“Kecanduan Psikotropika”
NAMA KELOMPOK
Ahmad Julkandri
Arif Agustiansyah
Azan Fariscy
Dian Takwa H
Hafidh Triandha Khan
Raudhatul Muttaqin
T.M. Isro Al Ha’qi
Vabella Desdicha
Vanny Nurdelima Habsi
KASUS 2
“Kecanduan Psikotropika”
Toni 23 tahun seorang bintang sinetron yang sedang
menjalani proyek sinetron kejar tayang. Malam ini ia
dibawa ke UGD karena euphoria berlebihan, berlari-lari
dan berteriak-teriak berlebihan saat merayakan selesai
syuting. Sebelumnya ia baru mengkonsumsi obat penambah
stamina agar bisa lembur. Pasien sudah tidak tidur selama
4 hari. Menurut temannya, Toni sebelumnya mengeluhkan
dada berdebar-debar dan berkeringat. Keadaan umum
pasien tampak iritable, kesadaran berkabut, orientasi
buruk. TTV: TD: 160/100 mmHg, Nadi 120x/mnt,
Respirasi: 30x/mnt, T: 38°C. Pemeriksaan fisik ditemukan
midriasis, elasi (+). Dokter melakukan tatalaksana awal
sambil menunggu pemeriksaan laboratorium darah dan urin.
STEP I TERMINOLOGI
Kecanduan psikotropika
♂, 23 tahun
Euphoria berlebihan, berlari-lari dan berteriak-teriak berlebihan
Mengkonsumsi obat penambah stamina
Tidak tidur selama 4 hari, berdebar-debar dan berkeringat
KU: irritable, kesadaran berkabut, orientasi buruk
Pemeriksaan: midriasis dan elasi (+)
TTV: TD: 160/100 mmHg, RR: 30x/menit, Nadi: 120x/menit, T: 38’C
Tatalaksana awal
Px. Labor: px. Darah dan urin
STEP II QUESTIONS
1. Apa kemungkinan diagnosis dan jenis psikotropika pada kasus?
2. Bagaimana hubungan obat penambah stamina dengan keluhan?
3. Bagaimana terjadinya keluhan dada berdebar-debar?
4. Bagaimana mekanisme obat psikotropika sehingga menyebabkan euphoria?
5. Apa kemungkinan hasil px. Urin dan darah pasien?
6. Apa tatalaksana awal yang diberikan pada pasien?
7. Apa yang menyebabkan pasien kecanduan psikotropika?
8. Apa komplikasi yang terjadi jika menggunakan psikotropika yang berlebihan?
9. Apakah ada tatalaksana lanjutan pada kasus?
10. Bagaimana mekanisme terjadinya peningkatan TTV?
11. Apa yang menyebabkan pasien tidak tidur selama 4 hari?
12. Bagaimana prognosis pada kasus?
13. Mengapa ditemukan elasi (+)?
14. Bagaimana cara mencegah pasien agar tidak kecanduan psikotropika?
15. Bagaimana cara pemeriksaan pada seseorang yang kecanduan psikotropika?
16. Apa hubungan gejala mental dan fisik pada kasus?
17. Apa saja organ yang berhubungan dengan kecanduan psikotropika?
18. Bagaimana kriteria diagnosis pada kasus?
19. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?
STEP III BRAINSTORMING
STEP IV SPIDER WEB
• Faktor Kepribadian
• Faktor Sosio-Budaya
• Faktor Fisik
Maramis (2009)
Klasifikasi Zat Psikoaktif (NAPZA)
menurut UU
NAPZA
Narkotika
Psikotropika
Zat Adiktif
NARKOTIKA
Golongan I
• golongan narkotika yang paling berbahaya. Memiliki daya adiktif
yang sangat tinggi. Tidak boleh digunakan untuk kepentingan
apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
• EX: ganja, heroin, kokain, morfin, opium.
Golongan II
• golongan narkotika yang memiliki daya adiftif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
• EX: petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
Golongan III
• memiliki daya adiftif yang ringan, bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian.
• EX: kodein dan turunannya.
UU No. 35 Tahun 2009
PSIKOTROPIKA
Golongan I
• Memiliki daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk
pengobatan, sedang diteliti khasiatnya.
• Ex: MDMA, LSD, STP.
Golongan II
• Memiliki daya adiktif yang menengah, digunakan untuk kepentingan
pengetahuan dan pengobatan.
• Ex: amfetamin, metaqualon.
Golongan III
• Memiliki daya adiktif yang sedang, digunakan untuk kepentingan pengetahuan
dan pengobatan.
• Ex: amobarbital, pentobarbital, flunitrazepam.
Golongan IV
• Memiliki daya adiktif yang rendah, sehingga digunakan luas untuk
kepentingan pengetahuan dan pengobatan
• Ex: diazepam, barbital, klobazam, nitrazepam.
UU No. 5 Tahun 1997
ZAT ADIKTIF
zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan.
Putus zat
• Simptomatik sesuai gejala klinis
• Subtitusi gol opioid: metadon, bufrenorfin yang diberikan secara tapering off
• Subtitusi non-opioid: klonidin, perlu pengawasan tekanan darah. (Bila sistol <100mmHg
atau diastol <70 mmHg HARUS DIHENTIKAN)
• Pemberian sedatif-hipnotik, antipsikotika dapat diberikan sesuai indikasi.
