Anda di halaman 1dari 18

KONSELING PRA TES HIV

No.Dokumen SOP/HIV/001
No Revisi 00
SOP
Tanggal 7 Januari 2019
Halaman 1/3
UPTD Puskesmas I dr.AA.Ampera
Dinas Kesehatan Prihatini,MM
Kecamatan 19631103199103 2 006
Denpasar Utara
1 . Pengertian Dialog antara klien dan konselor dalam dalam kerangka KTS yang bertujuan
menyiapkan klien dalam menjalani tes HIV dan membantu klien dalam
memutuskan akan tes atau tidak.
2 . Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk petugas dalam membantu
klien mengambil keputusan melakukan tes HIV, memberikan pelayanan
konseling yang sesuai standar dan terjaga kerahasiaannya.
3 . Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/011/ Pusk. I DU
tentang Penetapan Penanggung Jawab UKM dan UKP.
4 . Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
5 . Alat Dan Bahan 1. Buku Registrasi
2. Alat Peraga
- Leaflet kesehatan tentang HIV / AIDS
- Dildo , Kondom Alat peraga jarum suntik
3. Formulir Informed consent (surat pernyataan persetujuan)
4. Formulir Permintaan dan hasil testing
5. Ceklis Konseling Pra tes dan Pasca tes
6. Dokumen Klien
7. Alat tulis
8. Tissue
9. Kalender
6 . Langkah Kerja 1. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruangan.
2. Petugas mempersilakan pasien duduk dengan nyaman di kursi yang telah
tersedia.
3. Petugas memberikan salam.
4. Petugas memperkenalkan diri.
5. Petugas memeriksa ulang nomor kode klien dalam formulir dokumen klien.
6. Petugas menanyakan latar belakang kunjungan dan alasan kunjungan.
7. Petugas memberikan informasi seputaran HIV / AIDS.
8. Petugas membatu klien untuk menilai risiko pada klien.
9. Petugas membantu klien untuk membuat keputusan untuk dilakukan tes
HIV.
10. Petugas menjelaskan prosedur tes HIV/ AIDS, waktu yang diperlukan
untuk menunggu hasil dan arti dari hasil tes.
11. Petugas mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes
12. Petugas menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan
berdiskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV.
13. Petugas menjajaki kemampuan klien dalam mengatasi masalah.
14. Petugas melakukan penilaian sistem dukungan.
15. Petugas memberikan waktu untuk berpikir.
16. Petugas memberikan surat penyataan persetujuan kepada klien untuk tanda
tangan.
17. Petugas mengisi dokumen klien dengan lengkap.
18. Petugas mengantarkan klien ke tempat pengambilan darah.
19. Petugas menyerahkan formulir kepada petugas laboratorium.
20. Petugas menawarkan kepada klien untuk datang kembali sewaktu-waktu
bila masih memerlukan dukungan bila klien tidak setuju untuk dites.
7. Bagan Alir
Persilahkan masuk Persilahkan pasien Beri salam
duduk

Jelaskan prosedur tes HIV/ Perkenalkan diri


AIDS

Diskusikan kemungkinan Periksa ulang


tindak lanjut Nomor kode klien

Jelaskan implikasi terinfeksi Tanyakan latar


atau tidak terinfeksi Belakang
kunjungan

Jajaki kemampuan klien


dalam mengatasi masalah Berikan informasi
seputaran
HIV/AIDS
Lakukan penilaian sistem
dukungan
Bantu untuk
menilai risiko
Berikan waktu untuk
berpikir
Bantu membuat
keputusan untuk tes
HIV
Tawarkan
datang untuk
Setuju
kembali bila
Yes ?
masih
memerlukan
dukungan
Berikan Informed
consent

