Anda di halaman 1dari 47

KELOMPOK 12B

FATTIA PRATIWI 1610313009


SYIFAURRAHMAH1610311048
VIDOLA YASENA PUTRI 1610311055
WIDYA MAY HENDRA 16100311093
ASA MUTRA MAISYA 1610311058
ARFOZHA RADYA GRUVENO 1610313015
MHD. AL ZAREF 1610312042
DWI PUTRI AMELIA 1610312031
SARAH SHAUMI YUSRA 1610311063
MUHAMMAD ZIKRA 1610312051
SKENARIO
Terminologi
Limfadenopati : pembengkakan pada
kelenjar limfe pada dua KGB yang
berjauhan akibat poliferasi
Biopsi kelenjar : prosedur medis
pengambilan sampel kecil untuk dilihat di
mikroskop
Identifikasi Masalah
1. Mengapa Pak Deno datang dengan keluhan benjolan di
leher kiri?
2. Mengapa benjolan di kiri tersebut sampai ke leher kanan?
3. Apa penyebab nafsu makan menurun, berat badan
menurun,batuk-batuk dan keringat dingin pada Pak Deno?
4. Apa hasil interpretasi dari pemeriksaan Pak Deno?
5. Mengapa hasil pemeriksaan didapat hepatosplenomegali
dan paru-paru dalam batas normal?serta apa hubungannya
dengan limfadenopati?
6. Apa hasil interpretasi dari pemeriksaan lab?
7. Apa kemungkinan lain penyebab
pembengkakan pada leher Pak Deno?
8. Mengapa dokter merujuk untuk dilakukan
pemeriksaan biopsi kelenjar dan rontgen
thorax?
Hipotesis
1. Normalnya : tidak ada benjolan
Benjolan bisa terjadi karena : virus (gejalanya 1 sisi)
dan infeksi bakteri (gejalanya 2 sisi,meradang dan
kemerahan)
Trauma benturan bekuan darah benjol
Kelainan pembuluh darah
Kelenjarnya kekurangan iodium
2. Kebanyakan cuma membiarkannya tidak
ditanganimenjalarpembengkakan disisi lain
Pak Deno nafsu makan menurun dan bb menurun,
batuk-batuk TB (biasanya asimtomatik)
Saluran limfe muara di KGB, jika saluran limfe
terinfeksi KGB meradang
Onset < 2minggukeganasan
Lambat pembengkakannyainfeksi
Pemeriksaan fisikpalpasi jika nyeri tekan
berarti infeksi, jika tidak ada nyeri tekan keganasan
3. Nafsu makan menurun dan berat badan
menurunkarena infeksi,sehingga timbul respon
metabolik tubuh
batuk-batuk iritasi bronkus
demamsel toksi tubuh meningkat
infeksiaktivasi makrofagkeluar sitokinada
faktor endogenmasuk ke
saluranhipotalamusprostaglandincerebral
cortexbehaviralnafsu makan
menurunmetabolisme tubuh meningkat berat
badan turun
4. Limfadenopati
Ukuran, secara umum > 1cm abnormal
inguinal >1.5cm abnormal
Konsistensi keras (keganasan), kenyal
(limfoma),lunak(peradangan)
Nyeri tekanjika tidak ada maka tidak ada
peradangan
Gangguan aliran pada limfatik
Limfodemaedema pada saluran KGB
Limfomakeganasan
Limfadenitiskarena bakteri
Filiriaksiskaki gajah
Splenomegali
5. Hepatomegalikarena hiperaktivitas
hepar,terhambatnya duktus
splenomegalihiperaktitas makrofag
Limfadenopati : ada infeksitubuh
meresponmetabolisme
meningkathepatosplenomegalikerja hati
meningkat
Ada sel kankertidak terjadi regenerasihepar
dan splen membesar
6. Hasil pemeriksaan lab
Trombosit: normal
Leukosit: normal
LED: meningkatada infeksi,keganasan
Basofil:normal
Eosinofil:meningkat
Netrofil batang :normal, netrofil segmen: meningkat
Limfosit: menurun
Monosit:normal
7. Penyebab bengkaknya leher Pak Deno:
a. pembengkakan KGBkarena infeksi
b. Pembengkakan kelenjar tiroidkarena kekurangan
iodium,kelenjar terlalu/kurang aktif,kanker tiroid
c. Kista
d. Kanker
e. Pertumbuhan kanker kulit
8. Biopsi kelenjar : untuk melihat
keganasan,untuk mengidentifikasi,untuk
mendiagnosis,untuk mencocokkan saat
transplantasi
Rontgen thorax: untuk menegakkan
diagnosismelihat ada/tidak infeksi dan
metastasis
bengkak di leher kiri metastasis dari
thorakal,abdominal
Skema
Learning objektif
1.Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Limfadeopati
2.Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi
limfadenopati
3.Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan faktor
risiko limfadenopati
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis da
patofisiologi limfadenopati
5. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala dan tanda pada
limfadenopati
6.Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip diagnosis dan
diagnosis banding limfadenopati
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada limfadenopati
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan
pada limfadenopati
9. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi
dan prognosis pada limfadenopati
10. Mahasiswa mampu menjelaskan kasus-kasus
rujukan pada limfa denopati
1. Klasifikasi Limfadenopati
Neoplasma limfoma maligna hodgkin

