ini keberhasilan perbaikan pembelajaran I.
ditetapkan apabila 80% siswa mencapai
ketuntasan belajar dengan nilai minimal 4. Refleksi
65. Pada tahap ini peneliti merefleksi atau
mengevaluasi perbaikan pembelajaran yang
2. Pelaksanaan telah dilakukan. Hasil refleksi akan dijadikan
Setelah melalui tahap persiapan, peneliti masukan atau saran untuk perbaikan dalam
melakukan pembelajaran sesuai dengan proses belajar mengajar pada putaran
perangkat pembelajaran yang telah dibuat. selanjutnya.
Dan juga menyiapkan pengamat yaitu teman
sejawat guru yang bertugas membantu dalam Siklus II
mengumpulkan data selama pembelajaran. 1. Perencanaan
Selama proses belajar mengajar, teman Sebelum melakukan penelitian, pada tahap
sejawat guru melakukan pengamatan ini peneliti bersama teman sejawat menyusun
terhadap aktivitas siswa dan keterampilan rumusan masalah, tujuan serta membuat
guru dalam mengelola pembelajaran. Di akhir rencana tindakan. Pada tahap ini
pelaksanaan perbaikan pada siklus I peneliti direncanakan semua kegiatan yang akan
memberikan tes akhir kepada setiap siswa. menunjang kelancaran perbaikan
pembelajaran dan pengambilan data, yaitu
sebagai berikut :
3. Observasi a. Menyusun program Rencana Perbaikan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat Pembelajaran siklus II, berdasarkan hasil
melakukan pengumpulan data melalui proses refleksi perencanaan, pelaksanaan, dan
hasil belajar, untuk selanjutnya diolah, hasil perbaikan pembelajaran siklus I.
dianalisis, dan diinterpretasi. Instrumen b. Merencanakan bahan ajar, media, dan
penelitian yang digunakan adalah: Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar
a. Soal tes hasil belajar observasi pengelolaan pembelajaran.
Instrumen ini digunakan untuk c. Menyusun angket respon siswa.
mengetahui hasil belajar siswa sebagai

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 5


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

d. Menetapkan aspek-aspek yang akan 4. Refleksi


diamati dan dinilai dari pelaksanaan Pada tahap ini peneliti merefleksi atau
perbaikan pembelajaran yaitu persiapan, mengevaluasi perbaikan pembelajaran yang
kejelasan materi, pengorganisasian, telah dilakukan. Hasil refleksi akan dijadikan
latihan dan bimbingan, balikan dan masukan atau saran untuk perbaikan dalam
penutup. proses belajar mengajar pada putaran
selanjutnya.
2. Pelaksanaan
Setelah melalui tahap persiapan, peneliti HASIL PEMBAHASAN
melakukan pembelajaran sesuai dengan Siklus I
perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus I
Dan juga menyiapkan pengamat yaitu teman diperoleh data hasil tes akhir siswa sebagai
sejawat yang bertugas membantu dalam berikut:
mengumpulkan data selama pembelajaran.
Selama proses belajar mengajar, teman Tabel 1
sejawat melakukan pengamatan terhadap Hasil Tes Akhir pada Perbaikan
aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam Pembelajaran Siklus I
mengelola pembelajaran. Di akhir
pelaksanaan perbaikan pada siklus II peneliti
memberikan tes akhir kepada setiap siswa.

3. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti bersama teman
sejawat melakukan pengumpulan data proses
dan hasil belajar, untuk selanjutnya diolah,
dianalisis, dan diinterpretasi. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah:
a. Soal tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa sebagai patokan untuk
mengukur kemampuan siswa dan ketuntasan
belajar siswa dalam menguasai materi proses
terajdinya siang dan malam. Instrumen ini dibuat
Berdasarkan tabel 1 di atas, nilai tertinggi
oleh peneliti sendiri kemudian dikonsultasikan
yang dicapai siswa adalah 80 (3 siswa), terendah
kepada supervisor dan teman sejawat/pengamat
adalah 50 (5 siswa), dan rata-rata kelas adalah
yang bersangkutan, soal tes terdiri atas 5 soal
64,17. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa siswa
uraian. Tes digunakan untuk memperoleh data
yang mencapai nilai tes akhir > 65 (batas
hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
ketuntasan belajar) berjumlah 16 siswa (76,3%)
Tes ini dilakukan di akhir pembelajaran.
dan siswa yang mencapai nilai < 65 berjumlah
b. Angket Observasi Pengelolaan
12 siswa (23,7%). Ini berarti bahwa hasil
Pembelajaran
perbaikan pembelajaran siklus I dapat dikatakan
Instrumen ini digunakan mengukur kemampuan
belum tuntas, karena hasil tes akhir
guru dalam mengelola pembelajaran
menunjukkan hanya 76,6% atau 16 siswa yang
menggunakan lembar observasi pengelolaan
memperoleh nilai > 65, sedangkan batas
pembelajaran. Angket ini diisi oleh teman
ketuntasan belajar yang ditetapkan adalah jika di
sejawat dan dilakukan pada waktu proses belajar
kelas tersebut telah terdapat lebih dari 80% siswa
mengajar berlangsung.
yang memperoleh nilai > 65. Dengan demikian,
c. Angket respon siswa
pada siklus I ini, penggunaan metode
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui
demonstrasi belum sepenuhnya membantu siswa
pendapat dan komentar siswa terhadap
meningkatkan ketuntasan belajarnya tentang
pembelajaran menggunakan lembar observasi
proses terjadinya siang dan malam.
pengelolaan pembelajaran. Angket ini diberikan
setelah pembelajaran selesai.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 6


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

2. Siklus II telah terdapat lebih dari 80% siswa tuntas


Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus belajar.
II diperoleh data hasil tes akhir siswa sebagai Respon siswa terhadap kegiatan
berikut: pembelajaran siklus I juga kurang positif.
Temuan ini ditunjukkan dari kurang aktifnya
Tabel 2 siswa dan kurangnya penguasaan siswa terhadap
Hasil Tes Akhir pada Perbaikan materi. Hasil angket respon siswa juga
Pembelajaran Siklus II menunjukkan masih terdapat 18,6% siswa yang
menunjukkan sikap “kurang senang” dan
“kurang berminat” mengikuti pembelajaran”
pada siklus I. Ini disebabkan karena guru kurang
memberikan bimbingan baik individu maupun
kelompok, sehingga siswa merasa cepat bosan
dengan suasana pembelajaran seperti itu.
Penggunaan metode demonstrasi
pada siklus I kurang maksimal ini ditunjukkan
dari aspek/komponen persiapan, kejelasan
materi, pengorganisasian, latihan dan bimbingan,
balikan dan penutup rata-rata sebesar 80%
sehingga guru kurang optimal dalam proses
belajar mengajar, siswa menjadi kurang aktif dan
kurang menguasai materi yang dipelajari.
Tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa 2. Siklus II
perolehan nilai siswa mengalami peningkatan Berdasarkan hasil perbaikan
jika dibandingkan dari siklus I. Nilai tertinggi pembelajaran pada siklus II seperti telah
yang dicapai siswa naik dari 80 menjadi 90, nilai dikemukakan di atas, didapatkan rata-rata nilai
terendah naik dari 50 menjadi 60, dan rata-rata siswa 78,6 dan jumlah siswa yang tuntas
kelas juga naik dari 70,8 menjadi 78,6. belajarnya adalah 34 siswa sehingga hanya 2
Siswa yang mencapai nilai tes akhir > siswa yang belum tuntas belajarnya. Dari jumlah
65 (batas ketuntasan belajar) juga meningkat dari yang tuntas belajar tersebut didapatkan
29 siswa (76,3%) menjadi 34 siswa (89,5%). Ini ketuntasan 89,5%. Hal ini berarti ketuntasan
berarti bahwa hasil perbaikan pembelajaran klasikal sudah tercapai. Karena dikatakan tuntas
siklus II dapat dikatakan tuntas, karena siswa belajar jika di kelas tersebut telah terdapat lebih
yang memperoleh nilai > 65 sebagai batas dari 80% siswa tuntas belajar.
ketuntasan belajar yang ditetapkan telah dicapai Respon siswa terhadap kegiatan
oleh lebih dari 80% siswa. Dengan demikian, pembelajaran siklus II juga sangat positif.
pada siklus II ini, penggunaan metode Temuan ini ditunjukkan dengan semakin
demonstrasi telah mampu membantu siswa aktifnya siswa dan semakin meningkatnya
meningkatkan ketuntasan belajarnya tentang penguasaan siswa terhadap materi. Hasil angket
proses terjadinya siang dan malam. respon siswa juga menunjukkan bahwa 97,4 %
menyatakan “sangat senang” dan “sangat
Pembahasan Dari Setiap Siklus berminat” mengikuti pembelajaran. Ini
1. Siklus I disebabkan guru masih sudah mampu
Berdasarkan hasil perbaikan menggunakan metode demonstrasi secara
pembelajaran pada siklus I seperti telah maksimal dalam proses belajar mengajar dan
dikemukakan di atas, didapatkan rata-rata nilai banyak melakukan latihan soal serta guru
siswa 70,8 dan jumlah siswa yang tuntas memberikan bimbingan baik kelompok maupun
belajarnya adalah 27 siswa sehingga masih individu sehingga siswa lebih aktif dan proses
terdapat 9 siswa yang belum tuntas belajarnya. belajar mengajar berjalan dengan optimal.
Dari jumlah yang tuntas belajar tersebut Penggunaan metode demonstrasi pada
didapatkan ketuntasan 76,3%. Hal ini berarti siklus II sudah maksimal ini ditunjukkan dari
ketuntasan klasikal belum tercapai. karena aspek/komponen persiapan, kejelasan materi,
dikatakan tuntas belajar jika di kelas tersebut pengorganisasian, latihan dan bimbingan,
balikan dan penutup rata-rata sebesar 100%

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 7


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

sehingga guru sudah optimal dalam proses Djamaral, Syaiful Bahri, Aswan Zain, 1988,
belajar mengajar, siswa dapat menguasai dan Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT.
memahami materi pembelajaran. Rineka Cipta.
Berdasarkan temuan di atas, penggunaan Gagne, Robert, M, Briggs, Leslie J. (1988).
metode demonstrasi dalam pembelajaran tentang Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran.
proses terjadinya siang dan malam mampu Penerbit : Usaha Nasional.
meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan Nasution, 1987, Berbagai Pendekatan Dalam
belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Belajar Dan Mengajar, Jakarta, Bina Aksara.
Sudirman (1991 : 132), bahwa metode Pranoto Sugeng, 1984 Interaksi Belajar
demonstrasi dapat membuat pengajaran Mengajar Paket I, Surabaya FPMIPA IKIP.
menjawab lebih jelas dan lebih kongkrit serta Rooijakkers Ad., 1991, Mengajar Dengan
siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami Sukses, Jakarta, PT. Grasindo.
apa yang dipelajari. Sudjana,Nana. 1997. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
SIMPULAN DAN SARAN Sudirman,dkk. 1997. Ilmu Pendidikan. Bandung
Berdasarkan temuan di atas, maka : Remaja Karya.
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Undang-Undang No 20, tahun 1999, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Simpulan Winardi. 2000. Usaha Meningkatkan Prestasi
1. Penggunaan metode demonstrasi mampu Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi
meningkatkan penguasaan siswa tentang Yang Menggunakan Alat Sederhana Pada
proses terjadinya siang dan malam dalam Konsep Statis. Skripsi yang tidak
mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN dipublikasikan. Surabaya : UNESA.
Polagan III. Nilai tertinggi yang dicapai siswa Winataputra, Udin S & Rosita, Tita. 1994. Belajar
mencapai 90 dan nilai rata-rata kelas adalah Dan Pembelajaran. Modul 1-6. Jakarta:
77,17. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Penggunaan metode demonstrasi pada Winkel,W.S. 1996. Psikologi Pengajaran.
materi proses terjadinya siang dan malam, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
mampu meningkatkan ketuntasan belajar Indonesia.
siswa kelas VI SDN Polagan III. Dari 36
orang siswa, terdapat 89,5% siswa mendapat
nilai 65 sebagai batas minimal ketuntasan
belajar.

Saran
1. Pembelajaran IPA menggunakan metode
demonstrasi di kelas VI SDN Polagan III
perlu dikembangkan untuk menarik minat
siswa terhadap pembelajaran itu sendiri, hal
ini dapat dilihat dari respon siswa yang
positif pada pembelajaran tersebut.
2. Suara guru dalam menjelaskan materi
hendaknya harus jelas atau terdengar
keseluruh kelas sehingga siswa dapat
mengerti dan memahami materidenga mudah
3. Penggunaan media pembelajaran yang lain
sangat diperlukan untuk pokok bahasan
berikutnya sehingga guru harus dapat lebih
selektif dalam menggunakan metode
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar
Mengajar di Sekolah Dasar. Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 8


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENENTUKAN


BESAR SUDUT SATUAN TIDAK BAKU DAN SATUAN DERAJAT DENGAN METODE
DEMONSTRASI SISWA KELAS V SDN KAWU 4
KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Oleh : Ida Margi Utami


SDN Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi
e-mail: idamargiutami@yahoo.com

Abstrak

Kata Kunci : Metode Demonstrasi, Menentukan Sudut dari Sebuah Benda atau Bangun

Latar belakang penelitian ini adalah kondisi riil di lapangan yang menunjukkan bahwa masih
sangat rendahnya kemampuan siswa untuk mendalami mata pelajaran Matematika terutama di SDN
Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Dalam materi Menentukan Sudut dari Suatu
Benda atau Bangun yang menunjukkan bahwa dari 20 siswa hanya 14 siswa yang mampu mencapai
ketuntasan belajar (>65), nilai tertinggi yang diperoleh hanya mencapai 80, nilai terendahnya 60 dan
rata-rata 70.
Dalam penelitian ini dirumuskan permasalahannya adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan menentukan sudut dari suatu benda atau bangun pada siswa kelas V SDN Kawu 4
Kecamatan Kedunggalar. Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan peningkatan kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan
satuan derajat. Agar siswa dapat memahami dan menguasai materi menentukan besar sudut dengan
satuan tidak baku dan satuan derajat diperlukan alat Bantu belajar, yaitu metode dan teknik
pembelajaran yang cocok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus, dalam setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, refleksi. Dalam penelitian siklus I diperoleh data hasil yang telah mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 40%, sedangkan dalam penelitian siklus II terdapat kenaikan dengan hasil 70%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode dan teknik yang
digunakan peneliti dalam meningkatkan kemampuan menentukan besar sudut dengan satuan tidak
baku dan satuan derajat sangat mudah diterapkan di Sekolah Dasar.

PENDAHULUAN
Tantangan pendidikan jenjang siswa ( Student Centered ). Menurut paham
sekolah dasar di masa depan disadari akan Konstruktivisme, manusia membangun atau
semakin berat. Hal ini merupakan konsekuensi menciptakan pengetahuan dengan cara
kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. mencoba memberi arti pada pengetahuan
Seiring dengan perkembangan ilmu sesuai pengalamannya. Dengan dasar itu,
pengetahuan dan teknologi, paradigma pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”
pembelajaran di sekolah telah mulai banyak mengkonstruksi ” bukan ” menerima ”
mengalami perubahan, terutama dalam pengetahuan ( Constructing - Understanding of
pelaksanaan proses pembelajaran, misalnya Knowledge ). Sebagai seorang guru, tugas
dari yang bersifat behavioristik menjadi utamanya ialah mengajar. Mengajar dalam arti
kontruktifistik, dari berpusat pada guru ( membelajarkan siswa, atau pada hakekatnya
Teacher Centered ) menuju berpusat pada mendorong dan membimbing siswa belajar.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 9


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Membelajarkan siswa terkandung maksud guru yang telah dilakukan untuk mencapai
berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
demikian di dalam proses pembelajaran, guru Namun demikian masih belum memberikan
menggunakan strategi, metode, dan atau media kepuasan dalam pencapaian hasil belajar
apa pun agar siswa belajar. siswanya, sehingga menuntut adanya
Matematika merupakan ilmu universal perenungan dan pemikiran dalam mengatasi
yang mendasari perkembangan teknologi permasalahan yang dihadapi, baik dari segi
modern, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, maupun
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir perangkat pembelajaran yang dapat menunjang
manusia. Perkembangan pesat di bidang peningkatan kinerja guru dalam upaya
teknologi informasi dan komunikasi dewasa meningkatkan prestasi belajar tersebut. Dalam
ini juga dilandasi oleh perkembangan proses pembelajaran sebagai proses
matematika. Untuk menguasai dan mencipta transformasi pengalaman, sudah diupayakan
teknologi di masa depan diperlukan menggunakan berbagai metode, sarana dan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. fasilitas-fasilitas yang lain disediakan namun
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan dengan keterbatasan yang ada banyak berbagai
kepada semua peserta didik mulai dari masalah yang dihadapi oleh para pelaksana
sekolah dasar untuk membekali peserta didik pendidikan di lapangan (guru). Karena itu
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, seorang guru harus dapat menemukan sendiri
sistematis, kritis, dan kreatif, serta permasalahan yang dihadapi dan segera
kemampuan bekerjasama. menyelesaikan secara professional melalui
Dari kenyataan di atas, maka kita Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
sebagai seorang pendidik yang professional Berdasarkan hasil refleksi awal
harus mengetahui dan dapat menerapkan terhadap pembelajaran sebelumnya, siswa
inovasi-inovasi pendidikan agar dapat Kelas IV belum mampu mengidentifikasi
mengembangkan proses pembelajaran serta berbagai jenis dan besar sudut Materi ini bagi
memperoleh hasil yang maksimal dalam siswa masih abstrak karena pada usia mereka
mencapai tujuan pembelajaran. Di pembelajaran perlu dikaitkan dengan hal-hal
dalam proses pembelajaran seorang guru yang bersifat konkret. Dari hasil pengamatan
sangatlah berkeinginan sekali untuk pada saat proses belajar mengajar serta dari
meningkatkan penguasaan siswa terhadap hasil penugasan dan tes akhir, masih banyak
materi yang akan diberikan, sehingga pada siswa yang belum bisa menjawab evaluasi yang
akhirnya diharapkan terjadi perubahan- ditunjukkan dari hasil ulangan harian dengan
perubahan yang sangat signifikan tentang rata-rata nilai adalah 58,75 dengan tingkat
perilaku yang baik berupa pengetahuan ketuntasan belajar 35% ( 7 siswa) dari 20
(kognitif), sikap (afektif), maupun siswa. Sementara KKM yang ditetapkan untuk
keterampilan (psikomotor). Dalam kompetensi ini adalah 65%, dengan nilai
menjalankan tugasnya, seorang guru sering minimal perorangan 65. Sesuai hasil
dihadapkan pada beberapa masalah yang pengamatan peneliti dan diskusi dengan Teman
mempengaruhi keberhasilan dalam proses Sejawat guru, kesulitan siswa itu disebabkan
pembelajaran yang dilakukan. oleh beberapa faktor antara lain: penjelasan
Dalam rangka meningkatkan guru tidak diimbangi umpan balik dari siswa,
kualitas pembelajaran di sekolah banyak dan penggunaan metode yang monoton dan
kendala yang dihadapi guru sebagai tenaga pemberian tugas yang tidak sesuai dengan
pendidik dan pengajar, baik yang berkenaan tingkat kemampuan berpikir siswa, sehingga
dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas siswa mengalami kesulitan untuk menjawab
maupun yang berhubungan dengan prestasi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dan
yang ingin dicapai oleh siswa. Banyak upaya kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 10


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

LANDASAN TEORI matematika. Untuk meningkatkan keefektifan


1. Hakekat Matematika SD pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan
Matematika merupakan ilmu universal yang teknologi informasi dan komunikasi seperti
mendasari perkembangan teknologi modern, komputer, alat peraga, atau media lainnya.
mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi Tujuan Pembelajaran Matematika SD
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi Menurut Winataputra, Udin S.(2005). Strategi
oleh perkembangan matematika di bidang teori Belajar mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka.
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan adalah :
matematika diskrit. Untuk menguasai dan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar
mencipta teknologi di masa depan diperlukan peserta didik memiliki kemampuan sebagai
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. berikut:
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah keterkaitan antar konsep dan
dasar untuk membekali peserta didik dengan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
kritis, dan kreatif, serta kemampuan pemecahan masalah;
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan melakukan manipulasi matematika dalam
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan menjelaskan gagasan dan pernyataan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. matematika;
Standar kompetensi dan kompetensi dasar 3. Memecahkan masalah yang meliputi
matematika dalam dokumen ini disusun sebagai kemampuan memahami masalah, merancang
landasan pembelajaran untuk mengembangkan model matematika, menyelesaikan model dan
kemampuan tersebut di atas. menafsirkan solusi yang diperoleh;
Selain itu dimaksudkan pula untuk 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
mengembangkan kemampuan menggunakan tabel, diagram, atau media lain untuk
matematika dalam pemecahan masalah dan memperjelas keadaan atau masalah;
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
lain. Pendekatan pemecahan masalah merupakan rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
fokus dalam pembelajaran matematika yang mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
mencakup masalah tertutup dengan solusi percaya diri dalam pemecahan masalah.
tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak
tunggal, dan masalah dengan berbagai cara Ruang Lingkup
penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan Mata pelajaran Matematika pada satuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek
keterampilan memahami masalah, membuat sebagai berikut:
model matematika, menyelesaikan masalah, dan 1. Bilangan
menafsirkan solusinya. 2. Geometri dan pengukuran
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran 3. Pengolahan data.
matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi Kajian tentang Metode Demonstrasi
(contextual problem). Dengan mengajukan 1. Pengertian Metode Demonstrasi
masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 11


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Metode demonstrasi merupakan metode e. banyak siswa yang kurang berani


mengajar yang menyajikan bahan pelajaran 4. Prosedur Penggunaan Metode Demonstrasi
dengan mempertunjukkan secara langsung Prosedur metode demonstrasi yang harus
objeknya atau caranya melakukan sesuatu dilakukan menurut Udin S. Winataputra
untuk mempertunjukkan proses tertentu. (2005:4.18) adalah:
Demonstrasi dapat digunakan pada semua a. mempersiapkan alat bantu yang akan
mata pelajaran. Dalam pelaksanaan digunakan dalam pembelajaran.
demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa b. memberikan penjelasan tentang topik yang
seluruh siswa dapat memperhatikan akan didemonstrasikan
(mengamati) terhadap objek yang akan c. pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan
didemonstrasikan. selama proses demonstrasi perhatian dan peniruan dari siswa
guru sudah mempersiapkan alat-alat yang d. penguatan (diskusi, Tanya jawab, dan
akan digunakan dalam demonstrasi. atau latihan) terhadap hasil demonstrasi
Guru dituntut menguasai bahan e. kesimpulan
pelajaran serta mengorganisasikan kelas,
jangan sampai gruru terlena dengan Kajian tentang Hasil Belajar
demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa Pengertian Hasil Belajar
secara menyeluruh. Ada beberapa Hasil belajar menurut Djadja Badjuri dan
karaktreristik metode mengajar dan Udin S. Winataputra, (2005:2.5) berupa
bagaimana hubungannya dengan pengalaman perubahan perilaku atau tingkah laku. Peserta
belajar siswa. didik yang belajar akan berubah atau bertambah
2. Karakteristik Metode Demonstrasi perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
Metode demonstrasi memiliki keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-
karakteristik, dan pengalaman belajar nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil
(learning experience). Menurut Udin S. belajar adalah perubahan yangdihasilkan dari
Winataputra (2005:4.18) sebagai berikut: pengalaman (interaksi dengan lingkungan), di
a. Karakteristik Metode Demonstrasi mana proses mental dan emosional terjadi.
b. Pengalaman Belajar yang terkandung Selanjutnya, Djadja Badjuri dan Udin S.
dalam Metode Demonstrasi Winataputra, (2005:2.6) mengemukakan bahwa
Keunggulan metode demonstrasi Menurut belajar adalah mengalami, dalam arti belajar
Winataputra, Udin S.(2005). Strategi Belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan
mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka. dapat lingkungan, baik lingkungan fisi8k maupun
dijabarkan sebagai berikut siswa dapat: lingkungan sosial. Menurut Mulyani Sumantri
a. memahami sesuai objek sebenarnya (1998/1999) hasil belajar merupakan
b. mengembangkan rasa ingin tahu siswa kemampuan siswa dalam memenuhi suatu
c. dibiasakan untuk kerja secara sistematis tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam
d. mengamati sesuatu secara proses satu kompetensi dasar.
e. mengetahui hubungan struktural atau urutan Menurut Nana Sudjana (2005: 22) hasil
objek balajar adalah kemampuan-kemampuan yang
f. membandingkan pada beberapa objek dimiliki siswa ia menerima pengalaman belajar.
Sedangkan kelemahan metode demonstrasi dapat Bentuk-bentuk hasil belajar siswa Sekolah Dasar
dijabarkan sebagai berikut: dapat berupa kebiasaan, keterampilan, himpunan
a. dapat menimbulkan berfikir konkrit saja tanggapan, hafalan, kemapuan menganalisis, dan
b. bila jumlah siswa banyak efektifitas sikap serta rujukan nilai.
demonstrasi sulit dicapai
c. bergantung pada alat bantu Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
d. bila demonstrasi guru tidak sistematis, Menurut pendapat Peter dan Udin S.
demonstarsi tidak berhasil Winataputra, (2005: 2.6) proses dan hasil belajar

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 12


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

siswa bergantung pada kompetensi guru dan Derajat sesuai kompetensi dasar 3.1
keterampilan mengajarnya. Menurut pendapat Mengidentifikasi berbagai jenis dan besar
Taba dan Udin S. Winataputra,(2005: 2.6) bahwa sudut. Dan akan diterapkan pada setiap
keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh siklus perbaikan pembelajaran yang terbagi
karakteristik guru dan siswa, bahan pelajaran dan atas dua siklus yaitu; siklus I dilaksanakan
aspek lain yang berkenaan dengan situasi pada tanggal 7 Nopember 2015, dan siklus II
pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember
Dari pendapat para ahli di atas, dapat 2015
disimpulkan beberapa faktor yang 2. Pelaksanaan Perbaikan
mempengaruhi hasil belajar antara lain: Pada tahap pelaksanaan peneliti
a. Kompetensi Dasar merencanakan tindakan sebanyak 2 siklus,
b. Penguasaan kompetensi oleh guru setiap siklus terdiri dari rangkaian kegiatan 1)
c. Keterampilan guru dalam mengajar perencanaan, 2) pelaksanaan/tindakan, 3)
d. Karakteristik guru dan siswa pengamatan dan 4) refleksi. Rancangan
e. Bahan pelajaran penelitian ini menggunakan model spiral
f. Situasi dan kondisi pembelajaran seperti pada gambar berikut.
Tingkah laku sebagai hasil dari proses
belajar dipengaruhi oleh faktor internal yaitu Identifikasi
faktor dalam diri peserta didik, dan faktor . Masalah
Planning
eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik. Menurut Nana Sudjana (1989:8) Acting
hasil interaksi berupa perubahan tingkah laku
dapat bermakna sesuai dengan hakikat belajar Observing

sebagai suatu proses.


Banyak faktor yang terdapat dalam faktor Reflecting
internal. Yang tergolong pada faktor internal
dapat dijabarkan sebagai berikut: Re Planning

a. Faktor jasmaniah (fisiologis)


b. Faktor psikologis Acting
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis
(Rachman Natawidjaja, 1989: 16) Observing

PROSEDUR PENELITIAN Reflecting

SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan Ketuntasan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti Belajar
(Gambar prosedur penelitian, sumber
merumuskan masalah yang akan dipecahkan, :Winataputra 2005: 4.18 )
menyusun tujuan, dan rencana tindakan
perbaikan termasuk instrumen penelitiannya. Pada model spiral ini mempunyai
Setelah itu baru membuat Rencana Perbaikan arti apabila pada siklus pertama masih belum
Pembelajaran (RPP) dan instrumen observasi tuntas, maka perbaikan pembelajaran dapat
yang nantinya akan dilaksanakan secara dilanjutkan pada siklus kedua atau berikutnya
bersamaan pada kegiatan perbaikan sampai target ketuntasan belajar tercapai. Pada
pembelajaran. Rencana Perbaikan tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan
Pembelajaran (RPP) yang akan dibuat adalah kegiatan perbaikan pembelajaran dimulai dari
untuk mata pelajaran Matematika dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
materi pokok Menentukan Besar Sudut yang dilanjutkan dengan evaluasi
Dengan Satuan Tidak Baku Dan Satuan pembelajaran.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 13


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

3. Pengamatan 3. Tahap Pengamatan/pengumpulan data


Pada saat pelaksanaan perbaikan secara - Secara bersamaan dengan tahapan
bersamaan dilaksanakan pula kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran,
pengamatan terhadap kegiatan perbaikan Teman Sejawat melakukan pengamatan
pembelajaran dengan menggunakan instrumen terhadap pelaksanaan perbaikan
yang telah disiapkan yaitu lembar pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen-
yang dalam hal ini peneliti meminta bantuan instrumen yang telah disiapkan oleh
Teman Sejawat untuk melakukan pengamatan peneliti.
agar hasilnya lebih objektif dan dapat
dipertanggung jawabkan. 4. Tahap Refleksi
Pada tahapan refleksi ini peneliti
4. Refleksi melakukan pengkajian terhadap hasil atau
Pada Tahapan refleksi ini peneliti dampak dari pelaksanaan perbaikan
mengadakan pengkajian hasil-hasil pembelajaran yang telah dilakukan
pengamatan yang telah dilakukan oleh Teman berdasarkan hasil pengamatan yang telah
Sejawat, dan hasilnya didiskusikan bersama dilaksanakan oleh Teman Sejawat. Dari hasil
dengan bimbingan supervisor sebagai acuan refleksi ini dijadikan acuan dan masukan bagi
untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran peneliti dalam kegiatan perbaikan pada
atau revisi pada siklus selanjutnya. pelaksanaan siklus berikutnya.

SIKLUS II PEMBAHASAN
1. Tahap Perencanaan 1. Siklus I
Pada tahap ini hampir sama dengan tahap a. Tahap Perencanaan
perencanaan pada siklus I, yaitu sebelum Sebelum melaksanakan penelitian
pelaksanaan perbaikan pembelajaran tindakan kelas terlebih dahulu disiapkan
dilaksanakan harus disiapkan terlebih dahulu beberapa instrumen yang akan digunakan
: pada saat pelaksanaan perbaikan
1) Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pembelajaran, diantaranya :
pada mata pelajaran Matematika dengan - Menyusun Rencana Perbaikan
materi pokok Menentukan Besar Sudut Pembelajaran pada mata pelajaran
Dengan Satuan Tidak Baku Dan Satuan Matematika dengan materi pokok
Derajat sesuai kompetensi dasar 4.2 Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan
Mengidentifikasi berbagai jenis dan besar Tidak Baku Dan Satuan Derajat sesuai
sudut dan nantinya akan diterapkan pada kompetensi dasar 4.2 Mengidentifikasi
siklus II pada tanggal 12 Nopember 2015 berbagai jenis dan besar sudut dengan
2) Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dan Lembar indikator yang ingin dicapai adalah siswa
Observasi dapat menentukan sudut dari beberapa
3) Lembar Soal sebagai Tes Akhir bangun datar yang akan diterapkan pada
siklus I pada tanggal 6 Nopember 2015.
2. Tahap Pelaksanaan - Lembar observasi dan lembar soal.
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti
melakukan kegiatan: b. Tahap Pelaksanaan
- Perbaikan pembelajaran menggunakan Adapun langkah-langkah yang
metode demonstrasi sesuai RPP dengan digunakan pada pelaksanaan perbaikan
media peraga berbagi bangun datar. pembelajaran dalam penelitian ini adalah
- Penilaian akhir dengan tes tertulis dan sebagai berikut :
mengakhiri pembelajaran

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 14


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

 Memotivasi : Guru mengadakan tanya


jawab dengan siswa tentang materi yang
sudah diajarkan
 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai hari ini yaitu siswa
dapat Menentukan Besar Sudut Dengan
Satuan Tidak Baku Dan Satuan Derajat
 Guru menjelaskan materi tentang
Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan
Tidak Baku Dan Satuan Derajat dan
Siswa mengerjakan tugas
 Siswa diminta mempresentasikan hasil
tugas di depan kelas
 Guru memberi kesempatan pada siswa Tabel 1.3
untuk menanggapi dan bertanya jawab. Hasil Test Akhir Matematika Siklus I
 Mengarahkan siswa untuk membuat di Kelas IV SDN Kawu 4
kesimpulan sendiri.
 Memberikan test akhir
 Memberikan tugas Pekerjaan Rumah
 Menutup pelajaran.

c. Tahap Pengamatan
Adapun hasil pengamatan terhadap
proses pembelajaran dapat dipaparkan sebagai
berikut

Tabel 1.1
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa d. Tahap Refleksi
Dalam Pembelajaran Siklus I Hasil data yang diperoleh pada
pembelajaran siklus I berdasarkan observasi
Teman Sejawat diketahui bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran masih rendah, aktivitas
guru yaitu 64,29%, sedangkan aktifitas siswa,
yaitu 62,50%.
Berdasarkan refleksi terhadap
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus I masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki pada siklus II, yaitu metode
pembelajaran harus diubah kepada metode
pembelajaran siswa aktif yaitu metode
Demonstrasi, serta kurangnya kreativitas guru
dalam mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran melalui penugasan kelompok
dan penggunaan LKS.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 15


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Siklus II mengamati dan membimbing


a. Tahap Perencanaan pelaksanaan diskusi kelompok dan
Pada tahap perencanaan pada siklus II ini menfasilitasi jika ditemukan
ada beberapa instrumen yang perlu disiapkan permasalahan.
untuk digunakan pada saat pelaksanaan  Siswa mempresentasikan hasil diskusi
perbaikan pembelajaran, diantaranya : kelompok pada diskusi kelas
- Matematika dengan materi pokok  Guru memberi kesempatan pada siswa
Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan untuk menanggapi dan bertanya pada
Tidak Baku Dan Satuan Derajat sesuai diskusi kelas
kompetensi dasar 4.2 Mengidentifikasi  Mengarahkan siswa untuk membuat
berbagai jenis dan besar sudut yang akan kesimpulan sendiri.
diterapkan pada siklus II pada tanggal 12  Memberikan penguatan dan
Nopember 2011 dengan indikator yang ingin penghargaan hasil kerja siswa
dicapai adalah siswa dapat menentukan sudut  Memberikan test akhir
dari bangun persegi, persegi panjang,  Memberikan tugas Pekerjaan Rumah
trapesium, jajar genjang, segitiga, dsb.  Menutup pelajaran.
- Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)
- Menyiapkan lembar observasi dan lembar
c. Tahap Pengamatan
soal. Adapun hasil pengamatan terhadap
b. Tahap Pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil penilaian
Langkah-langkah yang digunakan dapat dipaparkan sebagai berikut :
pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran
pada siklus II ini adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
 Menciptakan kondisi awal pembelajaran
yaitu suasana belajar yang demokrasi
 Apersepsi, dengan mengadakan tanya
jawab dengan siswa tentang
materi yang sudah diajarkan (Bangun
datar)
 Membangkitkan motivasi dan perhatian
siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
 Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yaitu
siswa dapat menentukan sudut dari
bangun persegi, persegi panjang, Jumlah..Skor
Persentase   100% =
trapesium, jajar genjang, segitiga, dsb. Skor..Maksimal
 Kelas dibentuk ke dalam 4 kelompok 28
yang terdiri dari 5-6 siswa  100%  87,50%
32
 Guru menjelaskan materi tentang cara
menentukan sudut dari beberapa bagun
datar dengan metode demonstrasi.
 Siswa menegrjakan tugas kelompok
sesuai LKS masing-masing.
 Siswa berdiskusi untuk membahas
tugas kelompok sesuai LKS dan Guru

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 16


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

siklus II sudah dinyatakan berhasil dengan


demikian tidak perlu diadakan perbaikan pada
siklus berikutnya.

B. Pembahasan dari setiap siklus


Berdasarkan instrumen pengamatan yang
diisi oleh pengamat (Teman Sejawat) terjadinya
peningkatan aktivitas pembelajaran di kelas IV
SDN Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Ngawi
disebabkan oleh adanya penerapan
pembelajaran aktif dan menyenangkan pada
siklus II sehingga siswa ikut terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran yang
dikemas dalam bentuk kegiatan demonstrasi.
Adapun data-data hasil observasi olehTeman
Sejawat adalah sebagai berikut :
1. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
- Pada Siklus I, siswa yang aktif dalam
pembelajaran mencapai 62,50%,
- Siklus II siswa yang aktif dalam
pembelajaran mencapai 87,50%.
Dengan demikian ada kenaikan yang
sangat signifikan tentang keaktifan
siswa dalam pembelajaran .

2. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran


- Pada Siklus I, aktivitas guru dalam
proses pembelajaran mencapai 64,29%,
sedangkan pada
- Siklus II aktivitas guru dalam proses
pembelajaran mencapai 89,29%
KKM = 65 Jadi pada aktivitas guru dalam proses
Jumlah Siswa Tuntas = 14 Siswa pembelajaran juga mengalami kenaikan
1365 yang signifikan.
Rata-Rata Kelas = =
20
68.25 3. Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar
Persentase Ketuntasan = 70,00 % Siswa
- Hasil belajar siswa Kelas IV
d. Tahap Refleksi - Pada siklus I mencapai nilai rata-rata 6,75,
Dari hasil data yang diperoleh pada sedangkan pada siklus SDN Kawu 4
pembelajaran siklus II berdasarkan observasi Kecamatan Kedunggalar Ngawi mencapai
Teman Sejawat diketahui bahwa terjadi nilai 68,25.
peningkatan yang signifikan dibandingkan - Sedangkan ketuntasan belajar Pada siklus
pada siklus sebelumnya, pada aktivitas guru I mencapai 40,00%, sedangkan pada
yaitu 89.29%, sedangkan aktifitas siswa, yaitu siklus II mencapai 70,00%.
87.50%. Berdasarkan refleksi terhadap Dengan demikian penggunaan metode
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada demonstrasi pada pembelajaran Matematika
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 17


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

siswa Kelas IV SDN Kawu 4 Kecamatan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
Kedunggalar Ngawi. siswa.

SIMPULAN dan SARAN DAFTAR PUSTAKA


A. Kesimpulan
Dari beberapa paparan data hasil Andayani, dkk. (2007). Pemantapan
penelitian dan hasil analisis data pada penelitian Kemampuan Profesional. Jakarta:
tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan Universitas Terbuka.
prestasi belajar Matematika tentang cara Asmawi Zainul dan Agus Mulyana. (2005). Tes
Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan Tidak dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas
Baku Dan Satuan Derajat dengan menggunakan Terbuka.
metode demonstrasi pada siswa Kelas IV SDN Departemen Pendidikan Nasional. (2004).
Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Ngawi dapat Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar
peneliti simpulkan adalah sangat tepat. Mengajar, Jakarta : Balai Pustaka.
Hal ini dapat disimpulkan dengan adanya Departemen Pendidikan Nasional. (2006).
kenaikan yang signifikan pada proses perbaikan Standar Isi; SKKD Mata Pelajaran IPS
pembelajaran sesuai dengan tujuan yaitu SD, Jakarta : Depdiknas.
1. Metode Demonstrasi dapat meningkatkan Gatot Muhsetyo, dkk. (2007). Materi dan
prestasi belajar Matematika tentang cara Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Menentukan Besar Sudut Dengan Satuan Universitas Terbuka
Tidak Baku Dan Satuan Derajat dengan I. G. A. K. Wardani. (2004). Penelitian Tindakan
menggunakan metode demonstrasi di Kelas Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
IV SDN Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar Poerwadarminta W.J.S.(1984) . Kamus Umum
Ngawi. Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
2. Dengan menerapkan metode demonstrasi Winataputra, Udin S.(2005). Strategi Belajar
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan guru mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka.
di SDN Kawu 4 Kecamatan Kedunggalar
Ngawi.

B. Saran

Saran-saran yang dapat peneliti


berikan pada kesempatan ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menyelesaikan masalah pembelajaran
di kelas dengan baik dan akurat, guru
diharapkan selalu meningkatkan kualifikasi
dan kompetensinya dengan cara mengadakan
penelitian tindakan kelas, agar permasalahan
tersebut cepat teratasi dengan baik dan benar.
2. Dalam pembelajaran Matematika metode
demonstrasi sangat efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, maka
dari itu setiap guru dapat menerapkan
metode tersebut sesuai dengan kemampuan
dan karakteristik siswa sehingga pada

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 18


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


OPERASI HITUNG BILANGAN CAMPURAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE SIRKUIT GROUP PROBLEM POSING
SISWA KELAS VI SDN PELANG KIDUL 1
KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2014/2015

Oleh : Dwi Sukarelawan


SDN Pelang Kidul 1 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: dwisukarelawan@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Ketuntasan Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Sirkuit Group Problem Posing

Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan


strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2)
tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif
peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan
dan pemahaman penalaran matematis. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan
melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan
ide-ide kepada orang lain.
Sirkuit Group Problem Posing adalah pembelajaran kooperatif dimana meja disusun
berbentuk bundar dan berkelompok sebagai tempat siswa mengerjakan tugas dari guru. Dalam
pembelajaran sirkuit group, setiap kelompok mengerjakan tugas yang dibuat oleh guru dalam
kurun waktu yang telah ditentukan. Pembelajaran dengan pembentukan soal kemudian soal
diputar untuk kelompok yang berikutnya dan begitu seterusnya.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Sirkuit Group dan Problem Posing dapat
meningkatkan nilai rata-rata dalam setiap siklus yaitu siklus I (69,06), siklus II (76,25) dan siklus
III (84,38). Hal ini menunjukkan kemampuan membentuk soal akan menambah wawasan pada
pola pikir karena dengan kemampuan membuat soal berarti siswa sudah pula mampu
menyelesaikannya. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Sirkuit Group dan Problem
Posing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (59,38 %), siklus II (75
%), dan siklus III (90,63 %).

PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal Mata pelajaran matematika perlu
yang mendasari perkembangan teknologi diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
modern, mempunyai peran penting dalam sekolah dasar untuk membekali peserta didik
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
manusia. Perkembangan pesat di bidang sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini bekerja sama. Kompetensi tersebut diiperlukan
dilandasi oleh perkembangan matematika di agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
peluang dan matematika diskrit. Untuk informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini. Dengan gambaran di atas, maka ciri
dan/atau prinsip dalam proses pembelajaran agar
siswa mempunyai kompetensi yang sesuai

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 19


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

dengan tuntutan perkembangan saat ini dan Seharusnya pembelajaran matematika


mendatang adalah (1) berorientasi pada siswa, berlangsung dengan melibatkan seluruh sense
(2) mengembangkan strategi pembelajaran yang siswa dan terjalin komunikasi yang baik antar
tepat dan beragam, (3) memperhatikan teori siswa. Pembelajaran kooperatif lebih
pendidikan dan teori belajar, (4) mengusahakan menekankan interaksi siswa. Dari sini siswa
suasana yang demokratis, partisipatif, dan akan melakukan komunikasi aktif dengan
kooperatif, (5) mengembangkan penilaian sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut
(evaluasi) yang menyeluruh dan beragam (tidak diharapkan siswa dapat menguasai materi
hanya dalam bentuk tes, tetapi juga dalam pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih
bentuk-bentuk lain portofolio, tugas/proyek, mudah memahami penjelasan dari kawannya
karya tulis, karya kerja (kinerja), dan (6) dibanding penjelasan dari guru karena taraf
memperhatikan ciri pokok keilmuan dari bidang pengetahuan serta pemikiran mereka lebih
studi atau materi yang sedang dipelajari sejalan dan sepadan (Sulaiman dalam Wahyuni,
(Muhsetyo,2007:1.26) 2001 : 2)
Penelitan juga menunjukkan bahwa
Pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran kooperatif memeiliki dampak yang
pemberian pengalaman belajar kepada peserta amat positif terhadap siswa yang rendah hasil
didik melalui serangkaian kegiatan yang belajarnya (Nur, 1996: 2)
terencana sehingga peserta didik memperoleh Pete Tshumi dari Universitas Arkansas
kompetensi tentang bahan matematika yang Little Rock memperkenalkan suatu ilmu
dipelajari. pengetahuan pengantar pelajaran komputer
selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja
Salah satu komponen yang menentukan secara individu, dan dua kali secara kelompok.
ketercapaian kompetensi adalah penggunaan Dalam kelas pertama hanya 36 % siswa yang
strategi pembelajaran matematika, yang sesuai mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam
dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58 %
tingkat perkembangan intelektual peserta didik, dan 65 % siswa yang mendapat nilai C atau lebih
(3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif baik (Folder, 1994: 14).
peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan Upaya untuk mengatasi kondisi di atas
peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan perlu diadakan inovasi pembelajaran matematika
dan pemahaman pemalaran matematis. Untuk itu yang efektif dan menyenangkan siswa, salah satu
aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui alternatif yang ada ialah dengan penerapan
latihan-latihan atau tugas matematika dengan pembelajaran kooperatif model sirkuit problem
bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide posing. Namun sejauh ini perlu diuji keefektifan
kepada orang lain. ( Hartoyo, 2000;24) penerapan dan dampak pembelajaran ini
Langkah-langkah tersebut memerlukan terhadap hasil belajar matematika siswa di SDN
partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu Pelang Kidul 1.
adanya metode pembelajaran yang melibatkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
siswa secara langsung dalam pembelajaran. (1996;1.087), ketuntasan adalah perihal
Adapun metode yang dimaksud adalah metode (keadaan) tuntas. Tuntas adalah selesai secara
pembelajaran kooperatif, yaitu suatu pengajaran keseluruhan. Sedangkan belajar adalah belajar
yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok- (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat
kelompok untuk menetapkan tujuan bersama sesuatu kepandaian. Dengan demikian
(Felder,1994: 2) ketuntasan belajar adalah kriteria yang
Tetapi masih banyak terjadi dalam digunakan sebagai patokan atau pedoman dalam
pembelajaran matematika yang masih monoton, menentukan batas terendah yang harus dilampaui
dimana guru berperan sebagai sumber informasi oleh siswa untuk dinyatakan selesai dalam
yang menguasai pembelajaran. Seluruh kegiatan menempuh satu atau beberapa standar
pembelajaran diawali dengan penjelasan guru kompetensi.
tentang materi, dilanjutkan dengan tugas untuk Ketuntasan belajar dalam Kurikulum
menyelesaikan latihan soal-soal yang harus Tingkat Satuan Pendidikan ditetapkan dengan
dikerjakan oleh masing-masing individu dan penilaian patokan (criteria referenced) pada
diakhiri dengan tugas-tugas yang harus setiap kompetensi dasar. Ada dua kategori
dikerjakan siswa di rumah. ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klassikal. Secara perorangan, seorang

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 20


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial
skor 65 (65%), dan secara kelassikal disebut yang secara sengaja diajarkan.
tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85 %
yang telah mencapai daya serap lebih atau sama Dalam pembelajaran kooperatif, guru
dengan 65 %. menciptakan suasana yang mendorong siswa
LANDASAN TEORI merasa saling membutuhkan. Hubungan saling
Pembelajaran Kooperatif membutuhkan inilah yang dimaksud saling
Manusia memiliki derajat potensi, latar ketergantungan positif. Saling ketergantungan
belakang historis, serta harapan masa depan yang positif menuntut adanya interaksi promotif yang
berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, memungkinkan 21iker21 siswa saling
manusia dapat silih asah ( saling mencerdaskan). memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
Pembelajaran kooperatif secara sadar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan
sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan
buku ajar tetapi juga komonikasi antar siswa. dalam menyelesaikan tugas, (c) saling
ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling
Manusia adalah makhluk individual, ketergantungan peran, dan (e) saling
berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang ketergantungan hadiah.
individual maka manusia yang satu
membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai Interaksi tatap muka menuntut para
konsekwensi logisnya manusia harus menjadi siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,
dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan
membutuhkan maka harus ada interaksi silih asih sesame siswa. Interaksi semacam itu
(saling menyayangi). Pembelajaran kooperatif memungkinkan para siswa dapat saling menjadi
merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sumber belajar sehingga ada siswa yang merasa
sengaja menciptakan interaksi yang saling lebih mudah belajar dari sesamanya.
mengasihi antar sesama siswa.
Pembelajaran kooperatif menampilkan
Perbedaan antarmanusia yang tidak wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun
terkelola secara baik dapat menimbulkan demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui
ketersinggungan dan kesalahpahaman pengausaan siswa terhadap materi pelajaran
antarsesamanya. Agar manusia terhindar dari secara individual. Hasil penilaian secara
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh
diperlukan interaksi yang saling asuh (saling guru kepada kelompok agar semua anggota
tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah kelompok mengetahui siapa anggota kelompok
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja yang memerlukan bantuan dan siap anggota
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk kelompok yang dapat memberikan bantuan.
menghindari ketersinggungan dan Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap
permusuhan. anggota kelompok harus memberikan urunan
demi kemajuan kelompoknya. Penilaian
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan kelompok yang didasarkan atas rata-rata
belajar mengajar secara kelompok-kelompok penguasaan semua anggota kelompok secara
kecil siswa belajar dan bekerja sama untuk individual inilah yang dimaksud dengan
sampai pada pengalaman belajar yang optimal, akuntabilitas individual.
baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Dalam pembelajran kooperatif
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
sistem pembelajaran yang di dalamnya terdapat mengkritik teman, berani mempertahankan
unsur-unsur yang saling terkait. Adapun pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
berbagai unsur dalam pembelajaran kooperatif mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat
adalah adanya : 1) saling ketergantungan positif, dalam menjalin hubungan antar pribadi
2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas (interpersonal relationship) tidak hanya
individual, dan 4) keterampilan untuk menjalin diasumsikan tetai secara sengaja diajarkan.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 21


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru
pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari dalam pembelajaran.
guru tetapi juga dari sesama siswa. Guru dan kolaborator dengan refleksinya
kemudian melakukan penelitian, ia pada akhir
Model Sirkuit Group Problem Posing
tindakannya itu pun kembali mengadakan
Sirkuit Group Problem Posing adalah
refleksi untuk memperbaiki tindakannya dan
pembelajaran kooperatif dimana meja disusun
melakukan rencana untuk perbaikan tahap
berbentuk bundar dan berkelompok sebagai
berikutnya. Guru dan kolaborator terus-menerus
tempat siswa mengerjakan tugas dari guru.
mengadakan refleksi itu sampai praksis
Dalam pembelajaran sirkuit group, setiap
pembelajarannya di kelas berhasil dengan baik.
kelompok mengerjakan tugas yang dibuat oleh
Subyek penelitian tindakan kelas
guru dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
adalah kelas VI tahun pelajaran 2014-2015
Kelompok membuat soal yang identik dengan
dengan jumlah responden 32 orang siswa dengan
soal yang telah diselesaikan. Soal baru yang
rincian 16 siswa laki-laki dn 16 siswa
telah dibuat kelompok diputar untuk kelompok
perempuan. Alasan pemilihan subyek penelitian
yang berikutnya dan begitu seterusnya secara
tersebut adalah karena peneliti menjadi guru
berurutan.
kelas VI pada tahun pelajaran 2014-2015 di SDN
Agar terjadi diskusi yang baik guru perlu Pelang Kidul 1
memberikan beberapa contoh, dengan cara Tempat penelitian adalah tempat yang
sebagai berikut : 1) membentuk soal dari soal digunakan dalam melakukan penelitian untuk
yang sudah ada, atau memperluas soal yang memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
sudah ada, 2) memberikan soal terbuka, dan 3) berlangsung di SDN Pelang Kidul 1. Penelitian
membentuk sejumlah soal yang mirip tetapi dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran
dengan taraf kesulitan yang berbeda. 2014-2015 mulai tanggal 17 Juli 2014 sampai
dengan 30 Agustus 2014. Materi penelitian
Pengajuan soal (problem posing) dipilih kompetensi dasar 1.1 “Menggunakan
merupakan salah satu model pemberian tugas sifat-sifat operasi hitung bilangan
yang mempunyai manfaat sebagai berikut : 1) campuran”.
salah satu cara berkomunikasi matematika siswa
di kelas, 2) mengarahkan pembentukan sikap Oleh sebab itu dalam penelitian tindakan
kritis dan kreatif siswa, dan 3) memberikan kelas ini dilaksanakan berupa proses pengkajian
kesempatan kepada siswa untuk aktif secara berdaur yang terdiri atas empat tahapan yaitu :
mental, fisik, dan sosial. Dalam kajian ini perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
pembentukan soal dibatasi pada membentuk soal dan refleksi.
baru yang mirip dengan soal buatan guru tetapi Tahap persiapan dalam Penelitian
dengan taraf kesulitan yang berbeda. Tindakan kelas ini desain pembelajaran atau
tahap pelaksanaan dengan penerapan
METODE PENELITIAN pembelajaran kooperatif model sirkuit group
Penelitian ini adalah penelitian tindakan problem posing pada kompetensi dasar 1.1
(action resourch) karena penelitian dilakukan “Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan bilangan campuran” yaitu : 1) satu minggu
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara sebelumnya tepatnya ketika pembelajaran
profesional melalui refleksi diri sehingga pada konsep sebelumnya berakhir, guru telah
akhirnya dapat meningkatkan kemantapan memberikan perintah kepada siswa untuk
rasional dari tindakan itu dalam melaksanakan mempelajari kompetensi dasar 1.1
tugas, memperdalam pemahaman terhadap “Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki bilangan campuran; 2) Guru menyiapkan soal
kondisi tempat praktik pembelajaran itu buatan sendiri untuk masing-masing kelompok
dilakukan. yang akan ditempatkan pada masing-masing
Kajian penelitian ini menggunakan meja, pada awal tahap pelaksanaan; 3) siswa
kajian rekonstruktif pengalaman pribadi di dalam sudah mempelajari bahan ajar; dan 4)
mengajar matematika di sekolah dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa format
pendekatan deskriptif kuantitatif. Adapun model observasi, dan soal tes.
pendekatan yang digunakan adalah model
kolaborasi di mana ada kolaborator yang

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 22


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Tahap Pelaksanaan penelitian tindakan dipaparkan pada bagian awal maka teknik
kelas meliputi ; 1) formasi tempat duduk siswa analisis data yang
berbentuk bundar dalam kelompok-kelompok
kecil, 2) dalam satu kelompok terdiri dari 4 ∑x
X =
siswa, 3) guru sebagai fasilitator pembelajaran,
4) pada putaran pertama setiap kelompok soal N
buatan guru yang sudah disiapkan oleh guru
pada awal pembelajaran dan kelompok harus X = Nilai rata-rata
membuat soal baru yang serumpun dengan soal ∑X = Jumlah semua nilai siswa
buatan guru, 5) pada point ke-3 baik soal buatan ∑N = Jumlah siswa
guru dan kunci jawaban atas soal yang
digunakan adalah teknik Mencari Mean dan
dirumuskan oleh kelompok ditulis dalam lebar
Prosentase.
tugas masing-masing kelompok (alokasi waktu
∑ Siswa yang tuntas belajar
15 menit), 6) pada putaran kedua, soal buatan P =
guru dan soal buatan kelompok diputar dengan ∑ Siswa x 100 %
aturan 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 8, 7) kegiatan
kelompok berikutnya adalah menjawab soal HASIL PEMBAHASAN
buatan guru dan soal buatan kelompok yang Siklus I
diterima pada putaran sebelumnya dalam lembar Pada tahap perencanaan guru telah
tugas. Dan, masih diberikan beban merumuskan memberikan petunjuk kepada siswa untuk
soal baru yang mirip dengan soal buatan guru mempelajari kompetensi dasar 1.1
dengan taraf kesulitan yang berbeda yang “Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
diterima dengan nilai pertanggungjawaban harus bilangan campuran, satu minggu sebelumnya
menuliskan kunci jawaban atas soal yang dibuat tepatnya ketika pembelajaran konsep
di lembar tugas masing-masing kelompok sebelumnya berakhir, guru menyiapkan soal
(alokasi waktu 20 menit), 8) proses pembelajaran buatan sendiri untuk masing-masing kelompok
berjalan sesuai aturan pada putaran kedua secara yang akan ditempatkan pada masing-masing
terus menerus dengan pertimbangan siswa waktu meja, pada awal tahap pelaksanaan; dan
pembelajaran yang ada, dan 9) apabila dirasa menyiapkan instrumen penelitian berupa format
oleh guru waktu dalam proses pembelajaran observasi, dan soal tes.
tersebut cukup, maka guru menghentikan proses Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
tersebut, dengan pertimbangan bahwa pada akhir untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli
pembelajaran guru harus mereview kegiatan 2014 di kelas VI dengan jumlah 32 siswa. Dalam
pembelajaran yang baru dilakukan. hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
Untuk mendapatkan masukan dan hasil proses belajar mengajar mengacu pada rencana
dari penelitian tindakan ini dilakukan observasi pembelajaran yang telah dipersiapkan. Lembar
oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat Kerja Siswa yang dikerjakan siswa saat
sebagai kolaborator. Guru sebagai peneliti pembelajaran siklus I seperti di bawah ini.
melakukan observasi terhadap aktivitas siswa Soal buatan guru dalam pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran, sedangkan kolaborator Model Sirkuit Group
melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan Problem Posing Pada tindakan siklus I
dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif MEJA – 1 : 94. 281 + 51.420 - 112.091 =....
model Sirkuit Group Problem Posing. MEJA – 2 :362.714 - 283.476 + 429.634 = ...
Dari hasil pengamatan yang dilakukan MEJA - 3 :31 x 10.246 + 621.317 = …
kemudian dilakukan pengkajian ulang untuk MEJA – 4 :164.448 : 36 + (79.343 - 2.569) =....
memperbaiki unsur-unsur dan tahap-tahap MEJA – 5 :3.468 x 56 : 8 x 1.324 = .....
pembelajaran sebelumnya dan dilaksanakan pada MEJA – 6 : (3.628 + 1.857) x (139 + 98) =
pembelajaran berikutnya. MEJA – 7 : 26 x (5.430 + 11.473) +
Untuk mendapatkan data yang diinginkan (55.992 : 12) = ….
sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperlukan MEJA – 8 : 13 x (16.341- 4.156) - 137.943 = ...
instrumen penelitian. Instrumen penelitian itu Pengamatan (observasi) dilaksanakan
yang digunakan adalah tes akhir siklus. bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Teknik analisis data yang diguanakn Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
disesuaikan dengan judul penelitian seperti Tas Akhir Siklus 1 dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 23


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. perencanaan berdasarkan hasil observasi pada
Adapun data hasil penelitian pada siklus I siklus I. Guru peneliti mempersiapkan telah
sebagaimana dalam tabel 1. memberikan perintah kepada siswa untuk
mempelajari kompetensi dasar 1.1
“Menggunakan sifat-sifat operasi hitung
bilangan campuran, satu minggu sebelumnya
tepatnya ketika pembelajaran konsep
sebelumnya berakhir, guru menyiapkan soal
buatan sendiri untuk masing-masing kelompok
yang akan ditempatkan pada masing-masing
meja, pada awal tahap pelaksanaan; dan
menyiapkan rancangan penelitian berupa format
observasi, dan soal tes
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Juli
2014 dengan jumlah 32 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan
siswa saat pembelajaran siklus II seperti di
Dari data yang diperoleh dan dianalisis bawah ini.
sehingga diketahui bahwa rata-rata prestasi Soal buatan guru dalam pembelajaran kooperatif
mencapai siswa yang tuntas 19 orang, siswa Model Sirkuit Group
yang tidak tuntas 13 orang, ketuntasan belajar dan Problem Posing Pada tindakan siklus II
secara klassikal mencapai 59,38 % (belum MEJA MEJA – 1 94. 281 - 51.420 - 112.091
tuntas). =....
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada MEJA – 2 362.714 + 283.476 + 429.634 = ...
siklus pertama secara klasikal belum tuntas MEJA - 3 31 + 10.246 + 621.317 = …
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ MEJA – 4 164.448 + 36 - (79.343 - 2.569) =....
65 hanya sebesar 59,38 % lebih kecil dari MEJA – 5 3.468 x 56 + 8 x 1.324 = .....
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu MEJA – 6 (3.628 - 1.857) x (139 + 98) =
sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa MEJA – 7 26 + (5.430 + 11.473) +
masih baru dan kurang mengerti apa yang telah (55.992 : 12) = ….
diterapkan oleh guru dalam menerapkan MEJA – 8 : 13 x (16.341+ 4.156) - 137.943 = ...
Pembelajaran Kooperatif Model Sirkuit Group Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
Problem Posing. dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Dari pembelajaran yang telak Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
dilaksanakan diamati sesuai dengan format- Tes Akhir Siklus II dengan tujuan untuk
format item pengamatan, baik aktivitas guru mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
maupun aktivitas siswa. Dari hasil observasi proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas Instrumen yang digunakan adalah format II.
guru dalam kategori cukup dan aktivitas siswa Adapun data hasil penelitian pada siklus II
cukup (sebagaimana dalam lampiran). seperti pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah diperoleh, kolaborator melakukan refleksi
kepada guru peneliti bersama-sama dengan siswa
setelah proses pembelajaran berakhir.

