Anda di halaman 1dari 33

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN

FUNGSIONAL KNEE DEXTRA AKIBAT MENISCUS TEAR


DI RS PELAMONIA

OLEH:
NURHIDAYAH
PO.71.3.241.17.1.036

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


PRODI D.III FISIOTERAPI
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Klinik ini, atas nama NURHIDAYAH ,NIM : PO.71.3.241.17.1.036 dengan

judul “Penatalaksanaan fisioterapi gangguan fungsional knee dextra akibat meniscus

tear”telah disetujui untuk dipergunakan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

praktek klinik di RS Pelamonia makasarnmulai tanggal 11 November – 6 desember

2019.

Makassar,

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. Karena atas berkat limpahan rahmat

dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan klinik mengenai

“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Knee Dextra Akibat

Meniscus Tear”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan klinik ini jauh masih dari

kata sempurna , maka dari itu penulis menerima segala saran dan kritik yang

membangun, agar dalam penyusunan laporan selanjutnya dapat lebih baik dan mudah-

mudahan laporan klinik ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia dapat ditempuh dengan

berbagai cara, salah satu diantaranya dengan meningkatkan standar kesehatan

masyarakat. Hal ini tentunya dapat dicapai apabila terjadi keseimbangan dari faktor-

faktor yang mempengaruhui kesehatan mulai dari lingkungan, gizi, sosial, budaya serta

ekonomi yang berperan dalam mekanisme pertahanan diri manusia. Namun, pada

kenyataannya kombinasi dari faktor-faktor diatas justru menjadi indikator manusia

untuk lebih produktif dalam memenuhi segala keperluannya tanpa batasan ruang dan

waktu hingga memasuki usia senja, akibatnya bukan sehat yang diperoleh tetapi sakit.

Bila menyinggung masalah sakit tentunya kita membayangkan berbagai

penyakit. Terkait dengan masalah produktifitas dan usia, penyakit degeneratif seperti

osteoarthritis merupakan salah satu jenis penyakit yang paling sering ditemukan. Pada

usian 45-64 tahun diperkirakan mencapai 30% dan presentasinya mengalami

peningkatan pada usia diatas 65 tahun sekitar 63-85%. Bahkan ada yang menyebutkan

bahwa hampir semua orang yang berusia 60 tahun keatas memperlihatkan tanda-tanda

osteoarthritis pada berbagai persendihan.

Meniscus tear bukan merupakan ancaman hidup tetapi dapat menurunkan

kualitas hidup seseorang akibat nyeri yang ditimbulkan serta gangguan gerak sendi

yang di alami. Bila tidak dilakukan tindakan pengobatan maka penderita dengan
Meniscus tear lanjut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional

penderita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Meniscus Tear

1. Defenisi Meniscus Tear

Cedera meniscus adalah salah satu cedera lutut yang paling umum.

Cedera ini yang sering terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan

berputar, squat/fleksi sendi lutut yang berlebihan seperti pada bola basket,

sepakbola atau bulutangkis. Meniscus medialis lebih sering mengalami cedera

daripada meniscus lateralis, dan hal ini disebabkan oleh perleketan yang erat

meniscus pada ligamentum collaterale medial sendi lutut, yang membatasi

geraknya.

2. Anatomi

a. Os Femoris

Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan ke

bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal,

diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam

persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan

sepanjang yang disebut condylous femoralis lateralis dan medialis.

