Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGATn.O dan Ny.

S
DENGAN KETIDAKMAMPUAN KELUARGA MERAWAT
ANGGOTAKELUARGAYANG MENDERITA SISTEM
KARDIOVASKULER : HIPERTENSIDENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
MANAJEMEN KESEHATAN DI RW 005
KELURAHAN MULYAHARJA.

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)

Disusun Oleh :

Naomi Mose
18180000037

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
2019

1
2
3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

hikmat-Nya yang telah Dia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis ini.Penulisan Karya Tulis ini dilakukan untuk memperoleh gelar Ners.

Dalam menyusun Karya Tulis ini, penulis mendapatkan data dari Rumah

Sakit PMI Bogor serta didukung oleh data kepustakaan. Adapun judul penulisan

ilmiah ini yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.O dan Ny.S Dengan

Ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita

Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Dengan Masalah

KeperawatanKetidakefektifan Manajemen Kesehatan Di RW 005 Kelurahan

Mulyaharja “ Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis berterimakasih

kepada:

1. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua Umum Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

2. Ns. Eka Rokhmiati, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Program Studi

Sarjana Keperawatan.

3. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep, M. Kep, Selaku koordinator pendidikan

profesiNers.

4
4. Ns. Emi Yuliza, S.Kep, M.Kes, sebagai pembimbing yang selalu

memberikan waktunya, masukan dan dukungan penuh bagi penulis serta

selalu sabar dalam menghadapi penulis.

5. Bapak, ibu dan adik-adikku tersayang yang selalu mendukung dalam doa

setiap waktu.

6. Masyarakat Kelurahan Mulyaharja RW 005 yang penuh kasih dan

pengertian dalam membantu.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas segala kebaikan semua

yang telah ikut berpartisipasi dan selalu memberkati setiap langkah dan rencana

baik kita. Saya berharap karya tulis ilmiah ini memberikan dampak positif dalam

meningkatkan pelayanan keperawatankominitasdimasyarakatdan khususnya bagi

saya sendiri.

Penulis

5
6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………… iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………v

ABSTRACT …………………………………………………………………… vi

ABSTRAK …………………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………...4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 5

D. Manfaat Penulisan…………………………………………………6

BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………. 8

A. Konsep Keperawatan Masyarakat Perkotaan (Urban nursing)…… 8

1. Definisi………………………………………………………….. 8

2. Peran Perawat dalam Keperawatan Masyarakat Perkotaan……9

B. Konsep Dasar Keluarga………………………………………….11

1. DefinisiKeluarga……………………………………………12

2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga…………………12

3. Tipe Keluarga……………………………………………… 16

7
4. Fungsi Keluarga……………………………………………. 18

5. Tugas Keluarga………………………………………………20

C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga……………………………………21

1. Pengkajian………………………………………………………21

2. Diagnosa……………………………………………………….. 25

3. Perencanaan……………………………………………………. 28

4. Pelaksanaan……………………………………………………..31

5. Evaluasi…………………………………………………………31

D. Konsep Penyakit Hipertensi……………………………………………...32

1. Pengertian……………………………………………………………32

2. Anatomi dan Fisiologi………………………………………………..33

3. Etiologi……………………………………………………………….34

4. Patofisiologi………………………………………………………….35

5. ManifestasiKlinis……………………………………………………36

6. Penatalaksanaan……………………………………………………..37

7. Komplikasi…………………………………………………………..38

8. Pengobatan Herbal…………………………………………………...39

BAB III ANALISIS KASUS

1. Pengkajian………………………………………………………….. 41

2. Masalah Keperawatan……………………………………………….49

3. Intervensi Keperawatan…………………………………………….. 50

4. Implementasi Keperawatan………………………………………….53

8
5. Evaluasi ……………………………………………………………..56

BAB IV PEMBAHASAN

1. Profil Lahan Praktik…………………………………………………….. 61

2. Analisis Masalah Keperawatan Dengan konsep Terkait ………………………………63

3. Analisis Intervensi Keperawatan Dengan konsep dan Penelitian Terkait………………...64

4. Implikasi Asuhan Keperawatan Pada KlienHipertensi………………………………..65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………67

B. Saran……………………………………………………………………..6

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

9
Nama : Naomi Mose

NPM : 18180000037
Judul :
“Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Ketidakmampuan Keluarga
Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Sistem Kardiovaskuler :
Hipertesni Dengan Masalah KeperawatanKetidakefektifan Manajemen
Kesehatan Di RW 005Kelurahan Mulyaharja”

ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole
mengalami kenaikan yang mengalami kenaikan yang mengalami batas
normal atau lebih dari (140/90 mmHg). Hipertensi merupakan penyakit
yang bisa menyerang siapa saja, baik mudah maupun tua. Hipertensi
tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan dapat
memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat
mematikan.Hipertensi merupakan kelainan pada kardiovaskuler yang
masih menjadi beban kesehatan masyarakat global karena prevelensinya
yang tinggi. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada setiap
individu berbeda- beda tergantung dari factor- factor yang
mempengaruhinyaanatara lain : Faktor usia, pendidikan, stress, dan
pengalaman klienmerespon dan mengimplementasikan pengobatan
herbal itu sendiri. Salah satu implementasi keperawatankomunitas,
dalam meningkatkan pengetahuan klien dilakukan dengan pemberian
pendidikan kesehatan dan dapat mendemostrasikan pengobatan herbal
diit jus tomat secara mandiri setiap 1 kali dalam satu hari. Hasil karya
ilmiah ini menunjukan pemberian jus tomat dapat menurunkan tekanan
darah yang tinggi. Karyah ilmiah ini diharapkan dapat menjadi studi
kasus keperawatankomunitas yang kemudian dapat kembangkan
menjadi penelitian dan landasan ketidakefektifan manajemen kesehatan.

Kata Kunci : Hipertensi, Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan,


Pemberian Jus Tomat.

10
Nama : Naomi Mose

NPM : 18180000037
Title:
"Family Nursing Care Against Family Inability to Take Care of Family
Members Suffering from Cardiovascular System: Hypertension with
Nursing Problems Ineffective Health Management in RW 005,
Mulyaharja"

Abstrack
Hypertension is a condition where the pressure of systole and diastole
has increased which has increased to normal or more than (140/90
mmHg). Hypertension is a disease that can affect anyone, both easy and
old. Hypertension can not directly kill the sufferer, but can trigger other
diseases that are classified as deadly heavy class. Hypertension is a
cardiovascular disorder which is still a burden on global public health
because of its high prevalence. The ineffectiveness of health
management in each individual varies depending on the factors that
influence it among other things: factors of age, education, stress, and
client experience responding to and implementing herbal medicine
itself. One of the community nursing implementations, in increasing
client knowledge is done by providing health education and can
demonstrate herbal treatments for tomato juice diits independently
every 1 time in one day. The results of this scientific work show that
giving tomato juice can reduce high blood pressure. This scientific work
is expected to be a case study of community nursing which can then be
developed into research and the foundation of ineffectiveness in health
management.

Keywords: Hypertension, Ineffective Health Management, Provision of


Tomato Juice.

11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, Tekanan darah dianggap normal bila kurang

dari 135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari

140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan normal normal

tinggi. Namun bagi orang Indonesia banyak Dokter berpendapat

bahwa tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90

mmHg.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2008

menunjukkandiseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%

penduduk diduniamengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6%

pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan terus

meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. Dari 972 pengidap

hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya

berada di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi

hipertensi di Indonesia cukup tinggi, akibat yang ditimbulkan

menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan salah

satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian

penyakit jantung dan pembuluh darah (Purwanto, 2012).

Data Global Status Report Noncommunicable Disease tahun

2010 daridata WHO menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang

memiliki penderita hipertensi, sedangkan daerah maju hanya 35%.

12
Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi

sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika sebanyak 35%, dan

pada kawasan asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang

setiap tahunya. Sedangkan di Indonesia angka penderita hipertensi

pada tahun 2008 mencapai 32% deengankisaran usia di atas 25

tahun. (Candra 2013).

Pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh

penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat,

memiliki kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang optimal di

seluruh wilayah Indonesia (DEPKES RI, 2012).

Program pengendalian penyakit Hipertensi yang dilakukan

dengan cara melakukan pendekatan kepada sasaran utama yaitu

masayrakat seperti, Promosi kesehatan diharapkan dapat

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta

kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik,

serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.

Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi

seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor

risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi

13
Rekurensi(kambuh) faktor risiko. Kuratif dilakukan melalui

pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian

mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang

dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan

penanganan kegawatdaruratandisemua tingkat pelayanan dengan

melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana

pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.

Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada

keadaan yang lebih buruk dengan melakukan control teratur.

Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan

dengan mengembangkan manajemen rehabilitas kasus kronis

dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelolaan program

dan pelaksana di berbagai tingkatan (Heri,2009)

Selanjutnya untuk meminimalkan peningkatan kasus

hipertensi maka di lakukan pengendalian agar kasus hipertensi

tidak menimbulkan faktor resiko seperti jantung koroner, gagal

ginjal, stroke, dm, maka tindakan yang dilakukan yaitu, mengatasi

obesitas/menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan

garam dalam tubuh, menciptakan keadaan rileks, melakukan

olahraga teratur, dan berhenti merokok khusus untuk hal in metode

yang dapat digunakan untuk menghentikanyayaiitu inisiatif

sendiri, menggunakan permen yang mengandung nikotin dan

14
mendirikan kelompok program, selanjutnya mengurangi

mengonsumsi alkohol.

Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja,

baik muda maupun tua, serta orang kaya maupun miskin.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia.

Namun, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh

penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain

yang tergolong kelas berat dan mematikan (Alim 2011).

Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskuler

yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global karena

prevalensinya yang tinggi. Data dari The National Heart and

Nutrition examination survey(NHNES) dalam dua dekade terakhir

menunjukkan peningkatan insiden hipertensi pada orang dewasa

di Amerika sebesar 29-31%. Hipertensi dikenal sebagai salah

satu kematian utama dari Amerika Serikat (Yogiantoro 2010)

Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi

dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah

tinggi dapat meningkatkan serangan jantung, dan gagal ginjal

(Indriyani, 2009). Laporan Joint National Committe On Detection,

Evaluation, and Treathment of BloodPresure (1993) yang kelima

mengeluarkan panduan baru mengenai deteksi,evaluasi dan

penanganan hipertensi. Komite ini juga memberikan klasifikasi

15
tekanan darah pada individu berumur 18 tahun ke atas, yang akan

sangat berguna sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan

berdasarkan pemahamanbahwa diagnosis didasarkan pada rata-

rata dua pengukuran yang dilakukan secara terpisah (Smeltzer &

Bare, 2002).

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami

peningkatan. Tidak hanya di indonesia, namun juga di dunia.

Sebanyak satu miliar orang di dunia atau satu dari empat orang

dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan, diperkirakan

jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar

menjelang tahun 2025. Oleh karena itu, diperlukan penanganan

serius oleh berbagai pihak untuk menekan angka kematian pada

penderita hipertensi (Indriyani, 2009)

Tekanan darah tinggi atau lebih di kenal istilah hipertensi

merupakan permasalahan medis yang sangat penting terutama di

kalangan usia tua, menurut data yang di keluarkan oleh JNC,

penyakit ini diderita lebih dari setengah populasi berusia 60-69

tahun dan bahkan tiga perempat populasi berusia di atas 70 tahun.

Kompleksitifitas masalah yang di hadapi olehpenderita hipertensi

yaitu sulitnya pengontrolan tekanan darah pada penderita di level

penyelenggaraan primer, seperti keadaan geografis yang

menyulitkan akses kesehatan, kemudian mahalnya biaya

perawatan, keterbatasan sumber daya manusia kompeten terutama

16
di pelayanan perifer, keterbatasan pasokan dan pilihan medikasi

hingga kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari populasi itu

sendiri, sehingga semua masalah tersebut menyebabkan penderita

hipertensi tidak mendapatkan manajemen yang adekuat untuk

mengontrol tensi yang dimilikinya.(Lukito, 2008)

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling

berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovaskuler).

Karena itu data yang di peroleh tentang penyakit jantung kini

mencapai lebih dari dari 800 juta orang diseluruh dunia. Kurang

lebih 10-30% penduduk dewasa dihampir semua negara

mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk

dewasa dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status

kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan

darahnya (Indriyani, 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh Joint National Committee

onHypertension (JNCO), jumlah penderita hipertensi di seluruh

dunia terusmeningkat. Di India , misalnya mencapai 60,4 juta

penderita pada 2002 yang diperkirakan 107,3 juta penderita pada

2025. Di Cina, 98,5 juta penderita dan bakal jadi 151,7 juta

penderita 2025. Dibagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita

hipertensi 2000 dan diprediksi jadi 67,4 juta penderita pada 2025.

Di Indonesia, jumlah penderita hipertesni saat ini mencapai 42,4

juta penderita atau sekitar 21% dari populasi penduduk dan

17
diprediksi jadi 72,1 juta penderita pada 2025 serta kebanyakan

tidak terdeteksi. (Sari, 2009).

Data dari puskesmas kelurahan mulyaharja menunjukan

bahwa jumlah penderita Hipertensi khususnya di RW 005 pada

tahun 2016 sebanyak 34 penderita, selanjutnya pada tahun 2017

sebanyak 44 penderita, dan data terakhir yang di peroleh pada

tahun 2018 sebanyak 49 penderita. Sedangkan dari Januari hingga

April 2019 jumlah penderita hipertensi sebanyak 29 penderita.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik

untuk mengambil kasus asuhan keperawatan pada penderita

hipertensi akan dituangkan dalambentuk studi kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Ketidakmampuan

Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita

Kardiovaskuler : Hipertensi Dengan Masalah

KeperawatanKetidakefektifan Manajemen Kesehatan di Rw 005

Mulyaharja Bogor.

B. Rumusan Masalah

Implementasi keperawatan nonfarmokologi terapi herbal

menggunakan diit jus tomat teknik yang bertujuan untuk

menurunkan tekanan darah. Berdasarkan uraian diatas maka

penulis akan mengaplikasikan implementasi keperawatan

18
nonmarfokologi jus tomat untuk membantu menurunkan tekanan

darah ( hipertensi).

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus gangguan sistem cardiovaskuler dan mampu

menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada

keluarga Tn.O khususnya Ny.N dan keluarga Ny.S khususnya

Ny.S dengan Hipertensi di Kelurahan MulyaharjaRw 005 Kota

Bogor.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn.O

khususnya Ny.N dan Keluarga Ny.S khususnya Ny.Sdengan

kasus“Hipertensi” di Kelurahan MulyaharjaRw 005 Kota

Bogor.

b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga

Tn.O khususnya Ny.N dan keluarga Ny.S khususnya Ny.S

dengan kasus “Hipertensi” di Kelurahan MulyaharjaRw 005

Kota Bogor.

c) Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga

Tn.O khususnya Ny.N dan keluarga Ny.S khususnya Ny.S

dengan kasus“Hipertensi” di Kelurahan MulyaharjaRw 005

Kota Bogor

19
d) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada

keluarga Tn. O khususnya Ny. N dan keluarga Ny.S

khususnya Ny.Sdengankasus “Hipertensi” di Kelurahan

MulyaharjaRw 005 Kota Bogor

e) Mampu melakukan evaluasi pada keluarga Tn.O

khususnya Ny.N dan keluarga Ny.S khususnya Ny.S

dengan masalah“Hipertensi” di Kelurahan MulyaharjaRw

005 Kota Bogor.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Ilmu Keperawatan

a. Sebagai masukan bagi bidang Keperawatan, khususnya

KeperawatanKomunitas dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami tekanan darah

tinggi ( hipertensi).

b. Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang

pengaruh diit jus tomat terhadap pasien tekanan darah

tinggi ( hipertensi) serta dapat digunakan sebagai bahan

pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian

selanjtnya.

2. Bagi Peneliti

Pengalaman yang berharga bagi peneliti untuk menambah

wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta mengembangkan

20
diri khususnya dalam bidang penelitian

keperawatankomunitas.

3. Bagi Perawat

Pengetahuan yang bermanfaat bagi perawat untuk memberikan

intervensi berupa diit jus tomat kepada pasien tekanan darah

tinggi ( hipertensi)

4. Bagi Masyarakat

Pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk

melakukan diit jus tomat ketika mengalami tekanan dara tinggi

( hipertensi).

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Masyarakat Perkotaan (Urban nursing)

1. Definisi

Masyarakat perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan

masyarakat yang lain. Mereka memiliki ciri dan karakter tersendiri

yang membuat mereka memerlukan ruang lingkup area tersendiri

dalam bidang keperawatan. Sebelum membahas tentang keperawatan

kesehatan masyarakat perkotaan, ada baiknya akan dijelaskan terlebih

dulu tentnagdefinisi kota. Menurut Bintarto (2000) kota adalah suatu

sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang

tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen dan corak kehidupan

yang materialistik.