Siklus II
Pada tahap perencanaan ini guru
peneliti bersama kolaborator melakukan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 24


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Berdasarkan hasil pengamatan yang


telah diperoleh, kolaborator melakukan refleksi
kepada guru peneliti bersama-sama dengan siswa
setelah proses pembelajaran berakhir.

Siklus III
Pada tahap perencanaan ini guru peneliti
bersama kolaborator melakukan perencanaan
berdasarkan hasil observasi pada siklus I. Guru
peneliti mempersiapkan telah memberikan
perintah kepada siswa untuk mempelajari
kompetensi dasar 1.1 “Menggunakan sifat-sifat
operasi hitung bilangan campuran. satu minggu
sebelumnya tepatnya ketika pembelajaran
konsep sebelumnya berakhir, guru menyiapkan
soal buatan sendiri untuk masing-masing
kelompok yang akan ditempatkan pada masing-
masing meja, pada awal tahap pelaksanaan; dan
menyiapkan 25instrumen penelitian berupa
format observasi, dan soal tes
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 4
Agustus 2014 di kelas VI dengan jumlah 32
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang
lagi pada siklus III. Lembar Kerja Siswa yang
dikerjakan siswa saat pembelajaran siklus III
seperti di bawah ini.
Soal buatan guru dalam pembelajaran kooperatif

Model Sirkuit Group


Dari data yang diperoleh dan dianalisis dan Problem Posing Pada tindakan siklus II
sehingga diketahui bahwa rata-rata prestasi MEJA – 1 : Tentukan 34 +25-20 =...
mencapai siswa yang tuntas 24 orang, siswa MEJA – 2 : Tentukan 60 +45-20 =...
yang tidak tuntas 8 orang, ketuntasan belajar MEJA – 3 : Tentukan 20: 5+20 =...
secara klassikal mencapai 75% (belum tuntas). MEJA – 4 : Tentukan 30 +25:5 =...
Hasil ini menunjukkan bahwa pada MEJA – 5 : Tentukan 64 -25-20 =...
siklus II ketuntasan secara klasikal telah MEJA – 6 : Tentukan 34 +25x20 =...
mengalami peningkatan sedikit lebih baik
dibandingkan dari siklus I. Adanya peningkatan MEJA – 7 : Tentukan 34 x25-20 =...
hasil belajar siswa ini karena setelah siswa telah MEJA – 8 : Tentukan 34 -25x20 =...
memahami model pembelajaran serta setiap Pengamatan (observasi) dilaksanakan
akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar
pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar
untuk belajar. siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
Dari pembelajaran yang telah mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
dilaksanakan diamati sesuai dengan format- proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
format item pengamatan, baik aktivitas guru Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
maupun aktivitas siswa. Dari hasil observasi III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III
yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas seperti pada tabel 3.
guru dalam kategori cukup baik dan aktivitas
siswa cukup baik (sebagaimana dalam lampiran).

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 25


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

sebelumnya telah mengalami perbaikan dan


peningkatan sehingga menjadi lebih baik, pada
siklus III mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah diperoleh, kolaborator melakukan refleksi
kepada guru peneliti bersama-sama dengan siswa
setelah proses pembelajaran berakhir, sehingga
disimpulkan bahwa penelitian dianggap selesai
karena telah mencapai ketuntasan belajar secara
klassikal, sedangkan yang masih belum
mencapai ketuntasan belajar secara individual
akan dilakukan pengajaran remedial. Aktivitas
guru dan siswa yang belum mencapai baik akan
diadakan perbaikan dan penerapan pada proses
pembelajaran berikutnya.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan temuan di atas, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Simpulan
Berdasarkan hasil-hasil dan pembahasan
yang dikemukakan pada bagian sebelumnya
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran matematika adalah proses
pemberian pengalaman belajar kepada peserta
didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari.
Salah satu komponen yang menentukan
Hasil pada siklus III ini mengalami ketercapaian kompetensi adalah penggunaan
peningkatan lebih baik dari siklus II. Hal ini strategi pembelajaran matematika, yang sesuai
dipengaruhi oleh adanya peningkatan dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2)
kemampuan guru dalam menerapkan tingkat perkembangan intelektual peserta didik,
Pembelajaran Kooperatif Model Sirkuit group (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif
dan Problem Posing sehingga siswa menjadi peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan
lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan pemahaman pemalaran matematis. Untuk itu
materi yang telah disajikan. aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah latihan-latihan atau tugas matematika dengan
terlaksana dengan baik maupun yang masih bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide
kurang baik dalam proses belajar mengajar kepada orang lain.
dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Sirkuit Group Problem posing adalah
Model Sirkuit Group Problem Posing. Dari data- pembelajaran kooperatif dimana meja disusun
data yang telah diperoleh dapat diuraikan berbentuk bundar dan berkelompok sebagai
sebagai berikut : 1) selama proses belajar tempat siswa mengerjakan tugas dari guru.
mengajar guru telah melaksanakan semua Dalam pembelajaran Sirkuit Group Problem
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada Posing, setiap kelompok mengerjakan tugas
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi yang dibuat oleh guru dalam kurun waktu yang
persentase pelaksanaannya untuk masing-masing telah ditentukan. Pembelajaran dengan
aspek baik, dan berdasarkan data hasil pembentukan soal atau pembentukan masalah
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama Kemudian soal diputar untuk kelompok yang
proses belajar mengajar berlangsung, dan 2) berikutnya dan begitu seterusnya.
kekurangan pada siklus-siklus

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 26


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar


Model Sirkuit Group Problem Posing dapat Mengajar di Sekolah Dasar. Dirjen
meningkatkan nilai rata-rata dalam setiap siklus Pendidikan Dasar dan Menengah.
yaitu siklus I (69,06), siklus II (76,25) dan siklus Djamaral, Syaiful Bahri, Aswan Zain, 1988,
III (84,38). Hal ini menunjukkan kemampuan Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT.
membentuk soal akan menambah wawasan pada Rineka Cipta.
pola pikir karena dengan kemampuan membuat Gagne, Robert, M, Briggs, Leslie J. (1988).
soal berarti siswa sudah pula mampu Prinsip-Prinsip Belajar Untuk
menyelesaikannya. Pengajaran. Penerbit : Usaha Nasional
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Muhsetyo, Gatot, dkk.2007. Pembelajaran
Model Sirkuit Group Problem Posing memiliki Matematika di SD. Materi Pokok PGSD.
dampak positif dalam meningkatkan prestasi Jakarta. Penerbit Universitas Terbuka.
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, dan Penerapannya dalam KBK. Malang.
yaitu siklus I (59,38 %), siklus II (75 %), dan Uiversitas Negeri Malang.
siklus III (90,63 %). Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Universitas
Saran Negeri Surabaya
Nasution, 1987, Berbagai Pendekatan Dalam
Berdasarkan hasil-hasil kajian
Belajar Dan Mengajar, Jakarta, Bina Aksara.
pembelajaran di atas dapat dikemukakan saran-
Pranoto Sugeng, 1984 Interaksi Belajar
saran antara lain: 1) Penerapan Pembelajaran
Mengajar Paket I, Surabaya FPMIPA IKIP.
Kooperatif Model Sirkuit Group Problem Posing
Soejadi. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di
sebaiknya diberikan sesuai dengan karakteristik
Indonesia. Jakarta. Dirjen Dikti
materi dan karakteristik siswa dalam satu kelas,
Depdiknas.
sehingga pembelajaran akan dinamis, aktifitas
Trapsilasiwi, D. 2001. Pengajuan Soal (Problem
siswa tinggi, motivasi belajar siswa lebih
Posing) sebagai Upaya Meningkatkan
terbangun dan lebih mampu mendorong siswa
Pemahaman Siswa dalam Belajar
untuk berani mengemukakan pendapat dalam
Matematika di Sekolah. Jember:
kelompoknya dan peran guru dalam
Laboratorium Microteaching FKIP
pembelajaran sebagai fasilitator lebih tampak, 2)
Universitas Jember
pengenalan Pembelajaran Kooperatif Model
Sirkuit Group Problem Posing dapat dilakukan
secara bertahap oleh guru yaitu dimulai dengan
yang terkait contoh dan dapat dilakukan secara
individual atau kelompok-kelompok kecil
(kooperatif), 3) perlu adanya penelitian lebih
lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SDN Pelang Kidul 1, dan 4) untuk
penelitian serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Asmarawaty. 2000. Penerapan Pendekatan
Kooperatif dan Secience. Jakarta.
Buletin Pelangi Pendidikan
Balitbang Depdiknas. 2002. Pelaksanaan
Kurkulum Berbasis Kompetensi. Jakarta.
Puskur.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 27


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN


PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS V SDN BANGUNREJO KIDUL 7 KECAMATAN
KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI TAHUN 2014/2015

Oleh : Sugeng
SDN Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: sugeng@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Kemampuan Menulis Puisi, Teknik Pembelajaran Picture and Picture

Kemampuan menulis puisi siswa kelas V Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh teknik pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa
merasa bosan pada saat mengikuti pembelajaran. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
yang telah ditentukan adalah 70,0, dari 20 siswa yang berhasil mencapai target KKM hanya 40% atau
4 siswa, sedangkan yang tidak berhasil mencapai target KKM 60% atau 16 siswa. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu dilakukan teknik pembelajaran yang tepat dan berdaya guna.
Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dan untuk
mengetahui perubahan prilaku siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran picture and picture.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 41.2 %. Nilai rata-rata pada
prasiklus 56.5, pada tindakan siklus I nilai rata - rata yang diperoleh 66.3 artinya mengalami
peningkatan sebesar 9.8 atau 17.4 %. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan sebesar 13.5 atau 20.4 % bila dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Perubahan sikap
dan perilaku siswa kelas V Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi menunjukkan
perubahan prilaku siswa yang positif.

PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam yang ditetapkan adalah 70,00 sedangkan hasil
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah penilaian belajar siswa yang berhasil mencapai
Dasar diarahkan untuk meningkatkan target KKM 40%, dan 60% yang tidak berhasil
kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa mencapai target KKM. Dengan demikian
indonesia dengan baik dan benar, baik secara menunjukkan bahwa siswa dalam pembelajaran
lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi Bahasa Indonesia kemampuan belajarnya dalam
terhadap hasil karya kesastraan manusia kemampuan menulis puisi masih rendah dan
indonesia melalui pengembangan kemampuan belum mampu melaksanakan kegiatan tersebut
berbahasa, seperti halnya menyimak, membaca, secara optimal, artinya siswa mengalami
menulis dan berbicara, secara seimbang. kesulitan dalam menuangkan pikiran dan
(Depdiknas, 2006:7). perasaannya dalam bentuk puisi.
Seiring dengan hal tersebut di atas, Rendahnya kemampuan siswa
maka siswa pada tingkat sekolah dasar dalam menulis puisi juga disebabkan kurang
diharapkan mampu atau dapat menguasai efektifnya pembelajaran yang diciptakan oleh
keempat kemampuan berbahasa secara aktif dan guru. Ketidakefektifan itu disebabkan oleh
integaratif, dengan menggunakan komponen kurang tepatnya strategi pembelajaran yang
kemampuan berbahasa yang komonikatif dan diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.
benar. Kenyataan dilapangan bahwa hasil Strategi yang dipakai guru tidak dapat
pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
masih sangat jauh dari yang diharapkan, dan diri siswa agar secara leluasa dapat
masih belum mampu mencerminkan amanat mengekspresikan perasaannya.
kurikulum, khususnya kemampuan dalam Pembelajaran menulis puisi yang
berbicara dari kemampuan menulis khususnya diciptakan guru cenderung bersifat teoritis
menulis puisi dengan baik dan benar. informatif, bukan apreseatif produktif. Artinya
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan belajar yang diciptakan guru di dalam kelas
Minimal ( KKM ) yang telah ditentukan oleh hanya sebatas memberikan informasi
sekolah, KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia pengetahuan tentang sastra, sehingga

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 28


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

kemampuan mengapresiasi dan kemampuan menggunakan teknik Pembelajaran picture and


mencipta kurang mendapat perhatian, siswa picture dalam meningkatkan kemampuan
kurang mendapat kesempatan untuk melakukan menulis puisi pada siswa kelas V Bangunrejo
konstruksi pengetahuan dan melakukan Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi.
pengembangan pengetahuan itu menjadi sebuah
produk pengetahuan baru. Pembelajaran menulis LANDASAN TEORI
puisi dapat berjalan efektif jika guru dapat Kenyataan keterampilan menulis
menerapkan teknik-tehnik pembelajaran yang siswa khususnya menulis pusi masih sangat
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk rendah, sehingga penelitian mengenai
lebih aktif, kreatif, dan inovatif. peningkatan keterampilan siswa dalam menulis
Salah satu strategi pembelajaran yang puisi sudah dilakukan banyak oleh mahasiswa
mengacu pada pembelajaran menulis kreatif dalam penulisan skripsi. Penelitian itu belum
puisi kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan semuanya sempurna dan masih melakukan
inovatif adalah teknik pembelajaran picture and penelitian lanjutan untuk melengkapi dan
picture. Adapun alasan-alasan yang menyempurnakan penelitian awal tersebut.
mengakibatkan peneliti beranggapan bahwa Oleh karena itu beberapa penelitian terdahulu
teknik pembelajaran picture and picture melalui yang membahas topik peningkatan
pengalaman dan objek lingkungan secara keterampilan menulis puisi yang relevan
langsung akan mempermudah siswa, karena dengan penelitian ini dan dapat dijadikan
siswa akan terdorong menulis dan sebagai tinjauan pustaka, antara lain Fatoni
mengekspresikan perasaannya setelah 2002 dan Arintoko 2004.
mengamati obyek lingkungan dapat dijumpai Fatoni (2002) dalam penelitiannya
obyek-obyek atau gambaran-gambaran, yang yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
oleh siswa dapat dituangkan melalui puisi, Menulis Puisi Melalui Metode Karya Wisata
dengan menggunakan bahasa yang puitis. Pada Kelas II MA Nadlatussyuban Sayung
Berdasarkan gambaran latar belakang Kabupaten Demak”. disimpulkan bahwa
di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran meningkatkan kemamuan
dapat dinyatakan bahwa kiprah guru dalam menulis puisi menggunakan metode karya
pembelajaran menulis puisi masih belum dapat wisata terbukti mengalami peningkatan. Hal ini
mengupayakan kemampuan menulis puisi secara terbukti pada hasil tes tiap-tiap tindakan.
proporsional, sehingga siswa sekolah dasar Besarnya peningkatan dapat dilihat pada tes
masih rendah dalam kemampuan menulis puisi. awal sebelum diberikan perlakuan rata-rata
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat skor sebesar 64,2. Pada tindakan siklus I rata-
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : rata skor sebesar 73,5 dan tindakan pada siklus
(1) Bagaimanakah peningkatan kemampuan ke II rata-rata skor sebesar 78.3. Dengan
menulis puisi dengan menggunakan teknik demikian rata-rata skor kemampuan siswa
pembelajaran Picture and Picture pada siswa dalam menulis puisi menggunakan kemampuan
kelas V Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar siswa dalam menulis puisi menggunakan
Kab. Ngawi?, (2) Apakah ada perubahan sikap metode karya wisata meningkat dari tes awal
siswa terhadap pembelajaran menulis puisi ke siklus I sebesar 1,45 % dari siklus I ke
dengan menggunakan teknik pembelajaran siklus II sebesar 1,063 %.
Picture and Picture pada siswa kelas V Arintoko (2004) dalam
Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Ngawi?, Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: Keterampilan Menulis Puisi Diaphan Siswa
(1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan Kelas V SD Pangudi Luhur Santo Yusuf
menulis puisi dengan menggunakan teknik Semarang melalui metode karya wisata tahun
pembelajaran Picture and Picture pada siswa ajaran 2003/2004 “ menyimpulkan bahwa dari
kelas V Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar hasil penelitian, diketahui adanya peningkatan
Kab. Ngawi. (2) Untuk mengetahui perubahan menulis puisi diaphan pada sisiwa kelas V SD
sikap siswa terhadap pembelajaran menulis Pangudi Luhur Santo Yusup Semarang.
puisi dengan menggunakan teknik pembelajaran Peningkatan ini disebabkan oleh
picture and picture pada siswa kelas V ketepatan peneliti dalam memilih bahan dan
Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. menentukan teknik pembelajaran yang
Ngawi. (3) Untuk mengetahui hasil digunakan penelitian. Besarnya persentase
pembelajaran menulis puisi dengan peningkatan keterampilan menulis puisi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 29


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

diaphan melalui metode karya wisata pada bahwa pendramaan di sini adalah orang penyair
siswa kelas V Sd PL Santo Yusup Semarang. mengubah atau menceritakan pengalaman
Pada siklus I sebesar 10,0 poin atau 67 % melalui puisi dengan bahasa yang terstruktur.
dengan kategori cukup. Setelah dilakukan Pengalaman itu dapat berupa pengalaman
penelitian tindakan pada siklus II mencapai menyedihkan, menyenangkan, dan
kemampuan rata-rata sebesar 11.2 poit atau mengharukan.
sebesar 75 %. Kemampuan rata-rata ini sudah Samuel Taylor Coleridge
sedikit melampaui batas rentang 9-11 mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
walaupun masih kategoi cukup. Keterampilan terindah dalam susunan terindah. Dari
menulis puisi diaphan yang dikur meliputi pengertian tersebut bahwa puisi di buat seindah
beberapa aspek , yaitu aspek kesesuai judul mungkin baik dilihat dari dari bahasa, susunan
dengan isi, diksi, kata konkret, majas, dan keindahan secara umum.
versifikasi, dan tipografi. Carlyle berkata, puisi merupakan
Kedua penelitian tersebut sama-sama pemikiran yang bersifat musical. Dalam
menggunakan metode karya wisata dan perkataan tersebut bahwa pemikiran yang
membuahkan hasil pemikiran yang telah bersifat musikal yaitu irama, bunyi, yang ada
dipaparkan. Metode dari keduanya masih dalam puisi tersebut serasi dan
menggunakan metode karya wisata yang cukup mempergunakan orkestasi bunyi.
memakan waktu dan tenaga, mungkin juga biaya Wordswoth mempunyai gagasan
bila harus ke luar kota. bahwa puisi adalah pernyataanperasaan yang
Berdasarkan kelemahan penelitian imajinatif yaitu perasaan yang direkaan atau
tersebut, peneliti akan berusaha memudahkan diangankan. Berdasarkan pengertian tersebut
siswa tanpa biaya, tempatnya dekat, dan puisi dapat sebagai ungkapan seseorang /
dilakukan kapan saja.Dalam kesempatan ini perasaan yang dirasakan baik itu secara
peneliti mencoba menggunakan teknik langsung ataupun tidak secara langsung.
pengamatan objek secara langsung. Adapun Kemudian Shelly mengemukakan bahwa puisi
objek yang dapat diamati adalah sekitar adalah rekaman detik-detik yang paling indah
sekolah sehingga mudah terjangkau dan efisien dalam hidup kita. Misalnya saja peristiwa yang
Puisi pada hakekatnya teori puisi sangat mengesankan dan menimbulkan
mengomunikasikan pengalaman yang penting- keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan,
penting karena puisi lebih terpusat dan kegembiraan yang memuncak, percintaan,
terorganisasi.(Badrun 1989:2). bahkan kesediaan karena kematian. Jadi di sini
Puisi berhubungan dengan dapat dikatakan sebagai ungkapan baik itu
pengalaman (Perrinel 1988:512). Beberapa ungkapan kesedihan ataupun berupa
sastrawan telah mencoba memberi definisi kesenangan yang terekam dalam pikiran kita.
sebagai berikut: (1) Puisi adalah seni peniruan, Berdasarkan pengertian-
gambar bicara, yang bertujuan untuk mengejar pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
kesenangan, (2) Luapan secara spontan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman yang
perasaan terkuat yang bersumber dari perasaan ditulis secara sistematik dengan bahasa yang
yang terkumpul dari ketenangan (3) Puisi puitis. Kata puitis sudah mengandung
adalah lahar imajinasi yang menahan terjadinya keindahan yang khusus untuk puisi. Disamping
gempa bumi, (4) puisi adalah ekspresi konkrit itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang
dan artistik pemikiran manusia dalam bahasa menarik perhatian, menimbulkan tanggapan
yang emosional yang berirama, (5) Puisi adalah yang jelas atau secara umum menimbulkan
pengalaman imajinatif yang bernilai dan berarti keharuan.
sederhana yang disampaikan dengan bahasa
yang tepat, (6) puisi adalah pendramaan Unsur-unsur Pembentuk Puisi
pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam Dalam menulis puisi perlu untuk
bahasa berirama. mengetahui beberapa unsur-unsur pembentuk
Altenbernd (1970:2) puisi adalah puisi agar puisi yang ditulis mengandung rasa
pendramaan pengalaman yang bersifat keindahan dan dapat membangkitkan perasaan
penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa serta menimbulkan keharuan, adapun unsur-
berirama (bermetrum) ( as the interpretive unsur pembentuk puisi adalah sebagi berikut :
dramatization of experience in metrical (1) Diksi, dalam puisi kata-kata sangat besar
language). Maksud pengertian diatas adalah peranannya. Setiap kata mempunyai fungsi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 30


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

tertentu dalam menyampaikan ide penyairnya. merupakan hasil rekaman dari peristiwa atau
Meyer (1987:457) mengatakan bahwa dalam gambaran objek menarik yang dituangkan
fungsinya untuk memadatkan suasana, lembut, melalui pikirannya ke dalam bahasa tulis. Teknik
dan bersifat ekonomis Jadi kata-kata dalam puisi pengamatan objek secara langsung di sini dapat
hendaknya disusun sedemikian serupa sehingga menggugah siswa dalam berekspresi yang
dapat menyalurkan pikiran, perasaan penulisanya dituangkan dalam puisi, dengan cara siswa
dengan baik. (2) Bahasa Figuratif, menurut mengamati suatu objek, misalnya saja objek
Waluyo bahasa figuratif adalah majas. Dengan alam yang berupa pohon beringin seperti
bahasa figuratif, membuat puisi lebih indah, puisinya Sutan Takdir Ali Sjahbana yang
artinya memancarkan banyak makna atau kaya berjudul ”Pohon Beringin”.
akan makna. Dalam bukunya kamus Istilah
Sastra, Panuti Sujiman menyebutkan kiasan METODE
adalah majas yang mengandung perbandingan Rancangan Penelitian
yang tersirat sebagai pengganti kata atau Penelitian ini merupakan penelitian
ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau tindakan kelas (PTK). Yang dimaksud dengan
kesejajaran makna. penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
dikatakan bahwa pada umumnya bahasa figuratif agar pembelajaran dapat berhasil dengan baik.
dipakai untuk menghidupkan lukisan, untuk Penelitian tindakan kelas ini berisi pratindakan
mengkonkretkan dan lebih mengekspresikan dan tindak lanjut.
perasaan yang diungkapkan. Dengan demikian, Pada pratindakan berisi renungan dalam
pemakaian bahasa figuratif menyebabkan mengajar sehingga dapat menemukan
konsep-konsep abstrak terasa dekat pada kelemahan-kelemahan dan kekurangan dalam
pembaca karena dalam bahasa figuratif oleh pembelajaran menulis puisi kemudian dilakukan
penyair diciptakan kekonkretan, kedekatan, dengan tindakan tindak lanjut yang dapat
keakrabatan dan kesegaran. (3) Tipografi digunakan untuk memecahkan masalah tentang
merupakan pembeda yang paling awal dapat pembelajaran meulis puisi.
dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa Dalam penelitian tindakan kelas (PTK),
fiksi dan drama. Tipografi merupakan bentuk dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian
dari puisi yang bermacam-macam tergantung berdaur yang terdiri atas empat tahap yaitu :
yang mengarangnya. planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection
Teknik Pembelajaran Picture and Picture (refleksi).
Teknik pembelajaran tidak akan berhasil Pada tahap perencanaan yaitu tindakan
apabila tidak ada metode yang benar-benar apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan
cocok untuk pembelajaran tersebut. Dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi.
kesempatan ini peneliti menggunakan teknik Perencanaan harus dibuat oleh peneliti sebelum
pembelajaran Picture and Picture. Teknik peneliti melangkah lebih lanjut.
Picture and Picture adalah metode yang Pada tahap tindakan merupakan tindakan
dilakukan dengan mengamati suatu benda, apa yang akan dilakukan peneliti sebagai upaya
peristiwa atau kejadian secara langsung dengan perbaikan dan peningkatan. Dalam hal ini, upaya
menunjukkan gambar obyek. perbaikan terhadap siswa tentang kesalahan-
Teknik Picture and Picture dekat sekali kesalahan siswa setelah siswa menulis puisi.
dengan alam lingkungan sekitar. Pada dasarnya Pada tahap observasi atau pengamatan,
siswa senang dengan kenyataan atau realita yang yaitu mengamati hasil dari tindakan yang
langsung dilihat oleh siswa. Oleh sebab itu siswa dilakukan penulis terhadap siswa. Kesalahan
akan lebih peka atau lebih terangsang untuk siswa ,kesulitan siswa, dan tanggapan siswa
mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya. dijadikan pertimbangan untuk perencanaan siklis
Proses belajar mengajar tidak hanya berikutnya.
dilakukan di dalam kelas namun dapat dilakukan Pada tahap refleksi yaitu tindakan
di luar kelas, seperti yang telah disebutkan tadi mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
yaitu mengamati objek pada lingkungan di luar atau dampak tindakan dari berbagai kriteria.
kelas secara langsung. Teknik Picture and Berdasarkan refleksi tersebut, penulis bersama-
Picture juga sangat bermanfaat dalam sama guru lain dapat melakukan revisi,
pembelajaran puisi. Hakikat menulis puisi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 31


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

perbaikan, terhadap awal untuk rencana nilai 85-100 ada 2 orang atau 10 %, Kategori
berikutnya. baik dengan rentang nilai 75-84 ada 2 orang
atau 10 %, kategori cukup dengan rentang nilai
HASIL PEMBAHASAN 60-75 ada 9 orang atau 45 %, dan kategori
Siklus I kurang dengan rentang nilai 0-59 ada 7 orang
Tahap siklus I merupakan tindak lanjut atau 35 %. Pada siklus I sudah ada peningkatan
awal dalam menyelesaikan masalah yaitu dibandingkan dengan pratindakan, Namun
rendahnya menulis puisi pada kelas V peningkatan tersebut belum bisa merubah dari
Bangunrejo Kidul 7 Kec. Kedunggalar Kab. cukup menjadi baik. Oleh karena itu masih perlu
Ngawi Pada siklus I proses pembelajaran dilanjutkan lagi pada siklus II. Hasil Nontes
menulis puisi dengan menggunakan teknik Siklus I Hasil nontes terdiri dari hasil observasi.
pembelajaran tanyeksung. Hasil observasi terhadap sikap siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran sebagai berikut: (1)
nilai rata-rata kelas dalam kemampuan Saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kesesuaian memilih judul dengan isi adalah 65.8 dan motivasi, semua siswa memperhatikan,
atau kategori cukup. Dari keseluruhan siswa tenang, dan sungguh-sungguh mengikuti
yang mendapat skor 85-100 atau kategori baik pembelajaran. (2) Saat guru menjelaskan tentang
sekali ada 2 siswa atau 10 %, Kategori baik cara menulis puisi, siswa siswa mendengarkan
dengan rentang nilai 75-84 ada 2 siswa atau 10 dengan baik meskipun masih ada siswa yang
%, kategori cukup dengan rentang nilai 60-75 berbicara sendiri. Di samping itu mereka
siswa ada 9 siswa atau 45 %, dan kategori kelihatan masih bingung sebelum dipraktekkan.
kurang dengan rentang nilai 0-59 ada 7 siswa. (3) Ketika guru memberi kesempatan kepada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai siswa supaya bertanya tentang hal-hal yang
rata-rata kelas dalam aspek pilihan kata atau belum jelas, sebagian besar siswa hanya diam
diksi adalah 66,8 atau kategori cukup. Dari saja. (4) Ketika siswa ditugasi untuk menulis
keseluruhan siswa yang mendapat skor 85-100 puisi dengan tema lingkungan sekitar, siswa ada
atau kategori baik sekali ada 2 siswa atau 10 %, yang masih mondar-mandir, karena kurang
Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 ada 2 memperhatikan penjelasan cara menulis puisi
siswa atau 10 %, kategori cukup dengan dengan menggunakan model pembelajarn
rentang nilai 60-75 siswa ada 10 siswa atau 50 Pengamatan Obyek secara langsung.
%, dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-
59. Siklus II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Siklus II ini merupakan tindak lanjut dari
rata-rata kelas dalam aspek penggunaan majas siklus I dengan menggunakan model
adalah 66.5 atau kategori cukup. Dari pembelajaran Pengamatan Obyek secara
keseluruhan siswa yang mendapat skor 85-100 langsung. Model pembelajaran siklus ini
atau kategori baik sekali ada 2 siswa atau 10 %, dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 ada 2 kemampuan siswa dalam menulis puisi agar
siswa atau 10 %, kategori cukup dengan lebih mendalami dan terbiasakan dengan
rentang nilai 60-75 siswa ada 9 siswa atau 45 pembelajaran menulis puisi. Pelaksanaan siklus
%, dan kategori kurang dengan rentang nilai 0- II terdiri dari tes dan nontes. Adapun hasilnya
59 ada 7 siswa atau 35 %. sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai rata-
nilai rata-rata kelas dalam aspek tipografi adalah rata kelas dalam aspek kesesuaian judul dengan
66,3 atau kategori cukup. Dari keseluruhan siswa isi adalah 80.1 atau Dari tabel 10 dapat dilihat
yang mendapat skor 85-100 atau kategori baik bahwa nilai rata-rata kelas dalam aspek pilihan
sekali ada 2 siswa atau 10 % Kategori baik kata atau diksi adalah 78.1 atau kategori baik.
dengan rentang nilai 75-84 ada 2 siswa atau 10 Dari keseluruhan siswa yang mendapat skor 85-
%, kategori cukup dengan rentang nilai 60-75 100 atau kategori baik sekali b ada 4 siswa atau
siswa ada 9 siswa atau 45 %, dan kategori 20 %, Kategori baik dengan rentang nilai 75-84
kurang dengan rentang nilai 0-59 ada 7 siswa ada 11siswa atau 55 %, kategori cukup dengan
atau 35 %. rentang nilai 60-75 siswa ada 5 siswa atau 25 %,
Hasil tes kemampuan menulis puisi rata- dan kategori kurang dengan rentang nilai 0-59
rata 66.3 dari jumlah keseluruhan siswa yang tidak ada.
mendapat kategori sangat baik dengan rentang

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 32


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Hasil Tes Aspek Penggunaan Majas bersemangat dalam melaksanakan dan


Hasil penelitian menunjukkan kategori menuangkan hasilnya berupa puisi.
baik. Dari keseluruhan siswa yang mendapat
skor 85-100 atau kategori baik sekali belum ada SIMPULAN DAN SARAN
6 siswa atau 30 %, Kategori baik dengan rentang Simpulan
nilai 75-84 ada 10 siswa atau 50 %, kategori Data awal pada pratindakan menunjukkan
cukup dengan rentang nilai 60-74 ada 4 siswa bahwa sebagian besar kemampuan siswa dalam
atau 20 %, dan kategori kurang dengan rentang menulis puisi masih rendah. Masalah tersebut
nilai 0-59 tidak ada. dikuatkan dengan hasil tes pratindakan dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata nilai dibawah 56.5 atau kategori kurang.
rata-rata kelas dalam aspek penggunaan majas Kemampuan siswa pada setiap aspek masih
adalah 81.3 atau kategori baik. Dari keseluruhan rendah yakni dalam aspek kesesuaian judul
siswa yang mendapat skor 85-100 atau kategori dengan isi, pilihan kata /diksi, majas, dan
baik sekali b ada 6 siswa atau 30 %, Kategori tipografi. Hal tersebut dapat dilihat hasilnya
baik dengan rentang nilai 75-84 ada 10 siswa bahwa nilai rata-rata siswa dalam aspek
atau 50 %, kategori cukup dengan rentang nilai kesesuaian judul dengan isi 56.2. Aspek pilihan
60-75 siswa ada 4 siswa atau 20 %, dan kategori kata atau diksi nilai rata-rata siswa 56.6..Aspek
kurang dengan rentang nilai 0-59 tidak ada. majas nilai rata-rata siswa 56.3. Aspek tipografi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai nilai rata-rata siswa 57. Melihat keadaan
rata-rata kelas dalam aspek tipografi adalah 79,7 tersebut, peneliti mencoba mengatasinya dengan
atau kategori baik. Dari keseluruhan siswa yang teknik modelpembelajaran Pengamatan Obyek
mendapat skor 85-100 atau kategori sangat baik secara langsung dengan gambar. Dengan model
ada 6 siswa atau 30 %, Kategori baik dengan pembelajaran Pengamatan Obyek secara
rentang nilai 75-84 ada 10 siswa atau 50 %, langsung suasana proses pembelajaran pada
kategori cukup dengan rentang nilai 60-74 siswa siklus I tampak lebih semangat dibandingkan
ada 4 siswa atau 20 %, dan kategori kurang dengan kondisi awal dan hasilnya pun
dengan rentang nilai 0-59 tidak ada. menunjukkan adanya peningkatan. Adapun
Hasil tes kemampuan menulis puisi pada hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
siklus II dapat dilihat bahwa kategori kurang
dengan rentang 0-59 sudah tidak ada, kategori Hasil Peningkatan Menulis Puisi
cukup dengan rentang nilai 60-74 hanya 4 siswa
atau 20 %, kategori baik dengan rentang nilai 75-
84 mencapai 17 siswa atau 45 %, kategori baik
dengan rentang nilai 75-84 mencapai 11 siswa
atau 55 %,bahkan kategori sangat baik dengan
rentang nilai 85-100 dapat dicapai sampai
dengan 5 siswa atau 25 %. Berdasarkan hasil tes
yang telah dilaksanakan bahwa nilai rata-rata
pada siklus II mencapai 79.8. Hasil tersebut jika
dibandingkan dengan hasil penelitian siklus I,
tampak ada peningkatan. Hasil penelitian tes
siklus I hanya mencapai 66.3 dengan kategori
cukup atau dengan kata lain mengalami
peningkatan sebesar 9.8 atau 17.3 %. Hasil
Nontes Siklus II Hasil non tes mencakup hasil
observasi (pengamatan)..
Hasil Observasi, Proses pembelajaran dari
awal sampai akhir, siswa kelihatan antusias dan Berdasarkan tabel di atas pada siklus I
mulai mendalami tentang materi yang nilai rata-rata kelas pada aspek kesesuaian judul
disampaikan. Dibuktikan banyak siswa yang dengan isi mengalami peningkatan yang awalnya
bertanya dan mereka ingin mengetahui lebih 56.2, menjadi 65.8 atau 17.1%, Aspek pilihan
lanjut agar benar-benar paham. Praktik dalam kata atau diksi yang awalnya 56.6 menjadi 66.8
penulisan puisi dengan teknik pengamatan objek atau mengalami peningkatan sebesar 18.1 %.
secara langsung pada siklus II ini siswa lebih Aspek majas yang awalnya 56.3 menjadi 66,5

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 33


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

atau mengalami peningkatan 18.1 %..Aspek Dari hasil penelitian bahwa dengan
tipografi yang awalnya 57.0 menjadi 66.3 atau menggunakan model pembelajaran Pengamatan
mengalami peningkatan 16.3 %. Obyek secara langsung merasa lebih mudah
dalam menulis puisi bahkan dari hasil tersebut
Dengan mencermati hasil penelitian siswa ingin pembelajaran seperti itu
pada siklus I tersebut peneliti beranggap masih dilaksanakan lagi. Berdasarkan hasil penelitian
perlu rancangan pembelajaran yang didapatkan data yang menunjukkan peningkatan
dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan dari siklus I yang dilanjutkan ke siklus II,
siswa dalam menulis puisi pada tahap siklus I. sehingga penelitian tidak perlu melanjutkan
Pada siklus II peneliti lebih meningkatkan lagi tindakan pada siklus III karena hasilnya sudah
dengan menggunakan model pembelajaran menunjukkan peningkatan yang cukup
Pengamatan Obyek secara langsung. Dalam signifikan. Berdasarkan hasil tersebut maka
proses pembelajaran siklus II kelihatan tambah disarankan penelitian terkait dengan penulisan
hidup dan semangat terbukti hasil pada siklus II puisi bisa menggunakan teknik pemebalajaran
lebih meningkat. Adapun hasil peningkatannya picture and picture sesuai kondisi siswa di
dapat dilihat dalam tabel berikut. sekolahnya masing-masing. Teknik
pemebalajaran tersebut bisa digunakan sebagai
Hasil Peningkatan Menulis Puisi siklus I dan model pembelajaran alternatif untuk digunakan
II dalam pembelajaran kemampuan menulis puisi
di sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, SK., dkk. (1988) Psikologi Pendidikan
Anak Usia Sekolah Dasar. Solo:
Harapan Massa.
Arikunto, Suharsiini. (1991) Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Bumi Akasara
Badrun, Ahmad. (1989). Teori Puisi. Jakarta :
FKIP Universitas Mataram.
Cony Semiawan, dkk. (1986). Pendekatan
Ketrampilan Proses, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam
Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.
Berdasarkan tabel 15 pada siklus II Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
nilai rata-rata kelas pada aspek kesesuaian judul Pendidikan Dasar. Jakarta.. 2006
dengan isi yang awalnya 65.8 menjadi 80.1 atau Harimurti. (2001). Cara Menulis Kreatif.
mengalami peningkatan 21.7 %. Aspek pilihan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kata atau diksi yang awalnya 66.8 menjadi 78,1 Kridalaksana,
atau mengalami peningkatan 16.9 %.. Aspek Nurhadi. (2004). Bahasa dan Sastra Indonesia .
majas yang awalnya 66,5 menjadi 81.3 atau Jakarta : Erlangga. Kamus
mengalami peningkatan 22.3 %.. Aspek tipografi Linguistik . Gramedia : Jakarta..
yang awalnya 66.3 menjadi 79,7 atau mengalami Panuju, Redi. (2005). Panduan Menulis Untuk
peningkatan 20.2 %. Hal tersebut ternyata Pemula. Yogyakarta: Pustaka
terbukti respon siswa dalam mengikuti Pelajar.
pembelajaran lebih antusias dan hasilnya pun Pradopo, Rachmad joko. (1993). Pengkajian
sangat menggembirakan jika dibandingkan Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
dengan hasil tes pada siklus I, yaitu yang Press.
awalnya 66.3 atau kategori cukup, nilai rata-rata Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. (2002)..
pada siklusII 79.8 atau kategori baik. Jadi Media Pengajaran. Yogyakarta:
mengalami peningkatan 20.2 %. Sinar Baru. Algesindo
Sumantri, Mulyani (1998) Strategi Belajar
Saran Mengqjar. Jakarta: Depdikbud.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 34


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Sunaryo Kartadinata, Nyoman Dantes. (1998)


Landasan-Landasan Pendidikan
Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan
Sastra. Surabaya: Penerit SIC.
Tarsito. Suharianto,S. (2005). Dasar-Dasar Teori
Sastra. Semarang: Rumah
Indonesia Media Statistika.
Bandung.
Zuchdi, Dariniyati, Budiasih (1997). Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta:
Depdikbud

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 35


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN


TENTANG MEMAHAMI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI METODE
BERMAINAN PERAN SISWA KELAS V SDN JENGGRIK I KECAMATAN
KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI TAHUN 2014/2015

Oleh : Sulastri
SDN Jenggrik I Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: sulastri@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi Belajar PKn, Organisasi, Bermain Peran

Hasil belajar PKn siswa kelas V tentang kebebasan berorganisasi belum mencapai KKM secara
maksimal .Untuk itu penulisakan menggunakan metode bermain peran dalam penelitian ini. .
Penelitian ini bertujuan untuk 1mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dan mengetahui
prestasi belajar siswa . Subyek penelitian adalah siswa kelas V Semester II tahun 2014/2015 sebanyak
29 siswa.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan bermain peran
bisa meningkat.

