Anda di halaman 1dari 23

Laporan Studi Pustaka

Promosi Kesehatan Pada Neonatal, Bayi, Anak Dan Remaja Di Indonesia

Oleh
NAMA : Reny Sartika
NPM : 19.13101.11.24

Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bina Husada Palembang
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (dalam Zelbi Windarini Tiraihati 2017:2), ‘Promosi kesehatan
merupakan proses dalam memampukan individu maupun masyarakat untuk menyeimbangkan
seluruh faktor yang berpengaruh pada kesehatannya sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan dirinya.’
DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat
401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data
bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
2007 (SDKI). Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007,
kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada
tingginya angka kematian bayi (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup
terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pascakelahirannya. Beberapa data juga
menyebutkan bahwa remaja negeri tidak terlepas dari pergaulan yang membuat generasi
semakin terpuruk.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs. Menurut data SDKI,
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994- 2012 yaitu pada
tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228
per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012 , Angka Kematian Ibu meningkat
kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan
penurunan on the track (terus menurun) dan pada SDKI 2012 menunjukan angka 32/1.000
KH (SDKI 2012). Dan pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun
AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH).
Berbagai penyakit menular seksual,maraknya pemakaian Narkoba merupakan pemicu
utama yang harus benar-benar menjadi perhatian pemerintah.Dalam hal ini tenaga kesehatan
titik utama sebagai pemberi informasi yang merupakan perantara dari pemerintah,juga
diperlukan upaya dari semua pihak baik pemerintah, tenaga kesehatan dalam berbagai aspek
asuhan, serta promosi kesehatan guna pemberdayaan masyarakat yang peduli akan kesehatan
individu dan keluarga.
2.2 Tujuan penulisan
Kajian penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan
angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu serta angka harapan hidup
pada provinsi Sumatera Selatan, DIY, dan DKI Jakarta pada tahun 2016.

2.3 Batasan Masalah


Sampel penelitian yang dipakai yaitu angka kemetian bayi, angka kematian balita,
angka kematian ibu serta angka harapan hidup pada provinsi Sumatera Selatan, DIY, dan
DKI Jakarta tahun 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literatur Review


2.1.1 Provinsi Sumatera Selatan
2.1.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi di Indonesia tahun 2012 diestimasi sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan untuk Propinsi Sumatera Selatan sebesar 29 per 1.000 kelahiran
hidup (SDKI, 2012). Untuk Kota Palembang, berdasarkan laporan program anak, jumlah
kematian bayi di tahun 2016 sebanyak 16 kematian bayi dari 29.521 atau 0.54 per 1000
kelahiran hidup (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, 2016). Penyebab kematian antara
lain adalah BBLR, down syndrome, infeksi neonatus, perdarahan intrakranial, sianosis,
kelainan jantung, respiratory distress syndrome, post op hidrosefalus dan lainnya.

2.1.1.2 Angka Kematian Balita (AKABA)


Menurut batasan BPS yang dimaksud angka ini adalah jumlah anak yang dilahirkan
pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka
per 1000 kelahiran hidup Angka ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak
dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anakanak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Berdasarkan SDKI 2012, AKABA Indonesia sekitar
40 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 37 per 1.000
kelahiran hidup. Untuk Kota Palembang tahun 2016, Jumlah Kematian Balita sebanyak 56
orang balita per 29.521 kelahiran hidup atau 1,9 per 1000 kelahiran hidup (Profil Seksi
Pelayanan Kesehatan Dasar, 2016). Penyebab kematian digolongkan antara lain hisprung,
bronko pneumonia, suspek meningitis, kecelakaan, dan lainnya.

2.1.1.3 Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian ibu tahun 2016 di Sumatera Selatan berdasarkan laporan sebanyak 11 orang
dari 29.521 kelahiran hidup (Profil Pelayanan Kesehatan Dasar, 2016). Penyebabnya yaitu
pendarahan, diikuti oleh emboli paru, suspek syok kardiogenik, eklampsia, suspek TB,
hipertensi dalam kehamilan, dan lainnya. Sedangkan target MDG’s tahun 2016 adalah
102/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).

