Anda di halaman 1dari 26

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 240/Kpts/OT.210/4/2003

TENTANG

PEDOMAN CARA PEMBUATAN PAKAN YANG BAIK (CPPB)

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa pakan merupakan faktor penting dan strategis dalam


peningkatan produksi dan produktivitas ternak, sehingga
perlu dijaga agar pakan yang diedarkan terjamin mutunya
sesuai persyaratan mutu pakan yang telah ditetapkan;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam


rangka melindungi konsumen dari kerugian akibat mutu
pakan yang tidak memenuhi syarat, maka dipandang perlu
menetapkan Pedoman Cara Pembuatan Pakan Yang Baik
(CPPB) dengan Keputusan Menteri Pertanian;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-


ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
4. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen;
5. Keputusan Presiden Nomor 109 tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen;
6. Keputusan Presiden Nomor 228/M tahun 2001 tentang
Pembentukan Kabinet Gotong Royong;
7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/OT.210/ 1/2001
juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 354.1/Kpts-
/OT.210/6/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian;
8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/OT.210/ 2/2001
juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 392/Kpts-
/OT.210/7/2001 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Pertanian;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN CARA


PEMBUATAN PAKAN YANG BAIK (CPPB).

KESATU : Memberlakukan Pedoman Cara Pembuatan Pakan Yang Baik (CPPB)


sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman Cara Pembuatan Pakan Yang Baik (CPPB) sebagaimana
dimaksud pada Diktum KESATU merupakan acuan bagi semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan pembuatan pakan.

KETIGA : Produsen pakan yang telah memenuhi persyaratan Cara


Pembuatan Pakan Yang Baik (CPPB) sebagaimana dimaksud pada
Diktum KEDUA diberikan Sertifikat CPPB oleh Direktur Jenderal
Bina Produksi Peternakan.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI PERTANIAN ,

PROF. DR. IR. BUNGARAN SARAGIH, M.Ec.

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :

1. Menteri Perindustrian dan Perdagangan di Jakarta;


3. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian di Jakarta;
4. Inspektur Jenderal Departemen Pertanian di Jakarta;
5. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektornika dan Aneka
Departemen Perindusrtrian dan Perdagangan;
6. Pimpinan Unit Eselon I dilingkungan Departemen Pertanian di Jakarta;
7. Para Gubernur Propinsi di Seluruh Indonesia;
8. Para Direktur lingkup Ditjen Bina Produksi Peternakan
9. Para Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Propinsi
di Seluruh Indonesia;
10 Para Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia;
11. Para Kepala Dinas yang membidangi Peternakan di Kabupaten/Kota
di Seluruh Indonesia.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 240/Kpts/OT.210/4/2003
TENTANG : PEDOMAN CARA PEMBUATAN PAKAN YANG BAIK (CPPB)

I. PENDAHULUAN

1. Ketentuan Umum

Pakan merupakan faktor penting yang strategis dalam peningkatan


produksi dan produktivitas ternak. Dalam pedoman ini mengatur
pembuatan pakan olahan/konsentrat yang baik, atau disebut dengan Cara
Pembuatan Pakan Yang Baik yang selanjutnya disingkat CPPB.

CPPB menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu pakan


yang bertujuan untuk menjamin agar pakan yang dibuat untuk diedarkan
memenuhi standar mutu dan tujuan penggunaannya, dalam rangka
melindungi konsumen dari kerugian akibat pakan yang dihasilkan bermutu
rendah.

Pembuatan pakan yang tidak memenuhi SNI atau Persyaratan Teknis


Minimal, dapat mengakibatkan kerugian terhadap peternak karena tingkat
produksi ternak yang diharapkan tidak dapat dicapai secara optimal.

Pakan yang diberikan untuk ternak harus dalam jumlah dan mutu yang
tepat, sesuai dengan jenis ternak yang diusahakan dan tingkat
produksinya.

2. Landasan Umum

a. Pada pembuatan pakan, sangat diperlukan pengawasan secara


menyeluruh sebagai suatu sistem manajemen mutu yang dimulai dari
pengadaan bahan baku pakan, penyiapan bahan baku pakan,
penyimpanan bahan baku pakan, penggilingan, pencampuran,
pembuatan pelet (peletting), pengepakan, pelabelan, penyimpanan
pakan dan pengeluaran pakan/pendistribusian. hal tersebut sangat
essensial dalam upaya agar konsumen mempergunakan pakan yang
memenuhi standar mutu sesuai persyaratan teknis yang ditetapkan.

b. Pakan yang memenuhi standar mutu, sebelum diedarkan harus


dinyatakan lulus dalam serangkaian pengujian yang meliputi uji kadar
analisa zat makanan/proximate analysis meliputi analisis kadar
protein, lemak dan sebagainya. Mutu pakan tergantung pada proses
pembuatan dan pengawasan mutu dilakukan, mutu bangunan dan
peralatan yang digunakan, serta sumber daya manusia yang terlibat
dalam proses pembuatan pakan.

c Pengujian mutu pakan dilakukan oleh laboratorium milik Pemerintah


atau Swasta yang telah diakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri.
d CPPB merupakan acuan bagi perorangan atau Badan Hukum yang
melakukan kegiatan pembuatan pakan dengan maksud untuk
diedarkan, dengan tujuan agar pakan yang dihasilkan memenuhi SNI
atau Persyaratan Teknis Minimal, sehingga kepentingan konsumen
dapat dilindungi dari penggunaan pakan yang bermutu rendah.

3. Pengertian

Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan :

a. Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan,baik yang


sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun
secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis
ternaknya.

b. Bahan baku pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan,


peternakan atau bahan-bahan lainnya yang layak dipergunakan
sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.

c. Pelengkap pakan (feed supplement) adalah suatu zat yang secara


alami sudah terkandung dalam pakan, tetapi jumlahnya perlu
ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.

d. Imbuhan pakan (feed additive) adalah suatu zat yang secara alami
tidak terdapat pada pakan, yang tujuan pemakaiannya terutama
sebagai pemacu produksi ternak.

e. Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan atau
sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau
imbuhan pakan.

f. Pembuatan pakan adalah kegiatan mencampur dan mengolah


berbagai bahan baku pakan untuk dijadikan pakan termasuk
pengemasan pakan.

g. Cemaran bahan baku pakan dan pakan adalah bahan/zat asing yang
terdapat dalam bahan baku pakan dan pakan, yang dapat
mengakibatkan turunnya mutu dan atau mengganggu kesehatan
ternak.

