tidak menderita DM dan 54 (50%) subjek yang menderita DM dari total 108 subjek
penelitian. Dari 54 subjek yang tidak menderita DM, diketahui bahwa 21 (38,8%) subjek
menderita hipertensi dan sisanya, yakni 33 (61.2%) subjek mempunyai tekanan darah yang
normal. Sedangkan dari 54 subjek dengan DM, diketahui bahwa 36 (66,6%) subjek menderita
hipertensi dan sisanya, yakni 18 (33,4%) subjek mempunyai tekanan darah yang normal
(Silih dkk, 2012). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut
provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua
Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar
5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%) (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan laporan Rumah Sakit
dan Puskesmas di Jawa Tengah, jumlah kasus hipertensi pada tahun 2010 sebanyak 562.117
kasus (64,2%), tahun 2011 sebanyak 634.860 kasus (72,1%), tahun 2012 sebanyak 544.771
kasus (67,57%) dan pada tahun 2013 sebanyak 497.966 kasus (58,6%). Berdasarkan data dari
dinas kesehatan kabupaten Demak tahun 2014, angka kejadian hipertensi sebesar 41.942
kunjungan (8,11%) dari total kunjungan dan menjadi urutan ke-7 dari 10 penyakit kunjungan
rawat jalan di puskesmas. Jumlah penduduk usia >18 tahun di wilayah kerja puskesmas
Demak II yang menderita hipertensi sebanyak 871 orang dengan jumlah penderita perempuan
sebanyak 670 orang dan laki-laki 201 orang. Data dari World Health Organization yang
menyebutkan bahwa hipertensi diderita oleh ratusan juta orang di dunia, sedangkan di Hong
Kong penduduk yang menderita penyakit ini sebanyak 20-30% di usia paruh baya dan
manula setengah dari total penduduk (WHO, 2016). Kelainan vaskular akibat komplikasi
diabetes mellitus dapat menyebabkan gangguan pada organ lain seperti gangguan
penglihatan, penyakit jantung, ginjal, impoten, ulkus gangrene, gangguan pembuluh darah,