2.1.1.4 Umur Harapan Hidup (UHH)


Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan
kesehatan, fisik, mental, sosial dan ekonomi suatu bangsa, dan juga dapat digunakan untuk
melihat tingkat kelangsungan hidup penduduk. Peningkatan umur harapan hidup (UHH) akan
meningkatkan kemampuan hidup anak balita dan tumbuh menjadi remaja sehat yang di
harapkan dapat memperoduksi generasi baru yang sehat. Angka harapan hidup penduduk
Sumatera Selatan tahun 2010 – 2020 diestimasi sebesar 72.47 (BPS Provinsi Sumatera
Selatan, 2016). Sedangkan UHH untuk Kota Palembang tahun 2010 – 2020 diestimasi
sebesar 73.81 (BPS Kota Palembang).

2.1.2 Provinsi DIY


2.1.2.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan
penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan. Angka kematian bayi
Secara umum kasus kematian bayi di DIY fluktuatif dari tahun 2012 – 2015. Tahun
2015 sebesar 405 dan turun cukup banyak pada tahun 2016 yaitu menjadi 329 kasus kematian
bayi. Kasus kematian bayi tertinggi di Kabupaten Bantul (33 kasus) dan terendah di
Kabupaten Sleman (10 kasus). Penyebab umum kematian bayi di DIY adalah berat bayi lahir
rendah (BBLR) dan sepsis. Selain itu, penyebab lain kematian bayi yang sering dijumpai di
DIY antara lain asfiksi pada saat lahir karena lama di jalan kelahiran, letak melintang, serta
panggul sempit.

2.1.2.2 Angka Kematian Balita (AKBA)


Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Oleh karena itu, angka
kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4
tahun, 11 bulan, 29 hari) selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi) (BPS Indonesia, 2014). Angka Kematian
Balita (AKBA) termasuk di dalam salah satu target MDGs. MDGs menargetkan AKBA
tahun 2015 mampu berkurang menjadi ⅔ dari kondisi tahun 1999. Oleh karena itu,
Pemerintah Indonesia menargetkan agar AKBA Indonesia berada pada angka 32 per 1000
kelahiran hidup di tahun 2015. Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa AKBA DIY
sebesar 30 per 1000 kelahiran hidup.
Sementara itu, profil kesehatan DIY tahun 2012 menyebutkan bahwa AKBA DIY
adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa DIY telah memenuhi
target Pemerintah Indonesia (32 per 1000 kelahiran hidup). Kasus kematian Balita di DIY
juga fluktuatif dari tahun 2012-2016, tetapi pada kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami
penurunan yaitu 508 pada tahun 2014, turun menjadi 454 pada tahun 2015 dan turun lagi
menjadi 378 pada tahun 2016.

2.1.2.3 Kasus Kematian Ibu


Gambar dibawah menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40
ibu) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun 2015
penurunan jumlah kematian ibu sangat siknifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus. Namun
pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten
Bantul (12 kasus) dan terendah di Kabupaten Gunung Kidul (5 kasus).

Gambar 2.1
Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah lain-lain, yaitu
karena masalah jantung, Emboli, syok, Tb, HIV, Pneumoni, DBD, MODS, Anemia
hemolitik autoimun, Hiperemesis gravidarum, belum diketahui.

2.1.2.4 Umur Harapan Hidup (UHH)


Umur harapan hidup di DIY lebih tinggi dibandingkan dengan umur harapan hidup
nasional. Umur harapan hidup nasional adalah 69.43 tahun (Kementrian Kesehatan, 2010).
Sementara itu umur harapan hidup di DIY mencapai 74 tahun. Umur harapan hidup di DIY
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Selain DIY,
provinsi lain yang memiliki umur harapan hidup tinggi adalah DKI Jakarta dan Bali. Umur
harapan hidup di DKI Jakarta adalah 76,2 tahun. Sementara itu, umur harapan hidup di Bali
adalah 74,3 tahun (BPS Indonesia, 2012).
Gambar 2.2
Grafik di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup di DIY mengalami
peningkatan sejak 40 tahun terakhir. Peningkatan ini terjadi di semua jenis kelamin.
Meskipun begitu, umur harapan hidup perempuan (76 tahun) lebih tinggi dibandingkan laki-
laki (72 tahun). Peningkatan umur harapan hidup yang terjadi di DIY dipengaruhi oleh
banyak hal. Kesehatan menjadi salah satu hal yang memiliki peran penting dalam
peningkatan tersebut. Peran pengaruh kesehatan dalam meningkatkan usia harapan hidup
ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, perbaikan pelayanan kesehatan, dan
perbaikan gizi di masyarakat.