Di bagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang

disebut epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat

dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patelaris yang

nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara
condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa

intercondyloideal.

b. Os Patella

Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk

segitiga dan gepeng dengan apex menghadap kearah distal. Pada permukaan

depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau

dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih

kecil.

c. Os Tibia

Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia

merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit

kaki. Seperti halnya tulang femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung

proksimal, corpus dan ujung distal bagian dari tulang tibia yang membentuk

sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian ujung proksimal

terdapat condillus medialis dan tubercullum inter condiloseum lateral. Di depan

dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior.

d. Os Fibula

Tulang fibula berbentuk kecil dan panjang yang terletak di sisi lateral os

tibia. Terdiri dari tiga bagian, yaitu; epiphysis proximal, diaphysis, dan

ephypisis distalis.
Selain itu, sendi lutut juga disusun oleh beberapa jaringan lunak sebagai

pelindung dan sebagai salah satu unusr penting penyusun sendi, diantaranya,

adalah sebagai berikut

e. Meniscus

Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah

meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah:

1) Penyebaran pembebanan

2) Peredam kejut (shock absorber)

3) Mempermudah gerakan rotasi

4) Mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh

meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.

f. Bursa

Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan

terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh

membrane synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut

antara lain :

1) bursa popliteus

2) bursa supra patellaris

3) bursa infra patellaris


4) bursa subcutan prapatelaris

5) bursa sub patellaris

g. Ligamen

Ligamen mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup

kuat yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi. Ada

beberapa ligamen sendi lutut antara lain:

1) Ligamentum Cruciatum Anterior

Berjalan dari depan fossa intercondyloidea anterior ke permukaan

medialcondilus lateralis femorisyang berfungsi menahan hiperekstensi

danmenahan bergesernya tibia ke depan.

2) Ligamentum Cruciatum Posterior

Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke

fossaintercondylodea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke

arahbelakang.

3) Ligamentum Collateral Lateral

Berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang

berfungsimenahan gerakan varus atau samping luar.

4) Ligamentum Collateral Medial


Berjalan dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia(epicondylus

medialis tibia) yangberfungsi menahan gerakan valgus atausamping dalam

eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi –fungsi ligament collateralle

menahan bergesernya tibia ke depan padalutut 90°

5) Ligamentum Patella

Merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang berjalan dari

patella ke tuberositas tibia.

6) Ligamentum Retinacullum Patella Lateral dan Medial

Ligament ini berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris

dan berjalan menuju tibia, dimana ligamen-ligamen ini melekat dengan

tuberositas tibia.

7) Ligamentum Popliteum Articuatum

Terletak pada daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya

denganM. Popliteum.

8) Ligamentum Popliteum Oblicum

Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang

menujufascia popliteum yang berfungsi mencegah hyperekstensi lutut.

3. Biomekanik

a. Sendi Tibio femoral


Merupakan bentuk sendi hinge joint dengan gerak rotasi ayun dalam

bidang sagital sebagai gerak fleksi-ekstensi, rotasi spin pada posisi menekuk

dalam bidang transversal sebagai rotasi internal dan eksternal. Pada ekstensi

terahir terjadi rotasi eksternal tibia yang dikenal dengan closed rotation

phenomenon.

Traksi dengan arah kaudal searah sumbu longitudinal tibia dan

kompresi dengan arah kranial searah sumbu longitudinal tibia. Saat gerak fleksi

terjadi translasi tibia ke dorsal dan saat gerak ekstensi terjadi translasi tibia ke

ventral. Disamping itu terjadi juga gerak translasi tibia kemedial saat fleksi dan

translasi tibia kelateral saat ekstensi.

b. Sendi Patellofemoral

Sendi ini merupakan modified plane joint, permukaan patella tertutup

cartilago yang tebal. Fungsi dari sendi ini adalah membantu mekanisme kerja

dan mengurangi gesekan quadriceps. Kerja otot quadriceps lebih efisien pada

ekstensi 300 terakhir. Mal aligment menimbulkan patellafemoral athralgia.

Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola seperti hurup C, dari

ekstensi ke fleksi dan untuk kebalikannya, patella bergerak melengkungan dari

medial ke lateral selama ekstensi lutut. Hal ini kemung- kinan besar terkait

dengan mekanisme rotasi bersamaan tibia dan bentuk dan keselarasan dari

kondilus femoralis. Gerak geser patella ke proksimal dan ke distal sekitar 7-8

cm saat eks- tensi dan fleksi. Saat ekstensi disertai gerak ge- ser patella ke

medial hingga kembali lurus.

c. Sendi Patellofemoral
Sendi ini merupakan modified plane joint, permukaan patella tertutup

cartilago yang tebal. Fungsi dari sendi ini adalah membantu mekanisme kerja

dan mengurangi gesekan quadriceps. Kerja otot quadriceps lebih efisien pada

ekstensi 300 terakhir.

Mal aligment menimbulkan patellafemoral athralgia. Gerak geser

patella terhadap femur mengikuti pola seperti hurup C, dari ekstensi ke fleksi

dan untuk kebalikannya, patella bergerak melengkungan dari medial ke lateral

selama ekstensi lutut. Hal ini kemungkinan besar terkait dengan mekanisme

rotasi bersamaan tibia dan bentuk dan keselarasan dari kondilus femoralis.

Gerak geser patella ke proksimal dan ke distalsekitar 7-8 cm saat ekstensi dan

fleksi. Saat ekstensi disertai gerak geser patella ke medial hingga kembali lurus.

4. Patofisologi

Seperti kita ketahui Asupan makanan/darah pada meniscus ini sangat

terbatas, meniscus mendapatkan makanannya dari darah dan cairan synovial yang

ada dikapsul sendi. Perlu diketahui juga bahwasanya meniscus dibagi menjadi dua

area berdasarkan cara penyembuhannya, dalam dunia medis disebut RED zone dan

White zone. Pada red zone terdapat aliran darah yang mensuplay makannan

sedangkan white zone tidak ada, jadi meniscus pada white zone tidak bisa sembuh

secara alami (harus operasi).

GRADE

1) 0 = tampak normal tanpa perubahan stuktur

2) 1 = tampak tidak teratur pada intrameniscal


3) 2 = linear meningkat sinyal intrameniscal

4) 3 = terjadi robekan yang lebih panjang hampir keseluruhan

a. Faktor Resiko

Robekan meniskus terjadi akibat adanya pergerakan yang memaksa lutut

berotasi sewaktu kaki sedang berpijak kuat, misalnya gerakan memutar mendadak

ketika bermain sepakbola, futsal, badminton, tenis, atau bermain bola basket.

Robekan meniskus lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 30 tahun

yang aktif melakukan aktivitas fisik. Robekan meniskus juga bisa terjadi bersamaan

dengan cedera lutut lain seperti cedera ligamen ACL (anterior cruciate ligament).

Seiring bertambahnya usia, fungsi meniskus dapat melemah dan membuat

seseorang lebih mudah mengalami robekan meniskus, bahkan bisa karena gerakan

sederhana seperti jongkok atau menginjak permukaan yang tidak rata.


b. Etiologi

1) Traumatology olahraga dengan traumatis langsung atau berulang

2) Aktivitas sehari - hari, seperti berjalan dan memanjat tangga melibatkan

gerakan berputar yang mendadak, berhenti tiba-tiba dan bergantian, tiba-tiba

berlutut, jongkok dalam atau mengangkat suatu beban yang berat ada orang

dewasa yang lebih tua, dapat disebabkan oleh penuaan atau degeneratif.

Resiko cedera meningkat seiring usia karena tulang rawan dan

mulai berdegenerasi, kekuranganan suplai darah dan ketahanan.