non-hodgkin

Non neoplasma limfadenitis akut

kronik
Limfoma maligna
Limfoma Hodgkin ditemukan sel Reed-
Stenberg. Dibagi menjadi 4 golongan:
Tipe lymphocyte predominance
5% dari penyakit Hodgkin
Limfosit kecil dominan
Sedikit sel RS
Bersifat noduler/difus.
Tipe mixed cellularity
30% dari penyakit Hodgkin
Sel RS makin banyak ditemukan
Jumlah sel RS seimbang dengan limfosit
Tipe limfosit depleted
<5% dari penyakit Hodgkin
Paling agresif
Limfosit jarang dijumpai
Tipe noduler sclerosis
40-60% pada penyakin Hodgkin
Ditandai oleh fibrosis dan sclerosis secara luas
Ditemui sel RS dan
Limfoma Non Hodgkin
Berdasarkan derajat rendah dan tinggi
Berdasarkan limfoma dari sel B
Prekursol sel B limfoma
Limfoma berasal dari limfoblast
Dapat terjadi dalam bentuk leukemia/limfoma
LNH yang berasal dari naiive Sel b
Disebut juga Small Lymphocytic Lymphoma (SLL)/Chronic
Lymphocytic Leukemia Lymphoma
LNH yang berasal dari germinal centre dan suatu foliker
limfoid
Follicular lymphoma terdiri dari sel yang mirip dengan sel
germinal
Large cell lymphomasbersifat agresif
2. Epidemiologi
Limfoma hodgkin: lebih sering terjadi pada laki-
laki,umumnya terjadi pada usia 15-34 tahun
dan diatas 55 tahun. Insidennya 2,8 kasus per
100.000 individu. Pada tahun 2011 terdapat
8.830 kasus baru.
Limfoma non-hodgkin: juga lebih sering terjadi
pada laki-laki, umumnya terjadi pada usia 50
tahun. Insidennya 12-15 kasus per 100.000
individu
3. Etiologi dan Faktor risiko
MIAMI
Malignancy
Infection
Autoimun disorder
Miscellaneous & unusual condition
Iatrogenic causes
Penyebab lain yang dapat menyebabkan
limfadenopati
Sarkoidosis
Silikosis
Storage disease
Hipertiroidism 80 % infeksi
Hipertrigliserida berat 20 % malignancy
Hiperplasia angiofolikular
Limfadenopati
angioimunoblastik
Penyakit kawasaki
Limfadenitis kikuci
Penyakit kimura
Sarkoidosis (pertumbuhan sel2 inflamasi dan granuloma
yang berlebihan akibat respon imuun)
Silikosis (penyakit pada saluran pernafasan akibat
menghirup debu silika, yang nantinya akan merangsng
paru untuk membetuk jaringan parut dan lama-
kelamaan akan semaki membesar dan bertumpuk)
Storage disease
Penyakit kawasaki (peradanagn pd dinding PD)
Limfadenitis kikuci (pembesarn KGB di leher dan
tengkuk)
Penyakit kimura (kelainan inflamasi kronis ditandai
dengan limfadenopati/masa jaringan lunak subkutan
tanpa nyeri, sering di daerah kepala dan leher)
4. Patogenesis dan patofisiologi
Limfoma Hodgkin
Pada limfoma Hodgkin banyak ditemukan
sel Reed Sternberg.
Studi tata-ulang gen immunoglobulin
mengisyaratkan bahwa sel RS:
RS adalah turunan limfoid B,
Sering berasal dari sel B yang gen
imunoglobulinnya lumpuh akibat akuisisi
mutasi-mutasi yang menghambat sintesis
immunoglobulin utuh.
Limfoma Non-Hodgkin
Perubahan sel limfosit normal sel
limfoma akibat mutasi gen sel limfosit
tua yang sedang transformasi menjadi
imunoblas.
Sel yang berubah menjadi kanker tetap
mempertahankan sifat dasarnya.
5. Gejala dan tanda
Penilaian Limfadenopati bisa kita lakukan
berdasarkan MIAMI :
Malignancies (Keganasan)
Infections (Infeksi)
Autoimun Disorders (Gangguan Autoimun)
miscellaneous and unusual conditions (Lain
lain dan kondisi tak lazim)
Iatrogenic (Penyebab obat obatan)
a. Malignancies (Keganasan)
Limfoma : Demam, keringat malam,
penurunan berat badan,
asimptomatik
Leukemia : Memar, splenomegali
Neoplasma kulit : Lesi kulit karakteristik
Sarkoma Kaposi : Lesi kulit karakteristik
Metastasis : Bervariasi tergantung
tumor primer
b. Infections (Infeksi)
Bruselosis : Demam, menggigil,
malaise
Cat-scratch disease : Demam, menggigil, atau
asimptomatik
CMV : Hepatitis, pneumonitis,
asimptomatik,
influenza-like illness
HIV, infeksi primer : Nyeri, promiskuitas seksual
Limfogranuloma venereum : Demam, malaise, splenomegali
Mononukleosis : Demam, eksudat
orofaringeal
Faringitis : Ruam karakteristik,
demam
Rubela : Demam, keringat malam,
hemoptisis, riwayat
kontak
Tuberkulosis : Demam, ulkus pada tempat gigitan
Tularemia : Demam, konstipasi, diare, sakit
kepala,nyeri perut, rose spot
Demam tifoid : Ruam, ulkus tanpa nyeri
Sifilis : Demam, mual, muntah, diare,
ikterus
Hepatitis virus : Artritis, nefritis, anemia, ruam,
penurunan berat badan
c. Autoimun Disorders (Gangguan
Autoimun)
Lupus eritematosus sistemik : Artitis simetris,
kaku pada pagi hari,
demam
Artritis reumatoid : Perubahan kulit,
kelemahan otot
proksimal
Dermatomiositis :
Keratokonjungtivitis, gangguan ginjal,
vaskulitis
Sindrom Sjogren : Demam,
konjungtivitis, strawberry
tongue
d. miscellaneous and unusual
conditions (Lain lain kondisi dan
keadaan tak lazim)