Kemenkes NOMOR
HK.02.02/MENKES/73/2015
AMFETAMIN
Tanda gejala pengguna Amfetamin
Dosis rendah Dosis tinggi
• Peningkatan stimulasi, insomnia, • Stereotipi atau perilaku yang sukar
dizziness, tremor ringan ditebak
• Euforia/disforia, bicara • Perilaku kasar atau irasional, mood yang
berlebihan berubah-ubah, termasuk kejam dan agresif
• Meningkatkan rasa percaya diri
• Bicara tak jelas
dan kewaspadaan diri
• Paranoid, kebingungan dan gangguan
• Cemas, panik
persepsi
Saraf
• Supresi nafsu makan • Sakit kepala, pandangan kabur, dizziness
• Dilatasi pupil • Psikosis (halusinasi. delusi, paranoia)
• Peningkatan energi, stamina dan • Gangguan cerebrovaskular
penurunan rasa lelah
• penambahan dosis.dapat
• Kejang
meningkatkan libido
• Sakit kepala • Koma
• Gemerutuk gigi • Distorsi bentuk tubuh secara keseluruhan
Dosis rendah Dosis tinggi
• Takikardi • Takikardia, angina
Kardio
vaskular • Hipertensi • Hipertensi
• Palpitasi, aritmia • Kolaps kardiovaskular
pernapasa • Peningkatan frekuensi nafas
• Kesulitan bernapas/ gagal nafas
n dan kedalaman pernapasan
• Mual, muntah • Mulut kering
• Konstipasi, diare, kram
GI • Mual muntah
abdominal
• Kram abdominal
• Berkeringat, pucat • Kemerahan/ flusing
kulit
• hiperpireksia • Hipepireksia disforesis
Kemenkes NOMOR
HK.02.02/MENKES/73/2015
Terapi putus zat
• Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik
• Rawat inap diperlukan apabila disertai gejala psikotik berat, gejala
depresi berat atau kecenderungan bunuh diri, dan komplikasi fisik
lainnya
• Terapi: antipsikotika (haloperidol 3 x 1,5-5mg/ risperidon 2 x 1,5-3
mg), antiansietas (alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg/ diazepam 3 x 5-10
mg, atau klobazam 2 x 10 mg), atau antidepresan golongan SSRI atau
trisiklik/tetrasiklik sesuai kondisi klinis.
Kemenkes NOMOR
HK.02.02/MENKES/73/2015
ALKOHOL
A.Mekanisme kerja alkohol
• Adanya keinginan yang kuat atau • Merupakan salah satu indikator dari
dorongan yang memaksa (kompulsi) sindrom ketergantungan sehingga
untuk menggunakan zat psikoaktif diagnosis sindrom ketergantungan zat
harus turut dipertimbangkan
• Kesulitan dalam mengendalikan
perilaku menggunakan zat • Keadaan ini hendaknya dicatat sebagai
diagnosis utama, bila menjadi alasan
• Keadaan putus zat secara fisiologis rujukan dan cukup parah
ketika penghentian penggunaan zat
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan
• Terbukti adanya toleransi, berupa zat yang digunakan. Gangguan
peningkatan dosis zat psikoaktif yang psikologis (misalnya anxietas, depresi
diperlukan guna memperoleh efek dan gangguan tidur)
yang sama
Khas : pasien akan melaporkan bahwa
• Secara progresif mengabaikan gejala putus zat akan mereda dengan
kesenangan atau minat lain disebabkan meneruskan penggunaan zat.
penggunaan zat psikoaktif
• Suatu keadaan putus zat disertai • Gangguan psikotik yang terjadi selama
komplikasi delirium atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif (biasanya dalam waktu 48
• Gejala prodromal khas berupa : jam) ), bukan merupakan manifestasi
insomnia, gemetar dan ketakutan dari keadaan putus zat dengan
Onset dapat didahului oleh kejang delirium
setelah putus zat
• Gangguan psikotik yang disebabkan
Trias yang klasik dari gejalanya adalah : oleh zat psikoaktif dapat dikenali
Kesadaran berkabut dan kebingungan dengan pola gejala bervariasi yang
Halusinasi dan ilusi yang hidup yang dipengaruhi oleh jenis zat dan
mengenai salah satu pancaindra kepribadian pengguna zat.
Tremor berat
Syarat utama untuk menetukan diagnosis • Onset dari gangguan harus secara
: langsung berkaitan dengan penggunaan
• Gangguan daya ingat jangka pendek zat psikoaktif
dalam mempelajari hal baru, gangguan
sensasi waktu menyusun kembali • Gangguan fungsi kognitif, afek,
urutan kronologis kepribadian atau perilaku oleh zat
psikoaktif yang berlangsung melampaui
• Tidak ada gangguan kesadaran dan jangka waktu khasiat psikoaktifnya
tidak ada gangguan kognitif secara
umum • Gangguan berbeda dari kondisi yang
berhubungan dengan peristiwa putus
• Adanya riwayat atau bukti yang zat. Dimana fenomena putus zat dapat
objektif dari penggunaan alkohol atau terjadi beberapa hari atau minggu
zat yang kronis (terutama dengan sesudah zat dihentikan
dosis tinggi) penggunaannya.
2. Saliva Testing
www.drugs.com
3. Blood Testing
4. Hair Testing
www.drugs.com
Cara pengambilan sampel
laboratorium.bnn.go.id
3. Model Cup/Pot (Multi)
laboratorium.bnn.go.id
laboratorium.bnn.go.id
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
(GMO)
(F00-F09)
Gangguan Mental Organik
• Gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang
dapat diagnosis tersendiri
• Termasuk Gangguan mental simptomatik,
dimana terhadap otak merupakan akibat
sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di
luar otak (extracerebral).
• Tidak adanya bukti klinis yang menyatakan bahwa kondisi mental itu
dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat
menimbulkan demensia.
• Riwayat atau bukti nyata adanya cedera, atau penyakit, pada otak
(terutama bila mengenai struktur diensefalon dan temporal
medial secara bilateral).