3) Meningkatnya berat badan

B. Tinjauan Assesment dan Pengukuran

1. Tinjauan Assesment

a. Anamnesis umum Informasi yang diperoleh dari anamnesis umum

meliputi : nama: Ny anti, umur: 51 tahun, jenis kelamin: Perempuan,

agama : Islam, pekerjaan: PNS, alamat: talasalapang.

b. Anamnesis khusus Keterangan yang dapat diketahui tentang paien pada

anamnesis khusus antara lain :

1) Keluhan utama Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang keluhan

utama yaitu pasien mengeluh nyeri pada pada lutut sebelah kanan.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang meliputi riwayat trauma maupun perjalanan

penyakit dan riwayat pengobatan dari pasien, riwayat ini merupakan gejala
awal dari nyeri yang berlangsung beberapa hari Informasi yang diperoleh dari

anamnesis tentang riwayat penyakit sekarang meliputi : Sepuluh bulan yang

lalu pasien mengeluh nyeri pada pinggang hingga tungkai dan adanya rasa

kesemutan pada tungkai dan kaki. Nyeri akan bertambah berat saat pasien

beraktivitas terutama saat pasien bangun dari tempat tidur, duduk ke berdiri,

dan berjalan. Nyeri akan berkurang saat pasien beristiahat. Lalu pasien

memeriksakan keluhannya ke dokter spesialis saraf dan dianjurkan untuk

melakukan MRI. Selanjutnya pasien di rujuk untuk melakukan Fisioterapi

hingga sekarang.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu perlu diketahui kerena mungkin ada kaitannya

dengan penyakit yang diderita pasien Riwayat penyakit penyerta Riwayat

penyakit penyerta berisi tentang berbagai macam penyakit yang diderita pasien

pada saat itu. Informasi yang diperoleh yaitu, pasien mempunyai riwayat

diabetes militus.

4) Riwayat pribadi dan keluarga Riwayat pribadi dan keluarga berisi tentang

aktivitas sehari-hari pasien, hobi, keluarga dan lain- lain. Informasi yang

diperoleh yaitu Pasien seorang PNS berumur 52 tahun,

5) Pemeriksaan Vital Sign Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tekanan

darah, denyut nadi, suhu tubuh, pernafasan per menit. Pada kasus ini, tekanan

darah : 120/90 mmHg, denyut nadi : 68 kali permenit, pernafasan : 21 kali

permenit, temperature : 360C, tinggi badan : 155 , berat badan : 58.


2. Tinjauan Pengukuran Fisioterapi

a. Visual Analog Scale (VAS)

Visual analog Scale atau VAS adalah sebuah pengukuran intensitas nyeri

unidimensional, yang secara luas banyak digunakan dalam penelitian

klinis.

Vas digunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang pasien

rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak

nyeri, ringan, sedang, atau berat”.

Secara operasional VAS umumnya berupa sebuah garis horizontal atau

vertikal, panjang 10cm (100 mm). Pasien menandai garis dengan

memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri yang dirasakan

saat ini.

b. Pengukuran ROM

Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan

anthrokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan

karakteristik gerakan. Tes dan pengukuran ROM dilakukan dengan

menggunakan alat instrument yaitu goniometer. Adapun ROM yang diukur

adalah ROM dari setiap gerakan pada regio hip, knee, dan ankle.

3. Tinjauan Intervensi Fisioterapi

1. Ultrasound (US)
Ultrasound adalah modalitas terapeutik yang biasa digunakan

untuk memperbaiki ekstensibilitas jaringan ikat, termasuk mengatasi

jaringan parut, memfasilitasi penurunan nyeri pada cedera muskuloskeletal,

serta meningkatkan penyembuhan jaringan dan remodeling dalam intervensi

pada tendinopati. Terdapat bukti yang jelas dari beberapa penelitian terhadap

hewan yang menunjukkan bahwa ultrasound memiliki beberapa efek positif

terhadap karakteristik jaringan ikat, nyeri dan inflamasi jaringan, serta

penyembuhan.

Ultrasound adalah gelombang berfrekuensi tinggi yang yang dapat

terdekteksi oleh telinga manusia. Frekuensi ultrasound medis di AS adalah

500.000 hingga 5.000.00 Hz ( 0,5 hingga 5 MHz). gelombang ultrasound

dihasilkan oleh Kristal keramik piezoelektrik (biasanya disebut timbale

zirkonat titanata) yang di pasang pada pada aplikator atau transduser yang

menghantarkan gelombang tersebut ke pasien.