Isi dokumen klien dengan


lengkap

Antar ke Laboratorium

Serahkan formulir
kepada petugas lab

8. Hal – hal yang perlu 1. Pastikan menjaga konfidensial


diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Ruang KIA/KB
2. Program Kesehatan Remaja
3. Program IMS
4. Program TB
10. Dokumen Terkait 1. Register
2. Laporan Siha
11. Rekaman historis
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan
diberlakukan
KONSELING PASCA TES HIV
No.Dokumen SOP/HIV/002
No Revisi 00
SOP
Tanggal 7 Januari 2019
Halaman 1/4
UPTD Puskesmas I dr.AA.Ampera
Dinas Kesehatan Prihatini,MM
Kecamatan 19631103199103 2 006
Denpasar Utara
1 . Pengertian Diskusi antara konselor dengan klien atau antara pemberi pelayanan kesehatan
dengan pasien , bertujuan menyampaikan hasil tes HIV klien serta membantu
pasien / klien beradaptasi dengan hasil tesnya.
2 . Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk konselor dalam membantu klien
/ pasien memahami penyesuaian diri dengan hasil pemeriksaan , mendapat hasil
pemeriksaan HIV dengan penjelasan implikasinya , mendapatkan dukungan sesuai
dengan hasil tes , dan mendapat dukungan tindak lanjut.
3 . Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/011/ Pusk. I DU tentang
Penetapan Penanggung Jawab UKM dan UKP.
4 . Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Konseling dan Tes HIV.
5 . Alat Dan Bahan 1. Buku Registrasi
2. Formulir data klien yang dites
3. Formulir hasil test dari laboratorium
4. Formulir rujukan eksternal
5. Alat tulis
6. Tissue
7. Kalender
8. Alat peraga (sama dengan konseling pre-test)
9. Chek list konseling post test
6 . Langkah Kerja 1. Petugas memanggil klien dan mempersilahkan masuk ke ruangan konseling.
2. Petugas memperhatikan komunikasi non verbal saat klien memasuki ruangan
konseling.
3. Petugas mengkaji ulang konselong pra-test secara singkat
4. Petugas memperlihatkan amplop hasil test yang masih tertutup kepada klien.
5. Petugas mempertanyakan kesiapan klien untuk menerima hasil tes.
6. Petugas menawarkan kepada klien untuk membuka amplop bersama konselor
apabila klien menyatakan sudah siap atau sanggup menerima hasil test.
7. Petugas memberikan dukungan kepada klien untuk menerima hasil dan beri
waktu sampai klien menyatakan dirinya siap apabila klien menyatakan belum
siap.
8. Petugas membuka amplop dan menyampaikan secara lisan hasil test HIV.
9. Petugas memberikan kesempatan klien membaca hasilnya.
10. Petugas menyediakan waktu yang cukup untuk menyerap informasi tentang
hasil
11. Petugas menjelaskan kepada klien tentang hasil test HIV yang telah dibuka
dan yang dibaca bersama.
12. Petugas menjelaskan kepada klien tentang hasil test HIV yangb telah dibuka
dan yang telah dibaca bersama.
13. Petugas memberikan klien kesempatan dan memventilasi keadaan emosinya.
14. Petugas menerapkan managemen reaksi.

BILA HASIL TES POSITIF


1. Petugas memeriksa apa yang diketahui klien tentang hasil.
2. Petugas menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan.
3. Petugas memberikan kesempatan untuk memvetilasikan emosi.
4. Petugas memvasilitasi kemmpuan untuk menyelesaikan masalah.
5. Petugas menjelaskan beberapa informasi sebagai berikut : Pengobatan ARV,
kesehatan dan kesehatan seksual
6. Petugas menawarkan untuk konseling pasangan
7. Petugas memberikan rujukan ke klinik PDP untuk evaluasi awal.
8. Petugas memberikan kesempatan kepasda klien untuk bertanya mengenai hal-
hal yang belum diketahui.
9. Petugas menawarkan pelayanan VCT pada pasangan klien.
10. Petugas menutup konseling pasca tes.
11. Petugas mengisi form pasca konseling.