Dalam satu kota diisi oleh suatu golongan spesialis non

agraris dan yang berpendidikan dan merupakan sistem jaringan

kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang

heterogen serta corak matrialis, sedangkan masyarakat perkotaan

adalah masyarakat yang tinggal di kota yaitu wilayah yang memiliki

kegiatan utama bukan pertanian dan biasanya mereka tinggal di kota

bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka. Masyarakat perkotaan

sering disebut urban community. Oleh karena itu urbanisasi adalah

perpindahan penduduk dari desa ke kota. Gejala urbanisasi

22
disebuahkota dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus berubah

(bertambah) dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat.

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan termasuk

dalam lingkup keperawatankomunitas, karena masyarakat perkotaan

merupakan komunitas yang tinggal didaerah perkotaan dengan semua

keadaan dan kondisi yang ada dilingkungan kota. Perawat kesehatan

masyarakat memiliki peran dalam mengelola perawatan kesehatan

dalam daerah tersebut serta menjadi pendidik kesehatan dalam

masyarakat tersebut.

Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik

dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik (Allender,

2001) yaitu merupakan lahan keperawatan, kombinasi antara

keperawatan publik dan keperawatan klinik, berfokus pada populasi,

menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi

kesehatan dan kesejahteraan diri, mempromosikan tanggung jawab

klien dan self care, menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa,

menggunakan prinsip teori organisasi dan melibatkan

kolaborasiinterprofesional.

2. Peran Perawat dalam Keperawatan Masyarakat Perkotaan.

Ruang lingkup praktikkeperawatan masyarakat meliputi:

upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

(preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta

23
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).

Kegiatan praktikkeperawatankomunitas yang dilakukan perawat

mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat

pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum

kegiatan praktikkeperawatankomunitas adalah sebagai berikut:

Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,

keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah

(school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan

di daerah binaan kesehatan masyarakat. Penyuluhan/pendidikan

kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).

a. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang

dihadapi.

b. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang

mereka hadapi.

c. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang

memerlukan penanganan lebih lanjut.

d. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

e. Penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan

kesehatan

24
f. Melaksanakan asuhan keperawatankomuniti, melalui

pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan

kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan

menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha

pendekatan ilmiah keperawatan.

g. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan

keperawatankomuniti.

h. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

dengan instansi terkait dan terakhir memberikan

ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan

keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

B. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap

anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko,

2012). Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah

unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya

(1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

25
bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup

dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya

dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu

budaya.

Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah

tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi

atau perkawinan (Setiadi, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (

1988) keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Setiadi, 2008).

2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan

Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :

a. Tahap I: Keluarga Pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap

pernikahan.

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun

perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga

berencana.

b. Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi

sampai umur 30 bulan)

26
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas

persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan

dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

c. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan

yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan

nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur

keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi

kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia

6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu

mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,

27
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat

menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-

20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali

hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara

orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan

kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan

komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang

meninggalkan rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda

dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas

siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru

yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan

untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan

perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan

dari suami dan istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau

pensiunan)

28
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu

pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki

usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun.

Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan

yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan

penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh

hubungna perkawinan yang kokoh.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki

masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu

pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain

meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri

terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan

keluarga antara generasi.

3. Tipe Keluarga

a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe

keluarga, yaitu :

29
1. Keluarga Tradisional

a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri

dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang

hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari

perceraian, pisah, atau ditinggalkan.

c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa

anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri

e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai

pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah

kawin atau bekerja.

f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau

lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan

dalam daerah geografis.

2. Keluarga non tradisional

a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi

tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah

mempunyai anak

c) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis

kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang

menikah

30
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari

lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara

bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai

pengalaman yang sama.

b. Menurut Allender dan Spradley (2001)

1. Keluarga tradisional

a) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri

dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat

b) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti

ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan

darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi

c) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami

istri tanpa anak

d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang

disebabkan karena perceraian atau kematian.

e) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri

dariseorang dewasa saja

f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari

suami istri yang berusia lanjut.

2. Keluarga non tradisional

a) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa

pertalian darah hidup serumah

31
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan

anak hidup bersama dalam satu rumah

c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin

hidup bersama dalam satu rumah tangga

c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan

Darmawan (2005)

1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang

terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu

kali dan merupakan satu keluarga inti.

2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa

pernikahan

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari

struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh

keluarganya :

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan

Darmawan (2005), yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.

32
b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan

sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang

diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan

tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi

keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh

anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan

perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara

memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali

kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui

keefektifan sumber daya keluarga.

e. Fungsi biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn

keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak

untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan

kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian

33
diantaraanggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka

memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku

anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik

anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

5. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas

keluarga sebagai paparanetiologi/ penyebab masalah dan biasanya

dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada

keluarga (Setiadi 2008). Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan

penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan

persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk

sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana

keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa

takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga

34
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan

keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga

yang sakit.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan

sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan,

sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan

penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan

lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota

keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar

rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas

kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan

fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap

penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan

terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang

baik yang dipersepsikan keluarga.

35
C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh

perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani

norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan

system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.

(Effendy, 1998)

Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan

wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family

Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian

yaitu:

a. Data Umum

1) Identitas kepala keluarga

2) Komposisi anggota keluarga

3) Genogram

4) Tipe keluarga

5) Suku bangsa

6) Agama

7) Status sosial ekonomi keluarga

b. Aktifitas rekreasi keluarga

1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

2) Tahap perkembangan keluarga saat ini

36
3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

4) Riwayat keluarga inti

5) Riwayat keluarga sebelumnya

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

3) Mobilitas geografis keluarga

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

3) Struktur peran (formal dan informal)

4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta

kekuatan keluarga

2) Respon keluarga terhadap stress

3) Strategi koping yang digunakan

37
4) Strategi adaptasi yang disfungsional

g. Pemeriksaan fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota

keluarga

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,

mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas

dan bawah, system genetalia

4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

h. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian

menurut Supraji (2004) yaitu:

a. Membina hubungan baik

Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan

antara lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah

tamah, menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa

kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan yang

ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat

yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim

kesehatan lain yang ada di keluarga.

38
b. Pengkajian awal

Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit

pelayanan kesehatan yang dilakukan.

c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)

Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh

data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang

berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu

mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah

kesehatan yang penting dan paling dasar.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau

perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok

dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk

mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan

(Carpenito, 2000).Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:

a. Anallisa data

Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian

dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah

keperawatan.

b. Perumusan diagnosa keperawatan

Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:

39
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasarmanusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga.

2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan

objektif.

3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga

mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan

menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial

Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan.

Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen

Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).

2) Diagnosa ancaman/risiko

Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat

menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan

diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),

sign/symptom (S).

40
3) Diagnosa nyata/actual/gangguan

Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan

memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual

terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologimengacu pada 5 tugas

keluarga.

Dalam Friedman (!998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan

NANDA yang cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel

dibawah ini:

Kategori Diagnosa Diagnosa Keperawatan


NANDA
 Persepsi kesehatan-  Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
pola manajemen  Perilaku mencari sehat
kesehatan
 Kognitif-pola latihan  Kerusakan penatalaksanaan lingkungan
rumah
 Peran-pola persepsi  Kurang pengetahuan
 Konflik keputusan
 Peran-pola hubungan  Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Konflik peran orang tua isolasi social
 Perubahan dalam proses keluarga
 Perubahan penampilan peran
 Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
 Perubahan menjadi orang tua
 Risiko terhadap kekerasan

41
 Koping pola – pola  Koping keluarga potensial terhadap
toleransi terhadap pertumbuhan
stress  Koping keluarga tidak efektif : menurun
 Koping keluarga tidak efektif : kecacatan

3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan

perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998).

Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu

pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

a. Skala prioritas

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai

skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor

terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai

berikut :

1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

3. Potensi masalah untuk dicegah

4. Menonjolnya masalah

42
Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1
Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan 2 Mudah =2
masalah untuk Sebagian =1
dipecahkan Tidak dapat = 0
Potensi masalah 1 Tinggi =3
untuk dicegah Cukup =2
Rendah =1
Menonjolnya 1 Segera diatasi = 2
masalah Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah
=0
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa

keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang

telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy

(1998).

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

 Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

 Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot

 Jumlahkan skor untuk semua criteria

 Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

b. Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi

serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan

tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis

pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis

43
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat

garis pertahanan tersier (Anderson &Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan

jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang

berorientasi pada lima tugas keluarga.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi

nantinya adalah sebagai berikut :

1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga

mengenai masalah

2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang

belum diketahui dan meluruskan mengenai

intervensi/interpretasi yang salah.

3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga

tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara

menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan

kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.

4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk

kesehatan.

