Fisika Teknik 1
PENDAHULUAN
Diskripsi singkat
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hukum pertama Newton, yaitu menyangkut tentang
kesetimbangan, baik setimbang translasi maupun rotasi. Dijelaskan juga hukum ketiga Newton,
yaitu tentang aksi dan reaksi, serta terapannya dalam menentukan vektor-vektor gaya yang
seharusnya digambarkan dalam diagram isolasi komponen, setiap persoalan kesetimbangan.
Selanjutnya dijelaskan juga tentang konsep gesekan kering, dan pengertian tentang koefisien
gesekan statik dan dinamik.
Manfaat
Dengan memahami hukum pertama Newton, yaitu tentang kesetimbangan, dan hukum
ketiga Newton, serta memahami tentang konsep gesekan, merupakan syarat utama untuk
memecahkan persoalan-persoalan statika, yang banyak diterapkan pada mesin-mesin dan atau
komponen mesin, misalnya crane, mobil derek pengereman (baik handle maupun pada sepatu
rem), dan lainnya.
Relevansi
Untuk diterapkan di bidang mesin, hukum pertama Newton, hukum ketiga Newton,
tentang konsep gesekan, sangat dibutuhkan, seperti disampaikan dalam manfaat di atas.
Pemecahan persoalan di bab ini, harus dilandasi pemahaman tentang bab sebelumnya, yaitu
tentang penyusunan dan penguraian vektor-vektor gaya.
Learning Outcomes
Dilandasi pemahaman teori tentang hukum pertama Newton, hukum ketiga Newton,
tentang konsep gesekan, mahasiswa dapat memecahkan persoalan-persoalan praktis di bidang
mesin, khususnya tentang statika.
PENYAJIAN
Ilmu Mekanika adalah cabang ilmu Fisika yang membahas perihal gerak benda-benda
serta gaya-gaya yang menyebabkan gerak itu. Ilmu Mekanika berdasarkan tiga hukum Newton.
F1 F1 F1 F1
A A A A
B B F2x B
F’
F” F2y
F2 F2 F2
(a) (b) ( c1 ) (C2)
Gambar 2-1
Keterangan:
( a ) Gaya F1 mengakibatkan benda translasi & rotasi
( b ) Apabila F1 = F2 (berlawanan arah dan tak segaris) benda rotasi
( c1) & ( c2) Apabila F1 = F2 (berlawanan arah dan segaris) benda diam
F2 dapat merupakan gaya resultan, seperti pada Gambar 2-1 ( c1) & ( c2).
Benda diam atau bergerak menurut garis lurus dengan kecepatan konstan
Setiap benda akan tetap dalam keadaan diam atau keadaan bergerak
lurus beraturannya, kalau tidak ada gaya-gaya yang bekerja pada benda
tadi, yang merobah keadaan-keadaan itu.
Suatu gaya tak lain adalah salah satu segi dari kerja timbal balik antara dua benda. Kalau
sebuah benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua, maka benda kedua inipun
mengerjakan gaya pula pada benda pertama, yang sama besar, berlawanan arah dan mempunyai
garis kerja yang sama (berimpit). Gaya tunggal sendiri adalah sesuatu hal yang tak mungkin
(mustahil) terjadi.
Dua gaya yang terdapat pada setiap interaksi timbal balik antara dua benda, disebut aksi
& reaksi (atau sebab & akibat). Kedua gaya tersebut dapat dipandang sebaliknya. Hal ini terdapat
dalam Hukum III Newton tentang gerak, yang bunyinya:
Terhadap setiap aksi senantiasa ada reaksi, yang sama besar & berlawanan
arah, atau interaksi timbal balik antara dua benda senantiasa sama &
berlawanan.
F2’ F1
F2 F1’
Catatan: Sebenarnya vektor-vektor gaya terletak pada satu garis kerja gaya (sepanjang tali).
Vektor digeser maksudnya untuk menunjukkan perbedaan antara aksi dan reaksi.
F1 : adalah gaya yang dikerjakan oleh orang kepada tali (diderita oleh tali),
F1’: adalah gaya yang dikerjakan oleh tali kepada orang (diderita oleh orang),
F2 : adalah gaya yang dikerjakan oleh tali kepada balok (diderita oleh balok),
F2’: adalah gaya yang dikerjakan oleh balok kepada tali (diderita oleh tali).
Hukum III Newton berlaku, baik sistem dalam keadaan setimbang ataupun tidak (gerak dengan
percepatan).