BILA HASIL TES NEGATIF


1. Petugas mendiskusikan kemungkinan klien masih berada dalam periode
jendela.
2. Petugas membuat ikthisar dan menggali lebih lanjut berbagai hambatan.
3. Petugas memastikan klien paham mengenai hasil test yang diterima dan
pengertian periode jendela.
4. Petugas menjelaskan kebutuhan untuk melakukan test ulang dan pelayanan
VCT bagi pasangan.
5. Petugas menjelaskan upaya penurunan risiko yang dapat dilakukan.
6. Petugas memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
7. Petugas menutup konseling pasca tes.
8. Petugas membuat perjanjian untuk kunjungan ulang bila dibutuhkan.
9. Petugas mengisi form pasca konseling.

Perhatikan komunikasi non Kaji ulang konseling pra


Panggil klien test
verbal

Perlihatkan amplop hasil

Siap terima
Ya Sampaikan secara lisan
hasil ?

Berikan kesempatan membaca hasil


Tidak
Beri waktu sampai dirinya siap
Sediakan waktu menyerap
informasi

Ventilasikan keadaan emosinya

Terapkan managemen reaksi

Hasil Positif
Hasil Negatif

Gali pengetahuan tentang hasil tes


Mungkinan masih
dalam periode jendela
Jelaskan arti hasil

Gali hambatan
Beri kesempatan memventilasikan emosi

Pastikan klien paham


Vasilitasi kemampuan menyelesaikan masalah
mengenai hasil test

Jelaskan informasi pasangan Jelaskan perlu tes ulang

Jelaskan upaya penurunan risiko


Rujuk PDP

Tawarkan pelayanan VCT pada pasangan Beri waktu bertanya

Berikan kesempatan bertanya Konseling ditutup

Konseling ditutup
Buat perjanjian kunjungan ulang

Isi form pasca konseling


Beri salam

7 . Hal – hal yang 1 . Pastikan menjaga konfidensial


diperlukan

8 . Unit Terkait -

9 . Dokumen Terkait 1 . Register


2 . Laporan SIHA
10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
PENDAMPINGAN ODHA
No.Dokumen SOP/HIV/003
No Revisi 00
SOP
Tanggal 7 Januari 2019
Halaman 1/2
UPTD Puskesmas I dr.AA.Ampera
Dinas Kesehatan Prihatini,MM
Kecamatan 19631103199103 2 006
Denpasar Utara
1 . Pengertian Pendampingan dengan memberikan dukungan moral kepada orang dengan
HIV AIDS (ODHA) agar dapat membatu mereka mendapatkan pengobatan
yang layak tanpa diskriminasi.
2 . Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk Pendampingan penderita
ODHA.
3 . Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No: 800/ 069/ Pusk. I DU
tentang Pelayanan Obat di Puskesmas.
4 . Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Puskesmas.
5 . Alat Dan Bahan 1. Buku Registrasi
2. Alat Tulis
6. Langkah Kerja 1. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruangan.
2. Petugas mempersilahkan pasien duduk dengan nyaman di kursi yang telah
tersedia.
3. Petugas memberi salam.
4. Petugas memperkenalkan diri.
5. Petugas memberikan dukungan moral dan edukasi baik kepada penderita ,
keluarga atau masyarakat.
6. Petugas melakukan rujukan ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.
7. Petugas melengkapi buku register.
7 . Bagan Alir