5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa

yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

44
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu:

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung

dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan

perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria

evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)

Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara

subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

45
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon

subyektif dan obyektif.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

(Suprajitno,2004)

D. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Konsep Penyakit Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap

(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa

disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi

korbannya (Lanny dkk, 2004).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat

melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai

dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi,

walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui

(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah

peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi

(tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran

darah (Kurniawan, 2002).

46
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang

ditandai oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit

penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain

seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).

Dari definisi-definisidiatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik

karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2. Anatomi Dan Fisiologi

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak

ditengahtoraks, dan menempati rongga antara paru dan diafragma.

Beratnya sekitar 300g. Fungsi jantung adalah memompa darah ke

jaringan, mensuplai oksigen dan zat nutrisi lain seperti mengangkut

karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.

Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi

ritmik dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung

menjadi lebih kecil karena darah disemburkan keluar. Selama

relaksasi otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi

darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya.

Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai

mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh

47
jantung, yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut

perikardium.

Kamar jantung, sisi kiri dan kanan jantung, masing – masing

tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang

memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Ventrikel adalah

kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium adalah

menampung darah yang datang dari vena dan bertindak sebagai

tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian dikosongkan

ke ventrikel. Katup jantung dibagi menjadi 4 bagian yaitu: katup

trikuspidalis, katup mitral atau bikuspidalis, katup pulmonalis dan

katup aorta (Brunner &Suddarth, 2001).

3. Etiologi

Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh

darah diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal,

otot. Maka konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak

terkontrol adalah gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal

dan stroke. Selain itu jantung membesar karena dipaksa meningkatkan

beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah.

Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola

adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya

tekanan tersebut belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga

dipengaruhi oleh tekanan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang

berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang dapat

48
berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor

keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria

(Smeltzer & Bare, 2001).

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada meduladiotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jenis sarafsimpatis, yang berlanjut kebawah ke

kordaspinalis dan keluar dari kolumnamedikospinalis ke ganglia

simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotordihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui sistem sarafsimpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya neropinefrinmengakibatkaankontriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokontriktor.

Pada saat bersamaan dimana sistem sarafsimpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar

adrenaljugaterangsang, mengakibatkan penambahan

aktifitasvasokontriksi konteks adrenal mengsekresikorsitol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

49
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresialdosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubelusginjal, menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrungmencetuskan

keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

5. Manifestasi Klinik

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-

satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang

sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga

berdengung rasa berat di tengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang

dan pusing (Mansjoer, 2000)

6. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien adalah

mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitaspenyerta dengan

mencapai dan mempertahankan tekanan darah bawah140/90 mmhg.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekaatan non

farmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol,

natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi

wajib yang harus dilakukan pada setiap therapy antihipertensin.

Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria,

50
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau

95mmhg dan diastoliknyadiatas 130 sampai 139mmHg (Mansjoer,

2000)

7. Komplikasi

a. Stroke

Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal sehingga

aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

b. Infarkmiokardium

Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai

cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

c. Gagal ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya

glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,

nefron akan terganggu dan menjadi hipoksia dan kematian.

d. Kerusakan otot.

Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang

intestinumdiseluruh susunan saraf pusat. Neuron-

51
neurondisekitarnyakolaps dan terjadi koma serta kematian (Corvin,

2016)

8. Pengobatan herbal

Tomat (Lyocopercisonlycopersicum) merupakan salah satu

dari jenis terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Tomat

kaya akan kalium. Kerja kalium adalah mempengaruhi sistem renin

angiotensin dengan menghambat pengeluaran. Renin yang bertugas

mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I tetapi karena

adanya blok pada sistem tersebut maka pembuluh darah mengalami

vasodilatasi sehingga tekanan darah akan turun. Kalium juga

menurunkan potensial membran pada dinding pembuluh darah

sehingga terjadi relaksasi pada dinding pembuluh darah dan akhirnya

menurunkan tekanan darah (Monika, 2013).

Tomat mampu mengurangi tekanan darah karena tomat yang

kandungandalam 100 gr tomat seperti kalori 20 kal, protein 1 gr,

karbohidrat 4,2 gr, kalsium 5 mg, kalium 360 mg, besi 0,5 mg,

vitamin c 40 mg, vitamin A 1.500 SI, Vitamin B1 0,06 mg, air 94 gr

( Kumalaningsih, 2014). Dari kandungan yang tertera diatas seperti

kandungan kalium yang cukup tinggi dalam 100 gr tomat, 94%

berupa air yang bermanfaat sebagai pelarut dan membawa sampah

hasil metabolisme tubuh sehingga jika kelebihan kalium atau

natrium dapat dikeluarkan melalui air seni. Proses tersebut dapat

menjaga tekanan darah tetap normal ( Puspitorini, 2014).

52
Dalam 100 gr tomat 360 mg adalah mineral kalium. Kalium

merupakan elektrolit yang berfungsi sebagai pengatur cairan

intraselsehingga mencegah penumpukkan cairan dan natrium dalam

sel yang mampu meningkatkan tekanan darah ( Puspitorini, 2014).

Kalium juga memiliki fungsi sebagai vasodilatasi pada pembuluh

darah. Vasodilitasi pada pembuluh darah dapat menurunkan tahanan

perifer dan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah

dapat normal. Selain itu, kalium dapat menghambat pelepasan renin

sehingga mengubah aktifitas system renin, angiotensin dan kalium

juga mampu mempengaruhi system sarafperifer dan sentral yang

mempengaruhi tekanan darah sehingga tekanan darah dapat

terkontrol ( Brunner &Suddarth, 2009).

Raharjo (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh

pemberian jus tomat terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik

pada penderita hipertensi. Responden diberikan jus tomat selama 7

hari berturut- turut satu hari sebanyak 250 ml/ 1 gelas terbuat dari

150 gr tomat dan 100 ml air.

Prosedur pembuatan jus tomat sebagai berikut: bahan , 100

ml air, tomat 150 gram, gula pasir 5 gram, blender, gelas. Cara

pembuatan : Tomat dicuci bersih di potong menjadi dua kemudian

masukkan dalam blunder sama air dan gula pasir kemudian diblender

sampai halus. Siap di konsumsi.

53
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Kasus 1 :

Keluarga Tn.O ( 50 thn) tinggal di Gg.HarapanRw 005 Rt 04

mulyaharja dari sejak 39 tahun lalu. Tn.O merupakan anak kedua dari

empat bersaudara dan Ny. N merupakan anak pertama dari enam

bersaudara. Tn. O berasal dari suku sunda dan juga Ny. N berasal dari

suku sunda. Keluarga Tn.O beragama Islam dan tidak ada kepercayaan

yang dianut bertentangan dengan kesehatan. Keluarga Tn. O merupakan

keluarga inti yang terdiri dari Tn. O, Ny. N dan anak M dan anak PR. Tn.

O bekerja sebagai buruh kasar dengan penghasilan sebulan 1 juta rupiah,

perekonomian keluarga dengan menjadi pembantu rumah tangga saat

tetangga membutuhkan jasanya.

Ny.N sudah mengalami hipertensi sejak kurang lebih 2 tahun. Ny. N

merasakan adanya perubahan dalam dirinya yaitu mudah lelah, susah

tidur, dan juga terasa tegang pada tengkuk leher. Tn. O mengatakan jika

Ny.N sudah merasakan pusing, tengkuk leher terasa berat, dan mudah

lelah maka Ny.Ndibawah ke puskesmas untuk periksa. Ny.N mengatakan

obat yang di berikan dari puskesmas adalah amlodipine 100 mg, obat

54
diminum setiap malam selesai habis makan. Ny. N mengatakan ketika

merasa pusing dan terasa tegang di tengkuk leher baru Ny.N minum obat.

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny.N didapatkan TD : 150/90 mmHg, N :

87x/m, S : 36, RR : 18x/m. Dalam keluarga Ny.N ada riwayat hipertensi

dari bapak dari Ny.N.

Pada pengkajian Tn.O dan keluarga tidak mengetahui pengertian

hipertensi, dan juga tidak mengetahui penyebab hipertensi, cara

pencegahan dan juga pantangan makanan bagi penderita hipertensi. Tn. O

mengatakan saat ini yang menjadi focus utamanya adalah kesehatan Ny.N

yang harus disembuhkan.