Gaya F1 & F2’ bukan sepasang aksi – reaksi, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
Pandang tali beserta gaya-gaya horizontal yang bekerja padanya, lihat gambar di bawah ini.
F2’ F1
Massa tali = m a
Gambar 2-3
Seandainya tali bergerak ke kanan makin cepat, (misal tali bergerak dengan percepatan a),
ini berarti tali dalam keadaan tak setimbang. Sesuai Hukum II Newton (yang akan dibahas
selanjutnya), F1 - F2’ = m.a, maka F1 F2’. Sedangkan F2’= F2 (sepasang aksi-reaksi), berarti F1 F2
(terbukti).
Hanya keadaan khusus, bila tali tak bergerak, atau tali bergerak dengan kecepatan konstan,
atau sistem dalam kesetimbangan, maka F1 = F2’, sehingga F1 = F2. Ini berarti bahwa gaya yang
dikerjakan oleh orang kepada tali sama dengan gaya yang dikerjakan oleh tali kepada balok.
Pandangan ini bermanfaat terutama dalam praktek di lapangan, karena pada umumnya berat tali
diabaikan (tak diperhitungkan), misalnya yang terjadi pada sistem kerekan. Jadi fungsi tali hanya
sebagai penerus gaya saja. Hal demikian akan menjadikan penggambaran diagram gaya lebih
sederhana seperti gambar di bawah ini.
F F’
Gambar 2-4
F adalah gaya yang dikerjakan oleh orang kepada balok (diderita oleh balok), sedangkan
F’ adalah gaya yang dikerjakan oleh balok kepada orang (diderita oleh orang)
Hal-hal penting dalam memecahkan persoalan adalah digambarkan sebuah diagram yang
dibuat secara teliti, dengan tiap gaya yang bekerja pada suatu benda dilukiskan dengan anak
panah. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Buat sketsa dari alat atau sistem yang dipersoalkan,
2. Pilih (tinjau) suatu benda atau bagian dari alat atau sistem itu (ini disebut “mengisolir”
benda yang dipilih tadi), dan tunjukkan semua gaya yang bekerja pada benda yang
ditinjau itu (terdiri dari gaya yang dikerjakan oleh benda/komponen terkait dan berat
benda yang ditinjau),
3. Lukislah salib-sumbu tegaklurus dan tunjukkan komponen-komponen gayanya,
4. Carilah persamaan aljabar atau trigonometri yang perlu, berdasarkan syarat-syarat
kesetimbangan & dan .
Contoh 1. Gambar 2-5 (a), menunjukkan sebuah benda diam tergantung oleh seutas tali yang
ditambatkan pada langit-langit.
T2
Aksi-
Reaksi
T2’
W2
W2
T1
Aksi-
Bukan
Reaksi
W1 aksi-
reaksi
T1’
W1
Gambar 2-5
Gambar 2-5 (b) menunjukkan diagram terpisah untuk benda seberat W1. Gaya-gayanya
ialah berat benda sendiri, W1 dan gaya yang dikerjakan oleh tali kepada benda, T1. Berdasarkan
syarat kesetimbangan, maka:
atau
Sekali lagi bahwa T1 dan W1 bukan sepasang aksi-reaksi, walaupun sama besarnya,
berlawanan arah, serta sama garis kerjanya. Berat W1 adalah gaya tarik bumi pada pada benda.
Reaksinya berupa gaya tarik oleh benda terhadap bumi, yang sama besarnya dan berlawanan arah
(bekerja pada bumi), maka tak digambarkan pada diagram terpisah untuk benda.
Akasi, T1 (benda mengerjakan gaya kepada tali), maka reaksinya adalah T1’ (yaitu tali
mengerjakan gaya kepada benda), maka berdasarkan hukum ke-3 Newton:
3 2
T3’ T2’
T3
T2
T3 T3y
T2y T2 T1
3 2 T1’
T3x T2x
T1
W
s. johanes, dtm sv ugm 19
2013
Fisika Teknik 1
(a) (c)
(b)
Gambar 2-6
Jika ditinjau balok, oleh karena kesetimbangan (hukum pertama Newton), maka
(2-1)
adalah gaya yang dikerjakan oleh simpul kepada balok (tali hanya sebagai penerus gaya
saja dan beratnya tak diperhitungkan) dan W adalah berat balok. Sedangkan adalah gaya yang
dikerjakan oleh balok kepada simpul, maka sesuai hukum ketiga Newton
(2-2)
Selanjutnya ditinjau simpul, yaitu Gambar 2-6 (c). Sesuai hukum pertama Newton, maka
, atau
(2-3)
dan , atau
(2-4)
Dari keempat persamaan tersebut di atas, maka dapat diperoleh harga & .