Persilakan pasien
Persilakan Masuk Beri salam
duduk

Perkenalkan diri

Memberikan
dukungan moral dan
edukasi kepada
penderita keluarga
dan masyarakat

Melakukan rujukan
ke RS untuk
melakukan
pengobatan lebih
lanjut

Melengkapi buku
register

8 . Hal – hal yang 1 . Pastikan menjaga konfidensial


perlu diperhatikan

9 . Unit Terkait 1 . Petugas Lapangan

10 . Dokumen terkait 1 . Register


2 . Laporan Siha

11 .Rekaman historis
perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN
No.Dokumen SOP/HIV/004
No Revisi 00
SOP
Tanggal 7 Januari 2019
Halaman 1/3
UPTD Puskesmas I dr.AA.Ampera
Dinas Kesehatan Prihatini,MM
Kecamatan 19631103199103 2 006
Denpasar Utara
1 . Pengertian Pemberian penanganan pasca pajanan kepada tenaga kesehatan yang telah
terkena pajanan berupa perlukaan kulit , pajanan pada selaput mukosa , pajanan
melaui kulit yang terluka dan gigitan yang berdarah sehingga mendapatkan
pengobatan antiretroviral jangka pendek untuk meminimalkan terjadinya
infeksi pasca pajanan.
2 . Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk meminimalkan resiko
tertular HIV/ AIDS pada petugas yang terpajan alat kesehatan yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien yang status HIV nya diketahui
atau tidak.
3 . Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/ 014/ Pusk. I DU
tentang Penetapan Tim Mutu, Tim Audit Internal, dan Tim Keselamatan
Pasien.
4 . Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
5 . Alat Dan Bahan 1. Buku Registrasi
2. Formulir data klien yang dites
3. Formulir hasil tes dari laboratorium
4. Formulir rujukan eksternal
5. Alat Tulis
6. Tissue
7. Kalender
6 . Langkah Kerja 1. Petugas memastikan petugas kesehatan memang benar telah terpajan baik
berupa perlukaan kulit , pajanan pada selaput mukosa , pajanan melalui
kulit yang luka dan gigitan yang berdarah , yang berasal dari darah ,cairan
bercampur darah yang kasat mata , cairan yang berpotensial terinfeksi :
semen ,cairan vagina , cairan serebrospinal, c.sinovia, c.pleura, c.peritoneal,
c.perickardial, c.amnion, dan virus yang terkonsentrasi.
2. Petugas memastikan pajanan telah luka tusuk : bilas dengan air mengalir
dan sabun atau antiseptic, pajanan mukosa mulut : ludahkan dan kumur,
pajanan mukosa mata : irigasi dengan air atau garam fisiologis, pajanan
mukosa hidung : hembuskan keluar dan bersihkan dengan air , jangan
dihisap dengan mulut ,jangan ditekan.
3. Petugas memastikan pajanan telah didesinfeksi luka dan daerah 5 menit
atau (2) alkohol 70% selama 3 menit.
4. Petugas mencatat :
a. Tanggal dan jam kejadian ( pajanan),
b. Uraian kejadian lebih rinci
c. Status HIV petugas yang bersangkutan ,
d. Status HIV sumber pajanan bila diketahui,
e. Pengobatan PPP secara rinci bila mendapatkannya,
f. Tindak lanjut,
g. Hasil pengobatan,
h. Simpan semua data pajanan
5. Petugas merujuk ke layanan CST RSUD Wangaya untuk mendapatkan
profilaksis (ARV) tidak lebih dari 2 jam.

7 . Bagan Alir
Pastikan Pastikan sudah
Klien memang
sudah didesinfektan
sudah terpajan
dibersihkan
bekas
pajanan