Analisa Data Kasus 1

Data Klien Masalah Etiologi


Keperawatan

DS:
- Ny.N mengatakan dirinya menderita Perilaku
penyakit hipertensi + 2 tahun kesehatan
- Ny.N mengatakan tengkuk leher cenderung
biasanya terasa tegang beresiko pada
- Ny.N mengatakan khawatir kondisi keluarga Tn.O
kesehatannya akan mempengaruhi khususnya Ny.N
aktivitas dan pekerjaannya
- Ny.N mengatakan susah tidur malam
hari
- Ny.N mengatakan masih minum
kopi

55
DO:
- TTV
 TD = 150/90 Mmhg
 N = 75 x/m
 RR = 20 X/M
 S = 36’C

DS: Defisiensi
- Ny.N mengatakan cepat lemas pengetahuan
- Ny.N mengatakan tidak mengetahui pada keluarga
tentang penyebab, gejala dan Tn.O khususnya
pencegahan hipertensi Ny.N

DO:
- Ny.N bertanya tentang penyebab,
gejala dan pencegahan hipertensi
- TTV
 TD = 150/90 Mmhg
 N = 75 x/m
 RR = 20 X/M
 S = 36’C

56
DS: Ketidakefektifan
- Ny.N mengatakan dirinya menderita Pemeliharaan
penyakit hipertensi + 2 tahun Kesehatan
- Ny.N mengatakan masih konsumsi Keluarga Tn.O
ikan asin khususnya Ny.N
- Ny.S mengatakan jarang sekali pergi
ke puskesmas
DO:
- TTV
 TD = 150/90 Mmhg
 N = 75 x/m
 RR = 20 X/M
 S = 36’C

Kasus 2:

Keluarga Ny.S ( 51 thn) tinggal di Gg.HarapanRw 005 Rt 06

Mulyaharja dari sejak 41 tahun lalu. Ny.S merupakan anak ketiga dari

enam bersaudara dan Ny. Ny.S berasal dari suku sunda. Keluarga Ny.S

beragama Islam dan tidak ada kepercayaan yang dianut bertentangan

dengan kesehatan. Keluarga Ny.S merupakan keluarga single parents yang

terdiri dari Ny. S dan anak W. Ny.S sebagai ibu rumah tangga. Dengan,

perekonomian keluarga dengan menjadi pembantu rumah tangga saat

tetangga membutuhkan jasanya.

Ny.S sudah mengalami hipertensi sejak kurang lebih 3 tahun. Ny.S

merasakan adanya perubahan dalam dirinya yaitu mudah lelah, susah

tidur,terasa pusing dan juga terasa tegang pada tengkuk leher. Ny.S

57
mengatakan jika Ny.S sudah merasakan pusing, tengkuk leher terasa berat,

dan mudah lelah maka Ny.Sdibawah ke puskesmas untuk periksa. Ny.S

mengatakan obat yang di berikan dari puskesmas adalah amlodipine 100

mg, obat diminum setiap malam selesai habis makan. Ny.S mengatakan

ketika merasa pusing dan terasa tegang di tengkuk leher baru Ny.S minum

obat. Hasil pemeriksaan fisik pada Ny.S didapatkan TD : 160/90 mmHg,

N : 87x/m, S : 36, RR : 18x/m. Dalam keluarga Ny.S ada riwayat

hipertensi dari ibu dari Ny.S.

Pada pengkajian Ny.S dan keluarga tidak mengetahui pengertian

hipertensi, dan juga tidak mengetahui penyebab hipertensi, cara

pencegahan dan juga pantangan makanan bagi penderita hipertensi.

Ny.Smengatakan saat ini yang menjadi fokus utamanya adalah kesehatan

Ny.S yang harus disembuhkan.

Analisa Data Kasus 2

Data Klien Masalah Etiologi


Keperawatan

DS:
- Ny.S mengatakan dirinya menderita Perilaku
penyakit hipertensi + 3 tahun kesehatan
- Ny.S mengatakan tengkuk leher cenderung
biasanya terasa tegang beresiko pada
- Ny.S mengatakan khawatir kondisi keluarga Ny.S
kesehatannya akan mempengaruhi khususnya Ny.S
aktivitas dan pekerjaannya

58
- Ny.S mengatakan mudah lelah
- Ny.S mengatakan masih makan ikan
asin
DO:
- TTV
 TD = 160/90 Mmhg
 N = 80 x/m
 RR = 20 X/M
 S = 36’C

DS: Defisiensi
- Ny.S mengatakan cepat lemas pengetahuan pada
- Ny.S mengatakan tidak mengetahui keluarga Ny.S
tentang penyebab, gejala dan khususnya Ny.S
pencegahan hipertensi
DO:
- Ny.S bertanya tentang penyebab, gejala
dan pencegahan hipertensi
- TTV
 TD = 160/90 Mmhg
 N = 80 x/m
 RR = 20 X/M
 S = 36’C

59
DS: Ketidakefektifan
- Ny.S mengatakan dirinya menderita Pemeliharaan
penyakit hipertensi + 3 tahun Kesehatan
- Ny.S mengatakan masih konsumsi ikan Keluarga Ny.S
asin khususnya Ny.S
- Ny.S mengatakan biasanya pergi ke
puskesmas
DO:
- TTV
 TD = 150/90 Mmhg
 N = 80 x/m
 RR = 20 X/M
 S = 36’C

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas, maka diagnosa utama yang ditegakkan

adalah :

Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Ny.N dan Ny.S dengan

hipertensi ( ditemukan tanggal 02 Agustus 2019).

Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri adalah pola pengaturan

dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari- hari

untuk pengobatan penyakit dan sekeuelnya yang tidak memuaskan untuk

memenuhi tujuan kesehatan spesifik ( NANDA, 2017).

C. Perencanaan Keperawatan

60
Di bawah ini merupakan perencanaan keperawatan untuk mengatasi

diagnosakeperawatan utama :

a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Ny.N dan

Ny.Sdengan masalah hipertensi

Tujuan umum :

Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan,

keluargadiharapkan mampu meningkatkan kemampuan manajemen

kesehatan diri pada pasien dengan hipertensi.

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 2x50 menit, keluarga mampu :

TUK 1 : ( Jumat, 02 Agustus 2019 )

Keluarga pasien diharapkan mampu mengenal hipertensi dengan

menyebutkan pengertian hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg yang di sebabkan oleh factor keturunan dan juga pola

hidup sehat yang tidak baik seperti stress. Tanda dan gejala hipertensi

pusing, mudah lelah, lemas, dan juga terasa nyeri pada tengkuk leher.

Keluarga pasien diharapkan mampu mengidentifikasi anggota keluarga

yang menderita hipertensi.

TUK 2 :

Keluarga pasien diharapkan mampu mengambil keputusan dalam

merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi,

dengan menyebutkan akibat hipertensi jika tidak diobati yaitu : 1)

stroke, 2) ginjal, 3) penglihatan kabur, ; Menjelaskan cara pencegahan

61
hipertensi yaitu : 1) berolahraga, 2) tidak konsumsi makanan yang

berlemak, 3) hindari stress, 4) banyak istirahat.

TUK 3 :

Keluarga pasien diharapkan mampu merawat anggota keluarga dengan

masalah kesehatan hipertensi , dengan menjelaskan cara merawat

anggota keluarga dengan penyakit hipertensi yaitu : 1) rajin

mengontrol tekanan darah di puskesamas, 2) istirahat yang cukup, 3)

rajin berolahraga, 4) diit jus tomat.

TUK 4 :

Keluarga pasien diharapkan mampu memodifikasi lingkungan yang

sesuai untuk penderita hipertensi yaitu : 1) membuka jendela dan pintu

agar udara bias masuk, 2) menanam obat herbal di taman rumah.

TUK 5 :

Keluarga pasien diharapkan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada dimasyarakat dengan menyebutkan manfaat fasilitas

kesehatan yaitu : 1) mendapatkan perawatan secara langsung, 2)

memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah, 3)

mendapatkan terapi pengobatan ; Menyebutkan jenis fasilitas

kesehatan yakni : 1) puskesmas, 2) Rumah sakit, 3) Klinik dokter.

Keluarga pasien mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan

dan pengobatan penyakit hipertensi.

D. Implementasi Keperawatan

Tanggal 06 Agustus 2019 – 09 Agustus 2019.

62
Kasus 1 :

a. Tuk : 1 ( Selasa, 06 Agustus 2019, pukul 09.00 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga Tn.O tentang penyakit hipertensi yakni

hipertensi adalah tekanan darah yang nilainya >140/90 mmHg.

Menjelaskan tentang penyebab hipertensi, penyebab hipertensi adalah :

factor keturunan, stress yang berlebihan, jarang olahraga, dan pola

hidup yang tidak sehat. Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda

dan gejala hipertensi yaitu : 1) pusing, 2) lemas, 3) mudah lelah, 4)

terasa nyeri pada tengkuk leher. Menanyakan kembali kepada keluarga

Tn.O tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan

gejala hipertensi. Memberikan pujian kepada keluarga Tn.O jika

jawaban keluarga tepat.