Harga & diperoleh dengan menerapkan hukum ketiga Newton. & adalah
gaya-gaya yang dikerjakan oleh simpul kepada langit-langit, sedangkan & adalah gaya-gaya
yang dikerjakan oleh langit-langit kepada simpul, besarnya sama, arahnya berlawanan.
Contoh 3. Tentukan gaya tangga menekan dinding dan lantai ? jika diketahui bahwa dinding licin
(tanpa gesekan), panjang tangga L, tangga bersandar pada dinding, membentuk sudut α
terhadap horizontal.
F2
O F1 F2y
C
F1 O F2x
F2 D
G
G
α β g
s. johanes, dtm sv ugm 20
2013
Fisika Teknik 1
A E B
(a) b Gambar 2-7 (b)
Tinjau tangga.
Maka gaya-gaya yang bekerja pada tangga adalah:
1. G , adalah gaya berat tangga (arah vertical, melalui O)
2. F1 , adalah gaya dinding menekan tangga (diderita oleh tangga), berupa gaya normal (arah
horizontal, melalui O), karena tak ada gaya gesek,
3. F2 , adalah gaya lantai menekan tangga (diderita oleh tangga), condong (arahnya belum
tahu), karena terdiri dari gaya normal & gaya gesek,.
Tangga dalam keadaan diam (setimbang), maka dengan menerapkan syarat kesetimbangan yang
kedua, yaitu kalau yang bekerja 3 gaya harus konkuren (melalui satu titik persekutuan). Maka gaya
F2 harus melalui titik O juga, sehingga arahnya tahu, membentuk sudut β terhadap hozontal.
Setelah gaya-gaya yang bekerja pada tangga digeser sepanjang garis kerjanya, selanjutnya
diterapkan hukum pertama Newton.
, atau
(1)
(2)
, atau
(3)
, atau
(4)
(5)
Misal:
Tangga homogen, pusat berat ditengah-tengahnya, G = 80 lb; L = 20 ft; α = 53o; Tentukan β dan
gaya-gaya F1 & F2 ?
(3)
(4)
(5)
(2) , maka
(1) , maka
Contoh 4. Gambar 2-8 memperlihatkan sebatang balok penopang AB berengsel di A dan
dihubungkan tali pada dinding di C. Pada ujung B tergantung beban W. Berat balok dan tali
dapat diabaikan. Misalkan beban W = 100 Newton dan sudut-sudut 1= 30o dan 2 = 45o .
Tentukan gaya-gaya yang bekerja pada dinding di A & C ?
F2
F1’
C
2
1 B
b
F1
(c)
2 W F3
1 B F2y
F2
(b) F3y
F3
A 2 1
W F2x F3x
B
(a) (d)
Gambar 2-8 F1
Pandang balok penopang AB (Gambar 8(c). Gaya-gaya yang bekerja padanya adalah:
F1 = beban W mengerjakan gaya kepada balok penopang di B (tali sebagai perantara saja)
F2 = dinding mengerjakan gaya kepada balok penopang di B (tali sebagai perantara saja)
F3 = engsel mengerjakan gaya kepada balok penopang di A
Gaya F3 digeser sepanjang garis kerjanya ke titik B, seperti Gambar 8(d), dan balok dalam
keadaan diam (setimbang), maka , atau dan
Contoh 5. Pada Gambar 9, balok A seberat W1 terletak di atas bidang miring tanpa gesekan
dengan sudut miring . Pusat berat balok di tengah-tengahnya. Seutas tali lemas
ditambatkan pada tengah-tengah permukaan balok sebelah kanan dan dilewatkan
kerekan tanpa gesekan, lalu dihubungkan dengan balok B yang beratnya W2. Berat tali dan
gesekan kerekan dapat diabaikan. Jika dan W1 diketahui, maka tentukanlah berat W2
yang menyebabkan sistem dalam keadaan setimbang, yaitu yang menyebabkan sistem
dalam keadaan diam atau bergerak ke salah satu arah dengan kecepatan konstan.