2.1.3 Provinsi DKI Jakarta


2.1.3.1 Angka Kematian Bayi
AKB di Provinsi DKI Jakarta menurut data Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes DKI
Jakarta tahun 2016 sebesar 4 bayi mati per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun
2015 sebesar 3 bayi mati per 1.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar
7 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, dan artinya Provinsi DKI Jakarta telah mencapai
target MGDs dengan tujuan menurunkan angka kematian bayi dalam kurun waktu 1990-
2015.

Gambar 2.3
Berdasarkan Gambar 2.3 Jakarta Barat memiliki jumlah kematian bayi terbanyak pada
tahun 2016, yaitu sejumlah 219 bayi dan di tempat ke dua terbanyak adalah Jakarta Barat
sebanyak 214 bayi mati. Wilayah dengan jumlah kasus kematian bayi terendah adalah
Kabupaten Kepulauan Seribu dengan jumlah kematian bayi sebanyak 3 bayi mati. Dari tabel
tersebut menunjukkan bahwa pelayanan persalinan pada ibu hamil belum maksimal, terlihat
masih cukup tingginya angka kematian bayi di DKI Jakarta, hal ini menjadi perhatian dari
petugas kesehatan dan posyandu di masyarakat.

2.1.3.2 Angka Kematian Balita


Dari Gambar 2.3 terlihat angka kematian Balita terbesar di wilayah Jakarta Barat
sebesar 312 Balita, diikuti selanjutnya oleh Jakarta Utara sebesar 276 Balita. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kualitas hidup dan lingkungan yang masih
rendah di wilayah tersebut.
Data Profil Kesehatan menunjukkan jumlah balita meninggal di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2016 sebanyak 951 balita (laporan yang diterima). Dengan kelahiran hidup
sejumlah 162.901 maka dapat dihitung angka kematian balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu
sebesar 6 orang per 1000 kelahiran. Jumlah kelahiran dan kematian bayi-balita dapat dilihat
pada grafik berikut:

Gambar 2.4

2.1.3.3 Angka Kematian Ibu

Gambar 2.5
2.1.3.4 Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk DKI Jakarta juga mengalami peruban.
Angka Harapan Hidup meningkat disebabkan karena meningkatnya status kesehatan
masyarakat. Menurut data yang dikeluarkan BPS Provinsi DKI Jakarta, angka harapan hidup
penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2000 Angka Harapan
Hidup (AHH) penduduk DKI Jakarta tercatat 71,9 tahun, dalam kurun waktu sepuluh tahun
angka ini terus merangkak naik menjadi 73,5 pada tahun 2011. Data terakhir pada tahun 2016
memperlihatkan AHH 74,0. Kepadatan penduduk Provinsi DKI Jakarta meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2015 diketahui jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta sebanyak
10,277,628 juta jiwa.

2.2 Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu
untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.
Promosi kesehatan (Pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk meningkatkan kesehatan
individu dan mewujudkan potensi kesehatan individu.
Sedangkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa,
Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam
piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri
mereka sendiri. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal.
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam
pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan digunakan untuk menggambarkan
suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit
(Gillies).

2.3 Promosi Kesehatan pada Anak Balita


Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang 5 tahun (4 tahun , 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis
dengan notasi 0-5 tahun. Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-5
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi). Akaba menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan
faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi,
sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.Indikator ini menggambarkan tingkat kesejateraan
sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.
Lingkup promosi kesehatan terhadap anak balita meliputi ASI, gizi /nutrisi,
pertumbuhan, perkembangan, interaksi dan sosialisasi.
2.3.1 ASI
Untuk pertumbuhan balita dan apras dengan baik zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan
yaitu:
1. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram BB.
2. Calsium (Cl).
3. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini tidak begitu
menjadi masalah
4. Vitamin A dan K yang harus dierikan sejak postnatal.
5. Fe (Zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang.

2.3.2 Gizi/Nutrisi
Anak balita dan anak pra sekolah juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi
dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita
akibat gizi, dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang
menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :
1.Anak balita atau prasekolah baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi kemakanan
orang dewasa.
2.Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh, sehingga
ibu sudah berkurang.
3.Anak balita sudah mulai main ditanah, dan sudah dapat main diluar rumahnya sendiri,
sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan
untuk terinfeksi dengan bebagai macam penyakit.

2.3.3 Pertumbuhan dan perkembangan


1.Aspek Bahasa.
Menginjak tahun keempat sudah menyebutkan warna,menggambar dengan member
komentar tentang gambarannya.
2.Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah mulai berpakaian sendiri,mulai bermain dengan
atuarannya sendiri.Pada tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau
tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian.
3.Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir
dan berperilaku,mulai memahami waktu. Tahun keempat anak berada pada fase
inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya.
4.Perkembangan fisik
Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena anak
menggunakan banyak energi untuk bergerak.
5. Psikomotor
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor anak yang mulai
terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar
misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang
berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti
menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta
memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.