Ultrasound memiliki karakteristik berdasarkan frekuensi, bentuk,dan

intensitas.

a. Frekuensi : 1 Atau 3 Mhz

b. Bentuk : Gelombang Continuous Atau Pulsed

c. Intensitas : Watts/Cm2

Dengan pemilihan parameter yang tepat, ultrasound terapeutik dapat

menjadi efektif meningkatkan suhu jaringan yang sementara atau aliran

darah di area pengobatan yang kecil. Ultrasound dengan intensitas rendah


dapat menjadi indikasi untuk memfasilitasi penyembuhan jaringan.

Parameter atau petunjuk pemilihan dosis yang tepat dapat memfasilitasi

penyembuhan jaringan. Adapun indikasi ultrasound therapy adalah :

1) Sebagai modalitas deep heating maka indikasinya adalah :

a) Kontraktur sendi dan jaringan parut (scar tissue)

b) Nyeri dan spasme otot

c) Inflamasi jaringan lunak subacute atau kronik (ketika suhu jaringan

meningkat atau diinginkan peningkatan aliran darah)

2) Untuk memfasilitasi penyembuhan, maka indikasinya adalah :

a) Cidera akut atau inflamasi jaringan lunak

b) Cidera akut atau inflamasi jaringan saraf

c) Luka terbuka

d) Fraktur (menggunakan peralatan khusus)

2. Strenghtening Exercise Menggunakan Theraband

Strengthtening exercise adalah latihan penguatan pada otot yang

menggunakan tahanan baik dari luar atau alat maupun dari beban tubuh

sendiri. Strengthtening exercise dilakukan secara teratur, terencana,

berulang-ulang dan semakin bertambah beban atau pengulangannya

(Baecle,2008). Konsep latihan ini yaitu dengan memberikan tahanan pada

gerakan tertentu yang dilakukan oleh pasien dengan tujuan meningkatkan

kekuatan otot.
Latihan Theraband adalah latihan isotonic dengan menggunakan

theraband atau suatu alat berupa karet berwarna yang mempunyai

fleksibilitas yang cukup tinggi. Sedangkan latihan isotonic itu sendiri

adalah suatu bentuk latihan melawan tahanan atau beban yang konstan

dan terjadi pemanjangan atau pemendekan otot dalam range of motion

gerakan (Kisner C, 2007).

Latihan theraband digunakan sebagai alat untuk merehabilitasi,

memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan keseimbangan dan

kekuatan. Theraband exercise bertujuan untuk meningkatkan kekuatan

dinamik, endurance, dan power otot dengan menggunakan tahanan yang

berasal dari external force (Fleck S.J. and William J.K, 2004). Menurut

Foran B, (2001) Efek meningkatkan kekuatan dinamik pada otot sehingga

power otot bertambah. apabila power otot bertambah, maka endurance dan

keseimbangan akan bertambah pula. Pada peredaran darah akan meningkat

karena vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu juga akan memperbaiki

kekuatan, ukuran serta mencegah peradangan dan terjadi peningkatan

kelenturan jaringan lemak yang dapat menurunkan nyeri.

Strengthening exercise/latihan penguatan meliputi quadriceps dan

hamstring exercise seperti berjalan, bersepeda, berenang. Tujuan exercise

ini antara lain memperbaiki fungsi sendi, meningkatkan kekuatan sendi,

proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stres pada sendi,

mencegah kecacatan dan meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan ini

tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pasien. Latihan


Penguatan Otot (Strengthening Exercise) dibagi menjadi tiga jenis latihan

utama, yaitu :

1) Isometrik/static exercise/static contraction

2) Isotonik/dynamic contraction dan Isotonik/dynamic contraction

dan

3) Isokinetik

3. Latihan Isometrik Kontraksi

Latihan isometrik kontraksi adalah bentuk latihan statik dimana otot

yang dilatih tidak mengalami perubahan panjang dan tanpa ada pergerakan

dari sendi. Sehingga latihan akan menyebabkan ketegangan (tension) otot

bertambah dan panjang otot tetap (Kisner dan Colby, 2007).