h. Sertifikat mutu adalah surat keterangan yang diberikan oleh lembaga


sertifikasi produk yang telah terakreditasi atau yang ditunjuk oleh
Menteri, Dinas Peternakan atau Dinas Teknis yang membidangi
fungsi peternakan di propinsi, yang menyatakan bahwa susunan
pakan yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan.

i. Tindakan Sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk menghindari


resiko pencemaran dari bahan/zat berbahaya/cemaran.

j. Limbah adalah kotoran atau bahan sisa lain dari pembuatan pakan
yang berbentuk padat, cair dan gas.
k. Limbah terolah adalah limbah yang telah diolah dengan sistim yang
tepat sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

l. Pengemasan pakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan


pembungkusan pakan baik menggunakan kertas, karton atau plastik
dalam kemasan yang tertentu, dengan maksud agar terlindung dari
pencemaran.

m. Infeksi Internal adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap


seluruh aspek pembuatan pakan.

n. Etiket atau label adalah tulisan atau cetakan yang terdapat pada
pembungkus pakan atau yang menyertai pakan tersebut, yang
memuat nama/merk, alamat perusahaan, nomor izin usaha, nomor
izin produksi, nama dan jenis pakan, berat, kandungan zat-zat
makanan, bahan baku pakan dan imbuhan pakan yang dipergunakan,
waktu kadaluarsa dan cara penggunaan pakan tersebut.

o. Pengujian bahan baku pakan dan pakan adalah kegiatan yang


dilakukan untuk menguji mutu bahan baku pakan dan pakan melalui
analisa zat makanan atau uji laboratorium.

II. BAHAN BAKU PAKAN

1. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku pakan hendaklah


dicatat. Catatan tersebut meliputi keterangan mengenai persediaan,
tanggal penerimaan, tanggal pengeluaran dan tanggal pemeriksaan.

2. Setiap bahan baku pakan, sebelum diterima sebagai bahan baku pakan
yang memenuhi syarat untuk diproses, hendaklah memenuhi standar dan
atau persyaratan teknis minimal bahan baku yang sudah ditetapkan.

3. Kiriman bahan baku pakan hendaklah ditahan di tempat penimbangan


sampai disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat pada saat pemeriksaan
untuk dipergunakan dalam pakan oleh manajer pengawas mutu, kecuali
bahan baku pakan yang berasal dari impor, ditahan di ruang penyimpanan
sebelum dinyatakan memenuhi syarat.

4. Bahan baku pakan yang dapat mengalami kerusakan karena pengaruh


suhu, hendaklah disimpan dalam ruangan yang suhu udaranya diatur.

5. Alat timbang dan alat takar hendaklah ditera dan diperiksa secara teratur
untuk membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya
memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah zat yang akan ditimbang
atau ditakar.

6. Semua bahan baku pakan asal impor yang tidak memenuhi syarat
hendaklah ditandai secara jelas dan tidak boleh digunakan dalam produksi
serta harus segera dikeluarkan dari tempat penyimpanan.

7. Semua bahan baku pakan asal lokal yang tidak memenuhi syarat harus
langsung dikembalikan sebelum ditimbang.
III. LOKASI

Lokasi hendaklah memadai, sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan,


pencemaran silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu
pakan dapat dihindarkan.

1. Bangunan harus berada pada lokasi yang bebas dari pencemaran.

2. Pencemaran sebagaimana dimaksud pada butir “1” dapat bersumber


pada :
a. kawasan/lokasi genangan air/rawa, kawasan pembuangan kotoran
dan sampah, kawasan lembab dan berdebu, daerah kotor, kawasan
penumpukan barang bekas, dan kawasan lain yang mengakibatkan
pencemaran;
b. perusahaan lain yang diduga mencemarkan hasil produksi;
c. rumah atau tempat tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan letak
dan atau penggunaannya dengan bangunan;
d. pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan barang yang tidak
teratur,tempat penimbunan bahan sisa atau sampah, tempat
bersembunyi atau berkembang biaknya serangga, binatang pengerat
dan atau binatang lain.
e. tempat yang kurang baik sistem saluran pembuangan airnya,
sehingga terdapat genangan air yang dapat merupakan tempat
serangga atau jasad renik berkembang biak.

IV. BANGUNAN

1. Umum

Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi


persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis pakan yang diproduksi,
sehingga mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindak sanitasi dan
mudah dipelihara, mudah dalam proses pembuatan pakan sampai dengan
pengiriman.

2. Tata Letak

Dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung hendaklah


dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bangunan unit produksi terdiri atas:

(1) ruang operator/karyawan yang mengoperasikan peralatan/


mesin produksi;
(2) ruang peralatan mesin produksi;
(3) ruang hasil produksi.

Ruangan yang dimaksud di atas harus memenuhi syarat sebagai


berikut:

(a) ruangan operator mesin dan ruangan mesin produksi serta


ruangan hasil produksi, harus terpisah sedemikian rupa,
sehingga tidak mengganggu kegiatan kerja;
(b) luas ruangan harus sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi,
jenis dan ukuran alat produksi serta jumlah karyawan yang
bekerja;
(c) susunan bagian-bagiannya diatur sedemikian rupa sesuai
dengan urutan proses produksi, sehingga tidak menimbulkan
lalu lintas kerja yang simpang siur dan tidak mengakibatkan
pencemaran terhadap pakan yang diproduksi.

b. Bangunan untuk laboratorium dibuat berdasarkan perencanaan yang


memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan kegiatan laboratorium.

(1) luasnya sesuai dengan jenis, jumlah dan penempatan peralatan


yang diperlukan serta jumlah karyawan yang bekerja;

(2) susunan bagian-bagiannya sesuai dengan urutan kegiatan yang


dilakukan dan tidak menimbulkan lalu lintas yang simpang siur;

c Bangunan gudang terdiri atas :

(1) ruangan penyimpanan bahan baku pakan;


(2) ruangan penyimpanan peralatan/suku cadang peralatan mesin;
(3) ruangan penyimpanan peralatan lainnya atau bahan kimia
lainnya.
(4) ruangan penyimpanan pakan

Ruangan yang dimaksud di atas harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:

(a) luasnya harus sesuai dengan kapasitas barang yang disimpan,


yaitu bahan baku pakan, peralatan/suku cadang peralatan
mesin, peralatan lainnya atau bahan kimia lainnya dan pakan
jadi serta harus diatur sesuai dengan jenisnya, sehingga tidak
mudah tercampur dengan bahan-bahan lain yang
mengakibatkan mudah rusak.