Mendiskudsikan Bersama keluarga Tn.O untuk mengidentifikasi

anggota keluarga yang menderita hipertensi.

b. Tuk 2 : ( Selasa, 06 Agustus 2019, pukul 09.30 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat jika hipertensi tidak

segera diobati yakni akan berdampak :1) kematian, 2) kerusakan pada

otak/ stroke, 3) gangguan pada ginjal, 4) kerusakan penglihatan.

Menjelaskan tentang cara mencegah hipertensi yaitu dengan cara : 1)

berolahraga, 2) hindari makanan yang lemak dan asin tinggi, 3) hindari

stress.

Menanyakan kembali kepada keluarga Tn.O tentang akibat jika

hipertensi tidak di obati dan cara pencegahan penyakit hipertensi.

63
Memberikan reinforcement positif kepada keluarga jika jawaban

keluarga sudah tepat.

Membantu keluarga dalam mengambil keputusan dalam melakukan

perawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.

c. Tuk 3 : ( Kamis, 08 Agustus 2019, pukul 09.00 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga Tn.O tentang cara merawat anggota

keluarga dengan penyakit hipertensi yaitu dengan cara : 1) memeriksa

tekanan darah secara rutin, 2) istirahat yang cukup, 3) mengkonsumsi

jus tomat. Mendemonstrasikan kepada keluarga tentang cara

pembuatan jus tomat untuk menurunkan tekanan darah.

Menanyakan kembali pada keluarga Tn.O tentang cara perawatan

penderita hipertensi ; Meminta keluarga Tn.O untuk

mendemonstrasikan pembuatan jus tomat.

Memberikan reinforcement positif kepada keluarga Tn.O jika jawaban

kelauragTn.O tepat dan keluarga mampu mendemostrasikan

pembuatan jus tomat dengan baik.

d. Tuk 4: ( Jumat, 09 Agustus 2019, pukul 10.00 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga tentang lingkungan yang sesuai untuk

penderita hipertensi dengan cara : 1) keadaan rumah yang aman,

nyaman dan bersih, 2) memanfaatkan halaman rumah dengan tanaman

herbal seperti tanaman tomat.

Menanyakan kembali kepada keluarga Tn.O tentang lingkungan yang

sesuai dengan penderita hipertensi.

64
Memotivasi keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan untuk

mengatasi hipertensi.

Memberikan reinforcement positif kepada keluarga Tn.O jika jawaban

keluarga sudah tepat.

e. Tuk : 5 ( Jumat, 09 Agustus 2019, pukul 10.30 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga Tn.O tentang manfaat fasilitas kesehatan

yang ada disekitar lingkungan rumah Tn.O yaitu : 1) mendapatkan

perawatan secara langsung, 2) memperoleh informasi tentang cara

perawatan dirumah, 3) mendapatkan terapi pengobatan ; Menjelaskan

tentang jenis fasilitas kesehatan yaitu: 1) puskesmas, 2) Rumah sakit,

3) Klinik dokter.

Menanyakan kembali kepada keluarga Tn.O tentang manfaat fasilitas

kesehatan dan jenis- jenis fasilitas kesehatan yang dapat di

maanfaatkan keluarga dalam memperol eh pelayanan kesehatan.

Memberikan reinforcement positif kepada keluarga Tn.O jika jawaban

keluarga sudah tepat.

Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk

mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan penyakit hipertensi.

Kasus 2 :

a. Tuk 1: ( Senin, 12 Agustus 2019, pukul 09.30 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga Ny.S tentang penyakit hipertensi yakni

hipertensi adalah tekanan darah yang nilainya >150/90 mmHg.

65
Menjelaskan tentang penyebab hipertensi, penyebab hipertensi adalah :

factor keturunan, stress yang berlebihan, jarang olahraga, dan pola

hidup yang tidak sehat. Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda

dan gejala hipertensi yaitu : 1) pusing, 2) lemas, 3) mudah lelah, 4)

terasa nyeri pada tengkuk leher. Menanyakan kembali kepada keluarga

Ny.S tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan

gejala hipertensi. Memberikan pujian kepada keluarga Ny.S jika

jawaban keluarga tepat.

Mendiskudsikan Bersama keluarga Ny.S untuk mengidentifikasi

anggota keluarga yang menderita hipertensi.

b. Tuk 2 : ( Senin, 12 Agustus 2019, pukul 10.00 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat jika hipertensi tidak

segera diobati yakni akan berdampak :1) kematian, 2) kerusakan pada

otak/ stroke, 3) gangguan pada ginjal, 4) kerusakan penglihatan.

Menjelaskan tentang cara mencegah hipertensi yaitu dengan cara : 1)

berolahraga, 2) hindari makanan yang lemak dan asin tinggi, 3) hindari

stress.

Menanyakan kembali kepada keluarga Ny.S tentang akibat jika

hipertensi tidak di obati dan cara pencegahan penyakit hipertensi.

Memberikan reinforcement positif kepada keluarga jika jawaban

keluarga sudah tepat.

66
Membantu keluarga dalam mengambil keputusan dalam melakukan

perawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.

c. Tuk 3 : ( Rabu, 14 Agustus 2019, pukul 08.30 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga Ny.S tentang cara merawat anggota

keluarga dengan penyakit hipertensi yaitu dengan cara : 1) memeriksa

tekanan darah secara rutin, 2) istirahat yang cukup, 3) mengkonsumsi

jus tomat. Mendemonstrasikan kepada keluarga tentang cara

pembuatan jus tomat untuk menurunkan tekanan darah.

Menanyakan kembali pada keluarga Ny.S tentang cara perawatan

penderita hipertensi ; Meminta keluarga Ny.S untuk

mendemonstrasikan pembuatan jus tomat.

Memberikan reinforcement positif kepada keluarga Ny.S jika jawaban

keluarga Ny.S tepat dan keluarga mampu mendemostrasikan

pembuatan jus tomat dengan baik.

d. Tuk 4: ( Kamis, 15 Agustus 2019, pukul 10.00 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga tentang lingkungan yang sesuai untuk

penderita hipertensi dengan cara : 1) keadaan rumah yang aman,

nyaman dan bersih, 2) memanfaatkan halaman rumah dengan tanaman

herbal seperti tanaman tomat.

Menanyakan kembali kepada keluarga Ny.S tentang lingkungan yang

sesuai dengan penderita hipertensi.

Memotivasi keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan untuk

mengatasi hipertensi.

67
Memberikan reinforcement positif kepada keluarga Ny.S jika jawaban

keluarga sudah tepat.

e. Tuk : 5 ( Kamis, 15 Agustus 2019, pukul 10.30 WIB )

Menjelaskan kepada keluarga Ny.S tentang manfaat fasilitas kesehatan

yang ada disekitar lingkungan rumah Ny.S yaitu : 1) mendapatkan

perawatan secara langsung, 2) memperoleh informasi tentang cara

perawatan dirumah, 3) mendapatkan terapi pengobatan ; Menjelaskan

tentang jenis fasilitas kesehatan yaitu: 1) puskesmas, 2) Rumah sakit,

3) Klinik dokter.

Menanyakan kembali kepada keluarga Ny.S tentang manfaat fasilitas

kesehatan dan jenis- jenis fasilitas kesehatan yang dapat di

maanfaatkan keluarga dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Memberikan reinforcement positif kepada keluarga Ny.S jika jawaban

keluarga sudah tepat.

Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk

mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan penyakit hipertensi.

E. EVALUASI

Berdasarkan pertemuan yang telah dilakukan penulis dengan kedua

klienHipertensi yaitu kepada keluarga Tn.O khususnya Ny.N dan keluarga

Ny.S khususnya Ny.S selama enam minggu melakukan asuhan

keperawatan telah berjalan dengan baik. Penulis melakukan 6 kali

pertemuan dengan keluarga yang terdiri dari 3 pertemuan tahap

pengkajian, dan 3 pertemuan untuk melakukan implementasi. Setelah

68
implementasi selesai dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, penulis

melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan yang

telah ditetapkan oleh penulis sebelumnya.