4. Terapi latihan

Fase dan Fase Fase perlindungan Fase perlindungan Fase kembali ke


kerangka perlindungan sedang : minggu 3-6 minimum : aktivitas : minggu 8-
waktu maksimum : minggu 5-8 12
umum minggu 1-3
Perfoma  Efusi  Nyeri minimal  Tidak  Tidak terdapat
pasien sendi  Efusi sendi terdapat ketidakstabilan
 Nyeri terkontrol ketidak  Fungsi otot
pada titik  Tidak ada stabilan 70% pada
tertentu peningkatan  Tidak ada tungkai yang
 Penurunan ketidakstabilan efusi sehat
ROM  ROM penuh maupun  Tidak ada
atau hmpir nyeri gejala
penuh  Kekuatan ketidakstabilan
4/5 hingga , nyeri, atau
5/5(MMT) pembengkakan
selama fase
sebelumnya
 Fungsi
ADL tidak
terbatas

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Diagnosa Medis : Meniscus Tear

B. Anammesis umum
Nama : Tn.A

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Asmil Yonif 700 Raider

Agama : Kristen

Pekerjaan : TNI AD

C. Anamnesis Khusus

Keluhan utama : Nyeri pada lutut sebelah kanan

Lokasi keluhan : pada bagian lutut sampai betis

Sifat keluhan : Menjalar

Lama keluhan : 1 tahun

Riwayat perjalanan penyakit : Pasien mengalami saktit lutut sebelah kanan

(knee joint dekstra), nyeri ini terjadi akibat

latihan meluncur (post trauma) . nyeri yang

dirasakan intensitasnya tidak serta menyerta

meningkat , awalnya pasien tidak merasakan

sakit, setelah beberapa bulan pasien merasakan

sakit pada bagian lutut .

Aktivitas yang Memperberat : Berdiri dalam durasi lama

Aktivitas yang meringankan : Istirahat

D. Inspeksi atau Observasi

a. Statis :
pasien tak mampu berdiri dengan lama

b. Dinamis :

Cara berjalan tidak stabil

E. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Knee joint

1. Pemeriksaan Gerak Aktif

Pada pemeriksaan gerak aktif, pasien diinstruksikan untuk menggerakkan

ekstremitas inferiornya secara mandiri tanpa bantuan dari fisioterapis. Adapun

gerakan aktif pada ekstremitas inferior adalah sebagai berikut :

Jenis Gerakan Knee Dextra

Fleksi Nyeri dan tidak ada keterbatasan gerak

Ekstensi Nyeri dan tidak ada keterbatasan gerak

Eksorotasi Tidak nyeri dan tidak ada keterbatasan gerak

Endorotasi Tidak nyeri dan tidak ada keterbatasan gerak

Interpretasi = Pasien merasakan nyeri pada saat gerakan fleksi-ekstensi

knee tetapi tidak terdapat keterbatasan gerak.

2. Pemeriksaan Gerak Pasif

Pada pemeriksaan gerak pasif, fisioterapis menggerakkan ekstremitas inferior

pasien tanpa adanya upaya dari pasien untuk menggerakkannya. Adapun

gerakan pasif pada ekstremitas inferior adalah sebagai berikut :

Jenis Gerakan Knee Dextra


Fleksi Nyeri, tidak ada keterbatasan gerak, firm end feel

Ekstensi Nyeri, tidak ada keterbatasan gerak, hard endfeel

Tidak nyeri, tidak ada keterbatasan gerak, elastis


Eksorotasi
endfeel

Tidak nyeri, tidak ada keterbatasan gerak, elastis


Endorotasi
endfeel

Interpretasi = Pasien merasakan nyeri saat fisioterapis menggerakkan

fleksi-ekstensi kneenya dan dirasakan firm endfeel pada saat gerakan

fleksi yang

berarti terdapat pembatasan oleh kapsul ligament yang memendek.