(b) antara ruangan yang satu dengan ruangan yang lain harus
terpisah sedemikian rupa, sehingga tidak mengakibatkan
pencemaran terhadap barang yang disimpan.

d. Bangunan tempat silo atau tempat penyimpanan bahan baku butiran,


luasnya harus sesuai dengan jenis dan kapasitas bahan baku butiran
yang disimpan.

e. Lantai

(1) Lantai bangunan unit produksi dan gudang harus memenuhi


syarat sebagai berikut:

(a) rapat air;


(b) tahan terhadap air, garam, basa, asam dan atau bahan
kimia lainnya;
(c) permukaan rata serta halus, tetapi tidak licin dan mudah
dibersihkan;
(d) pertemuan antara lantai dan dinding harus rapat air.
(2) Lantai bangunan kantor dan laboratorium harus memenuhi
syarat sebagai berikut:

(a) rapat air;


(b) tahan terhadap air.
(c) permukaan datar, rata serta halus, tetapi tidak licin dan
mudah dibersihkan;
(d) ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet harus
mempunyai kelandaian secukupnya ke arah saluran
pembuangan.

f. Dinding

(1) Dinding bangunan unit produksi dan gudang harus memenuhi


syarat sebagai berikut:

(a) dinding harus rapat dan kokoh;


(b) permukaan bagian dalam harus halus, rata, tahan lama,
tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, tahan
terhadap air, garam, basa, asam atau bahan kimia lainnya;
(c) pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara
dinding dengan lantai harus rapat air.

(2) Dinding bangunan kantor dan laboratorium harus memenuhi


syarat sebagai berikut:

a. dinding harus rapat dan kokoh;


b. permukaan bagian dalam harus halus, rata, tahan lama,
tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.
c. dinding ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet, selain
harus memenuhi syarat pada butir 1 dan 2 di atas,
sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat
air.

g. Atap dan langit-langit

(1) Bangunan atap dan langit-langit unit produksi dan gudang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:

a. atap terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air


dan tidak kotor;
b. Langit-langit :
(i) dibuat dari bahan yang tidak mudah terlepas;
(ii) tidak terdapat lubang dan tidak retak;
(iii) tahan lama dan mudah dibersihkan;
(iv) tinggi dari lantai disesuaikan dengan peralatan dan
kapasitas produksi dan penyimpanan bahan baku;
(v) permukaan dalam harus rata dan tidak mudah
mengelupas dan berwarna terang;
(vi) rapat air.

(2) Bangunan atap dan langit-langit kantor serta laboratorium


harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Atap terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air
dan tidak bocor.
(b) Langit-langit:
(i) dibuat dari bahan yang tidak mudah terlepas;
(ii) tidak terdapat lubang dan tidak retak;
(iii) tahan lama dan mudah dibersihkan;
(iv) tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m kecuali
untuk laboratorium perlu disesuaikan dengan
peralatan yang ada
(v) permukaan dalam harus rata dan berwarna terang;

h. Pintu

(1) Pintu bangunan unit produksi dan gudang harus memenuhi


syarat sebagai berikut:

(a) Dibuat dari bahan yang tahan lama dan kokoh;


(b) Permukaan rata, halus dan mudah dibersihkan;
(c) Dapat ditutup dengan mudah dan baik;
(d) Membuka keluar.

(2) Pintu bangunan kantor dan laboratorium :

(a) Dibuat dari bahan yang tahan lama dan kokoh;


(b) Permukaan rata, halus dan mudah dibersihkan;
(c) Dapat ditutup dengan mudah dan baik;

i. Jendela

Jendela harus memenuhi syarat sebagai berikut:

(1) Dibuat dari bahan yang tahan lama dan kokoh;


(2) Permukaan rata, halus dan mudah dibersihkan;
(3) Sekurang-kurangnya setinggi 1 m dari lantai atau disesuaikan
dengan keperluan;
(4) Luas permukaan jendela sesuai dengan besarnya bangunan
atau disesuaikan dengan keperluan.

j. Penerangan

Penerangan dalam ruangan unit produksi, gudang, ruang kerja dan


ruang laboratorium harus terang sesuai dengan keperluan dan
persyaratan kesehatan.

k. Ventilasi dan pengatur suhu

Ventilasi dan pengatur suhu ruangan unit produksi, gudang, ruang


kerja, laboratorium baik secara alami maupun buatan, harus
memenuhi syarat sebagai berikut:

(1) Cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat


menghilangkan uap, gas, bau, debu dan panas yang dapat
merugikan terhadap hasil produksi;
(2) Dapat mengatur susu yang dipoerlukan;
(3) Tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang
dialirkan;
(4) Lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat
mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya
kotoran serta air hujan ke dalam ruangan serta mudah
dibersihkan.

l. Pemeliharaan

(1) Bangunan
Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan dijaga
kebersihannya secara teratur dan berkala, sehingga selalu
dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik.

(2) Pencegahan masuknya binatang


Setiap unit bangunan dan bagian-bagiannya harus dilakukan
usaha pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat,
unggas dan binatang lain ke dalam bangunan tersebut.

(3) Pembasmian jasad renik, serangga dan binatang pengerat.


Setiap bangunan dan bagian-bagiannya harus dilakukan
pembasmian jasad renik, serangga dan binatang pengerat
secara rutin dengan menggunakan disinfektan, insektisida, atau
rodentisida. Pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati
dan harus dijaga serta dibatasi sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan pencemaran terhadap bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong serta produk akhir.

(4) Limbah

(a) Limbah padat harus dikumpulkan untuk dikubur, dibakar


atau diolah, sehingga aman;

(b) Limbah cair harus diolah lebih dahulu sebelum dialirkan ke


luar;
(c) Limbah gas harus diatur atau boleh diolah sedemikian rupa,
sehingga tidak mengganggu kesehatan karyawan dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.

Penanganan limbah harus sesuai dengan Ketentuan PIL dan


PEL.

(5) Alat dan perlengkapan

(a) Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk


memproduksi pakan yang berhubungan langsung dengan
pakan, harus dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi
secara teratur, sehingga tidak menimbulkan pencemaran
terhadap produksi akhir serta tidak berhubungan langsung
dengan pakan, dan harus selalu dalam keadaan bersih.

(b) Alat pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam


bangunan unit produksi harus bersih dan tidak boleh
merusak barang yang diangkut atau dipindahkan, baik
bahan baku, pelengkap pakan (feed supplement), imbuhan
pakan (feed additive) yang digunakan maupun produk
akhir.
(c) Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus
bersih, dapat melindungi produk, baik fisik maupun
mutunya sampai ke tempat tujuan.

V. PERSONALIA

Jumlah tenaga ahli dan karyawan disemua tingkatan hendaklah cukup serta
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya,
memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional serta memiliki sikap dan kesadaran tinggi untuk
mewujudkan tujuan.