Penyakit Kawasaki :Perubahan kulit,


dispnea, adenopati hilar

Sarkoidosis : Demam, urtikaria,


fatigue
e. Iatrogenic (Penyebab obat
obatan)
Serum sickness : Limfadenopati
asimptomatik
Obat
6. Prinsip diagnosis dan diagnosis
banding
Anamnesis
Individu dengan gangguan kelenjar getah bening dapat
melaporkan kelenjar getah bening yang lembut, bengkak,
dan keras.
Individu dapat melaporkan demam , malaise , sakit
tenggorokan , atau batuk.
Mungkin ada sejarah perjalanan baru-baru ini, paparan
bahan kimia industri, atau kontak dengan individu
dengan infeksi virus atau bakteri.
Karena diagnosis diferensial limfadenopati sangat luas,
riwayat penyakit sebelumnya adalah penting dan mungkin
termasuk infeksi virus
Sebuah riwayat penggunaan obat-obatan juga penting
karena reaksi obat dapat mencakup limfadenopati.
Pemeriksaan Fisik
Ukuran, lokasi, dan karakter limfadenopati akan
dievaluasi.
Serta temuan fisik lainnya seperti demam, anoreksia,
sakit dan nyeri, penurunan berat badan, dan berkeringat
di malam hari
Pada pemeriksaan, terkena kelenjar getah bening dan /
atau kapal teraba. Mungkin ada kemerahan (eritema)
atau bukti trauma sekitar node menyarankan
limfadenitis.
Fokus infeksi atau peradangan diperiksa area dikeringkan
oleh kelenjar getah bening yang terkena (getah bening
sistem drainase).
Pemeriksaan Penunjang
Sejarah individu, gejala, dan pemeriksaan fisik digunakan untuk
menentukan sumber infeksi.
Diagnostik pengujian
Aspirasi kelenjar getah bening, kultur, dan biopsi mungkin
diperlukan.
Tenggorokan atau kultur darah mungkin dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme penyebab.
Tes darah (jumlah sel darah lengkap, atau KBK) yang
dilakukan, bersama dengan pemeriksaan Pap perifer untuk
mencari keberadaan sel-sel abnormal.
kimia darah dan urine dapat dilakukan untuk mengevaluasi
fungsi hati dan ginjal.
Serologies dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
kelamin seperti sifilis .
Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) dan
protein C-reaktif (CRP) dapat berguna
dalam mengidentifikasi tingkat peradangan.
Tes untuk mengidentifikasi virus spesifik dan
organisme
X-ray dada biasanya dilakukan untuk layar
untuk temuan abnormal dan dada, jika
positif, diikuti oleh USG atau CT scan
penelitian laboratorium tambahan seperti
biopsi node untuk studi aliran cytometry dan
kromosom mungkin diperlukan jika tes lainnya
menunjukkan keganasan.
Sederhana, aspirasi jarum cepat halus (FNA)
biopsi digunakan secara luas pada orang dewasa
untuk menentukan etiologi limfadenopati,