T
N x
T’=T
A
B
W1 sin W1 cos
W2
(a)
(b) (c)
W1
Gambar 2-9
Diagram benda terpisah untuk kedua balok diperlihatkan pada Gambar 2-9 (b) dan (c).
Gaya-gaya yang bekerja pada balok B adalah beratnya sendiri W2 dan gaya T yaitu gaya yang
dikerjakan oleh tali kepada balok B (atau gaya tegangan tali). jika tali dipandang hanya sebagai
perantara gaya, maka T adalah gaya yang dikerjakan oleh balok A kepada balok B (besarnya sama
dan berlawanan arah dengan T’, yaitu gaya yang dikerjakan balok B kepada balok A). Berdarkan
syarat kesetimbangan maka :
atau (1)
Karena garis kerja gaya W1 dan T’ berpotongan di pusat berat, maka garis kerja gaya N
juga melewati titik tersebut. Untuk lebih memudahkan penyelesaian maka dilukiskan sumbu-
sumbu x dan y sejajar dan tegaklurus pada bidang, karena hanya satu gaya W1 saja yang diuraikan
menjadi komponen-komponennya. Syarat kesetimbangan memberikan:
, (2)
(3)
Apabila W1 = 100 lb dan = 45o, maka berdasarkan persamaan (2) dan (3) di atas:
lb , dan
1.3. Gesekan
Apabila suatu benda meluncur di atas permukaan benda lain, maka masing-masing benda
saling mengerjakan gaya gesekan, sejajar dengan permukaannya. Gaya demikian pada masing-
masing benda, berlawanan dengan arah gerak relatifnya. Kalau balok di atas permukaan meja
bergeser dari kiri ke kanan, maka gaya gesek berarah ke kiri bekerja pada balok, sedangkan yang
bekerja pada meja arahnya ke kanan. Gaya gesekan juga bekerja sekalipun tak ada gerak salah
satu benda relatif terhadap benda lain, arahnya berlawanan dengan kecenderungan arah gerak
relatifnya.
Dalam bab ini yang dibicarakan adalah gesekan kering, yaitu permukaan zat padat yang
tidak dilumas, meluncur di atas zat padat lainnya. Lihatlah gambar 2-9 berikut:
P P N P N P N
T T T
Fs Fs Fk
W W W W
Gambar 2-10
W = gaya berat balok, Fk = gaya gesekan kinetik (komponen gaya
P = gaya yang dilakukan oleh permukaan P dalam arah horizontal)
horizontal kepada balok, s = koefisien gesek statik
N = gaya normal (komponen gaya P dalam k = koefisien gesek luncur/kinetik.
arah vertikal)
Fs = gaya gesekan statik (komponen gaya
P dalam arah horizontal)
Gambar 2-10 (a): menunjukkan sebuah balok diam di atas permukaan horizontal. Balok dalam
keadaan setimbang, maka , arahnya vertikal, keduanya mempunyai satu garis
kerja yang sama (berimpit).
Gambar 2-10 (b): Seandainya balok tersebut di atas, diikat dengan tali dan gaya tegangan tali, T
(arah horizontal ke kanan) sedikit demi sedikit ditambah, tetapi tidak besar dan balok
tetap tak bergerak, maka gaya P berubah arah menjadi lebih condong ke kiri, karena
sesuai syarat kesetimbangan, maka gaya P, T dan W harus konkuren. Gaya P merupakan
resultante dari gaya gesekan (Fs) dan gaya normal (N). Karena balok kondisinya
setimbang, maka dan . Besarnya gaya gesekan statik, (belum
mencapai nilai maksimum).
Gambar 2-10 (c): Besarnya gaya tegangan tali T diperbesar, sehingga mencapai harga limit (kritis),
suatu kondisi dimana balok tepat akan bergerak, dan gaya gesekan statik mencapai
harga maksimumnya ( ). Apabila gaya T melebihi harga limit ini, maka balok
tidak lagi dalam kondisi setimbang, dan balok mulai bergerak. Untuk sepasang
permukaan tertentu, harga maksimum Fs hampir berbanding lurus dengan gaya normal
N. Harga riil gesekan statik berkisar antara nol sampai dengan harga maksimum, yaitu:
(2-2)
Gambar 2--10 (d): Setelah balok meluncur (bergerak), ternyata gaya gesekan berkurang. Gaya
gesekan ini, untuk sepasang permukaan tertentu, juga hampir berbanding lurus dengan
gaya normal, yaitu :
(2-3)
Koefisien gesek luncur sedikit berubah-ubah, tergantung dari kecepatan relatifnya, tetapi
untuk mudahnya dianggap tetap. Koefisien gesek ini juga hampir tak dipengaruhi oleh
luas permukaan singgungnya. Dua permukaan yang bersinggungan, sebenarnya hanya
terjadi pada “tempat-tempat yang tinggi” saja, yang luasnya relatif lebih kecil dari luas
permukaan seluruhnya. Persamaan (2-2) & (2-3) adalah berdasarkan pengalaman, bukan
merupakan hukum dasar fisika, seperti halnya hukum Newton.