1. Dalam organisasi perusahaan hendaklah dilakukan pembagian tugas dan


wewenang secara jelas, yang tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain, masing-masing hendaklah diberi wewenang penuh
dan sarana yang cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif. Keduanya tidak boleh mempunyai kepentingan
lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi tanggung
jawab atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi
atau finansial.

2. Manajer produksi hendaklah seorang tenaga ahli dibidangnya, terlatih dan


memiliki pengalaman praktis yang memadai sehingga memungkinkan
melaksanakan tugasnya secara profesional. Manajer produksi hendaklah
memiliki wewenang serta tanggung jawab bersama dalam mutu pakan
dengan manajer pengawasan.

3. Manajer pengawasan mutu hendaklah seorang tenaga ahli dibidangnya,


terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai untuk
memungkinkan melaksanakan tugasnya secara profesional. Manajer
pengawasan mutu hendaklah diberi wewenang dan tanggung jawab penuh
dalam seluruh tugas pengawasan mutu baik dalam penyusunan, verifikasi
dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan mutu. Manajer
pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenang
memutuskan untuk meluluskan atau menolak bahan baku pakan dan
bahan lainnya sesuai prosedur yang berlaku.

4. Manajer produksi dan Manajer pengawasan mutu sebagai tenaga


pengawas mutu bersama-sama bertanggung jawab dalam penyusunan dan
pengesahan prosedur-prosedur tertulis, pemantauan dan pengawasan
lingkungan , kebersihan pabrik dan validasi proses produksi, kalibrasi alat-
alat pengukur, latihan personalia, pemberian persetujuan terhadap
pemasok bahan baku dan kontraktor, pengaman produk pakan dan bahan
baku pakan terhadap kerusakan dan kemunduran mutu.

5. Untuk menunjang dan membantu tenaga inti tersebut di atas, dapat


ditunjuk tenaga trampil sesuai kebutuhan untuk melaksanakan
pengawasan langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu. Tiap
penyelia hendaklah cukup terlatih dan memiliki ketrampilan teknis yang
memadai serta pengalaman praktis dalam bidang yang berkaitan dengan
tugasnya, serta bertanggung jawab kepada manajer produksi dan manajer
pengawasan mutu.

6. Disamping staf tersebut di atas hendaklah tersedia tenaga yang terlatih


secara teknis dalam jumlah yang memadai dalam melaksanakan kegiatan
produksi atau pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi
yang telah ditentukan serta memahami petunjuk kerja tertulis. Pada saat
pengangkatan hendaklah diberi latihan yang cukup.

7. Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap staf hendaklah tidak terlalu
berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko terhadap mutu pakan yang
diproduksi.

8. Tugas dan tanggung jawab hendaklah jelas dan dapat dipahami dengan
baik oleh setiap karyawan.

9. Pelatihan

a. Seluruh karyawan yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan


pakan dan yang karena tugasnya mengharuskan masuk ruangan
pembuatan pakan hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu
sesuai dengan tugasnya maupun prinsip CPPB.
b. Pelatihan khusus hendaklah diberikan dalam latihan bagi mereka
yang bekerja diruangan steril dan ruangan bersih atau bagi mereka
yang menggunakan bahan yang mempunyai resiko tinggi.
c. Latihan CPPB hendaklah dilakukan secara berkesinambungan dengan
frekuensi yang memadai agar para karyawan terbiasa dengan
persyaratan CPPB yang berkaitan dengan tugasnya.
d. Latihan mengenai CPPB hendaklah dilaksanakan menurut program
tertulis yang telah disetujui oleh manajer produksi maupun manajer
pengawasan mutu.
e. Catatan latihan karyawan mengenai CPPB hendaklah disimpan
dengan baik dan program latihan hendaklah dinilai secara berkala.
f. Setelah mengadakan latihan, prestasi karyawan hendaklah dinilai
untuk menentukan apakah karyawan tersebut telah memiliki
kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya.

VI. HIGIENE DAN SANITASI

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah ditetapkan pada setiap aspek
pembuatan pakan.
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi fasilitas sanitasi, personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya.

1. Umum

Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat


berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene.
2. Sarana penyediaan air

a Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang pada


pokoknya terdiri dari:

(1) Sumber air


(2) Pipa pembawa air
(3) Tempat penyediaan air
(4) Pipa pembagi air

b Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air yang cukup dan
memenuhi baku mutu air sesuai dengan peruntukannya

c Pemasangan dan bahan sarana pemasangan air harus memenuhi


ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

3 Sarana Pembuangan

a. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang pada


pokoknya terdiri dari:

(1) Saluran dan tempat pembuangan limbah


(2) Tempat pembuangan limbah padat, cair, limbah gas
(3) Sarana pengolahan limbah
(4) Saluran pembuangan limbah terolah

b. Sarana pembuangan harus dapat mengolah dan membuang limbah


padat, cair dan atau gas yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.

c. Pemasangan dan bahan sarana pembuangan harus memenuhi


ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

4. Sarana toilet

a. Letaknya tidak terbuka langsung ke ruang proses pengolahan dan


ruang lainnya.
b. Dilengkapi dengan bak cuci tangan.
c. Diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap karyawan harus mencuci
tangan dengan sabun atau deterjen sesudah menggunakan toilet.
d. Disediakan dalam jumlah yang cukup

5. Sarana cuci tangan

.a. Ditempatkan ditempat-tempat yang diperlukan misalnya di


laboratorium dan ruang kantor karyawan.
b. Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulangkali,
dengan sabun atau deterjen atau alat lain untuk mengeringkan
tangan.
c. Disediakan tempat sampah yang tertutup.
d. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan karyawan.
6. Karyawan

