Gingivitis
Gingivitis
PENDAHULUAN
Kebanyakan biopsi dari gingival normal manusia secara klinis mengandung sel-sel
inflamasi yang predominan terdiri dari sel-sel T, dengan sangat sedikit sel B atau
plasma sel. Sel-sel ini tidak merusak jaringan, tetapi mereka akan menjadi penting pada
saat merespon bakteri atau substansi lain yang mengganggu gingival.
Gingivitis bisa berakibat Periodontitis yang berbahaya bagi manusia. Oleh karena
itu, kita perlu untuk mengetahui, mempelajari, serta memahami tentang Gingivitis.
1
1.2 Rumusan masalah
1.2.2 Apa sajakah faktor utama dan faktor predisposisi penyebab dari
gingivitis ?
1.2.7 Mengapa pada skenario gingiva menjadi lebih merah dan mudah
berdarah saat menyikat gigi ?
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Faktor lainnya yang semakin akan memperburuk keradangan adalah :
1. Kehamilan
2. Pubertas
3. Pil KB
4
kehamilan. Jika terluka atau pada saat makan, jaringan gusi yang membengkak
ini mudah mengalami perdarahan.
(http://medicastore.com/penyakit/306/Periodontitis_piore.html)
BAB III
PEMBAHASAN
Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva) dengan keadaan gingiva yang
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk, warna serta konsistensi gingiva. Pada
keadaan ini,tidak ditemukan migrasi junctional epithelium ke arah apikal maupun tulang
alveolar. (www.medicastore.com).
Gingivitis merupakan peradangan gusi yang paling sering terjadi dan merupakan
respon inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung. (Carranza dan Newman, 1996;
Jenkin dan Allan, 1999).
5
3.2. Mekanisme Terjadinya Gingivitis
Secara mikroskopik, beberapa ciri klasik inflamasi akut dapat dilihat pada jaringan
ikat dibawah epithelial junction. Ciri morfologi perubahan pembuluh darah (pelebaran
kapiler dan venula) dan adheren dari neutofil terhadap dinding pembuluh (marginasi)
terjadi dalam 1 minggu dan kadang-kadang lebih cepat 2 hari setelah plak dapat
terakumulasi. Leukosit, Polymorphonuclear Neutrophils (PMN`s) utama, meninggalkan
pembuluh darah kapiler dengan bermigrasi melewati dinding ( diapedesis, emigrasi ).
Mereka dapat terlihat dalam jumlah banyak pada jaringan ikat, epithelial junction, dan
sulkus gusi. Eksudat dari cairan sulkus ginggiva dan protein serum ekstravaskular
terdapat disini.
6
Perubahan juga dapat terdeteksi dalam epithelial junction dan jaringan ikat
perivaskuler pada tahap awal ini. Limfosit segera terakumulasi. Peningkatan pada
migrasi leukosit dan akumulasinya sampai sulkus gusi dapat dikorelasikan dengan
peningkatan aliran cairan ginggiva dalam sulkus.
Karakter dan intensitas respon host menentukan apakah lesi inisial dapat
dipecahkan secara cepat, dengan restorasi jaringan kembali ke keadaan normal, atau
perlahan-lahan berkembang menjadi lesi inflamasi kronik. Jika hal ini terjadi, infiltrasi
makrofag dan sel limfoid muncul dalam beberapa hari.
The early lesion berkembang dari initial lesion dalam 1 minggu setelah permulaan
akumulasi plak. Secara klinis, early lesion mugkin tampak seperti gingivitis awal, yang
berkembang dari inisial lesion. Seiring berjalannya waktu, tanda-tanda klinis eritema
dapat terlihat, terutama proliferasi kapiler dan peningkatan formasi loop kapiler antara
rete pegs atau ridges. Perdarahan pada pemeriksaan mungkin juga terjadi. Aliran cairan
gingiva dan jumlah dari leukosit yang bertransmigrasi mencapai jumlah maksimum
antara 6 sampai 12 hari setelah onset dari gingivitis klinik.
7
PMN`s yang telah meninggalkan pembuluh darah karena respon terhadap stimuli
kemotaktik dari komponen plak yang berjalan ke epithelium, menyebrangi lamina
basalis,dan ditemukan pada epithelium dan muncul di daerah poket.. PMNs menarik
bakteri dan terjadi fagositosis. PMN`s mengeluarkan lisosom berhubungan dengan
ingesti bakteri. Fibroblast menunjukkan perubahan sitotoksik dengan penurunan
kapasitas produksi kolagen.
Pada gingivitis kronis (stage III), yang terjadi 2 atau 3 minggu setelah permulaan
akumulasi plak, pembuluh darah menjadi engorged dan padat, vena kembali dirusak,
dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah anoxemia ginggiva local, yang
ditandai dengan adanya corak kebiru-biruan pada gusi yang merah. Ekstravasasi dari sel
darah merah kedalam jaringan ikat dan terganggunya haemoglobin dalam komponen
pigmen dapat juga memperdalam warna kekronisan inflamasi ginggiva. Established
lesion dapat dijelaskan secara klinis selayaknya inflamasi ginggiva pada umumnya.
8
Predomonan dari sel plasma menjadi karakteristik utama dari established lesion.
Bagaimanapun, beberapa penelitian dari eksperimen gingivitis pada manusia telah gagal
mendemonstrasikan predominansi sel plasma dalam mempengaruhi jaringan ikat,
termasuk satu penelitian dalam durasi 6 bulan. Peningkatan dari proporsi sel plasma
diperjelas dengan gingivitis yang tahan lama, tetapi waktu untuk perkembangan
established lesion mungkin melebihi 6 bulan.
Stage ini terlihat adanya hubungan terbalik antara jumlah kelompok kolagen intact
dan jumlah sel-sel inflamasi. Aktivitas kolagenolitik ditingkatkan dalam jaringan gusi
yang mengalami inflamasi melalui enzim kolagenase. Kolagenase secara normal berada
pada jaringan gusi dan dihasilkan melalui beberapa bakteri oral dan PMN`s.
Established lesion terdapat 2 tipe: beberapa tetap stabil dan tidak mengalami
progress untuk beberapa bulan atau tahun dan yang lain menjadi lebih aktif dan berubah
untuk penghancuran lesi secara progresif. Established lesion juga tampak reversible.
Flora kembali dari karakteristik yang mendukung kerusakan lesi menjadi asosiasi
dengan kesehatan periodontal. Persentase sel plasma menurun drastic, dan jumlah
limfosit meningkat secara proporsional.
Perluasan lesi kedalam tulang alveolar merupakan karakter dari stage ke empat
yang disebut advanced lesion.
9
lesion, sel plasma berlanjut mendominasi jaringan ikat, dan neutrofil berlanjut
mendominasi epithelial junction dan celah gingival.
Pada gingival terdapat tempat di mana bakteri sangat suka hidup ataupun
menempel. Tempat tersebut adalah di Epitelium krevikular gingiva. Epitelium ini
berdekatan dengan sulcus gingival serta tidak terdapat keratin di sana. Namun meskipun
epithelium ini suka di tempat bakteri, bakteri tidak dapat dengan mudah memasukinya.
Bakteri haruslah mengeluarkan hasil metabolit yaitu berupa enzim.
Defisiensi Vitamin C
10
Defisiensi vitamin C akan berpengaruh terhadap proses pembentukan &
pertahanan kolagen, gangguan pembentukan osteoblast, menambah permeabelitas
membrane kapiler, rentan terhadap trauma hemorrhages, hyporeactivity elemen
kontraktil dari pembuluh darah perifer dan kelesuan dari aliran darah.
Defisiensi Vitamin A
11
sel radang, degenerasi sel, pocket formation, dan juga terjadi pembentukan kalkulus
sbugingiva.
Oral Signs.
Ciri lesi adalah punch out, depresi seperti kawah pada puncak papilla interdental,
sesudahnya memperpanjang ke marginal gingival dan jarang menempel pada gingival
dan mukosa oral. Permukaan kawah gingival ditutupi oleh pseudomembran keabuan
membuat garis demarkasi rawa dari remainder gingival mukosa oleh pronounced linear
erythema (Plate IXA). Dalam beberapa contoh, lesi menggundulkan permukaan
12
pseudomembran, membuka margin gingival, yang berwarna merah, berkilauan, dan
hemoragi. Karakteristik lesi adalah cepat menghancurkan gingival dan menggarisi
jaringan periodontal (Plate IXB).
Gejala Oral.
Lesi sangat sensitif jika dipegang, dan pasien mengeluh pada radiating konstan,
menggerogoti rasa sakit yang diperhebat oleh makanan panas atau pedas dan
mengunyah. Ada rasa metalik palsu, dan pasien sadar akan jumlah yang berlebihan dari
saliva yang pucat.
Pasien biasanya bisa berjalan dan mempunyai komplikasi yang minimum. Lokal
lymphadenopati dan kenaikan temperatur adalah ciri umum dari tahap ringan dan sedang
penyakit ini. Pada kasus yang parah, ada tanda komplikasi sistemik seperti demam
tinggi, kenaikan denyut jantung, leukositisis, kehilangan nafsu makan, kelemahan
umum. Reaksi sistemik lebih bahaya pada anak-anak. Insomnia, konstipasi, gangguan
GI, sakit kepala, dan depresi mental terkadang mengikuti kondisi ini.
Clinical Course.
Clinical course bisa bervariasi. Jika tidak dirawat, NUG biga menjadi NUP dengan
destruksi yang progresif pada periodontium dan resesi gingival, diikuti dengan
penambahan keparahan pada komplikasi sistemik.
13
Erosi hanya pada ujung interdental papilla.
Lesi yang berlanjut ke marginal gingival dan menyebabkan erosi lanjutan pada
papilla dan berpotensi menghilangkan seluruh papilla.
Pembukaan tulang.
Horning dan Cohen memperpanjang tahap dari penyakit oral necrotizing seperti
dibawah ini :
Menurut Horning dan Coben, tahap 1 adalah NUG, tahap dua bisa NUG dan NUP
karena kehilangan attachment juga bias terjadi, tahap 3 dan 4 cocok dengan NUP, tahap
5 dan 6 adalah necrotizing stomatitis, dan tahap 7 adalah noma.
Histopatologi.
14
Secara miskrokopis, lesi muncul sebagai inflamasi akut necrotizing pada margin
gingival menyertakan stratified squamous epithelium dan underlying connective tissue.
Permukaan epithelium dihancurkan dan diganti dengan pseudomembranousmeshwork
fibrin, sel nekrotik epithelial, polimorfonuklear leukosit (PMNs dan neutrofil), dan
berbagai tipe mikroorganisme. Ini adalah zona yang terlihat secara klinis pada
permukaan pseudomembran. Jaringan pengikat yang mendasari ditandai dengan
hiperemi, dengan banyak kapiler tertelan dan infiltrasi yang bnayak dari PMNs. Zona ini
muncul sebagai linear eritem dibawah permukaan pseudomembran. Banyak sel plasma
akan muncul disekeliling infiltrasi; ini diinterpretasikan sebagai daerah terbentuknya
marginal gingivitis dimana lesi akut menjadi superimposed
Lesi Awal
Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada tahap ini
hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi superfisial.
Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi.
Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya diregio interdental yang
terlindung mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental
dan meneyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Perubahan terlihat pertama kali di
sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, disebelah apikal dari epitelium jungtion.
Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan
15
dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit-terutama limfosit T-cairan
jaringan dan protein serum. Disini terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui
epitelium fungsional dan eksudat dari cairan jaringan leher gingiva. Selain
meningkatnya aliran eksudat cairan dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis
dari perubahan jaringan pada tahap penyakit ini.
Gingivitis Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut
disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang
terjadi baik pada epithekium jungtion maupun pada epithelium krevikular merupakan
tanda dari pemisahan sel dan beberapa proleferasi dari sel basal. Fibroblas mulai
berdegenerasi dan bundel kolagen dari kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga
seal dari cuff marginal gingiva menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan
jumlah sel-sel inflmasi, 75 % diantaranya terdiri dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel
plasa dan magrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat.
Papila interdental menjadi lebih merah dan bangkak serta mudah berdarah pada saat
penyondean.
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlighat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini
sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium
dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah.
16
Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan inflmasi, tepi
gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar kemungkinan
ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem inflamasi dan
pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam.
Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa
berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini
belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat
adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel terutama dalam
hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dri penyakit ini
adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena
jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat
adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas
pemulihan yang produktif ibni merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi
kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa
akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan
berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna
dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan
mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi
keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurang , bahkan tidak
ada.
Gingivitis dapat terjadi dengan onset yang tiba-tiba dan durasi pendek dan dapat
terasa nyeri.
2. Subakut gingivitis adalah fase yang sedikit lebih parah dari kondisi akut
17
3. Rekuren gingivitis muncul kembali setelah hilang melalui
perawatan atau hilang secara spontan dan muncul kembali.
Biasa disebut gingiva ulseratif akut yang nekrosis (ANUG), selain itu juga
dikenal sebagai infeksi Vincent atau trench mouth. Penyakit ini terdiri dari populasi
bakteri yang kaya dengan bacillus fusiformis dan spirochaeta. ANUG ditandai oleh
demam, limfadenopati, malaise, gusi merah padam, sakit mulut yang hebat, hipersalivasi
yang mendorong bau mulut yang khas.
2. Gingivitis Aktinimikotik
18
Merupakan suatu peradangan hiperplastik terhadap plak mikrobial yang
umumnya mengenai wanita selama pubertas, kehamilan atau menopause. Keadaan
tersebut mulai di tepi dan interdental gusi yang menjadi lebih mencolok di
interproksimal. Tepi gusi tampak merah padam, membengkak dan nyeri, sedangkan
papil-papilnya menjadi lunak, bengkak dan benjol. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan kadar estrogen atau progesteron sebagai akibat dari pergesean-pergeseran
hormonal dan penggunaan pil-pil keluarga. Karenanya kebersihan mulut harus tetap di
jaga karena seringkali pada wanita hamil saat penyikatan meningkatkan rasa mual.
4. Gingivitis Diabetik
5. Gingivitis Leukemik
Manifestasi oral lebih sering dijumpai pada penderita leukimia akut. Leukimia
merupakan suatu kondisi keganasan yang diproduksi oleh sel darah putih. Tanda yang
konsisten dari leukemia akut adalah limfadenopati servikal, malaise, pucat, ulserasi dan
perubahan gusi yang menjadi merah
19
4. Papillary gingivitis, meliputi papilla interdental dan sering
juga melebar kedalam bagian terdekat dari gingival margin. Papilla meliputi
jumlah yang lebih besar dari gingival margin, dan tanda paling awal dari
gingivitis paling sering terjadi pada papillae.
20
3.5. Faktor-faktor Utama dan Predisposisi Penyebab
Gingivitis
1. Peran bakteri
Plaut dan Vincent memperkenalkan konsep bahwa NUG disebabkan oleh bakteri
spesifik: fusiform bacillus dan organisme spirochetal. Rosebury dan teman-teman
menjelaskan fusospirochetal complex terdiri dari T. microdentium, intermediate
spirochetes, vibrios, fusiform basilus, dan organisme berfilamen, sebagai tambahan pada
spesies Borrelia. Loesche dan teman-teman menjelaskan sebuah flora konstan
predominan dan berbagai macam flora berhubungan dengan NUG. Flora konstan terdiri
dari : Prevotella intermedia, Fusobacterium, Treponema, dan spesies Selenomonas.
21
3. Faktor Predisposisi Lokal
Preexisting gingivitis, luka pada gingival, dan merokok adalah faktor predisposisi
yang penting. NUG sering muncul melapiskan penyakit preexisting gingival kronis dan
poket periodontal. Periodontal poket yang dalam dan tutup perikoronal adalah area yang
rentan karena menyediakan tempat yang nyaman untuk proliferasi bakteri anaerob
basilus fusiformis dan spirochetes. Area gingival yang terkena trauma akibat gigi lawan
pada maloklusi, seperti permukaan palatal dibelakang incisor maksilaris dan permukaan
labial gingival pada incisor mandibula, bisa menjadi faktor predisposisi NUG.
5. Faktor Psikosomatik
Penyakit ini sering dihubungkan dengan stress. Gangguan psikologis, dan juga
kenaikan sekresi adrenokortikal adalah umum pada pasien dengan penyakit ini.
6. Faktor Genetik
22
Sindrom Down. Terganggunya fungsi neutrofil atau perubahan
matabolisme jaringan ikat.
7. Faktor Nutrisional
8. Faktor Hormonal
Hormon seks
Saat pubertas dan kehamilan, akan terjadi inflamasi gingiva yang hebat karena
plak, dan dapat reda sendiri saat masa pubertas/kehamilan sudah lewat.
Diabetes
23
Leukemia. Terjadi gingivitis akut karena leukemia monositik, sehingga
gingiva terlihat merah gelap dan bengkak. Selain itu, terjadi kerusakan tulang
alveolar dan goyangnya gigi.
10. AIDS
BAB IV
KESIMPULAN
Macam-macam gingivitis :
1. Berdasarkan Histopatologi
24
a. Lesi awal
b. Gingivitis dini
2. Berdasarkan Waktu
a. Gingivitis akut
b. Gingivitis sub-akut
c. Gingivitis kronis
3. Berdasarkan etiologi
b. Gingivitis aktinimikotik
d. Gingivitis diabetik
e. Gingivitis leukemik
a. Peran Bakteri
e. Faktor Psikosomatik
f. Faktor Genetik
g. Faktor Nutrisional
h. Faktor Hormonal
25
j. AIDS
DAFTAR PUSTAKA
26
Manson,J.D.1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates
PDGI
(http://medicastore.com/penyakit/306/Periodontitis_piore.html
27