Contoh 1. Dalam Gambar 2-10, balok beratnya 20 lb dan gaya tegangan T diperbesar sampai
melebihi 8 lb, balok baru mulai meluncur. Begitu balok sudah bergerak, gaya sebesar 4 lb
dapat menyebabkan balok bergerak dengan kecepatan konstan. Tentukan koefisien
gesekan statik dan kinetik ?
Berdasarkan Gambar 2-10(c), maka
atau lb
atau lb
(baru akan bergerak), atau
v Ty T
s. johanes, dtm sv ugm v t 26
2013
Fisika Teknik 1
N Tx
W
Gambar 2-11
, dan
Kesimpulannya adalah bahwa sebuah balok berapapun beratnya, akan meluncur ke bawah
sepanjang bidang miring dengan kecepatan konstan, apabila tangens sudut kemiringan bidang
sama dengan koefisien gesekan kinetik.
Tugas untuk pertemuan ke 2: Selesaikan soal nomer 3(b) dan 4(c), di Soal-soal untuk latihan dan
tugas.
Tugas untuk pertemuan ke 3: Selesaikan soal nomer 8, di Soal-soal untuk latihan dan tugas.
C
C C
W W W W
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2-13
4. Tentukanlah gaya tegangan dalam kabel dan besar serta arah gaya yang dikerjakan oleh
engsel terhadap balok penopang seperti dilukiskan dalam Gambar 2-14? Berat beban yang
digantungkan adalah 1000 lb. Abaikan berat balok penopang.
C C
C B
30o
45o B
30o
A B A
B
30o 45o
60o
A C A
5. Lihat Gambar 2-15. (a) Dalam susunan yang manakah dapat dihitung gaya tegangan T, jika
yang diketahui ialah besaran-bearan menurut yang tercantum pada Gambar itu saja? (b) Pada
tiap kejadian dimana kurang keterangan yang diberikan, tambahkan satu besaran lagi,
sehingga soal dapat dipecahkan.
1,2m 90o
T
T 0,9m 0,9m T 0,9m 90o
90o
0.9m
90o
50 kg 50 kg 50 kg
6. Salah satu ujung sebuah tali diikatkan pada sebuah mobil, sedangkan ujung yang satu lagi
ditambatkan pada sebuah pohon. Panjang tali 15 ft. Seseorang mengerjakan gaya sebesar
100 lb di tengah-tengah panjang tali dengan menariknya ke samping sejauh 2 ft. Berapakah
gaya yang dikerjakan pada mobil?
7. Tentukanlah beban terberat W yang dapat
ditahan oleh susunan pada Gambar 2-16,
jika gaya tegangan maksimum yang dapat
diderita oleh tali sebelah atas 1000 lb dan 30o
45o
gaya tekanan yang dapat diderita oleh balok
penopang makimum 2000 lb. Tali vertikal
cukup kuat untuk menahan setiap berat
W
beban. Abaikan berat balok penopang.
Gambar 2-16
9. Balok A, beratnya 100 lb diletakkan di atas berat W agar balok yang beratnya 100 lb
bidang miring yang sudut miringnya = bergerak ke atas sepanjang bidang miring
30o. Balok ini dihubungkan dengan balok B, dengan kecepatan konstan. (b) Tentukan
yang beratnya W oleh seutas tali lewat berat W agar balok yang beratnya 100 lb
kerekan kecil tanpa gesekan, lihat Gambar bergerak ke bawah dengan kecepatan
2-18. Koefisien gesekan statik 0,40 dan konstan. (c) Dalam batas harga-harga
koefisien gesekan luncur 0,30. (a) Tentukan berapa balok tetap diam?
