Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Deductive Reasoning, Inductive Reasoning, Research


Paradigm, Building Phenomena, Finding
Problem, Formulating Research Question

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Metode Penelitian

oleh :
Chika Dwi Wijayati (1401170036)

MB – 41 – 08

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS TELEOMUNIKASI DAN


INFORMATIKA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TELKOM UNIVERSITY
2020
1. Deductive reasoning

Deductive reasoning merupakan salah satu metode hipotesis yang


dikembangkan pada awal abad 20-an oleh Poincare (1902). menurut John Adams,
Hafiz T.A. Khan, Robert raeside (9:2014) Deductive reasoning menguji teori tentang
topik-topik yang menarik dimana terdapat proses logis di dalam nya untuk
memperoleh kesimpuan dari premis-premis yang telah diketahui atau diketahui
bahwa hal tersebut benar. Menurut Sekaran & Bogie (26:2016) Pada deductive
reasoning, penelitian dilakukan mulai dari yang umum sampai kepada yang spesifik.

Kesimpulannya, Penalaran yang diambil dari proposisi atau dalil- dalil umum
(general) ke proposisi atau dalil-dalil khusus (specific), dan bergantun pada premis-
premis yang ditentukan.

2. Inductive reasoning
Menurut John Adams, Hafiz T.A. Khan, Robert Raeside (9:2014) Metode
Inductive Reasoning sangat populer pada abad ke 19 merupakan kebalikan dari
dedcutive reasoning dimana kita menelti seuah fenomena yang spesifik dan berakhir
pada kesimpulan umum. Cooper dan Schindler (2011:70) menjelaskan bahwa
pemikiran induktif adalah bentuk argumen untuk menarik kesimpulan berdasarkan
satu atau lebih bukti yang ada. Meskipun begitu, Menurut Sekaran & Bogie (26:2016)
metode ini mencakup proses logis yang bertujuan untuk menetapkan proposisi umum
berdasarkan pengamatan fakta-fakta tertentu.
Kesimpulannya, berdasarkan dari beberapa sumber yang saya baca, Penalaran
deduktif menggunakan informasi, premis atau peraturan umum yang berlaku untuk
mencapai kesimpulan yang telah terbukti. Di sisi lain, logika atau penalaran induktif
melibatkan generalisasi berdasarkan perilaku yang diamati pada kasus tertentu.
Argumen deduktif bisa valid atau tidak valid. Tapi logika induktif memungkinkan
kesimpulan itu salah, bahkan jika premis yang mendasarinya benar. Jadi argumen
induktif bisa kuat atau lemah.

3. Research paradigms
Menurut Sekaran dan Bogie (28:2016) paradigma adalah suatu keseluruhan
sistem berfikir dan bagaimana kita mengetahui cara pandang dalam melihat suatu hal.
Ketika kta sudah memahami bagaima perspektif pada penelitian ilmiah ini, maka
akan berkaitan dengan positivisme, konstruktivisme, post-modern, realisme kritis,
paradigma.

a. Positivism

Pada cara pandang positivism, maka kita percaya bahwa terdapat objek
yang benar, dan mengerti tentang bagaimana kita meprediksi dan mengontrol
objek tersebut. Penelitian ini menggunaan Deducive reasoning sebagaimana
digunakan untuk mengemukakan teori-teori yang dapat mereka uji dengan
menggunakan desain penelitian dan ukuran objektif yang telah ditentukan
sebelumnya. (Sekaran dan Bogie, 2016:28)

b. Konstruktivisme

Metode ini menyatakan bahwa pengetahuan berasal dari konstruksi sosial


pada suatu realita. Maksudnya adalah, tidak ada yang di dapat langsung secara
cuma-cuma, dunia dibangun oleh relasi, persepsi, dan kepercayaan kita. Metode
ini sangat populer pada pertengahan tahun 1990an. Sejak saat itu, meteode ini
sudah jarang digunakan. Alasannya adalah karena metode ini tidak didasarkan
pada logika dan teori-teori ilmiah. (John Adams, Hafiz T.A. Khan, Robert
Raeside, 2014:19).

c. Post-modern

Post-modernism tidak jauh berbeda dengan social constructivism, yaitu


merupakan sekelompok ide atau gagasan yang memperedebatkan bahwa
positivisme tidak berkelanjutan. (John Adams, Hafiz T.A. Khan, Robert Raeside,
2014:18).

d. Pragmatism

Pragmatisme tidak melihat posisi tertentu untuk menghasilkan penelitian


yang baik. Metode ini berfokus pada dua hal, fenomena yang diamati, dan makna
subyektif dapat menghasilkan sebuah pengetahuan. Pragmatisme berfokus pada
hal yang praktis. Mengaplikasikan penelitian pada sudut pandang yang berbeda
dari setiap subyek pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan yang ada
(khususnya pada bisnis). Pada metode ini, nilai dari penelitian bergantung pada
relevansi praktis dan tujuan dari teori tersebut. (Sekaran dan Bogie, 2016:29)

Pragmatisme menegaskan bahwa konsep hanya relevan jika mendukung


tindakan (Kelemen dan Rumens 2008).

e. Conclusion

Untuk mengetahui bahwa ada lebih dari satu sudut pandang tentang apa
yang membuat penelian yang baik, pengetahuan epistemology dapat membantu
untuk berhibingan dan memahami penlitian orang lain dan pilihan yang dibuat
dalam penelitian ini. (Sekaran dan Bogie, 2016:30)

4. Building Phenomena
Dalam membangun sebuah fenomena, kerangka kerja teoritis butuh dibangun
dengan baik sehingga dapat menggambarkan sebuah fenomena (antara variabel dan
konsep) yang saling berkaitan satu sama lain dan bagimana menjelaskan bahwa
masing-masing variabel tersebut dapat saling ber-asosiasi. Menurut Sekaran dan
Bogie (72:2016) Dalam membangun sebuah kerangka kerja teoritis terdiri dari tiga
proses berikut:

a. Mendefinisikan konsep atau variabel dari sebuah model


b. Mengembangkan model konseptual yang menyediakan deskripsi representasi
dari teori yang dipilih.
c. Hadir dengan teori yang menjelaskan tentang hubungan antar variabel dari
model yang dipilih

Penting untuk diketahui juga, apakah penelitian merupakan hasil ekperimen


atau non-eksperimen. Penelitian eksperimen memungkinkan peneliti untuk menguji
sebab akibat hubungan antar variabel, sedangkan penelitian deskriptif atau non-
eksperimen digunakan untuk mendeskripsikan fenomena dan menguji tanpa sebab
(non-kausal) hubungan antar variabel. Kesimpulannya dalah, dalam membangun
sebuah fenomena harus didasari dengan sebuah kerangka kerja teoritis yang baik
dimana terdapat hungan antar setiap variabel.

5. Finding Problems

Menurut Indrawati (2015:46) bahwa terjadinya masalah harus dengan disertai


proses pencarian artikel terlebih dahulu terkait isu yang akan dibahas. Setelah peneliti
mendapatkan beberapa informasi yang menunjang penelitian, maka waktunya peneliti
untuk mempersepit dan mendefinisikan masalah. Pernyataan masalah penting untuk
ditulis dengan jelas, spesifik, dan fokus. Pernyataan masalah yang baik terdapat dua
hal penting yang harus diperhatikan yaitu objek penelitian dan pertanyaan penelitian.

Apabila dilihat dari perspektif manajerial, pernyataan masalah akan relevan


jika berhubungan dengan (1) masalah yang sudah ada pada sebuah organisasi atau (2)
area yang dipercayai manajer dapat ditingkatkan pada sebuah organisasi tersebut.

Sebuah masalah harus difokuskan pada kesenjangan, kontradiksi, hal yang


kurang terwakili, atau kelalaian. Kesimpulannya, penemuan masalah salah satu tahap
yang penting dalam sebuah penelitian dimana suatu masalah dapat ditemukan dari
hasil survei atau pengumpulan informasi dari berbagai sumber.

6. Formulating Research Quetions

Sekaran, U, Bougie, R. (396:2016) Merumuskan pertanyaan penelitian adalah


bagaimana menentukan apa yang ingin di pelajari tentang topik tersebut. Pertanyaan
penelitian membimbing dan menyusun proses pengumpulan dan analisis informasi
untuk membantu mencapai tujuan studi yang diinginkan. dengan kata lain, Efron dan
sara (250:2019) pertanyaan penelitian adalah terjemahan dari masalah organisasi
menjadi kebutuhan spesifik akan informasi.

Menurut Cooper dan Schindler (2011:82), Proses perumusan pertanyaan


dibutuhkan untuk beralih dari satu pertanyaan mengenai manajemen menuju
pertanyaan selanjutnya yang membutuhkan penelitian eksplorasi.
Dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penelitian dapat dirumuskan ketika
pertanyaan ditentukan dengan mengikutin setiap tahatpan-tahapan yang ada. Untuk
merumuskan pertanyaan yang terkait dalam sebuah penelitian, dibutukan gejala yang
tepat dan mengekplorasi pertanyaan yang mencakup sebuah studi sebelumnya

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan berdasarkan lima sumber yang


berbeda bahwa, penting untuk melihat dari berbagai sudut pandang seperti Inductive
Reasoning, Deductive Reasoning. Dan harus didasarkan dengan kepercayaan yang
dibangun dengan adanya Reaserch Paradigm. Penelitian juga penting untuk dibuat
secara jelas sehingga dapat memiliki fenomena atau Building Phenomena yang sesuai
pada teori dan tujuan penelitian. Ketika tujuan penelitian sudah relevan maka akan
terjadi keselarasan antara pertanyaan yang dibuat dengan kenyataan. Dengan kata lain
Formulating Reasearch Questions, dimana setipa variabel harus saling terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, J., Khan, H. T. A., dan Raeside, R. (2014). Reaserch Method for Business
and Social Science Students. India: SAGE Publication.

Cooper, D. R., dan Schindler, P. S. (2014). Business Research Methods (12th ed.)
New York: McGraw-Hill.

Efron, S. E., dan Ravid, R. (2019). Writing The Literature Review. New York:
Guilford Press.

Indrawati. (2015). Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis – Konvergensi


Teknologi Komunikasi dan Informasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sekaran, U, Bougie, R. (2016). Research Methods for Business. Chichester: John


Wiley & Sons Ltd.

Anda mungkin juga menyukai