PENDAHULUAN

Lingkungan belajar berpengaruh besar terhadap siswa dengan bahan ajar dan media yang dapat
prestasi belajar siswa. Bloom (1976) menyatakan digunakan untuk mencapai tujuan.Inspiratif
bahwa kondisi lingkungan yang berpengaruh berarti isi pembelajar tidak hanya menstranfer
besar adalah kualitas pengajaran. Ada tiga ilmu pengetahuan, tetapi melalui ilmu
variabel utama dalam teori belajar di Sekolah, pengetahuan tersebut siswa terinspirasi untuk
yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran membangun dan menggunakan dalam
dan hasil belajar (Bloom,1976;21). Sejalan pemacahan masalah dalam kehidupan sehari-
dengan pandangan ini Caroll menyatakan bahwa hari. Menyenangkan mengandung makna bahwa
hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh suasana belajar telah disesuaikan dengan
lima faktor, yaitu (a) bakat pelajar, (b) waktu kebutuhan siswa, sehingga siswa terlibat secara
yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang intelektual, emosional dan fisik dalam proses
diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, pembelajaran. Selain itu suasana belajar penuh
(d) kualitas pengajaran, dan (e) faktor di luar keceriaan, komunikatif dan akrab.Menantang
individu (lingkngan0 (Lucas at. al, 1977;16). berarti rekayasa belajar telah dirumuskan dalam
Penelitian ini memusatkan perhatian pada faktor masalah-masalah yang tingkat kesulitannya
kualitas pembelajaran dan keterlibatan belajar diperkirakan dapat diselesaikan oleh
siswa. siswa.Motivasi mengisyaratkan bahwa tindak
Kualitas pembelajaran berkaitan dengan pembelajar mendorong motivasi siswa untuk
kemampuan guru menciptakan kondisi memenuhi kebutuhannya, yaitu ingin mencapai
pembelajaran. Pada Standar Nasional Pendidikan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada Kondisi belajar yang demikian harus diciptakan
satuan pendidikan diselenggarakan secara secara kreatif oleh guru.
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, Kenyataan menunjukkan bahwa
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi pembelajaran tentang memahami kebebasan
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi berorganisasi siswa sebagi pendengar dan guru
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai mendominasi hampir seluruh waktu belajar untuk
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik menjelaskan. Dampaknya, atmosfir belajar di
serta psikologis peserta didik (PP No. 19 2005 kelas tidak menyenangkan, tidak menarik
tentang SNP, 13). Interaktif berarati kondisi perhatian, tidak menumbuhkan keberanian, dan
belajar member kesempatan siswa untuk tidak memupuk kerja sama. Keterlibatan siswa
berinteraksi dengan guru, siswa dengan siswa, dalam belajar secara intelektual, emosional dan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 36


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

fisik, seperti keberanian bertanya atau siswa akan mencapai tujuan pembelajaran sesuai
berpendapat, bekerja sama dan aktivitas lainnya kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
sangat terbatas. Akhirnya ketuntasan hasil belajar Atas dasar pengalaman sebagai guru
siswa hanya mencapai 58%. Keterlibatan Pendidikan Kewarganegaran (PKn) dan uraian di
intelektual dan emosional siswa dengan indikator atas, menarik perhatian penulis untuk
termotivasi, keberanian mengemukakan pendapat mengadakan penelitian dengan judul “
dan sikap kerja sama menggunakan metode Peningkatan Prestasi Belajar PKn tentang
tersebut, siswa yang bersikap positif hanya memahami kebebasan berorganisasi Melalui
mencapai (49%). Atas dasar hasil belajar Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas V
sebelumnya tersebut, peneliti menganalisis dan Semester II 2014/2015 SD Negeri Jenggrik I
merefleksi diri untuk merevisi perencanaan dan Permasalahanyang diangkat dalam
pelaksanaan pembelajaran PKn tentang penelitian ini adalah (1) Apakah prestasi belajar
memahami kebebasan berorganisasi dengan PKn tentang memahami kebebasan berorganisasi
metode pembelajaran bermain peran. dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran
Metode bermain peran pada dasarnya pada siswa kelas V SD Negeri Jenggrik I
mendramatisasikan tingkahlaku dalam Semerter II 2014/2015, (2) Apakah keterlibatan
hubunganya dengan masalah sosial belajar dengan indikator keberanian bermain
(Sudjana,1991;84). Pembelajaran PKn tentang peran, menarik perhatian dan kerja sama dapat
memahami kebebasan berorganisasi dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran pada
didramatisasikan dalam kelas yang menyerupai siswa kelas V SD Negeri Jenggrik I, Semerter II
kehidupan nyata (yaitu pemilihan ketua, proses 2014/2015
pengambilan keputusan organisasi melalui
musyawarah misalnya) dapat merangsang LANDASAN TEORI
kegiatan belajar siswa, karena isi pembelajaran Faktor—Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
membahas masalah/peristiwa yang terjadi dalam Belajar
kehidupan sehari-hari. Naskah permainan peran Ada banyak faktor yang
dapat direkayasa dan disusun atas dasar materi mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara umum
esensial sebagai media permainan seperti atau faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
menyerupai kehidupan berorganisasi. Interaksi diklasifikasi dalam dua faktor utama yaitu faktor
antar siswa dalam bermain peran membutuhkan dalam diri siswa dan faktor lingkungan. Faktor
keberanian bermain peran, bertanya atau dari diri siswa adalah kemampuan siswa.
merespon jawaban dan kerja sama. Keterlibatan Kemampuan siswa berpengaruh besar terhadap
belajar secara intelektual, emosional dan fisik hasil belajar yang dapat dicapai siswa. Clark
tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai media menemukan bahwa hasil belajar di sekolah 70%
ekspresif siswa dan merupakan wujud nyata dari dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
tindak belajar. Tanpa media, belajar tidak pernah dipengaruhi oleh lingkungan (Clark,1981;12).
akan terjadi (Degeng,1989;150). Akhirnya Selain kemampuan siswa, faktor dalam diri siswa
konsep memahami kebebasan berorganisasi yang yang berpengaruh adalah motivasi belajar, minat
abstrak dapat dikonkritkan dengan menggunakan dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
metode bermain peran. ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis
Padaa teori pembelajaran (Sudjana,1991;39-40). Pengaruh besar dari
dinyatakan bahwa pemberian pengalaman belajar dalam diri siswa merupakan suatu peristiwa yang
dengan cara melibatkan siswa secara aktif logis dan fajar, karena hakekat belajar adalah
melakukan percobaan, demonstrasi, role playing perubahan tingkah laku seseorang yang diniati
akan sangat bermakna bagi siswa (Yohanes dan dikehendaki dengan penuh kesadaran. Siswa
Surya,, 2006;4). Penggunaan metode bermain merasa memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,
peran siswa dapat mengekspresikan berbagai yaitu berprestasi dalam belajar.
kompetensinya seperti dalam kehidupan Sekali pun hasil belajar banyak
organisasi kemasyarakatan, sehingga siswa dipengaruhi oleh dirinya, namun kemampuan
mendapatkan pengalaman langsung dan dapat dan kondiri individu tersebut dapat berkembang
belajar efektif dengan acuan sekernario. maksimal tergantung pada kondisi lingkungan.
Keterlibatan siswa secara intelektual, emosional, Kondisi lingkungan yang berpengaruh besar
dan fisik dalam memainkan peran, adalah kualitas pengajaran. Bloom menyatakan
memungkinkan siswa memahami kebebasan bahwa ada tiga variabel utama dalam teori
berorganisasi secara efektif dan efisien. Akhirnya belajar di Sekolah, yaitu karakteristik individu,

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 37


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

kualitas pengajaran dan hasil belajar stretegi pembelajaran yang bervariasi, dalam
(Bloom,1976;21). Sejalan dengan pandangan ini rekayasa guru memberi layanan belajar
Caroll menyatakan bahwa hasil belajar yang individual. Asas utama dalam Quantum Teaching
dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita,
(a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk antarkan dunia kita ke dunia mereka (De
belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk Porter,2003:7). Mengajar adalah upaya seorang
menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, guru untuk menciptakan sistem lingkungan yang
dan (e) faktor di luar individu (lingkngan) (Lucas memungkinkan terjadinya proses belajar (Raka
at. al, 1977;16). Jadi faktor kemampuan individu Joni dalam Wicjaksono, 1982;2) Sedangkan
(kepribadian) dan kualitas memiliki hubungan pengajaran didefinisikan sebagai upaya
yang signifikan dalam mencapai hasil belajar di membelajarkan siswa (Degeng,1989;5). Agar
Sekolah. Semakin tinggi kemampuan siswa dan terjadi interaksi belajar mengajar yang efektif,
kualitas pengajaran di Sekolah, semakin tinggi efisien dan produktif, maka transfer belajar
pula hasil belajar siswa. memerlukan beberapa kondisi (persyaratan)
Mengenai kualitas pengajaran, (Winarno Surkhmad, 1973;7) Kondisi dari pihak
Sudjana dalam penelitiannya menemukan bahwa siswa harus memiliki kemampuan dan
76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh melibatkan diri secara intelektual, fisik, motivasi
kompetensi guru, dengan rincian; kemampuan untuk belajar. Dari pihak guru harus mempunyai
guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, seperangkat pengetahuan dan strategi mengajar,
penguasaan materi pelajaran memberikan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
sumbangan 32,58% dan sikap guru terhadap menciptakan situasi belajar mengajar secara
mata pelajaran memberi sumbangan 8,60%. profesional.
Selain faktor guru, kualitas pengajaran Pada akhir-akhir ini penggunaan
dipengaruhi oleh karakteristik kelas, antara lain multimedia dalam pembelajaran telah
adalah (a) besarnya kelas, (b) suasana belajar, berkembang demikian pesat, menuntut para guru
dan (c) fasilitas dan sumber belajar untuk belajar dan berlatih untuk mengembangkan
(Sudjana,1991;42). Diduga semakin besar jumlah kompetensi pribadinya. Lozanov,(1978)
siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas, menyatakan bahwa Proses belajar mengajar
semakin rendah kualitas pengajaran dan adalah fenomena yang kompleks. Segala
sebaliknya. Dengan konsepsi yang logis, guru sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan,
tidak mungkin dapat mengembangkan kegiatan dan asosiasi dan sampai sejauh mana anda
belajar yang efektif dalam situasi kelas yang mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan
memiliki jumlah siswa besar melampaui batas pengajaran, sejauh itu pula proses belajar
kemampuan pengamatan nya. Suasana belajar berlangsung (De Porter,2003;3). Dengan
yang dimaksud adalah suasana yang demokratis, menggunakan permainan peran (media) interaksi
siswa diberi kesempatan mengembangkan pembelajaran lebih menarik, aktif, efektif dan
kompetensi pribadinya yang berupa keberanian menyenangkan.
mengemukakan pendapat, berdialog dengan guru Karakteristik siswa berkaitan dengan
dan teman sekelasnya, belajar yang sesuai kemampuan. Hal ini menuntut guru untuk
dengan minat dan perhatian, suasana belajar yang menyesuaikan metode dengan kemampuan
menyenangkan dan lain-lainnya. Pemahaman siswa. Di samping itu siswa memiliki gaya
bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar, belajar yang berbeda-beda. Bagi siswa yang
jelas kurang menunjang kualitas pengajaran. memiliki gaya belajar visual akan lebih mudah
Karena situasi belajar yang demikian kurang belajar dengan membaca. Siswa yang memiliki
mengembangkan kompetensi siswa. Pemilihan gaya belajar auditorial akan lebih mudah belajar
metode mengajar dan penggunaan media dengan mendengarkan. Sedangkan siswa yang
pembelajaran yang tepat akan menentukan memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih
kualitas pembelajaran. mudah belajar dengan mengerjakan. Gaya belajar
Siswa merupakan pribadi yang unik dan tersebut telah mengisyaratkan kepada guru dalam
memiliki karakteristik yang berbeda antara yang memilih metode pembelajaran.
satu dengan yang lain. Dalam belajar setiap
siswa memiliki kecepatan dan gaya belajar yang Bermain Peran
berbeda-beda pula. Karena itu ia membutuhkan Metode pembelajaran merupakan
layanan pembelajaran yang individual meskipun variabel pembelajaran yang memberi kesempatan
dalam pengelolaan belajar klasikal. Pemilihan guru untuk memanipulasi pembelajaran secara

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 38


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

kreatif baik dalam rancangan pembelajaran Penelitian ini dirancang dalam dua
maupun pelaksanaannya. Guru dapat memilih siklus, yaitu subyek diberi pembelajaran tentang
metode yang paling sesuai dengan variabel memahami kebebasan berorganisasi
kondisi pembelajaran yang lainnya. Sunaryo menggunakan metode bermain peran. Setiap
mendifinisikan metode mengajar sebagai cara siklus akan dilaksanakan sebanyak dua kali
yang dipergunakan guru dalam mengadakan pertemuan. Sebelum subyek mendapat
hubungan dengan siswa pada saat perlakuan/tindakan, mereka mendapatkan pre
berlangsungnya pengajaran (Sudjana,1919;76). test. Dalam pertemuan I, siklus I, siswa diberi
Sedangkan metode bermain peran (role playing) pembelajaran tentang konsep organisasi,
sebagai suatu metode pembelajaran merupakan struktur organisasi, siswa dibagi dalam 3
tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi
kelompok (@ 9/10 siswa) dan tugas-tugas
tentang peran dalam kelompok (Yamin,
kelompok. Setelah kelompok terbentuk, setiap
2011;160). Suatu masalah kehidupan nyata dapat
kelompok mengajukan calon ketua organisasi.
diperagakan di dalam kelas, misalnya proses
Jadi ada 3 calon ketua organisasi. Kemudian
pemilihan ketua organisasi, kampanye,
calon ketua memilih tim sukses dan
musyawarah pengurus dan anggota organisasi
merencanakan kampanye. Pada saat
dalam mengambil keputusan dan sebagainya.
perencanaan, guru memberi bimbingan agar
Sanjaya mendifinisikan bermain peran adalah
skernario sesuai tujuan bermain peran.Jika semua
metode pembelajaran sebagian dari simulasi
kelompok telah menyelesaikan perencanaannya,
yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa
guru memberi gambaran umum dan bimbingan
sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual,
siapa, bagaimana dan kapan bermain peran
atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul
dilaksanakan.Pelaksanaan siklus I pertemuan I
pada masa mendatang (Sanjaya, 2007;161). Atas
pada hari Kamis, 19 Januari dan Kamis 26
dasar konsepsi tersebut, dalam penelitian ini
Januari 2014.Setiap siklus disediakan waktu 2 x
motode bermain peran adalah cara yang
3 x 35 menit.
digunakan guru untuk membelajarkan siswa
Siklus II dirancang persis seperti
tentang memahami kebebasan berorganisasi,
yang dirancang dengan memberi kesempatan perencanaan siklus I. Bedanya terletak pada
kepada siswa dalam proses pemilihan ketua permainan peran. Pada siklus 1 peran yang
organisasi dan proses pengambilan keputusan dimainkan adalah calon ketua, juru kampanye,
melalui musyawarah. Keterlibatan siswa secara tim sukses dan pemilih. Sedang pada siklus II,
langsung dalam suatu tiruan organisasi riil akan peran yang dimainkan adalah ketua, sekertaris,
memberi gambaran yang lebih hidup dari pada bendahara dan anggota dalam mengambil
melalui apa yang dilihat dan di dengar dari orang
keputusan melalui musyawarah.Pelaksanaan
atau media lain.
siklus II pertemuan I pada hari Kamis, 02
Pebruari dan Kamis 09 Pebruari 2013.Setiap
siklus disediakan waktu 2 x 3 x 35 menit.Setiap
METODE siklus disediakan waktu 3 x 35 menit x 2
Penelitian ini diawali dengan pertemuan. Setiap akhir permainan peran
menganalisis hasil belajar siswa sebelumnya.
diadakan diskusi dan tanya jawab, sehingga
Hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran adalah
guru dapat menemukan kelebihan dan dapat ditarik kesimpulan tentang materi esensial
kekurangannyabaik itu ketepatan strategi yang didarmatisasikan.
pembelajaran, keterlibatan belajar siswa dan
keberhasilan siswa mencapai KKM. Hasil
temuan refleksi ini digunakan untuk HASIL PEMBAHASAN
memperbaiki perencanaan tindakan untuk Siklus I
pembelajaran siklus I dalam penelitian tindakan Subjek penelitian adalah seluruh siswa
ini. Rencana tersebut diwujudkan dalam kelas V, SD Negeri Jenggrik I yang pada tahun
skernario pembelajaran (RPP) dalam penelitian. 2014/2015 duduk di kelas V. Jumlah siswa
Metode bermain peran dipilih karena sesuai sebanyak 29 siswa, terdiri dari 15 laki-laki dan
dengan tujuan, isi mata pelajaran, kemampuan 14 perempuan. Pada umumnya mereka berasal
guru, kemampuan siswa dan fasilitas belajar dari keluarga petani, peternak, pedagang dan
yang tersedia di Sekolah. tinggal di sekitar Taman Rekreasi Selecta, desa

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 39


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Jenggrik. Mereka akan mudah memahami isi


bahan pelajaran yang berupa fakta, konsep,
prinsip dan prosedur PKn dengan pembelajaran
yang lebih konkrit.
Keterlibatan belajar merupakan deskripsi
motivasi belajar siswa yang terdiri dari
keberanian bermain peran, menarik perhatian dan
bekerja sama. Hasil pengumpulan data dari
motivasi belajar siswa dalam siklus I,setelah
ditabulasi dan diklasifikasi, kemudian disajikan
dalam tabel 1 berikut :

Hasil Pengamatannya

Rata-rata hasil pre tes adalah 58,59 Rata-rata


hasil ulangan harian pada siklus I adalah 65,31
Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) belajar sedikit sekali (12 atau
41,38%). Siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) belajar cukup
banyak (17 atau 58,62%).
Dengan analisis tersebut di atas, dapat
diinterpretasikan bahwa rata-rata hasil belajar
dalam siklus I ada peningkatan dibandingkan
hasil rata-rata pretes, yaitu (58,59) dibanding
(65,31). Sedangkanhasil belajar ulangan harian
siklus I secara klasikal siswa belum mencapai
KKM 85%, karena jumlah siswa mencapai
KKM sedikit sekali (12 atau 41,38%).

Siklus II
Setelah perencanaan dan pelaksanaan
diperbaiki berdasarkan hasil refleksi
pembelajaran siklus I, pelaksanaan tindakan
Keterangan : pembelajaran dengan metode bermain peran
S1 (Siklus I)B = berani, TB = tidak berani, P = tentangkemampuan memahami kebebasan
memperhatikan, TP = tidak berorganisasi. Pembelajaran siklus II
memperhatikan, K = kerja sama dan TK dilaksanakan dua kali yaitu Kamis, 02 Pebruari
= tidak kerja sama, MP = motivasi dan Kamis 09 Pebruari 2014. Setiap pertemuan
positif, MN= motivasi negatif, disediakan waktu 2 x 35 menit. Kemudian data
yang berhasil dikumpulkan,setelah ditabulasi dan
Untuk melihat efektifitas metode bermain diklasifikasi, disajikan dalam tabel III dan IV.
peran terhadap pemahaman kebebasan Hasil pengamatannya sebagai berikut
berorganisasi data diperoleh melalui ulangan
harian. Hasil analisis terhadap efek metode
bermain peran disajikan dalam table 2.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 40


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Perilaku dalam kegiatan belajar siswa dengan Rata-rata hasil ulangan harian pada siklus
pembelajaran yang menggunakan metode II adalah 75,83 Siswa yang mencapai Kriteria
bermain peran adalah banyak sekali (82,76%) Ketuntasan Minimal (KKM) belajar banyak
siswa berani bermain peran, bertanya atau sekali (25 atau 86,21%}. Siswa yang belum
merespon jawaban, banyak sekali (89,66%) mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
siswa memperhatikan pelajaran,dan banyak belajar sedikit sekali (4 atau 13,79%}. Dari
sekali (93,10%)siswadapat bekerja sama. Dan analisis tersebut di atas, rata-rata hasil belajar
sedikit sekali (17,24%) siswa tidak berani dari siklus I ke siklus II ada peningkatan yaitu
bermain peran, bertanya atau merespon jawaban, 63,00 menjadi 73,00. Hasil belajar siswa yang
sedikit sekali (10,34%) siswa tidak mencapai KKM pun mengalami peningkatan dari
memperhatikan pelajaran,dan sedikit sekali sedikit sekali (12 atau 41,38%) menjadi banyak
(6,90%)siswa tidakdapat bekerja sama. sekali (25 atau 86,21%). Kesimpulanya bahwa
Banyak sekali (87,00%) siswa terlibat belajar prestasi belajar tentang memahami kebebasan
secarapositifdansedikit(13,00%) siswa terlibat berorganisasi dapat ditingkatkan melalui metode
belajar secaranegatifdengan metode bermain bermain peran.
peran.
Dengan demikian dapat diinterpretasi
bahwa banyak sekali (87,00%) siswa terlibat SIMPULAN DAN SARAN
belajar secara positif untuk memahami Simpulan
kebebasan berorganisasi dengan metode bermain Dari hasil analisis dan penginterpretasian
peran,dan sedikit sekali(46,78%) siswa terlibat data, dalam penelitian dapat disimpulkan sebagai
belajar secara negatif untuk memahami berikut :
kebebasan berorganisasi dengan metode bermain Prestasi belajar PKn tentang memahami
peran. Kesimpulanya bahwa metode bermain kebebasan berorganisasi dapat ditingkatkan
peran dapat meningkatkan keterlibatan belajar melalui metode bermain peran. Hal ini
siswa positifuntuk memahami kebebasan ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa
berorganisasi dengan metode bermain peran. mencapai 75,62, dan banyak sekali ( 86,21 % )
Keterlibatan belajar siswa secara positif ini siswa mencapai KKM.
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Keterlibatan belajar siswa tentang
kebebasan berorganisasi dalam siklus II, keberanian bermain peran, menarik perhatian dan
sehingga hasil belajar mencapai.KKM. bekerja sama dapat ditingkatkan melalui metode
bermain peran dari sedikit sekali (41,38) menjadi
banyak sekali (87,00 % ).

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 41


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Goleman, Daniel, (1997), Kecerdasan


Saran Emosional, Jakarta, Gramedia
Dengan menggunakan informasi hasil Pustaka Utama, 269,
penelitian ini, beberapa saran yang diajukan Kartono, Kartini, (1995). Psikologi Anak,
peneliti adalah sebagai berikut : Bandung, Mandar Maju 260.
Hendaknya guru dalam pembelajaran PKn Yamin, Martinis, (2011), Paradigma Baru
banyak menggunakan metode bermain peran, Pembelajaran, Jakarta, Gaung
agar menumbuhkan keberanian, bekerja sama Persada
dan menarik perhatian siswa, karena indikator- Mulyasa, Enco, (2007), Kurikulum Tingkat
indikator tersebut mendeskripsikan keterlibatan Satuan Pendidikan, Bandung,
belajar siswa secara intelektual, emosional dan Remaja Rosdakarya, 312
fisik. Muaranya hasil belajar siswa dapat Sudjana, Nana, (1991), Dasar-Dasar Proses
mencapai KKM. Hendaknya Sekolah Belajar Mengajar, Bandung, Sinar
memanfaatkan temuan ini sebagai bahan Baru, 176
pembinaan guru menjadi guru yang Sudjana, Rivai, (1990), Media Pengajaran,
professional.Hendaknya peneliti berikutnya Bandung, Sinar Baru, 219
dapat memanfaatkan hasil temuan penelitian ini Sunaryo, (1989), Strategi Belajar Mengajar IPS,
sebagai informasi awal untuk mengembangkan Malang, IKIP Malang, 1
penelitian yang lebih mendalam melalui Suprapti, Wahyu, (2002), Ragam Metode Belajar
eksperimen. Bahan Ajar Kewidyaiswaraan,
Jakarta, LAN RI, 66
DAFTAR PUSTAKA Wahab.A.A, (2002), Metode dan Model-Model
Djamarah, SB, (2002). Psikologi Belajar, Mengajar Ilmu Pengetahuan
Jakarta, Rineka Cipta, 225 Sosial (IPS),Bandung,
Degeng, INS, (1989), Ilmu Pengajaran Alfabeta,158
Taksonomi Variabel, Jakarta, Dirje Sumantri, Mulyani (1998) Strategi Belajar
PT, PPLPTK, 239 Mengqjar. Jakarta: Depdikbud.
DePorter, B, Reardon, Nourie, (2003). Quantum Sunaryo Kartadinata, Nyoman Dantes. (1998)
Teaching, mempraktikan Quantum Landasan-Landasan Pendidikan
Learning di Ruang-ruang Kelas, Sekolah Dasar. Jakarta:
Bandung, Kaifa, 2295. Depdikbud.
Dimyati, Mudjiono,, (1999). Belajar dan Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan
Pembelajaran, Jakarta, Rineka Sastra. Surabaya: Penerit SIC.
Cipta, 298 Tarsito. Suharianto,S. (2005). Dasar-Dasar Teori
Dryden,G dan Vos,J., (2003), Revolusi Belajar I, Sastra. Semarang: Rumah
Bandung, Kaifa,(267) Indonesia Media Statistika.
Ekowati, Suparlan, (2007), Penelitian Tindakan Bandung.
Kelas, Malang, PP PP TK PKN Zuchdi, Dariniyati, Budiasih (1997). Pendidikan
IPS Malang Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta:
Depdikbud

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 42


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SAINS


PADA MATERI LINGKUNGAN SEHAT
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KARTU INDEKS
SISWA KELAS I SDN SIDOLAJU I
KECAMATAN WIDODAREN KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2014/2015

OLeh : Wagini
SDN Sidolaju 1 Kec. Widodaren Kab. Ngawi
e-mail: wagini@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi, Sains, Metode Kartu Indeks

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pembelajaran dengan cara belajar aktif model pencocokan ka rtu indeks memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (58,82%), siklus II (76,47%), siklus III (88,23%).
Penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari kembali materi pelajaran yang telah
diterima selama ini yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat dengan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar.
Cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks memiliki dampak positif terhadap daya ingat
siswa, dimana dengan metode ini siswa dipaksa untuk mengingat kembali materi palajaran yang telah
diterima selama ini. Untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan
cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa
dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa
nantinya dapat menemuan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Perlu adanya penelitian yang
lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Sidolaju 1 tahun pelajaran 2014/2015.

PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas pendidikan
Kesejahteraan bangsa tidak hanya di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai
bergantung pada sumber daya alam dan modal terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah
yang berisifat fisik, tetapi bersumber pada melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam
modal intelektual, sosial dan kepercayaan pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya
(kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan
terus menerus memutakhirkan pengetahuan sains materi ajar, serta pengembangan paradigma baru
menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak dengan metodologi pengajaran.
cukup diukur dengan standar lokal saja sebab
perubahan global telah sangat besar Mengajar bukan semata persoalan
mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi
baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam
sains dan teknologi tingkat tinggi, dengan benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
demikian bangsa yang berahasil adalah bangsa mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
yang memiliki standasr komptensi sains dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan
teknologi yang tinggi. hasil belajar yang langgeng. Yang bisa

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 43


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

membuahkan hasil belajar yang langgeng proses yang tideak dapat dilihat dengan nyata
hanyalah kegiatan belajar aktif. proses itu terjadi dalam diri seserorang yang
sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud
Apa yang menjadikan belajar aktif? dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak,
Agar belajar menjadi aktif siswa harus tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam
mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus diri individu dalam mengusahakan memperoleh
menggunakan otak, mengkaji gagasan, hubungan-hubungan baru.
memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, Pengertian Prestasi Belajar
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Sebelum dijelaskan pengertian mengenai
Siswa bahkan sering meninggalkan tempat prestasi belajar, terlebih dahulu akan
duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir dikemukakan tentang pengertian prestasi.
keras (moving about dan thinking aloud) Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang
baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan
pertanyaan tentangnya, dan membahasnya sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu Jadi prestasi adalah hasil yang telah
“mengerjakannya”, yakni menggambarkan dicapai oleh karena itu semua individu dengan
sesuatu dengan cara mereka sendiri, adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap
menunjukkan contohnya, mencoba individu belajar menginginkan hasil yang yang
mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu
tugas yang menuntut pengetahuan yang telah harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya
atau harus mereka dapatkan. prestasinya berhasil dengan baik. Sedang
Salah satu metode untuk pengertian prestasi juga ada yang mengatakan
membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini
satu semester proses belajar mengajar adalah berarti yan dimampui individu dalam
metode pembelajaran bagaimana menjadikan mengerjakan sesuatu.
belajar tidak terlupakan. Metode ini adalah untuk
membantu siswa dalam mengingat materi Pedoman Cara Belajar
pelajaran yang telah diterima selama ini. Selain Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar
itu metode ini diterapkan pada akhir semester yang baik harus dilakukan dengan baik dan
proses belajar mengajar dengan tujuan untuk pedoman cara yang tapat. Setiap orang
membantu siswa agar siap mengahadapi ujian mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri
semester atau ujian akhir. dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin
LANDASAN TEORI kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal
Pengertian Belajar ini disebabkan karena mempunyai perbedaan
Pengertian belajar sudah banyak individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan
dikemukakan dalam kepustakaan. Yang kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam Oleh karena itu tidaklah ada suatu
bidang material, formal serta fungsional pada petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
umumnya dan bidang intelektual pada seorang siswa dalam melakukan kegiatan
khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan
pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan
lebih buruk. belajar yang baik
Untuk dapat disebut belajar, maka
perubahan harus merupakan akhir dari pada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu Belajar
itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan
dari suatu periode yang mungkin berlangsung menjadi dua golongan yaitu:
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri
atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu yang kita sebut faktor individu.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 44


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Yang termasuk ke dalam faktor individu yang ada merupakan kelanjutan dari
antara lain faktor kematangan atau penemuan sebelumnya.
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, 5). Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu
dan faktor pribadi. dilakukan dengan menggunakan metode
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita ilmiah dalam rangkan menemukan suatu
sebut dengan faktor sosial kebernaran.
Sedangkan yang faktor sosial antara lain Universalitas; kebenaran yang ditemukan
faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, senantiasa berlaku secara umum.
dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
kesempatan yang ada atau tersedia dan bahwa hakikat IPA atau Sains merupakan
motivasi sosial. bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan diperoleh melalui suatu proses dengan
belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu menggunakan metode ilmiah dan diawali
merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh (produk).
faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada
dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar D. Proses Belajar Mengajar IPA atau Sains
akan dapat dilalui dengan lancar dn pada Proses dalam pengertian disini
gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil merupakan interaksi semua komponen atau
belajar yang baik. unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam satu sama lainnya saling berhubungan (inter
kondisi belajar yang tidak menguntungkan, independent) dalam ikatan untuk mencapai
dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh tujuan (Usman, 200: 5).
faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses Belajar diartikan sebagai proses
belajarnya akan terhambat atau menemui perubahan tingka laku pada diri individu berkat
kesulitan. adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang
Akikat IPA atau Sains diutarakan Burton bahwa seseorang setelah
IPA atau sains didefiniksan sebagai suatu mengalami proses belajar akan mengalami
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara perubahan tingkah laku, baik aspek
alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai pengetahuannya, keterampilannya, maupun
dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi
metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
dan pengamatan ilmiah menekankan pada (dalam Usman, 2000: 5).
hakikat IPA atau Sains. Secara rinci hakikat IPA Mengajar merupakan suatu perbuatan
atau Sains menurut Bridgman (dalam Lestari, yang memerlukan tanggungjawab moral yang
2002: 7) adalah sebagai berikut: cukup berat. Mengajar pada prinsipnya
1) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha
atau Sains selalu dapat dinyatakan dalam mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya
bentuk angka-angka. dengan anak didik dan bahan pengajaran yang
2) Observasi dan Eksperimen; merupakan salah menimbulkan proses belajar.
satu cara untuk dapat memahami konsep- Proses belajar mengajar merupakan
konsep IPA atau Sains secara tepat dan dapat suatu inti dari proses pendidikan secara
diuji kebenarannya. keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn
3) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu peran utama. Proses belajar mengajar merupakan
asumsi penting dalam IPA atau Sains bahwa suatu proses yang mengandung serangkaian
misteri alam raya ini dapat dipahami dan perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut timbal balik yang berlangsung dalam situasi
lewat pengukuran yang teliti maka berbagai edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
peristiwa alam yang akan terjadi dapat Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
diprediksikan secara tepat. dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
4) Progresif dan komunikatif; artinya IPA atau berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman,
Sains itu selalu berkembang ke arah yang 2000: 4).
lebih sempurna dan penemuan-penemuan Sedangkan menurut buku Pedoman
Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 45


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

mengajar dapat mengandung dua pengertian, suka menuliskan apa yang dikatakan guru.
yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik
tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18). visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
Dari kedua pendapat tersebut dapat yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk
disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru,
atau Sains meliputi kegiatan yang dilakukan dan membuat catatan. Mereka menggurulkan
guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kemampuan untuk mendengar dan mengingat.
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak Selama pelajaran, mereka mungkin banyak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik
IPA atau Sains. belajar terutama dengan terlibat langsung dalam
kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau
Belajar dapat membawa suatu perubahan gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran,
pada individu yang belajar. Perubahan ini mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara
kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan
dalam belajar merupakan pengalaman yang dan tida karuan. Tentu saja, hanya ada sedikit
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
proses belajar di sekolah. Menurut belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari
Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat
adalah hasil yang dicapai (dilakukan, belajar dengan efektif selama gurunya
dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar mengahadirkan kegaitan belajar yang
merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik.
seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai
serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
Berdasarkan uraian diatas dapat lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras
dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai untuk memahami pelajaran bila tidak ada
oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai
yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat
tersebut dapat diketahui dengan megadakan mulitsensori dan penuh dengan variasi.
penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan Kalangan pendidikan juga mencermati
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah adanya perubahan cara belajar siswa. Selama
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh lima belas tahun terakhir, Schroeder dan
guru. Di samping itu guru dapat mengetahui koleganya (1993) telah menerapkan indikator
sejauh mana keberhasilan guru dalam proses tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa
belajar mengajar di sekolah. baru. MBTI merupakan salah satu instrument
Sejalan dengan prestasi belajar, maka yang paling banyak digunakan dalam dunia
dapt diartikan bahwa prestasi belajar IPA atau pendidikan dan untuk memahami fungsi
Sains adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah perbedaan individu dalam proses belajar.
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari
yang dimilikinya baik aspek kognitif mahasiswa yang masuk memiliki orientasi
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor praktis ketimbang teoritis terhadap
(keterampilan) dalam proses belajar mengajar pembelajaran, dan persentase itu bertambah
IPA atau Sains. setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat
dalam pengalaman langsung dan konkret
daripada mempelajari konsep-konsep dasar
Gaya Belajar
terlebih dahulu dan baru kemudian
Kalangan pendidik telah menyadari menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas
bahwa peserta didik memiliki bermacam cara Schroeder, menunjukkan bahwa siswa sekolah
belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan menengah lebih suka kegiatan belajar yang
sangat baik hanya dengan melihat orang lain benar-benar aktif dari pada kegiatan yang
melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu.
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 46


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

belajar dan mengajar aktif sangat sesuai dengan Sesuai dengan jenis penelitian yang
siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan penelitian ini menggunakan model penelitian
proyek kelompok kecil, presentasi dan debat, tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
dalam kelas, latihan melalui pengalaman, Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari
pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siklus meliputi planning (rencana), action
siswa masa kini “bisa beradaptasi dengan baik (tindakan), observation (pengamatan), dan
terhadap kegiatan kelompok dan belajar reflection (refleksi). Langkah pada siklus
bersama. berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
METODE Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
Rancangan Penelitian pendahuluan yang berupa identifikasi
Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap
Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru gambar berikut.
sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan
kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d)
adminsitrasi social eksperimental. Putaran 1
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan Rencana
Refleksi
bentuk guru sebagai peneliti, penanggungjawab awal/rancanga
penuh penelitian adalah praktisi (guru). Tujuan n

utama dari penelitian ini adalah meningkatkan


Tindakan/ Putaran 2
hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara
Observasi
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
Rencana yang
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Refleksi direvisi
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama
dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru Tindakan/
di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan Putaran 3
Observasi
seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau
diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan Rencana yang
data yang seobjektif mungkin demi kevalidan Refleksi direvisi
data yang diperlukan
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan/O
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih bservasi
Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang Penjelasan alur di atas adalah:
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan 1. Rancangan/rencana awal, sebelum
rasional dari tindakan mereka dalam mengadakan penelitian peneliti menyusun
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman rumusan masalah, tujuan dan membuat
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, rencana tindakan, termasuk di dalamnya
serta memperbaiki kondisi dimana praktek instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam pembelajaran.
Mukhlis, 2003: 3). 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan
Sedangkah menurut Muhlis (2003: 5) PTK yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat membangun pemahaman konsep siswa serta
sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk mengamati hasil atau dampak dari
memperbaiki kondisi pembelajaran yang diterapkannya metode pembelajaran model
dilakukan. kartu indeks .
Adapun tujuan utama dari PTK adalah 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
untuk memperbaiki/meningkatkan pratek mempertimbangkan hasil atau dampak dari
pembelajaran secara berkesinambungan, tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
sedangkan tujuan penyertaannya adalah pengamatan yang diisi oleh pengamat.
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru 4. Rancangan/rencana yang direvisi,
(Mukhlis, 2003: 5). berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 47


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

membuat rancangan yang direvisi untuk untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dilaksanakan pada siklus berikutnya. dalam proses belajar mengajar yang telah
5. Observasi dibagi dalam tiga putaran, dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing siklus I adalah sebagai berikut:
putaran dikenai perlakuan yang sama
(alur kegiatan yang sama) dan membahas
satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing
putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data penelitian yang diperoleh berupa
hasil uji coba item butir soal, data observasi
berupa pengamatan pengelolaan belajar aktif dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada
setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal
digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-
betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini
selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua
pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan
belajar aktif yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan model belajar aktif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data
pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan belajar aktif.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
Siklus I dengan menerapkan cara belajar aktif model
a. Tahap Perencanaan pencocokan kartu indeks diperoleh nilai rata-rata
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan prestasi belajar siswa adalah 67,64 dan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari ketuntasan belajar mencapai 58,82% atau ada 10
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan siswa dari 17 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
alat-alat pengajaran yang mendukung. tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan pertama secara klasikal siswa belum tuntas
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥
siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 65 hanya sebesar 58.82% lebih kecil dari
9 Oktober 2014 di Kelas I dengan jumlah persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
siswa 17 siswa. Dalam hal ini peneliti sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
bertindak sebagai guru. Adapun proses masih banyak yang lupa terhadap materi
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah diberikan hampir satu
pelajaran yang telah dipersiapkan. semester.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksaaan belajar Siklus II
mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar a. Tahap perencanaan
siswa diberi tes formatif I dengan tujuan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 48


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan materi yang telah diterimnya selama ini.
perangkat pembelajaran yang terdiri dari Sehingga ingatan siswa terbuka kembali dengan
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan materi yang telah diajarkan selama ini. Selain itu
alat-alat pengajaran yang mendukung. dari permainan ini siswa tidak tahu menjadi tahu
dari jawaban siswa sudah mengetahuai
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan jawabannya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus III
siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal a. Tahap Perencanaan
16 Oktober 2014 di Kelas I dengan jumlah Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
siswa 17 siswa. Dalam hal ini peneliti perangkat pembelajaran yang terdiri dari
bertindak sebagai guru. Adapun proses rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan
belajar mengajar mengacu pada rencana alat-alat pengajaran yang mendukung.
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada b. Tahap kegiatan dan pengamatan
siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus untuk siklus III dilaksanakan pada hari Kamis
II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan tanggal 23 Oktober 2014 di Kelas I dengan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar jumlah siswa 17 siswa. Dalam hal ini peneliti
mengajar. bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi pelajaran dengan memperhatikan revisi pada
tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data bersamaan dengan pelaksanaan belajar
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai mengajar.
berikut Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil penelitian pada siklus
III adalah sebagai berikut:

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-


rata prestasi belajar siswa adalah 71,76 dan
ketuntasan belajar mencapai 76,47% atau ada 13
siswa dari 17 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah
mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa
ini karena siswa sudah mulai mempelajari lagi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 49


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

aktivitas siswa serta hasil belajar siswa


pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan
revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
belajar aktif dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
rata-rata tes formatif sebesar 77,05 dan dari 17 Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan
siswa, yang telah tuntas sebanyak 15 siswa dan 2 bahwa cara belajar aktif model pencocokan
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka kartu indeks memiliki dampak positif dalam
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat
tercapai sebesar 88,23% (termasuk kategori dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami dan penguasaan siswa terhadap materi yang
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya telah disampaikan guru selama ini
peningkatan hasil belajar pada siklus III ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II,
dipengaruhi oleh adanya peningkatan dan III) yaitu masing-masing 58,82%,
kemampuan siswa dalam mempelajari kembali 76,47%, dan 88,23%. Pada siklus III
materi pelajaran yang telah diterapkan selama ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
ini. Juga dari hasil cara belajar aktif model tercapai.
pencocokan kartu indeks ini murid jadi gampang 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
mengingat kembali. Pembelajaran Berdasarkan analisis data,
Refleksi diperoleh aktivitas siswa dalam proses cara
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah belajar aktif model pencocokan kartu indeks
terlaksana dengan baik maupun yang masih dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
kurang baik dalam proses belajar mengajar Hal ini berdampak positif terhadap proses
dengan penerapan belajar aktif. Dari data-data mengingat kembali materi pelajaran yang
yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai telah diterima selama ini, yaitu dapat
berikut: ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-
rata siswa pada setiap siklus yang terus
1. Selama proses belajar mengajar guru telah mengalami peningkatan.
melaksanakan semua pembelajaran dengan 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang Pembelajaran
belum sempurna, tetapi persentase Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek siswa dalam proses pembelajaran Sains
cukup besar. dengan cara belajar aktif model pencocokan
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui kartu indeks yang paling dominan adalah
bahwa siswa aktif selama proses belajar bekerja dengan menggunakan alat/media,
berlangsung. mendengarkan/memperhatikan penjelasan
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
sehingga menjadi lebih baik. aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai Sedangkan untuk aktivitas guru selama
ketuntasan. pembelajaran telah melaksanakan langkah-
langkah belajar aktifdengan baik. Hal ini
Revisi Pelaksanaan terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan
Pada siklus III guru telah menerapkan mengamati siswa dalam mengerjakan
belajar aktif dengan baik dan dilihat dari kegiatan, menjelaskan/melatih menggunakan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 50


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya menemuan pengetahuan baru, memperoleh


jawab dimana prosentase untuk aktivitas di konsep dan keterampilan, sehingga siswa
atas cukup besar. berhasil atau mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya.
SIMPULAN dan SARAN 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
Simpulan karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah SDN Sidolaju 1 tahun pelajaran 2014/2015.
dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah DAFTAR PUSTAKA
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan cara belajar aktif model Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
pencocokan kartu indeks memiliki dampak Suatu Pendekatan Praktek.
positif dalam meningkatkan prestasi belajar Jakarta: Rineksa Cipta
siswa yang ditandai dengan peningkatan Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
yaitu siklus I (58,82%), siklus II (76,47%), Baru Algesindon.
siklus III (88,23%). Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep
2. Penerapan cara belajar aktif model Pendidikan Moral Pancasila.
pencocokan kartu indeks mempunyai Semarang: Aneka Ilmu.
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik
motivasi belajar siswa untuk mempelajari Deskriptif, tt. Lembaga Penelitian
kembali materi pelajaran yang telah diterima Pendidian dan Penerangan
selama ini yang ditunjukan dengan rata-rata Ekonomi.
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa Hadi, Sutrisno. 198. Metodologi Research, Jilid
tertarik dan berminat dengan cara belajar 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
aktif model pencocokan kartu indeks UGM.
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101
belajar. Cara Belajar Siswa Aktif.
3. Cara belajar aktif model pencocokan kartu Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
indeks memiliki dampak positif terhadap Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
daya ingat siswa, dimana dengan metode ini Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
siswa dipaksa untuk mengingat kembali Rosdakarya.
materi palajaran yang telah diterima selama Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk
ini. Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode
Saran Penelitian Pendidikan. Bandung:
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari PT. Remaja Rosdakarya.
uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran
Sains lebih efektif dan lebih memberikan hasil Nasional. Bandung: Jemmars.
yang optimal bagi siswa, makan disampaikan
saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan belajar aktif
memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mempu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan cara belajar aktif model
pencocokan kartu indeks dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode pengajaran
yang sesuai, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 51


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

MENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MINI MELALUI


PERMAINAN BOLA BERANTAI PADA SISWA KELAS IV
SDN WIDODAREN 3 KECAMATAN WIDODAREN KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

OLeh : Watini, S.Pd


SDN Widodaren 3 Kec. Widodaren Kab. Ngawi
e-mail: watini@yahoo.com

Abstrak

Kata kunci : Passing Bawah, Bola voli, Permainan Bola Berantai,Siswa Kelas IV

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan melalui pendekatan permainan bola
berantai dapat meningkatkan kemampuan passing bawah bola voli mini pada siswa Kelas IV SDN
Widodaren 3 Kec Widodaren, Kab Ngawi tahun pelajaran 2015/2016 ? Tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bolavoli mini pada siswa Kelas IV SDN
Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015 / 2016 melalui
permainan bola berantai dalam pembelajaran.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus, tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek
penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN Widodaren 3 Kec Widodaren, Kab Ngawi yang berjumlah
41 siswa. Data hasil belajar passing bawah bolavoli diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar
observasi digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses
pembelajaran passing bawah bolavoli melalui modifikasi permainan bola berantai dalam
pembelajaran.
Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan penilaian tiga aspek yaitu psikomotor,afektif,dan
kognitif.Dari hasil penilaian tersebut, terdapat peningkatan yang signifikan dari kondisi siklus I ke
siklus II. Hasil belajar passing bawah bolavoli yang diperoleh dari siklus I adalah sebanyak 26
siswa atau persentase ketuntasan 63,41%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 35
siswa atau persentase ketuntasan menjadi 85,37% dari jumlah keseluruhan siswa. Sehingga
peningkatan dari siklus I hingga siklus II sebesar 21,96% atau 9 siswa dari jumlah keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa melalui modifikasi permainan bola
berantai dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah bolavoli mini pada siswa kelas IV SDN
Widodaren 3 Kec Widodaren, Kab Ngawi tahun pelajaran 2015/2016. Dan bagi guru Pendidikan
Jasmani di Sekolah Dasar dapat menerapakan pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam
pelajaran Pendidikan Jasmani khususnya pada gerak dasar passing bawah bola voli mini.

PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran Pendidikan menyebabkan siswa kurang mampu, kesulitan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan melakukan passing bawah karena permainan
(PENJASORKES) pada siswa Kelas IV SDN bola voli yang sebenarnya sulit diterapkan
Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten menyebabkan anak cepat bosan. Sehingga hasil
Ngawi tahun pelajaran 2015/2016 masih belajar maupun kemampuan passing bawah pada
terdapat beberapa kendala yang dihadapi siswa siswa Kelas IV SDN Widodaren 3 Kecamatan
dalam melakukan olahraga permainan bola voli Widodaren Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
mini, dimana siswa masih mengalami kesulitan 2015/2016 masih rendah, hal ini dibuktikan
dalam belajar passing bawah bola voli mini. dari proses pembelajaran oleh Guru penjaskes
Banyak dijumpai saat pembelajaran bola voli di SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren
passing bawah, siswa merasa takut mencoba Kabupaten Ngawi bahwa nilai hasil belajar
karena merasa sulit melakukannya. Guru passing bawah bola voli kurang memuaskan,
memberikan contoh passing bawah dengan banyak sekali siswa yang belum tuntas, nilai
menggunakan peralatan yang sebenarnya, rata-ratanya di bawah nilai KKM (Kriteria
menggunakan bola yang sebenarnya serta Ketuntasan Minimal ) yaitu 70. Bahkan hanya
permainan yang sebenarnya. Hal ini ada 13 siswa dari 41 siswa yang telah mencapai

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 52


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

KKM. Sehingga hanya 31,71% ketuntasan yang LANDASAN TEORI


dicapai, padahal target ketuntasan yang akan Pengertian Pendidikan Jasmani
dicapai adalah 80,00%. Padahal passing bawah Pendidikan jasmani sebagai suatu proses
merupakan gerak paling dasar dalam permainan melalui aktivitas jasman, yang dirancang dan
bola voli. disusun secara sistimatik,untuk merangsang
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan
dalam melakukan passing bawah menuntut guru kemampuandan ketrampilan jasmani, kecerdasan
untuk berkreativitas menerapkan pembelajaran dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap
yang tepat dalam menyampaikan materi yang positif bagi setiap warga negara dalam
pembelajaran. Misalnya dengan memodifikasi rangka mencapi tujuan pendidikan (Aip
permainan. Berdasarkan latar belakang masalah Syarifuddin, 1993:4)
seperti yang diuraikan diatas maka terlihat jelas
bahwa kondisi tersebut menarik minat penulis Tujuan Pendidikan Jasmani
untuk melakukan penelitian tindakan kelas Samsudin (2008:3) tujuan yang ingin
dengan judul "Meningkatan Hasil Belajar dicapai dalam pendidikan jasmani antara lain :
Passing Bawah Bola voli Mini Melalui 1) Meletakkan landasan karakter yang kuat
Permainan Bola Berantai pada Siswa Kelas IV melalui internalisasi dalam pendidikan
SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren jasmani.
Tahun Pelajaran 2015/2016”. 2) Membangun landasan kepribadian yang kuat,
sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi
Rumusan Masalah dalam konteks kemajemukan budaya, etnis
Berdasarkan identifikasi masalah dan dan agama.
pembahasan masalah diatas, maka rumusan 3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
masalah dalam rumusan ini adalah apakah hasil melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan
belajar passing bawah bola voli mini pada siswa jasmani.
Kelas IV SDN Widodaren 3 Kecamatan 4) Mengembangkan sikap
Widodaren Kabupaten Ngawi tahun pelajaran sportif,jujur,disiplin,bertanggung jawab, kerja
2015/2016 dapat ditingkatkan dengan permainan sama, percaya diri, dan demokratis melalui
bola berantai ? aktivitas jasmani.
5) Mengembangkan keterampilan gerak dan
Tujuan Penelitian keterampilan teknik serta strategi berbagai
Berdasarkan permasalahan yang telah permainan olahraga, aktivitas pengembangan,
dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air),
tujuan untuk mengetahui hasil belajar passing dan pendidikan luar kelas (outdoor
bawah bola voli mini melalui permainan bola education).
berantai pada siswa Kelas IV SDN Widodaren 3 6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan
Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi tahun diri dalam upaya pengembangan dan
pelajaran 2015/2016. pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola
hidup sehat melalui berbagai aktivitas
Manfaat Penelitian jasmani.
1) Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam 7) Mengembangkan keterampilan untuk
mengikuti pelajaran Penjasorkes terutama menjaga keselamatan diri sendiri dan orang
passing bawah bola voli mini. lain.
2) Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan 8) Mengetahui dan memahami konsep
untuk menyelenggarakan pembelajaran aktivitas jasmani sebagai informasi untuk
lebih menarik dan kreatif, yang dapat mencapai kesehatan, kebugaran dan pola
memberdayakan serta meningkatkan prestasi hidup sehat.
belajar siswa. 9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas
3) Bagi lembaga pendidikan, sebagai bahan jasmani yang bersifat rekreatif.
masukan, saran, dan informasi untuk
mengembangkan strategi belajar mengajar Karakteristik Siswa Kelas IV
yang tepat dalam rangka meningkatkan Menurut Evelyn 1. Schurr (Evelyn 1.
kualitas proses dan kualitas hasil belajar Schurr dalam Syamsir Azis 2005), siswa kelas 5
siswa maupun lulusan. sekolah dasar mempunyai karakteristik antara
lain :

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 53


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

1) Pengembangan koordinasi lebih tinggi Demikian pula kunci pokok


2) Perbedaan jenis kelamin lebih besar pada pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi
skill, minat lebih mungkin beberapa bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya
permainan dan pertandingan dengan sejenis, guru yang aktif sedang siswa pasif.
hal-hal bermain lebih bersemangat dan besar Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah
dari perempuan. pihak yang sama-sama menjadi subjek
3) Skill dan fisik yang baik adalah penting, pada pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai
penerimaan sosial. oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya
4) Kemauan dan kesetiaan tinggi pada kelompok pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya
dan gang. disebut mengajar. Demikian pula bila
5) Kesadaran sosial dan keinginan untuk pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa
mengatur pada permainan dan tanggung melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya
jawab yang lebih besar. secara baik dan terarah, maka hanya disebut
6) Pengurangan kelenturan. belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
7) Pertumbuhan otot pada anak laki–laki pembelajaran menuntut keaktifan guru dan
meningkat, kebanyakan anak perempuan siswa, sehingga akan tercipta suatu Proses
dalam masa puber. Belajar Mengajar ( PBM ) yang sesuai dengan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Pengertian Pembelajaran dan Menyenangkan ( PAIKEM )
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh Penjelasan Tentang Bola Voli
seseorang dan mengakibatkan perubahan Olahraga bola voli sebagai bagian dari
pengetahuan atau kemahiran yang sedikit mata rantai materi pendidikan jasmani dalam arti
permanen. Proses belajar akan berjalan dengan kata merupakan bagian dari materi pendidikan
baik apabila disertai dengan tujuan yang jelas. jasmani secara keseluruhan. Bila dikategorikan,
Tujuan belajar yaitu agar terjadinya perubahan maka olahraga bola voli termasuk dalam
tingkah laku sebagai hasil pengalaman sendiri olahraga yang bercirikan permainan.
dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga Sebagaimana karakteristiknya permainan bola
perubahan tersebut bermakna dan bermanfaat voli mengandung unsur keterampilan gerak yaitu
bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. berupa teknik-teknik memainkan bola di dalam
Sedangkan menurut Undang-undang permainan bola voli. Menurut Amung Ma’mum
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun dan Toto Subroto (2001: 41-42) nilai-nilai yang
2003 menyatakan bahwa,“pembelajaran adalah terkandung dalam permainan bola voli meliputi
proses interaksi peserta didik dengan pendidik “(1) Nilai sosial, (2) Nilai kompetetif, (3)
dan sumber belajar pada suatu Kebugaran fisik, (4) Keterampilan berpikir, (5)
lingkunganbelajar”. Kestabilan emosi, dan (6) Tertib hukum dan
Dari berbagai pendapat pengertian aturan”.
pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu Nilai-nilai sosial seperti unsur kerjasama
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan di antara teman seregu sangat dibutuhkan,
suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru memahami keterbatasan diri atau regu,
dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi memahami keunggulan teman bermain di luar
pelajaran yang diajarkan oleh guru secara regu sendiri dan lain-lain. Nilai-nilai kompetetif
sistematik dan saling mempengaruhi dalam seperti memaknai keberhasilan dan ketidak-
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan berhasilan. Nilai kompetetif ini sebaiknya
yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. ditanamkan kepada setiap diri anak agar dapat
Proses pembelajaran merupakan proses terimplementasikan dalam kehidupan baik
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan sekarang atau kemudian hari. Nilai kebugaran
dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu fisik bahwa pembelajaran bola voli mendorong
ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, anak untuk senantiasa bergerak (terintegrasi
saluran/ media dan penerima pesan adalah dengan pembelajaran keterampilan gerak).
komponen-komponen proses komunikasi. Keterampilan berpikir yang diperoleh dari
Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi permainan bola voli yaitu dalam memainkan bola
ajaran ataupun didikan yang ada dalam untuk mencapai suatu keberhasilan regu dituntut
kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, untuk memecahkan persoalan yang berkaitan
orang lain ataupun penulis buku dan media. dengan taktiknya agar regu dapat memperoleh

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 54


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

angka menuju keberhasilan secara keseluruhan. dibandingkan dengan passing atas. Hal ini
Ditinjau dari kestabilan emosi bahwa, dengan dapat dilihat dalam permainan, jika menerima
bermain bola voli anak akan terbiasa dan servis atau smash yang keras dan tajam harus
terlatih untuk belajar memaknai keberhasilan dan dilakukan dengan passing bawah.
kegagalan baik dalam setiap sub kegiatan Berdasarkan pendapat di atas
permainan maupun permainan secara dapat disimpulkan, passing bawah adalah teknik
keseluruhan. Sedangkan kesadaran tertib hukum dasar memainkan bola dengan mengunakan
dan aturan karena dalam setiap cabang olahraga kedua tangan,dimana perkenaan bola yaitu pada
termasuk permainan bola voli ketentuan yang kedua lengan bawah ynag bertujuan untuk
menjadi aturan permainan tercantum di mengoperkan bola kepada teman seregunya
dalamnya. Dengan adanya aturan permainan untuk dimainkan ke lapangan sendiri atau
anak akan terbiasakan untuk mentaati dan sebagai awal melakukan serangan.
menghormati aturan.
Dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pelaksanaan Passing Bawah
permainan bola voli tersebut akan dapat Passing bawah merupakan satu
memberikan pengaruh terhadap pengembangan pola gerakan yang di rangkaikan secara baik dan
berbagai potensi yang ada pada diri individu ke harmonis agar passing bawah yang dilakukan
arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu, guru menjadi lebih baik dan sempurna. Untuk
pendidikan jasmani dan olah raga harus mencapai hal tersebut seorang siswa harus
senantiasa menciptakan suasana pembelajaran menguasai teknik passing bawah.
permainan bola voli yang dapat mengarahkan Cara melakukannya adalah ibu jari
anak agar nilai-nilai yang terkandung dalam sejajar dan jari-jari tangan yang satu
permainan bola voli dapat dirasakan dan nantinya membungkus jari-jari tangan lainnya. Semua
akan memperoleh hasil yang sesuai dengan penerimaan bola dengan teknik ini sebaiknya
harapan. bola di sentuh persis sedikit lebih atas dari
pergelangan tangan. Sikap lengan dan tangan
Pengertian Passing Bawah diupayakan seluas mungkin dari kedua sikut
Passing merupakan operan bola yang sebaiknya disejajarkan untuk mencegah
dimainkannya kepada teman seregunya. Hal ini terjadinya pergeseran yang
sesuai dengan pendapat Soedarwo dkk (2000:8) memberikan kemungkinan arah bola
yang menyatakan bahwa, “ Passing didalam yang dikehendaki tidak melenceng. Sikap kaki
permainan bola voli adalah usaha ataupun dibuka selebar bahu, dan salah satu kaki berada
upaya seorang pemain bola voli dengan cara di depan. Ketika bola datang cepat dan sangat
menggunakan suatu teknik tertentu yang menukik, maka gunakan sikap penjagaan rendah,
tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang demikian pula jika bola datang tidak terlalu cepat
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dan rendah gunakan sikap penjagaan menengah
dimainkan dilapangan sendiri”. Sedangkan (Amung ma’mun dan Toto Subroto, 2001: 57).
menurut M. Yunus (1992:80) mengemukakan Sedangkan menurut Soedarwo dkk (2000:9)
bahwa “ passing adalah mengoperkan kepada teknik pelaksanaan passing bawah adalah sebagai
teman sendiri dalam satu regu dengan suatu berikut :
teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk
menyusun pola serangan kepada regu lawan”. Sikap permulaan
Oleh karena itu, menguasai teknik dasar passing Ambil sikap siap normal pada saat
bola voli merupakan faktor yang penting dan tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan
harus dipahami serta dikuasai dengan benar. dan juga lengan diturunkan serta tangan dan
Passing bawah merupakan teknik dasar lengan dalam keadaan terjulur kebawah depan
bola voli yang paling awal diberikan dalam lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan
mengajar atau melatih bola voli. G. Durrwachter merupakan papan pemukul yang selalu lurus
(1990:52) menyatakan, “teknik passing bawah keadaannya.
bagi anak didik dirasakan lebih wajar, gampang
dan terutama lebih aman pada saat menerima Sikap saat perkenaan
bola yang keras, dibandingkan dengan gerak Pada saat akan mengenakan bola pada
passing atas yang memerlukan sikap tangan dan bagian sebelah atas dari pada pergelangan tangan
jari khusus”. Dengan demikian passing bawah , ambillah terlebih dahulu posisi sedemikian
memiliki keuntungan yang lebih baik jika hingga badan berada dalam posisi menghadap

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 55


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

bola. Begitu bola berada pada jarak yang tepat salah.


maka segeralah ayunkan lengan yang telah lurus 5) Bola mendarat di lengan di daerah siku atau
dan fixir tadi dari arah bawah kedepan atas. menyentuh tubuh.
Tangan pada saat itu telah berpegangan satu Hal-hal tersebut di atas harus
dengan yang lain. Perkenaan bola harus diperhatikan oleh guru atau pelatih dalam
diusahakan tepat dibagian proximal daripada mengajar passing bawah bola voli. Pada
pergelangan tangan dan dengan bidang yang umumnya siswa tidak mampu mengamati letak
selebar mungkin agar bola dapat melambung kesalahan yang dilakukan. Seorang guru harus
secara stabil. Maksudnya agar bola selama mampu mencermati setiap kesalahannya dan
lintasannya tidak banyak membuat putaran. setiap kesalahan yang dilakukan siswa, guru
Putaran bola setelah mengenai bagian proximal segera mungkin untuk membetulkan gerakan
daripada pergelangan tangan, akan memantul yang salah tersebut. Kesalahan yang dibiarkan
keatas depan dengan lambungan yang cukup akan membentuk pola gerak yang salah, sehingga
tinggi dan dengan sudut pantul 90. Bila sudut kualitas passing bawah yang dilakukan hasilnya
pantulnya tidak 90 maka secara teoritis bola tidak sesuai yang diharapkan.
memantul kearah lain atau dikatakan bola
tersebut akan diterima luncas. Dengan demikian METODE
bola tidak akan memantul kearah seperti yang Subyek Penelitian
diharapkan. Subyek pada penelitian ini adalah siswa
Kelas IV SDN Widodaren 3 Kabupaten Ngawi
Sikap akhir Tahun ajaran 2015/2016.
Setelah bola berhasil dipass bawah
maka segera diikuti pengambilan sikap siap Objek Penelitian
normal kembali dengan tujuan agar dapat Objek dalam penelitian ini adalah
bergerak lebih cepat untuk menyesuaikan diri pembelajaran melalui permainan bola berantai
dengan keadaan. pada pembelajaran passing bawah bola voli mini
Untuk memperoleh kualitas passing yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
bawah yang baik, maka setiap terjadi kesalahan siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri
harus dicermati letak kesalahannya dan kesalahan Widodaren 3 Kabupaten Ngawi Tahun pelajaran
harus dihindari. Kemampuan siswa dalam 2015/2016. Objek yang kedua adalah
mencermati setiap kesalahan yang dilakukan peningkatan pembelajaran penjasorkes. Dalam
akan dapat membentuk pola passing seperti yang hal ini, pembelajaran penjasorkes adalah sebagai
diharapkan. objek yang dipengaruhi untuk ditingkatkan.

