Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip merupakan sebuah penunjuk arah yang dapat dijadikan pedoman.

Banyak sekali prinsip jurnalistik, namun tak jarang yang tidak mampu bertahan

dalam gelombang waktu.

Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam

mengelola dan menyajikan informasi kepada khalayak ramai, yang tujuannya

adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti menyebarluaskan

informasi yang diperlukan, sehingga jurnalis harus mampu menjalankan prinsip

dan ideologi jurnalistik muslim.

Prinsip dan ideologi jurnalistik muslim bertujuan untuk memberikan

informasi atau berita kepada khalayak yang sesuai dengan fakta yang ada atau

dengan kata lain sesuai dengan prinsip ataupun syariat dalam islam.

Namun pada era global ini, persaingan yang ketat membuat beberapa pemilik

media mengahalalkan segala cara. Banyak media massa terutama koran yang

menerbitkan karya jurnalistik yang tidak sesuai dengan prinsip dan ideologi

jurnalistik muslim.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Prinsip Jurnalistik Muslim?

2. Bagaimankah Ideologi Jurnalistik Muslim?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Memahami Prinsip Jurnalistik Muslim?

2. untuk mengetahui Ideologi Jurnalistik Muslim?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Jurnalistik Muslim

Tujuan jurnalisme adalah untuk menyajikan kebenaran. Untuk itu sejumlah

prinsip etis harus dipakai seperti akurasi dan obyektivitas, sportivitas dan

sebagainya.1

Oleh karena itu kita perlu mengetahui prinsip-prinsip jurnalistik Islam supaya

dapat menjalankan kegiatan jurnalistik sesuai dengan aturan agama ini dan tidak

.melanggar aturan tersebut. Karena bias jadi berbagai kegiatan jurnalistik Islam yang

kita lakukan termotivasi dan bertujuan untuk mencari keridhaan-Nya untuk membela

agama-Nya. Ada beberapa prinsip diantaranya yaitu ilmu, jujur, tabayyun, adil dan

lain sebagainya.2

1. Ilmu

Ilmu adalah pijakan sebelum beramal, ia harus menjadi landasan sebelum

meyakini, mengucapkan, dan melakukan perbuatan atau ibadah. Ilmu itu hal

yang sangat penting. Dengan ilmu kita akan terhindar dari kesalahan ataupun

kesia-sia-an. Orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu juga

memiliki perbedaan dalam pandangan Allah.3

1
Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik (Jogja: UII Press, 2004) h. 48
2
Anton Ramadhan, Jurnalistik Islam, (Shahara Digital Publishing), h. 34
3
Anton Ramadhan, Jurnalistik Islam… h. 34
3
2. Jujur

Seorang jurnalistik wajib memiliki atau berkata jujur, sebab kejujuran dalam

menyampaikan informasi atau berita akan memeberikan efek yang baik

terhadap khalayak. Begitu pentingnya kejujuran sehingga harus dikatakan

walaupun pahit. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam

“Syu‟abul Iman” (no. 4737) dari jalan Abdul Malik Ibnu Juraij dari „Athoo‟

dari „Ubaid bin Umair Al-Laitsi dari Abu dzar Rodhiyallahu anhu
4

Artinya:

Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit.

3. Tabayyun

Arti tabayyun dalam bahasa indonesia adalah mencari kejelasan tentang

sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah

meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah

baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar

permasalahannya. Firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat / 59;6.

ُ ‫ك ۡم فَا ِس ُ ُۢق بنَ َبإ َف َتبَ ذي ُن ٓوا ْ أَن تُ ِص‬


ُۢ‫يبوا ْ قَ ۡو َنا‬ ُ ََٓ ْ ٓ ُ َ َ َ ‫َ َ ُّ َ ذ‬
ٖ ِ ‫يأيها ٱَّلِين ءاننوا إِن جاء‬ َٰٓ
٦ ‫ِني‬ َٰ َ َ ْ ‫حوا‬
َ ‫لَع َنا َف َع ۡل ُت ۡم َنَٰ ِدن‬ ُ ‫ِبَ َهَٰلَة َف ُت ۡصب‬
ِ ٖ ِ
Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik


membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
4
Imam Baihaqi dalam “Syu‟abul Iman” (no. 4737) dari jalan Abdul Malik Ibnu Juraij dari
„Athoo‟ dari „Ubaid bin Umair Al-Laitsi dari Abu dzar Rodhiyallahu anhu.