3. TIMT (Test Isometrik Melawan Tahanan)

Jenis Gerakan Knee Dextra

Fleksi Nyeri dan kekuatan otot minimal

Ekstensi Nyeri dan kekuatan otot minimal

Eksorotasi Tidak nyeri dan kekuatan otot minimal

Endorotasi Tidak nyeri dan kekuatan otot minimal


Interpretasi = Pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan tahanan

gerakan fleksi-ekstensi knee dan pasien hanya mampu meawan tahanan

minimal pada keseluruhan gerakan knee

F. Pemeriksaan Spesifik Dan Pengukuran Fisioterapi

1. Pemeriksaan Fisik

a. Vital sign

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Denyut nadi : 90 x/ menit

Frekuensi pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 ° C

2. Pemeriksaan Spesifik

a. Palpasi

1) Spasme otot quadriceps femoris, otot hamstring, otot

gastrocnemius

b. Apley Test 1

Dilakukan dengan posisi penderita berbaring menghadap ke bawah

(tengkurap) dan tungkai bawah difleksikan sampai 90 derajat. Sementara

tungkai atas distabilkan, tungkai bawah segera diaplikasikan dengan

tekanan ke bawah. Tungkai tersebut kemudian diputar kembali dan

seterusnya. Jika rasa nyen timbul, cedera meniscus terjadi. Tercatat bahwa
terdapat robekan meniscus sebelah medial sewaktu dengan rotasi eksternal

dan robekan meniscus lateral dengan rotasi internal tungkai bawah.

Tujuan :

tes ini ditujukan untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniscus . tes

ini memiliki dua komponen :

1) Tes rotasi kompresi

2) Tes rotasi istraksi

Positif tes :

Nyeri dengan atau tanpa apprehension ketika rotasi

diaplikasikan dibawah kompressi

Interpretasi : Positf Test Karena terdapat Nyeri pada Bagian medial Knee

c. Apley Test 2 :

Pada posisi yang sama dengan tes kompresi cpley (Arnheim, 1993: 548),

pemeriksa menggunakan traksi pada tungkai saat menggerakkannya

kembali dan seterusnya Maneuver mi membedakan robekanpada ligamen

kolateral dari robeknya kapsul dan meniscus. Jika kapsul atau ligamen

terpengaruh, rasa nyeri akan terjadi. Jika meniscus robek, udak ada rasa

nyeri yang terjadi dari traksi dan rotasi.

Tujuan :
tes ini ditujukan untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniscus

positif test :

Nyeri berkurang ketika tes distraksi dilakukan

Interpretasi: Positif tes mengindikasikan tear meniscus

d. Mcmurry’s Test : ( + )

Tes McMurray (digunakan imtuk menentukan kehadiran badan atau

tubuh yang lepas atau longgar pada lutut. Cara kerjanya adalah

(Arnheim, DD, 1993: 547; Brukner P, dan Khan, K., 1993: 343)

pendenta diletakkan menghadap ke atas di atas meja, dengan tungkai

yang cedera difleksikan secara penuh. Pemeriksa meletakkan salah

satu tangan pada kaki (telapak kaki) dengan tangan yang satunya di

atas ujung lutut, jari-jari menyentuh garis sendi sebelah medial.

Pergelangan tangan melakukan gerakan seperti menuliskan

lingkaran kecil dan menarik tungkai ke dalam posisi ekstensi. Pada

saat hal ini terjadi atau dilakukan, tangan pada lutut merasa ada

respon bunyi "klik". Meniscus sebelah medial yang robek dapat

dideteksi pada saat tungkai bawah diputar secara ekstemal,

sedangkan rotasi intemal memberikan deteksi dan lateral yang robek.

Tujuan :

Tes ini digunakan untuk menilai integritas meniscus dan menentukan

lesi pada meniscus

Positif tes :
Nyeri disertai bunyi clicking /popping selama pergerakan

Interpretasi : Positif test karena terdengar Bunyi Clicing pada knee

2. Pengukuran Intensitas Nyeri Menggunakan VAS

Gambar 3.1 Visual Analog Scale (VAS)

Parameter VAS :

0-1 = tidak nyeri

1-2 = nyeri ringan

3-6 = nyeri sedang

7-8 = nyeri berat

9-10 = nyeri sangat berat

Hasil = 4 (Nyeri sedang)

G. Tujuan intervensi fisioterapi

1. Mengembalikan fungsi gerak

2. Mengurangi nyeri

3. Meningkatkan ROM

4. Menguatkan otot Penggerak knee


H. Diagnosa Dan Problematik Fisioterapi

1. Diagnosa Fisioterapi

“Gangguan Aktivitas Fungsional knee joint ”

2. Problematic Fisioterapi

1) Impairment

a) Terjadi kerobekan pada Meniscus

b) Mengalamiketidakstabilanpada patella

2) Activity Limitationan

a) Adanya gangguan ADL

3) Participation restriction

a) terhambat dalam melakukan aktifitas harian dalamrangka rekreasi

dan beribadah

3. Rencana Intervensi Fisioterapi

1) Rencana jangka pendek

a) Mengurangi nyeri yang menjalar

2) Rencana jangka panjang

Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan fungsional pasien

I. Program Intervensi Fisioterapi

1. TENS

a. Tujuan : Tujuannya untuk mengurangi nyeri dan melancarkan

sirkulasi darah.

b. Posisi pasien : Tidur terlentang di bed secara comfortable


c. Posisi fisioterapi : Berdiri di samping pasien

d. Tehnik : Pasien tidur terlentang di bed lalu kedua pad diletakkan

pada bagian latereal dan medial lutut kanannya

e. Dosis

F : 3 kali/minggu

I : 25 mA

T : 2 pad

T : 10 menit

2. Static Kontraksi

Teknik : Pasien dalam keadaan tidur terlentang kemudian tangan

fisioterapi yang kanan diletakkan dibawah lutut pasien dan bersamaan

dengan itu kaki didorso fleksikan kemudian pasien disuruh menekan tangan

fisioterapi.

Tujuan : Latihan ini bertujuan meningkatkan ekstensi dari sendi

lutut

Dosis : Frekuensi 2x seminggu

Intensitas : 8x hitungan/8x repetisi

Treatment : kontraksi isometrik konsentrik

Waktu : 10 menit
3. Latihan Stabilisasi

a. Gerakan luncur lateral atau medial

Posis pasien prosedur :terlentang untuk ekstensi atau tengkurap

untuk fleksi .aplikasi kan Gerak luncur medial atau lateral bebas nyeri

pada plateau tibia secara manual atau dengan menggunakan sabuk

mobilisasi arah gerak luncur sering kali kearah nyeri.

Tujuan : stabilisasi patella

Dosis : Frekuensi 2x seminggu

Intensitas : 8x hitungan/8x repetisi

Waktu : 10 menit

b. Ekstensi lutut terminal posisi rantai tertutup

Posisi pasien dan prosedur : Berdiri, tahanan elastis dilingkarkan

di sekeliling pada distal dan difiksasi dengan struktur yang kokoh

,minta pasien ekstensi lutut terminal secara aktif sambil menumpu

beban sebagian hingga penuh pada ekstremitas bawah yang sakit .


Evaluasi

No Problematic Intervensi Evaluasi

Nyeri Nyeri berkurang dari


1 Interferensi
nilai 4 ke 3
1. Strenghtening

menggunakan

theraband
Spasme otot
2 Spasme otot
2. Static
berkurang
Kontraksi

Anda mungkin juga menyukai