Kesalahan yang Sering terjadi pada Passing Waktu Penelitian


Bawah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2016 dan
bola voli yang paling mudah jika dibandingkan penelitian yang kedua dilaksanakan pada tanggal
dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup 30 Mei 2016. Kegiatan penelitian dilaksanakan
kemungkinan, bagi siswa sekolah seringkali sesuai dengan jadwal pelajaran Penjasorkes
dalam melakukan passing bawah terjadi Kelas IV SDN Widodaren 3 Kecamatan
kesalahan, sehingga kualitas passing yang di Widodaren Kabupaten Ngawi .
hasilkan tidak sesuai yang di harapkan. Menurut
Barbara L.V & Bonnie. J.F (1996:21), kesalahan Lokasi Penelitian
melakukan passing bawah antara lain : Penelitian ini dilakukan di SDN
1) Lengan terlalu tingi ketika memukul bola Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten
2) Merendahkan tubuh dengan menekuk Ngawi. Pembelajran dilaksanakan di lapangan
pingang bukan lutut, sehingga bola yang bola voli Desa Widodaren .
di operkan terlalau rendah dan terlalu
kencang. Teknik Pengumpulan Data
3) Tidak memindahkan berat badan ke arah Teknik pengumpulan data dalam penelitian
sasaran,sehingta bola tidak bergerak ke tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari tes dan
muka. observasi.
4) Lengan terpisah sebelum pada saat atau 1. Observasi
sesudah menerima bola, sehinga operan Dipergunakan sebagai teknik untuk

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 56


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

mengumpulkan data tentang aktivitas siswa karakteristik peserta didik.(Dr. E. Mulyasa,


dan guru selama kegiatan belajar mengajar 2009:205).
saat memodifikasi permainan dalam 3) Lembar Observasi
pembelajaran (Permainan bola berantai). Lembar observasi digunakan untuk
2. Dokumentasi mengetahui sejauh mana peningkatan hasil
Dokumentasi diperlukan untuk belajar siswa.
mengumpulkan data dengan cara membuat Untuk mengetahui keefektifan suatu
lembar penilaian siswa, foto dan video metode dalam kegiatan pembelajaran
mengenai passing bawah bola voli melalui perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini
permainan bola berantai yang dilakukan siswa menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif,
Kelas IV SDN Widodaren 3 . yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
3. Tes menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
Dipergunakan untuk mendapatkan data dengan data yang diperoleh dengan tujuan
tentang hasil passing bawah bola voli mini untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
yang dilakukan siswa. siswa juga untuk memperoleh respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas
Prosedur Penelitian siswa selama proses pembelajaran passing
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini bawah dengan permainan bola berantai. Teknik
adalah meningkatkan hasil belajar passing bawah analisis data yang digunakan dalam penelitian
bola voli mini siswa Kelas IV SDN Widodaren tindakan kelas ini adalah
3. Adapun setiap tindakan upaya untuk Data kuantitatif berupa hasil belajar
pencapaian tujuan tersebut diranacang dalam kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik
satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus analisis deskriptif persentase dengan
terdari empat tahap, yaitu perencanaan menentukan presentasi
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan ketuntasan belajar dan mean (rerata) kelas.
interpretasi, analisis dan refleksi Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan
dalam bentuk presentasi dan angka
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pembelajaran yang digunakan HASIL PEMBAHASAN
dalam penelitian ini terdiri atas : Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I ke
1) Silabus Siklus II
Menurut Dr. E. Mulyasa (2009:205) Silabus Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian
adalah rencana pembelajaran pada satu Tindakan Kelas pada siswa Kelas IV SDN
kelompok mata pelajaran dengan tema Widodaren 3 tahun pelajaran 2015/2016 dari
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, siklus I ke siklus II disajikan dalam bentuk tabel
kompetensi dasar, materi pembelajaran, sebagai berikut:
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan. Merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas
yang digunakan sebagai landasan dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam
mengajar dan disusun tiap putaran. Dalam
RPP, memuat kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran,
skenario pembelajaran, alat peraga, penilaian,
dan belajar mengajar. Dalam pengembangan
RPP Guru diberi kebebasan untuk mengubah,
memodifikasi, dan menyesuaikan silabus
dengan kondisi sekolah atau daerah, serta

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 57


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Berdasarkan table 16 dapat diketahui SIMPULAN DAN SARAN


bahwa pada siklus I siswa yang tuntas ada 26 Simpulan
siswa atau 63,41%, yang tidak tuntas 15 siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
atau 36,59%. Sedangkan pada siklus II siswa melalui modifikasi permainan bola berantai pada
yang tuntas 35 siswa atau 85,37%, dan yang pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
belum tuntas 6 siswa atau 14,63%. passing bawah bola voli siswa SDN Widodaren
3 Kabupaten Ngawi . Hal ini ditunjukan dengan
Analisis Pembelajaran adanya peningkatan hasil belajar dari masing-
Pada siklus I hasil belajar siswa dalam masing aspek selama siklus I dan siklus II.
melakukan pembelajaran passing bawah adalah Nilai psikomotor pada siklus I yang
sebagai berikut: Siswa yang telah mencapai mencapai KKM sebanyak 58,54%, sedangkan
KKM adalah 26 siswa dan yang belum tuntas pada siklus II mencapai 80,49%. Hasil penilaian
adalah 15 siswa sehingga keberhasilan pada Afektif selama siklus I sebanyak 68,29% dan
siklus I adalah yang tuntas 63,41% dan yang mengalami peningkatan pada siklus II menjadi
belum tuntas adalah 36,59%. Sedangkan hasil 87,80%. Sedangkan nilai kognitif selama
belajar siswa pada siklus II adalah sebagai siklus I sebanyak 65,85% dan mengalami
berikut: Siswa yang telah mencapai KKM adalah peningkatan pada siklus II menjasi 82,93%.
35 siswa dan yang di bawah KKM adalah 6 Dari hasil penelitian ini diharapkan guru
siswa, sehingga keberhasilan pada siklus II dapat terus meningkatkan kualitas pembelajaran
adalah 85,37% dan siswa yang belum tuntas pendidikan jasmani dengan memberikan berbagai
14,63%. Dari siklus I yang prosentase model pembelajaran dengan metode bermain
ketuntasannya hanya 63,41% menjadi 85,37% agar siswa merasa tertarik pada olahraga yang
berarti ketuntasan hasil belajar siswa mengalami sedang diajarkan guru dan juga tidak merasa
kenaikan sebesar 21,96%. Dengan demikian jenuh atau takut.
dapat dikatakan bahwa pembelajaran telah
berhasil karena siswa yang tuntas telah melebihi Saran
85,00% dari jumlah siswa. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka
dapat disampaikan beberapa saran antara lain
Simpulan Siklus Berdasarkan Hasil Belajar sebagai berikut:
Berdasarkan nilai-nilai dari siklus I dan 1) Pendekatan pembelajaran dengan bermain
siklus II dapat disimpulkan untuk siklus I lebih menyenangkan buat siswa karena
pembelajaran belum berhasil karena belum siswa tidak merasa berolahraga sebagaimana
memenuhi standar ketuntasan belajar 85,00% olahraga secara umumnya, dan setiap
dari jumlah siswa keseluruhan baik dalam pembelajaran hendaknya disertai media
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Pada penunjang yang memadai sehingga siswa
siklus I pembelajaran sudah berjalan dengan lebih memahami materi yang sedang
baik, anak sudah antusias dalam pembelajaran disampaikan.
akan tetapi siswa masih serius dalam mengikuti 2) Guru hendaknya terus berusaha untuk
pembelajaran dan masih ada yang takut atau meningkatkan kemampuannya dalam
kurang percaya diri. Sedang pada siklus II nilai mengembangkan materi, menyampaikan
pembelajaran lebih meningkat karena adanya materi, serta dalam mengelola kelas,
perbaikan dalam pembelajaran dan pemberian sehingga kualitas pembelajaran yang
materi sehingga siswa mampu mencapai KKM dilakukannya dapat terus meningkat seiring
lebih dari 85,00%. dengan peningkatan kemampuan yang
dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya mau
Ketuntasan Belajar membuka diri untuk menerima berbagai
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada bentuk masukan, saran, dan kritikan agar
siklus I prosentase ketuntasan pembelajaran dapat lebih memperbaiki kualitas
hanya 63,41% sedangkan pada siklus II mengajarnya.
mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu 3) Guru hendaknya dapat menerapkan metode
mencapai 85,37%. Dengan demikian yang tepat untuk menyampaikan
pembelajaran dinyatakan tuntas dengan hasil materi pembelajaran.
lebih dari 85,00% siswa sudah mencapai KKM 4) Guru hendaknya kreatif dan inovatif dalam
dan tidak perlu lagi diadakan tindakan menyajikan materi dan memodifikasi
selanjutnya. peralatan yang digunakan dalam

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 58


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pembelajaran penjas.
Rusli Lutan. 1988. Belajar keterampilan
DAFTAR PUSTAKA Motorik Pengantar Teori dan
Metode. Jakarta: Depdikbud.
Agus Kristiyanto. 2010. Penelitian Tindakan Dirjendikti.
Kelas Dalam Pendidikan Jasmani dan
KepelatihanOlahraga Samsudin. 2000. Pembelajaran Pendidikan
JasmaniOlahraga dan Kesehatan
Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. SD. Jakarta: Prenada Media Grup.
Surakarta : Yudistira
Soedarwo, Sunardi & Agus Margono. 2000.
Aip Syarifuddin. 1993. Pendidikan Teori dan Praktek Bolavoli Dasar.
Jasmani dan
Kesehatan. Jakarta : Suharno HP. 1985. Dasar-Dasar permainan
Departemen Pendidikan dan Bolavoli. Yogyakarta : Percetakan
Kebudayaan. Siliwangi.

Amung Ma’mum & Toto Subroto. 2001. Syamsir Aziz. 2005. Permainan Kecil Di SD.
Pendekatan Keterampilan Taktis Jakarta : Universitas Terbuka
Dalam Permainan Bolavoli Konsep
& Metode Pembelajaran. Jakarta
: Depdiknas. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Aqip Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas :


Untuk Guru SD, SDLB, dan TK.
Bandung: CV Yrama Widya.

Barbara L.V & Bonnie J.V.1996. Bola Voli


Tingkat Pemula. Alih Bahasa.
Monti. Jakarta : RajaGrafindo.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan


Pembelajaran. Dep. Pendidikan
dan Kebudayaan.

IKAPI. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem


Pendidikan Nasional). Bandung:
Fokusmedia.

M. Yunus. 1992. Bolavoli Olahraga


Pilihan. Jakarta. Depdikbud
Direktorat Jenderal
PendidikanTinggi.
Zuchdi, Dariniyati, Budiasih (1997). Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta:
Depdikbud
Mulyasa H.E. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Remaja Rosda Karya:
Bandung.

PBVSI. 1995. Metodologi Pelatihan. Jakarta.


Sekertariat Umum PP. PBVSI.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 59


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD (STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION)
PADA SISWA KELAS V SDN WIDODAREN 3 KECAMATAN WIDODAREN KABUPATEN
NGAWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh : Endaryanik, S.Pd


SDN Widodaren 3 Kec. Widodaren Kab. Ngawi
e-mail: endaryanik@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Prestasi Belajar IPS, Kooperatif STAD

Tujuan penelitian pembelajaran ini adalah untuk : 1) Meningkatkan prestasi dan ketuntasan
belajar siswa Kelas V SDN Widodaren 3 dalam pelajaran IPS setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif. 2) Mendeskripsikan ketrampilan mengajar guru dalam proses pembelajaran IPS di Kelas V
SDN Widodaren 3 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. 3). Mendeskripsikan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPS di Kelas V SDN Widodaren 3 dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan
untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif,
sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sejumlah 22 siswa di
SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode tes (pre-tes dan pos-tes), dan metode observasi.
Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pengamatan Prestasi Belajar IPS siswa melalui
kooperatif STAD tentang Hak dan Kewajiban secara klasikal mengalami peningkatan yang sangat
tinggi. Keaktifansiswa melalui kooperatif STAD tentang Hak dan Kewajiban secara klasikal
mengalami peningkatan.

PENDAHULUAN
Untuk memperbaiki prestasi belajar siswa umpan balik dari pengajaran, sehingga tercapai
maka diperlukan berbagai upaya yang dapat efektifitas maksimal.
menunjang ketuntasan pencapaian proses dan Permasalahan di Kelas V SDN Widodaren
produk pembelajaran IPS. Persiapan materi ajar 3 yang berkaitan denga pembelajaran IPS dapat
dan pelaksanaan proses pembelajaran merupakan perbaikan pembelajarannya, baik proses maupun
kemampuan utama yang harus dimiliki oleh produknya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
seorang guru agar mampu mengelola kegiatan maka perlu dilakukan penelitian tindakan pada
pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Kelas V SDN Widodaren 3, terutama pelajaran
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang IPS pada pokok materi Hak dan Kewajiban. Hal-
guru, melainkan tugas yang sangat komplit hal yang perlu dilakukan perbaikan adalah
antara lain sebagai fasilitator dan distributor. pemahaman siswa pada pelajaran IPS, khususnya
Dalam mengajar guru harus berhadapan dengan pada pokok materi Hak dan Kewajiban. Karena
kelompok siswa. Mereka adalah makhluk hidup materi tersebut merupakan materi pada semester
yang memerlukan bimbingan dan pembinaan dua yang banyak siswa mengalami kesulitan. Hal
untuk menuju kedewasaan, bertanggung jawab lain yang perlu adanya perbaikan adalah
pada diri sendiri, berkepribadian yang baik serta ketrampilan mengajar guru dan aktivitas siswa
berbudi pekerti luhur dan berakhlak. Mengajar dalam proses pembelajaran.
yang efektif tergantung pada kesiapan guru Berangkat dari uraian di atas, diperlukan
dalam mengelola dan menciptakan kondisi atau usaha dari guru untuk lebih bisa
sistem lingkungan yang mendukung dan mendemontasikan dan menjelaskan kepada siswa
memungkinkan berlangsungnya proses belajar. konsep-konsep dasar hak dan kewajiban yang
Belajar yang efektif tergantung pada corak bersifat abstrak. Untuk mengatasi hal tersebut
kemaknaan yang penuh dari belajar itu sebagai dapat digunakan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif mengacu pada ,

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 60


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pertama kompetensi ilmiah, yaitu ketrampilan 2. Bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan,
siswa dalam memahami konsep-konsep IPS kreatifitas, pemahaman, prestasi dan
dengan benar,kedua kompetensi sosial, yaitu ketuntasan belajar dan sikap saling
kemampuan/ketrampilan siswa dalam menghargai antara sesama siswa.
bersosialisasi dengan cara bekerja sama dalam 3. Dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam
suatu kelompok untuk memahami konsep-konsep mengembangkan strategi pembelajaran yang
yang sulit dan menyelesaikan suatu inovatif dan aplikatif.
permasalahan agar dapat terselesaikan dengan 4. Penerapan model pembelajaran kooperatif
baik, ketiga kompetensi komunikasi, yaitu yang baik sebagai salah satu alternatif dalam
ketrampilan siswa dalam mempresentasikan dan meningkatkan prestasi belajar IPS di
menyampaikan laporannya kepada seluruh kelas. sekolah dasar.

Identifikasi Masalah LANDASAN TEORI


Berdasarkan latar belakang yang telah Model Pembelajaran Kooperatif
diuraikan diatas, maka masalah tersebut dapat Belajar secara kooperatif dikembangkan
diidentifikasikan sebagai berikut : berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis
1. Prestasi dan ketuntasan belajar siswa pada dan teori belajar sosial. Pendekatan belajar
pelajaran IPS masih rendah dan perlu konstruktivis dalam pengajaran menerapkan
adanya peningkatan, pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan
2. Ketrampilan mengajar guru kurang baik, teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan
guru masih dominan dalam proses memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka
pembelajaran, pembelajaran masih berpusat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
pada guru, temannya. Pembelajaran ini dapat digunakan
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk mengajarkan materi yang agak kompleks
masih rendah, sehingga siswa pasif dalam dan yang lebih penting lagi dapat membantu guru
kegiatan belajar mengajar. untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
berdimensikan sosial dan hubungan antar
Rumusan Masalah manusia. Dalam model pembelajaran kooperatif,
Permasalahan yang diajukan dalam siswa dituntut bekerjasama dan bergantung
penelitian pembelajaran IPS di Kelas V SDN dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah.
Widodaren 3 adalah sebagai berikut : Apakah
penerapan pembelajaran kooperatif model STAD Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas Menurut Wina Sanjaya (2007: 242)
V SDN Widodaren 3 dalam pelajaran IPS? Umumnya pembelajaran yang menggunakan
Tujuan Penelitian model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
Tujuan penelitian pembelajaran ini adalah berikut :
untuk :Mengetahui penerapan pembelajaran 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif model STAD meningkatkan prestasi kooperatif untuk menuntaskan materi
dan ketuntasan belajar siswa Kelas V SDN belajarnya.
Widodaren 3 dalam pelajaran IPS 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
Kegunaan Penelitian kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Setelah melakukan penelitian pembelajaran 3) Anggota kelompok berasal dari ras, budaya
ini diharapkan : dan jenis kelamin berbeda.
1. Peneliti (guru) akan memperoleh 4) Penghargaan berorientasi kelompok dari pada
pengalaman langsung dalam melaksanakan, individu.
merencanakan, memecahkan dan Dari paparan di atas bahwa pembelajaran
memperbaiki model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,
kooperatif. diantaranya adalah mendidik jiwa sosial diantara
siswa tanpa membedakan latar belakang, tingkat
kemampuan maupun jenis kelamin. Selain itu
pembelajaran kooperatif menjadikan siswa untuk
berfikir kreatif dalam memecahkan masalah yang
kompleks didalam kelompoknya. Karena itu
sudah menjadi suatu hal yang perlu bagi guru

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 61


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

untuk mengembangkan model pembelajaran Tujuan penting ketiga dari pembelajaran


kooperatif bagi keberhasilan dalam pengajaran. kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki
Adapun unsur-unsur dasar pembelajaran di dalam masyarakat dimana banyak kerja
kooperatif antara lain : orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah organisasi yang saling bergantung satu sama
beranggapan bahwa mereka “sehidup lain (Ibrahim, Muslimin dkk. 2000:9).
sepenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu
didalam kelompoknya seperti milik mereka
sendiri.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota
di dalam kelompoknya mempunyai tujuan
yang sama.
4) Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif, siswa lebih
memiliki kemungkinan menggunakan tingkat
berfikir yang lebih tinggi selama dan setelah
diskusi dalam kelompok kooperatif daripada
mereka bekerjasama secara individu atau
kompetitif. Jadi materi yang dipelajari siswa
akan melekat untuk periode waktu yang lebih
lama.
2. Kegiatan Belajar Mengajar
Tujuan pembelajaran kooperatif Belajar adalah penyusunan pengetahuan
1) Prestasi belajar akademik dari pengalaman kongkrit, aktivitas kolaboratif,
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk dan refleksi serta interpretasi proses belajar
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas- terjadi pada semua orang dan berlangsung
tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat seumur hidup. Proses belajar tersebut akan
bahwa model ini unggul dalam membantu mengakibatkan perubahan tingkah laku yang
siswa memahami konsep-konsep yang sulit. bersifat kognitif, psikomotor dan afektif
Pembelajaran kooperatif dapat memberi (Degeng, 2000).
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah Mengajar adalah usaha dari guru untuk
maupun kelompok atas yang mengerjakan menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam
tugas-tugas akademik (Ibrahim, Muslimin menggali makna serta menghargai
dkk. 2000:7). ketidakmenentuan pada lingkungan sekitar
2) Penerimaan terhadap keragaman menjadi sesuatu yang bermakna (Degeng, 2000).
Efek penting yang kedua dari pembelajaran Demikian pula dengan proses belajar sains
kooperatif adalah penerimaan yang luas adalah proses penggalian informasi yang dimiliki
terhadap orang yang berbeda menurut ras, oleh siswa dari pengalaman sendiri untuk
budaya, klas sosial, dan kemampuan. diarahkan pada konsep–konsep sains.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar
kepada siswa yang berbeda latar belakang dan mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi
kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dua arah. Proses belajar mengajar merupakan
sama lain atas tugas-tugas bersama, dan kegiatan yang terpadu antara siswa sebagai
melalui penggunaan struktur penghargaan pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai
kooperatif, belajar untuk menghargai satu pengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar
sama lain (Ibrahim, Muslimin dkk. 2000:9). merupakan aspek dari proses pendidikan.
3) Pengembangan keterampilan sosial

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 62


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Berdasarkan orientasi proses belajar Komponen-komponen dalam Kegiatan


mengajar siswa harus ditempatkan sebagai Belajar Mengajar
subyek belajar yang sifatnya aktif dan guru Belajar mengajar merupakan suatu
hanya sebagai fasilitator. Maka keseluruhan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen
proses belajar yang harus dialami siswa dalam dan masing-masing komponen itu saling
kerangka pendidikan di sekolah dipandang mempengaruhi sedemikian rupa untuk mencapai
sebagai suatu sistem yang sedang berinteraksi indikator pencapaian pelajaran.
untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan Interaksi belajar mengajar (proses
tujuan yang telah ditetapkan. Adapun kaitannya pengajaran) ditandai dengan adanya sejumlah
dengan pembelajaran yang mengarah pada komponen yang saling berhubungan satu sama
pendekatan konstruktivis, siswa dituntut lebih lain, yaitu tujuan, bahan, metode dan teknik,
aktif dan kreatif baik dalam menggali media dan penilaian. Menurut JJ Hasibuan &
pengetahuan awal maupun dalam proses belajar Moedjiono (2006:25). Sedangkan pendapat lain
mengajar, sehingga pembelajaran yang dilakukan mengatakan bahwa, KBM mempunyai
siswa menjadi lebih bermakna. komponen-komponen, yaitu tujuan intruksional
Hakikat Kegiatan Belajar Mengajar yang ingin dicapai, materi guru (pendidik), siswa
Kegiatan belajar mengajar (KBM) (terdidik), metode dan sarana dan prasarana
merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang dalam KBM.
tidak dapat dipisahkan, yaitu belajar dan Dari pendapat tersebut di atas, maka
mengajar. Situasi yang memungkinkan terjadinya komponen-komponen yang membentuk KBM
kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah tersebut adalah :
situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan a. Siswa, seseorang yang bertindak sebagai
guru atau bahkan pembelajaran di tempat tertentu pencari, penerima, dan penyimpan isi
yang telah diatur dalam rangka mencapai pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai
indikator yang ingin dicapai. Selain itu belajar tujuan.
akan lebih optimal bila menggunakan metode b. Guru , seseorang yang bertindak sebagai
atau media yang tepat. Agar dapat diketahui pengelola KBM dan peranan lainnya yang
keefektifan KBM, maka setiap proses dan memungkinkan berlangsungnya kegiatan
hasilnya dapat dievaluasi sehingga menunjukkan belajar mengajar yang efektif.
adanya perubahan tingkah laku. c. Tujuan, suatu pernyataan tentang perubahan
perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa
Arti Belajar setelah mengikuti KBM. Perubahan perilaku
Menurut JJ Hasibuan & Moedjiono tersebut mencakup perubahan kognitif,
(2006:3) belajar adalah suatu proses untuk afektif dan psikomotor.
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang d. Isi pelajaran, segala informasi baik berupa
baru secara menyeluruh, sebagian kecil fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan untuk mencapai tujuan.
lingkungan. Belajar juga dapat dirumuskan suatu e. Media, bahan pembelajaran dengan atau
perubahan tingkah laku yang menetap sebagai tanpa peralatan yang digunakan untuk
hasil dari pengalaman yang telah lalu dan menyajikan informasi kepada para siswa
perubahan itu terjadi karena adanya KBM. agar mereka dapat mencapai indikator yang
Dari pengertian di atas dapat diambil diinginkan.
kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu f. Evaluasi, cara tertentu yang digunakan
proses perubahan tingkah laku maupun untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
pertumbuhan pribadi anak didik yang terjadi di Evaluasi dilakukan terhadap seluruh KBM
dalam situasi yang bervariasi. Pertumbuhan mengajar dan sekaligus memberikan balikan
tingkah laku serta pertumbuhan pribadi anak bagi setiap komponen KBM.
didik tidak lain adalah sebagai hasil dari Adanya interaksi antara komponen–
pengalaman yang dihayati oleh anak didik yang komponen KBM dimana antara yang satu dengan
akan menimbulkan respon tertentu. Perubahan yang lain saling mempengaruhi, maka KBM
dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang merupakan suatu sistem intruksional.
tidak terampil menjadi terampil, dari sikap dan
nilai tertentu menjadi sikap dan nilai yang lain. Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi
peningkatan prestasi belajar siswa dalam

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 63


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial, salah Rancangan Penelitian


satunya adalah pemanfaatan metode Penelitian ini merupakan penelitian
pembelajaran Kooperatif STAD dalam proses tindakan kelas (PTK). Yang dimaksud dengan
pembelajaran dikelas. Pada siswa Kelas V SDN penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
Widodaren 3, didapati permasalahan tentang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
rendahnya prestasi belajar siswa dalam agar pembelajaran dapat berhasil dengan baik.
pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial. Hal ini Penelitian tindakan kelas ini berisi pratindakan
terbukti dengan banyaknya siswa yang dan tindak lanjut.
kebingungan saat diminta menjelaskan hak dan Pada pratindakan berisi renungan dalam
kewajiban. mengajar sehingga dapat menemukan
Guru sebagai tenaga profesi yang kelemahan-kelemahan dan kekurangan dalam
professional, amat penting perannya didalam pembelajaran kemudian dilakukan dengan
peningkatan prestasi belajar siswa, dalam hal ini tindakan tindak lanjut yang dapat digunakan
Guru dituntut kreatif serta inovatif, sehingga untuk memecahkan masalah tentang
masalah – masalah yang muncul dapat teratasi, pembelajaran dengan menggunakan model
salah satu cara untuk mengatasi rendahnya STAD.
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pendidikan Sosial pada siswa Kelas V SDN HASIL PEMBAHASAN
Widodaren 3 adalah dengan mengunakan metode Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I
pembelajaran Kooperatif STAD. Dengan sampai dengan siklus II diperoleh data
menggunakan pengamatan d data sebagai berikut:
Prestasi Belajar IPS.
METODE Berdasarkan hasil penelitian dan
Pendekatan dan Jenis Penelitian pengamatan terhadap Prestasi Belajar IPS siswa
Penelitian ini merupakan penelitian di Kelas V SDN Widodaren 3 Kecamatan
tindakan (action research), Rancangan penelitian Widodaren Kabupaten Ngawi pada siklus I dan
tindakan kelas dipilih karena (1) penelitian siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan
pembelajaran yang berkonteks kelas Prestasi Belajar IPS dapat dilihat pada tabel
dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan sebagai berikut:
masalah-masalah pembelajaran di kelas .
Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pokok
materi hak dan kewajiban“ rata-rata masih
dibawah 50%, (2) penelitian dilakukan untuk
mengubah keadaan, kenyataan, dan harapan
mengenai pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
pokok materi hak dan kewajiban menjadi lebih
baik dan bermutu dengan cara melakukan
sejumlah tindakan yang dipandang tepat. Peningkatan pada siklus ini disebabkan
Oleh karena itu, setelah diadakan oleh interaksi siswa serta peranan guru dalam
penelitian diharapkan rata-rata nilai mencapai pemberian bimbingan dan rangsangan sanjungan
75% atau lebih, (3) bentuk kajian yang dilakukan terhadap siswa, sehingga terjadi perubahan
di kelas yang bersifat reflektif oleh guru untuk tingkah laku anak menjadi lebih baik dan
meningkatkan, memperdalam, dan memperbaiki meningkat. Dibawah ini disajikan grafik
praktik-praktik pembelajaran, maka penelitian presentase ketuntasan Prestasi Belajar IPS.
dilakukan pada kontek alamiah, ialah untuk sebagai berikut:
mengkaji permasalahan faktual dalam
pembelajaran, dan (4) dalam pelaksanaannya,
penelitian ini membutuhkan keterlibatan guru
secara kolaboratif selama penelitian
berlangsung.Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambar tentang
Hak dan Kewajibankan bagaimana suatu teknik Pengamatan Prestasi Belajar IPS siswa
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil melalui metode pembelajaran kooperatif STAD
yang diinginkan dapat dicapai secara klasikal mengalami peningkatan yang
sangat tinggi. Pada siklus I siswa mendapat

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 64


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

perolehan skor 159 dan pada siklus II mengalami yakni 84%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan sebesar 170 sehinggga rata-rata melalui model cooperative learning tipe STAD
perolehan skor dari siklus I 73,61% dan pada dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siklus II meningkat menjadi 78,7% . Demikian Matematika tentang garis dan sudut bagi siswa
juga dengan perolehan rata rata nilai yaitu pada kelas 7A SMP Negeri 1 Kedungbanteng pada
siklus I sebesar 73,27 dan pada siklus II semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Dari
mengalami peningkatan sebanyak 78,33. Dengan kondisi awal minat belajarnya rendah menjadi
demikian presentasi ketuntasan siswa dalam kondisi akhir minat belajarnya tinggi. Hal ini
pembelajaran Prestasi Belajar IPS meningkat ditunjukkan dengan siswa lebih aktif, lebih
secara signifikan yaitu pada siklus I sebesar 61% semangat, rajin membuat catatan materi
meningkat pada siklus II sebesar 77 % melebihi pelajaran matematika, mengerjakan soal-soal
ketuntasan klasikal sebesar 75 %. matematika secara berkelompok, dan siswa lebih
siap dalam menerima pembelajaran dengan ceria.
Keaktifan Belajar Siswa Dan dari hasil belajar nya diperoleh bahwa pada
Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi awal nilai rata-ratanya 51,96 menjadi
pengamatan terhadap keaktifan siswa di Kelas V 70,56 pada kondisi akhir (naik 18,6) dan
SDN Widodaren 3 Kecamatan Widodaren ketuntasan belajarnya 13% pada kondisi awal
Kabupaten Ngawi pada siklus I dan siklus II menjadi 81% pada kondisi akhir (naik 68%).
mengalami peningkatan. Peningkatan keaktifan Pada kondisi akhir ketuntasan belajar kelasnya
siswa dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: sudah tercapai karena sudah melampaui target
indikator keberhasilan yang sudah ditentukan
yaitu 80%.
Penelitian lain yang mengunakan Model
Pembelajaran STAD adalah Khaerul Anwar dari
universitas Medan.Judul penelitiannya adalah
penggunaan Model Pembelajaran Tipe STAD
(Student Teams Achivement Division) Terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
(Studi Komparasi Terhadap Metode Ceramah Di
SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan Tahun
Dilihat dari grafik diatas dalam menilai
Pelajaran 2012-2013). Dari hasil penelitian ini
keaktifan belajar siswa secara garis besar
diperoleh, peserta didik yang berasal dari kelompok
kegiatan belajar mengajar dengan Kooperatif
pembelajaran kooperatif rata-rata seluruhnya 64
STAD tentang Hak dan Kewajiban juga dapat
dengan standart deviasi 13,32dan peserta didik
terlaksanakan dengan baik . Dilihat dari
yang mendapat pembelajaran konvensional dengan
perolehan rata-rata nilai sebesar 77,11 dan
rata-rata skor seluruhnya 53,75dengan standard
presentasi perolehan ketuntasan siswa mencapai
deviasi 13,44.
77,77% atau 14 siswa yang mendapat nilai diatas
Dari hasil perhitungan didapat harga thitung =
KKM dan hanya 4 siswa yang mendapat nilai
0,55 dan ttabel = 1,997 berarti thitung ttabel maka
dibawah KKM (Nilai KKM 70) dari 18 siswa,
hipotesis diterima. Dengan perkataan lain data
sudah melebihi ketuntasan klasikal yang sudah
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran
ditetapkan di SDN Widodaren 3 sebesar 75 %.
kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh yang
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
signifikan terhadap hasil belajar pendidikan
penelitian yang dilakukan oleh Rina Muharti
kewarganegaraan peserta didik di SMP Negeri 9
yang berjudul Peningkatan Minat Dan Hasil
Kota Tangerang Selatan.
Belajar Matematika Tentang Garis Dan Sudut
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Melalui Model Cooperative Learning Tipe
ada perbandingan positif hasil belajar antara model
STAD Bagi Siswa Kelas 7 A SMP Negeri 1
pembelajaran tipe STAD dan metode Ceramah.
Kedungbanteng Pada Semester 2 Tahun
Dan dalam hal ini model pembelajaran tipe STAD
2013/2014. Dengan hasil perbaikan tedapat 50%
lebih di unggulkan.
siswa yang mampu melencapai KKM, KKM
pada sekolah tersebut adalah 7,50 setelah
SIMPULAN DAN SARAN
diadakan perbaikan pada siklus I terjadi
Simpulan
peningkatan yakni 13% menjadi 63% dalam
Secara umum dapat disimpulkan bahwa :
perbaikan pada siklus II terjadi peningkatan lagi
Penerapan pembelajaran Kooperatif Model

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 65


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

STAD (Student team Achivement Division) metode pembelajaran penemuan (


dapat meningkatkan prestasi belajar ilmu Discovery)
pengetahuan social pada siswa Kelas V SDN
Widodaren 3 Kecamatan Widodaren Kabupaten Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Ngawi tahun pelajaran 2015/2016. Konsep, karakteristik, dan Implementasai.
Saran Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disampaikan beberapa saran-saran sebagai Rochiati wiriaatmaja 2005 Metode Penelitian
berikut. Kelas, Bandung PT Remaja Rosda Karya
a. Bagi Siswa
Bagi Kelas V SD penelitian ini dapat Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan jawaban di
memberikan motivasi, dan kegairahan dalam sekitar penelitian tindakan kelas dan
belajar, karena dalam penelitian ini siswa penelitian tindakan sekolah. malang:
diarahkan untuk menanamkan keantusiasan, LP3 Universitas Negeri malang.
kedisiplinan, kerja sama, dan percaya diri.
Dengan adanya keantusiasan, kedisiplinana, Wina Sanjaya 2007 Strategi
kerja sama, dan percaya diri akan tertanam Pembelajaran,Bandung : PT Kencana
dengan sendirinya motivasi dalam mengikuti Prenada Media Group.
kegiatan pembelajaran.
b. Bagi Guru Harimurti. (2001). Cara Menulis Kreatif.
Dengan adanya pembelajaran metode Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran kooperatif STAD dapat Kridalaksana,
memberikan masukan untuk meningkatkan Nurhadi. (2004). Bahasa dan Sastra Indonesia .
Prestasi Belajar IPS pada siswa Jakarta : Erlangga. Kamus
c. Bagi Lembaga Tempat Penelitian Linguistik . Gramedia : Jakarta..
Hasil penelitian ini hendaknya dapat Panuju, Redi. (2005). Panduan Menulis Untuk
dipergunakan sebagai masukan dan Pemula. Yogyakarta: Pustaka
pertimbangan bagi lembaga pendidikan Pelajar.
tempat penelitian dilaksanakan untuk Pradopo, Rachmad joko. (1993). Pengkajian
menggunakan metode-metode pembelajaran Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
baru agar dapat meningkatkan Prestasi Belajar Press.
IPS Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. (2002).. Media
d. Bagi Sekolah Pengajaran. Yogyakarta: Sinar
Hasil penelitian ini hendaknya dapat Baru. Algesindo
dipergunakan sebagai masukan dan Sumantri, Mulyani (1998) Strategi Belajar
pertimbangan bagi sekolah tempat penelitian Mengqjar. Jakarta: Depdikbud.
dilaksanakan untuk menggunakan metode- Sunaryo Kartadinata, Nyoman Dantes. (1998)
metode pembelajaran baru agar dapat Landasan-Landasan Pendidikan
meningkatkan hasil belajar siswa. Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam menunjang Kecakapan
Hidup Siswa. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional

http://imankoekoeh.blogspot.com/2013/12/tes-
pengukuran-penilaian-dan evaluasi.html

JJ Hasibuan & Moedjono 2006 Proses Belajar


Mengajar,Bandung PT Remaja
Rosdakarya

Majalah Media, Edisi Desember 2014


meningkatkan prestasi belajar dengan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 66


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENINGKATAN PRESTASI PERMAINAN BOLA TANGAN MATA PELAJARAN


PENJASORKES MELALUI METODE INKUIRI SISWA KELAS V SDN KEDUNGGALAR 5
KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI TAHUN 2014/2015

Oleh : Suparti
SDN Wonokerto 4 Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: suparti@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Peningkatan Prestasi, Bola Tangan Metode Inkuiri

Permasalahan yang sering timbul di sekolah adalah kurangnya motivasi siswa untuk giat
mengikuti pelajaran olahraga. Siswa enggan mengikuti latihan – latihan olahraga yang
diselenggarakan oleh guru karena mereka menganggap latihan – latihan tersebut melelahkan. Mereka
lebih senang tinggal di kelas dengan berbagai alasan daripada bermain di lapangan.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh
pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut
Pembelajaran dengan metode pembelajaran metode inkuiri memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (48,72%), siklus II (87,18%), sedangkan untuk ranah afektif yaitu
siklus I (69,23%), siklus II (94,87%)
Penerapan metode pembelajaran metode inkuiri mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengna rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran metode inkuiri sehingga
mereka menjati termotivasi untuk belajar sehingga bisa digunakan untuk meningkatkan prestasi dalam
permainan bola tangan.

PENDAHULUAN
Kualitas kehidupan bangsa sangat negara yang di survei. Sementara itu, Third
ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran Matematics and Society Study (TIMSS), lembaga
pendidikan sangat penting untuk menciptakan yang mengukur pendidikan di dunia, melaporkan
kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan bahwa kemampuan matematika siswa SMP kita
demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan berada pada urutan ke-34 dari 38 negara,
pendidikan harus selalu dilakukan untuk sedangkan kemampuan IPA berada di urutan ke-
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. 32 dari 38 negara. Jadi, keadaan pendidikan kita
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai memang memprihatinkan. Untuk itu
melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya pembaharuan harus dilakukan.
peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan Permasalahan ini disebabkan oleh
dapat menaikkan harkat dan martabat manusia banyak faktor salah satunya adalah mutu
Indonesia. Untuk mencapai itu pendidikan harus kesehatan yang rendah di masyarakat Indonesia.
adaptif terhadap perubahan zaman. Kepedulian terhadap kesehatan ternyata masih
Memasuki Abad ke-21 ini, keadaan SDM sangat kurang. Hal ini harus di waspadai sebagai
kita sangat tidak kompetitif. Menurut catatan bentuk ancaman yang serius terhadap
Human Development Report Tahun 2003 versi perkembangan anak didik sebagai penerus
UNDP, peringkat HDI (Human Development generasi bangsa.
Index) atau kualitas Sumber Daya Manusia Anak usia sekolah adalah investasi
Indonesia berada di urutan 112. Indonesia berada bangsa, karena mereka adalah generasi penerus
jauh di bawah Filipina (85), Thailand (74), bangsa. Kualitas bangsa di masa depan
Malaysia (58), Brunai Darussalam (31), Korea ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya
Selatan (30), Singapura (28). Organisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia harus
Internasional yang lain juga menguatkan hal itu. dilakukan sejak dini, sistematis dan
International Education Achivement (IEA) berkesinambungan.
melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa Tumbuh berkembangnya anak usia
SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 sekolah yang optimal tergantung pemberian

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 67


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik menggunakan telapak tangan mereka”. Lebih
serta benar. Selain itu memperkenalkan anak jauh lagi, pada tahun 1793 masyarakat Inuit yang
pada olahraga sejak dini juga dapat membantu hidup didataran hijau menggambarkan dan
mempercepat perkembangan anak lebih sehat. membuat ilustrasi permainan bola dengan
Dalam masa tumbuh kembang tersebut menggunakan tangan. Pada tahun 1848 seorang
pemberian nutrisi dan olahraga merupakan administrasi olahraga Denmark memberikan izin
tanggung jawab bersama antara orang tua dan untuk “permainan bola tangan” agar dimainkan
guru disekolah. Kerjasama orang tua siswa di sekolah lanjutan di Ortup Denmark dan
dengan sekolah akan sangat membantu guru mendorong untuk segera menyertakan aturan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. dalam permainan bola tangan.
Pelajaran jasmani merupakan materi
pendidikan yang menyangkut ilmu kesehatan dan Prestasi Belajar Penjaskes
olah fisik di sekolah. Pelajaran ini bertujuan Belajar dapat membawa suatu perubahan
untuk membangun kesehatan mental dan fisik pada individu yang belajar. Perubahan ini
siswa. Pencapaian prestasi akademis di bangku merupakan pengalaman tingkah laku dari yang
sekolah tanpa ditunjang dengan mental dan fisik kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman
yang sempurna mustahil dapat dicapai. dalam belajar merupakan pengalaman yang
Permasalahan yang sering timbul di sekolah dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam
adalah kurangnya motivasi siswa untuk giat proses belajar di sekolah. Menurut
mengikuti pelajaran olahraga. Siswa enggan Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar
mengikuti latihan – latihan olah raga yang adalah hasil yang dicapai (dilakukan,
diselenggarakan oleh guru karena mereka dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar
menganggap latihan – latihan tersebut merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh
melelahkan. Mereka lebih senang tinggal di kelas seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja
dengan berbagai alasan daripada bermain di serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
lapangan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan
bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa
LANDASAN TEORI dengan melibatkan seluruh potensi yang
Masa Yunani Kuno olahraga bola tangan dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan
merupakan salah satu olahraga yang sampai saat belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
ini dapat ditelusuri kebenaran sejarahnya dan diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil
telah berusia sangat tua. Sebuah fakta yang belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui
meyakiinkan telah menunjukkan bahwa seorang sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
laki-laki akan senantiasa lebih mahir pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping
menggunakan tangan dari pada kakinya. itu guru dapat mengetahui sejauh mana
Sebagaimana telah diklaim oleh sejarawan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
olahraga terkenal, bahwa ia memainkan di sekolah.
bolatangan jauh lebih awal dari pada sepakbola. Sejalan dengan prestasi belajar, maka
Permainan bola tangan yang dimainkan pada dapt diartikan bahwa prestasi belajar Penjaskes
masa Yunani kuno merupakan sebuah isyarat adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah
terciptanya olahraga bolatangan modern. Dimana melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi
bentuk permainan dan peraturannya masih sangat yang dimilikinya baik aspek kognitif
berbeda. Permainan “urania” yang dimainkan (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
oleh orang-orang Yunani kuna dan Harpaston (keterampilan) dalam proses belajar mengajar
yang dimainkan oleh orang-orang Romawi. Penjaskes.
Sebagaiman dalam “Fangballspiel” atau .
permainan “tangkap bola” yang diperkenalkan C. Teknik Dasar Tembakan Permainan Bola
dalam sebuah lagu oleh seorang penulis puisi Tangan
Jerman bernama Walther Von der Vogelwiede, Jenis tembakan dalam permainan bolatangan
dimana semua keterangan tersebut merupakan 1. Center Shot (tembakan tengah)
tanda-tanda pasti yang bias digambarkan sebagai  bagi yang menggunakan tangan kiri : kaki
bentuk kuno dari permainan bolatangan. Di kanan didepan, tangan kanan : kaki kiri
Perancis, seorang yang bernama Rabelais didepan
menggambarkan bentuk permainan bolatangan
dengan “mereka bermain bola tangan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 68


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

 pada saat bersamaan tarik lengan di atas  Mendarat dengan kedua kaki secara
bahu sampai ke belakang bersamaan pemain dengan tangan kanan:
 lengan bagian depan membentuk sudut 90 meloncat dengan kaki kiri pemain dengan
derajat dengan lengan atas tangan kiri : meloncat dengan kaki kanan.
 pinggang berputar ke samping bersama- 5. Flaying Shot When Running (tembakan
sama dengan lengan lempar melayang dengan berlari)
 tangan dibelakang bola, jari-jari tangan di  Selama lari ke depan, bawa bola setinggi
bentangkan dengan luwes bahu
 langkah ketiga dan terakhir saat ke depan  Langkah ketiga kuat dan lebar
harus lebar dan kuat  Di udara, pinggang sebaiknya ditarik ke
 kaki menghadap ke arah gawang belakang bersamaan dengan lengan lempar
 tangan di belakang bola, namunbola jangan  Tarik kedua kaki ke atas secara horizontal
di tekan keras  Pinggang tarik ke belakang
 ketika kaki yang lain meninggalkan lantai,  Lengan mengikuti gerakan ke depan dengan
lengan yang digunakan untuk melempar kuat
setinggi telinga.
2. Center Shot When Running (tembakan Metode Inkuiri
tengah dengan berlari) Metode inkuiri adalah metode yang
 Bola dipegang dengan kedua tangan mampu menggiring peserta didik untuk
 Kaki kanan berada di udara ketika menyadari apa yang telah didapatkan selama
menangkap belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik
 Bagi yang menggunakan tangan kanan: kaki sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa ,
kiri di depan, tangan kiri: kaki kanan di 2003:234).
depan Kendatipun metode ini berpusat pada
 Pada langkah terakhir, bola di bawa setinggi kegiatan peserta didik, namun guru tetap
bahu memegang peranan penting sebagai pembuat
 Langkah terakhir :lebar dan kuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
 Lengan ditarik kebelakang kemudian segera menggiring peserta didik untuk melakukan
kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan
lepaskan ke depan dengan kuat
3. Center Shot Hip Height (tembakan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan
pinggang) komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru
berkewajiban memberikan kemudahan belajar
 Bola dipegang dengan kedua tangan
melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
 Kaki kanan berada di udara ketika
menggunakan fasilitas media dan materi
menangkap
pembelajaran yang bervariasi.
 Bagi yang menggunakan tangan kanan: kaki Inkuiri pada dasarnya adalah cara
kiri di depan, tangan kiri: kaki kanan di menyadari apa yang telah dialami. Karena itu
depan inkuiri menuntut peserta didik berfikir. Metode
 Pada langkah terakhir, bola dibawa setinggi ini melibatkan mereka dalam kegiatan
bahu intelektual. Metode ini menuntut peserta didik
 Langkah terakhir : lebar dan kuat memproses pengalaman belajar menjadi suatu
 Lengan ditarik ke belakang kemudian segera yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
lepaskan ke depan dengan kuat. demikian , melalui metode ini peserta didik
4. Flying shot (tembakan melayang) dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
 Selama lari ke depan, bawa bola setinggi Langkah-langkah dalam proses inkuiri
bahu adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
 Langkah ketiga kuat dan lebar sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta
 Di udara, pinggang sebaiknya ditarik menarik kesimpulan dan membuat keputusan
kebelakang bersamaan dengan lengan yang valid untuk menjawab permasalahan yang
lempar didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
 Tarik kedua kaki ke atas secara horizontal menggunakan kesimpulan untuk menganalisis
 Pinggang tarik ke belakang data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
 Lengan mengikuti gerakan ke depan dengan Strategi pelaksanaan inkuiri adalah: (1)
kuat Guru memberikan penjelasan, instruksi atau

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 69


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan
(2) Memberikan tugas kepada peserta didik transfer pada situasi proses belajar yang baru.
untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannyac) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan
dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terbuka.
terhadap persoalan-persoalan yang mungkind) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi
menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari kepuasan yang bersifat intrinsik.
sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuke) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
rumusan sebagai kesimpulan yang dapatf) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236). individu.
Metode inkuiri menurut Roestiyahg) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
(2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yangh) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
dipergunakan guru untuk mengajar di depani) Dapat memberikan waktu kepada siswa
kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu secukupnya sehingga mereka dapat
masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, Metode inkuiri menurut Suryosubroto
kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau (2002:192) adalah perluasan proses discovery
membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses
hasil kerja mereka di dalam kelompok inqury mengandung proses-proses mental yang
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan problema, merancang eksperimen, melakukan
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk
kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, Contoh latihan keterampilan membuat tas dari
hal itu perlu diperhatikan. mute/pernik-pernik.
Guru menggunakan teknik bila
mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh METODE
tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri Rancangan Penelitian
pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, Penelitian ini merupakan penelitian
dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. tindakan (action research) Karena penelitian
Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan dilakukan untuk memecahkan masalah
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
nantinya. Juga mereka diharapkan dapat termasuk penelitian dskriptif, sebab
berdebat, menyanggah dan mempertahankan menggambarkan bagaimana suatu teknik
pendapatnya. Inkuiri mengandung proses mental pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
yang lebih tinggi tingkatannya, seperti yang diinginkan dapat dicapai.
merumuskan masalah, merencanakan Menurut Oja dan Sumarjan (dalam titik
eksperimen, melakukan eksperimen, sugiarti, 1997:8) ada 4 macam bentuk penelitian
mengumpulkan dan menganalisa data, menarik tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru
kesimpulan. Pada metode inkuiri dapat sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif
tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat terinteratif dan (4) penelitian tindakana social
mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. eksperimental.
Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas Dalam penelitian tindakan ini
berarti siswa sedang melakukan inkuiri. menggunakan bentuk penelitian kolaboratif
Teknik inkuiri ini memiliki keunggulan dengan guru mata diklat dan di dalam proses
yaitu : belajar mengajar dikelas yang bertinak sebagai
a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep pengajar adalah guru mata diklat sedangkan
dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat peneiti bertindak sebagai pengamat, penanggung
mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan jawab penuh penelitian tindakan adalah
lebih baik. pengamat (peneliti). Tujuan utama dari

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 70


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

penelitian tindakan ini adalah meningkatkan mengacu pada rencana pelajaran yang telah
hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti dipersiapkan.
secara penuh terlibat dala penelitian mulai dari Pengamatan (observasi) dilaksanakan
perencanaan, tindakan, pengamatan dan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
refleksi. mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dibantu oleh seorang guru.
dengan guru mata pelajaran, kehadiran peneliti Pada akhir proses belajar mengajar siswa
sebagai guru di tengah-tengah proses belajar diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengajar sebagai pengamat diberitahukan mengetahui keberhasln siswa dalam proses
kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan belajar mengajar yang telah dilakukan.
adanya kerja sama yang kompak. Dalam Adapun data hasil penelitian pada siklus I
penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan adalah sebagai berikut:
dalam bentuk proses pengkajian berdaur yang
terdiri atas empat tahap yaitu : planning
(rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Pada tahap perencanaan yaitu tindakan apa
yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan menulis puisi.
Perencanaan harus dibuat oleh peneliti sebelum
peneliti melangkah lebih lanjut.
Pada tahap tindakan merupakan tindakan
apa yang akan dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan dan peningkatan. Dalam hal ini, upaya
perbaikan terhadap siswa tentang kesalahan-
kesalahan siswa setelah siswa menulis puisi.
Pada tahap observasi atau pengamatan,
yaitu mengamati hasil dari tindakan yang
dilakukan penulis terhadap siswa. Kesalahan
siswa ,kesulitan siswa, dan tanggapan siswa
dijadikan pertimbangan untuk perencanaan siklis
berikutnya.
Pada tahap refleksi yaitu tindakan
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
guru yang paling dominan pada siklus I adalah
atau dampak tindakan dari berbagai kriteria.
menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan
Berdasarkan refleksi tersebut, penulis bersama-
mengamati siswa dalam menemukan konsep
sama guru lain dapat melakukan revisi,
yaitu
perbaikan, terhadap awal untuk rencana
21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup
berikutnya.
besar adalah memberi umpan
balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi
HASIL PEMBAHASAN
yang sulit dan membimbing siswa merangkum
Siklus I
pelajaran yitu masing-masing sebesar18,3 %
a. Tahap Perencanaan
dan13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
paling dominant adalah
pembelajaran yang terdiri dari rencana
mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru
pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang persentasenya
pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
cukup besar adalah bekerja dengan sesama
dipersiapkan lembar observasi pengelolahan
anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan
pembelajaran metode inkuiri dan lembar
guru, dan membaca bukup yaitu masing-masing
observasi aktivitas siswa.
18,8 % dan 11,5 %
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengaja
belajar mengajar dengan metode inkuiri sudah
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal
dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru
Oktober 2016 di kelas V dengan jumlah siswa
masih cukup dominant untuk memberikan
39 siswa. Adapun proses belajar mengajar

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 71


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

penjelasan dan arahan karena model tersebut mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
masih dirasakan baru oleh siswa. proses belajar mengajar yang dilakukan.
Instrument yang digunakan adalah tes praktek II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II
adalah sebagai berikut

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa


dengan menerapkan metode Demonstasi
diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa
adalah 72,31 dan ketuntasan belajar mencapai
48,72 % atau ada 19 siswa dari 39 siswa sudah
tuntas belajar. Hasl tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai 70 hanya sebesar 48,72 %
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru
dan belum mengerti apa yang dimaksud dan
digunakan guru dengan menerapkan model
pembelajaran metode inkuiri Dari tabel diatas tampak aspek-aspek yang
diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II)
2. Siklus II yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan
a. Tahap perencanaan metode pembelajaran metode inkuiri
Pada tahap in peneliti mendapatkan penilaian yang cukup baik dari
mempersiapkan perangka pembelajaran pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian
tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran penilaian tersebut belum merupakan hasil yang
yang mendukung. Selain itu juga optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
dipersiapkan lembar observasi mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan
pengelolaan pembelajaran metode inkuiri penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-
dan lembar observasi siswa. aspek tersebut adalah memotivasi siswa,
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan membimbing siswa merumuskan
Pelaksanaan kegiatan belajar kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan
mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada waktu.
tanggal 19 Oktober 2016 di kelas V dengan Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas
jumlah siswa 39 siswa. Dalam hal ini peneliti daam penerapan metode inkuiri diharapkan
bertindak sebagai pengajar. Adapun proses siswa dapat menyimpulkan apa yang telah
belajar mengajar mengacu pada rencana mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada sehingga mereka akan lebih memahami tentang
siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan apa yang telah mereka lakukan.
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah
peneliti dibantu oleh seorang guru SDN
Kedunggalar 5.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif II dengan tujuan untuk

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 72


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-


rata tes praktek sebesar 79 m 48 dan dari 39
siswa yang telah tuntas sebanyak 34 siswa an 5
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar87,18 % (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus II ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran metode inkuiri sehingga siswa
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dala
memahami materi yang telah diberikan.

Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas pertemuan terbimbing memiliki dampak
guru yuang paling dominant pada siklus II adalah positif dalam meningkatkan prestasi
membimbing dan mengamati siswa melakukan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan semakin mantapnya pemahaman siswa
siklus I aktivitas ini mengalami peningkatan. terhadap materi yang disampaikan guru
Aktivitas guru yang mengalami penurunan (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,
adalah memberi umpan balik (16,6%), dan II) untuk ranah psikomotor yaitu
menjelaskan/melatih menggunakan alat (11,7). 48,72 %,87,18 % sedangkan untuk ranah
Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan afektif yaitu 69,23% dan 94,87%. Pada
hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa siklus II ketuntasan belajar siswa secara
memperbaiki kesalahan (6,7%) klasikal telah tercapai
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling Pembelajaran
diminan pada siklus II adalah praktik Berdasarkan analisis data,
menggunakan alat yaitu (21%). Jika diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar
dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengajar dengan menerapkan metode inkuiri
mengalami peningkatan . aktivitas siswa yang dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
mengalami penurunan adalah Hal ini berdampak positif terhadap prestasi
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
(17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa meningkatnya nilai rata—rata siswa pada
dengan guru (13,8%), mempraktekkan yang setiap siklus yang terus mengalami
relavan dengan KBM (7,7%) dan merangkum peningkatan.
pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa
yang mengalami peningkatan aalah
memperhatikan peragaan (12,1%) menyajikan 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/ Berdasarkan analisis data, diperoleh
mengajukan pertanyaan/ide (5,4%) dan berlatih aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
bersama siswa lain (10,8%) dengan model pembelajaran metode inkuiri
paling dominan adalah belajar dengan sesama
anggota kelompok, mendengarkan
/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi
antara siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 73


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Sedangkan untuk aktivitas guru selama B. Saran


pembelajaran telah melaksanakan langkah- Dari hasil penelitian yang diperoleh
langkah metode inkuiri dengan baik. Hal ini dari uraian sebelumnya agar proses belajar
terlihat dari aktivitas guru yang muncul di mengajar lebih efektif dan lebih memberikan
antaranya aktivitas membimbing dan hasil yang optimal bagi siswa, maka
mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil disampaikan saran sebagai berikut:
pembelajaran, menjelaskan /melatih 1. Untuk melaksanakan metode inkuiri
menggunakan alat, memberi umpan balik memerlukan persiapan yang cukup
dalam prosentase untuk aktivitas di atas matang, sehingga guru harus mampu
cukup besar. menentukan atau memilih topik yang
4. Tanggapan siswa terhadap model benar-benar bisa diterapkan dengan
pembelajaran metode inkuiri metode inkuiri dalam proses belajar
Berdasarkan analisis angket siswa mengajar sehingga diperoleh hasil yang
dapat diketahui bahwa tanggapan siswa optimal.
termasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata- 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi
rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
siswa tertarik dan berminat dengan model melatih siswa dengan berbagai metode
pembelajaran metode inkuiri . Hal ini pengajaran, walau dalam taraf yang
menunjukkan bahwa siswa memberikan sederhana, dimana siswa nantinya dapat
respopn positif terhadap model pembelajaran menemukan pengetahuan baru,
metode inkuiri, sehingga siswa menjadi memperoleh konsep dan keterampilan,
termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi sehingga siswa berhasil atau mampu
dapat disimpulkan bahwa dengan memecahkan masalah-masalah yang
diterapkannya metode inkuiri dapat dihadapinya.
meningkatkan motivasi belajar siswa. 3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
SIMPULAN DAN SARAN di SDN Kedunggalar 5 tahun pelajaran
Simpulan 2016/2017.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan selama tiga siklus dan berdasarkan dilakukan perbaikan-perbaikan agar
seluruh pembahaan serta analisis yang telah diperoleh hasil yang lebih baik.
dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut
1. Pembelajaran dengan metode DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran metode inkuiri memiliki
dampak positif dalam meningkatkan Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian
prestasi belajar siswa yang ditandai Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta PT.
dengan peningkatan ketuntasan belajar Rineksa Cipta
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga
(48,72%), siklus II (87,18%), sedangkan Husni, Agusta, dkk. 1987. Buku pintar Olahraga
untuk ranah afektif yaitu siklus I (69,23%), . Jakarta; CV Mawar Gempita
siklus II (94,87%)
2. Penerapan metode pembelajaran metode Kurnia, Dedeng , 1982. Cara Praktis Belajar
inkuiri mempunyai pengaruh positif, Renang Modern. Jakarta: Prakarsa Belia.
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang ditunjukkan dengna rata-rata Muhajir, 1998, Pendidikan Jasmani dan
jawaban siswa yang menyatakan bahwa Kesehatan, Untuk SMU Kelas 2, Jakarta;
siswa tertarik dan berminat dengan metode Erlangga
pembelajaran metode inkuiri sehingga Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3. Jakarta; Tiga
mereka menjati termotivasi untuk belajar. Serangkai
Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga
Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta;
PT. Gramedia Widiasmara Indonesia

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 74


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLLY


MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN DRILL SISWA KELAS V SDN JENGGRIK I
KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI TAHUN 2014/2015

Oleh : Sinto
SDN Jenggrik I Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi
e-mail: sinto@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Kemampuan Service Atas, Model Pembelajaran Drill

Hasil penelitian tindakan kelas, pada mata pelajaran Penjas drill dan bermain dengan
menggunakan pendekatan pembelajr di kelas V SDN Jenggrik 1 , maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu perhatian siswa akan terfokus pada pelajaran jika guru menyajikannya
menggunakan pendekatan yang sesuai dapat meningkatkan hasil belajardan aktifitas belajar siswa,
hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata tes formatif , pada mata pelajaran Penjas di kelas V diperoleh
nilai pra siklus 5.33, siklus I 6.00 dan siklus II 8.22, terlihat ada peningkatan yang signifikan dari
setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil penelitian pendekatan pembelajaran drill dan bermain dalam
pembelajaran Penjas di sekolah dasar dapat merangsang siswa untuk memahami dan menemukan
pemecahan masalah yang ditemuinya selama proses pembelajaran, menemukan ide dan gagasan baru
dalam memodifikasi keadaaan yang disaksikan langsung, menumbuhkan sifat kritis yang dinyatakan
dalam wujud kemauan bertanya dan mengemukakan pendapat serta melatih keterampilan siswa
dalam mengkomunkasikan hasil suatu kegiatan baik secara lisan, tertulis maupun praktek. Dengan
kata lain, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dalam pembelajaran
lebih meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dan mengefektifkan pencapaian tujuan, baik
tujuan secara umum maupun khusus.
Dalam setiap pembelajaran Penjas disarankan bagi pelaksana pendidikan untuk melaksanakan
pembelajaran dengan mengunakan strategi yang sesuai dengan karakter siswa dan lingkungannya,
juga disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dan
melibatkan siswa di dalamnya. Setiap pembelajaran diusahakan mengunakan media yang sesuai dan
media penunjang lainnya untuk membuktikan konsep-konsep pembelajaran agar siswa memahami
konsep-konsep tersebut secara optimal.

PENDAHULUAN
Pembaharuan dalam pengertian menyesuaikan pengajarannya dengan perubahan
pendidikan merupakan suatu upaya lembaga itu, guru harus dapat mengikuti perkembangan
untuk menjembatani masa sekarang dan masa itu”.Prinsip sains merupakan dasar dalam
yang akan datang dengan jalan memperkenalkan pengembangan teknologi, sedangkan hasil
program kurikulum atau metodologi pengajaran teknologi akan membantu para ahli untuk
yang baru sebagai jawaban atas perkembangan melakukan proses sains sehingga ditemukan
internal dan eksternal dalam dunia pendidikan produk-produk sains yang baru. Menurut Hillda
yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas Karli & Margaretha Sri Yuliariatiningsih ( 2002 :
(Wijaya, 1998 : 2). 121 ) bahwa pengembangan kemampuan siswa
Pembaharuan di bidang pendidikan harus dalam bidang sains merupakan salah satu kunci
terus menerus dilaksanakan sejalan dengan keberhasilan peningkatan kemampuan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. konseptual dan prosedural.
Dengan demikian, menuntut para pendidik untuk Guru sebagai faktor utama keberhasilan
menyesuaikan pengajarannya pada pengajaran dituntut kemampuannya untuk dapat
perkembangan tersebut. Hal ini sejalan dengan menyampaikan bahan ajar kepada siswa dengan
apa yang dikatakan Riseffendi (1991 : 21), baik. Untuk itu guru perlu mendapat pengetahuan
“Kehidupan di dunia ini berubah, teknologi tentang materi dan cara yang tepat dan efektif
berubah, masyarakat berubah, pengajaran dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan
berubah, semuanya berubah. Untuk dapat melihat langsung, anak dapat termotivasi untuk

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 75


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

membangun gagasan-gagasan yang menarik dan karakter akan tumbuh ke arah yang sesuai
membentuk konsepsi sendiri. dengan tuntutan masyarakat.
Untuk keberhasilan pembelajaran guru Menurut Herry Koesyanto (2003:10),
harus kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar adalah berusaha atau berlatih agar
belajar lebih baik jika lingkungan belajar mendapatkan kepandaian. Arti belajar dasar
diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermain bola voli tak lain adalah berlatih teknik
baik bermakna jika siswa mengalami apa yang dasar bola voli agar terampil dalam bermain bola
dipelajari agar siswa memiliki kompetensi yang voli. Adapun teknik dasar bola voli yang dapat
diharapkan. Bukan sekedar mengetahui saja. dipelajari diantaranya adalah teknik dasar servis,
Pembelajaran yang berorientasikan pada pas (passing), umpan (set-uper), smash, dan
keterampilan proses ini diharapkan dapat bendungan (block).
meningkatkan pemahaman pada materi Servis merupakan salah satu teknik
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar dalam permainan bola voli. Pada mulanya servis
siswa hanya merupakan pukulan awal untuk
Siswa dalam pembelajaran dimulainya suatu permainan, tetapi jika ditinjau
dPenjas ndang sebagai individu yang sedang dari sudut taktik sudah merupakan suatu
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan serangan awal untuk diperoleh nilai agar suatu
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan regu berhasil diraih kemenangan (M. Yunus,
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak 1992:68-69). Pendapat serupa juga dinyatakan
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, Beutelstahl (2005:9), bahwa mulanya servis
melainkan organisme yang sementara berada hanya dPenjas ndang sebagai pukulan
pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan permulaan saja, cara melempar bola untuk
belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat memulai permainan. Tetapi servis kemudian
perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan berkembangan menjadi suatu senjata yang
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur ampuh untuk menyerang. Servis harus dilakukan
atau “penguasa” yang memaksakan kehendak, dengan baik dan sempurna oleh semua pemain,
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar karena kesalahan pemain mengakibatkan
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap pertambahan angka dari lawan dan uniknya lagi
perkembangannya. setiap pemain harus melakukan servis ini.
Siswa memiliki kecenderungan untuk Demikian pentingnya kedudukan servis dalam
belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. permainan bola voli, akan teknik dasar servis
Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang harus dikuasai dengan baik. Oleh karena itu
dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah, servis harus keras dan terarah dengan tujuan agar
belajar bagi mereka adalah mencoba tidak mudah diterima oleh lawan yang berarti
memecahkan setiap persoalan yang menantang. pihak pemegang servis mendapatkan agka.
Dengan demikian, guru berperan dalam memilih Servis ada bermacan-macam, di mana
bahan-bahan belajar yang dianggap penting masing-masing memiliki nama, sifat dan teknik
untuk dipelajari oleh siswa. sendiri-sendiri. Menurut Suharno HP. (1979:12),
Kegiatan belajar yang berlangsung di ada dua macam pukulan servis yang di kenal dan
sekolah yang bersifat formal, disengaja sering dimainkan yaitu servis tangan bahwan dan
direncanakan dengan bimbingan guru dan bentuk servis tangan atas. Servis atas adalah servis yang
pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai dan sering digunakan oleh pemain pemula, karena
dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan servis ini merupakan servis yang sangat
belajar, dipersiapkan bahan yang harus dipelajari, sederhana dan mudah. Gerakan servis atas lebih
dipersiapkan juga metode pembelajaran yang alamiah dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu
sesuai dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui besar (M. Yunus, 1992:69). Jadi servis ini sesuai
kemajuan belajar siswa. diajarkan terutama untuk pemain yang masih
Bola voli merupakan salah satu cabang dalam taraf belajar/berlatih seperti anak sekolah.
olahraga permainan yang termasuk dalam materi Penggunaan pendekatan pembelajaran
pokok pendidikan jasmani. Banyak manfaat yang yang tepat bagi siswa yang sedang belajar servis
diperoleh dengan bermain bola voli yang akan memudahkan pelaksanaan proses belajar
diantaranya adalah dapat membentuk sikap tubuh mengajar guna mencapai tujuan yang telah
yang baik meliputi anatomis, fisiologis, ditetapkan. Adapun salah satu pendekatan
kesehatan dan kemampun jasmani. Manfaatnya pembelajaran yang dapat digunakan untuk
bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan meningkatkan kemampuan servis bola voli yaitu

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 76


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pendekatan drill dan bermain. Dari kedua mana suatu organisme berubah prilakunya
pendekatan pembelajaran tersebut masing- sebagai akibat pengalaman ( Strategi Belajar
masing memiliki karakteristik yang berbeda dan Mengajar, 2004:2.3), Juga menurut Gagne
belum diketahui pendekatan mana yang lebih (1984) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
baik dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar proses di mana suatu organisme berubah akibat
servis atas dalam permainan bola voli pada siswa pengalaman.
kelas V SDN Jenggrik 1 yang sedang dalam Dengan menjalani proses, akan terjadi
taraf belajar teknik dasar bola voli. Untuk perubahan dalam diri seseorang, apabila sebelum
mengetahui hal tersebut perlu dibuktikan melalui menjalani proses belajar seseorang belum
penelitian. mempunyai pengetahuan akan sesuatu hal dan
Rendahnya nilai hasil belajar siswa belum mempunyai keterampilan tertentu dan
menggambarkan rendahnya tingkat kemampuan bersikap tidak menolak pada informasi yang
siswa pada mata pelajaran tersebut diatas. Mata diberikan, maka setelah menjalani proses belajar,
pelajaran PENJAS dari 18 siswa kelas V SDN ia akan menjadi tahu atau lebih tahu, dan menjadi
Jenggrik 1 hasil tes formatif tentang servis terampil atau lebih terampil. Proses perubahan
atas permainan bola volly dibawah nilai ideal yang terjadi harus relatif bersifat menetapkan
yaitu 5,33 . Jelas sekali terlihat bahwa adanya tidak terjadi hanya pada saat ini nampak, tetapi
perbedaan tentang kenyatan di lapangan dengan juga pada perilaku yang mungkin terjadi pada
tujuan yang diharapkan pada kurikulum, juga masa mendatang.
dengan harapan yang di inginkan guru dan Belajar adalah proses perubahan individu
peneliti pada umumnya yaitu siswa dapat yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman (
mengikuti setiap pembelajaran dengan antuasias Suherman dkk, 2003 ; 7 ), sedangkan
atau semangat sehingga dapat mencapai nilai pembelajaran merupakan upaya penataan
akhir dengan rata-rata <7. lingkungan yang memberi nuansa agar program
Berdasarkan data tersebut peneliti tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh
tertarik untuk melakukan Penelitian karena itu proses belajar bersifat internal dan
Tindakan Kelas, dalam upaya memperbaiki nilai unik dalam diri individu siswa, sedangkan
mata pelajaran Penjas di kelas V dengan judul pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
penelitian : “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa direncanakan yang bersifat rekayasa perilaku.
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Sedangkan pembelajaran berorientasi pada
Kesehatan tentang Servis atas permainan bola aktifitas siswa menghendaki keseimbangan
volly dengan Menggunakan menggunakan antara aktifitas fisik, mental termasuk emosional
pendekatan pembelajaran driil dan Bermain di dan aktifitas intelektual. 2) Wina Sanjaya, 2006,
Kelas V SDN Jenggrik 1 Kecamatan “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran Pendidikan” : Kencana : Jakarta : hal 135
2014/2015”. Keberhasilan belajar itu lebih banyak
Dengan demikian peneliti berkesimpulan ditentukan oleh tenaga pengajarnya. Hal ini
bahwa penelitian ini mutlak harus dilaksanakan, disebabkan tenaga pengajar selain sebagai orang
kerugian yang sangat besar bila penelitian ini yang berperan dalam proses transformasi
tidak dilaksanakan, bagi guru dan siswa. Guru pengetahuan dan keterampilan, juga dia
tidak akan bisa mengembangkan kreatifitasnya memandu segenap proses pembelajaran. Di
dalam mengajar dan bagi siswa sendiri tidak tangannyalah sebuah peristiwa belajar dapat
akan bisa menerima pelajaran secara optimal. berlangsung. Padanya pula pembelajaran
diarahkan ke mana akan dibawa.
LANDASAN TEORI Dalam pelaksanaan pembelajaran,
Pengertian Belajar penggunaan metode yang efektif adalah
Proses belajar merupakan bentuk prilaku penggunaan metode yang disesuaikan dengan
manusia yang sangat penting dan utama bagi karakteristik Kompetensi Dasar (KD) yang akan
kelangsungan hidup manusia. Proses belajar diajarkan oleh seorang guru, dengan tetap
membantu manusia menyesuaikan diri dengan memperhatikan latar belakang siswa serta faktor-
lingkungan di sekitarnya agar ia dapat faktor lain yang dapat mendukung proses
mempertahankan kelangsungan hidupnya. pembelajaran tersebut.
Banyak pengertian belajar yang dikemukakan
oleh para ahli, salah satunya menurut Gagne
(1984), bahwa belajar adalah suatu proses di

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 77


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Pendekatan Pembelajaran Drill Teknik dasar bola voli harus dipelajari


Permainan bola voli merupakan cabang terlebih dahulu guna pengembangan mutu
olahraga yang dapat dimainkan oleh anak-anak prestasi pembinaan bola voli. Penguasaan teknik
sampai orang dewasa, baik laki-laki maupun dasar bola voli merupakan salah satu unsur yang
perempuan. Seperti yang dikemukakan oleh M. turut menentukan menang atau kalahnya suatu
Yunus (1992:1) bahwa permainan bola voli dapat regu dalam permainan disamping unsur-unsur
dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, dari kondisi fisik dan mental (1979:15). Teknik dasar
anak-anak sampai orang dewasa, laki-laki tersebut harus benar-benar dikuasai terlebih
maupun perempuan, baik masyrakat kota sampai dahulu, sehingga dapat mengembangkan mutu
pada masyarakat desa. permainan. Namun keterampilan teknik saja
Saat ini permainan bola voli yang belum dapat mengembangkan permainan untuk
digunakan sudah mengacu pada peraturan penguasaan teknik yang benar perlu diterapkan
internasional, bahwa permainan bola voli adalah suatu taknik. Taktik adalah suatu siasat yang
olahraga beregu, dimainkan dua regu di setiap diperlukan dalam bola voli untuk mencari
lapangan dengan dipisahkan oleh net. Tujuan kemenangan secara sportif. Jadi untuk dapat
dari permainan ini adalah melewatkan bola di mengembangkan dan memenangkan suatu
atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai daerah diperlukan teknik dan taktik yang benar. Teknik
lawan dan mencegah agar bola yang sama dasar permainan bola voli selalu berkembang
(dilewatkan) tidak tersentuh lantai dalam sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan
lapangan sendiri. Di setiap regu bola dapat teknologi dan ilmu-ilmu yang lain. Adapun
dimainkan tiga kali pantulan untuk dikembalikan teknik-teknik dalam permainan bola voli
bola itu (kecuali dalam perkenaan meliputi: (1) servis, (2) pas, (3) umpan, (4) smas,
bendungan). Permainan bola di udara (rally) dan (5) bendungan (M. Yunus, 1992:68). Lebih
berlangsung secara teratur sampai bola tersebut lanjut berikut ini dijelaskan secara mendalan
tersentuh lantai atau bola keluar atau satu regu tentang teknik-teknik dasar permainan bola voli
mengembalikan bola secara sempurna dan tersebut.
pukulan bola oleh server melewati di atas net ke
daerah lawan Dalam permainan bola voli hanya Servis dalam Permainan Bola Voli
regu yang menang satu rally permainan diperoleh Teknik dasar servis dapat dikelompokkan
satu angka, hingga salah satu regu menang dalam menjadi dua yaitu 1) menurut posisi bola
dengan terlebih dahulu dikumpulkan minimal terhadap badan dan 2) menurut putaran bola
dua puluh lima angka dan untuk set (1992:69-71) .
penentuan lima belas angka (PBVSI, 2001). Menurut posisi bola terhadap badan,
Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil teknik dasar servis dapat dibedakan menjadi : 1)
yang optimal, maka dalam kegiatan pelatihan Servis tangan bawah (underhand service) terdiri
perlu memperhatikan berbagai komponen yang dari : back spin, oud side spin, in side spin,
menunjang. Menurut M. Yunus (1992:61), guna cutting underhand service, dan floating
meningkatkan kemampuan bermain bola voli underhand, 2) servis dari samping (side arm
perlu ditingkatkan unsur-unsur yang meliputi: service) terdiri dari : cutting side arm service dan
kondisi fisik, teknik, taktik, kematangan mental, floating side arm service, 3) servis dari atas
kerja sama dan pengalaman dalam bertanding (Overhead service) terdiri dari : tennis service,
floating service, slide floating overhand service
Teknik Dasar Permainan Bola Voli (overhand change up service), jumping service,
Teknik dasar adalah cara melakukan overhand round hause service (hook service atau
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara cekis service), dan honggaria overhand service.
efektif dan efesien sesuai dengan peraturan yang Menurut putaran bola servis dapat dibedakan
berlaku untuk mencapai hasil yang optimal menjadi : top spin,back spin, in side spin, out
(1992:68). Sedangkan yang dimaksud dengan side spin dan fload.
teknik dasar permainan bola voli adalah suatu Menurut Suharno HP. (1979:12), secara
proses melahirkan keaktifan jasmani dan umum ada dua macam pukulan servis yang di
pembuktian suatu praktek dengan sebaik kenal dan sering dimainkan yaitu servis tangan
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti bawah dan servis tangan atas. Servis atas
dalam cabang permainan bola voli (Suharno HP, underhand service) adalah servis yang sering
1979:14). digunakan oleh pemain pemula, karena servis ini
merupakan servis yang sangat sederhana dan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 78


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

mudah. Gerakan servis atas lebih alamiah dan pendekatan pembelajaran dengan memilah-milah
tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar (M. teknik gerakan servis bawah. Artinya
Yunus, 1992:69). pembelajaran servis atas yaitu dengan melakukan
gerakan teknik-teknik servis atas secara
Pendekatan Pembelajaran Servis Atas berulang-ulang. Berkaitan pendekatan drill
Pengertian Pendekatan Pembelajaran Amung Ma’mum & Toto Subroto (2001:7)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan, pendekatan drill adalah cara belajar
(2001:725), pendekatan diartikan sebagai proses, yang lebih menekankan komponen-komponen
metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Dalam teknik.
kaitannya dengan penelitian ini pendekatan Berdasarkan pengertian pendekatan
diartikan dengan metode mengajar. Berkaitan konvensional tersebut dapat disimpulkan bahwa,
dengan metode mengajar Aif Syarifuddin dan pendekatan konvensional merupakan metode
Muhadi (1991/1992:292) menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan pada
metode mengajar adalah suatu cara yang penguasaan teknik suatu cabang olahraga yang
digunakan oleh guru untuk menentukan urutan dalam pelaksanaanya dilakukan secara berulang-
kegiatan di dalam melaksanakan kegiatan belajar ulang. Dalam hal ini pembelajaran servis atas
mengajar sebagai salah satu usaha mencapai dengan pendekatan konvensional dilakukan
tujuan yang telah ditetapkan. drilling atau latihan secara terus menerus.
Pendekatan mengajar adalah cara yang Sugiyanto (1993:371) menyatakan, dalam
mempergunakan teknik yang beraneka ragam pendekatan drill siswa melakukan gerakan-
yang didasari oleh pengertian yang mendalam gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan
dari guru akan memperbesar minat belajar guru dan melakukannya secara berulang-ulang.
murid-murid sehingga mempertinggi hasil Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar
belajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat terjadi otomatisasi gerakan. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran dalam pendekatan drill perlu disusun tata urutan
merupakan suatu cara yang dilakukan guru pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif,
dalam proses belajar mengajar agar siswa dapat sehingga akan diperoleh hasil belajar yang
terlibat aktif dalam melaksanakan tugas ajar optimal. Lebih lanjut (Sugiyanto, 1993:372).
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keaktifan siswa melakukan tugas ajar
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang sangat dituntut dalam pendekatan konvensional.
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam Seperti dikemukakan Rusli Lutan (1988:399)
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan bahwa, keaktifan sendiri dari pihak siswa
instruksional tertentu. merupakan kunci utama penguasaan dan
Pendekatan pembelajaran merupakan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan
aktifitas guru dalam memilih kegiatan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik
pembelajaran apakah guru akan menjelaskan yang ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan
suatu pengajaran dengan materi bidang studi self-activity dari pihak siswa itu sendiri.
yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, atau Sedangkan guru bertugas mengarahkan
dengan menggunakan materi yang terkait satu penguasaan gerak, melakukan koreksi dan
dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik adalah
yang berbeda, atau bahkan merupakan materi penting terhindar dari pola gerakan yang salah
yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi dari teknik yang dipelajari. Seperti dikemukakan
disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran Sugiyanto (1993:372) bahwa, setiap pelaksanaan
merupakan penjelasan untuk mempermudah bagi drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian
siswa untuk memahami materi ajar yang tertuju pada kebenaran gerak.
disampaikan guru, dengan tetap memelihara
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
METODE
Pengertian pendekatan konvensional (Drill) Rancangan Penelitian
Ditinjau dari Kamus Umum Bahasa Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Indonesia (2001:592) konvensional Yang dijadikan subjek peneliti pada
diartikan, kesepakatan umum seperti dat istiadat, penelitian tindakan kelas adalah guru dan siswa
kebiasaan, kelaziman dan tradisional. Dalam hal kelas V SDN Jenggrik 1 Kecamatan
ini pembelajaran servis atas bola voli dilakukan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dengan jumlah
dengan pendekatan konvensional yaitu, siswa sebanyak 18 siswa terdiri dari 6 siswa laki-

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 79


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

laki dan 12 siswa perempuan, pada kegiatan  Membuat suasana belajar menarik agar
pembelajaran gaya magnet dengan menggunakan siswa antusias dalam belajar
alat peraga sederhana, dengan jadwal perbaikan  Bertanya jawab tentang servis atas
pembelajaran yang dilaksanakana di SDN permainan bola volly
Jenggrik 1 Kedunggalar Kabupaten Ngawi, dari  Melakukan permainan yang
tanggal 03 September 2014 sampai dengan berhubungan dengan servis tas
tanggal 08 September 2014 dengan jadwal permainan bola volyy
sebagai berikut : materi: servis atas permainan  Memancing siswa agar bertanya jawab
bola volly siklus pertama tentang materi pembelajaran
tanggal 3 September 2014 Jam pertama. Siklus  Melakukan perminan bola voly
kedua tanggal 6 September 2014 Jam ketiga  Menyimpulkan materi pembelajaran
 Tes tertulis
Prosedur Perbaikan Pembelajaran Jika hasil belajar siswa belum signifikan
Desain perbaikan pembelajaran pada maka dilanjutkan ke siklus berikutnya.
mata pelajaran Penjas di kelas V yaitu dengan
menggunakan siklus belajar dan pelaksanaan Teknik Analisis Data
perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan Instrumen adalah alat untuk
disetiap siklusnya mempunyai langkah-langkah mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
sebagai berikut : digunakan dua macam instrumen penelitian,
1. Mengkondisikan siswa agar siap menerima yaitu :
pelajaran yang akan disampaikan 1. Test Hasil Belajar
2. Menyampaikan materi pelajaran secara Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat
runtut dan jelas lain yang digunakan untuk mengukur,
3. Membahas materi pelajaran dengan keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
metode bervariasi dan pendekatan yang kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
sesuai individu atau kelompok. (Arikunto, 1993:
4. Menyimpulkian materi pelajaran 132). Instrumen ini digunakan untuk
5. Memberikan tugas dan pekerjaan rumah mengungkapkan pengetahuan akhir siswa setelah
sebagai penguatan akan materi yang ada tindakan. Jenis test berupa test objektif dan
diajarkan essay.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi Butir soal test meliputi aspek kognitif dan
yaitu banyaknya siswa yang memperoleh nilai aspek psikomotor, sedangkan untuk aspek afektif
rendah dan tidak dapat mempraktikan sesuai dapat dilihat pada bagian non tes dengan skala
dengan materi yang di ajarkan. Maka beberapa sikap, dapat dilihat pada lampiran.
kegiatan khusus yang dapat perhatian dalam Instrumen test dalam penelitian ini
perbaikan mata pelajaran Penjas dengan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
menggunakan pendekatan dalam pembelajaran Penjas dengan
pembelajaran drill dan bermain. menggunakan pendekatan pembelajaran drill dan
Deskripsi persiklusnya sebagai berikut : bermain.
1. Rencana Perbaikan 2. Non Test
1) Mata Pelajaran Penjas kelas V a. Observasi. Instrumen non tes berupa
a. Siklus I lembar observasi, yaitu pengamatan tingkah laku
 Menyusun materi secara sistematis pada situasi tertentu yang pengisiannya dapat
 Membuat Rencana Pelaksanaan dilakukan oleh peneliti atau teman sejawat atas
Pembelajaran dasar pengamatan terhadap perilaku peneliti dan
 Menggunakan media pembelajaran siswa (Depdiknas, 2002: 119). Lembar observasi
 Menerapkan metode pembelajaran digunakan selama PBM berlangsung.
yang bervariasi Observasi ini digunakan untuk mengungkapkan
 Memberikan kesempatan kepada siswa aktifitas siswa dan guru selama kegiatan
untuk bertanya pembelajaran berlangsung , observasi dilakukan
b. Siklus II secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas
 Membuat RPP menggunakan metode V di SDN Jenggrik 1 Kecamatan Kedunggalar
bervariasi khususnya pendekaatan Kabupaten Ngawi. Observasi dilakukan pada
pembelajaran drill dan bermain situasi normal.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 80


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen
yang berarti barang-barang tulis “ (Arikunto,
1993:131).
Studi dokumentasi dalam penelitian ini
dilaksanakan untuk melengkapi data-data
yang diperoleh dari hasil tes dan observasi.
Dalam penelitian ini,peneliti meneliti catatan
berupa silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang berisi tentang
o Standar kompetensi. Pembahasan
o Kompetensi Dasar. Berdasarkan hasil diskusi dengan
o Tujuan pembelajaran. teman sejawat, pembelajaran pada mata
o Pengembangan materi pembelajaran. pelajaran Penjas di kelas V , sudah
o Pemilihan metode pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan, hal ini bisa
o Pemilihan media dan alat pembelajaran. dibuktikan dengan hasil evaluasi pada awal (Pra
o Pengembangan evaluasi atau penilaian. Siklus) memperoleh nilai rata-rata sangat rendah.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran Siklus
HASIL PEMBAHASAN I dan Siklus II, dan mengalami peningkatan yang
Hasil Pengolahan Data signifikan.
Hasil observasi terhadap nilai yang diperoleh Hasil evaluasi pada
siswa pada mata pelajaran Penjas kelas V pelajaran Penjas tentang Servis atas permainan
sebagai berikut : bola volly di Kelas V yang jumlah siswanya 18
Rekapitulsi Nilai Ulangan Formatif Mata orang diperoleh data sebagai berikut :
Pelajaran Penjas di Kelas V tentang Servis atas 1. Pra Siklus, siswa yang memperoleh nilai 7 ke
permainan bola volly dengan menggunakan atas ada 6 orang, dan rata-rata kelas 5,33 atau
Pendekatan pembelajaran drill dan bermian 53%
sebagai berikut. 2. Siklus I siswa yang memperoleh nilai 7 ke
atas ada 7 orang, dengan rata-rata kelas 6.00
atau 60 %
3. Siklus II siswa yang memperoleh nilai 7 ke
atas ada 18 orang dengan rara-rata kelas 8,22
atau 82 %
Dari data di atas terlihat adanya
perubahan hasil belajar siswa yang signifikan
pada setiap siklusnya itu dikarenakan
pembelajaran dengan menggunakan metode dan
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
materi pembelajaran.
.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas, penulis melakukan perbaikan
pembelajaran pada mata pelajaran
Penjas drill dan bermain dengan menggunakan
pendekatan pembelajr di kelas V SDN Jenggrik
1 , maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu perhatian siswa akan terfokus pada
pelajaran jika guru menyajikannya menggunakan
pendekatan yang sesuai dapat meningkatkan
hasil belajardan aktifitas belajar siswa, hal ini
dibuktikan dari nilai rata-rata tes formatif , pada
mata pelajaran Penjas di kelas V diperoleh nilai

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 81


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pra siklus 5.33, siklus I 6.00 dan siklus II 8.22, DAFTAR PUSTAKA
terlihat ada peningkatan yang signifikan dari
setiap siklusnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006)
Berdasarkan uraian di atas bahwa Kurikulum 1994 Suplemen GBPP Tahun 1994
penggunaan pendekatan pembelajaran drill dan Abu Ahmadi dan Prasetyo (2005). (SBM)
bermain dalam pembelajaran Penjas di sekolah Strategi Belajar mengajar. Bandung:
dasar dapat merangsang siswa untuk memahami Pustaka Setia Amung,
dan menemukan pemecahan masalah yang Ma’mun dan Toto Subroto 2001. Pendekatan
ditemuinya selama proses pembelajaran, Ketrampilan Taktis dalam Permainan
menemukan ide dan gagasan baru dalam Bola Volly. Jakarta : Dirjen Olahraga.
memodifikasi keadaaan yang disaksikan Barbara I, V dan Bonnie J.F 1996 Bola Volly
langsung, menumbuhkan sifat kritis yang (Bimbingan Petunjuk dan Teknis
dinyatakan dalam wujud kemauan bertanya dan Bermain), Semarang : Dahara Prince
mengemukakan pendapat serta melatih Beutelstahl, Dieter, 2005. Belajara Bermain Bola
keterampilan siswa dalam mengkomunkasikan Volly, Bandung: Pioner Jaya. Depdikbud,
hasil suatu kegiatan baik secara lisan, tertulis 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
maupun praktek. Dengan kata lain, penggunaan Jakarta: Balai Pustaka.
pendekatan pembelajaran yang sesuai Chaplin C.P. (1995). Kamus Lengkap Psikologi.
dengan karakter dalam pembelajaran lebih Jakarta: Rajawali Press
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa Danar W.R. (2003). Beberapa Pendekatan
dan mengefektifkan pencapaian tujuan, baik Pembelajaran Penjas. Makalah Forum
tujuan secara umum maupun khusus. Komunikasi Interhrasi Vertikal Pendidikan
Sains. Cisarua Bogor.
Saran Mikarsa, H. Tafik, A. dan Priyanti, P.J. (2002).
Berdasarkan temuan penelitian Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka Terbuka.
rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai Rukmana, A dan Suryana, A. (2006).
berikut : Pengelolaan Kelas, Bandung : UPI PRESS
1. Dalam setiap pembelajaran Sugiyanto, 1993. Belajar Gerak. Jakarta: Koni
Penjas disarankan bagi pelaksana pendidikan Pusat.
untuk melaksanakan pembelajaran dengan Suharno HP. 1979. Dasar-Dasar Permainan
mengunakan strategi yang sesuai dengan Bola Volly, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
karakter siswa dan lingkungannya, juga Panuju, Redi. (2005). Panduan Menulis Untuk
disarankan menggunakan pendekatan Pemula. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran yang sesuai dengan Pradopo, Rachmad joko. (1993). Pengkajian
kemampuan siswa dan melibatkan siswa di Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
dalamnya. Setiap pembelajaran diusahakan Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. (2002).. Media
mengunakan media yang sesuai dan media Pengajaran. Yogyakarta: Sinar Baru.
penunjang lainnya untuk membuktikan Algesindo
konsep-konsep pembelajaran agar siswa Sumantri, Mulyani (1998) Strategi Belajar
memahami konsep-konsep tersebut secara Mengqjar. Jakarta: Depdikbud.
optimal. Sunaryo Kartadinata, Nyoman Dantes. (1998)
2. Kepada pihak terkait, dalam hal ini pengawas Landasan-Landasan Pendidikan Sekolah
TK/SD, kepala sekolah beserta guru, baik Dasar. Jakarta: Depdikbud.
guru kelas maupun guru bidang studi Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan
Penjas perlu memperhatikan kondisi siswa Sastra. Surabaya: Penerit SIC.
dalam setiap pembelajaran, kondisi sekolah
Tarsito. Suharianto,S. (2005). Dasar-Dasar Teori Sastra.
dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, Semarang: Rumah Indonesia Media
sehingga tujuan pembelajaran dapat Statistika. Bandung.
memenuhi standar kompetensi yang Wardani I. G.A.K. Dr. Prof. Siti Julaeha. M.A,
ditetapkan. Ngadi Marsinah, M.Pd. (2005) Penetapan
3. Sebagai kelanjutan dan rekonstruksi dari Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta :
penelitian ini, kepada peneliti lain agar lebih Universitas Terbuka
baik dari apa yang telah dilaksanakan
penulis.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 82


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

MENINGKATKAN PRESTASI BAHASA INGGRIS KOMPETENSI BERBICARA


SISWA KELAS VIID SMPN 2 JOGOROGO DENGAN TEKNIK PERMAINAN
ULAR TANGGA TAHUN 2014/2015

Oleh : Dra. Lilik Nurhidayat


SMPN 2 Jogorogo, Kec. Jogorogo, Kab. Ngawi
e-mail: liliknurhidayat @yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Meningkatkan Menulis Puisi, Model Pembelajaran Picture and Picture

Latarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya kompetensi berbicara siswa kelas VIID SMP
Negeri 2 Jogorogo. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah permainan
Ular Tangga dapat meningkatkan kompetensi berbicara peserta didik kelas VIID SMP Negeri 2
Jogorogo pada Tahun Akademik 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngawi pada
bulan Juli 2014. Metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah siswa
kelas VII D SMP Negeri 2 Jogorogo. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Di dalam siklus
tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk pengumpulan data,
peneliti mengumpulkan dari kuesioner, observasi, dan wawancara untuk mengetahui motivasi siswa
dalam proses belajar, dan tes untuk mengetahui peningkatan kompetensi mereka dalam pembelajaran
teks. Untuk menganalisis data tersebut, peneliti menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data
dari kuesioner, observasi, dan wawancara dianalisis secara kualitatif, sedangkan dari hasil tes
dianalisa secara kuantitatif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ular Tangga merupakan permainan yang mampu
meningkatkan kompetensi berbicara peserta didik. Hal itu terlihat dari hasil peningkatan kompetensi
berbicara peserta didik yang didukung oleh hasil tes. Rerata skor awal adalah 70,1 dan meningkat
menjadi 77,7 di pos tes siklus pertama dan meningkat menjadi 80,9 di pos tes siklus ke dua. Karena
hasil pos tes pertama masih belum memnuhi KKM maka penelitian dilanjutkan di siklus ke dua.
Peneliti bertekad untuk tidak melanjutkan ke siklus ke tiga karena hasil di siklus ke dua sudah
dianggap baik. Jadi, proses penelitian tindakan kelas berakhir pada siklus ke dua.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan Ular Tangga
membantu para peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berbicara mereka. Oleh karena itu,
disarankan bahwa (1) agar para guru lebih baik untuk menerapkan permainan Ular Tangga dalam
pembelajaran berbicara, (2) Para siswa menggunakan permainan Ular Tangga untuk meningkatkan
kompetensi berbicara mereka karena dapat membantu siswa untuk memahami teks secara
komprehensif dan (3) Bagi para peneliti mendatang, mampu melakukan penelitian serupa dengan
sampel yang berbeda dan kondisi siswa yang berbeda.

PENDAHULUAN
Seringkali Kita Mengernyitkan Dahi Bukan Pula Bahasa Kedua, Yang
Mengetahui Kenyataan Seorang Lulusan Sekolah Dikomunikasikan Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Lanjutan Atas Bahkan Perguruan Tinggi, Harus Sedangkan Bahasa Adalah Kebiasaan, Artinya
Berjibaku Untuk Bisa Berbicara Bahasa Inggris. Harus Diterapkan Dan Digunakan Dalam
Padahal Mata Pelajaran Tersebut Merupakan Kehidupan Sehari-Hari Sehingga Mudah
Menu Pokok Di Setiap Jenjang Pendidikan, Diingat.
Tambahan Tatap Mukanyapun Termasuk Sejenak Melongok Proses Pembelajaran
Banyak. Akan Tetatpi Mengapa Lususannya Tak Dalam Kelas, Dimana Guru Terbiasa Dengan
Mampu Hanya Sekedar Bercakap-Cakap Dalam Kesibukannya Memberikan Pemahaman
Bahasa Asing Tersebut. Mengenai Penerapan Bahasa Sebagai Sarana
Layak Dipahami Bahwa Bahasa Inggris Komunikasi. Untuk Membangun Kompetensi
Dalam Kurikulum Merupakan Bahasa Asing, Komunikatif Berbahasa Diperlukan Kosakata,

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 83


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Idiom, Dan Pengetahuan Lainnya. Namun Guru Mendasar Kondisi Diatas, Sudah
Dalam Proses Di Dalam Kelas Guru Membuat Selayaknya Guru Memperbaiki Kondisi
Peserta Didik Berbicara Dengan Cara Mereka Kompetensi Berbicara Melalui Memperbaiki
Menghafal Beberapa Dialog Lalu Diuji Apakah Teknik Guru Dalam Mengajar Berbicara
Mereka Dapat Menampilkannya Dengan Baik. Sehingga Kegiatan Yang Dipilih Untuk Kelas
Jika Peserta Didik Menghafal Dengan Baik Berbicara Bukan Memaksa Siswa Untuk
Maka Akan Mendapatkan Nilai Yang Lebih Berbicara. Berikutnya, Menjadikan Peserta Didik
Tinggi, Sebaliknya Pada Siswa Yang Bukan Tipe Sebagai Pusat Kegiatan Belajar Mengajar. Lalu,
Menghafa Akan Kesulitan Untuk Meraih Nilai Mengubah Sikap Dan Motivasi Siswa Terhadap
Baikl. Menghafal Bukanlah Kegiatan Yang Salah Berbahasa Inggris Dan Tujuan Pembelajaran
Tetapi Tujuan Pembelajaran Berbicara Adalah Berbahasa Inggris. Berikutnya Adalah
Mengembangkan Kompetensi Komunikatif. Mengembangkan Teknik Dasar Dan
Menghafal Beberapa Ungkapan Atau Ekspresi Meggabungkannya Dengan Media. Sehingga
Tidak Disarankan Bagi Peserta Didik Maupun Peserta Didik Dapat Menikmati Belajar Bahasa
Guru. Ekspresi Yang Diterapkan Dalam Inggris Melalui Contoh-Contoh Konkret Dari
Komunikasi Nyatalah Yang Akan Hal-Hal Yang Ditemukan Di Dunia Nyata.
Mengembangkan Indikator Kompetensinya. Dalam Hal Ini Peneliti Memperkenalkan Teknik
Berdasarkan Hasil Penerimaan Peserta Dasar Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi)
Didik Tahun Pelajaran 2014/2015 Di SMP Yang Digabungkan Dengan Pemanfaatan
Negeri 2 Jogorogo, Didapatkan Hasil Nilai Mata Permainan Ular Tangga.
Pelajaran Bahasa Inggris Berada Diposisi Menuruthttp://En.Wikipedia.Org/Wiki/S
Terendah. Sebagai Contoh Adalah Kelas 7D, nakes_And_Ladders: (Ular Dan Tangga)
Sebanyak 60% Siswa Memiliki Nilai Dibawah Kesederhanaan Dan Mudah Dimainkan
KKM, 80. Sedangkan Rerata Kelas Hanya Membuatnya Populer Dengan Anak Muda.
Mencapai 70,1. Ada Beberapa Penyebab Yang Permainan Tersebut Dipilih Karena Murah Dan
Layak Diperhatikan, Pertama Dari Peserta Didik Sangat Terjangkau, Mudah Didapat, Mudah
Itu Sendiri, Ketidakberanian Untuk Pula Dimainkan. Perangkat Ular Tangga
Mengekspresikan Ide-Ide Mereka Di Kelas, Modifikasi Bisa Dibuat Dengan Mudah Secara
Menghindari Menjawab Pertanyaan Guru, Takut Manual Ataupun Dicetak. Dadu Dan Penanda
Membuat Kesalahan Dalam Berbicara, Pemain Bisa Pula Dibuat Sendiri Dengan Cara
Keterbatasan Kosakata, Serta Pemamhaman Memotong Penghapus Dan Menandainya. Semua
Bahwa Bahasa Inggris Tidak Diperlukan Dalam Bahan Yang Dibutuhkan Sangat Mudah Didapat.
Kehidupan Sehari-Hari. Penyebab Berikutnya Dalam Prosesnyapun, Semua Anak Bisa
Berasal Dari Guru. Guru Mendominasi Proses Melakukan Karena Permainan Ular Tangga
Belajar Mengajar. Guru Berbicara Lebih Banyak Memang Familiar Di Kalangan Anak-Anak.
Dari Peserta Didik, Jarang Melakukan Kegiatan
Berbicara Hal Yang Bersangkut Paut Dengan Rumusan Masalah
Kehidupan Sehari-Hari. Seringkali Tugas Berdasarkan Latar Belakang Masalah Diatas,
Berbicara Disampaikan Secara Tertulis. Suasana Maka Bisa Didapatkan Pertanyaan Sebagai
Kelas Turut Menyumbang Rendahnya Berikut:
Kompetensi Berbicara. Terbatasnya Penggunaan 1. Apakah Permainan Ular Tangga Dapat
Media Pembelajaran, Guru Hanya Meningkatkan Kompetensi Berbicara Peserta
Memanfaatkan Fasilitas Yang Ada Yaitu Didik Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Whiteboard Dan Spidol. Tak Ayal Hal Ini Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2
Menjadikan Peserta Didik Tidak Tertarik Atau Jogorogo Tahun Akademik 2014/2015?
Tidak Termotivasi Untuk Belajar Dan Berbicara
Bahasa Inggris.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 84


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Cara Pemecahan Masalah 5. Refleksi


Mendasar Kondisi Diatas, Sudah Selayaknya Ini Adalah Waktu Untuk Menganalisis Data
Guru Memperbaiki Kondisi Kompetensi Dari Lapangan. Pada Tahap Ini, Penemuan
Berbicara Siswa. Tindakan Yang Dilakukan Bisa Akan Kelemahan Dan Kekuatan
Melalui Memperbaiki Teknik Guru Dalam Pemanfaatan Ular Tangga Akan Terurai.
Mengajar Berbicara Sehingga Kegiatan Yang
Dipilih Untuk Kelas Berbicara Bukan Memaksa Tujuan Dan Manfaat
Siswa Untuk Berbicara. Berikutnya, Menjadikan Hasil Penelitian Ini, Diharapkan Dapat
Peserta Didik Sebagai Pusat Kegiatan Belajar Memberikan Manfaat:
Mengajar. Lalu, Mengubah Sikap Dan Motivasi 1. Bagi Siswa, Dapat Semangat Untuk Berlatih
Siswa Terhadap Berbahasa Inggris Dan Tujuan Berbahasa Inggris Secara Aktif Tanpa Takut
Pembelajaran Berbahasa Inggris. Berikutnya Membuat Kesalahan.
Adalah Mengembangkan Teknik Dasar Dan 2. Bagi Guru, Dapat Menjadi Masukan Untuk
Meggabungkannya Dengan Media. Sehingga Meningkatkan Kemampuan Teknik
Peserta Didik Dapat Menikmati Belajar Bahasa Mengajar Berbicara Dalam Proses Belajar
Inggris Melalui Contoh-Contoh Konkret Dari Mengajar.
Hal-Hal Yang Ditemukan Di Dunia Nyata. 3. Untuk Peneliti Lain, Dapat Berfungsi Sebagai
Dalam Hal Ini Peneliti Memperkenalkan Terknik Referensi Tambahan Untuk Melaksanakan
Dasar Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi) Penelitian Serupa.
Yang Digabungkan Dengan Pemanfaatan
Permainan Ular Tangga. LANDASAN TEORI
Konsep Berbicara
Rencana Tindakan Berbicara Adalah Salah Satu
Menurut Kemmis Dan Taggart (1988), Kompetensi Dalam Bahasa Inggris Yang
Penelitian Tindakan Kelas Memiliki Prosedur Dianggap Penting. Sebagai Keterampilan
Sebagai Berikut: Produktif Lisan, Kompetensi Berbicara
1. Merumuskan Masalah Penelitian Membutuhkan Peran Serta Aktif Pembicara Dan
Peneliti Menemukan Bahwa Kompetensi Pendengar. Pembicara Harus Mampu
Berbicara Peserta Didik Rendah. Masalah Menyampaikan Pesan Yang Ia Ingin Sampaikan
Diidentifikasi Oleh Pre-Test. Hal Ini Dalam Bahasa Yang Sesuai Dan Pendengar
Dilakukan Untuk Mengukur Kompetensi Harus Menafsirkan Pesan Tersebut. Byrne
Berbicara Awal Siswa. (1997:8) Memberikan Definisi Bahwasanya:
2. Perencanaan "Komunikasi Oral Adalah Proses Dua Arah
Pada Tahap Ini, Peneliti Harus Antara Pembicara Dan Pendengar Dan
Mempersiapkan Segala Sesuatu Yang Melibatkan Keterampilan Produktif Berbicara
Berhubungan Dengan Tindakan Yaitu Dan Keterampilan Reseptif Mendengarkan".
Rencana Pelajaran, Bahan Berbicara, Latihan Berbicara Melibatkan Tiga Bidang Pengetahuan:
Berbicara, Pra-Test Dan Post-Test. 1. Mekanika (Pengucapan, Tata Bahasa, Dan
3. Pelaksanaan Kosa Kata): Menggunakan Kata Yang Tepat
Langkah Berikutnya Adalah Melaksanakan Dalam Urutan Yang Benar Dengan
Tindakan Memberikan Strategi Permainan Pengucapan Yang Benar.
Ular Tangga Untuk Meningkatkan 2. Fungsi (Transaksi Dan Interaksi): Mengetahui
Kompetensi Berbicara Peserta Didik. Kapan Kejelasan Dari Pesan Penting
4. Pengamatan (Transaksi / Pertukaran Informasi) Dan
Periode Ini Dibutuhkan Kesabaran Peneliti Ketika Pemahaman Yang Tepat Tidak
Dan Pengamat Untuk Merekam Semua Hal Diperlukan (Interaksi / Membangun
Yang Terjadi Di Kelas. Hubungan)

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 85


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

3. Aturan-Aturan Sosial Dan Budaya Dan 4. Memberikan Umpan Balik Yang Tepat Dan
Norma-Norma (Turn-Taking, Kecepatan Koreksi. Siswa Benar-Benar Bergantung
Bicara, Panjang Jeda Antara Pembicara, Peran Pada Guru Untuk Umpan Balik Linguistik.
Relatif Dari Peserta): Memahami Bagaimana 5. Memberi Siswa Kesempatan Untuk Memulai
Untuk Memperhitungkan Siapa Yang Komunikasi Lisan, Tidak Selalu Guru.
Berbicara Kepada Siapa, Dalam Keadaan 6. Menggunakan Strategi Berbicara Seperti
Apa, Tentang Apa, Dan Untuk Alasan Apa. Meminta Klarifikasi, Menggunakan Filter
(Maksudku, Yah, Up), Menggunakan
Konsep Pengajaran Berbicara Parafrase, Meminta Seseorang Untuk
Pengajaran Berbicara Berarti Mengulang Hal-Hal.
Mengajarkan Pengetahuan Tentang Berbicara. Berdasarkan Teknik Desain Di Atas,
Guru Membantu Siswa Mengembangkan Teknik Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi)
Kompetensi Berbicara Dan Memberikan Peserta Merupakan Teknik Yang Tepat Untuk
Didik Kesempatan Berbicara Secara Nyata Digunakan Dalam Pengajaran Bahasa. Berikut
Layaknya Kehidupan Sehari-Hari Untuk Merupakan Tahapan Teknik Tersebut.
Mempersiapkan Peserta Didik Berkomunikasi Di 1. Tahap Presentasi
Kehidupan Nyata. Guru Membantu Peserta Didik Guru Memulai Pelajaran Dengan
Mengembangkan Kemampuan Tata Bahasa Menberikan Sebuah Situasi, Baik Memunculkan
Yang Benar, Kalimat Logis Yang Diterima. Atau Memberikan Pemodelan Beberapa
Tujuan Pengajaran Kompetensi Berbicara Pada Didasarkan Pada Situasi. Bisa Jadi Terdiri Dari
Level Sekolah Menengah Pertama Adalah Kalimat Model, Dialog Singkat Yang
Peserta Didik Mampu Mengungkapkan Makna Menggambarkan Item Sasaran, Baik Membaca
Dalam Percakapan Transaksional Dan Dari Buku Teks, Mendengar Dari Tape Atau
Interpersonal Dan Monolog Pendek Sederhana Bertindak Tutur Oleh Guru.
Untuk Berinteraksi Dalam Konteks Kehidupan 2. Tahap Praktek
Sehari-Hari. Pada Tahapan Ini Peserta Didik
Mempraktekkan Bahasa Baru Dengan Cara Yang
Konsep Teknik Triple P (Presentasi, Praktek, Terkontrol. Mereka Mengulangi Setelah Guru
Produksi) Atau Tape, Dalam Kelompok Atau Individual,
Guru Yang Efektif Mengajarkan Peserta Sampai Mereka Dapat Mengungkapkan Dengan
Didik Strategi Berbicara. Mereka Juga Benar. Kegiatan Lain Yang Sesuai Misalnya
Memberikan Kesempatan Yang Sebanyak- Menyelesaikan Kalimat Atau Dialog Dan
Banyaknya Kepada Peserta Didik Untuk Bertanya Jawab Dengan Menggunakan Bahasa
Mempraktikkan. Untuk Membantu Peserta Didik Target.
Mengembangkan Komunikasi Yang Efisien, 3. Tahap Produksi
Guru Dapat Menggunakan Teknik Dengan Tahap Ketiga Dalam Proses Ini Adalah
Kegiatan Yang Berimbang. Beberapa Tahap Evaluasi. Siswa Didorong Untuk
Pertimbangan Yang Layak Jadi Acuan Dalam Menggunakan Bahasa Baru Dengan Cara Lebih
Memilih Sebuah Teknik Adalah: Bebas. Mereka Diharapkan Bisa Membuat
1. Memberikan Keleluasaan Bagi Peserta Dialog Dan Mempraktekkannya. Mereka Bisa
Didik. Melakukan Improvisasi, Diskusi, Atau
2. Melibatkan Guru Untuk Memberikan Berkomunikasi Secara Bebas.
Motivasi.
3. Mendorong Penggunaan Bahasa Otentik Konsep Ular Tangga
Dalam Konteks Yang Bermakna Ular Tangga Adalah Permainan Anak-
Anak Yang Digemari Dan Mudah Dilakukan.
Permainan Ini Menggunakan Papan Permainan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 86