4
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.5

Wartawan sering menggambarkan proses Isnad, atau memriksa “rantai

penyebaran” ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad, mirip dengan prinsip

jurnalisme yang disebut dengan verifikasi.6

4. Adil

Jurnalistik muslim dalam menjalankan tugasnya harus bersikap adil atau

berimbang dalam menyajikan berita atau informasi, atau dengan kata lain

wartawan harus menyajikan berita atau informasi dengan benar.

Kesetiaan kepada kebenaran inilah yang membedakan wartawan dengan juru

penerangan atau propaganda. Setiap orang memiliki kebebasan untuk berbicara

walaupun isinya adalah propaganda atau menyebarkan kebencian.7 Sedangkan

seorang jurnalis dituntut untuk menyebarkan informasi yang benar dan bukan

propaganda.

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (merumuskan prinsip-prinsip tersebut dalam

Sembilan Elemen Jurnalisme. Sembilan prinsip tersebut adalah:

1. Journalism‟s first obligation is to the truth.

2. Its first loyalty is to citizens.

3. Its essence is a discipline of verification.

5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Cet. VI; Jakarta: CV. Darus
Sunnah, 2002) h. 517
6
Janet Steele, Mediating Islam: Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim Asia
Tenggara (Cet. I; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2018) h. 20
7
Andreas Harsono, Agama Saya Adalah Jurnalisme (Yogyakarta: Kanisius, 2010) h. 25

5
4. Its practitioners must maintain an independence from those they cover.

5. It must serve as an independent monitor of power.

6. It must provide a forum for public criticism and Conìprornise.

7. It must strive to make the significant interesting and relevant.

8. It must keel) the news comprehensive and proportional.

9. Its practitioners must be allowed to exercise their personal conscience.8

Berikut penjelasan singkat terkait dengan prinsip Jurnalistik

1. Kewajiban pertama ialah pada kebenaran.

Kebenaran merupakan sesuatu yang mahal. Karena bahkan ada yang

menebusnya dengan rela mempertaruhkan segalanya. Para jurnalis pun wajib

untuk menyampaikan informasi yang sebenar-benarnya. Kebenaran yang ingin

dicapai pun bukan sekedar akurasi, atau sumber terpercaya saja, melainkan

kebenaran yang praktis dan fungsional. Prinsip pertama ini mengenai

kebenaran tanpa melihat kepentingan tertentu.

2. Kesetiaan

Kesetiaan itu bukanlah hanya untuk segelintir orang saja atau hanya untuk

kepentingan tertentu saja, namun kesetiaan seorang jurnalisme harus kepada

masyarakat. Dengan setia kepada masyarakat, maka kita menjadikan diri kita

sebagai orang yang independen atau tidak terikat kepada kewajiban-kewajiban

yang mengikat kita untuk menulis sesuatu yang bersifat pesanan.

8
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, The Elements of Journalism, What Newspeople Should
Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers, 2001).

6
3. Disiplin verifikasi

Jurnalisme adalah setia (disiplin) kepada verifikasi, artinya kita dapat

mengecek dan menelusuri sumber-sumbernya. Verifikasi terhadap berita harus

dilakukan untuk memeriksa kebenaran laporan, pernyataan dan sebagainya

disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gossip, ingatan

yang keliru, manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. 9. Jurnalisme

berfokus utama pada apa adanya kejadian. Fokus disiplin verifikasi adalah

memeriksa ulang apa yang terjadi dengan sebenar-benarnya agar tidak tersebar

berita bohong.

4. Jurnalis harus independen

Independensi terhadap diri sendiri dan pikiran harus sangat dijaga agar dapat

melihat segala sesuatu dengan jelas dan jujur. Independensi bukan hanya soal

netralitas. Karena ada jurnalis yang terlihat tidak netral, namun informasi yang

disampaikan dan diberitakan dengan sebenar-benarnya.