sensitivitas dan spesifisitas biopsi FNA adalah
90% efektif dalam mengidentifikasi penyebab
keterlibatan kelenjar getah bening (Gow).
7. Pemeriksaan Penunjang
Limfoma Hodgkin
Pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan anemia,
eosinophilia, peningkatan LED
Pemeriksaan fungsi hati peningkatan alkali fosfatase
dan icterus kolestatik gejala para neoplastic tanpa
keterlibatan hati
Pemeriksaan penanda kolestasis lain untuk
mendeteksi adanya obstruksi bilier ekstrahepatik
Peningkatan ureum/kreatinin
Hiperurisemia, hiperkalsemia, peningkatan LDH
Foto toraks
Limfoma Non-Hodgkin
Pemeriksaan laboratorium darah perifer
lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal
Pencitraan CT scan/USG
Pemeriksaan THT
Gastroskopi
Scan tulang
8. Penatalaksanaan
a. Limfoma Hodgkin
Indikasi terapi menurut German Hodgkins
Lymphoma Study Group :
- massa mediastinal yang besar
- ekstranodal
- peningkatan laju endap darah
>50 mm/jam : kasus tnpa
gejala
< 30mm/jam : kasus dgn
gejala
- tiga atau lebih regio yg terkena
Radioterapi
Meliputi : - EFRT (extended field radiotherapy)
- IFRT (involved field radiotheraphy)
- radioterapi pada limfoma residual dan
bulky disease

Kemoterapi
- ABVD (adriamisin, bleomisin, vinblastin,
dakarbazin)
- Stanford V ( Mekloretamin, adriamisin,vinblastin,
vinkristin, bleomisin, etoposid, prednison, G-CSF)
b. Limfoma Non-Hodgkin
Derajat keganasan rendah : kemoterapi obat
tunggal/ganda (per oral), radioterapi paliatif
Derajat keganasan menengah
Stadium I-II : radioterapi, atau kemoterapi
parenteral kombinasi
Stadium IIB-IV : kemoterapi parenteral kombinasi,
radioterapi berperan untuk tujuan paliatif
Derajat keganasan tinggi : kemoterapi parenteral
kombinasi (lebih agresif), radioterapi hanya
berperan untuk tujuan paliatif.
9. Komplikasi dan Prognosis
a. Limfadenopati Non-Neoplasm
(Lymphadenitis)
Prognosis:
Bagus, tapi jika tidak membaik

Komplikasi :
Abses
Sellulitis
Sepsis
b. Limfadenopati Neoplasm
(Lymphoma)
Prognosis:
Tergantung tipe dan staging Limfoma
-Hodgkin Lymphoma-
1. lymphocyte predominant bagus
2. mixed cellularity sangat buruk
3. lymphocyte depleted buruk
4. nodular sclerosis diantaranya
Komplikasi :
Tekanan(trachea/esophagus/nerves/vena/spl
een),gagal hati, gagal paru, gagal jantung(e.c
antrasiklin), gagal ginjal (e.c sisplatinum),
neuritis (e.c vinkristin), aplasy ss.tlg(e.c
medicine)
10. Kasus-kasus rujukan
Limfoma non-Hodgkins Kompetensi 1

Limfoma Hodgkins Kompetensi 1

Limfadenopati Kompetensi 3A

Limfadenitis Kompetensi 4A
Thank you

Anda mungkin juga menyukai