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Ular Dan Tangga, Dadu, Dan Pemain. Dalam Seseorang Lebih Bersemangat Dalam Meraih
Papan Ular Dan Tangga Ada 100 Kotak. Pola Sesuatu.
Permainannya, Cara Memainkannya Sangat
Mudah. Setiap Pemain Memiliki Giliran Untuk Rasional
Melempar Dadu, Setiap Mata Dadu Yang Keluar Ular Tangga Adalah Salah Satu Jenis
Merupakan Langkah Yang Harus Ditempuh Oleh Permainan Yang Dapat Digunakan Sebagai
Pemain. Kemenangan Didapat Dari Pencapaian Sarana Proses Belajar. Beberapa Keuntungan
Yang Lebih Awal Di Finish. Menggunakan Permainan Ular Tangga Dan
Tetapi Dalam Penelitian Ini, Peneliti Teknik Triple P (Presentasi, Praktek, Produksi)
Melakukan Modifikasi Atas Permainan Tersebut. Dalam Pembelajaran Bahasa Adalah Sebagai
Pertama, Papan Ular Tangga Tidak Hanya Berikut:
Berupa Angka Urutan Kotak, Tetapi Beberapa 1. Meningkatkan Kepercayaan Siswa Dalam
Berisi Pertanyaan Seputar Materi. Kedua, Cara Berbahasa Inggris
Permainannya Sedikit Diubah Yaitu Dengan 2. Siswa Akan Memiliki Semangat Untuk
Memberi Nilai Setiap Siswa Yang Mampu Mengatakan Sesuatu Tanpa Takut Membuat
Melaksanakan Tugas Yang Ada Di Dalam Kesalahan Dalam Pengucapan.
Kotak. Sehingga Kemenangan Diperoleh Siapa 3. Motivasi Siswa Untuk Belajar Bahasa
Yang Nilainya Paling Tinggi Dan Finish Di Inggris Lebih Baik Dari Sebelumnya.
Kotak Terakhir. Hipotesis
Untuk Memulai Permainan Ini, Peserta Setelah Membahas Tinjauan Teoritis
Didik Harus Melempar Dadu. Mata Dadu Yang Dan Rasional, Dapat Dirumuskan Hipotesis
Muncul Merupakan Jumlah Langkah Yang Harus Sebagai Berikut: "Jika Pembelajaran Bahasa
Ditempuh. Ketika Mata Dadu Keluar Angka Dilakukan Dengan Menggunakan Permaianan
Empat, Artinya Mereka Harus Melangkahkan Ular Tangga , Akan Meningkatkan Kompetensi
Pemainnya Empat Langkah. Ketika Berada Di Dan Motivasi Siswa Untuk Berbicara Bahasa
Langkah Terakhir Ada Enam Kemungkinan, Inggris ".
Yaitu Menjawab Pertanyaan, Meluncur Turun
METODE
Karena Di Kotak Ada Gambar Ular, Berikutnya
Lokasi Penelitian
Pemain Naik Otomatis Bila Bertemu Dengan
Penelitian Ini Dilakukan Di Kelas VII D
Tangga, Lalu Bertambah Point Secara Otomatis SMP Negeri 2 Jogorogo, Jawa Timur Pada
Atau Berkurang Secara Otomatis Pula Dan Tahun Akademik 2014/2015. SMP Negeri 2
Terakhir Diam Saja Karena Tidak Ada Kelima Jogorogo Terletak Di Jalan Raya Ngawi-
Perintah Tersebut Di Atas Alias Kotak Kosong. Jogorogo. SMP Negeri 2 Jogorogo Terdiri Atas
Setiap Pemain Berhasil Menjawab Pertanyaan Tiga Jenjang. Kelas 7, 8, Dan 9 Terdiri Masing-
Tugas Dengan Baik, Mereka Mendapat Skor Masing 4 Kelas. Setiap Kelas Terdiri Dari
Sepuluh. Skor Tertinggi Dan Tiba Paling Awal Sekitar 32 Siswa. Mereka Datang Ke SMP
Di Finish Adalah Pemenangnya. Negeri 2 Jogorogo Untuk Mendapatkan
Konsep Motivasi Pendidikan Yang Lebih Baik. Sebagai Sebuah
Pada Dasarnya, Motivasi Adalah Sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Nasional,
Semacam Dorongan Internal Yang Mendorong SMP Negeri 2 Jogorogo Adalah Sebuah Ikon
Seseorang Untuk Melakukan Hal-Hal Untuk Yang Menjadi Magnet Untuk Menjaring Animo
Mencapai Sesuatu (Harmer, 2001:51). Menurut Peserta Didik Yang Berasal Dari Seantero
Brown (2000:160-166), Motivasi Meliputi Ngawi. Singkat Kata, Peserta Didik Tersebut
Faktor-Faktor Seperti Kebutuhan Untuk Merupakan Yang Terbaik Karena Terjaring
Eksplorasi, Kegiatan, Stimulasi, Pengetahuan Melalui Serangkaian Tes Kemampuan
Baru, Dan Peningkatan Ego. Motivasi Membuat Akademik.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 87


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Titel RSBN Pula Yang Membuat SMP Digunakan Di Sekolah Berbasis Kurikulum
Negeri 2 Jogorogo Berbeda Dengan Sekolah Pengembangan, Pengembangan Profesional,
Reguler. Penyediaan Fasilitas Siswa Sangatlah Skema Sekolah Perbaikan Dan Sebagainya, Dan
Memadai. Seluruh Ruang Kelas Disediakan LCD Seperti Itu, Secara Aktif Melibatkan Guru
Monitor, Hotspot Area, Ruang Kelas Yang Sebagai Peserta Dalam Proses Pendidikan
Bersih Dan Nyaman, Toilet, Perpustakaan Yang Mereka Sendiri ". Dengan Nada Yang Sama,
Representatif, Laboratorium Ilmu Alam, Tempat Hinchey (2008: 7) Membenarkan Bahwa
Parkir, Kantin, Mushola, Kantor Guru Dan Penelitian Tindakan Adalah Penyelidikan Yang
Keamanan. Lembaga Ini Juga Memberikan Sistematis, Biasanya Terdiri Atas Beberapa
Siswa Pembelajaran Bilingual Untuk Matematika Siklus, Dilakukan Sendiri; Tujuannya Adalah
Dan IPA. Untuk Mengidentifikasi Tindakan Yang Akan
Dilakukan Untuk Membuat Sebuah Perbaikan.
Subyek Penelitian Sementara Sagor (2010: 5) Berpendapat Bahwa
Subjek Penelitian Adalah Siswa Kelas Penelitian Tindakan Adalah Setiap Penyelidikan
VIID SMP Negeri 2 Jogorogo. Mereka Yang Dilakukan Oleh Orang Atau Orang-Orang
Berjumlah 32, Terdiri Dari 14 Laki-Laki Dan 18 Yang Ditugaskan Untuk Mengambil Tindakan
Perempuan. Sebagian Besar, Mereka Mengenai Kegiatan Mereka Sendiri, Untuk
Berkompetensi Homogen, Siswa Dengan Tujuan Perbaikan Masa Depan Mereka. Namun,
Kompetensi Menengah Ke Atas, Serta Semangat Perlu Dicatat Bahwa Tidak Semua Penelitian
Yang Tinggi Untuk Mendapatkan Pengetahuan. Dapat Dilakukan Dengan Menggunakan Metode
Penelitian Tindakan. Jadi, Ada Baiknya Peneliti
Metode Penelitian
Penelitian Ini Dilakukan Sebagai Mengenal Karakteristik Penelitian Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti, Seorang Seperti Yang Diusulkan Oleh Baker (1999: 30):
1. Penelitian Tindakan Adalah Kontekstual,
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Jogorogo,
Dibantu Oleh Seorang Pengamat. Pengamat Dan Berskala Kecil Dan Lokal.
Peneliti Merancang, Merencanakan, Merevisi 2. Bersifat Mengevaluasi Dan Reflektif Karena
Prosedur Riset, Dan Membahas Hasil Refleksi Bertujuan Untuk Membawa Perubahan Dan
Bersama-Sama. Karena Penelitian Ini Adalah Perbaikan Dalam Praktek.
3. Bersifat Partisipatif Karena Menyediakan
Penelitian Tindakan Kelas, Itu Berarti Bahwa
Penelitian Tersebut Dilakukan Untuk Untuk Investigasi Kolaboratif Oleh Kolega,
Meningkatkan Proses Mengajar Dan Belajar. Praktisi Dan Peneliti.
Sebagaimana Dinyatakan Oleh Elliot (1991: 69): 4. Perubahan Dalam Praktek Didasarkan Pada
"Penelitian Tindakan Adalah Studi Tentang Pengumpulan Informasi Atau Data Yang
Situasi Sosial Dengan Maksud Untuk Menyediakan Dorongan Untuk Perubahan.
Meningkatkan Kualitas Tindakan Di Dalamnya. Tindakan Penelitian Yang Dilakukan Dalam
Hal Ini Bertujuan Untuk Memberi Makan Penelitian Ini Dirancang Untuk
Penilaian Situasi Konkret Praktis Dan Validitas Meningkatkan Kompetensi Berbicara Peserta
Teori-Teori Atau Hipotesis Itu Menghasilkan Didik.
Tidak Begitu Banyak Tergantung Pada Tes
Ilmiah Kebenaran, Seperti Pada Kegunaannya HASIL PEMBAHASAN
Dalam Membantu Orang Untuk Bertindak Lebih Pemnelitian Ini Menyajikan Hasil Dari
Cerdas Dan Terampil. Dalam Penelitian Penelitian Tindakan Kelas Menggunakan
Tindakan "Teori" Tidak Divalidasi Melalui Permainan Ular Dan Tangga Untuk
Praktek ". Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bagi
Peserta Didik Di Kelas VII D SMP Negeri 2
Mc Niff (1988: 1) Menganggap Jogorogo. Selanjutnya, Berikut Ini Merupakan
Penelitian Tindakan Sebagai Bentuk Self- Penjelasan Detail Dari Penelitian Ini:
Reflektif Penyelidikan Yang Sekarang Sedang

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 88


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Bel Berdering Menunjukkan Bahwa


1. Merumuskan Masalah Pelajaran Kedua Selesai, Peneliti Bergegas
Deskripsi Dari Temuan Dalam Penelitian Menuju Kelas VII D. Sebelum Memulai
Dapat Dijelaskan Sebagai Berikut: Pelajaran, Peneliti Memberikan Salam,
A. Pengamatan "Assalammualaikum Wr.Wb. Good Morning,
Hasil Pengamatan Berhubungan Dengan Students!. How Are You This Morning?"
Proses Belajar Mengajar Selama Penelitian Jawaban Siswa, "Walaikumsalam Wr.Wb. Good
Tindakan Kelas. Morning. I Am Very Well Thank You. How About
1) Siklus 1 You?" Jawaban Peneliti, "I Am Fine Too. Thank
A) Perencanaan You". Kemudian Peneliti Memberikan Penjelasan
Pada Langkah Ini, Peneliti Melakukan Materi Mengenai Command. Lalu Peneliti Juga
Pra-Observasi Untuk Mengetahui Kondisi Kelas Membagi Siswa Dalam Delapan Group, Yang
Dan Peserta Didik. Selain Itu, Peneliti Juga Masing-Masing Group Terdiri Atas Empat
Mencatat Skor Sumatif Siswa. Selama Orang.
Pengamatan Di Kelas, Ditemukan Bahwa Proses
Belajar Mengajar Di Kelas Bahasa Inggris Tidak B. Kegiatan Utama
Aktif. Ketika Peneliti Menjelaskan Materi, Di Awal Pelajaran, Guru Memberikan
Peserta Didik Pasif Memberikan Perhatian Pemahaman Mengenai Command. Setelah Itu
Mereka. Mereka Juga Tidak Menanyakan Guru Menjelaskan Bahwa Mereka Hari Itu Akan
Kepada Guru Untuk Segala Kesulitan Yang Belajar Dan Bermain. Permainan Yang Dipakai
Mereka Temukan. Skor Peserta Didikpun Tidak Adalah Ular Tangga. Begitu Mereka Mendengar
Memuaskan. Berdasarkan Pengamatan Pra- Kata Bermain, Tampak Sekali Respon Mereka
Penelitian Ditemukan Bahwa Kompetensi Yang Sangat Positif. Dengan Gembira Mereka
Berbicara Peserta Didik Harus Ditingkatkan. Menjawab,” Ya..... Bu. Siplah. Biar Gak Bosan
Salah Satu Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Kita Main Ular Tangga ....!"
Peneliti Adalah Dengan Memberikan Siswa Sementara Siswa Berkelompok, Peneliti
Nuansa Baru Dalam Proses Belajar Mengajar. Membagikan Perangkat Permainan Ular Tangga
Oleh Karena Itu, Peneliti Mengusulkan Proses Kepada Setiap Kelompok. Lalu Peneliti
Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Menjelaskan Tata Cara Bermain Kepada Peserta
Permainan Ular Dan Tangga Yang Diharapkan Didik. Peneliti Juga Meminta Mereka Merekam
Dapat Meningkatkan Keterampilan Berbicara Hasil Pengumpulan Skor. Setelah Semua Jelas,
Mereka. Teknik Ini Memberikan Kesempatan Peneliti Mempersilakan Mereka Memulai
Kepada Siswa Untuk Menjadi Lebih Aktif Permainan. Peneliti Bersiap-Siap Memantau
Dalam Berbagi Ide-Ide Mereka Dan Kesulitan- Jalannya Permainan Dengan Cara Merekam
Kesulitan Mereka Di Antara Teman-Teman Semua Kegiatan Dalam Format Video. Suasana
Dengan Bantuan Guru Sebagai Nara Sumber Terdengar Hiruk Pikuk. Ketika Peneliti Bertanya
Sehingga Mereka Bisa Meningkatkan Kepada Siswa, "Apakah Ada Hal Yang Sulit Di
Kompetensi Berbicara Mereka Dengan Lebih Dalam, Materi Ini? Mereka Menjawab, "Yes Bu
Baik. .... Kita Belum Lancar Mengekspresikan
b. Pelaksanaan Command!". Peneliti Jawaban, "Okay .... Kalian
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Pahami Ungkapannya Setelah Itu Kita Langsung
Di Dalam Kelas Menggunakan Permainan Ular Bermain Ular Tangga Untuk Melancarkan.”
Dan Tangga. Di Pertemuan Pertama, Peserta Peneliti Memantau Kelompok Enam.
Didik Mendapatkan Materi Mengenai Greeting. Peneliti Merekam Semua Kejadian Dari Awal
1) Pertemuan Pertama, Senin, 23 Juli, 2014 Sampai Selesai. Pemain Pertama Melempar
(07:40 - 09:00) Dadu, Lalu Muncullah Mata Dadu Tiga. Maka
A. Pembukaan Pemain Pertama Melangkahkan Pemainnya Tiga
Langkah Dari Start. Dalam Kotak Ke Tiga

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 89


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Tertulis Go? Maka Pemain Harus Membuat Berdiskusi Dengan Teman-Teman Mereka.
Command Untuk Kata Tersebut Tersebut. Tetapi Dilain Pihak Mereka Sangat Gembira Ketika
Sebelumnya Peneliti Menanyakan Arti Go Dan Berpraktik Ungkapan Salam Dan Perkenalan
Dengan Yakin Pemain Pertama Menjawab Dengan Media Ular Tangga,”Lebih Santai, Mam.
Bahwa Go Adalah Pergi. Lalu Pemain Pertama Tidak Tegang.... !
Menjawab Situasi Pertama,”Go To The Library! C. Penutupan
Ketika Dia Mengucapkan Library, Dia Sebelum Bel Berbunyi, Guru
Melakukan Kesalahan Pengucapan. Maka Mengatakan Kepada Siswa Bahwa Dalam
Peneliti Langsung Membetulkan Sampai Pertemuan Berikutnya Mereka Akan Belajar
Akhirnya Dia Mengucapkan Dengan Pengucapan Tentang Larangan Dalam Materi Berikutnya.
Yang Benar. Ungkapan Yang Dipakai Sudah Para Siswa Juga Diminta Untuk Membawa
Tepat Dengan Situasinya. Ketika Peneliti Ingin Kamus Mereka. Setelah Itu Peneliti Menutup
Mengetahui Maksud Go To Library, Pemain Pertemuan Pertama Dan Berkata "Pertemuan
Pertama Menjawab,”Pergilah Ke Perpustakaan! Kita Lanjutkan Minggu Depan Dengan Tema
Pemain Pertama Mendapat Skor Sepuluh. Yang Sama! Selamat Pagi. Wassalam!” Peserta
Pemain Kedua Melempar Dadu, Mata Dadu Didik Menjawab,”Selamat Pagi.
Yang Keluar Tiga Dan Kebetulan Kotak Ketiga Waalaikumsalam......!” Kemudian, Peneliti
Berisi Write. Maka Pemain Ke Dua Meninggalkan Kelas.
Mengungkapkannya Dengan 2) Pertemuan Kedua, Selasa, 24 Juli, 2014
Mengucapakan,’Write A Letter. Permainan (08:40 - 10:00)
Dilanjutkan Ke Pemain Ke Tiga. Pemain Ke A. Pembukaan
Tiga Melempar Dadu. Keluarlah Mata Dadu Bel Pergantian Jam Berdering. Peneliti
Tiga. Ketika Berada Di Kotak Ketiga Tertera Menyegerakan Diri Mendatangi Kelas VII D.
Pernyataan Buy. Peneliti Menanyakan Apakah Seperti Biasa, Peneliti Memberikan Salam,
Dia Mengerti Arti Buy. Dengan Memberikan "Assalammualaikum Wr.Wb. Good Morning,
Bantuan Simulasi Jual Beli, Maka Dengan Cepat Students! How Are You This Morning?" Jawaban
Pemain Ketiga Ini Menjawab Bahwa Arti Buy Siswa, "Walaikumsalam Wr.Wb. Good Morning.
Adalah Beli. Lalu Dia Melanjutkan Dengan I Am Very Well. Thank You. How About You?"
Membuat Sebuah Perintah,”Buy A Bowl Of Jawaban Peneliti, "I Am Fine Too. Thank You".
Meatbal! Di Awal Menjawab, Dia Melakukan Kemudian Peneliti Mengabsen Kedatangan
Kesalahan Pengucapan Bowl. Lalu Peneliti Peserta Didik Dilanjutkan Memberikan
Membetulkan Dan Meminta Dia Mengulang Penjelasan Mengenai Materi Prohibition Atau
Jawaban Dengan Pengucapan Yang Tepat. Larangan.
Pemahaman Terhadap Sapaan Yang Dia Susun, B. Kegiatan Utama
Ditanyakan Peneliti Dengan Meminta Dia Peserta Didik Kembali Ke Kelompoknya
Menerjemahkan Dalam Bahasa Semula. Kemuadian, Peneliti Membagikan
Indonesia,”Belilah Semangkok Bakso. Pemain Papan Ular Tangga Modifikasi Beserta
Ke Empat Melempar Dadu. Mata Dadu Yang Perangkatnya. Peserta Didik Terlihat Lebih Siap.
Keluar Adalah Satu. Otomatis Pemain Tidak Mereka Juga Tampak Lebih Gembira. Sementara
Bergerak Kemana-Mana. Dia Berada Di Kotak Siswa Mulai Melakukan Aktivitas, Peneliti
Start. Berputar Di Kelas Untuk Memantau Mereka.
Sebelum Usai, Peneliti Menanyakan Peneliti Menanyakan Kesulitan Atas Papan Ular
Kesulitan Dan Kesan Mereka Terhadap Jalannya Tangga Yang Baru. Mereka Berkata,”Kata-
Proses Kegiatan Belajar Mengajar Pada Hari Itu. Katanya Banyak Yang Baru, Mam. Dicari
Sebagian Besar Kesulitan Mereka Adalah Dulu....!
Mengungkapkan Susunan Yang Tepat Untuk Setelah Beberapa Saat, Para Peserta
Ungkapan Informal. Peneliti Meminta Mereka Didik Sudah Tampak Siap. Peneliti Meminta
Untuk Membuka Catatan Mereka Kembali Dan Mereka Segera Memulai Permainan Ular

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 90


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Tangga. Peneliti Berputar Mengelilingi Kelas. Sudah Dikerjakan. Pemain Ke Tiga Mengatakan
Seluruh Kelompok Tampak Aktif Dan Berusaha Kalau Artinya Adalah Jangan Memotong
Berkontribusi. Permainan Benar-Benar Membuat Rumput!. Pemain Ke Tiga Mendapatkan Skor
Mereka Merasa Nyaman Untuk Belajar. Peneliti 10. Pemain Ke Empat Melempar Dadu. Mata
Menghampiri Grup Delapa. Mereka Semua Dadu Yang Keluar Adalah Dua. Dua Langkah
Lnaki-Laki Dan Terkenal Agak Bandel. Ketika Terjejak Dan Dia Harus Naik Tangga Untuk
Peneliti Menanyai Menyapa Mereka,”Are You Naik Di Level Yang Lebih Atas. Dia Tampak
Ready? Dengan Lantang Mereka Gembira, Karena Berbonus Naik Tanpa Susah
Menjawab,”Ready, Mam!” Wow .... A Good Paya.
Start. Peneliti Meminta Mereka Untuk Segera Sebelum Usai, Peneliti Menanyakan
Memulai. Peneliti Merekam Semua Kejadian Kesulitan Dan Kesan Mereka Terhadap Jalannya
Dari Awal Sampai Selesai. Pemain Pertama Proses Kegiatan Belajar Mengajar Pada Hari Itu.
Melempar Dadu, Lalu Muncullah Mata Dadu Sebagian Kecil Kesulitan Mereka Adalah
Empat. Maka Pemain Pertama Melangkahkan Mengungkapkan Susunan Yang Tepat Untuk
Pemainnya Empat Langkah. Dalam Kotak Ungkapan Larangan. Peneliti Meminta Mereka
Tertulis Cry. Maka Pemain Harus Membuat Untuk Membuka Catatan Mereka Kembali Dan
Larangan Untuk Situasi Tersebut. Tetapi Berdiskusi Dengan Teman-Teman Mereka.
Sebelumnya Peneliti Menanyakan Arti Water Dilain Pihak Mereka Sngat Gembira Ketika
Dan Dengan Yakin Pemain Pertama Menjawab Berpraktik Ungkapan Keheranan Dengan Media
Bahwa Water Adalah Air. Lalu Pemain Pertama Ular Tangga,”Lebih Santai, Mam. Tidak
Menjawab Situasi Tersebut,”Don’t Drink A Tegang.... !
Glass Of Water! Ketika Dia Mengucapkan C. Penutup
Water, Dia Melakukan Kesalahan Pengucapan. Sebelum Bel Berbunyi, Guru
Maka Peneliti Langsung Membetulkan Sampai Mengatakan Kepada Siswa Bahwa Dalam
Akhirnya Dia Mengucapkan Dengan Pengucapan Pertemuan Berikutnya Mereka Akan
Yang Benar. Penyusunan Ungkapan Larangan Mendapatkan Pos Tes. Para Peserta Didik
Sudah Dengan Tepat Dia Terapkan Pada Diminta Untuk Mempersiapkan Diri Mereka
Kalimat Yang Dia Ucapkan. Ketika Peneliti Baik-Baik. Materi Dari Pos Tes Adalah
Ingin Mengetahui Maksud Laranga Tersebut, Ungkapan Keheranan. Setelah Itu Peneliti
Pemain Pertama Menjawab,”Jangan Minum Menutup Pertemuan Pertama Dan Berkata
Segelas Air! Pemain Pertama Mendapat Skor "Pertemuan Kita Lanjutkan Minggu Depan
Sepuluh. Dengan Tema Yang Sama! Selamat Pagi.
Pemain Kedua Melempar Dadu. Tapi Wassalam!” Peserta Didik Menjawab,”Selamat
Sayang Sekali, Mata Dadu Yang Keluar Tiga Pagi. Waalaikumsalam......!” Kemudian, Peneliti
Dan Kebetulan Kotak Ketiga Berisi Gambar Meninggalkan Kelas.
Ular, Yang Artinya Pemain Harus Turun Ke 3) Pertemuan Ketiga, Sabtu, 28 Juli, 2014
Bawah, Mengikuti Arah Ular. Dia Tampak (08:30 - 10:00)
Kecewa Dengan Itu, Tetapi Untunglah Pada Pertemuan Ke Tiga, Peneliti
Temannya Segera Mengetahui Dan Melakukan Post-Test. Tes Ini Dilakukan Untuk
Menghiburnya. Mengetahui Prestasi Siswa Dalam Kompetensi
Pemain Ke Tiga Melempar Dadu. Berbicara Setelah Pelaksanaan Permainan Ular
Keluarlah Mata Dadu Tiga. Ketika Berada Di Tangga.
Langkah Ke Lima Dia Terhenti, Dikotak Ke 1) Observasi
Lima Tertera Kata Grass. Pemain Ke Tiga Pengamatan Merupakan Aspek Penting
Dengan Enteng Menjawab,” Don’t Cut The Dalam Penelitian Tindakan Kelas, Karena Dapat
Grass! Selain Menjawab Sesuai Dengan Situasi Membantu Peneliti Memperoleh Pemahaman
Yang Telah Diberikan, Pemain Juga Harus Yang Lebih Baik Dari Penelitian Itu Sendiri,
Mengetahui Maksud Ungkapan Larangan Yang Sementara Pada Saat Yang Sama Peneliti Dapat

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 91


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Menentukan Kemampuan Siswa Untuk Setelah Mengevaluasi Hasil Pengamatan


Mengamati, Menganalisis Dan Menafsirkan Di Siklus Satu, Penulis Menemukan Beberapa
Bahan Yang Juga Dapat Digunakan Untuk Hasil Yang Positif Dan Beberapa Kelemahan.
Meningkatkan Pemahaman Mereka. Ketika Mereka Digambarkan Bahwa Ada Prestasi
Peneliti Dilaksanakan Memfasilitasi Siswa Menuju Kompetensi Membaca Siswa. Mereka
Untuk Menggunakan Menebak Kontekstual Dapat Dilihat
Dalam Kompetensi Mengajar Membaca, Peneliti Dalam Elaborasi Berikut:
Menggunakan Teknik Observasi Dan Tes Untuk a) Kognitif
Mencatat Perbaikan Siswa. Data Yang Diperoleh Prestasi Peserta Didik Menunjukkan
Dalam Proses Pengamatan Dapat Dijelaskan Peningkatan Bila Dibandingkan Dengan Hasil
Sebagai Berikut: Pre-Test Dan Post-Test. Hasil Pos Tes
1. Situasi Kelas Agak Berisik Meskipun Itu Menunjukkan Peningkatan Skor Rata-Rata
Menjadi Lebih Baik Di Pertemuan Siswa. Skor Rata-Rata Meningkat Dari 70,1
Berikutnya. Para Siswa Juga Menunjukkan Pada Hasil Penjaringan Menjadi Untuk 81 Di
Antusiasme Mereka Dengan Melakukan Pos Tes.
Tugas Dengan Cepat Dan Gembira. Secara Rinci, Dapat Dilihat Dari Hasil Pos Tes
2. Hasil Pos Tes Menunjukkan Peningkatan Dalam Tabel Di Bawah Ini:
Skor Rata-Rata Siswa. Skor Rata-Rata
Meningkat Dari 72 Pada Hasil Nilai SD
Menjadi 81 Di Pos Tes.
d. Refleksi
Menurut Sagor (2010: 18), Prioritas
Hasil Penelitian Adalah Tercapainya Tujuan
Penelitian Itu Sendiri. Pencapaian Itu Dapat
Dilihat Dalam Target Kinerja Penelitian, Karena
Hasilnya Berhubungan Dengan Perbaikan Yang
Dialami Siswa Dari Penelitian. Itulah Mengapa
Elaborasi Prestasi Dapat Dikategorikan Ke
Dalam Empat Bagian Utama. Mereka Adalah
Kognitif (Apa Yang Siswa Harus Tahu),
Demonstratif (Apa Yang Siswa Dapat Lakukan), b) Afektif
Perilaku (Apa Yang Siswa Pilih Untuk Menggunakan Permainan Ular Tangga
Melakukannya), Dan Afektif (Bagaimana Dalam Proses Belajar Mengajar Menarik Rasa
Perasaan Mereka Tentang Diri Mereka Dan Ingin Tahu Siswa. Para Siswa Memberikan
Situasi). Namun Demikian, Peneliti Mengambil Perhatian Lebih Selama Tindakan. Ada
Kognitif Dan Afektif, Karena Penelitian Peningkatan Perilaku Siswa Dalam Proses
Menekankan Pada Peningkatan Kompetensi Belajar Mengajar. Mereka Mencoba Untuk
Berbicara Siswa. Berdasarkan Hasil Pengamatan, Bekerja Sama Dalam Kelompok Terlihat
Pengamat Dan Peneliti Telah Merefleksi Adanya Lebih Bersemangat Dan Bergembira.
Pencapaian Positif Dan Kelemahan Dalam Siklus 2) Kelemahan
Pertama. Dari Pengamatan, Tercatat Bahwa Beberapa Peserta Didik Masih Pasif
Proses Kegiatan Belajar Mengajar Khususnya Dalam Proses Belajar Mengajar. Beberapa Dari
Kompetensi Berbicara Melalui Permainan Ular Mereka Masih Takut Untuk Menjawab
Tangga Umumnya Berjalan Dengan Baik. Pertanyaan Guru. Dalam Proses Kegiatan Belajar
Dampak Ikutan Bisa Dikategorikan Sebagai Mengajar Pelaksanaan Permainan Ular Tangga
Berikut: Membuat Para Siswa Cenderung Berisik. Mereka
1) Positif Tertawa Mendengar Jawaban Teman-Teman
Mereka Yang Salah. Jadi, Peneliti Perlu

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 92


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Bertindak Tegas Untuk Memberikan Peringatan Pertanyaan-Pertanyaan, Dan Tentunya Lebih


Kepada Siswa Yang Berisik. Focus Memperhatikan Pelajaran.
3) Rekomendasi
Karena Hasil Pos Tes Dianggap Baik, Saran
Peneliti Bertekad Untuk Tidak Melanjutkan Ke Untuk Membuat Perbaikan Dalam Kegiatan
Siklus Ke Dua. Jadi, Proses Penelitian Tindakan Belajar Mengajar, Beberapa Saran Disajikan
Kelas Berakhir Pada Siklus Pertama. Sebagai Berikut:
A. Untuk Guru:
1) Guru Bahasa Inggris Diharapkan Akan Lebih
SIMPULAN DAN SARAN Kreatif Dalam Mengajar Bahasa Inggris.
Simpulan 2) Dalam Menerapkan Ular Tangga Untuk
Setelah Melakukan Penelitian Meningkatkan Keterampilan Berbicara, Guru
Penggunaan Permainan Ular Tangga Dalam Harus Kreatif Dalam Memberikan
Proses Pengajaran Bahasa Inggris Di Kelas Penjelasan Tentang Permainan Sehingga
VIID SMP Negeri 2 Jogorogo, Dapat Menghindari Kebingungan.
Disimpulkan Bahwa Permainan Ular Tangga 3) Sebelum Menyajikan Permainan Di Kelas,
Bermanfaat Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Harus Yakin Bahwa Perangkat Ular
Berbicara Siswa. Kesimpulan Dari Penelitian Tangga Cukup Jelas Untuk Dilihat Oleh
Sekaligus Menjawab Pertanyaan Penelitian Yang Seluruh Kelas.
Mencakup Apakah Penggunaan Ular Tangga 4) Guru Harus Memiliki Rasa Peduli Kepada
Meningkatkan Kompetensi Berbicara Peserta Peserta Didik Agar Mereka Membuat
Didik. Setelah Peneliti Menganalisis Hasil Dari Kemajuan Dalam Proses Belajar Mengajar
Penelitian Tindakan Yang Telah Dilakukan Yang Akan Mengarah Pada Pendidikan
Untuk Meningkatkan Kompetensi Berbicara Yang Berhasil.
Kelas Sembilan Di SMPN 2 Jogorogo, Itu Dapat 5) Disarankan Kepada Guru Untuk Mencoba
Dilihat Bahwa Pelaksanaan Ular Tangga Dalam Metode Yang Berbeda Dalam Mengajar
Pengajaran Berbicara Dapat Meningkatkan Bahasa Inggris
Kompetensi Berbicara Peserta Didik.
Peningkatan Kompetensi Berbicara Peserta Didik Untuk Siswa:
Didukung Oleh Hasil Tes. Rata-Rata Pre Tes 1) Jika Seseorang Ingin Belajar Serius, Mereka
Adalah 70,1 Dan Meningkatkan Menjadi 80,1 Harus Memiliki Tujuan Dalam Belajar
Pada Pos Satu. Dari Hasil Tes, Itu Menunjukkan Bahasa Inggris Mereka.
Bahwa Ada Peningkatan Kompetensi Berbicara 2) Tujuan Harus Datang Dari Diri Mereka
Peserta Didik. Ini Membuktikan Bahwa Bukan Dari Orang Lain.
Mengajar Kompetensi Berbicara Dengan 3) Dalam Belajar Seseorang Membutuhkan
Menggunakan Ular Tangga Dapat Bantuan Dan Panduan Dari Orang Lain.
Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik.
Selain Hasil Secara Kognitif, Adalah Untuk Sekolah:
Munculnya Reaksi Positif Dari Peserta Didik. 4) Ada Baiknya Menambahkan Alokasi Waktu
Kegiatan Yang Berlangsung Telah Menunjukkan Bahasa Inggris.
Reaksi Positif Dari Para Peserta Didik. Mereka 5) Diharapkan Dapat Meningkatkan Kualitas
Lebih Memperhatikan Proses Kegiatan Belajar Pendidikan Dengan Menerapkan Ular
Mengajar, Berani Memberikan Pendapat, Tangga Untuk Meningkatkan Kompetensi
Menjawab Pertanyaan Dengan Antusias. Berbicara.
Permainan Ular Tangga Juga Membuat Para
Peserta Didik Menjadi Lebih Aktif Dan Kreatif DAFTAR PUSTAKA
Serta Lebih Banyak Partisipasi Dalam Menjawab Brannen, Julia. 1992. Mixing Methods:
Qualitative And Quantitative

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 93


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Research For Educators And School.


Social Policy Series. Michigan: California: Corwin Press
Averbury
Brown, H. Douglas. 1994. Teaching By Sternburg, R. & Powell, J. 1983. Comprehending
Principles. New Jersey: Prentice Verbal Comprehension. American
Hall Regency. Psychology, 8, 878-893
Brown, D. 2001. Teaching By Principles: An Wiseman, Dennis. And Hunt, Gilbert H. 2008.
Interactive Approach To Language Best Practice In Motivation And
Pedagogy. Addison: Welsey Management In The Classroom.
Longman, Inc. Illinois: Charles C Thomas Publisher
Brown, H. Douglas. 2004. Language
Assessment. New York: Pearson Education.
Elliott, J. 1991. Action Research For
Educational Change. Buckingham:
Open University Press.
Ellis, Roger. 1988. Professional Competence
And Quality Assurance In The
Caring Professions. London: Croom
Helm Limited.
Harmer, Jeremy. 2004. How To Teach English.
London: Longman.
Hinchey, Patricia H. 2008. Action Research
Primer. New York: Peter Lang
Kemmis, S. And Taggart, R. 1988. The Action
Research Planner. Geelong: Deakin
University Press
Lawson, M. J. & D. Hogben. 1996. The
Vocabulary Learning Strategies Of
Foreign-Language Students.
Language Learning, V. 46. Pp. 101-
135.
Manzo, Anthony V. 1985. Content Area
Reading: A Heuristic Application.
California: Merril Publishing
Company
Mcniff, J. 1988. Action Research: Principles
And Practice: Basingstoke:
Macmillan

Nunan, David. 1995. Language Teaching


Methodology. New York: Prentice Hall

Pendidikan, Badan Standar Nasional. 2006.


Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta

Sagor, Richard. 2010. The Action Research


Guidebook: A Four-Stage Process

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 94


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AGAMA ISLAM PADA MATERI BERLOMBA


DALAM KEBAIKAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA
KELAS XI SMA NEGERI I KENDAL KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2014/2015

Oleh : Tugiyo
SMAN 1 Kendal Kabupaten Ngawi
e-mail: tugiyo@yahoo.com

Abstrak
Kata Kunci : Meningkatkan Prestasi, Berlomba dalam kebaikan, Metode Pembelajaran Cooperative

Kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMAN 1 Kendal Kec. Kendal Kab. Ngawi masih
sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh teknik pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa merasa
bosan pada saat mengikuti pembelajaran. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang
telah ditentukan adalah 70,0, dari 20 siswa yang berhasil mencapai target KKM hanya 40% atau 4
siswa, sedangkan yang tidak berhasil mencapai target KKM 60% atau 16 siswa. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan teknik pembelajaran yang tepat dan berdaya guna.
Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dan untuk
mengetahui perubahan prilaku siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran Tan-yeksung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 41.2 %. Nilai rata-rata pada prasiklus
56.5, pada tindakan siklus I nilai rata - rata yang diperoleh 66.3 artinya mengalami peningkatan
sebesar 9.8 atau 17.4 %. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan
sebesar 13.5 atau 20.4 % bila dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Perubahan sikap dan perilaku
siswa kelas XI SMAN 1 Kendal Kec. Kendal Kab. Ngawi menunjukkan perubahan prilaku siswa
yang positif.

PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan nasional secara untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
menyeluruh adalah membentuk organisasi memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada
pendidikan yang bersifat mandiri sehingga segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
mampu melakukan perubahan dalam pendidikan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
untuk menuju dalam suatu lembaga yang pendidikan.
beretika, selalu menggunakan nalar, Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
berkemampuan komunikasi sosial yang positif tersebut diperlukan pemahaman bagi siswa atas
dan memiliki sumber daya manusia yang materi-materi yang dijabarkan. Meskipun telah
tangguh. Sedangkan secara spesifik, tujuan banyak metode yang telah diciptakan dan
pendidikan nasional adalah membentuk manusia digunakan, namun masih saja terjadi salah
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang pengertian konsep oleh siswa, terutama dalam
Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat
budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, SMA.
cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung Salah satu penyebab rendahnya mutu
jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib pendidikan adalah ketidaktepatan penggunaan
dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, model pembelajaran yang digunakan guru di
demokratis) dan berbadan sehat sehingga dalam kelas. Kenyataan menunjukan bahwa
menjadi manusia mandiri. (Mulyasa, 2002) selama ini sebagian guru menggunakan model
Selain tujuan pendidikan di atas, pembelajaran bersifat tradisional yang pada
pendidikan bertujuan membimbing siswa ke arah pelaksanaannya guru mendominasi proses
tujuan yang nilainya lebih tinggi. Pendidikan pembelajaran sehingga seolah-olah guru adalah
yang baik adalah usaha yang berhasil membawa seorang yang paling benar. Dalam penyampaian
semua siswa kepada tujuan itu. Apa yang materi adalah bukan hanya sekedar pemindahan
diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh pengetahuan guru kepada siswa secara
siswa. Tujuan pendidikan memuat gambaran seutuhnya, namun dalam prosesnya siswa harus
tentang nilai-nilai yang baik, luhur dan indah dirangsang dan diberi kesempatan untuk

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 95


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

mengemukakan pendapat dan mencari produk pembelajaran Pendidikan Agama Islm.


penyelesaian dengan menemukan sendiri agar Persiapan materi ajar dan pelaksanaan proses
lebih bermakna. pembelajaran merupakan kemampuan utama
Kegiatan belajar mengajar yang sesuai yang harus dimiliki oleh seorang guru agar
dengan kurikulum KTSP adalah kegiatan belajar mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara
mengajar yang mendidik dan melatih siswa kreatif dan inovatif. Mengajar bukan tugas yang
supaya aktif bertanya, mengamati, menyelidiki ringan bagi seorang guru, melainkan tugas yang
serta membaca untuk menemukan jawaban atas sangat komplit antara lain sebagai fasilitator dan
pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun oleh distributor. Dalam mengajar guru harus
siswa itu sendiri. Peran guru yang utama adalah berhadapan dengan kelompok siswa. Mereka
sebagai koordinator belajar, perencana tugas adalah makhluk hidup yang memerlukan
bersama, fasilitator, katalisator, pemandu bimbingan dan pembinaan untuk menuju
aktifitas siswa, nara sumber serta penilai kedewasaan, bertanggung jawab pada diri
kemajuan individu maupun kelompok. Dalam sendiri, berkepribadian yang baik serta berbudi
menjalankan perannya ini, guru diharapkan pekerti luhur dan berakhlak. Mengajar yang
memberikan motivasi kepada siswa, sehingga efektif tergantung pada kesiapan guru dalam
mereka mempunyai kebebasan berpikir dan mengelola dan menciptakan kondisi atau sistem
bertindak sesuai dengan tujuan pengajaran yang lingkungan yang mendukung dan memungkinkan
bersifat komprehensif, tidak mementingkan berlangsungnya proses belajar. Belajar yang
pembentukan pengetahuan saja, tetapi juga efektif tergantung pada corak kemaknaan yang
pembentukan keterampilan dan pembinaan sikap, penuh dari belajar itu sebagai umpan balik dari
serta menuntut strategi belajar mengajar yang pengajaran, sehingga tercapai efektifitas
memungkinkan siswa terlibat secara optimal. maksimal.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Permasalahan pembelajaran Pendidikan
di tingkat SMA, maka perlu dilakukan Agama Islam di kelas X SMAN I Kendal dapat
perbaikan dalam proses pembelajaran. dianalisis untuk mencari penyebab rendahnya
Perbaikan ini bertujuan untuk memperbaiki ketuntasan dan prestasi siswa. Hasil analisis
atau meningkatkan prestasi dan ketuntasan dapat dikelompokkan dalah tiga permasalahan,
yaitu:
belajar siswa, juga untuk memperbaiki
Prestasi dan ketuntasan belajar siswa pada
proses pembelajaran. Perbaikan perlu pelajaran Pendidikan Agama Islam masih rendah
dilakukan karena berdasarkan hasil data dan perlu adanya peningkatan. Ketrampilan
observasi di tingkat SMA Negeri I Kendal, mengajar guru kurang baik, guru masih dominan
Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi dalam proses pembelajaran, pembelajaran masih
menunjukkan bahwa prestasi belajar berpusat pada guru. Aktivitas siswa dalam proses
Pendidikan Agama Islam untuk kelas X pada pembelajaran masih rendah, sehingga siswa pasif
semester genap adalah rendah, yaitu siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
yang mengalami ketuntasan hanya 58,8% Permasalahan di kelas X SMAN I
dari 17 siswa atau hanya 10 siswa yang Kendal yang berkaitan dengan pembelajaran
tuntas. Pendidikan Agama Islam dapat perbaikan
pembelajarannya, baik proses maupun
Penyebab rendahnya prestasi dan
produknya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
ketuntasan siswa di kelas X SMAN I Kendal maka perlu dilakukan penelitian tindakan pada
menurut hasil observasi adalah siswa kelas X SMAN I Kendal, terutama pada
kesulitan dalam memahami konsep-konsep pelajaran Pendidikan Agama Islam pada pokok
Pendidikan Agama Islm, terutama dalam hal materi berlomba dalam kebaikan kepada Allah
konsep yang bersifat abstrak. Selain hal SWT. Hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan
tersebut, siswa juga mengalami kesulitan adalah prestasi dan ketuntasan belajar siswa
dalam memecahkan masalah. Pembelajaran pada pelajaran Pendidikan Agama Islam,
masih berpusat pada guru, belum berpusat khususnya pada pokok materi berlomba dalam
pada siswa. kebaikan kepada Allah SWT. Karena materi
Untuk memperbaiki prestasi belajar siswa tersebut merupakan materi pada semester dua
maka diperlukan berbagai upaya yang dapat yang banyak siswa mengalami kesulitan. Hal lain
menunjang ketuntasan pencapaian proses dan yang perlu adanya perbaikan adalah ketrampilan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 96


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

mengajar guru dan aktivitas siswa dalam proses berdimensikan sosial dan hubungan antar
pembelajaran. manusia. Dalam model pembelajaran kooperatif,
Berangkat dari uraian di atas, diperlukan siswa dituntut bekerjasama dan bergantung
usaha dari guru untuk lebih bisa dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah.
mendemontasikan dan menjelaskan kepada siswa
konsep-konsep dasar berlomba dalam kebaikan Teori yang Melandasi Pembelajaran
kepada Allah SWT yang bersifat abstrak. Untuk Kooperatif
mengatasi hal tersebut dapat digunakan model John Dewey (1969) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih
kooperatif mengacu pada , pertama kompetensi besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
ilmiah, yaitu ketrampilan siswa dalam belajar tentang kehidupan nyata. Pedagogik
memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Dewey mengharuskan guru menciptakan didalam
Islam dengan benar, kedua kompetensi sosial, lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang
yaitu kemampuan/ketrampilan siswa dalam bercirikan dengan prosedur demokrasi dan proses
bersosialisasi dengan cara bekerja sama dalam ilmiah. Tanggung jawab utama mereka adalah
suatu kelompok untuk memahami konsep-konsep memotivasi siswa untuk bekerja secara
yang sulit dan menyelesaikan suatu kooperatif dan untuk memikirkan masalah sosial
permasalahan agar dapat terselesaikan dengan penting yang muncul pada hari itu. Di samping
baik, ketiga kompetensi komunikasi, yaitu upaya pemecahan masalah di dalam kelompok
ketrampilan siswa dalam mempresentasikan dan kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi
menyampaikan laporannya kepada seluruh kelas. melalui interaksi hari ke hari satu sama lain,
Hasil penelitian (Nur, 2000) menunjukkan (Ibrahim Muslimin dkk. 2000 :12).
bahwa hasil belajar akademik kelas kooperatif Herbert Thelan (1954, 1969)
yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan Menyampaikan bahwa kelas haruslah merupakan
kelompok kontrol. Sehingga ditunjukkan bahwa laboratorium atau miniatur demokrasi yang
teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan
unggul dalam meningkatkan hasil belajar antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman dinamika kelompok, mengembangkan bentuk
belajar individual atau kompetitif. yang lebih rinci dan terstruktur dari penyelidikan
Dengan adanya fenomena tersebut, maka kelompok yang akan dibicarakan kemudian,
sebagai guru atau peneliti ingin menerapkan mempersiapkan dasar konseptual untuk
model pembelajaran kooperatif, karena tipe ini pengembangan masa kini pembelajaran
tidak hanya unggul membantu siswa dalam kooperatif (Ibrahim, Muslimin dkk. 2000 : 13).
memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga Menurut teori motivasi, siswa pada
sangat berguna untuk menumbuhkan pembelajaran kooperatif terutama terletak pada
kemampuan bekerjasama, kreatif, berfikir kritis bagaimana bentuk hadiah atau struktur
dan siswa terlibat aktif mental maupun fisik. pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan
Misalnya siswa berani mengemukakan ide- kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa
idenya melalui diskusi baik antar siswa maupun yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan
dengan guru. hanya jika siswa lain juga akan mencapai tujuan
tersebut (Ibrahim, Muislimin dkk. 2000: 17).
LANDASAN TEORI Teori Pembelajaran Kognitif dalam
Model Pembelajaran Kooperatif Penelitian telah menemukan bahwa informasi
Belajar secara kooperatif dikembangkan dapat disimpan di dalam memori dan terkait
berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis dengan informasi yang sudah ada di dalam
dan teori belajar sosial. Pendekatan belajar memori itu, maka siswa harus terlibat dalam
konstruktivis dalam pengajaran menerapkan beberapa macam kegiatan restruktur atau
pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan elaborasi kognitif atas suatu materi. Salah satu
teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan cara elaborasi kognitif yang paling efektif adalah
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka menjelaskan materi itu pada orang lain (Ibrahim,
saling mendiskusikan masalah tersebut dengan Muslimin dkk. 2000:18).
temannya. Pembelajaran ini dapat digunakan Teori konstruktivis memandang bahwa
untuk mengajarkan materi yang agak kompleks siswa secara terus-menerus memeriksa
dan yang lebih penting lagi dapat membantu guru informasi-informasi baru yang berlawanan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 97


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. tugas/ tanggung jawab tertentu dalam
Pandangan ini mempunyai keterlibatan yang kelompok.
mendalam dalam pengajaran, sebagaimana 4. Berada dalam kelompok. Berada dalam
diuraikan terdahulu bahwa teori ini kelompok maksudnya adalah tiap anggota
menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan
siswa dalam pembelajaran mereka sendiri dengan berlangsung.
apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas 5. Berada dalam tugas. Berada dalam tugas
kelas. Karena penekanannya pada siswa sebagai maksudnya meneruskan tugas yang menjadi
siswa yang aktif, maka peran guru adalah tanggung jawabnya, agar kegiatan akan dapat
membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau diselesaikan dalam waktunya.
prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan 6. Mendorong partisipasi. Mendorong
memberikan ceramah atau mengendalikan partisipasi berarti mendorong semua anggota
seluruh kegiatan kelas (Nur, 2000:3). kelompok untuk memberikan kontribusi
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa terhadap tugas kelompok. Keterampilan ini
siswa lebih mudah untuk mempelajari sesuatu perlu jika 1 atau 2 orang tidak berpartisipasi
dan menyelesaikan masalah secara bersama- maka hasil dari kelompok tidak akan
sama. Karena itu di dalam kelas perlu diterapkan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kurang memuaskan.
kooperatif mengajarkan pada siswa untuk 7. Mengundang orang lain untuk berbicara.
menghargai pendapat orang lain. Dalam Mengundang orang lain untuk berbicara
pembelajaran kooperatif guru bertindak sebagai maksudnya meminta orang lain untuk
mediator dan pembimbing. berbicara dan berpartisipasi dalam tugas.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa 8. Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
tidak cukup jika hanya jika mempelajari materi Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
saja, tetapi mereka juga harus memepelajari berarti menyelesaikan tugas sesuai dengan
keterampilan-keterampilan kooperatif. waktu yang direncanakan, pekerjaan yang
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut tidak selesai tepat pada waktunya akan
berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan memperoleh nilai yang rendah. Anggota
kerja dan peranan tugas agar kelompok dapat kelompok akan merasa berprestasi dan
bekerjasama secara produktif. Peranan hubungan memiliki semangat tim, bila mereka
kerja ini dibangun dengan mengembangkan menyelesaikan tugas dan mengerjakannya
komunikasi dan hubungan antar anggota dengan baik.
kelompok. Sedangkan peranan tugas membagi 9. Menghormati perbedaan individu.
tugas-tugas antar anggota selama kegiatan Menghormati perbedaan individu berarti
kelompok berlangsung. bersikap menghormati terhadap budaya, suku,
Keterampilan-keterampilan kooperatif ras atau pengalaman dari semua siswa.
tersebut antara lain sebagai berikut (Nur dkk, Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah
2000) : 1. Menunjukkan penghargaan dan simpati.
Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal Menunjukkan penghargaan dan simpati
1. Menggunakan kesepakatan. Menggunakan maksudnya menunjukkan rasa hormat,
kesepakatan merupakan penyamaan pendapat pengertian, dan rasa sensitivitas terhadap
yang berguna untuk peningkatan hubungan usulan-usulan yang berbeda dari orang lain.
kerja dalam kelompok. 2. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
2. Menghargai kontribusi. Menghargai yang dapat diterima. Mengungkapkan
kontribusi berarti memperhatikan atau ketidaksetujuan dengan cara yang dapat
mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan diterima dalam hal ini siswa mampu
anggota lain. Hal ini bukan berarti bahwa menyatakan pendapat yang berbeda dengan
harus selalu setuju dengan pendapat orang cara yang sopan dan sikap yang baik.
lain, dapat saja berupa kritik namun kritik 3. Mendengarkan dengan aktif. Mendengarkan
tersebut harus ditujukan terhadap ide dan dengan aktif maksudnya mampu
tidak kepada individu. menggunakan pesan fisik dan lisan, sehingga
3. Mengambil giliran dan berbagi tugas. pembicara tahu bahwa anda menyerap
Mengambil giliran dan berbagi tugas yang informasi.
berarti setiap anggota kelompok bersedia 4. Bertanya. Bertanya dalam arti siswa dapat
menggantikan dan bersedia mengemban meminta atau menanyakan suatu informasi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 98