2.3.4 Interaksi
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial diluar
keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu
tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan interaktif.

2.3.5 Sosialisasi
Anak prasekolah senang berteman dan bersosialisasi. Hanya saja, tak semua anak
nyaman dan mudah memulainya. Ada yang butuh dukungan dan stimulasi terlebih dahulu.
Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi dukungan
1. Bimbing di awal
Sebagai awal, tak ada salahnya Anda melibatkan diri saat anak bermain bersama
temannya.
2.‘Pemanasan’dulu
Anak nyaman berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan baru, misalnya
prasekolah, ia butuh kesempatan mengenal lingkungannya terlebih dahulu.
3. Kenalan dulu
Apabila anak akan masuk kelompok bermain atau TK di tahun ajaran baru, tak ada
salahnya Anda mencari tahu siapa saja calon teman-teman sekelasnya.
4. Support dan reward
Tentu saja keberhasilan anak menghalau hambatan berinteraksi dengan teman perlu
diberi imbalan berupa penghargaan dan pujian.

2.4 Promosi Kesehatan Pada Remaja


Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari anak-2 menuju dewasa. Umumnya
antara usia 12-18 tahun. Selain itu merupakan periode kematangan seksual yang merubah
anak secara biologi menjadi dewasa yang memiliki kemampuan bereproduksi. Dengan
kata lain merupakan periode transisi, tumbuh, kembang dan “kesempatan”.
Perkembangan seksual pada remaja (Fundamental of Nursing , Potter & Perry. 2005) :

1.Perubahan fisik
a. Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8-10 th.
b. Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus membesar,
vagina memanjang, mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila, dan lubrikasi vagina baik
spontan maupun akibat rangsangan.

c. Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16
tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi mungkin tidak terjadi saat
menstruasi pertama.

2. Perubahan psikologis /emosi

a. Periode ini ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan
masyarakat.

b. Remaja dihadapkan pada pengambilam sebuah keputusan seksual, dengan demikian


mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan
aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual.

c. Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan


dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin
maupun kehmilan tidak akan terjadi padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas
seks tanpa kehati-hatian.

d. Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari
mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut
jika pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya
anggapan ini tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat
setelah pengalaman demikian.
e. Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas akan
merasa dan kebingungan sehingga membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber
(Bimbingan Konselor, penasihet spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental).

1. Perkembangan Psikologi dan Kognitif Selama Remaja

Sebelum bakat ini tumbuh ,anak muda mempunyai kesulitan untuk mengaplikasikan
prinsip umum untuk membedakan situasi dan menilai kenyataan dan rencana untuk masa
depan. Ini kontras, pemikiran operasional formal termasuk kapasitas untuk berfikir abstrak
,misalnya ide dan pemikiran. Tugas perkembangan ini adalah masa transisi dari pemikiran
yang konkrit.

Berikut adalah masalah kesehatan pada remaja :

1. Masalah jerawat 85% dialami remaja dan diketahui merupakan masalah kesehatan yang
serius yang menyertai remaja.
2. Rokok
3. Penggunaan obat dan kekerasan (penggunaan obat-obat medis, perangsang, obat tidur, dan
penenang)
4. Penggunaan psikotropika
5. Nutrisi (kekurangan nutrisi atau kegemukan)
6. Gangguan makan (anoreksia nervosa,bulimia nervosa,fitnes dan latihan fisik)
7. Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi pada keadaan kronik atau stress yang
extrem. Gejala psikologik misalnya cemas,sedih,gangguan makan,depresi,insomnia,)
8. Pelaksanaan aktivitas seksual.
2.5 Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Pada Anak dan Remaja Perempuan

Anak dan remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang seksualitas
untuk praktik perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini, eksploitasi atau risiko aktivitas
seksual mungkin menjadi masalah kesehatan dan social seperti kehamilan yang tidak
diinginkan dan penyakit menular seksual meliputi HIV/AIDS.

Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan.
1. Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya
2. Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks yang
berhubungan issue saat ini.
3. Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan mengakui pasien sebagai
individu dan isu serta nilai dalam keluarga..
4. Khusus menyediakan,kepercayaan,budaya sensitif dan konseling yang tidak ternilai
tentang isu penting seksualitas (konseling umum,pencegahan kehamilan tidak
diinginkan,strategi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS)
5. Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada anak dan remaja
dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda)
6. Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani perilaku seksual.
Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada perempuan yang menjalani
seksual aktif.
7. Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual disekolah,institusi
keagamaan,dan komunitas lainnya.
8. Bekerja sama dengan perencana masyrakat (LSM) untuk meningkatkan strategi yang
menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang
merugikan.

2.6 Kondisi Kesehatan Yang Ditampilkan Remaja

Remaja putri yang peduli sistem perawatan kesehatan biasanya melakukan skrining
(pap smear dimulai pada usia 18 atau ketika sudah mulai melakukan aktivitas seksual).
Masalah ginekology sering disamakan dengan mens (perdarahan yang tidak teratur atau
dimenore), vaginitis atau leukorea, PMS, kontrasepsi dan kehamilan).
Kehamilan pada remaja : kehamilan pada remaja usia 16 tahun atau remaja sering
diperkenalkan stress tambahan pada periode yang penuh dengan stress. Level pencegahan
penyakit pada anak dan remaja perempuan:

1. Primary prevention: immunisasi lanjutan (Vaksin HPV) atau pendidikan


kesehatan/konseling tentang nutrisi, rokok, sexual education, alcohol, managemen stress.
2. Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri sejak anak mulai
mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual
aktif, tes kolesterol, pemeriksaan Hb.
3.Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan kondisi sakit dan
megoptimalkan kemampuan yang dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang
menderita kanker.

Masalah –masalah yang lazim terjadi pada masa remaja

1. NARKOTIKA

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang
menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-
khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.
2. ABORSI
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20
minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri ( Munajat, N.,2000). Aborsi
adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja ( abortus provokatus ), yakni
kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal sebagai
berikut :
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51 %)
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

3. HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti
darah, cairan sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang
mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan
tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :

a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
b. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian(seperti pecandu
Narkoba).
c. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
d. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau
melalui air susu ibu (ASI).

Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan


2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Cara mencegah AIDS :

1. Tidak berganti-ganti pasangan seksual


2. Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang
diulang
3. Dengan formula A-B-C
a. ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
b. BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya saja
c. CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan alat.
2.7 Angka Kematian Bayi dan Neonatal
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun. Penyebab kematian ini jika dilihat dari usia bayi dapat
bersumber dari 2 sisi penyebab, yaitu pada bayi kurang dari 1 bulan, umumnya disebabkan
oleh faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan atau yang dikenal sebagai faktor endogen. Kematian
bayi eksogen adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan sampai menjelang 1
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam proses penyusunan studi pustaka angka kematian bayi,
angka kematian balita, angka kematian ibu dan angka harapan hidup menggunakan metode
analisis data sekunder dengan mengumpulkan beragam bahan referensi hasil penelitian
ataupun text books sebagai penambah wawasan dan teori. Bahan referensi hasil penelitian
dapat berupa, artikel-jurnal, buku Dinas Kesehatan, internet, ataupun. Selanjutnya kajian
pustaka diringkas, dilakukan analisis dan dibandingkan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Penelitian


Dari jurnal dinas kesehatan provinsi Sumatera Selatan, DIY, dan DKI Jakarta tahun
2016 dapat kita analisis hasil angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian
ibu, dan angka harapan hidup.
Angka kematian bayi, angka kematian balita dan angka kematian ibu merupakan salah
satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs.

4.1.1 Angka Kematian Bayi


Untuk Sumatera Selatan, berdasarkan laporan program anak sebesar 29 per 1.000
kelahiran hidup.
Secara umum kasus kematian bayi di DIY fluktuatif dari tahun 2012 – 2015. Tahun
2015 sebesar 405 dan turun cukup banyak pada tahun 2016 yaitu menjadi 329 kasus kematian
bayi. Kasus kematian bayi tertinggi di Kabupaten Bantul (33 kasus) dan terendah di
Kabupaten Sleman (10 kasus).
AKB di Provinsi DKI Jakarta menurut data Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes DKI
Jakarta tahun 2016 sebesar 4 bayi mati per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun
2015 sebesar 3 bayi mati per 1.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar
7 bayi per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut KemenKes target angka kematian bayi nasional sebesar 32.007 jiwa di
Indonesia tahun 2016, dari perbandingan angka kematian di tiga provinsi diatas yang
terbanyak yaitu dari provinsi DIY sebesar 329 kasus kematian bayi. Sedangkan untuk
provinsi Palembang sebesar 29 kasus kematian bayi dan provinsi DKI Jakarta sebesar 4 kasus
kematian bayi.