Catat

Rujukan

8 . Hal- hal yang perlu 1.Pastikan menjaga konfidensial


diperhatikan

9. Unit Terkait 1. Ruang Layanan KIA / KB


2. Ruang Laboratorium
3. Ruang Layanan IMS
4. Ruang Konseling TB
5. Ruang Tindakan
6. Cleaning Services
10 . Dokumen Terkait 1. Register
2. Laporan Siha
11 . Rekaman historis
perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
PEMBERIAN TERAPI ARV PADA PASIEN
TB
No.Dokumen SOP/HIV/005
No Revisi 00
SOP
Tanggal 7 Januari 2019
Halaman 1/3
UPTD Puskesmas I dr.AA.Ampera
Dinas Kesehatan Prihatini,MM
Kecamatan 19631103199103 2 006
Denpasar Utara
1 . Pengertian Pemberian terapi ARV pada pasien TB adalah pemberian ARV pada ODHA
yang terinfeksi mycobacterium tuberculosis.
2 . Tujuan Sebagai langkah langkah untuk memberikan terapi ARV pada pasien HIV
agar :
1. Meningkatkan kualitas hidup pasien
2. Mencegah infeksi opportunistic
3. Mencegah percepatan proses penyakit
4. Mencegah penularan ke orang lain
3 . Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/ 110/ Pusk. I DU
tentang Penetapan Standar dan SOP Layanan Klinis, Bukti Monitoring
Pelayanan Standar, Hasil Monitoring dan Tindak Lanjut.
2. Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 007/ I / 2019 tentang
Kebijakan Mutu di Puskesmas I Denpasar Utara.
3. Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/ 115/ Pusk. I DU
tentang Pembentukan Tim Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan
Pasien
4 . Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
HIV/AIDS.
5 . Alat Dan Bahan 1. Rekam Medis Pasien
2. Hasil Test HIV
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Hasil pemeriksaan dahak
5. Obat- obatan
6 . Langkah kerja 1. Petugas mengkaji faktor resiko pasien
2. Petugas memastikan status pasien TB paru atau TB ekstra paru
3. Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap ,SGOT,
SGPT, Bun, SC, CD4, Rontgen (Thorax PA) dan pemeriksaan biakan
dahak
4. Petugas memberikan OAT lini pertama kategori 1 kepada semua pasien TB
termasuk yang terinfeksi HIV yang belum pernah diobati.
5. Petugas menginisiasi ART:
a. Pada ODHA dengan TB ekstra paru, paduan OAT diberikan paling
sedikit 9 bulan ( 2 bulan RHZE/Riampisin, Isoniazid, Pirazinamide,
etambutol diikuti 7 bulan RH/Rifampisin, Isoniazid)
b. Pada TB ekstra paru pada system saraf pusat ( tuberkuloma atau
meningitis) dan TB tulang / sendi , direkomendasikan paling sedikit
selama 12 bulan.
c. Pada TB meningitis pemberian ARV diberikan setelah fase intensif
selesai.
6. Pengobatan ODHA dengan TB adalah mendahulukan awal pemberian
pengobatan TB dan Pengobatan ARV dimulai sesegera mungkin dalam
waktu 2-8 minggu setelah kondisi baik dan tidak timbul efek samping dari
OAT.
7. Panduan yang direkomendasikan adalah TDF+3TC+EVF
8. Pada lini kedua pemberian Lopinavir (LPV/r) terutama TB meningitis ,
dosis LPV/r menjadi 2 kali dari dosis normal.
9. Pada semua pasien ODHA yang tidak menderitaTB aktif dan ODHA yang
memiliki kontak erat dengan pasien TB harus diobati sebagai infeksi TB
laten dengan INH 300mg/hari selama 6 bulan, vitamin B6 diberikan
dengan dosis 25 mg/hari atau 50 mg selang sehari atau 2 hari sekali.
10. Pengobatan pencegahan INH (PP INH) dipantau setiap kunjungan selama
6 bulan pengobatan. Efek proteksi PP INH bertahan sampai 3 tahun
sehingga pemberian PP INH ulang dapat dilakukan setelah 3 tahun.
11. Pasien menandatangani surat persetujuan (inform consent) terapi ART
12. Petugas mengkaji kepatuhan (adherence) minum obat pasien secara
berkelanjutan oleh PMO (Pemantau Minum Obat)
13. Petugas memantau kemungkinan interaksi obat antara ART dan obat-obat
lain yang digunakan.
14. Petugas memantau efek samping obat ART
15. Petugas menjelaskan tentang pentingnya pola hidup sehat
16. Petugas menjelaskan pentingnya kunjungan ulang secara kontinyu
17. Petugas memantau kondisi klinis pasien untuk menilai kemajuan hasil
pengobatan (berat badan pasien).
7 . Bagan Alir Petugas mengkaji Petugas melakukan pemeriksaan
faktor resiko pasien laboratorium dan rongent