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

atau penjelasan. Dengan bertanya dapat Manfaat pembelajaran kooperatif


mendorong anggota kelompok yang sedang Pembelajaran ini memanfaatkan
tidak aktif atau malu untuk ikut berperan serta kecenderungan siswa untuk berinteraksi.
dalam kegiatan. Menurut beberapa hasil penelitian pembelajaran
5. Membuat ringkasan. Membuat ringkasan kooperatif memberikan manfaat bagi siswa
diperlukan untuk membantu mengatur apa dengan hasil belajar yang rendah antara lain
yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu (Ibrahim, Muslimin dkk. 2000:18) :
dikerjakan. 1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
6. Menafsirkan. Menafsirkan adalah menyatakan 2. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah.
kembali informasi dengan kalimat yang 3. Penerimaan terhadap perbedaan individu
berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal- menjadi lebih besar.
hal penting dapat diberi penekanan. 4. Sikap apatis berkurang.
7. Mengatur dan mengorganisir. Mengatur dan 5. Pemahaman yang lebih mendalam.
mengorganisir keterampilan ini diperlukan 6. Motivasi lebih besar.
dalam merencanakan dan menyusun 7. Hasil belajar lebih tinggi.
pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara 8. Retensi lebih lama.
efektif dan efisien. 9. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan
8. Menerima tanggung jawab. Menerima toleransi.
tanggung jawab berarti bersedia dan mampu Ada beberapa masalah yang terkait dengan
memikul tanggung jawab dari tugas-tugas dan individu dalam proses pembelajaran bisa
kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, dipecahkan dengan menerapkan model
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. pembelajaran kooperatif. Hal ini disebabkan
9. Mengurangi ketegangan. Mengurangi adanya kerjasama yang menuntut individu siswa
ketegangan adalah keterampilan yang yang berkemampuan rendah terpacu dan
diperlukan untuk menciptakan suasana damai termotivasi dalam memecahkan persoalan.
dalam kelompok. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh
Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir lebih tinggi dan retensi juga lebih lama.
1. Mengelaborasi. Mengelaborasi berarti Dari uraian di atas, penulis dapat
mampu memperluas konsep, kesimpulan, dan menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
menghubungkan pendapat-pendapat dengan merupakan strategi belajar dalam kelompok kecil
topik-topik tertentu. yang memiliki tingkat kemampuan yang
2. Memeriksa dengan cermat. Memeriksa berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas
dengan cermat berarti dapat menanyakan kelompok, setiap siswa atau anggota saling
secara lebih mendalam tentang pokok bekerjasama dan membantu untuk memahami
pembicaraan untuk mendapatkan jawaban suatu bahan pelajaran.
yang benar, misalnya dengan kata-kata
“mengapa” dan “dapatkah anda memberikan METODE
contoh ”. Rancangan Penelitian
3. Menanyakan kebenaran. Menanyakan Penelitian ini termasuk penelitian tindakan
kebenaran merupakan suatu kemampuan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.
untuk membantu siswa lain berpikir tentang Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap,
jawaban yang diberikan dan lebih yakin atas yaitu Planning (Rencana), Action (tindakan),
ketepatan jawaban tersebut. Observation (Pengamatan), dan Reflection
4. Menetapkan tujuan. Menetapkan tujuan (Refleksi).
berarti menetapkan prioritas-prioritas. Dengan a. Rencana : adalah rencana tindakan apa yang
adanya tujuan yang jelas maka pekerjaan akan dilakukan untuk memperbaiki,
dapat diselesaikan lebih efisien. meningkatkan atau perubahan prilaku dan
5. Berkompromi. Berkompromi dapat sikap sebagai solusi.
membangun rasa hormat kepada orang lain. b. Tindakan: adalah apa yang dilakukan oleh
Keterampilan berkompromi ini berarti belajar peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan
untuk mengkritik pendapat dan bukan atau perubahan yang diinginkan.
mengkritik orangnya dan mengurangi c. Observasi: adalah mengamati atas hasil atau
perdebatan. dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap sasaran (siswa). Pada
pelaksanaan tindakan, peneliti berkedudukan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 99


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

sebagai pengamat untuk memantau secara Siklus 2:


kritis dan objektif pelaksanaan pembelajaran Rencana awal pada siklus 2 ini adalah
serta untuk mengetahui kesesuaian antara memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan
perencanaan dengan pelaksanaan yang pada siklus 1. Kekurangan-kekurangan yang
dilakukan oleh guru. Untuk mendapatkan dilakukan guru dan siswa dalam proses
hasil pengamatan yang komprehensif, peneliti pembelajaran menjadi acuan dalam rencana ini.
menggunakan instrumen pengumpul data Selain itu juga hasil tes evaluasi siswa pada
yang telah dibuat sebelumnya. siklus pertama sebagai faktor utama perbaikan.
d. Refleksi : adalah peneliti mengkaji, melihat Materi yang diajarkan berkaitan dengan materi
dan mempertimbangkan atas hasil atau berlomba dalam kebaikan kepada Allah SWT .
dampak dari tindakan dari pelbagai kriteria. Langkah-langkah perbaikan yang dialukan
e. Revisi : adalah berdasarkan dari hasil refleksi adalah : menyusun rencana perbaikan
ini , peneliti melakukan revisi terhadap pembelajaran, lembar kegiatan siswa, evaluasi
rencana awal. dan kuncinya, dan buku siswa. Selain itu juga
Untuk lebih memperjelas fase-fase dalam menyiapkan lembar observasi pengelolaan
penelitian tindakan, siklus spiralnya dan pembelajaran dan aktivitas siswa. Tindakan
bagaimana pelaksanaannya, maka rancangan perbaikan yang dilakukan adalah melakukan
PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggar pembelajaran dengan model pembelajaran
(Depdiknas, 2000 : 6) menggambarkan dalam kooperatif yang terdiri dari 6 fase.
siklus berikut : Siklus 3:
Rencana awal pada siklus 3 ini adalah
memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan
Rencana pada siklus 2. Kekurangan-kekurangan yang
Awal
Refleksi dilakukan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran menjadi acuan dalam rencana ini.
Tindakan /
Selain itu juga hasil tes evaluasi siswa pada
Observasi siklus pertama sebagai faktor utama perbaikan.
Rencana yang
Materi yang diajarkan berkaitan dengan sub
Direvisi
pokok materi berlomba dalam kebaikan kepada
Refleksi
Allah SWT. Langkah-langkah perbaikan yang
dialukan adalah : menyusun rencana perbaikan
Tindakan /
Observasi
pembelajaran, lembar kegiatan siswa, evaluasi
Rencana yang dan kuncinya, dan buku siswa. Selain itu juga
Direvisi menyiapkan lembar observasi pengelolaan
Refleksi pembelajaran dan aktivitas siswa. Tindakan
perbaikan yang dilakukan adalah melakukan
Tindakan / pembelajaran dengan model pembelajaran
Observasi Rencana yang kooperatif yang terdiri dari 6 fase.
Direvisi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Kegiatan belajar mengajar pada siklus 1
Siklus 1: dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2013 yang
Rencana awal pada siklus 1 ini adalah membahas tentang sub pokok materi berlomba
memperbaiki pembelajaran yang berkaitan dalam kebaikan kepada Allah SWT. Instrumen
dengan materi berlomba dalam kebaikan kepada perbaikan pembelajaran ini meliputi rencana
Allah SWT. Langkah-langkah perbaikan yang perbaikan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan
dilalukan adalah : menyusun rencana perbaikan siswa (LKS), lembar pengamatan, dan lembar
pembelajaran, lembar kegiatan siswa, evaluasi soal test.
dan kuncinya, dan buku siswa. Selain itu juga Pelaksanaan proses belajar mengajar pada
menyiapkan lembar observasi pengelolaan penelitian ini adalah dengan menggunakan model
pembelajaran dan aktivitas siswa. Tindakan pembelajaran kooperatif yang mana akan
perbaikan yang dilakukan adalah melakukan memenuhi lima fase model pembelajaran
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif. Adapun pelaksanaan kegiatan belajar
kooperatif yang terdiri dari 6 fase. mengajar pada siklus 1 sebagai berikut :

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 100


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

20,1% dari 17 siswa. Dari hasil evaluasi siklus 2


yang dilakukan setelah proses belajar mengajar
diperoleh sebagai berikut . Nilai rata-rata kelas
mencapai 78,5. Jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 12 siswa atau 70,6%.
Siklus 3
Kegiatan belajar mengajar pada siklus 3
dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2013 yang
membahas tentang sub pokok materi berlomba
dalam kebaikan kepada Allah SWT. Instrumen
perbaikan pembelajaran ini meliputi rencana
perbaikan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan
siswa (LKS), lembar pengamatan, dan lembar
soal test.
Data hasil aktivitas siswa Data hasil aktivitas siswa
Aspek aktif mendengarkan sebesar 20,3%; aspek Aspek aktif mendengarkan sebesar 14,2%;
bertanya sebesar 14,3%; aspek berdiskusi sebesar aspek bertanya sebesar 16,7% ; aspek berdiskusi
17,3% ; aspek mengerjakan tugas sebesar 24,5%, sebesar 22,7% ; aspek mengerjakan tugas sebesar
dan aspek menjawab soal dan pertanyaan guru 22,9%, dan aspek menjawab soal dan pertanyaan
sebesar 23,6% dari 17 siswa. guru sebesar 23,5% dari 17 siswa.. Hasil
Analisis Data Penilaian Aktivitas Siswa Evaluasi Siklus 3
Dari kelima aspek yang dinilai pada aktivitas Dari hasil evaluasi siklus 3 yang dilakukan
siswa meliputi: Aspek aktif mendengarkan setelah proses belajar mengajar diperoleh sebagai
sebesar 20,3%; aspek bertanya sebesar 14,3%; berikut . Nilai rata-rata kelas mencapai 85,5.
aspek berdiskusi sebesar 17,3% ; aspek Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa
mengerjakan tugas sebesar 24,5%, dan aspek atau 88,2%.
menjawab soal dan pertanyaan guru sebesar
23,6% dari 17 siswa. Aspek mendengarkan SIMPULAN DAN SARAN
masih dominan, sehingga siswa kurang aktif Simpulan
untuk bertanya dan mengungkapkan ide atau Berdasarkan hasil dan analisis data yang
pendapat yang persentasenya paling sedikit. diperoleh dalam perbaikan pembelajaran yang
Demikian juga aspek menjawab soal dan telah dijelaskan dalam Bab IV maka dapat
pertanyaan guru masih kecil perlu adanya diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
peningkatan. 1. Pembelajaran dengan model pembelajaran
Dari hasil evaluasi siswa pada siklus 1 kooperatif dari hasil nilai tes evaluasi pada
tentang materi pokok berlomba dalam kebaikan tiap-tiap siklus menunjukkan peningkatan dan
kepada Allah SWT, terdapat 10 siswa (58,8%) ketuntasan belajar siswa juga mengalami
yang tuntas belajarnya dan 7 siswa (41,2%) yang peningkatan, sehingga dapat dikatakan bahwa
belum tuntas belajarnya sehingga perlu adanya prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
perbaikan pada siklus berikutnya. siswa kelas X SMAN I Kendal pada pokok
Siklus 2 materi berlomba dalam kebaikan kepada
Kegiatan belajar mengajar pada siklus 2 Allah SWT. mengalami peningkatan
dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2013 yang 2. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
membahas tentang sub pokok materi berlomba mengajar menunjukkan peningkatan pada
dalam kebaikan kepada Allah SWT. Instrumen aspek yang positif, dan aspek negatif
perbaikan pembelajaran ini meliputi rencana mengalami penurunan.
perbaikan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan 3. Ketrampilan guru dalam pengelolaan
siswa (LKS), lembar pengamatan, dan lembar pembelajaran dengan menerapkan model
soal test. pembelajaran kooperatif menunjukkan
Aspek aktif mendengarkan peningkatan pada tiap – tiap siklus.
sebesar 26,4%; aspek bertanya sebesar 12,8% ;
aspek berdiskusi sebesar 19,9% ; aspek
mengerjakan tugas sebesar 20,8%, dan aspek
menjawab soal dan pertanyaan guru sebesar

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 101


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Saran Implementasai. Bandung : PT. Remaja


Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran Rosdakarya
yang telah diperoleh peneliti, ada beberapa Nur, Mohamad. 2001. Kumpulan Makalah Teori
sumbang pendapat sebagai berikut : Pembelajaran MIPA II. Surabaya :
1. Pada saat menerapkan model pembelajaran UPRES UNESA
kooperatif hendaknya guru selalu Nur, M. 1996. Teori Pembelajaran IPA dan
mempersiapkan diri dengan baik sebelum Hakekat Ketrampilan Proses.
melaksanakan pembelajaran sehingga hasil Makalah dalam Persiapan Latihan
pembelajaran lebih maksimal dan guru selalu Kerja Instruktur PKG IPA. IKIP
menciptakan suasana belajar yang Surabaya.
menyenangkan sehingga dapat meminimalkan Nur, M. 2005. Guru yang berhasil dan Model
kejenuhan dalam diri siswa. Pengajaran Langsung. Jakarta:
2. Penerapan pembelajaran dengan model Depdiknas Ditjen Dikdasmen LPMP
pembelajaran kooperatif dapat digunakan Jawa Timur.
sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan Purwanto, Ngalim. 1992. Prinsip dan Teknik
belajar mengajar. Evaluasi Pengajaran. Bandung:
3. Penerapan pembelajaran dengan model Rosda Karya.
pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan Rachmat, dkk. 2005. Pengetahuan Sosial 5b
untuk materi pokok bahasan lain. untuk Tingkat SMA Kelas 5. Jakarta:
4. Kepala Sekolah harus terus memotivasi guru Grasindo.
untuk meningkatkan kompetensinya melalui Tim FKIP. 2008. Pemantapan Kemampuan
berbagai kegiatan diskusi, work shop, Profesional. Jakarta: Universitas
pelatihan secara terprogram maupun melalui Terbuka.
peningkatan pendidikan. Wardani, IGK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
5. Agar lebih meningatkan, guru perlu Jakarta : Penerbit Universitas
melaksanakan KKG sekolah guna Terbuka.
memecahkan persoalan pembelajaran
disekolah dan berdiskusi melaksanakan PTK
secara kolaboratif, jika perlu membantu dana
untuk pelaksanaan PTK.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Degeng, I.N.S. 2000. ”Paradigma Baru
Pendidikan Memasuki Era
Desentralisasi dan Demokrasi”, Jurnal
Gentengkali Edisi 6 Tahun III,
Surabaya : Depdiknas Propinsi Jawa
Timur.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam menunjang
Kecakapan Hidup Siswa. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas. 2003. Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning). Jakarta: Depdiknas.
Ischak dan Warji. 1987. Program Remedial
dalam Proses Belajar Mengajar.
Yogyakarta : Liberty
Jatmiko, Budi dan Fida Rachmadiarti. 2004.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Surabaya : UPRES UNESA
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, karakteristik, dan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 102


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

MENINGKATKAN PRESTASI KETERAMPILAN MENULIS PROSA DENGAN TEKNIK


HIPNOTEACHING SISWA KELAS V SDN GEMARANG 4 KECAMATAN
KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI TAHUN 2014/2015

Oleh : Sukarno
SDN Gemarang 4 Kecamatan Kedunggalar Ngawi
e-mail: sukarno@yahoo.com

ABSTRAK
Kata kunci: Teknik hipnoteaching, keterampilan menulis prosa

Pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada 3 aspek yaitu membaca, menulis


,mendengarkan kurangnya ketrampilan siswa dalam menulis prosa. Rata-rata kesulitan dalam menulis
prosa yang dirasakan siswa adalah menemukan kata pertama, menemukan ide dan rasa untuk menulis
prosa.Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah mendiskripsikan aktivitas guru selama proses
pembelajaran menulis prosa dengan menggunakan teknik hypnoteaching. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus menggunakan metode
observasi sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus I memperoleh skor 75 dengan kategori
baik, dan memperoleh skor 93 pada siklus II degan kategori baik sekali. Persentase ketuntasan
klasikal yang diperoleh Siklus I menunjukkan penulis prosa yang persentase 20% dengan kategori
sangat kurang, sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 96,7% dengan kategori
sangat baik. Kendala utama yang dialami pada siklus I adalah rendahnya kemampuan siswa menulis
prosa dan rendahnya kemampuan siswa untuk memasuki kondisi hipnosis, dan pada siklus II tidak
terdapat kendala yang cukup berarti. Guru mampu menguasai kelas dan memberikan tuntunan
sebelum siswa menulis prosa. Teknik hipnoteaching ini tidak cukup baik diterapkan untuk siswa yang
memiliki pendengaran yang rendah saja namun bisa digunakan di kelas-kelas yang lain.

PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan secara utuh apabila cakupannya
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal meliputi empat manfaat, yaitu (1) membantu
3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan pengetahuan budaya, (3) pengembangan cipta
membentuk karakter serta peradaban bangsa dan rasa, (4) dan menunjang pembentukan
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan watak.
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional Salah satu cara untuk mengembangkan
bertujuan untuk mengembangkan potensi apresiasi sastra pada anak didik ialah dengan
peserta didik agar menjadi manusia yang pengajaran puisi. Tujuan pengajaran prosa di
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang sekolah adalah agar siswa memperoleh
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kesadaran yang lebih terhadap dirinya sendiri,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga orang lain dan lingkungan sekitar, memperoleh
negara yang demokratis serta bertanggung kesenangan, dan anak memperoleh pengetahuan
jawab (depdiknas,2003). Salah satu pengajaran dan pengertian dasar tentang prosa. Yang perlu
pembentukan karakter yang dilakukan disekolah mendapat perhatian dalam pengajaran prosa di
adalah dengan pengajaran sastra. sekolah adalah pemilihan bahan pengajaran dan
Pengajaran sastra di sekolah bertujuan penyajiannya. Menulis prosa merupakan satu
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk
membentuk karakter seperti yang digalakkan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan
pemerintah pada akhir tahun 2010. Sebagaimana penguasan keterampilan menulis, diharapkan
yang diungkapkan oleh Rahmanto (2004: 16) siswa dapat mengungkapkan, pikiran, perasaan
bahwa pengajaran sastra dapat membantu yang dimilikinya setelah menjalani proses

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 103


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pembelajaran dalam berbagai tulisan di dalam kelas yang dilaksanakan guru lebih
(Nurgiyantoro, 2002:309). cenderung memberikan informasi tentang sastra,
Untuk mewujudkan proses dan hasil sehingga kemampuan mengapresiasi dan
tersebut, kemampuan mengembangkan metode mencipta kurang mendapat perhatian.
dan teknik mengajar sangat diperlukan untuk Pelaksanaan pembelajaran menulis prosa
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dilakukan guru dengan memberikan contoh-
dan membangun motivasi siswa dalam kegiatan contoh tulisan prosa kepada siswa, kemudian
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan siswa diminta untuk membuat prosa sesuai
hasil belajar siswa pada khususnya dan mampu dengan yang diinginkan siswa. Guru sebelumnya
mencapai apa yang dicita-citakan oleh tidak membangun motivasi siswa serta
pendidikan nasional Indonesia pada umumnya. mengkondisikan siswa dalam suasana yang
Dari hasil observasi yang dilakukan penulis di menyenangkan, sehingga mampu memunculkan
kelas V SDN Gemarang 4 Kecamatan kreatifitas dan imajinasi siswa untuk menulis
Kedunggalar Ngawi terhadap pembelajaran prosa prosa. Hasil observasi mengenai pembelajaran
dengan melakukan tanya jawab terhadap siswa menulis prosa pada siswa kelas V SDN
didapatkan bahwa 16 dari 30 siswa menyatakan Gemarang 4 Kecamatan Kedunggalar Ngawi
kesulitan untuk membuat prosa. Berdasarkan mendorong penulis untuk mengatasi masalah
hasil wawancara dengan guru dan siswal yang terjadi dengan menggunakan teknik baru
pengamatan terhadap pembelajaran menulis dalam pembelajaran menulis prosa, yaitu dengan
prosa di kelas yang dilakukan oleh guru bahwa menggunakan teknik hipnoteaching.Penelitian ini
kesulitan yang dialami siswa untuk membuat berbeda dengan penelitian sebelumnya.
puisi disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian ini berjudul Penerapan Teknik
Beberapa faktor yang menyebabkan Hipnoteaching untuk Meningkatkan Kemampuan
kesulitan siswa dalam menulis prosa adalah (1) Menulis Prosa Siswa Kelas V SDN Gemarang 4
siswa kurang mampu mengimajinasikan atau Kecamatan Kedunggalar Ngawi. Salah satu
mengingat kembali pengalaman menarik ataupun alasan mengapa penulis menggunakan teknik
menyedihkan yang pernah mereka alami hipnoteaching adalah untuk mengatasi
sebelumnya untuk dirangkai menjadi sebuah keterbatasan alam sekitar siswa jika seandainya
puisi bebas, (2) tertanam dalam pikiran siswa siswa ingin menulis prosa yang bernuansa
bahwa membuat prosa itu sangat susah, karena pegunungan, lautan, anak jalanan, atau bahkan
guru juga tidak menanamkan persepsi kepada kasih sayang seorang ibu, dan lain sebagainya
siswa bahwa menulis prosa itu sangat mudah, (3) sedangkan alam disekitar siswa tidak mendukung
siswa mengalami kesulitan menuangkan pikiran untuk membantu siswa mengeskpresikan
dan perasaan mereka dalam bentuk prosa (4) perasaannya menjadi rangkaian prosa.
menemukan kata pertama dalam membuat prosa, Teknik hipnosteaching merupakan teknik
(5) minimnya penguasaan kosa kata dan menulis pembelajaran menulis prosa dengan cara
prosa, karena tidak terbiasa mengemukakan memasukkan sugesti-sugesti positif kepada
perasaan, pikiran dan imajinasi mereka ke dalam siswa sehingga siswa dapat mengimajinasikan
prosa. sugesti yang mereka terima melalui teknik
Suasana pembelajaran prosa di kelas V hipnoteaching. Hipnoteaching merupakan seni
kurang menarik minat para siswa. Siswa lebih eksplorasi alam bawah sadar (Gunawan, 2007:3).
tertarik dan memilih untuk bermain dengan Pikiran bawah sadar yang dimaksudkan adalah
teman yang berada di dekatnya dibandingkan kondisi dimana gelombang otak berada dalam
dengan mengikuti pembelajaran menulis prosa. kondisi alfa dan tetha, kondisi inilah yang
Salah satu penyebab kurangnya kemampuan dimaksudkan dalam kondisi hipnotis (Gunawan,
siswa menulis prosa adalah penerapan metode 2007:22).
dan teknik yang digunakan guru untuk Pada saat pikiran memasuki gelombang
mengajarkan menulis prosa kurang menarik alfa, disitulah saat seseorang benar- benar dalam
minat siswa dan membantu siswa dalam menulis kondisi relaks dan fokus serta dapat dengan
prosa. Teknik yang digunakan guru belum mudah menyerap informasi secara maksimal
mampu mengembangkan potensi-potensi yang tanpa adanya pikiran pikiran yang mengganggu.
ada pada diri siswa dan secara leluasa Dalam kondisi gelombang ini pula efek
mengekspresikan perasaannya. Pembelajaran visualisasi siswa akan meningkat, sedangkan
menulis kreatif prosa cenderung bersifat teoritis pada saat pikiran memasuki kondisi tetha,
informatif dan bukan apresiatif produktif. Belajar seseorang telah berada pada kondisi setengah

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 104


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

tidur atau sering disebut dengan kondisi mediatif, siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam kondisi ini ide-ide kreatif muncul (Hakim, dalam mengapresiasi karya sastra.
2010:50).
Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh Teknik Hipnosis
guru untuk memberikan sugesti-sugesti verbal 1.Pengertian Teknik Hipnoteaching
mengenai sebuah keadaan, panorama alam atau Teknik ialah cara yang digunakan
fenomena yang lain dalam pikiran siswa. Dengan seseorangdalamrangkamengimplementasi kan
sugesti yang diberikan kepada siswa melalui suatu metode (Sanjaya, 2008:127).
teknik hipnoteaching, siswa dapat Hipnoteaching bukan merupakan sesuatu yang
mengimajinasikan apa yang disampaikan guru asing bagi kita. Terkadang tanpa kita sadari kita
kepada mereka serta memunculkan ide-ide telah mempraktekan konsep hipnosteaching.
kreatif yang ada pada diri siswa dan Misalnya seorang guru yang piawai memberikan
berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang motivasi ketika mengajar dikelas, sehingga
disampaikan oleh guru,kemampuan sugesti yang waktu jam pelajaran yang panjang tidak terasa
terus tergiang dalam otak ,mampu mengantarkan telah dilewati karena murid merasa senang
seseorang pada apa yang dipikirkan. Sedangkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
imajinasi merupakan proses membayangkan yang disukainya tersebut.
sesuatu terlebih dahulu baru melakukannya Hypnotis tidak hanya digunkan dalam
dalam hal ini seorang guru harus mampu mengatasi masalah yang menyangkut kondisi
membiarkan siswanya berskpresi dan fisik maupun psikis,melainkan juga bisa
berimajinasi dimanfaatkan dalam upaya optimalisasi kegiatan
belajar mengajar hipnotis yang satu ini biasa
LANDASAN TEORI disebut dengan istilah Hypnoteaching.
Teknik Hipnoteaching Sebagaimana dikemukakan heriyanto
Menurut Sanjaya (2008), teknik ialah cara yang Nurcahyo secara harfiah Hypnoteaching berasal
digunakan seseorang dalam rangka dari kata Hypnosis dan Teaching diartikan bahwa
mengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, hypnoteaching adalah seni berkomunikasi
2008:127). Sedangkan definisi hipnoteaching dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa
berasal dari kata hypnosis dan teaching dari sini menjadi cerdas. Dengan sugesti yang diberikan
diartikan bahwa hypnoteaching adalah seni ,diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan
berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti bahwa ada potensi luar bias yang selama ini
agar para siswa menjadi lebih cerdas dan belum dioptimalkan dalam pembelajaran. Dalam
tercerahkan bahwa ada potensi luar biasa yang Hypnoteaching penyajian materi pembelajaran
selama ini belum pernah mereka optimalkan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang
dalam pembelajaran ,menurut Gunawan (2007), memberikan sugesti siswa untuk berkosentrasi
hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh
menjadi sangat terpusat sehingga tingkat guru.
sugestibilitas meningkat tinggi (Gunawan, Hipnosis dalam bahasa Inggris berasal dari
2007:3).Berdasarkan definisi teknik dan kata hypnosis atau hypnotism. Sering kita salah
hipnoteaching, didapatkan definisi mengenai menggunakan istilah Hypnotis dan hipnosis.
teknik teaching dalam penelitian ini. Teknik Kata hipnotis artinya orang yang melakukan
hipnoteaching merupakan cara yang digunakan hipnosis. Sedangkan hipnosis Menurut kamus
guru pada saat proses pembelajaran prosa dengan encharta (dalam Gunawan,2007:3)
memberikan sugesti bermakna:Suatu kondisi yang menyerupai
kondisi tidur yang dapat secara sengaja
Menulis prosa dilakukan kepada orang, dimana mereka akan
Prosa ialah karya sastra dalam bentuk memberikan respons pada pertanyaan yang
bahasa yang terurai tidak terikat oleh rima diajukan dan sangat terbuka dan reseptif terhadap
,ritme,jumlah baris dan sebagainya. Adapun sugesti yang diberikan oleh hipnotis.Teknik atau
unsur-unsur instrinsik dalam prosa adalah praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk
tema,amanat,plot atau alur,perwatakan,sudut masuk dalam kondisi hipnosis.
pandang,latar dan gaya bahasa .Menulis prosa Definisi lain dari berbagai sumber yang
merupakan salah satu bidang keterampilan dikemukakan Gunawan (2007:3) antara lain: 1)
apresiasi terhadap karya sastra. Tujuan dengan Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian
diberikannya pembelajaran menulis prosa pada menjadi sangat terpusat sehingga tingkat

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 105


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

sugestibilitas meningkat tinggi. Hipnosis adalah melibatkan konsentrasi pada relaksasi fisik. Saat
seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang tubuh rileks pikiran kita juga semakin rileks.
sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang Peningkatan kemampuan sebagian atau seluruh
dicapai dengan cara menurunka gelombang otak. panca indera Kemampuan indra dapat
2) Hipnosis adalah eksplorasi alam bawah sadar. ditingkatkan melalui hipnosis. Indra dapat
3) Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang beroperasi lebih akurat bila fungsinya diarahkan
meningkat. Hipnosis adalah suatu kondisi pikiran dengan menggunakan sugesti.
yang dihasilkan oleh sugesti. Teknik Pengendalian refleks dan aktivitas fisik.
hipnosteaching yang dimaksudkan pada Pada saat hipnosis detak jantung dapat
penelitian ini merupakan teknik yang diterapkan dikendalikan. Siswa yang merasa tegang pada
guru untuk pembelajaran menulis prosa dengan saat pembelajaran mengakibatkan detak jantung
cara memberikan sugesti berupa kata-kata positif siswa yang terlalu cepat sehingga mengakibatkan
kepada siswa melalui hipnosis. Sugesti diberikan kecemasan pada siswa. Dengan cara hipnosis,
dengan tujuan memperkaya perbendaharaan kata detak jantung yang terlalu cepat dapat diatur
ataupun bahasa siswa sebagai bekal membuat dengan normal sehingga tidak ada ketegangan
prosa dan menggali imajinasi siswa. Kalimat yang dialami siswa pada saat
yang bersifat meluas membantu siswa pembelajaran.Respons terhadap pengaruh pasca
memperoleh modal dalam pembalajaran kosa hipnosisHasil yang dirasakan dalam sebuah
kata. proses hipnosis adalah bagaimana pengaruh
Sugesti yang diberikan guru melalui sugesti yang diberikan berdampak pada aktivitas
teknik Hypnoteaching mampu memberikan yang dilakukan oleh siswa setelah siswa bangun
gambaran dalam imajinasi siswa dengan dari kondisi hipnosi
menghubungkan pengalaman yang pernah
mereka alami. Daya imajinasi siswa yang Langkah- Langkah Hipnosis
dimunculkan oleh pikiran bawah sadar pada saat Berikut ini adalah langkah-langkah yang
hipnoteaching merupakan bekal untuk efektif untuk memasuki kondisi hipnosis dengan
mendapatkan gambaran mengenai suatu objek mudah yang diciptakan Dave Elman, pakar
yang akan diangkat menjadi sebuah puisi.Pada hipnosis (Gunawan, 2009:112)Relaksasi tubuh
saat kondisi hipnosis, seseorang berada dalam Misalkan dengan memberi sugesti ”tarik nafas
kondisi sangat sadar. Otak kanan dimanfaatkan dalam dalam....tahan dalam empat
untuk mengembangkan daya imajinasi atau hitungan...hembuskan perlahan....dan tutup mata
visualisasi kalimat yang diterima, gelombang kalianSekarang perhatikan kelopak mata
otak semakin menurun dan mengantarkan kalian..perintahkan kepada kedua kelopak mata
seseorang pada pikiran bawah sadar. kalian untuk semakin rileks...sangat
Pikiran bawah sadar merupakan sumber santai..bagus, dan kini kelopak mata kalian
emosi. Emosi adalah bentuk ekspresi yang menjadi benar-benar sangat santai...” dan
mencerminkan perasaan terhadap suatu situasi. seterusnya.
Emosi bersifat alamiah dan tidak rasional. Emosi Relaksasi pikiran misalkan dengan
sangat diperlukan ketika seseorang menulis puisi, memberikan sugesti ”rilekskan pikiran kalian.
karena emosi mampu memperkuat keindahan Hilangkan semua pikiran yang masih
setiap kata yang disusun dalam sebuah prosa. mengganggu. Saat saya menghitung mundur dari
Menurut Gunawan (2007:16) ada 20...19...18 dan seterusnya. Untuk setiap
beberapa ciri-ciri hipnosis yang dikemukakan hitungan kalian tambahkan kata ”semakin santai”
oleh para ahli :Perhatian yang terpusat/ fokus pada diri kalian dan seterusnya sampai pikiran
tunggalPada saat proses pikiran memasuki benar-benar santai memperdalam relaksasi.
kondisi hipnosis, secara perlahan tapi pasti Sugesti bisa diberikan misalnya ”saya akan
perhatian akan menjadi terfokus sehingga membantu kalian untuk lebih santai lagi..saya
mencapai kosentrasi yang tinggi. Dalam kondisi akan membimbing kalian untuk turun dari lift
normal, pikiran sadar dibanjiri oleh berbagai lantai 3 ke lantai 1 untuk setiap hitungan turun
stimulus yang masuk melalui 5 indra. Saat kalian akan menjadi jauh lebih santai dan
berada pada kondisi hipnosis, perhatian menjadi semakin santai.
lebih terpusat hanya pada satu stimulus tertentu. Pada saat siswa sudah benar-benar
Relaksasi kondisi fisik. memasuki kondisi hipnosis, siswa diberikan
Cara yang digunakan untuk membawa sugesti berupa kata atau kalimat yang dirangkai
pikiran dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar menjadi sebuah rangkaian gambaran suasana

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 106


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

atau keadaan berdasarkan tema yang diangkat kesempatan kepada siswa untuk melakukan
untuk menjadi prosa.Sebelum melakukan sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif .
hipnosis guru harus mempersiapkan rancangan Hal ini terbukti dapat meningkatkan
sugesti yang akan diberika kepada siswa sesuai motivasi dan ketertarikan mereka pada
dengan tema yang diambil dan menggunakan pembelajaran karena kompetensinya sedikit.
pembelajaran dengan teknik Hypnoteaching. Apabila jika mereka diberi kesempatan
Berikut ini adalah beberapa acuan untuk untuk.saling berbagi ide ,pengalaman, dan
merancang pembelajaran Hypnoteaching Kuasai argumen secara bebas tanpa harus saling
materi secara komprehensif Penguasaan materi menjatuhkan satu sama lain.Upayakan materi
sangat esensial untuk dapat melaksanakan tugas yang disampaikan kontektual.
aktif bukanlah perkara muda, tetapi mutlak harus Seseorang harus pandai dalam mengaitkan
dilakukan oleh guru secara mengajar dengan baik materi yang diajarkan dengan pengetahuan awal
dan menarik. Jika guru mampu menguasai materi para siswa. Hal ini penting dilakukan agar
pelajaran secara komprehensif,tentu akan mampu mereka dapat memahami bahan pelajaran yang
memberikan contoh, Analogi ataupun ilustrasi diberikan dengan lebih baik. Berikan umpan
yang beragam dan sesuai dengan konteks,serta balik dengan cepat dan bersifat deskriptif.
dapat meyesuaikan dengan latar belakang siswa. Memberikan umpan balik dengan cepat
Libatkan siswa secara aktif.Menyiapkan dan bersifat deskriptif mampu membantu para
pembelajaran agar siswa terlibat aktif bukanlah siswa menyadari sudah sejauh mana
perkara mudah ,tetapi harus dilakukan oleh guru perkembangan pemahaman atau penguasaan
secara kreatif. Sebagai contoh ia bisa melibatkan mereka terhadap pengetahuan atau penguasaan
para siswa untuk melakukan diskusi pelajaran mereka terhadap pengetahuan ,keterampilan atau
dengan baik sikap siswa.Tingkatkan jam terbang.Tidak ada
Upayakan untuk melakukan interaksi yang bisa mengalahkan pengalaman karena
informal dengan siswa.Terkadang bergurau dan pengalaman yang baik ataupun yang uruk
berbincang di sela - sela istirahat atau sebelum merupakan guru yang terbaik dalam
memulai materi,sangat penting untuk mencairkan kehidupan,termasuk bagi para siswa .Maka dari
suasana . Tidak hanya itu , hal tersebut juga bisa itu supaya pengalaman belajr mereka semakin
membangkitkan motivasi dan keterlibatan siswa meningkat ,maka tambahkan jam pelajaran bagi
dalam pembelajaran. mereka misalnya dengan menjalankan tugas
Berikan siswa kewenangan dan tanggung praktik, sehingga kemampuan mereka semakin
jawab atas belajarnya.Siswa akan termotivasi bertambah.
jika ia diberi kewenangan untuk menentukan
sendiri cara belajarnya. Dengan begitu prestasi METODE
belajar yang diraihnya juga bisa semakin Jenis penelitian ini merupakan Penelitian
meningkat.Yakinkan bahwa setiap siswa Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan
memiliki cara belajar yang berbeda-beda desain penelitian deskriptif kualitatif dan
Pada dasarnya setiap siswa memiliki gaya deskriptif kuantitatif. Penelitian tindakan kelas
belajar yang berbeda satu sama lainnya sebab merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru
setiap siswa diyakini memiliki potensi yang dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
berbeda-beda .Ada siswa yang pintar dalam dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
bidang tertentu,tetapi lemah dalam bidang sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
lainnyadengan demikian jangan perlakukan menjadi meningkat (Wihardit, 2008:1.4).
semua siswa dengan cara yang sama sehingga Tujuan utama penelitian tindakan kelas
seorang guru dapat lebih mudah dalam adalah memperbaiki peningkatan layanan
meningkatkan kualitas belajar mereka. pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat
Yakinkan siswa bahwa mereka mampu (Zainal, 2009:3). PTK juga merupakan penelitian
berhasil dalam pelajaran.Sebagai guru kita harus yang memiliki tujuan untuk memecahkan
bisa menyakinkan para siswa bahwa materi masalah nyata yang terjadi di kelas dan
pelajaran atau tugas yang kita berikan dapat meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
mereka lakukan dengan baik, sehingga kegiatan pengembangan profesinya. Jadi dalam
hasilnyapun dapat maksimal.Berikan kesempatan penelitian tindakan kelas terdapat tiga unsur atau
kepada siswa untuk melakukan sesuatu secara konsep, yaitu:
kolaboratif atau kooperatif.Memberikan 1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
objek, menggunakan aturan metodologi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 107


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

tertentu untuk memperoleh data atau siswa untuk mengatasi masalah tersebut dan
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran menjadi lebih
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik baik. Teknik yang akan diterapkan adalah
minat dan penting bagi peneliti. teknik hipnoteaching
2) Tindakan adalah suatu aktivitas yang Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan
disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu PTK ini adalah merancang bahan ajaran yang
yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan akan disampaikan dalam pembelajaran di
untuk memperbaiki atau menyelesaikan suatu kelas dengan menggunakan teknik
masalah dalam proses belajar mengajar hipnoteaching, merancang skenario
3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik
waktu yang sama menerima pelajaran yang hipnoteaching , serta menetapkan indikator
sama dari seorang guru. ketercapaian dan instrumen pengumpulan
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam data.
Arikunto, 2006:97) mengatakan bahwa model 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
PTK menggambarkan adanya empat langkah Kegiatan Awal
(dan pengulangannya), yaitu: a) Guru membuka pelajaran dan mengawali
a) Tahap 1: menyusun rancangan tindakan yang pembelajaran dengan doa.
dikenal dengan perencanaan. b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Tahap 2 Pelaksanaan Tindakan, yaitu c) Guru menanyakan kepada siswa mengenai
implementasi atau penerapan isi rancangan di pengalaman membuat prosa yang pernah
dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan dilakukan sebelumnya.
kelas. Kegiatan Inti
c) Tahap 3 Pengamatan, yaitu pelaksanaan a) Guru menanamkan persepsi pada diri siswa
pengamatan oleh pengamat. bahwa menulis prosa itu mudah
d) Tahap 4 Refleksi, atau pantulan, yaitu b) Siswa diberikan contoh puisi-puisi sederhana
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa untuk memberikan motivasi kepada siswa.
yang sudah terjadi. c) Siswa dijelaskan bagaimana cara menyusun
prosa
d) Siswa dijelaskan mengenai teknik
hipnoteaching yang akan diterapkan guru
Rencana untuk membantu siswa menulis prosa dengan
Awal
Refleksi mudah. Dengan teknik hipnoteaching siswa
mampu berimajinasi dan membangun emosi
Tindakan /
pada diri siswa. Sehingga menulis prosa
Observasi menjadi semakin mudah
Rencana e) Guru melakukan hipnosis kepada siswa.
yang Direvisi Sugesti yang diberikan kepada siswa
Refleksi
merupakan gambaran tema yang akan
diangkat menjadi sebuah prosa.
Tindakan /
Observasi
f) Sebagian siswa diminta untuk menceritakan
Rencana pengalaman- pengalaman yang dialami pada
yang Direvisi saat kondisi hipnosis.
Refleksi g) Siswa menulis prosa berdasarkan imajinasi
yang mereka rasakan pada saat kondisi
Tindakan / hipnosis dan guru membimbing siswa
Observasi Rencana yang menulis prosa.
Direvisi h) Siswa diminta untuk membacakan prosa
karya mereka sendiri di depan kelas
i) Siswa dan guru memberikan penilaian hasil
karya prosa yang telah mereka buat
Siklus I Kegiatan Akhir
1) Tahap Perencanaan a) Guru bersama siswa memberikan evaluasi
Dari permasalahan yang dirasakan guru mengenai pembelajaran yang telah mereka
meneliti dan merencanakan teknik lakukan
pembelajaran yang akan diterapkan pada

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 108


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

b) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan HASIL DAN PEMBAHASAN


pembelajaran. Berdasarkan nilai akhir yang diperoleh
3) Tahap Pengamatan (observasi) guru berdasarkan penilaian kedua selama proses
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pembelajaran menulis prosa dengan
proses pembelajaran. Guru kelas dan teman menggunakan teknik hipnoteaching pada siklus I
sejawat mengadakan observasi terhadap menunjukkan perolehan skor 73,3, skor ini
aktivitas guru pada saat pembelajaran di kelas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan dengan teknik hipnoteaching. menulis prosa dengan menggunakan teknik
Observasi dilakukan dengan menggunakan hipnoteaching berjalan dengan baik. Skor
lembar observasi beserta rubriknya. keberhasilan aktivitas guru selama melakukan
4) Tahap Refleksi pembelajaran menulis prosa yang diperoleh guru
Pada tahap ini dikaji secara menyeluruh sebesar 73,3 itu belum dapat memenuhi indikator
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian
pada data-data yang telah diperoleh . Jika ini yakni >66. Sehingga guru harus memperbaiki
terdapat masalah pada proses refleksi maka kinerja pembelajarannya pada pertemuan
dilakukan proses pengkajian ulang melalui berikutnya.
siklus berikutnya yang meliputi kegiatan Siklus II pertemuan pertama skor aktivitas
perencanan ulang, tindakan ulang, dan guru mencapai 96,4, dan mendapat kategori baik
pengamatan ulang sehingga permasalahan sekali, skor ini mengalami peningkatan dari
dapat diatasi.. siklus sebelumnya dalam penelitian ini.Pada
Siklus 2: siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar
Rencana awal pada siklus 2 ini adalah hanya terdapat 6 siswa dan 24 siswa masih
memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan belum tuntas belajar.
pada siklus 1. Kekurangan-kekurangan yang Nilai siswa juga masih rendah,
dilakukan guru dan siswa dalam proses ditunjukkan dengan siswa yang mendapat nilai
pembelajaran menjadi acuan dalam rencana ini. dengan kategori baik sekali hanya ada 1 siswa,
Selain itu juga hasil tes evaluasi siswa pada nilai dengan kategori baik ada 5 siswa, kategori
siklus pertama sebagai faktor utama perbaikan. cukup ada 10 siswa, nilai dengan kategori kurang
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada
siklus II . Nilai rata-rata siswa menunjukkan
adanya perbaikan dan peningkatan dari siklus
sebelumnya.
Peningatan nilai menulis prosa siswa
siklus II dapat dilihat dari siswa yang
mendapatkan kategori baik sekali ada 9 siswa,
kategori baik ada 20 siswa dan kategori cukup 1
siswa. Terdapat 1 siswa yang tidak mencapai
ketuntasan belajar, sehingga persentase
ketuntasan klasikal pada siklus II mencapai
96,7% , persentase dengan kategori baik sekali
dan telah melebihi persentase ketuntasan klasikal
minimal dalam penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan
hasil penelitian yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Hasil observasi aktivitas guru selama
pembelajaran menunjukkan kemajuan dengan
meningkatnya skor yang diperoleh pada siklus
I sebesar 73,3 dan pada siklus II 96,4 dengan
kategori ba seklai. Dengan peningkatan skor
aktivitas guru menunjukkan adanya perbaikan

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 109


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pembelajaran yang dilakukan guru dari tiap 2) Guru sebaiknya mengenali tipe-tipe siswa
siklusnya. dalam belajar dan menyerap informasi untuk
2) Teknik hipnosis dapat membantu siswa dalam membantu guru melakukan proses hipnosis
meningkatkan kemampuan menulis prosa. dengan memberikan sugesti-sugesti yang suai
Terbukti dari nilai yang diperoleh siswa dengan tipe siswa, misalkan tipe auditori
meningkat tiap siklusnya. Siklus I sugesti yang diberikan lebih pada penekanan
menunjukkan persentase ketuntasan siswa pendengaran seperti kata “dengarkan”, untuk
dalam belajar sebesar 20% dengan siswa yang siswa dengan tipe visual sugesti yang
memperoleh kategori nilai cukup ada 14 diberikan lebih pada penekanan kata “lihat”,
siswa, baik ada 4 siswa, kurang ada 11 siswa sedangkan siswa dengan tipe kinestetik lebih
dan sangat kurang ada 2 siswa. Sedangkan pada penekanan kata “rasakan” dan
pada siklus II ketuntasan belajar siswa sebagainya. Penggunaan teknik hipnoteaching
mencapai 96,7%, dengan siswa yang tidak cukup baik untuk siswa yang memiliki
mendapatkan kategori baik sekali ada 9 siswa, pendengaran yang kurang. Pengulangan
kategori baik ada 20 siswa dan kategori cukup sugesti pada siswa yang memiliki
1 siswa. Dari hasil bservasi selama proses pendengaran yang kurang dapat sedikit
tindakan berlangsung membuat perbaikan- membantu siswa lebih memahami sugesti
perbaikan kinerja guru di kelas serta yang diberikan, sehingga guru harus
keseriusan dan keaktifan anak dalam mengetahui latar belakang setiap siswa.
mengikuti pembelajaran. 3) Guru harus pandai dan kreatif untuk
3) Ada beberapa kendala yang dialami guru menciptakan inovasi baru pada tiap siklusnya
selama melakukan proses tindakan. Kendala untuk mengantisipasi kejenuhan yang
yang paling menonjol adalah kurangnya dirasakan siswa. Selain itu guru juga harus
kemaman guru untuk mengelolaan waktu pandai mengkondisikan kelas dengan cara
dengan efektif pada siklus I sehingga proses yang kreatif dan menyenangkan.
pembelajaran kurang berjalan dengan
maksimal. Kendala lain adalah pengelolaan
kelas, siswa sering gaduh di dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA
Terlebih ketika guru ingin mengkondisikan Akhadiah, Sabarti, Dkk. 1992. Bahasa Indonesia
siswa untuk tenang dan memulai hipnosis, I. Jakarta: Depdikbud.
guru membutuhkan kesabaran yang ekstra
untuk mengondisikan siswa untuk tenang. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Saran
Penggunaan teknik hipnosis dalam Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
menulis prosa dirasakan efektif untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
meningkatkan kemampuan menulis prosa siswa. Rineka Cipta.
Namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diperbaiki dan dikembangkan Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian
dalam pebelajaran menulis prosa dengan Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi
menggunakan teknik ini, diantaranya: Aksara.

1) Kemampuan melakukan hipnosis bukan Aqid, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan
merupakan hal yang terlalu mudah dan dapat Kelas. Bandung : Yrama Widya
dikuasai tanpa sering berlatih. Pada saat Badan Standar Nasional pendidikan
melakukan proses hipnosis seorang guru (BSNP). 2006. Standar Isi (SI). Jakarta:
harus benar-benar menguasai teknik Depdiknas.
hipnoteaching sebelum mempraktekkan
langsung pada anak didik dengan melakukan
banyak latihan. Kepercayaan diri yang tinggi DePorter, Bobbi and Mike Hernacki (dalam
juga sangat diperlukan selama melakukan terjemahan Abdurrahman). 2005.
proses hipnosis, agar mampu mempengaruhi Quantum Learning: Membiasakan
siswa dengan mudah dan menarik minat siswa Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
untuk mengikuti hipnosis. Bandung: Kaifa.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 110


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Djamarah, Saiful Bahri. 2005. Guru dan Anak


Didik dalam interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.

Gani, Riza Nur. 1988. Sastra Indonesia Respon


dan Analisis. Jakarta: Depdikbud.

Gunawan, Adi. W. 2009. Hypnottherapy.


Jakarta: Gramedia.

Gunawan, Adi. W. 2005. Hypnosis. Jakarta:


Gramedia.

Hakim, Andri. 2010. Hypnosis in Teaching.


Jakarta: Visimedia.

K. K. B Rachma Dian. 2007. Peningkatan


Keterampilan Menulis paragraf
Deskripsi melalui Metode Sugesti-
Imajinasi dengan Media Lagu Siswa
Kelas XA SMA Negeri 2 Blora. Unnes:
Tidak dipublikasikan.

Nadjid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa


Fiksi. Surabaya: University Pers
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Nur Aini, Umri, Dkk. 2008. Bahasa Indonesia 5 :


untuk SD/MI kelas V/. Jakarta:
Depdiknas.

Nurgiyantoro. Burhan. 2001. Penilaian dalam


Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: PT. BPFE

Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran Sastra.


Jogjakarta: Kanisius.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran.


Jakarta: Kencana.

Sujana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan


Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar
baru algesindo.

Sumardjo Jakob, Dkk. 2000. Apresiasi


Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 111


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SDN
KATIKAN 3 KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2014/2015

Oleh : Joko Susilo


SDN Katikan 3 Kecamatan Kedunggalar Ngawi
e-mail: jokosusilo@yahoo.com

Abstrak
Kata kunci: Peningkatan Prestasi, Matematika Sifat-Sifat Bangun Datar, Kooperatif, Tipe STAD

Keberhasilan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem


Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai apabila didukung oleh komponen-
komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses
pemebelajaran, dan tujuan pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan
pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengolahan proses
pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, pendidikan di masa yang akan datang perlu dikembangkan
agar dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di
dunia kerja. Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu pembaharuan dalam pergerakan refomasi
pendidikan. Metode pembelajaran Kooperatif Model STAD dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan
bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak
lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Pembelajaran Kooperatif
Model STAD terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Katikan 3. Jenis penelitian ini
adalah tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali
pertemuan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan penerapan Pembelajaran Kooperatif
terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Katikan 3. Peningkatan prestasi ditunjukkan
dari nilai rata-rata pada siklus I sebesar 76,4 meningkat pada siklus II dengan rata-rata 81,3.
Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran Kooperatif dapat digunakan sebagai alternatif
pembelajaran matematika.

PENDAHULUAN
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional manajer, inovator, operator yang efektif dan yang
yang diamanatkan dalam Undang-Undang mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun sebab itu, beban yang diemban oleh sekolah,
2003 akan tercapai apabila didukung oleh dalam hal ini adalah guru sangat berat, karena
komponen-komponen pilar pendidikan yang guru yang berada pada garis depan dalam
meliputi motivasi belajar siswa, materi membentuk pribadi anak didik. Oleh karena
pembelajaran, proses pemebelajaran, dan tujuan pendidikan di masa yang akan datang perlu
pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak dalam dikembangkan agar dapat menjadi lebih
pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan
strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja.
Pengolahan proses pembelajaran yang efektif Berdasarkan hasil pengamatan, pola
merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran pengajaran yang dilakukan di SDN Katikan 3
yang akhirnya akan meningkatkan prestasi melalui pengalaman dan pengamatan penulis,
belajar siswa. masih kurang adanya kesesuaian pola pengajaran
Saat sekarang ini pendidikan dihadapkan yang dilakukan dengan dualisme tuntutan
pada tuntutan tujuan yang semakin canggih dan pendidikan. Pengajaran bidang-bidang akademis
meningkat baik ragam maupun kualitasnya. masih dilakukan secara konvensional yang hanya
Sementara itu, pemerintah dan masyarakat membuahkan kemampuan yang bersifat kognitif
berharap agar lulusan dapat menjadi pemimpin, semata bagi siswa. Padahal salah satu titik tumpu

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 112


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

untuk mencapai dualisme tuntutan di atas adalah pembentukan kumpulan yang homogen seperti
melalui pengajaran bidang akademis tersebut. dalam pendidikan inklutif. Hanya boleh digunakan
Pola pengajaran konvensional yang oleh pelbagai kumpulan umur dan dalam pelbagai
dilakukan pada siswa khususnya kelas V SDN mata pelajaran. Pembelajaran koopeatif
Katikan 3 di antaranya disebabkan karena dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya
kurangya pengetahuan dan pengalaman guru pelajar-pelajar dapat berkerjasama dalam
terhadap model pembelajaran yang tepat, dan kumpulan untuk mempelajari isi kandungan
kurang tersedianya perangkat pembelajaran yang pelajaran dengan pelbagai kemahiran sosial.
sesuai. Model pembelajaran dan perangkat Secara dasarnya, pembelajaran kooperatif
pembelajaran yang dimaksud adalah, yang bisa melibatkan pelajar bekerjasama dalam mencapai
meningkatkan kemampuan akademik, satu-satu objektif pembelajaran (Johnson &
melatihkan keterampilan berbicara, sekaligus Johnson, 1991).
menanamkan moralitas kepada siswa. Secara Berdasarkan uraian di atas, perlu untuk
teoritis, untuk mengatasi permasalahan tersebut melakukan penelitian dengan mengembangkan
di antaranya dengan mengembangkan model perangkat pembelajaran yang bercirikan model
pembelajaran Kooperatif. pembelajaran kelompok sebagai salah satu
Harus disadari bahwa alternatif dalam mengatasi permasalahan
banyak parameter yang mempengaruhi hasil pembelajaran matematika kelas V SDN Katikan
pendidikan, seperti; intelegensi siswa, 3. Penelitian ini berjudul “Meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latar Prestasi Belajar Matematika Sifat-Sifat
belakang pendidikan guru, kemampuan guru Bangun Datar Dengan Model Pembelajaran
dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan lain Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SDN
sebagainya. Tetapi yang Katikan 3
Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang Pada dasarnya penelitian yang dilakukan
ini adalah mengembangkan perangkat ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran, sekaligus melatihkan kepada guru pembelajaran yang berorientasi pada model
suatu model pembelajaran. yang diharapkan bisa pembelajaran Kooperatif, yang meliputi; Materi
mewujudkan dualisme tujuan tersebut. Ajar, Rencana Pembelajaran, Lembar Kegiatan
Tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan Siswa, dan Instrumen Tes Hasil Belajar. Untuk
para siswanya untuk memperoleh berbagai memecahkan masalah utama dan berdasarkan
pengetahuan produk dan keterampilan. Lebih dari hasil analisis terhadap prestasi belajar siswa tahun
itu, guru harus dapat mendorong siswa untuk sebelumnya, maka disusun hipotesis tindakan
dapat bekerja secara kelompok dalam rangka sebagai berikut:
menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe
sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan ingin tahu. STAD dapat meningkatkan prestasi siswa dalam
Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar belajar matematika sifat-sifat bangun datar di
perlu dikembangkan pengalaman-pengalaman kelas V SDN Katikan 3. Berdasarkan pendekatan
belajar melalui pendekatan dan inovasi model- penelitian tindakan kelas yang dipilih dan
model pembelajaran yang sesuai. hipotesis tindakan di atas, maka dibuat upaya
Pembelajaran matematika khususnya dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:
diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang Observasi kelas untuk menentukan strategi yang
mendorong siswa belajar secara aktif, baik fisik, tepat dalam rangka penerapan pembelajaran
mental-intelektual, maupun sosial (kelompok) Kooperatif Tipe STAD. Menyusun strategi yang
untuk memahami konsep-konsep matematika. cocok untuk menerapkan pembelajaran
Dalam mengembangkan pembelajaran matematika Kooperatif Tipe STAD, sehingga dapat
di kelas, yang diharapkan adalah keterlibatan aktif dikembangkan menjadi suatu model
seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran yang aplikatif di kelas.
menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi Mengimplementasikan model
dengan lingkungannya. pembelajaran ke dalam kelas, melalui tahapan
Pembelajaran Kooperatif merupakan salah sebagai berikut: 1) Tahap Orientasi Masalah.
satu pembaharuan dalam pergerakan refomasi Memberi pelajaran singkat mengenai bangun
pendidikan. Pembelajaran kelompok sebenarnya datar (siklus I) dan sifat-sifat bangun datar
mencakup banyak jenis bentuk pengajaran dan (siklus II) dengan memberikan penjelasan,
pembelajaran. Asasya ia menggalakkan pelajar rangkuman dan kerangka konsep.
belajar bersama-sama dengan berkesan melalui 2) Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 113


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Memasukkan berbagai macam aktivitas di kelas tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus
agar siswa mendapatkan konsep yang memanjat anak tangga tersebut (Slavin, 1994).
representatif. Kemudian dilanjutkan dengan
memberikan soal secara individual kepada siswa Prinsip-prinsip Belajar Konstruktivis
sesuai dengan materi yang diajarkan. Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa
3) Tahap Evaluasi.Tahap akhir adalah dengan belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat
memberikan penilaian pada soal yang telah pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan
diberikan. terdahulu (Abruscato, 1999). Persepsi yang
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan
untuk menerapkan perangkat pembelajaran persepsi baru. Siswa menginterpretasi
matematika SD sifat-sifat bangun datar yang pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan
bercirikan model pembelajaran Kooperatif Tipe baru berdasar realitas yang telah terbentuk di
STAD. Mengetahui hasil belajar matematika dalam pikiran siswa. Konstruktivisme yang
melalui penerapan perangkat dan model berakar pada prsikologi kognitif, menjelaskan
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa kelas bahwa siswa belajar sebagai hasil dari
V SDN Katikan 3. pembentukan makna dari pengalaman.