a. Semua karyawan hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan, baik


sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama menjadi
karyawan. Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual
hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala.
b. Semua karyawan hendaklah menerapkan higiene perorangan yang
baik dan dilatih mengenai penerapan higiene perorangan yang
berhubungan dengan proses pembuatan dan memperhatikan tingkat
higiene perorangan yang tinggi.
c. Semua karyawan yang pada suatu ketika mengidap suatu penyakit
atau menderita suatu luka terbuka yang dapat merugikan kualitas
produk hendaklah dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas
dan bahan yang sedang dalam proses pembuatan pakan sampai
karyawan tersebut sembuh kembali.
d. Semua karyawan hendaklah diperintahkan dan didorong untuk
melaporkan kepada atasan langsungnya tiap keadaan (pabrik,
peralatan atau personalia) yang menurut penilaian dapat merugikan
produk.
e. Untuk keamanan karyawan dan untuk menjamin perlindungan produk
dari pencemaran, karyawan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung bahan yang bersih termasuk penutup rambut yang
bersih. Seragam yang kotor hendaklah disimpan dalam wadah
tertutup sampai saat pencucian. Kain lap pembersih, yang kotor, yang
dapat dipakai kembali, hendaklah disimpan dalam wadah tertutup
sampai saat pencucian.
f. Hanya petugas yang berwenang yang diperbolehkan memasuki
bangunan dan fasilitas yang dinyatakan sebagai ruangan terbatas.
g. Karyawan hendaklah diinstruksikan mencucui tangan sebelum
memasuki ruangan produksi. Untuk tujuan tersebut diperlukan
pemasangan poster peringatan yang sesuai.
h. Merokok, makan, minum, mengunyah, meletakkan tanaman atau
menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok dan obat
pribadi hanya diperbolehkan diruangan tertentu dan dilarang dalam
ruangan produksi, laboratorium, ruangan penyimpanan dan ruangan
lain yang mungkin merugikan mutu.
i. Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk
mengenakan pakaian pelindung yang diberlakukan bagi semua orang
yang memasuki ruangan produksi, baik bagi mereka yang bekerja
tetap ataupun sementara, maupun bagi non karyawan yang berada di
ruang perusahaan (karyawan kontraktor, pengunjung, staf pimpinan
perusahaan dan inspektur).
j. Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk penyimpanan
pakaian kerja dan pakaian milik pribadi ditempat yang tepat.
k. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung
jawab sanitasi serta menguraikan dengan rinci mengenai jadwal,
metoda, peralatan, dan bahan pembersih yang harus digunakan
maupun fasilitas-fasilitas yang harus dibersihkan. Prosedur tertulis
tersebut hendaklah dipatuhi.

7. Peralatan

a. Peralatan yang telah digunakan hendaklah dibersihkan baik bagian


luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi
bersih. Sebelum dipakai kebersihannya diperiksa lebih dahulu untuk
memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari batch
sebelumnya telah dihilangkan.
b. Pembersihan secara vakum (atau cara basah) lebih dianjurkan. Udara
bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati, sedapat
mungkin dihindari karena menambah resiko pencemaran produk.
c. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-
pindahkan dan penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilakukan
dalam ruangan yang terpisah dari ruang pengolahan.
d. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan
inspeksi sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan.

VII. PRODUKSI PAKAN

1. Alat Produksi

a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi pakan


harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan
teknik, yaitu peralatan dan mesin pemrosesnya dibuat yang mudah
dioperasionalkan, dipelihara dan dibersihkan.

b. Alat dan perlengkapan yang disebut di atas harus memenuhi syarat


sebagai berikut:

(1) Sesuai dengan jenis produksi.


(2) Permukaan yang berhubungan dengan pakan harus halus, tidak
berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air
dan tidak berkarat.
(3) Tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau
fragmen logam yang lepas atau pergeseran dari peralatan,
minyak pelumas, peralatan bahan bakar dan lain-lain.
(4) Optimum kelembaban 80 %.
(5) Mesin yang mengalami kontak dengan makanan dikeringkan
setelah proses pembersihan.
(6) Mudah dibersihkan.
(7) Bentuk konstruksinya diupayakan agar seminimal mungkin
terbuang/tumpah sewaktu diproses atau disebabkan oleh proses
pencampuran terakhir.

c. Timbangan

Alat timbangan dipergunakan untuk menimbang barang yang dijual-


belikan, maka alat timbangan harus diterra oleh Jawatan Meterologi.
Adapun alat timbangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Timbangan elektrik besar yang digunakan untuk menimbang


berat truk dan muatannya sampai lebih dari 10.000 kg.
Timbangan ini ada di komplek pabrik dekat pintu masuk/keluar.
(2) Timbangan kecil yang ada di laboratorium.
(3) Timbangan elektrik (otomatis) yang digunakan untuk
menimbang bahan baku pakan sebelum dicampur.
(4) Timbangan untuk pencampuran premix.
(5) Timbangan untuk menimbang pakan yang sudah jadi sebelum
dilakukan pengepakan.

2. Cara Pembuatan Pakan

Cara pembuatan pakan mencakup beberapa tahapan, yaitu : pengadaan


bahan baku, penyiapan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
penggilingan, pencampuran, pembuatan pelet (pelletting), pengemasan,
pelabelan dan penyimpanan pakan.

a. Pengadaan Bahan Baku Pakan.

(1) Bahan baku, pelengkap pakan (feed supplement) dan imbuhan


pakan (feed additive) yang digunakan untuk memproduksi
pakan tidak boleh merugikan atau membahayakan kesehatan
ternak, dan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan
kualitas yang ditetapkan.

(2) Bahan baku pakan yang standar mutu dan persyaratannya


belum ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Bina
Produksi Peternakan hanya boleh digunakan dengan izin khusus
Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan.

(3) Terhadap bahan baku pakan, pelengkap pakan (feed


supplement) dan imbuhan pakan (feed additive) sebelum
digunakan harus dilakukan pemeriksaan sampel bahan secara
analisa laboratorium terhadap zat kimia, fisik mikroorganisma
dan zat racun dan tidak mengandung bahan asing serta harus
memenuhi standar mutu atau persyaratan kualitas yang
ditetapkan.

b. Penyiapan Bahan Baku Pakan

(1) Bahan baku pakan yang masuk ke lingkungan pabrik, hendaklah


dilakukan tindakan sebagai berikut :

(a) Bahan baku pakan yang diangkut dengan menggunakan


truk diambil sampelnya dari setiap karung bagian atas
dan samping serta jumlah sampelnya + 4 kg.
(b) Bahan baku pakan yang diangkut dengan kontainer, dalam
satu kontainer dibagi 4 area. Tiap area I, II, III, dan IV
diambil 5 sub sampel pada titik yang berbeda + 300 gram.
Jadi total ada 20 plastik sub sampel dengan jumlah + 6 kg.
Bila bahan baku dalam bentuk cairan 20 % dari isinya atau
minimal 500 cc.

(2) Dari sampel tersebut dilakukan test fisik terhadap abu, bentuk
luar, warna, jamur, serangga, kontaminan. Laboratorium test
terhadap kadar air, pasir (pada daun turi) hull (dedak padi) dan
NaCI (garam). kalau perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis.

(3) Untuk bahan baku impor langsung ditimbang, kemudian


dimasukkan ke gudang, setelah itu dilakukan pemeriksaan
sampel secara laboratoris. Apabila tidak sesuai dengan contoh
sampel yang diberikan, dilakukan penolakan (claim) dan segera
minta gantinya.

(4) Setelah lulus butir (b) (2), truk dan isinya ditimbang dan
dibongkar.

(5) Bahan baku dalam karung, setiap karung diambil sampel pada
bagian atas, tengah dan bawah.

(6) Dari sampel tersebut dilakukan test fisik dan test laboratorium

(7) Bahan baku pakan yang sudah dinyatakan lulus dari tindakan
butir (b) (6), bahan baku tersebut selanjutnya disimpan
ditempat yang telah disediakan.

(8) Sisa sampel yang telah dianalisa, kemudian disimpan di tempat


yang telah ditentukan.

c. Penyimpanan Bahan Baku Pakan

(1) Bahan baku pakan ada yang disimpan dalam silo (biji-bijian)
atau dalam karung yang diatur sedemikian rupa, sehingga
mudah mengeceknya.

(2) Bahan baku pakan dalam bentuk cair, disimpan di tempat


khusus.

(3) Bahan baku pakan berupa pelengkap pakan (feed supplement)


dan imbuhan pakan (feed additive) disimpan diruang
pendingin (AC).

(4) Bahan baku yang diterima lebih dahulu, digunakan lebih


dahulu (first in first out).

d. Penggilingan

(1) Bahan baku yang sudah halus (fine material) langsung disiapkan
untuk dicampur.

(2) Bahan baku yang belum halus (coarse material) seperti bentuk
biji atau lempengan harus digiling terlebih dahulu sampai halus.

e. Pencampuran

(1) Untuk setiap satuan pencampuran harus ada instruksi tertulis


dalam protokol pembuatan yang menyebutkan:

(a) nama pakan;


(b) tanggal pembuatan dan Nomor Kode;
(c) jenis dan jumlah bahan yang digunakan;
(d) tahap-tahap pencampuran dan hal-hal yang perlu
diperhatikan selama proses pencampuran;
(e) bentuk padat dan ukuran produk akhir;
(f) jumlah hasil pengolahan;
(g) hal-hal yang dianggap perlu.

(2) Pencampuran sesuai dengan rencana pakan yang akan


diproduksi, misalnya starter, layer, grower dan sebagainya.

(3) Pencampuran Premix

Bagi pabrik pakan yang menggunakan premix yang sudah jadi,


tidak perlu lagi ada pekerjaan pencampuran premix. Namun
apabila ada pabrik pakan yang tidak menggunakan premix
secara langsung, harus mencampur sendiri yang terdiri dari
pelengkap pakan (feed supplement) dan imbuhan pakan (feed
additive).

(4) Cek penimbangan untuk masing-masing bahan baku yang akan


dibuat

(5) Amati proses pencampuran sampai dengan selesai

(6) Pada waktu tertentu, setelah pencampuran selesai, diambil


sampel dan dilakukan analisa.

f. Pembuatan Pelet

Pakan bentuk pelet (Pellet Feed)

(1) Setelah proses pencampuran selesai, pakan yang akan dibuat


pelet, dimasukkan ke proses pembuatan pellet.

(2) Setelah proses pembuatan pelet selesai, pakan tersebut harus


dimasukkan ke ruang pendingin sampai temperaturnya sama
dengan suhu kamar.

g. Pengemasan

(1) Sebelum dilakukan pengemasan baik pakan halus (mash feed)


atau pakan bentuk pelet (pellet feed) harus dilakukan test fisik
dan test laboratorium dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis.

(2) Wadah atau pembungkus terbuat dari karung plastik dengan


ukuran isi 50 kg.

(3) Wadah atau pembungkus harus disimpan secara rapi di tempat


yang bersih dan terlindung dari pencemaran.

(4) Pakan halus (Mash Feed)

(a) untuk pakan bentuk halus dapat segera dikemas dengan


menggunakan karung.
(b) jika dalam bentuk curah (bulk), dapat langsung dikirim ke
farm (usaha peternakan).
(5) Pakan bentuk pelet (Pellet feed)
(a) setelah suhu pakan sama dengan suhu kamar, kemudian
dapat dilakukan pengemasan dengan menggunakan
tempat karung

(b) jika dalam bentuk curah (bulk) dapat langsung dikirim ke


farm.

h. Pelabelan

(1) Label pakan harus memenuhi ketentuan dalam Keputusan


Menteri Pertanian tentang Sertifikasi, pendaftaran dan Labelisasi
Pakan.

(2) Label pakan harus dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan
atau bentuk yang berbeda untuk setiap jenis pakan agar mudah
dibedakan

(3) Setelah selesai pengepakan kemudian dilakukan pelabelan

(4) Pelabelan disesuaikan dengan setiap jenis pakan

(5) Khusus untuk pakan tanpa kemasan, yaitu curah (bulk) cukup
dibuat kesepakatan antara pabrikan dan penggunanya.

i. Penyimpanan

(1) Penyimpanan pakan yang telah dipak adalah di dalam gudang


dengan disebutkan nama pakan dan tanggal pencampuran/
pembuatannya.

(2) Tempat penyimpanan tidak boleh dicampur dengan barang


lainnya.

(3) Pengaturan pengeluaran pakan disesuaikan dengan yang dibuat


lebih dahulu, dikeluarkan lebih dahulu (first in first out).

(4) Lama penyimpanan tidak boleh lebih dari 1 (satu) minggu.

j. Pengeluaran Pakan/Pendistribusian

(1) Pakan yang dikeluarkan lebih dahulu diusahakan untuk pakan


yang paling lama berada di gudang

(2) Sebelum pakan dikeluarkan, perlu ditimbang lebih dahulu


dengan cara:

(a) truk kosong ditimbang


(b) truk diisi pakan, kemudian ditimbang
(c) selisih truk isi pakan dan truk kosong merupakan berat
netto pakan yang dikeluarkan
(d) pengeluaran pakan harus diketahui oleh petugas gudang
dan penimbang
(e) Setelah pakan diterima oleh penggunaannya, harus ada
tanda bukti penerimaan.
(k) Gambar lay out standar pabrik pakan dapat dilihat dalam Lampiran -1

(l) Bagan/gambar alur cara pembuatan pakan dapat dilihat dalam


Lampiran -2

VIII. INSPEKSI INTERNAL

Inspeksi Internal adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan pakan
yang baik agar tiap pakan yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterikatan dan tanggung jawab
semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk
menghasilkan pakan yang bermutu mulai dari saat pakan dibuat sampai pada
pendistribusian pakan jadi. Keperluan tersebut harus ada bagian Inspeksi
Internal yang berdiri sendiri.

1. Prinsip

a. Sistem Inspeksi Internal hendaklah dirancang dengan tepat untuk


menjamin bahwa setiap pakan mengandung bahan baku pakan
dengan mutu yang benar sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan
dan dibuat pada kondisi yang tepat atau mengikuti prosedur standar,
sehingga pakan tersebut memenuhi standar spesifikasi teknis yang
ditetapkan.

b. Inspeksi Internal meliputi semua fungsi analisa yang dilakukan di


laboratorium termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan baku pakan, proses pembuatan pakan dan pakan
jadi.

c. Sistem dokumentasi dan prosedur serta pelulusan oleh Bagian


Inspeksi Internal hendaknya menjamin bahwa pemeriksaan dan
pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan dengan tepat bahwa
bahan baku pakan tidak digunakan dan pakan jadi tidak
didistribusikan atau dijual sebelum hasil pemeriksaan dan pengujian
mutu dinilai memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sistem Inspeksi
Internal hendaklah menjamin pelaksanaan hal-hal lain yang
memerlukan persetujuan dari Bagian Inspeksi Internal.

d Bagian Inspeksi Internal melaksanakan tugas pokok sebagai berikut:

(1) Menyusun dan menyempurnakan prosedur Inspeksi;

(2) Menyimpan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pemeriksaan


dan pengujian;

(3) Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai pengambilan


sampel untuk pemeriksaan.

(4) Menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan dimasa


mendatang.
(5) Meneliti catatan yang berhubungan dengan pengolahan,
pengemasan dan pengujian pakan jadi sebelum didistribusikan.

(6) Menetapkan tanggal kadaluarsa, batas waktu penggunaan


bahan baku pakan dan pakan jadi berdasarkan kondisi
penyimpanan.

(7) Mengevaluasi dan menyetujui prosedur pengolahan ulang suatu


produk.

(8) Mengevaluasi keluhan yang diterima atau kekurangan yang


ditemukan dalam kemasan pakan yang beredar dan bila perlu
bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan.

(9) Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua sampel


yang diambil.

(10) Ikut serta dalam program inspeksi internal bersama bagian lain
dalam perusahaan.

(11) Memberikan rekomendasi untuk pembuatan pakan oleh pihak


lain atas dasar kontrak setelah diadakan evaluasi terhadap
kontraktor yang bersangkutan yang dinilai mampu membuat
pakan yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

2. Laboratorium Pengujian

Perusahaan yang memproduksi pakan tertentu yang ditetapkan Direktur


Jenderal Bina Produksi Peternakan harus memiliki laboratorium untuk
melakukan pengujian terhadap bahan baku pakan yang digunakan dalam
produksi akhir (pakan).

a. Peralatan

(1) Peralatan serta instrumen laboratorium pengujian hendaklah


sesuai prosedur pengujian yang dilakukan.

(2) Standar prosedur kerja untuk semua instrumen dan peralatan


hendaklah tersedia dan diletakkan di dekat instrumen atau
peralatan yang bersangkutan.

(3) Peralatan dan instrumen hendaklah diservis dan ditera dalam


selang waktu yang telah ditetapkan dan didokumentasikan.
Pemeriksaan untuk memastikan bahwa instrumen berfungsi
dengan baik, hendaklah dilakukan setiap saat atau sebelum
instrumen tersebut digunakan.

(4) Tanggal peneraan dan servis peralatan yang telah dilakukan


serta tanggal peneraan dan servis berikutnya harus tertera pada
masing-masing instrumen.
(5) Hendaklah diberikan penandaan yang jelas untuk menunjukkan
bahwa peralatan tidak berfungsi dengan baik atau sedang
diservis agar tidak digunakan.

b. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian

(1) Prosedur pengujian hendaklah divalidasi dengan memperhatikan


fasilitas dan peralatan yang ada sebelum prosedur tersebut
digunakan dalam pengujian rutin.

(2) Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk tiap bahan baku, dan
produk jadi (pakan) hendaklah memuat ketentuan dan cara
pemeriksaan dan pengujian mengenai identitas, kemurnian,
kadar, potensi dan keamanannya.

(3) Prosedur pengujian hendaklah memuat banyaknya sampel yang


diperlukan untuk pengujian dan yang harus disimpan untuk
rujukan masa mendatang.

(4) Semua pengujian yang dilakukan hendaklah mengikuti instruksi


yang tercantum dalam prosedur pengujian masing-masing
bahan baku atau produk jadi. Hasil pengujian, terutama yang
menyangkut perhitungan harus diperiksa oleh penyelia sebelum
bahan baku atau produk jadi tersebut diterima atau ditolak.

c. Catatan Pengujian

Catatan pengujian hendaklah mencakup :

(1) Nama dan nomor batch sampel.

(2) Nama petugas yang mengambil sampel.

(3) Metoda analisa yang digunakan.

(4) Semua data hasil analisa seperti berat, pembacaan buret,


volume, dan pengenceran.

(5) Perhitungan dan rumus yang digunakan.

(6) Persyaratan mengenai toleransi yang diperbolehkan.

(7) Persyaratan apakah memenuhi atau tidak memenuhi


persyaratan spesifikasi.

(8) Tanggal dan tanda tangan petugas yang melakukan pengujian


dan petugas yang memeriksa perhitungan.

(9) Persyaratan apakah diluluskan atau ditolak serta saran


mengenai tindakan selanjutnya yang ditanda tangani dan diberi
tanggal oleh petugas yang berwenang.

(10) Nama pemasok, jumlah keseluruhan dan jumlah bahan baku


yang diterima.
d. Sampel Pertinggal

(1) Sampel pertinggal dengan identitas jelas yang mewakili bahan


baku pakan hendaklah disimpan selama jangka waktu 6 (enam)
bulan.

(2) Sampel pertinggal dengan identitas yang mewakili setiap bahan


baku pakan dan pakan jadi dalam kemasan lengkap hendaklah
disimpan selama jangka waktu 6 (enam) bulan. Sampel bahan
baku pakan dan pakan jadi disimpan dalam kondisi yang sama
dengan kondisi yang tertera pada etiket.

e. Protokol Pemeriksaan

Untuk setiap pemeriksaan harus ada protokol pemeriksaan yang


menyebutkan :

(1) Bahan Baku.

(a) jenis bahan baku.


(b) tanggal pengambilan contoh.
(c) jumlah contoh yang diambil.
(d) jenis pemeriksaan yang dilakukan.
(e) kesimpulan pemeriksaan.
(f) nama pemeriksa.
(g) hal lain yang dianggap perlu.

(2) Produk Akhir.

(a) nama pakan.


(b) tanggal pembuatan.
(c) tanggal pengambilan contoh.
(d) jumlah contoh yang diambil.
(e) kode produksi.
(f) jenis pemeriksaan yang dilakukan.
(g) kesimpulan pemeriksaan.
(h) nama pemeriksa.
(i) hal lain yang dianggap perlu.

f. Validasi

Bagian inspeksi internal dalam melakukan validasi hendaklah


memberi bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam
pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian
produksi untuk terjaminnya setiap produk pakan yang dihasilkan
selalu memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan.

IX. TATA CARA INSPEKSI INTERNAL

1. Cara Inspeksi Internal


Tujuan inspeksi internal adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh
aspek pembuatan pakan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPPB.

Program inspeksi internal hendaklah dirancang untuk mencari kelemahan


dalam pelaksanaan CPPB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya.
Inspeksi internal hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan
yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi
internal ditunjuk inspeksi yang mampu menilai secara obyektif tentang
pelaksanaan CPPB. Prosedur dan catatan mengenai inspeksi internal
hendaklah dibuat.

2. Hal-hal yang diinspeksi

Untuk mendapatkan standar inspeksi internal minimal dan seragam, maka


disusun daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan
meliputi tentang:

a. Karyawan
b. Bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan
c. Penyimpanan bahan baku pakan dan pakan jadi
d. Peralatan
e. Pembuatan pakan
f. Mutu Pakan
g. Dokumentasi
h. Pemeliharaan gedung dan peralatan

3. Pelaksanaan dan selang waktu Inspeksi Internal

Inspeksi internal dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan


kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Inspeksi internal yang
menyeluruh hendaklah dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan.

4. Laporan Inspeksi Internal

Setelah menyelesaikan inspeksi internal, tim inspeksi membuat laporan


yang mencakup:

a. Hasil inspeksi internal


b. Penilaian dan kesimpulan
c. Usul tindakan perbaikan

5. Tindak lanjut Inspeksi Internal

Berdasarkan laporan inspeksi internal, pimpinan perusahaan melakukan


tindakan perbaikan yang diperlukan.

X. PENANGANAN TERHADAP HASIL PENGAMATAN, KELUHAN DAN PENARIKAN


KEMBALI PAKAN YANG BEREDAR.

1. Penarikan kembali pakan yang beredar di pasaran


Penarikan kembali pakan yang beredar di pasaran dapat berupa penarikan
satu atau beberapa jenis pakan dari semua mata rantai distribusi.
Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak
memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek
samping yang tidak diperhitungkan yang dapat menurunkan produksi dan
produktivitas ternak. Penarikan kembali seluruh pakan dapat merupakan
tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis pakan yang bersangkutan.

a. Keputusan Penarikan Kembali Pakan

(1) Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen


sendiri atau instruksi dari instansi pemerintah yang berwenang.

(2) Keputusan untuk melakukan penarikan kembali suatu pakan jadi


adalah tanggung jawab penanggung jawab pabrik dan pimpinan
perusahaan.

(3) Keputusan penarikan kembali pakan jadi dapat berupa satu atau
beberapa jenis pakan jadi yang bersangkutan.

(4) Keputusan penarikan kembali pakan dapat juga sekaligus yang


merupakan penghentian pembuatan pakan yang bersangkutan.

b. Pelaksanaan Penarikan Kembali Pakan.

Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah


diketahui adanya pakan jadi yang tidak memenuhi persyaratan
standar atau yang mempunyai efek samping yang tidak
diperhitungkan sebelumnya yang membahayakan kesehatan ternak,
menurunkan produksi dan produktivitas ternak serta kesehatan
manusia yang mengkonsumsi hasil ternak.

c. Hendaklah dibuat pedoman dan prosedur penarikan kembali pakan


sehingga penarikan kembali pakan dapat dilakukan dengan cepat dan
efektif dari seluruh mata rantai distribusi.

d. Hendaklah dibuat catatan dan laporan pelaksanaan hasil penarikan


kembali pakan yang beredar.

2. Keluhan/pengaduan

Keluhan/pengaduan yang menyangkut mengenai mutu pakan yang


merugikan konsumen, dapat dilakukan oleh konsumen itu sendiri atau
petugas pengawas mutu pakan.
Keluhan/pengaduan yang disampaikan tersebut hendaklah diselidiki dan
dievaluasi serta ditindak lanjuti.

a. Tata Cara Penyampaian Keluhan dari Pengaduan

(1) Keluhan/pengaduan yang disampaikan oleh konsumen ditujukan


kepada produsen pakan dengan tembusan disampaikan kepada
Dinas Peternakan atau Dinas Teknis yang membidangi fungsi
pakan.
(2) Keluhan/pengaduan yang disampaikan oleh petugas pengawas
mutu pakan disampaikan kepada Dinas Peternakan atau Dinas
Teknis yang membidangi fungsi pakan dengan tembusan
disampaikan kepada Dinas Peternakan atau Dinas Teknis yang
membidangi fungsi peternakan di Propinsi dan Direktur Jenderal
Bina Produksi Peternakan.

(3) Dinas Peternakan atau Dinas Teknis yang membidangi fungsi


peternakan di kabupaten atau kota menyampaikan
keluhan/pengaduan kepada produsen dengan tembusan kepada
Dinas Peternakan atau Dinas Teknis yang membidangi fungsi
peternakan di Propinsi dan Direktur Jenderal Bina Produksi
Peternakan.

b. Jenis Keluhan/pengaduan

(1) Keluhan/pengaduan mengenai mutu pakan menyangkut


keadaan fisik, bau, kandungan nutrisi dan kemasan.

(2) Keluhan/pengaduan tentang efek samping yang merugikan


seperti penurunan kualitas produksi dan produktivitas ternak.

c. Penanganan Keluhan/pengaduan

(1) Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai keluhan/ pengaduan


yang diterima;

(2) Keluhan/pengaduan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian


yang terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima;

(3) Terhadap tiap Keluhan/pengaduan hendaklah dilakukan


penelitian dan evaluasi secara seksama termasuk:

(a) meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan


atau pengaduan tersebut;
(b) melakukan pemeriksaan atau pengujian ulang terhadap
sampel yang diterima dan bila perlu memeriksa sampel
pertinggal dari batch yang bersangkutan;
(c) meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang
berkaitan, temasuk catatan batch, catatan distribusi dan
catatan hasil pengujian.[Triani:\cppb-f1/1301003/r1]

MENTERI PERTANIAN,

ttd

PROF. DR. IR. BUNGARAN SARAGIH, M.Ec.

cppb-f1/1301003

Anda mungkin juga menyukai