Petugas memberikan OAT kepada


pasien TB yang belum pernah diobati

Petugas menginisiasi ART

Pasien menandatangani inform


concent

Pasien memantau kepatuhan dan


memberikan KIE

Petugas merujuk ke RS pengampu jika


terdapat komplikasi dan efek samping

8 . Hal – hal yang perlu 1 . Keadaan umum pasien dan efek samping terapi
diperhatikan

9 . Unit Terkait 1. Layanan umum


2. VCT
3. IMS
4. Laboratorium
5. Ruang Obat

10 . Dokumen Terkait Medis

11 . Rekaman Historis
Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
PENATALAKSANAAN INFEKSI
OPPORTUNISTIK
No.Dokumen SOP/HIV/006
No Revisi 00
SOP
Tanggal 7 Januari 2019
Halaman 1/3
UPTD Puskesmas I dr.AA.Ampera
Dinas Kesehatan Prihatini,MM
Kecamatan 19631103199103 2 006
Denpasar Utara
1 . Pengertian Tata cara pemberian pengobatan dan perawatan dengan penyakit infeksi
penyerta pada pasien HIV/ AIDS.
2 . Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah tata cara penatalaksanaan infeksi
opportunistic di UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar
Utara.
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/ 110/ Pusk. I DU
tentang Penetapan Standar dan SOP Layanan Klinis, Bukti Monitoring
Pelayanan Standar, Hasil Monitoring dan Tindak Lanjut.
2. Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 007/ I / 2019 tentang
Kebijakan Mutu di Puskesmas I Denpasar Utara.
3. Keputusan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara No : 800/ 115/ Pusk. I DU
tentang Pembentukan Tim Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan
Pasien
4 . Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan HIVAIDS.
5 . Alat Dan Bahan 1. Rekam Medis Pasien
2. Pemeriksaan Penunjang
3. Obat- obatan
6. Langkah Kerja 1. Petugas melakukan pengkajian klinis berdasarkan tanda dan gejala,
riwayat penyakit, riwayat pengobatan, efek samping obat dan komplikasi
2. Petugas menetukan stadium klinis HIV (sesuai klasifikasi WHO)
3. Petugas menentukan status fungsional K (kerja), A (Ambulatori), B
(Baring)
4. Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan indikasi, cek
BTA bila ada keluhan batuk lama.
5. Petugas memberikan profilaksis kotrimoksasole 1 x 960 mg perlu
dipertimbangkan selama klien belum mendapatkan ARV dan anti jamur.
6. Petugas memberikan anti jamur bila ada tanda – tanda infeksi.
7. Petugas memberikan obat- obat simptomatis sesuai keluhan.
8. Jika klien sudah mendapatkan ARV, obat tetap dilanjutkan ditambah
dengan obat infeksi oppotunistik.
9. Petugas mengatasi infeksi opportunistic sampai kegawatdaruratan medis
teratasi / kondisi stabil (label terlampir).
7 . Bagan Alir

Petugas mengkaji
pengkajian klinis
pasien
Petugas menentukan status
klinis HIV

Petugas menentukan status


fungsional

Petugas melakukan
pemeriksaan laboratorium

Petugas memberikan
profilaksis

Petugas memberikan anti


jamur atau obat simptomatis
sesuai keluhan

Petugas memberikan ARV

Petugas mengatasi IO sampai


kegawatdaruratan medis
teratasi

8. Hal – hal yang perlu 1. Pengawasan efek samping obat dan riwayat alergi obat.
diperhatikan
9 . Unit Terkait 1. Layanan umum
2. VCT
3. IMS
4. Laboratorium
5. Ruang Obat
10 . Dokumen terkait Rekam Medis
11 . Rekaman Historis
Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai