Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DENTAL ASISTEN

RUANG OPTIONAL DI KLINIK GIGI

Dosen Pembimbing : Aryani Widayati, S. SiT, MPH.

Disusun oleh:
Denila Della Putri Rinanti (P07125118011)
Tyas Maha Rani (P07125118012)
Wahyu Karunia Putri (P07125118013)
Nadilatiya Lestari (P07125118014)
Titis Nur Safitri (P07125118015)

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Ruang Optional di Klinik Gigi” untuk menjadi sumber nilai dalam mata kuliah
Dental Asisten.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghaturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membimbing serta yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil.
Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh
sebab itu penulis meminta maaf kepada penilai maupun pembaca. Saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Klinik Gigi…………………………………………...……………... 5
2.2 Fungsi dan Tujuan…………………………………………………………… 8
2.3 Klasifikasi Jenis Kegiatan/ Pekerjaan……………………………………...... 8
2.4 Klasifikasi Fasilitas Ruang Klinik Gigi….………………………………….. 9
2.5 Desain dan Denah…………………………………………………………… 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klinik gigi dan mulut merupakan tempat bagi pasien untuk
mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut
dipergunakan, personil yang terlibat adalah dokter gigi (operator), perawat,
pasien, dan pekerja lainnya. Pada klinik gigi dan mulut terdapat beberapa
dental unit yang digunakan untuk keperluan perawatan gigi dan mulut
pasien. Dental unit terdiri dari kursi operator, kursi pasien dan pegangannya,
lampu, tempat kumur, meja instrumen, saliva ejector (suction), high speed
handpiece, low speed handpiece, air-water syringe, dan ultrasonic scaler
(Szymańska, 2007).
Setiap dental unit memiliki potensi sebagai perantara dalam proses
infeksi silang sehingga dokter gigi maupun pasien memiliki risiko tinggi
terhadap paparan infeksi silang (Guida et al., 2012). Infeksi silang
merupakan transmisi agen infeksi antara pasien dengan staf dalam
lingkungan klinis. Infeksi ini dapat bertransmisi melalui kontaminasi
instrumen dengan proses sterilisasi yang tidak tepat dan berpotensi dalam
pembentukan aerosol (Samaranayake, 2012). Sebagian besar prosedur
perawatan gigi memiliki potensi untuk menciptakan kontaminasi aerosol.
Dokter gigi menggunakan instrumen yang memproduksi aerosol seperti
high speed handpiece, ultrasonic scaler, polishing cups, dan air-water
syringe yang digunakan di dalam rongga mulut pasien dengan berbagai
mikroorganisme yang berasal dari saliva, darah, dan plak gigi.
Aerosol merupakan partikel padat atau cair yang berada di udara
dengan diameter kecil dari 50 µm. Aerosol terbentuk ketika alat dengan
tenaga tinggi memerlukan tekanan udara dan semprotan air untuk bekerja
secara efektif. Menurut Freeman (2013), semprotan air berfungsi sebagai
pendingin agar gigi tidak mengalami kerusakan. Semprotan air tersebut
tidak berbahaya, namun jika digabungkan dengan cairan dari dalam
rongga mulut pasien, maka dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi staf
atau pasien (Freeman, 2013). Cairan di dalam rongga mulut seperti saliva
mengandung partikel kecil tak terlihat (dental aerosol) yang terdiri dari
berbagai mikroorganisme (Miller dan Palenik, 2010). Instrumen bertenaga
tinggi yang dapat memproduksi aerosol adalah high speed handpiece,
ultrasonic scaler, polishing cup, dan air-water syringe.
Scaling (skeling) merupakan tindakan pembuangan seluruh
deposit, kalkulus supragingiva, kalkulus subgingiva, plak, dan stain dari
permukaan gigi. Instrumen yang dapat digunakan saat skeling adalah hand
instrument, sonic scaler, dan ultrasonic scaler (Carranza, 2012). Ultrasonic
scaler merupakan instrumen bertenaga tinggi dalam bentuk getaran
berfrekuensi tinggi (ultrasonic) sehingga ujung scaler dapat bergetar antara
18.000-50.000 Hz. Menurut Freeman (2013) dan Pina-Vaz et al. (2008),
ultrasonic scaler merupakan salah satu sumber kontaminasi aerosol yang
utama dan terbesar dalam prosedur perawatan gigi. Aerosol tersebut
berasal dari darah, saliva, debris gigi, plak gigi, kalkulus, dan material
restoratif yang dihasilkan oleh ultrasonic scaler ketika digunakan dengan
semprotan air. Bennett et al, Leggat dan Kedjarune, dan Harrel et al dalam
Szymańska (2007) juga menyebutkan bahwa aerosol paling intensif terjadi
selama perawatan gigi menggunakan ujung (tip) pada ultrasonic scaler.
Bakteri yang dapat ditransmisikan melalui aerosol adalah
Staphylococcus aureus, Meticillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA), Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis, Corynebacterium diphtheriae, Bordetella pertusis, Legionella
pneumophila dan Mycobacterium tuberculosis. Mikitka et al dalam
Sawhney et al (2015) menyatakan bahwa prevalensi penyakit pernapasan
pada dokter gigi sangat tinggi. Hal ini diakibatkan karena bakteri aerosol
tetap dapat berada di udara untuk jangka waktu yang lama dan terhirup
masuk ke dalam paru-paru individu yang rentan serta aerosol dapat
mengapung di udara untuk beberapa waktu sebelum dihirup oleh dokter
gigi atau pasien.
Penggunaan obat kumur sebelum tindakan skeling ultrasonik
merupakan salah satu cara dalam mengurangi kontaminasi aerosol.
Klorheksidin glukonat (0,1-0,2%), essential oil, dan povidon iodin sebagai
obat kumur antiseptik pre prosedural dapat mengurangi mikroba di dalam
rongga mulut yang berkaitan dengan pengurangan jumlah patogen
airborne (Samaranayake, 2012). Samaranayake (2012) juga menyatakan
bahwa berkumur sebelum prosedur perawatan gigi dengan produk
antimikrobial dapat mengurangi tingkat mikroorganisme oral pada aerosol
dan spatter yang dihasilkan selama prosedur dengan menggunakan rotary
instrument seperti ultrasonic scaler atau handpiece.
Klorheksidin merupakan antiseptik bisbiguanid yang tersedia
dalam tiga bentuk yaitu garam diglukonat, asetat, dan asam klorida (Lang
dan Lindhe, 2008). Klorheksidin merupakan antiseptik yang efektif
digunakan untuk bakteri bebas yang terdapat pada saliva dan membran
mukosa rongga mulut (Harrel dan Molinari, 2004). Sebagai agen
antimikrobial, klorheksidin efektif secara in vitro melawan bakteri gram
positif dan negatif, bakteri fakultatif aerob dan anaerob, ragi dan fungi.
Aksi antibakterial tersebut berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
membran sel yang diikuti dengan koagulasi dari makromolekul
sitoplasmik (Eleyet al., 2010). Klorheksidin diglukonat merupakan obat
antimikrobial sintetis yang banyak digunakan sebagai antiseptik spektrum
luas di kedokteran gigi dan hewan sejak tahun 1953. Menurut Logothetis
dan Jean dalam Kaur et al (2013), klorheksidin glukonat lebih efektif
dibandingkan dengan larutan lain dalam mengurangi bakteri aerosol.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1) Apa saja ruang optional di klinik gigi?
2) Bagaimana denah ruang klinik gigi?
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini untuk mengetahui apa saja ruang
optional di klinik gigi dan bagaimana denah yang ada di ruang
klinik gigi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Klinik Gigi

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 028/Menkes/Per/I/2011, pengertian klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin
oleh seorang tenaga medis (Menkes RI, 2001).

Menurut Peraturan Menteri Republik Indonesia


Nomor 028/Menkes/Per/I/2011, klinik berdasarkan pelayanannya dibagi
menjadi 2 yaitu:

1) Klinik Pratama
Klinik yang melayani pelayanan medik dasar.
2) Klinik Utama
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik
atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

Klinik gigi menurut peraturan Menteri nomor


920/Menkes/Per/XIII/1986 merupakan sarana pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang diberikan kepada masyarakat (Utoyo, 2008). Klinik adalah
sarana atau tempat yang dibangun untuk melakukan pelayanan perawatan
kesehatan pada seluruh masyarakat. Klinik gigi adalah sarana atau tempat
yang dibangun untuk melakukan perawatan gigi pada seluruh masyarakat
yang meliputi usaha-usaha pencegahan, pengobatan dan pemulihan
(Depkes RI, 1996). Menurut Utoyo, S. (2008) klinik gigi dibagi menjadi 6
jenis yaitu:
1) Klinik Gigi Orthodonti
Merupakan klinik gigi yang menangani pasien dengan masalah
pertumbuhan, perkembangan, variasi wajah, rahang dan gigi dan
abnormalitas dari hubungan gigi dan wajah serta perawatan
perbaikannya. Secara garis besar, ada dua macam alat orthodonti yang
sering disebut dengan bracket atau behel, yaitu alat orthodonti lepasan
dan cekat. Selain beda cara pemakaiannya, kedua alat ini juga memiliki
fungsi yang berbeda. Pada umumnya alat orthodonti lepasan digunakan
pada anak-anak dengan kasus mudah, sedangkan alat orthodonti cekat
digunakan untuk pasien dewasa atau anak-anak dengan kasus yang lebih
sulit atau kompleks (Indriati, 2010).
2) Klinik Gigi Pedodonti
Merupakan klinik gigi yang menangani masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada gigi dan mulut pasien anak. Hal tersebut dibedakan
dengan pasien dewasa karena pasien anak memiliki jenis gigi yang
berbeda dengan gigi orang dewasa, dimana pasien anak masih memiliki
gigi susu sedangkan pasien dewasa memiliki gigi tetap. Pada anak-anak,
berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan
perhatian khusus (Fajarrid, 2011).
3) Klinik Gigi Prosthodonti
Merupakan klinik gigi yang menangani penggantian satu atau
beberapa gigi asli dan jaringannya yang hilang dengan gigi tiruan. Secara
umum gigi tiruan dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lepas dan
gigi tiruan cekat (Fajarrid, 2011).
4) Klinik Gigi Bedah Mulut
Merupakan klinik gigi yang menangani pasien yang membutuhkan
tindakan bedah, termasuk disini tindakan cabut gigi (ekstraksi) sehingga
didalam bagian klinik ini ada yang disebut bagian eksodonti. Mulai dari
cabut gigi sampai operasi gigi dan mulut dilakukan di dalam klinik gigi
ini (Fajarrid, 2011).
5) Klinik Gigi Konservasi
Merupakan klinik gigi yang menangani perawatan restorasi gigi
(misalnya tambalan gigi, pembuatan mahkota buatan) tiap-tiap gigi.
Terdapat bagian Endodontik yaitu perawatan saluran akar gigi. Segala
upaya yang ditujukan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di
dalam mulut, yang salah satunya dengan membuatkan restorasi pada
tiap-tiap gigi yang membutuhkan (Fajarrid, 2011).
6) Klinik Gigi Periodonti
Merupakan klinik gigi yang menangani pasien dengan perawatan
jaringan penyangga gigi, termasuk diantaranya gusi, tulang rahang, dll.
Misalnya bila gusi terlihat gelap dan mudah berdarah, ini merupakan
salah satu tanda adanya penyakit pada gusi tersebut. Dari pembersihan
karang gigi (skalling) sampai operasi Flap, kuret, dilakukan di klinik gigi
ini (Fajarrid, 2011).
Pada umumnya saat mengunjungi klinik atau praktik dokter gigi
pribadi, tidak disebutkan jenis/macam klinik gigi tersebut, karena klinik
gigi yang dikunjungi merupakan klinik gigi umum yang melayani semua
macam perawatan gigi dan mulut. Rumah sakit atau poliklinik gigi,
ruang perawatan gigi dibagi atas beberapa jenis sesuai jenis perawatan
yang ditangani oleh dokter yang berada di klinik tersebut. Di tiap macam
klinik gigi biasanya ada seorang dokter gigi spesialis, misalnya pada
klinik gigi Orthodonti, disana ditangani oleh seorang Orthodontist
(Spesialis orthodonti) (Utoyo, S., 2008).
2.2 Fungsi dan Tujuan

Fungsi dididirikannya klinik dokter gigi adalah untuk menangani


pasien yang mengalami gangguan pada gigi ataupun untuk melakukan
perawatan rutin.

Tujuan didirikan klinik dokter gigi adalah untuk memperbaiki


pandangan masyarkat tentang tempat klinik dokter gigi sebagai tempat
yang meakutkan untuk di kunjungi. Karena itu penulis ingin melakukan
perancangan interior pada klinik dokter gigi yang dapat membuat
pengunjung merasa nyaman.

2.3 Klasifikasi Jenis Kegiatan/Pekerjaan

Menurut Utoyo, S. (2008), kegiatan klinik gigi terbagi atas dua


kegiatan, yaitu:

1) Kegiatan untuk pasien sebelum dilaksanakan operasi, yaitu:


a. Memberikan penyuluhan mengenai hal-hal penting mengenai
pembedahan;
b. Pendataan pasien dan pengisian consent form;
c. Perawatan gigi dan mulut;
d. Pembedahan atau menghambat penyembuhan setelah pembedahan;
e. Pembuatan alat penutup celah langit- langit sebelum dilakukan
pembedahan;
f. Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut.
2) Kegiatan untuk pasien sesudah dilaksanakan operasi adalah:
a. Penyuluhan setelah pembedahan;
b. Perawatan luka bedah;
c. Buka jahitan;
d. Perawatan gigi dan mulut;
e. Perawatan Ortodonti, Prostodonti dan Pedodonti.
2.4 Klasifikasi Fasilitas Ruang Klinik Gigi

Berikut adalah klasifikasi fasilitas peraturan Menteri kesehatan


Republik Indonesia NOMOR 028/MENKES/PER/I/2011 tentang klinik
yang harus dilengkapi apabila ingin mendirikan sebuah klinik antara lain :

Pasal 9
Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
a. Ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b. Ruang konsultasi dokter;
c. Ruang administrasi;
d. Ruang tindakan;
e. Ruang farmasi;
f. Kamar mandi/wc;
g. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

Pasal 10
Prasarana klinik yang harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik, meliputi:
a. Instalasi air;
b. Instalasi listrik;
c. Instalasi sirkulasi udara;
d. Sarana pengelolaan limbah;
e. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
f. Ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan
g. Sarana lainnya sesuai kebutuhan.
2.5 Desain dan Denah

Tampak Depan Ruang Resepsionis

Ruang Tunggu Ruang Perawatan Gigi

Ruang Istirahat Staff Ruang Arsip


Ruang Peralatan Medis Ruang Area Kamar Mandi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Klinik gigi dan mulut merupakan tempat bagi pasien untuk


mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan,
personil yang terlibat adalah dokter gigi (operator), perawat, pasien, dan
pekerja lainnya.

1) Klinik Pratama
Klinik yang melayani pelayanan medik dasar.
2) Klinik Utama
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik.
Klinik gigi dibagi menjadi 6 jenis, yaitu:
1. Klinik gigi pedodonti
2. Klinik gigi prosthodonti
3. Klinik gigi bedah mulut
4. Klinik gigi konservasi
5. Klinik gigi periodonti

Fungsi dan Tujuan dididirikannya klinik dokter gigi adalah untuk


menangani pasien yang mengalami gangguan pada gigi ataupun untuk
melakukan perawatan rutin.

3.2 Saran

Dengan disusun nya makalah ini diharapkan semua pembaca agar


dapat mengetahui dan memahami tentang apa saja ruang optional di klinik
gigi dan bagaimana denah yang ada di ruang klinik gigi.
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/4599/2/BAB%201.pdf
http://library.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-2-00167-di%20bab2001.pdf

(Bennett et al., 2000; Szymańska, 2007; Miller dan Palenik, 2010; Brookman,
2013; Kaur et al., 2013; Singh et al., 2014).

(Brookman, 2013; Harrel dan Molinari, 2004; Singh etal., 2014; Acharya et al.,
2010; Pina-Vaz et al., 2008; Kaur et al., 2013; Freeman, 2013; Miller dan Palenik,
2010; Samaranayake, 2012)

(Carranza, 2012; Heasman, 2003)

(Eley et al., 2010; Heasman, 2003)

(Eley et al., 2010; Lang dan Lindhe, 2008)

(Freeman, 2013; Acharya et al., 2010; Monteiro et al., 2013)

(Harrel dan Molinari, 2004; Miller dan Palenik, 2010)

(John, 2000; Freeman, 2013; Carranza, 2012; Sawhney et al., 2015)

(John, 2000; Sawhney et al., 2015)

(Swaminathan et al., 2013; Pina-Vaz et al., 2008; Kaur et al., 2013; Miller dan
Palenik, 2010; Dintakurti dan Sudheep, 2010)

(Sawhney et al., 2015; Dintakurti dan Sudheep, 2010; Acharya et al., 2010)

Anda mungkin juga menyukai