5. Jurnalis bertindak sebagai pemantau

Jurnalis haruslah bertindak sebagai pemantau yang independen terhadap

kekuasaan. Tugas jurnalis juga harus mampu mengangkat suara-suara yang

lemah, yang tidak mampu untuk bersuara sendiri.

Bentuk terbaik jihad adalah mengatakan kebenaran kepada penguasa yang

zalim. Wartawan Indonesia sering menyebutkan bagian ini, begitu juga ucapan

dua khalifah bahwa orang harus mengoreksi mereka jika mereka menyimpang

9
Andreas Harsono, Agama Saya Adalah Jurnalisme… h. 20

7
dari kebenaran, untuk memperkuat keyakinan mereka bahwa mendukung

penguasa zalim adalah perbuatan salah, sekalipun penguasa itu beragama

islam.10

6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik, komentar dan tanggapan dari

publik.

Apapun media yang digunakan, jurnalisme harus mampu menyediakan forum

yang dapat membuat publik mengingat pada masalah-masalah yang sangat

penting, sehingga mereka dapat membuat penilaian dan bersikap.

7. Membuat hal yang penting itu menjadi menarik dan relevan

Cari dan temukan cara membuat hal yang penting tersebut menjadi menarik

dan relevan untuk didengar, dibaca ataupun ditonton. Informasi yang

disampaikan pun harus dapat memenuhi kebutuhan orang yang ingin

memahami dunia, membuatnya menjadi bermakna, relevan dan memikat.

8. Berita yang disampaikan komprehensif dan proporsional

Jurnalistik harus mampu menciptakan petunjuk bagi masyarakat agar mampu

memahami masalah yang diberitakan. Untuk itu, berita yang dibuat haruslah

komprehensif dan proporsional. Proporsional yang dimaksud adalah

“berimbang dalam penyajian” dan komprehensif yang dimaksud disini ialah

“luas dan lengkap”.

Peran tersebut akan lebih sempurna bila jurnalis berupaya mendekatkan diri

dengan memberi kecerahan dalam menggali informasi. Untuk mendapatkan

10
Janet Steele, Mediating Islam… h. 21

8
sebuah informasi yang akurat seperti diharapkan masyarakat pembaca ,

pemilihan topic, narasumber dan penggunaan bahasa merupakan instrument

penting guna mengukur keberpihakan seorang wartawan terhadap public.11

9. Mengikuti hati nurani

Hati nurani itu berkaitan dengan etika, tanggung jawab moral, dan standar nilai

yang diyakini oleh banyak orang. Untuk itulah, jurnalistik dituntut untuk

menulis dengan hati nuraninya, karena ketika menulis dengan hati nurani maka

akan bermanfaat untuk orang banyak jika informasi itu disebarluaskan.

Para wartawan Muslim yang disebut juga sebagai penyambung lidah ajaran

Islam dituntut untuk memiliki sifat-sifat kenabian yakni shidiq, amanah, tabligh,

fathonah. Setidaknya ada lima peran media dakwah, yaitu sebagai Pendidik

(Muaddib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami Sebagai Pelurus

Informasi (Musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para

jurnalis Muslim. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua,

informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu

jurnalis Muslim dituntut mampu menggali –melakukan investigative reporting–

tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia Sebagai Pembaharu

(Mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam) Sebagai Pemersatu (Muwahid), yaitu

11
Saidulkarnain Ishak, Jurnalisme Modern (Jakarta: PT Gramedia) h. 51

9
harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam Sebagai

Pejuang (Mujahid), yaitu pejuangpembela Islam.12

B. Ideologi Jurnalistik Muslim

Jika kita mencoba menelaah pengertian Ideologi maka akan banyak

pengertian yang akan ditemui dan telah didefenisikan oleh para pakar disetiap

masing-masing disiplin keilmuan. Sekurang-kurangnya makna Ideology adalah suatu

proses yang dicetuskan secara sadar oleh mereka yang disebut pemikir dengan

kesadaran palsu yang mampu menggerakkan sebuah tindakan yang nyata, ideologi

sering diposisikan sebagai referensi utama dalam melakukan sebuah tindakan secara