A Gambar 2-18
B
10. Sebuah balok ditarik ke kanan dengan kecepatan konstan oleh gaya sebesar 10 lb yang
bekerja dengan membuat sudut 30o di atas horizontal. Koefisien gesekan luncur antara balok
dengan permukaan ialah 0,5. Berapakah berat balok? Andaikan semua gaya-gaya pada balok
itu bertitik tangkap di pusat balok.
11. Balok yang beratnya 14 lb diletakkan di atas bidang miring dan dihubungkan dengan balok
lain, beratnya 10 lb, oleh seutas tali lewat kerekan kecil tanpa gesekan, seperti dilukiskan
pada Gambar 2-19. Koefisien gesekan luncur antara balok dengan bidang ialah 1/7. Sistem
akan bergerak pada dua harga dengan kecepatan konstan. Tentukan harga-harga ini!
Andaikan semua gaya pada balok yang beratnya 14 lb bekerja pada pusatnya (saran:
).
y
x
y
N T
T
A
B
W1 sin
W1 cos
W2
W1 Gambar 2-19
12. Balok A dalam Gambar 2-20 beratnya 4 lb dan balok B 8 lb. Koefisien gesekan luncur antara
semua permukaan 0,25. Tentukan besar gaya P yang diperlukan untuk menyeret balok B ke
kiri dengan kecepatan konstan? (a) Jika A terletak di atas B dan terbawa bergerak (b) bila A
dijaga supaya diam, dan (c) A dihubungkan dengan B oleh seutas tali ringan dan lemas yang
lewat sebuah kerekan tetap.
A A A
P P P B
B B
s. johanes, dtm sv ugm B 31
B
2013
Fisika Teknik 1
14. Sebatang tiang horizontal panjangnya 8 ft, di salah satu ujungnya diengselkan pada dinding
vertikal, sedangkan pada ujung bebasnya digantungkan benda yang beratnya 500 lb. Ujung
bebas tiang ini dihubungkan oleh kawat penahan dengan dinding pada suatu titik di atas
pangkal tiang. (a) Jika gaya tegangan dalam kawat tidak boleh melebihi 1000 lb, maka
berapakah tinggi minimum titik itu, pada dinding tempat mengikatkan kawat tadi, terhitung
dari pangkal tiang? (b) Berapa lb tambahan gaya tegangan dalam kawat, jika kawat
ditambatkan pada suatu titik yang terletak 1 ft di bawah titik di bagian (a), dengan syarat
tiang tetap horizontal? Abaikan berat tiang.
15. Balok A dan B disusun letaknya seperti pada gaya-gaya yang be-kerja pada A dan B. (b)
Gambar 2-22 dan dihubungkan dengan Tentukan gaya tegangan tali yang
balok C oleh tali. Baik A maupun B beratnya menghubungkan ba-lok A dengan B. (c)
20 lb, serta kofisien gesekan luncur antara Berapa berat balok C?
tiap balok dengan permu-kaan adalah 0,5.
Balok C turun dengan kecepatan konstan.
(a) Gambarkan dua diagram gaya untuk
B
C Gambar 2-22
Rangkuman
Benda dikatakan setimbang apabila:
1. Benda diam atau bergerak menurut garis lurus dengan kecepatan konstan
2. Benda tak berotasi atau berotasi dengan kecepatan konstan
Dua gaya yang terdapat pada setiap interaksi timbal balik antara dua benda, disebut aksi
& reaksi (atau sebab & akibat). Kedua gaya dapat dipandang sebaliknya. Ini terdapat dalam
Hukum III Newton tentang gerak, yang bunyinya:
Terhadap setiap aksi senantiasa ada reaksi, yang sama besar & berlawanan arah, atau
interaksi timbal balik antara dua benda senantiasa sama & berlawanan.
Vektor gaya gesekan, yang bekerja pada masing-masing benda yang saling bergesekan,
sejajar dengan permukaan, arahnya berlawanan dengan arah gerak relatifnya.
Besarnya gaya gesekan statik, apabila benda masih diam (kondisi setimbang), maka:
, dengan = koefisien gesekan statik
Besarnya gaya gesekan statik mencapai harga maksimumnya (harga limit), ketika benda
tepat akan bergerak, maka: .
Besarnya gaya gesekan luncur (dinamik), ketika benda bergerak (bergeser), maka:
, dengan = koefisien gesekan dinamik (luncur).
PENUTUP
Tindak lanjut
Bagi mahasiswa yang skornya kurang dari 50, wajib mempelajari lagi uraian di depan, dan
selanjutnya diuji lagi.