4.1.2 Angka Kematian Balita


Untuk provinsi Sumatera Selatan angka kematian balita sebesar 37 per 1.000
kelahiran hidup.
Sementara itu, profil kesehatan DIY tahun 2012 menyebutkan bahwa AKBA DIY
adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa DIY telah memenuhi target
Pemerintah Indonesia (32 per 1000 kelahiran hidup). Kasus kematian Balita di DIY juga
fluktuatif dari tahun 2012-2016, tetapi pada kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami
penurunan yaitu 508 pada tahun 2014, turun menjadi 454 pada tahun 2015 dan turun lagi
menjadi 378 pada tahun 2016.
Data Profil Kesehatan menunjukkan jumlah balita meninggal di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2016 sebanyak 951 balita (laporan yang diterima).
Menurut KemenKes target angka kematian balita nasional di Indonesia sebesar 6.478
jiwa tahun 2016, dari perbandingan angka kematian balita ditiga provinsi diatas yang
terbanyak yaitu dari provinsi DKI Jakarta sebesar 951 kasus kematian balita. Sedangkan
provinsi DIY sebesar 378 kasus kematian balita dan provinsi Palembang sebesar 37 kasus
kematian balita.

4.1.3 Angka Kematian Ibu


Jumlah kematian ibu tahun 2016 di Sumatera Selatan berdasarkan laporan sebanyak
11 orang dari 29.521 kelahiran hidup.
Jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu sangat
siknifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus. Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam
menjadi 39 kasus.
Jumlah kematian ibu tahun 2016 di Kota DKI Jakarta berdasarkan laporan sebanyak
188 orang dari 651,709 kelahiran hidup.
Menurut KemenKes target angka kematian ibu nasional sebesar 4.912 jiwa di
Indonesia tahun 2016, dari perbandingan angka kematian Ibu ditiga provinsi diatas yang
terbanyak yaitu dari provinsi DKI Jakarta sebesar 188 kasus kematian ibu. Sedangkan
provinsi DIY sebesar 39 kasus kematian ibu dan Sumatera Selatan sebesar 11 kasus kematian
ibu.

4.1.4 Angka Harapan Hidup


Angka harapan hidup penduduk Sumatera Selatan tahun 2010 – 2020 diestimasi
sebesar 72.47 (BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016). Sedangkan UHH untuk Kota
Palembang tahun 2010 – 2020 diestimasi sebesar 73.81 (BPS Kota Palembang).
Umur harapan hidup di DIY lebih tinggi dibandingkan dengan umur harapan hidup
nasional. Umur harapan hidup nasional adalah 69.43 tahun (Kementrian Kesehatan, 2010).
Sementara itu umur harapan hidup di DIY mencapai 74 tahun. Umur harapan hidup di DIY
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia.
Menurut data yang dikeluarkan BPS Provinsi DKI Jakarta, angka harapan hidup
penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2000 Angka Harapan
Hidup (AHH) penduduk DKI Jakarta tercatat 71,9 tahun, dalam kurun waktu sepuluh tahun
angka ini terus merangkak naik menjadi 73,5 pada tahun 2011. Data terakhir pada tahun 2016
memperlihatkan AHH 74,0.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Indonesia pada 2018 telah mencapai 71,39 atau naik 0,58 poin dibanding tahun sebelumnya
atau tumbuh sekitar 0,82 persen. Sementara menurut BPS umur harapan hidup di Indonesia
tahun 2016 sebesar 70,90 tahun. Hal itu berarti bayi yang baru lahir diperkirakan akan dapat
bertahan hidup hingga usia 70,90 tahun. Dari perbandingan angka umur harapan hidup
terbesar ada di provinsi DIY dan DKI Jakarta yaitu sebesar 74,0 tahun. Sedangkan untuk
provinsi Sumatera Selatan sebesar 73.81 tahun.
BAB V
KESIMPULAN

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan


datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan,
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Dengan upaya kesehatan anak
antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian
yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian
Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Dan Umur Harapan Hidup saat lahir
(UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari
tahun ke tahun.
Daftar Pustaka

Letizia . 2017. Profil Kesehatan Tahun 2016. Palembang


Priharto, R. Koesmedi. 2017. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016. Jakarta
Setyaningastuti, Pembajun. 2017. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai