SK 3 HEMATOM Limfadenopati
SK 3 HEMATOM Limfadenopati
1. Definisi
Limfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respons
terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah
infeksi suatu mikroorganisme. Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi
lokal. Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya merupakan indikasi adanya infeksi
sistemik seperti AIDS atau gangguan autoimun seperti artritis reumatoid atau lupus
eritematosus sistemik. Biasanya limfadenopati dapat mengindikasikan adanya keganasan.
2. Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan singkatan MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi),
autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-
lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik). Etiologi
limfadenopati terangkum pada tabel 1. Obat-obat yang dapat menyebabkan
limfadenopati, antara lain, adalah: alopurinol, atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas,
hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon, pirimetamin, kuinidin,
trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.
Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK:
• Sarkoidosis
• Silikosis/beriliosis
• Storage disease: penyakit Gaucher,
penyakit Niemann Pick, penyakit Fabry,
penyakit Tangier
• Hipertiroidisme
• Histiositosis X
• Hipertrigliseridemia berat
• Hiperplasia angiofolikular: penyakit
Castelman
• Limfadenopati angioimunoblastik
• Penyakit Kawasaki
• Limfadenitis Kikuchi
• Penyakit Kimura
Tabel 1 Etiologi limfadenopati
PENYEBAB KARAKTERISTIK DIAGNOSTIK
• Keganasan
- Limfoma Demam, keringat malam, Biopsi kelenjar
penurunan berat badan,
asimptomatik
- Demam tifoid Ruam, ulkus tanpa nyeri Kultur darah, kultur sumsum
tulang
- Sifi lis Demam, mual, muntah, diare, Rapid plasma regain
ikterus
- Hepatitis virus Artritis, nefritis, anemia, ruam, Serologi hepatitis, uji fungsi
penurunan berat badan hati
• Autoimun
- Lupus eritematosus sistemik Artitis simetris, kaku pada pagi Klinis, ANA,ds DNA, LED,
hari, demam hematologi
3. Manifestasi klinis
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopati
servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam,
dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom.
Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68%
penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita limfoma non-
Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan
adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau
dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal
yang jarang, tetapi spesifi k untuk limfoma Hodgkin.
Tanda-tanda penyerta (sign):
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah
pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding
tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada
jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis,
ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.
Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan),
memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada
leukemia.
4. Patofisiologi/pathogenesis
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
a. Infeksi
Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti
Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV),
Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Virus lainnya, yaitu Epstein Barr Virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah satu
gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami
oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain
termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu
(influenza like illness).
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian
melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di
KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem
limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak. Pada penderita HIV positif, aspirat KGB
dapat mengandung immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-
sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel,
immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma.
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy /
PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan
bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50%
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya
itu sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah
CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200.
Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan
terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di
tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena
PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat,
dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran
sebesar kacang polong sampaisebesar buah anggur.
Infeksi bakteri
b. Keganasan
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat
menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan
biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi
jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel
yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak
berkelompok.
Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik
yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel
Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan
sitoplasma yang banyak dan pucat.
Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati
dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan
teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma
daripada limfoma.
c. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki,
penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit
Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).
e. Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid.
Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran
KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut.
5. Klasifikasi
-ADA DI JURNAL-
6. Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.
a. Anamnesis
Umur penderita dan lamanya limfadenopati
Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring
bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian besar
anak sehat mempunyai kelenjar getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba.
Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab yang
bersifat jinak.
Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsi karena
limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79%
penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39%
penderita di atas 50 tahun.
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan
limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko
keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang
berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran
mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.
Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki
umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat
disebabkan infeksi oleh Mycobacterium, Toksoplasma, Epstein Barr Virus atau
Citomegalovirus.
Gejala penyerta
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopat
servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam,
dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom.
Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68%
penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada10% penderita limfoma non-
Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan
adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau
dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal
yang jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin.
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarah
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa
lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit
serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk
darah.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus, luka lecet pada wajah atau leher atau
tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphylococcus, dan adanya infeksi gigi
dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah
sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi
saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis,
orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.
Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan
binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat
infeksi rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian
dan riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati
persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia,
bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat
berhubungan dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau
kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati.
Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal
dan servikal yang ditransmisikan secara seksual. Penderita acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) mempunyai beberapa kemungkinan penyebab limfadenopati, risiko
keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada
kelompok ini. Riwayat keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial
dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu menduga penyebab
limfadenopati.
b. Pemeriksaan Fisik
Karakter dan ukuran kelenjar getah bening
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada
penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh.
Karakteristik dari kelenjar getah bening dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar
getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri
tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
- Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.
- Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
- Konsistensi: keras seperti batu mengarah kepada keganasan, padat seperti karet
mengarah kepada limfoma, lunak mengarahkan kepada proses infeksi, fluktuatif
mengarah kepada terjadinya abses/pernanahan.
- Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila
digerakkan, dapat terjadi akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab
keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular
mempunyai karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal.
Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak
nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya
disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri
disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar
karena ekspansi tumor yang cepat.
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi
beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar
getah bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa
pada 213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar
dibawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm
dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm.
Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran
radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan
merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis,
catscratchdisease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma). Tidak ada ketentuan
pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada
laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit
granulomatosa
Penegakan diagnosa :
Ny.Webe
- Riwayat
mengeluh ada
penyakit (-)
benjolan di
bormal.
region colli
- Pemeriksan
sinistra
fisik : benjolan
colli sinistra
Pemeriksaan
Limfadenopat laboratorium :
i di colli
sinistra - LED
meningkat.
- Darah
rutin
normal.
Pemeriksaa
n
penunjang :
biopsi
eksisi.