sadar dianggap sebagai sebuah kebenaran. Dalam pandangan marx dan engels bahwa

ideologi adalah bentuk kesadaran yang mengungkapkan komitmen mendasar dari

suatu kelas sosial.13

Dalam perspektif Agama Islam, Ideologi dimaknai sebagai kesadaran

iluminatif yang berada pada tingkat kesadaran diri, sesuatu yang merembes dari

pengertian seseorang akan nilai keagamaan (imanen) melalui kitab suci atau nilai

batiniyah. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu factor penentu

tindakan sesorang tidak terlepas dari ideology yang telah tertanam dalam diri setiap

individu. Demikian halnya dengan struktur bahasa yang digunakan oleh suatu

masyarakat diandaikan sebagai struktur yang mewadahi sebuah ideology tertentu.

12
Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah bi al-Qalam
dalam Al-Qur’an. Cet. I; (Jakarta: Teraju, 2004) h. 8
13
Henry D. Aiken, Abad Ideologi (Cet.I; Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002) h.6

10
Hal ini berkenaan dengan proses komunikasi massa, dimana ideology

bermain pada wilayah pesan-pesan media (content). Transformasi (pertukaran) nilai-

nilai, budaya, norma, hukum, poliik, pendidikan dsb sangat memungkinkan terjadi

dalam masyarakat dimana media tersebut bermukim. Mengingat peran

media massa yang begitu besar membawa dampak perubahan social (kemajuan

maupun kemundurun), maka ideology seorang jurnalis muslim yang membawa

pesan-pesan moralitas agama harus lebih ditonjolkan dalam mekanisme

media massa demi meminimais dampak negatife produk media massa.

Adalah tantangan besar bagi seorang jurnalis muslim dalam memerankan

profesinya ditengah arus transformasi yang begitu gencar dan mengglobalisasi. Peran

jurnalisme (pers) tidaklah mudah apalagi jurnalis yang notabenenya seorang muslim,

selain menjalankan profesionalitasnya juga dituntun untuk menyiarkan dakwah

Islamiyah ( dakwahkan‟ ideologinya ) . Dalam hal ini pesan pesan moral agama

dapat menjadi dasar pijakan dalam kinerjanya. Secara garis besarnya Ideologi

Jurnalis Muslim dapat di uraikan menjadi lima bahagian yakni :

1. Tabayyun : Check and recheck, validitas berita dengan tabayyun

2. Adil : Keadilan, berita harus cover both side

3. Shiddiq : Kejujuran.

4. Manfaah : Asas manfaat.

5. Istiqomah : Konsistensi dan integritas.14

14
https://homework-uin.blogspot.com/2009/07/ideologi-jurnalis-muslim.html. Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2019

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika kita hendak mempelajari jurnalistik maka kita juga harus tahu dan

memahami hal mendasar dalam jurnalistik. Siapapun kita (tidak harus wartawan)

harus memahami bahwa terdapat beberapa aspek mendasar yang tidak boleh

dilupakan keberadaannya. Salah satunya yang penting disini ialah prinsip-prinsip

dan ideologi jurnalistik

B. Saran

Demikian makalah yang kami susun mengenai Prinsip dan ideology

jurnalistik muslim. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan olehnya itu kritik dan saran dari pembaca maupun dosen

pembimbing sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aiken Henry D., Abad Ideologi (Cet.I; Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Cet. VI; Jakarta: CV. Darus
Sunnah, 2002) .

Harsono Andreas, Agama Saya Adalah Jurnalisme (Yogyakarta: Kanisius, 2010).

https://homework-uin.blogspot.com/2009/07/ideologi-jurnalis-muslim.html. Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2019

Ishak Saidulkarnain, Jurnalisme Modern (Jakarta: PT Gramedia).

Kasman Suf, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah bi al-


Qalam dalam Al-Qur’an. Cet. I; (Jakarta: Teraju, 2004).

Kovach Bill dan Tom Rosenstiel, The Elements of Journalism, What Newspeople
Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers,
2001).

Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik (Jogja: UII Press, 2004).

Ramadhan Anton, Jurnalistik Islam, (Shahara Digital Publishing).

Steele Janet, Mediating Islam: Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim


Asia Tenggara (Cet. I; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2018).

13

Anda mungkin juga menyukai