LANDASAN TEORI Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Strategi Pengajaran Berpusat Pada Siswa Pembelajaran kooperatif adalah salah satu
Pengajaran yang berpusat pada siswa adalah bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
dan minat siswa. Strategi pengajaran yang merupakan strategi belajar dengan sejumlah
berpusat pada siswa dirancang untuk siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
menyediakan system belajar yang fleksibel tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa. menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
sebagai sentral melainkan hanya sebagai saling membantu untuk memahami materi
penunjang (Oemar, 2005). Dalam pembelajaran pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif,
yang berpusat pada siswa digunakan berbagai belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
macam teori diantarnya adalah teori teman dalam kelompok belum menguasai bahan
konstruktivis. pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren,
Pengertian Teori Konstruktivis 1994).
Salah satu teori filsafat yang sudaha lama Menurut Thompson, et al. (1995),
digunakan dalam pembelajaran adalah teori pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-
konstruktivis. Konstruktivis adalah salah satu unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains.
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
(Von Glaserfelt dalam Suparno, 1997). saling membantu satu sama lain. Kelas disusun
Pandangan dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang
konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, siswa, dengan kemampuan yang heterogen.
bahwa anak-anak diberi kesempatan agar Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari
menggunakan strateginya sendiri dalam belajar campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan
secara sadar, sedangkan guru yang membimbing suku.
siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
(Slavin, 1994; Abruscato, 1999). menerima perbedaan dan bekerja dengan teman
Menurut teori ini, satu prinsip paling yang berbeda latar belakangnya. Pada
penting dalam psikologi pendidikan adalah pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-
bahwa guru tidak dapat hanya sekedar keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
memberikan pengetahuan kepada siswa agar dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
secara sadar menggunakan strategi mereka menjadi pendengar yang baik, siswa diberi
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
kepada siswa atau peserta didik anak tangga yang tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama
membawa siswa akan pemahaman yang lebih kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 114


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif diuraikan oleh Arends (1997) adalah


Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif sebagaimana terlihat pada table 2.1 berikut :
adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) Tabel 2.1
terjadi hubungan interaksi langsung di antara Fase Pembelajaran Kooperatif
siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung Fase Fase Tingkahlaku Guru
jawab atas belajarnya dan juga teman-teman Fase 1: Guru menyampaikan semua
sekelompoknya, (d) guru membantu Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin
mengembangkan keterampilan-keterampilan tujuan dan dicapai pada pelajaran
interpersonal kelompok, (e) guru hanya memotivasi siswa tersebut dan memotivasi
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan siswa belajar.
(Carin, 1993). Tiga konsep sentral yang menjadi Fase 2: Guru menyajikan informasi
karakteristik pembelajaran kooperatif Menyajikan kepada siswa dengan jalan
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), informasi demonstrasi atau lewat bahan
yaitu penghargaan kelompok, bacaan.
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan Fase 3: Guru menjelaskan kepada
yang sama untuk berhasil. Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya
siswa ke membentuk kelompok belajar
Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal dalam kelompok- dan membantu setiap
Menggunakan kesepakatan. Yang kelompok kelompok agar melakukan
dimaksud dengan menggunakan kesepakatan belajar transisi secara efisien.
adalah menyamakan pendapat yang berguna
untuk meningkatkan hubungan kerja dalam Fase 4: Guru membimbing
kelompok. Menghargai kontribusi. Menghargai Membimbing kelompok-kelompok belajar
berarti memperhatikan atau mengenal apa yang kelompok pada saat mereka
dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Bekerja dan belajar mengerjakan tugas mereka.
Hal ini berarti harus selalu setuju dengan anggota Fase 5: Guru mengevaluasi hasil
lain. Dapat saja kritik yang diberikan itu Evaluasi belajar tentang materi yang
ditujukan terhadap ide dan tidak individu telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
Mengambil giliran dan berbagi tugas. Pengertian mempresentasikan hasil
ini mengandung arti bahwa setiap anggota kerjanya.
kelompok bersedia menggantikan dan bersedia Fase 6: Guru mencari cara-cara untuk
mengemban tugas/tanggungjawab tertentu dalam Memberikan menghargai baik upaya
kelompok. 1) Berada dalam kelompok. Maksud penghargaan maupun hasil belajar individu
di sini adalah setiap anggota tetap dalam dan kelompok.
kelompok kerja selama kegiatan berlangsung. 2) (Arends, 1997)
Berada dalam tugas. Yang dimaksud berada Terdapat enam fase utama dalam
dalam tugas adalah meneruskan tugas yang pembelajaran kooperatif (Arends, 1997).
menjadi tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan
diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan. guru menginformasikan tujuan-tujuan dari
3)Mendorong partisipasi. Mendorong partisipasi pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
berarti mendorong semua anggota kelompok belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian
untuk memberikan kontribusi terhadap tugas informasi, sering dalam bentuk teks bukan
kelompok. 4) Mengundang orang lain. verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di
Maksudnya adalah meminta orang lain untuk mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja
berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.5) bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas
Menyelesaikan tugas dalam waktunya. 6) yang saling bergantung.
Menghormati perbedaan individu. Menghormati Fase terakhir dari pembelajaran
perbedaan individu berarti bersikap menghormati kooperatif meliputi penyajian produk akhir
terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dari kelompok atau mengetes apa yang telah
semua siswa atau peserta didik. dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok
dan usaha-usaha individu.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Urutan langkah-langkah prilaku guru
menurut model pembelajaran kooperatif yang

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 115


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Pembelajaran Kooperatif Model STAD sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
Student Teams Achievement Division menjadi meningkat.
(STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan Rencana kegiatan yang dilakukan dalam
teman-temannya di Universitas John Hopkin dan penelitian ini tebagi menjadi empat tahap antara
merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif lain: 1) Identifikasi masalah yaitu tahap melihat
yang paling sederhana. Guru yang menggunakan kondisi lapangan. 2) Analisis dan merumuskan
STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok masalah di lapangan. 3) Perencanaan PTK yaitu
siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada tahap merumuskan penerapan pendekatan
siswa setiap minggu menggunakan presentasi pembelajaran yang efektif. 4) Pelaksanaan PTK
verbal atau teks. yaitu implementasi atau uji coba pendekatan
Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah pembelajaran.
menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang,
setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari Prosedur Penelitian
laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai Prosedur dalam penelitian ini meliputi
suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan kegiatan observasi dan refleksi awal dilanjutkan
rendah. Anggota tim menggunakan lembar dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain Kegiatan ini diawali dari siklus I, dan dari hasil
untuk menuntaskan materi pelajarannya dan refleksi siklus I akan digunakan sebagai dasar
kemudian saling membantu satu sama lain untuk dalam merencanakan tindakan siklus II, dan
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, seterusnya.
satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Secara individual setiap minggu atau setiap Observasi dan Refleksi Awal
dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan Berdasarkan observasi sebagai refleksi
tiap individu diberi skor perkembangan. Skor awal pada tahun palajaran sebelumya, maka
perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa Guru telah melakukan pendekatan pembelajaran
jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. dengan menggunakan alat peraga namun siswa
Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat masih cenderung sering kesulitan dalam
atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan menangkap materi pelajaran. Mencermati
skor tertinggi, siswa yang mencapai skor refleksi ini, maka dalam penelitian tindakan kelas
perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai nanti akan menggunakan pendekatan
skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang pembelajaran dengan metode Kooperatif Tipe
seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu STAD. Hal tersebut bertujuan agar siswa
dicantumkan dalam lembar itu (Arends, 2001) termotivasi belajar, sehingga diharapkan proses
pembelajaran dapat bermakna dan efektif.
METODE Hasil belajar kognitif siswa masih rendah.
Rancangan Penelitian Pada tahun sebelumnya pencapaian nilai tes hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 belajar semester II dibawah rata-rata.
s.d 13 November 2008 di SDN Katikan 3 dengan Mencermati refleksi ini maka dalam PTK nanti
alamat Jl. Laksda Adi Sucipto No.202 Malang. pembelajaran lebih memperhatikan kualitas
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V penyelesaian masalah atau soal agar berdampak
di SDN Katikan 3. Penentuan kelas ini pada peningkatan hasil belajar.
berdasarkan pengamatan langsung di kelas dan
berdasarkan hasil refleksi, dimana peneliti ini Siklus I
merupakan guru kelas V SDN Katikan 3. Tahap Perencanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilaksanakan dengan
Jenis Penelitian beberapa rencana yaitu: Menentukan kelas yang
Rancangan yang digunakan dalam akan di PTK kan dan memahami permasalahan
penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan yang terjadi di kelas tersebut serta dipadukan
Kelas (PTK). Menurut Wardani dkk (2006:1.4) dengan hasil refleksi awal seperti yang telah
menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas diuraikan sebelumnya. Membuat rencana
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di pembelajaran sesuai dengan strategi
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, pembelajaranan kontekstual. Kegiatan meliputi
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya langkah-langkah sebagai berikut:

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 116


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Membuat rencana pembelajaran yang di Siklus II


dalamnya memuat skenario pembelajaran sesuai Pada siklus kedua dilakukan tahapan-
dengan strategi yang dipilih yaitu dengan metode tahapan seperti pada siklus pertama, sehingga
Kooperatif model STAD. Membuat soal sebagai kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus
bentuk latihan yang diberikan secara individu pertama tidak terjadi pada siklus kedua.
sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang telah
ditetapkan, dan disesuaikan dengan topik yang Tahap Perencanaan Tindakan
akan diajarkan, yaitu unsure-unsur bangun Pada siklus kedua diawali dengan
geometri datar. perencanaan tindakan berdasarkan refleksi hasil
Menyusun instrumen pengumpul data. siklus pertama. Tindakan yang akan
Membuat soal tes untuk mengetahui keberhasilan dilaksanakan dengan beberapa rencana yaitu:
tindakan. Pre tes dilaksanakan sebelum tindakan Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan
dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal strategi pembelajar kontekstual dengan peta
siswa. Post tes dilaksanakan setelah pemberian konsep. Kegiatan meliputi langkah-langkah
tindakan, sehingga tampak seberapa besar sebagai berikut: 1) Membuat RPP, 2) Membuat
keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar. Soal latihan, 3) Menyusun instrumen pengumpul
Post tes dilaksanakan pada akhir siklus I dan II. data, 4) Membuat soal tes untuk mengetahui
keberhasilan tindakan.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari Tahap Pelaksanaan Tindakan
rencana tindakan. Pada awal pembelajaran siswa Tahap-tahap dalam siklus ini adalah sebagai
diberi motivasi agar lebih tertarik dengan berikut:
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah 1) Guru menyajikan informasi mengenai konsep
berikutnnya guru menyajikan informasi bangun datar. 2) Guru mengorganisasi siswa ke
mengenai bangun datar. Setelah memberikan dalam kelompok-kelompok belajar. 3) Tiap-tiap
penjelasan, guru mengorganisasi siswa ke dalam kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
kelompok-kelompok belajar. Tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa. 4) Guru menjelaskan kepada siswa tentang
Selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa keterampilan kooperatif yang harus dilakukan
tentang keterampilan kooperatif yang harus selama pembelajaran dengan menuliskan di
dilakukan selama pembelajaran dengan papan keterampilan-keterampilan kooperatif
menuliskan di papan keterampilan-keterampilan yang harus dilatih selama pembelajaran
kooperatif yang harus dilatih selama berlangsung. 5) Siswa diberikan lembar kerja
pembelajaran berlangsung. Langkah berikutnya (LKS) secara kelompok. Pada akhir tahap siswa
adalah siswa diberikan lembar kerja (LKS) diberi soal atau tugas secara individual.
secara kelompok. Pada akhir tahap siswa diberi
soal atau tugas secara individual Tahap Observasi
Tahap Observasi Tahap ini dilaksanakan ketika proses
Tahap ketiga ini dilaksanakan bersamaan pembelajaran Kooperatif, dilaksanakan. Guru
dengan pelaksanaan tindakan oleh guru pengajar. membuat catatan kecil hasil pengamatan di kelas
Guru merekam segala aktifitas siswa selama proses berlangsungnya pembelajaran dan format
tindakan pembelajaran berlangsung. untuk mengamati aktivitas siswa.
Hasil observasi selanjutnya dianalisis. Kemudian
data yang didapat dari hasil analisis terhadap tes Tahap Refleksi
dan dari lembar laporan kegiatan siswa. Hasil evaluasi pengamatan pada siklus
kedua dijadikan refleksi akhir penelitian ini.
Tahap Refleksi
Tahap refleksi ini merupakan tahap Instrumen Penelitian
mengamati secara rinci segala hal yang telah Instrumen yang digunakan dalam penelitian
dilakukan di kelas. Dari hasil ini dapat ini ada 2 macam yaitu: (1) Soal tugas dan soal
dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan uji kompetensi, (2) lembar observasi pemantauan
menetapkan tindakan perbaikan pada siklus II. aktivitas siswa ketika mengikuti kegiatan. Soal
yang digunakan sebagai instrumen adalah soal
yang diberikan sebagai tugas dan soal uji
kompetensi (post tes). Lembar observasi berisi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 117


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

rekaman hasil penugasan. Indikator yang Siklus I


digunakan untuk mengetahui bahwa model Siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan
pembelajaran konsep meningkatkan hasil Pertemuan dimulai pukul 07.35 hingga 08.45
evaluasi adalah dengan hasil analisis yang WIB. Pada pertemuan pertama diberikan
meningkat dari siklus II dibandingkan dengan penjelasan materi dan pembagian kelompok,
siklus I. kemudian pada pertemuan kedua dan ke tiga
diberi lembar kerja untuk kelompok. Pada
Tabel 1. Format observasi hasil belajar kognitif pertemuan ke empat digunakan untuk
selama 2 siklus memberikan evaluasi secara individu bagi semua
Kenaikan siswa.
Aspek Siklus Siklus
Angka Persen
Pembading I II Tahap Perencanaan Tindakan
(%)
Rerata kelas Pada tahap ini guru berfikir bahwa
Nilai Terendah pembelajaran yang biasanya dilakukan masih
Nilai Tertinggi kurang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.
Di bawah KKM Oleh karena itu dirancang sebuah model
pembelajaran dengan menggunakan
Pengumpulan Data pembelajaran Kooperatif model STAD. Tindakan
Pengumpulan data dilaksanakan dengan yang akan dilaksanakan dengan beberapa
tahap sebagai berikut: Observasi terhadap kelas rencana yaitu: Guru menyusun rencana
yang diteliti dan membuat catatan lapangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) terkait dengan
selama pembelajaran berlangsung. Data ini strategi Pembelajaran Kooperatif model STAD.
diperoleh dari proses pembelajaran yang Menyusun soal berdasarkan indikator dan
berlangsung dalam 2 siklus. Penilaian Hasil kompetensi dasar yang telah dipelajari.
belajar melalui uji kompetensi setelah proses Menyusun lembar observasi untuk mengetahui
pembelajaran. proses berlangsungnya Pembelajaran Kooperatif
model STAD. Melaksanakan Pembelajaran
Analisis Data sesuai dengan rencana dalam RPP. Setelah
Analisis data dilakukan secara diskriptif melakukan pembelajaran, pada pertemuan
kualitatif berdas berikutnya dilakukan uji kompetensi.

arkan hasil observasi terhadap proses dan hasil Tahap Pelaksanaan Tindakan
belajar siswa dengan langkah sebagai berikut: Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam
Hasil observasi dianalisis empat kali pertemuan. Secara rinci digambarkan
prosentase yang hasilnya dibandingkan antara sebagai berikut: Guru memotivasi siswa terlebih
siklus I dan siklus II. Data hasil uji kompetensi dahulu untuk membangkitkan semangat belajar
dianalisis dengan cara dicari nilai rata-ratanya mereka selama 10 menit. Guru menyajikan
kemudian dibandingkan antara siklus I dan informasi mengenai unsur-unsur bangun
siklus II. Untuk melengkapi penelitian dilakukan geometri datar.
penyebaran angket dan kuesioner untuk Guru mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-
mengetahui persepsi siswa tentang penerapan kelompok belajar. Tiap-tiap kelompok terdiri
Kooperatif Tipe STAD. Hasil isian kuesioner dari 5-6 orang siswa.
dianalisis dengan cara mencari prosentase item Guru menjelaskan kepada siswa tentang
angket. keterampilan kooperatif yang harus dilakukan
selama pembelajaran dengan menuliskan di
HASIL PEMBAHASAN papan keterampilan-keterampilan kooperatif
Siklus I yang harus dilatih selama pembelajaran
Penelitian tindakan kelas dengan penerapan berlangsung. Siswa diberikan lembar kerja
strategi Pembelajaran Kooperatif model STAD (LKS) secara kelompok. Pada akhir tahap siswa
dilaksanakan di kelas V SDN Katikan 3 melalui diberi soal atau tugas secara individual.
dua kali siklus. Secara rinci hasil tindakan
diuraikan sebagai berikut : Tahap Observasi
Tahap ketiga ini dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan oleh guru pengajar.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 118


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Guru merekam segala aktivitas siswa selama 40. Irfana Labbiba Islami 85
tindakan pembelajaran berlangsung. 41. Bagus Permana 55
Data yang didapat dari hasil observasi terbagi 42. Muhammad Musafa’ 72,5
menjadi tiga macam yaitu: (1) catatan hasil uji 43. Citra Nadya Dwi Irianti 77,5
kompetensi (2) catatan bebas pengamatan. 44. Iman Andis Syaugi 82,5
Nilai rata-rata 76,4
Hasil uji kompetensi Nilai tertinggi 95
Hasil evaluasi dalam uji kompetensi siswa Nilai terendah 52,5
setelah pembelajaran Kooperatif model STAD Σ Nilai di bawah KKM 6
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut: Rata-rata hasil evaluasi Pembelajaran Kooperatif
model STAD sudah mencapai standar KKM
No Nama Nilai yang ditentukan sebesar 65. Nilai rata-ratanya
adalah 76,4. Jumlah siswa yang belum mencapai
1. Vian Andividi 72,5 Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu sebanyak 6
2. Odelia Ika A 73,5 siswa.
3. Dwi Harsono 75
4. Yoppi Ardiansyah 77,5 Catatan bebas pengamatan
5. Joko Firmansyah 77,5 Dalam proses tindakan siklus I diperoleh data
6. Nur Susilo 72,5 penunjang lain sebagai berikut :
7. Rani Wulansari 62,5 Kondisi kelas sedikit tegang dengan
8. Danang Kurniawan 77,5 menggunakan model pembelajaran yang baru.
9. Ivan Nur Muflihun 80 Akan tetapi kondisi kembali normal selang
10. Anisa Putri 62,5 beberapa waktu bahkan mulai agak gaduh.
11. Ardianto Puji Kusuma 75 Siswa masih kurang percaya diri menyelesaikan
12. Ari Kurniawan 55 tugas evaluasi dan cenderung bertanya kepada
13. Ayu Maharani 95 temannya.
14. Dahnellia Eka Cahya Aseh 62,5 Pada pertemuan ke tiga dan ke empat siswa
15. Devi Luvitasari 87,5 sudah mulai tertib. Namun pada saat
16. Disna Leonita Pamela 65 mengerjakan soal evaluasi siswa cenderung
17. Dwi Elok Cahyaningsih 82,5 untuk bertanya kepada teman.
18. Elta Rizma Ifari 92,5
19. Fitrianingtya Ardiana 72,5 Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada akhir siklus I
20. Hyldan Surya Ade Prataman 90
telah diperoleh gambaran bahwa penerapan
21. Ilham Purwansyah 82,5
Pembelajaran Kooperatif model STAD
22. Irnando Ilung Saputro 70
dibandingkan dengan latihan soal yang biasa
23. Jordis Hilman Zurets 70 dilakukan tedapat perubahan ke arah lebih baik.
24. Jordino Putra Dewa 70 Gambaran hasil refleksi dapat dijabarkan sebagai
25. Lidya Ayu Prastika 82,5 berikut :
26. Nuana Novyra Matalu 95 Siswa menjadi lebih bersemangat karena suasana
27. Nur Amalia Ridowati 72,5 belajar yang baru. Daya saing antar teman lebih
28. Rangga Rendra Pratama 72,5 meningkat.
29. Rionaldi Pratama 82,5 Siswa menjadi lebih kooperatif dan tingkat kerja
30. Riswandha Imam Rizaldi 90 sama dengan teman bertambah.
31. Rosiana Oktavianti 82,5 Hasil evaluasi cukup baik dengan ditunjukkan
32. Sinditya Ramadhani Putri 52,5 oleh jumlah siswa dengan nilai di bawah KKM
33. Siti Fatimah 85 sebanyak 6 siswa.
34. Syafril Ardi Pamungkas 80
35. Widya Adreina 75 Rencana Perbaikan Tindakan
36. Wulan Dian Pertiwi 85 Untuk memotivasi siswa, pada siklus berikutnya
37. Yuli Ratna Sari 85 guru berusaha untuk menciptakan suasana lebih
38. Yuri Gagarin 85 santai dan rileks di dalam kelas. Selain itu juga
39. Rio Arya Wijaya 70 memberikan penekanan keterampilan kooperatif

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 119


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

pada siswa dengan mengulang kembali Guru membagi kelas ke dalam kelompok
penjelasan-penjelasan yang telah diberikan pada sebanyak 5-6 orang pada masing-masing
siklus sebelumnya. kelompok.
Guru membagikan LKS kepada seluruh siswa.
Siklus II Guru menganjurkan siswa untuk memperhatikan
Siklus II dilaksanakan dalam empat kali dan memeriksa petunjuk masing-masing dan
pertemuan yaitu pada tanggal 10 s.d 13 Juli 2008 manganjurkan mulai menelaah materi masing-
mulai pukul 07.35 hingga 08.45 BBWI. Pada masing. (Pada saat yang sama guru
akhir pertemuan yaitu digunakan untuk mengingatkan siswa, bahwa kalau ada hal yang
memberikan evaluasi pembelajaran. ingin ditanyakan terlebih dahulu ditanyakan
kepada teman kelompok sebelum ditanyakan
Tahap Perencanaan Tindakan kepada guru).
Berdasarkan hambatan yang terjadi pada siklus Guru mengajurkan siswa untuk memulai
pertama yaitu siswa masih merasa agak tegang mengerjakan latihan pada LKS dengan cara
dan waktu yang terlalu singkat dalam berdiskusi dengan anggota kelompok masing-
menyelesaikan soal, maka dirancanglah tindakan masing dan mengingatkan siswa untuk
kedua. Secara rinci rencana tindakan pada siklus menggunakan keterampilan kooperatif.
kedua sebagai berikut : Pada akhir pembelajaran siswa memperoleh
Tindakan yang akan dilaksanakan dengan tugas individu yang mencakup semua materi
beberapa rencana yaitu: dengan menambahkan waktu yang lebih panjang
Guru menyusun rencana pelaksanaan untuk mengerjakan.
Pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama. Tahap Observasi
Merancang skenario pembelajaran dimana Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan
suasana kelas dibuat sesantai dan serileks pelaksanaan tindakan oleh guru pengajar. Guru
mungkin serta memberikan penjelasan kembali merekam kegiatan siswa selama tindakan
mengenai keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran berlangsung.
berkelompok.
Menyusun lembar observasi untuk mengetahui Catatan hasil uji kompetensi
proses berlangsungnya Pembelajaran. Hasil evaluasi dalam uji kompetensi siswa
Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan setelah pembelajaran pada siklus II dapat dilihat
rencana dalam RPP. pada Tabel 4.2 berikut :
Setelah melakukan Pembelajaran, pada No Nama Nilai
pertemuan berikutnya dilakukan uji kompetensi. 1. Vian Andividi 74
2. Odelia Ika A 75
Tahap Pelaksanaan Tindakan 3. Dwi Harsono 72,5
Pemberian tindakan dilakukan dalam empat kali 4. Yoppi Ardiansyah 82,5
pertemuan Secara rinci jalannya pelaksanaannya 5. Joko Firmansyah 82,5
sebagai berikut :
6. Nur Susilo 85
Guru mengawali pembelajaran dengan salam
7. Rani Wulansari 72,5
kemudian memberikan apersepsi dengan
8. Danang Kurniawan 80
bernyanyi untuk merangsang minat siswa
terhadap pelajaran. 9. Ivan Nur Muflihun 85
Guru menyampaikan informasi tentang pelajaran 10. Anisa Putri 70
terdahulu tentang bangun datar dan menanyakan 11. Ardianto Puji Kusuma 77,5
kembali kepada 2 orang siswa apa saja cairi-ciri 12. Ari Kurniawan 62,5
bangun datar. 13. Ayu Maharani 97,5
Guru memberikan penjelasan dengan menyajikan 14. Dahnellia Eka Cahya Aseh 77,5
contoh-contoh soal di papan tulis. 15. Devi Luvitasari 92,5
Guru mengingatkan kembali bahwa dalam 16. Disna Leonita Pamela 67,5
pembelajaran Kooperatif model STAD, siswa 17. Dwi Elok Cahyaningsih 85
akan dibagi dalam untuk bekerja secara 18. Elta Rizma Ifari 92,5
kooperatif. 19. Fitrianingtya Ardiana 85
20. Hyldan Surya Ade Prataman 92,5
21. Ilham Purwansyah 85

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 120


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

22. Irnando Ilung Saputro 80 Kelamahan


23. Jordis Hilman Zurets 72,5 Walaupun terlihat menyenangkan namun siswa
24. Jordino Putra Dewa 70 masih perlu mendapat bimbingan yang lebih dari
25. Lidya Ayu Prastika 92,5 guru, agar dalam mengerjakan soal, siswa sendiri
26. Nuana Novyra Matalu 92,5 akan lebih maksimal.
27. Nur Amalia Ridowati 82,5
28. Rangga Rendra Pratama 77,5 Pembahasan
29. Rionaldi Pratama 86 Penerapan Pembelajaran Kooperatif model
30. Riswandha Imam Rizaldi 92,5 STAD menunjukkan adanya peningkatan hasil
31. Rosiana Oktavianti 85 belajar dalam uji kompetensi. Hal ini didasarkan
32. Sinditya Ramadhani Putri 55 atas hasil analisis data secara deskriptif. Fakta
ini berarti bahwa implementasi Pembelajaran
33. Siti Fatimah 95
Kooperatif model STAD bermakna dan
34. Syafril Ardi Pamungkas 92,5
menyenangkan. Berdasarkan perumusan
35. Widya Adreina 82,5
masalah, hasil pengumpulan data dan analisis
36. Wulan Dian Pertiwi 92,5 data dapat digambarkan bahwa prestasi belajar
37. Yuli Ratna Sari 92,5 siswa mengalami peningkatan melalui
38. Yuri Gagarin 90 Pembelajaran Kooperatif model STAD. Data
39. Rio Arya Wijaya 72,5 kenaikan hasil belajar antara siklus I dan siklus II
40. Irfana Labbiba Islami 85 ditunjukkan pada tabel berikut :
41. Bagus Permana 57,5 Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Belajar pada
42. Muhammad Musafa’ 75 Siklus I dan Siklus II
43. Citra Nadya Dwi Irianti 80 Kenaikan
44. Iman Andis Syaugi 92,5 Aspek Siklus Siklu
Angka Persen
Nilai rata-rata 81,3 Pembading I s II
(%)
Nilai tertinggi 97,5 Rerata kelas 76,4 81,3 4,9 6,36
Nilai terendah 55 Nilai Tertinggi 95 97,5 2,5 2,63
Σ Nilai di bawah KKM 2 Nilai Terendah 52,5 55 2,5 4,76
Rata-rata perolehan nilai hasil evaluasi Di bawah KKM 6 2 4*) 66,67*)
Pembelajaran Kooperatif model STAD sudah *) Siswa dengan nilai di bawah KKM mengalami
mencapai standar KKM yang ditentukan sebesar penurunan
65. Nilai rata-ratanya adalah 81,3. Akan tetapi Pada tabel 4.4 di atas berdasarkan nilai rata-rata
masih ada siswa yang belum mencapai kriteria kelas menunjukkan bahwa dengan Pembelajaran
ketuntasan minimal yaitu sebanyak 2 siswa. Kooperatif model STAD hasil belajar siswa
meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar
Catatan bebas pengamatan 6,63%. Nilai tertinggi juga mengalami
Dalam proses tindakan siklus II diperoleh data peningkatan sebesar 2,63% dan terendah
penunjang lain sebagai berikut : mengalami peningkatan sebesar 4,76%.
Kondisi kelas sudah terasa rileks dan santai serta Sedangkan nilai di bawah KKM turun sebesar
lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan 66,67%.
siklus I. Siswa sudah tampak keterampilan Dengan berdasar kepada hasil penelitian dapat
kooperatifnya. disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran
Kooperatif model STAD dapat meningkatkan
Tahap Refleksi hasil belajar matematika siswa kelas V SDN
Berdasarkan hasil pengamatan pada akhir siklus Katikan 3. Hal ini dibuktikan dengan adanya
II telah diperoleh gambaran hasil refleksi yang kenaikan persentase hasil belajar siswa. Dengan
dapat dijabarkan sebagai berikut: demikian penelitian ini dapat digunakan sebagai
saran dalam mengatasi masalah pembelajaran
Kelebihan yang dihadapi siswa kelas V di SDN Katikan 3.
Dengan model pembelajaran Kooperatif siswa
lebih bersemangat dalam belajar. Siswa PENUTUP
mendapatkan beberapa keterampilan baru dalam Kesimpulan
berkomunikasi dan belajar bersama dengan Berdasarkan hasil catatan lapangan yang
teman. dilakukan guru selama dua siklus dapat

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 121


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

disimpulkan bahwa “Penerapan Pembelajaran Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and


Kooperatif model STAD dapat meningkatkan Management. New York: McGraw. Hill
prestasi belajar dari siklus I ke siklus II siswa Companies.
kelas V SDN Katikan 3”.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah Arends, R. I. 2001. Learning to Teach. New
dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan York: McGraw Hill Companies.
seluruh pembahaan serta analisis yang telah
dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut Carin, A. 1993. Teaching Modern Science. New
1. Pembelajaran dengan Pembelajaran York: Macmillan Publishing Company.
Kooperatif model STAD memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar Djiwandono, Sri E.W. 2004. Psikologi
siswa yang ditandai dengan peningkatan Pendidikan. PT Gramedia Pustaka.
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, Jakarta.
yaitu siklus I (48,72%), siklus II (87,18%),
sedangkan untuk ranah afektif yaitu siklus I Hamalik Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar.
(69,23%), siklus II (94,87%) Bumi Aksara. Jakarta.
2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif model
STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000.
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
yang ditunjukkan dengna rata-rata jawaban Unesa Press.
siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik
dan berminat dengan metode pembelajaran Johnson, d.W.,& Johnson, R.T (1991). Learrning
metode inkuiri sehingga mereka menjati together and alone : Cooperative,
termotivasi untuk belajar. Competitive, and individualistic learning (
3rd Ed.). Upper Saddle river, NJ: Prentice-
B. Saran Hall.
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas serta
mengingat pentingnya pengembangan strategi Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The
pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran Science Classroom. New York: McGraw
dan hasil belajar menjadi bermakna, maka saran Hill Companies.
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
Metode Pembelajaran Kooperatif model STAD Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory.
dapat digunakan sebagai alternatif untuk Second Edition. Massachusetts: Allyn and
1. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Bacon Publisher.
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode pengajaran, Slavin. 1994. Educational Psychology, Theory
walau dalam taraf yang sederhana, dimana and Practice. Needham Heights: Allyn &
siswa nantinya dapat menemukan Bacon.
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivis dalam
mampu memecahkan masalah-masalah yang Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kanisius.
dihadapinya.
3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, Thompson, M., McLaughlin, C.W., & Smith,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di R.G. 1995. Merril Physical Science
sekolah dasar. Teacher. Wraparound Edition. New York:
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya Glencoe McGraw-Hill.
dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh
hasil yang lebih baik. Wardhani, G.A.K, dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Penerbit Universitas
DAFTAR PUSTAKA Terbuka Malang.

Abruscato, J. 1999. Teaching Children Science: Woolfolk, A. 1993. Educational Psychology.


A Discovery Approach. New York: Allyn Fifth Edition. Needham Height: Allyn and
and Bacon. Bacon Publishers.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 122


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE UNTUK


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV
SEMESTER I SDN KARANGANYAR 1 KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN
NGAWI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh : Surini,S.Pd
SDN Karanganyar 1 Kecamatan Karanganyar Ngawi
e-mail : surinah01@gmail.com

Abstrak

Kata kunci : Model Think-Pair-Share, Prestasi Belajar, Matematika

Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian


informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi.
Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika
dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data
yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Karanganyar 1 Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Ngawi pada siswa Kelas IV Semester I tahun pelajaran 2014/2015. Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November semester ganjil 2014/2015.Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas Kelas IV
Semester I tahun pelajaran 2014/2015 pada kompetensi dasar mengurutkan bilangan.
Melalui kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam dua siklus, serta memberi
perubahan dan analisis yang telah dilaksanakan akhhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
siswa lebih mudah menerima materi apabila guru, dalam menjelaskan materi menggunakan metode
yang tepat dan media belajar yang sesuai. Media belajar ini dapat membuat siswa lebih kreatif. Sistem
meningkatkan prestasi belajar siswa mewujudkan perolehan yang cukup baik dan kreatif siswa cukup
tinggi. Dari data tabel grafik diatas disimpulkan bahwa peningkatan nilai rata-rata siswa sebelum
siklus I yang diperoleh nilainya adalah 54,28 setelah siklus Nilai rata-rata 63,57 pada siklus I
meningkat dengan nilai rata-rata 74,28 pada siklus II.

PENDAHULUAN
Pembelajaran Matematika tidak lagi mudah memahami penjelasan dari kawannya
mengutamakan pada penyerapan melalui dibanding penjelasan dari guru karena taraf
pencapaian informasi, tetapi lebih pengetahuan serta pemikiran mereka lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni
dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas 2001: 2).
peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-
latihan atau tugas matematika dengan bekerja Definisi Pembelajaran
kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada Pembelajaran adalah proses, cara,
orang lain. (Hartoyo, 2000: 24). menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pembelajaran kooperatif lebih Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
menekankan interaksi antar siswa. Dari sini kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau
siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut (KBBI, 1996: 14).
diharapkan siswa dapat menguasai materi
pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 123


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Metode Pembelajaran Kooperatif Model Prestasi Belajar


Think-Pair-Share Belajar dapat membawa suatu perubahan
Metode ini dikembangkan oleh Frank pada individu yang belajar. Perubahan ini
Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas merupakan pengalaman tingkah laku dari yang
Maryland dan mampu mengubah asumsi bahwa kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman
metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam belajar merupakan pengalaman yang
dalam setting kelompok kelas secara dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam
keseluruhan. Metode Think-Pair-Share proses belajar di sekolah. Menurut
memberikan kepada para siswa untuk berpikir Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar
dan merespons serta saling bantu satu sama lain. adalah hasil yang dicapai (dilakukan,
Sebagai contoh, seorang guru baru saja dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar
menyelesaikan suatu sajian pendek atau para merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh
siswa telah selesai membaca suatu tugas. seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja
Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
untuk menyadari secara lebih serius mengenai
apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa METODE PENELITIAN
yang telah dibaca. Guru tersebut memilih metode Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
Think-Pair-Share daripada metode Tanya jawab 1. Tempat Penelitian
untuk kelompok secara keseluruhan (whole- Tempat penelitian adalah tempat yang
group question and answer). Lyman dan kawan- digunakan dalam melakukan penelitian
kawannya menggunakan langkah-langkah untuk memperoleh data yang diinginkan.
sebagai berikut: Penelitian ini bertempat di SDN
1. Langah 1 – Berpikir (Thinking): Guru Karanganyar 1 Kecamatan Karanganyar
mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait Kabupaten Ngawi pada siswa Kelas IV
dengan pelajaran dan siswa diberi waktu Semester I tahun pelajaran 2014/2015.
satu menit untuk berpikir sendiri mengenai 2. Waktu Penelitian
jawaban atau isu tersebut. Waktu penelitian adalah waktu
2. Langkah 2 – Bepasangan (Pairing): berlangsungnya penelitian atau saat
Selanjutnya guru meminta kepada siswa penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini
untuk berpasangan dan mendiskusikan dilaksanakan pada bulan November
mengenai apa yang telah dipikirkan. semester ganjil 2014/2015.
Interaksi selama periode ini dapat 3. Subyek Penelitian
menghasilkan jawaban bersama jika suatu Subyek penelitian adalah siswa-siswi
pertanyaan telah diajukan atau penyampaian Kelas Kelas IV Semester I tahun pelajaran
ide bersama jika suatu soal khusus telah 2014/2015 pada kompetensi dasar
diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan mengurutkan bilangan.
tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan. Prosedur Penelitian
3. Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada akhir Siklus 1
ini guru meminta pasangan-pasangan Rencana
tersebut untuk berbagi atau bekerja sama Pada tahap perencanaan pembelajaran
dengan kelas secara keseluruhan mengenai siklus 1 rencana pembelajaran berdasarkan latar
apa yang telah mereka bicarakan. Pada belakang timbulnya masalah yaitu dalam
langkah ini akan menjadi efektif jika guru pembelajaran ”mengurutkan bilangan”. Guru
berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke hanya berpedoman pada buku kelas yang ada
pasangan yang lain, sehingga seperempat tanpa memperhatikan taraf perkembangan
atau separo dari pasangan-pasangan tersebut intelektual, kejiwaan, metode, alat peraga yang
memperoleh kesempatan untuk melapor.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 124


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

sesuai dengan siswa. Oleh karena itu, pada siklus Dalam kegiatan penutup, guru:
ini langkah-langkah pembelajaran yaitu :  Menyimpulkan materi
1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran  Mengevaluasi kegiatan
2. Mempersiapkan alat peraga pembelajaran
3. Menggunakan metode yang sesuai dengan  Memberikan pekerjaan rumah
materi dan perkembangan siswa dan menginformasikan materi
4. Menyusun lembar observasi. yang akan dibahas pada
Langkah-langkah Pembelajaran : pertemuan selanjutnya
 Kegiatan awal Alat/Bahan dan Sumber Belajar
- Apresepsi/ Motivasi  Buku Pelajaran Matematika untuk
Sekolah Dasar Kelas 4 .
- Mengingatkan kembali tentang
 Matematika SD untuk Kelas IV
konsep bilangan bulat dan contohnya.
 Matematika Progesif Teks Utama SD
 Kegiatan Inti
Kelas 4
 Eksplorasi
 Garis bilangan
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Siswa dapat Mengurutkan
Penilaian
bilangan
1. Prosedur Evaluasi
 Elaborasi
Awal : tes lisan
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Akhir : ada (terlampir )
 Melakukan percobaan dengan
2. Jenis Evaluasi
menggunakan garis bilangan,
Lisan
pengamatan, analisis data dan
Tertulis
diskusi untuk dapat menentukan
3. Alat Evaluasi : ada (terlampir )
besar bilangan
 Diskusi dan latihan dengan
fasilitas soal-soal
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru bertanya jawab tentang hal-
hal yang belum diketahui siswa
 Guru bersama siswa bertanya
jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan Pelaksanaan
dengan cara disiplin ( Discipline ) Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dan rasa hormat dan perhatian siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal
( respect ) . 16 Nopember 2014 pukul 09.30 – 10.40. Peneliti
 Kegiatan Penutup melaksanakan pembelajaran dengan metode
Dalam kegiatan penutup, guru: Kooperatif Model Think Pair Share.
 Menyimpulkan materi Pembelajaran siklus I terdiri 3 bagian yaitu
 Mengevaluasi kegiatan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
pembelajaran Pada pelaksanaan ini peneliti dibantu oleh teman
 Memberikan pekerjaan rumah sejawat untuk membantu mengumpulkan data
dan menginformasikan materi melalui observasi.
yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya
 Kegiatan Penutup

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 125


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Pengumpulan Data 5. memperkecil jumlah anggota kelompok.


Dalam pelaksanaan tindakan disertai
dengan observasi pengamatan dan sekaligus Langkah-langkah Pembelajaran :
interpretasi terhadap data tentang proses dan  Kegiatan awal
hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan - Apresepsi/ Motivasi
pelaksanaan tindakan dan observasi atau
- Mengingatkan kembali tentang
interprestasi berlangsung simultan artinya data
konsep bilangan bulat dan contohnya.
yang diamati tersebut langsung diinterprestasikan
 Kegiatan Inti
atau ditafsirkan, tidak sekedar direkam saja.
 Eksplorasi
Observasi digunakan peneliti pada saat
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
perbaikan pembelajaran adalah jenis observasi
 Siswa dapat Mengurutkan
terstruktur. Sehingga teman sejawat hanya
bilangan
tinggal membubukan tanda (v) pada tempat yang
 Elaborasi
disediakan, serta memberi komentar terhadap
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
keseluruhan kegiatan perbaikan pembelajaran.
 Melakukan percobaan dengan
menggunakan garis bilangan,
Refleksi
pengamatan, analisis data dan
Setelah kegiatan pelaksanaan dan
diskusi untuk dapat menentukan
observasi selesai dilaksanakan peneliti
besar bilangan
melakukan refleksi. Refleksi yaitu melihat atau
 Diskusi dan latihan dengan
merenungkan kembali apa yang telah dilakukan
fasilitas soal-soal
dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa.
 Konfirmasi
Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
di depan cermin untuk melihat kembali bayangan
 Guru bertanya jawab tentang hal-
kita atau memantul kembali kejadian yang perlu
hal yang belum diketahui siswa
kita kaji. Dari hasil refleksi peneliti menemukan
 Guru bersama siswa bertanya
kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
jawab meluruskan kesalahan
a. Guru kurang menguasai metode Kooperatif
pemahaman, memberikan
Model Think Pair Share
penguatan dan penyimpulan
b. Bimbingan pada siswa kurang merata
dengan cara disiplin ( Discipline )
c. Jumlah kelompok yang besar, sehingga
dan rasa hormat dan perhatian
hanya sebagian siswa yang aktif.
( respect ) .
d. Siswa yang belum terbiasa dengan metode
 Kegiatan Penutup
Kooperatif Model Think Pair Share.
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Menyimpulkan materi
Siklus 2
 Mengevaluasi kegiatan
Rencana
pembelajaran
Pada tahap perencanaan pembelajaran
 Memberikan pekerjaan rumah
siklus 2 rencana pembelajaran berdasarkan
dan menginformasikan materi
kelemahan pelaksanaan pembelajaran siklus I
yang akan dibahas pada
yaitu dalam pembelajaran mengurutkan bilangan.
pertemuan selanjutnya
Oleh karena itu, pada siklus ini langkah-langkah
 Kegiatan Penutup
pembelajaran yaitu :
Dalam kegiatan penutup, guru:
1. menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
 Menyimpulkan materi
2. mempersiapkan alat peraga.
 Mengevaluasi kegiatan
3. menggunakan metode yang sesuai dengan
pembelajaran
materi dan perkembangan siswa.
4. menyusun lembar observasi.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 126


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

 Memberikan pekerjaan rumah diinterprestasikan atau ditafsirkan, tidak


dan menginformasikan materi sekedar direkam saja.
yang akan dibahas pada 2. Observasi digunakan peneliti pada saat
pertemuan selanjutnya perbaikan pembelajaran adalah jenis
Alat/Bahan dan Sumber Belajar observasi terstruktur. Sehingga teman
 Buku Pelajaran Matematika untuk sejawat hanya tinggal membubukan tanda
Sekolah Dasar Kelas 4 . (v) pada tempat yang disediakan, serta
 Matematika SD untuk Kelas IV memberi komentar terhadap keseluruhan
 Matematika Progesif Teks Utama SD kegiatan perbaikan pembelajaran.
Kelas 4
 Garis bilangan Refleksi
Penilaian Setelah kegiatan pelaksanaan dan
6. Prosedur Evaluasi observasi selesai dilaksanakan, peneliti
Awal : tes lisan melakukan relleksi. Refleksi yaitu melihat atau
Akhir : ada (terlampir ) merenungkan kembali apa yang telah dilakukan
4. Jenis Evaluasi dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa.
Lisan Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdri
Tertulis di depan cermin unrak melihat kembali bayangan
5. Alat Evaluasi : ada (terlampir ) kita atau memantul kembali kejadian yang perlu
kita kaji. Melalui refleksi guru akan dapat
menetapkan apa yang telah dicapai serta apa
yang belum dicapai, dan apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
Dalam melakukan refleksi peneliti dibantu oleh
teman sejawat dan supervisour. Dari hasil
refleksi peneliti menemukan kelebihan-kelebihan
dalam pelaksanaan perbaikan siklus 2 akan
dijadikan pengalaman dan pedoman dalam
pembelajaran.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus 2, peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas Hasil Pengolahan Data Pada Siklus I s/d
yang sebenarnya sesuai dengan rencana Siklus II
perbaikan pembelajaran yang disusun. Kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
Pelaksanaan perbaikan pembelajaan dan siklus II di kelas V dengan jumlah siswa 14
siklus 2 dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal anak. Adapun proses belajar mengajar mengacu
25 Nopember 2014 pukul 07.30 – 08.40, peneliti pada rencana pembelajaran yang telah
melaksanakan pembelajaran dengan metode dipersiapkan.
Kooperatif Model Think Pair Share. Adapun nilainya tertera dalam tabel
berikut :
Pengumpulan Data
1. Dalam pelaksanaan tindakan disertai dengan
observasi pengamatan dan sekaligus
interpretasi terhadap data tentang proses dan
hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan
pelaksanaan tindakan dan observasi atau
interprestasi berlangsung simultan artinya
data yang diamati tersebut langsung

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 127


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Setelah melakukan perbaikan


pemebelajaran temyata pada siklus I diperoleh
nilai dengan rata-rata 63,57, hasil ini masih
belum memuaskan kami sehingga dilakukan
perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh nilai
dengan rata-rata lebih bagus yaitu 74,28, telah
mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan
tujuan yang diprogramkan guru.

Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang
dimetode Kooperatif Model Think Pair Share
dengan teman sejawat, ternyata pemebelajaran
sudah banyak menunjukkan kemajuan yang
bagus. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
hasil yang diperoleh siswa maupun dari proses
pembelajaran yang didukung dengan alat peraga
yang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga
Diagram : Hasil sebelum dan sesudah mudah dipahami oleh siswa disamping itu
perbaikan siklus I s/d II penjelasan guru yang variatif dan tidak
membosankan, serta disertai contoh-contoh yang
sesuai materi.
80
Perbaikan yang terjadi dalam
60 pembelajaran adalah pemahaman konsep
40 pecahan sederhana dalam pelajaran matematika.
20 Setelah menyadari hal ini, guru mengubah cara
mengajarnya dengan menggunakan media
0 pemeblajaran yang sesuai.
A B C
PENUTUP
Keterangan : Kesimpulan
A : Hasil pembelajaran sebelum perbaikan Melalui kegiatan pembelajaran yang
B : Hasil pembelajaran setelah perbaikan siklus I telah dilakukan dalam dua siklus, serta memberi
C: Hasil pembelajaran setelah perbaikan siklus II perubahan dan analisis yang telah dilaksanakan
akhhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan
Deskripsi Temuan dan Refleksi bahwa siswa lebih mudah menerima materi
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan apabila guru, dalam menjelaskan materi
belajar mengajar kurikulum yaitu seorang siswa menggunakan metode yang tepat dan media
telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 70 belajar yang sesuai. Media belajar ini dapat
% atau nilai 7,0, dan kelas disebut tuntas belajar membuat siswa lebih kreatif. Sistem
bila di kelas tersebut terdapat 75% yang telah meningkatkan prestasi belajar siswa mewujudkan
mencapai daya serap lebih dari sama dengan perolehan yang cukup baik dan kreatif siswa
70%. Untuk menghitung persentase ketuntasan cukup tinggi. Dari data tabel grafik diatas
belajar digunakan rumus sebagai berikut : disimpulkan bahwa peningkatan nilai rata-rata

 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


siswa sebelum siklus I yang diperoleh nilainya
P adalah 54,28 setelah siklus Nilai rata-rata 63,57
 Siswa pada siklus I meningkat dengan nilai rata-rata
74,28 pada siklus II.

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 128


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Saran
Untuk meningkatkan kemampuan siswaa
dalam memahami dan menguasai materi
pelajaran; guru harus memiliki strategi yang
tepat dalam menyajikan pembelajaran, sehingga
siswa tidak bosan dalam menerima materi
pelajaran. Apabila guru dalam menjelaskan
materi pelajaran berusaha menggunakan metode
dan media yang sesuai dengan materi sehingga
untuk meningkatkann hubungan interaktif
dengan siswa mengetahui permasalahan yang
terjadi )ada siswa.
Akhirnya kita bisa saling tukar pendapat
dan pengalaman agar kualitas pembelajaran
semakin meningkat dan tujuan pembelajaran
tercapai dengan hasil yang memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research.
Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Malang: IKIP Malang.
Purwo Darminto., KBBI . 1996

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 129


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

PEDOMAN PENULISAN NASKAH


JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PRIMA

Naskah-naskah yang dikirimkan ke redaksi Jurnal Pendidikan Prima akan dipertimbangkan


pemuatannya apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Bersifat ilmiah, berupa kajian dan pengembangan pendidikan Islam, gagasan orisinil,
ringkasan hasil penelitian/survei, atau bentuk tulisan lainnya yang dipandang memberikan
kontribusi bagi pengembagan dunia pendidikan.
2. Naskah yang dikirim merupakan naskah yang belum pernah dipublikasikan dalam penerbitan
apapun atau tidak sedang diminta penerbitannya oleh media lain.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-kaidah penulisan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
4. Setiap naskah ditulis secara berurutan terdiri dari judul, nama penulis, identitas penulis
(lembaga dan e-mail penulis), abstrak, kata kunci, isi, dan rujukan.
5. Judul harus ringkas, spesifik dan efektif, tidak melebihi 12 kata yang menggunakan Bahasa
Indonesia.
6. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, antara 100-150 kata dengan memuat latar belakang
masalah, tujuan, dan kesimpulan.
7. Kata kunci maksimal 4 kata yang mencerminkan isi naskah.
8. Isi naskah terdiri dari 5000 s.d. 6000 kata atau 20 s.d. 25 halaman kertas ukuran kwarto
diketik dengan spasi satu setengah.
9. Naskah ditulis tidak menggunakan footnote
10. Rujukan disusun secara alfabetis dengan memuat nama penulis, judul buku/ jurnal/majalah
diketik miring, kota tempat penerbitan, nama penerbit dan tahun terbit.
11. Naskah diketik dalam bentuk Microsoft Word dengan format RTF (Rich Text Format) atau
Doc. (Word Document) dikirim langsung ke redaksi atau melalui e-mail:
jurnal.primastudia@gmail.com dengan menggunakan attachment file.
12. Tidak keberatan jika naskah yang dikirim mengalami penyuntingan atau perbaikan tanpa
mengubah isinya.
13. Setiap naskah yang masuk ke redaksi dikategorikan dalam tiga kriteria: diterima tanpa revisi,
diterima dengan revisi, atau ditolak.
14. Naskah yang dimuat akan diberitahukan kepada penulis via e-mail.
15. Naskah yang dimuat akan diberi apresiasi dan mendapatkan Jurnal Pendidikan Islam.

Jurnal Pendidikan Prima


UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kedunggalar Ngawi

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 130


JURNAL PENDIDIKAN PRIMA

Vol . 02 Tahun II – Februari 2017 131

Anda mungkin juga menyukai