Kasus 1

Data Subjektif :

Keluarga telah mengatakan mengerti mengenai penyakit hipertensi dan

akibatnya bila penyakit hipertensi tidak diobati. Keluarga mengatakan

akan membawa Ny.Nberobat ke puskesmas untuk menyembuhkan

penyakit hipertensi. Keluarga juga bersedia untuk memeriksakan seluruh

anggota keluarganya ke puskesmas, sehingga bila ada anggota keluarga

yang lain juga menderita hipertensi segera diobati untuk pencegah lebih

lanjut. Keluarga Tn.Ojuga mengatakan sudah melakukan perawatan

kepada Ny.N dengan memberikan jus tomat setiap hari 1 kali. Tn.O juga

sudah melarang Ny.N untuk tidak mengkonsumsi makan yang berlemak

dan asin tinggi seperti daging- danging dan ikan asin. Keluarga Tn.O

mengatakan sudah memodifikasi rumahnya dengan baik. Rumah Tn.O

tidak memiliki pekarangan sehingga Tn.O menanam pohon tomat di

polibek. Keluarga Tn.Omengatakan akan membawa Ny.Nberobatsecara

teratur sampai penyakitNy.Ntuntas.

Data Objektif :

Setiap penulis melakukan implementasi, keluarga menyambut baik

kehadiran penulis dan selalu tampak antusias untuk mengikuti kegiatan

sampai selesai. Keluarga Tn.O terlibat aktif dalam diskusi terutama Ny.N.

69
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi keluarga

tampak dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab dan tanda gejala

penyakit hipertensi. Keluarga Tn.O tampak dapat menyebutkan kembali 4

dari 6pencegahan penyakit hipertensidan menyetujui untuk melakukan

pencegahan awal. Keluarga tampak dapat menyebutkan kembali 2 dari 3

cara melakukan perawatan sederhana pada Ny.N dengan hipertensi.

Keluarga tampak aktif dalam melakukan redemonstrasi setiap demonstrasi

yang dilakukan penulis :redemonstrasi cara pembuatan jus tomat.

Keluarga Tn.O tampak sudah memodifikasi lingkungan rumahnya dengan

menanam tanaman tomat. Ny.N sudah memeriksa tekanan darahnya dari

150/90 mmHg turun menjadi 140/80 mmHg.

Analisa Hasil
Dari kemampuan yang terobservasi atau yang dilaporkan oleh keluarga

maka penulis menganalisa tujuan yang telah ditetapkan penulis baik TUK

1 hinggaTUK 5 telah tercapai.

Planning
Mempertahankan pengobatan Ny.N dan keluarga untuk melakukan

pengobatan herbal jus tomat dan dapat mengaplikasikan perilaku hidup

sehat setiap hari.

Kasus 2

Data Subjektif :

Keluarga telah mengatakan mengerti mengenai penyakit hipertensi dan

akibatnya bila penyakit hipertensi tidak diobati. Keluarga mengatakan

70
akan membawa Ny.Sberobat ke puskesmas untuk menyembuhkan

penyakit hipertensi. Keluarga juga bersedia untuk memeriksakan seluruh

anggota keluarganya ke puskesmas, sehingga bila ada anggota keluarga

yang lain juga menderita hipertensi segera diobati untuk pencegah lebih

lanjut. Keluarga Ny.Sjuga mengatakan sudah melakukan perawatan

kepada Ny.S dengan memberikan jus tomat namun hanya setiap seminggu

1 kali saja karena Ny.N kurang suka mengkonsumsi obat tradisional

seperti jus tomat. An.W juga sudah melarang Ny.S untuk tidak

mengkonsumsi makanan yang berlemak dan garam tinggi seperti daging,

dan ik an asin. Keluarga Ny.S mengatakan dapat bisa memodifikasi

rumahnya dengan baik. Rumah Ny.S memiliki pekarangan rumah dan

Ny.S menanam pohon tomat di halaman rumah. KeluargaNy.Smengatakan

akan membawa Ny.Sberobatsecara teratur sampai penyakitNy.S tuntas.

Data Objektif :

Setiap penulis melakukan implementasi, keluarga menyambut baik

kehadiran penulis dan selalu tampak antusias untuk mengikuti kegiatan

sampai selesai. Keluarga Ny.S terlibat aktif dalam diskusi terutama Ny.S

namun anaknya tidak ikut serta karena tidak selalu berada dirumah.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensiNy.S tampak

dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab dan tanda gejala

penyakit hipertensi. Keluarga Ny.S tampak dapat menyebutkan kembali 3

dari 6pencegahan penyakit hipertensidan menyetujui untuk melakukan

pencegahan awal.Ny.S tampak dapat menyebutkan kembali 2 dari 3 cara

71
melakukan perawatan sederhana pada Ny.S dengan hipertensi. Ny.S

tampak aktif dalam melakukan redemonstrasi setiap demonstrasi yang

dilakukan penulis :redemonstrasi cara pembuatan jus tomat. Keluarga

Ny.S tampak bisa memodifikasi lingkungan rumahnya karena memiliki

pekarangan rumah. Ny.S sudah memeriksa tekanan darah dan hasilnya

dari 160/90 mmHg menurun menjadi 150/90 mmHg.

Analisa Hasil
Dari kemampuan yang terobservasi atau yang dilaporkan oleh keluarga

maka perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik

TUK 1 hinggaTUK 5 telah tercapai.

Planning
Mempertahankan pengobatan Ny.S dan keluarga untuk melakukan

pengobatan herbal jus tomat dan dapat mengaplikasikan perilaku hidup

sehat setiap hari.

72
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Lahan

Kota Bogor adalah sebuah kota di ProvinsiJawa Barat, Indonesia. Kota ini

terletak 59 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-

tengah wilayah Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km²,

namun kini telah berkembang menjadi 118,50 km² dan jumlah penduduknya

1.081.009 jiwa (2017). Bogor dikenal dengan julukan Kota Hujan, karena

memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor terdiri atas 6 Kecamatan

yang dibagi lagi atas sejumlah 68 Kelurahan. Pada masa Kolonial Belanda,

Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit'-)

yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram".

Hari jadi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3

Juni, karena tanggal 3 Juni1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi

sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran. Bogor (berarti "enau") telah lama dikenal

73
dijadikan pusat pendidikan dan penelitian pertanian nasional. Di sinilah

berbagai lembaga dan balai penelitian pertanian dan biologi berdiri sejak abad

ke-19. Salah satunya yaitu, Institut Pertanian Bogor, berdiri sejak awal abad

ke-20. Kota Bogor memiliki banyak ikon wisata, salah satunya Kebun Raya

Bogor yang dikelilingnya mulai dijadikan sarana olahraga baru "Jogging" oleh

warga Bogor semenjak wali kota Bima Arya membenahi pedestrian di

sekeliling Kebun Raya Bogor menjadi lebih lebar dan lebih

menarikKelurahanMulyaharja yang beralamat di Jalan Cibeureum No.13

Kelurahan MulyaharjaKecamatan Bogor Selatan Kota Bogor adalah sebagai

salah satu bagian unit kerja organisasi yang merupakan perangkat Kecamatan

Bogor Selatan, memiliki ciri dan karakteristik sebagai Desa menjadi

Kelurahan baik dilihat dari perspektif territorial, kehidupan, ekonomi, sosial

dan lingkungan. Dimana Kelurahan Mulyaharja dulunya merupakan salah satu

Desa dibawah pemerintahan Kabupaten Bogor. Dengan adanya pemekaran

Kota Bogor ( PP No. 2 tahun 1995 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri tahun

1995 tangga 24 Agustus 1995 tentang perubahan batas – batas wilayah

Kotamadya DT. II Bogor ) dan Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2001 tentang

perubahan Desa menjadi Kelurahan, maka Desa Mulyaharja masuk ke dalam

wilayah Kota Bogor dan berubah status menjadi Kelurahan pada tanggal 01

September 2001.

Secara geografis Kelurahan Mulyaharja yang berada di kaki Gunung

Salak yang udaranya masih asri dan diapit oleh dua sungai yaitu sungai

Cibeureum dan sungai Cipinanggading yang merupakan batas wilayah alam,

74
sebagai batas kelurahan Mulyaharja dengan kelurahan lain. Luas Wilayah

Kelurahan Mulyaharja : 477 Ha. Batas Wilayah mulai dari Sebelah Utara Kali

Cibeureum (Kelurahan Cikaret), Sebelah Selatan : Desa Sukaharja Sebelah

Timur : Kali Cipinanggading, KelPamoyanan dan Kelurahan Rangga Mekar.

Sebelah Barat : Kali CibeureumSukamantri, Ds Kota Batu. Orbitasi, Waktu

tempuh dan Letak KelurahnMulyaharja : Jarak ke pusat kecamatan : 7 Km

Jarak ke pusat Kota Bogor : 8 Km Jarak ke pusat Ibu Kota Propinsi Jawa

Barat : 140 Km Jarak ke pusat Ibu Kota Negara : 60 Km

B. Analisis Masalah Keperawatandengan Konsep Terkait

Keperawatan kesehatan masyarakat termasuk dalam lingkup

keperawatankomunitas, karena masyarakat merupakan komunitas yang

tinggi di daerah dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di

lingkungan. Perawat kesehatan masyarakat memiliki peran dalam

mengelola perawatan kesehatan dalam daerah tersebut serta menjadi

pendidik kesehatan dalam masyarakat tersebut. Peran tersebut telah

dilakukan cukup baik oleh perawat yang bertugas di daerah mulyaharja.

Puskesmasmulyaharja , lokasi tersebut berada ditempat yang strategis dan

mampu di akses oleh oleh masyarakat dari wilayah manapunsehingga

kemampuan perawat komunitas khususnya perawat kesehatan masyarakat

harus mampu dijalankan dengan optimal.

Peran perawat kesehatan masyarakat di mulyaharja sudah berjalan

dengan rutin dimana di adakanposyandu dan posbindu yang telah di

jadwalkan untuk mempermudah masyarakat untuk mengontrol kesehatan.

75
Pada masalah hipertensi yang terjadi di wilayah Rw 005, distribusi

hipertensi bias dikatakan hamper merata. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil skrining yang dilakukan oleh penulis dan teman- teman dengan

menggunakan metode kuesioner dan wawancara di dapatkan 40 orang di

wilayah Rw 005. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh

penulis, factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi di wilayah Rw

005 adalah tidak mengontrol makanannya dan juga karena ada factor

keturunan, serta kuranngya kesadaran akan pentingya perilaku hidup sehat,

khususnya di keluarga Tn.O dan keluarga Ny.S.

Masalah hipertensi yang ditemukan penulis di keluarga Tn.O

terjadi pada Ny.N dan pada keluarga Ny.S terjadi pada Ny.S. Saat

pengkajian kasus pertama, Ny.N mengatakan bahwa sering susah tidur,

mudah lelah, terasa tegang di tengkuk leher, lemas dan pada kasus kedua

Ny.S mengatakan mudah lelah, cepat lemas, dan terasa tegang pada

tengkuk leher . Hasil observasi memperlihatkanNy.N tampak lemas, TD :

150/90 mmHg. Ny.N mengatakan sudah mengalami hipertensi selama 2

tahun sedangkan Ny.S tampak lemas TD: 160/90 mmHg Ny.S mengatakan

sudah mengalami hipertensi sejak 3 tahun.

C. Analisis Intervensi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian

Terkait

Salah satu intervensi yang yang telah dilakukan penulis untuk

mengatasi masalah kesehatan Ny.N dan Ny.Sadalah diit jus tomat.

Intervensi tersebut dilakukan penulis berdasarkan keluhan Ny.Nmudah

76
lelah dan sering lemas dan terasa tegang pada tengkuk leher dan juga

keluhan Ny.S terasa tegang pada leher dan mudah lelah. Penulis

melakukan intervensi tersebut berdasarkan konsep dan teori yang di

kemukakan oleh beberapa ahli di antaranya menurut Sembiring (2015)

mengatakan bahwa kalium yang terdapat dalam jus tomat menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolic dengan menghambat pelepasan rennin

sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air seperti fungsi

deuretik.

Hasil yang di dapatkan setelah Ny.N dan Ny.S diberikan diit jus tomat

adalah pernyataan Ny.N mengatakan sudah bias tidur dengan baik, lemas

berkurang dan Ny.S mengatakan rasa tegang pada tengkuk leher sudah

mulai berkurang. Hasil observasi menunjukkan tekanan darah Ny.N mulai

menurun yaitu TD : 140/90 mmHg dan Ny.S 150/80 mmHg. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan dari Lestari (2014) yakni pemberian jus tomat

secara signifikan dapatkan menurunkan tekanan darah sistolik dan

diastolic pada penderita hipertensi.

D. Implikasi Asuhan Keperawatan pada Klien

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada 2 klien penderita

hipertensi, bahwa masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan

sangatlah kurang. Saat pengkajian pada kedua kasus tersebut klien

Nampak bertanya- tanya tentang hipertensi pada penulis. Untuk mengatasi

masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan penulis melakukan diskusi

bersama keluarga dan klien mengenai defenis, penyebab, tanda gejala, dan

77
pencegahan hipertensi serta pengobatan herbal yang dapat dilakukan oleh

keluarga kepada pasien.

Disaat melakukan asuhan keperawatan pendidikan kesehatan

hipertensi kepada Ny.N dan Ny.S dapat mengatasi masalah

ketidakefektifan manajemen kesehatan. Edukasi yang dilakukan terhadap

klien dan keluarga sebaiknya dilakukan setiap pertemuan. Edukasi yang

diberikan tentang defenis, penyebab, tanda gejala, dan pencegahan

hipertensi serta pengobatan herbal yang dapat dilakukan oleh keluarga

terhadap klien diharapkan saat perawat mengingatkan kembali klien sudah

memahami dengan baik.

Penatalaksanaankeperawatan untuk penderita hipertensi diaataranya adalah

pendidikan kesehatan tentang hipertensi, diit jus tomat. Namun penulis

memutuskan untuk melakukan diit jus tomat sebagai intervensi inovasi

karena diit jus tomat dirasa intervensi paling tepat untuk diterapkan kepada

Ny.N dan Ny.S. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Lestari (2014)

yakni pemberian jus tomat secara signifikan didapatkan menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolic pada penderita hipertensi.

78
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa

oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena

termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya

lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny dkk, 2004).

Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada setiap individu berbeda-

beda tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya :

Faktor Usia, pendidikan, jenis kelamin, pendukung, stress, dan pengalaman

klienmerespon dan mengimplementasikan pengobatan herbal itu sendiri.

Pada dua pasien yang dilakukan diit jus tomat sebagai intervensi

terbukti dapat menurunkan tekanan darah seperti penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya, walaupun terdapat perbedaan yang tidak terlalu

79
mencolok, hal ini dapat disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi

hipertensi seperti yang sudah disebutkan diatas.

B. Saran

Penulis berharapkarya tulis ilmiah ini dapat meningkatkan

pelayanan keperawatan pada pasien hipertensi, khususnya pada klien

dengan masalah perawatan ketidakefektifan manajemen masalah keperawatan.

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah melalui pemberian jus

tomat sangat dianjurkan untuk pasien-pasien hipertensi karena besar sekali

manfaatnya. Penulis juga menyarankan kepada keluarga dan pasien untuk

selalu mengkonsumsi obat herbal jus tomat dan juga penulis menyarankan

kepada keluarga dan pasien untuk selalu pergi ke puskesmas untuk

mengontrol tekanan darah.

80
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandrayoga.2007. Beberapa masalah hipertensi di Indonesia. Dari


(http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-01-vol-xxxvi2010/143-
profil/114-prof-dr-tjandra-yoga-aditama-sppk-mars-dtmah-dtce)
diakses tanggal 21 April 2014

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Brasher, Valentina L.2008.Aplikasi Klinispatofisiologis Pemeriksaan dan
Management . Jakarta: EGC
Brunner &Suddarth. 2000. Buku Ajar KeperawatanMedikal -Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC

Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.


Jakarta: EGC

Depkes RI. (2003). Pedoman Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta


(diperoleh 19 April 2014).

Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Kendal


2013. Kabupaten kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004. Potret BKBM Wilayah
Semarang.Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Doengoes, Marylin. Alih bahasa I Made Karyasa 2001. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Effendy, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek


dalam Keperawatan. jakarta: SalembaMedika
Friedman, Alih bahasa R.L. Ina Debora. 1998.Keperawatan Keluarga: teori dan
praktik, edisi ketiga. Jakarta:EGC.
Herlambang, 2013. Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher
Jhonson, Lenny R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: NuhaMedika.

Kementerian Kesehatan RI. (2008).Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,


RISKESDAS Indonesia Tahun 2007.Depkes, Jakarta.

Lanny dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

81
Mansjoer,Arif, dkk., 2000 . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta
Mubarok, Wahid Iqbal, dkk.2010. ilmu KeperawatanKomunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: SalembaMedika
Murwarni, Arita. 2011.Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Yogyakarta:
GosyenPuplishin.

Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012 – 2014.


Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

2013. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, Bambang. 2012. Hipertensi (Patogenesis, Kerusakan Target Organ


dan Penatalaksanaan)Surakarta: UNS Press.
Rusdi&NurlaelaIsnawati. (2009).Awas! Anda bisa mati cepat akibat hipertensi
& diabetes. Yogyakarta : Power Books (IHDINA)

Smaltzer, C dan Bare, G., B., 2001, Buku Ajar MedikalKeperawatan Bedah,Edisi
8, Penerjemah Agung Waluyo, Jakarta: EGC.

82
83

Anda mungkin juga menyukai