1 SM PDF
1 SM PDF
Abstrak
Teori tentang konsep diri telah banyak dibahas oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah
teori independensi dan interpedensi, independen melawan interdepedensi, teori konsep diri Mead,
konsep diri Cooley (looking – glass self), dan konsep diri Goffmann (dramaturgi). Simbol-simbol
ataupun ungkapan dalam kehidupan masyarakat orang Jawa dapat dijadikan sebagai konsep diri,
contohnya rumangsa melu anduweni, wajib melu angkrungkebi, mulat sarira angrasa wani, sugih
tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake.
Kata kunci: budaya, indigeneous psychology, kearifan lokal, konsep diri
26 BULETIN PSIKOLOGI
KONSEP DIRI, BUDAYA JAWA
yang telah tertanam dalam-dalam tidak tersebut terjadi?. Jawaban yang paling
mudah diubah ataupun digeser oleh sederhana adalah karena lingkungan,
pikiran-pikiran yang lain. Nilai budaya hereditas dan lain-lain. Jadi aspek yang
seakan akan merupakan jiwanya yang ketiga dalam ilmu budaya adalah peri-
memberi hidup kepada seluruh kebuda- laku. Perilaku sangat kental muncul dalam
yaan. Kebudayaan adalah segala pikiran kajian psikologi. Kajian yang dimaksud
dan perilaku manusia yang secara fung- tersebut dengan perkembangan ilmu
sional dan disfungsional ditata dalam pengetahuan psikologi adalah psikologi
masyarakatnya (Koentjaraningrat, 1970). lintas budaya. Mengapa kita perlu belajar
Kebudayaan juga masih populer dengan psikologi lintas budaya?
makna seni (art). Tidak boleh dilupakan Berdasarkan pendapat Matsumoto
bahwa kebudayaan harus didukung (2002) bahwa ada tiga kontribusi
dengan dua unsur yang mutlak yaitu seseorang dalam mempelajari perilaku
bahasa dan teknologi tradisional. manusia dan proses mental. Pertama, ilmu
Menemukan persebaran luas suatu pengetahuan yang besar menanamkan
bahasa memang tidak mudah, karena di persamaan dan perbedaan perilaku dan
daerah perbatasan hubungan antarwarga inilah bentuk dari pengembangan teori
dari dua suku bangsa yang tinggal psikologi. Kedua, studi budaya yang utama
berdekatan umumnya berinteraksi sangat adalah berpikir kritis di lapangan.
intensif sehingga terjadi akulturasi Penelitian lintas budaya mengajukan
budaya. Batas bahasa Jawa dan Sunda pertanyaan pertanyaan apakah gagasan
sangat sulit dibedakan karena bahasa yang kita benar atau prinsip-prinsip psikologi
digunakan merupakan hasil akulturasi dapat diaplikasikan dalam masyarakat.
dari dua bahasa. Lain halnya bila dua Ketiga, penelitian dalam budaya
bahasa atau lebih dipisahkan dengan menyediakan penyesuaian-penyesuaian
gunung atau laut yang sulit dilalui atau yang telah disediakan untuk kita yang
batas-batas interaksi yang sulit ditembus, dimungkinkan bangunan psikologi yang
ataupun kedua bangsa yang berbeda universal untuk penyesuaian kehidupan
bahasa. Kebudayan memang wajib mena- yang lebih baik dalam ranah pluralistik
ruh perhatian pada kesenian ataupun dan perbedaan budaya.
teknologi tradisional. Semua itu telah Tema tema dalam psikologi lintas
dilakukannya karena kebudayaan tidak budaya tidak terbatas pada topik topik
dapat hadir tanpa karya-karya para tertentu. Kata lain psikologi lintas budaya
leluhur yang dinamakan teknologi tradi- tertarik beragam tema dan fenomena yang
sional. Bagi ilmu pengetahuan kesenian terkait dengan perilaku manusia. Perilaku
tidak hanya dinamakan tari-tarian tetapi manusia berbeda-beda, maka psikologi
seni pembuatan tekstil (batik, ikat, dan sebagai pisau pembedah menganalisis
songket) juga masuk dalam bingkai perilaku manusia dan proses mental
kebudayaan. seseorang itu apakah bersifat universal
Hal lain yang tidak bisa dilupakan ataukah culture spesific berlaku bagi orang-
dalam bingkai ilmu budaya adalah orang tertentu di budaya-budaya tertentu.
perilaku manusia. Perilaku manusia antara Tulisan ini mengkaji konsep diri perilaku
daerah satu dengan daerah lain berbeda, orang Samin di Kudus dan Pati. Orang-
begitu juga antar bangsa satu dengan orang Samin tersebut mempunyai ajaran
bangsa lain juga berbeda. Mengapa hal atau konsep diri yaitu: menolak sekolah
BULETIN PSIKOLOGI 27
SALIYO
28 BULETIN PSIKOLOGI
KONSEP DIRI, BUDAYA JAWA
Self dapat dibentuk dan dikonsep dengan si. Diri adalah sifatnya terpusat dinamis
berbagai metode. Survei lintas budaya dari kesadaran, emosi, penilaian dan
tentang self pada tahun 1912/1968 telah di tindakan yang tertata menjadi suatu
dukung oleh Durkheim bahwa self adalah keseluruhan yang khas dan hadir secara
pruduk sosial. Mauss’s (1938/1985) iklim konstras baik terhadap keseluruhan
adalah katagori self yang substansi tidak keseluruhan lain yang sejenis maupun
terbatas variasinya. terhadap suatu latar belakang sosial dan
Isi yang tepat dan struktur inner self natural. Pandangan mengenai self menda-
barangkali berbeda dengan budaya yang patkan bentuk suatu yang unik dalam
berbeda. Selanjutnya public self didapatkan setiap pribadi dan bersifat internal
dari relasi masyarakat satu dengan masya- (Johnson, 1985; Samson, 1985, 1988, 1989;
rakat yang lain dan institusi sosial yang Waterman, 1981). Esensi dari konsep self
memberikan nilai pada budaya. Triandis adalah otonomi, independen setiap pri-
(1989) berpendapat bahwa self sangat badi. Hal yang serupa label yang sama
signifikan berkaitan dengan private. Aspek dengan individual adalah egosentris.
inner versi public itu berkaitan dengan Orang sering berasumsi bahwa rata-rata
pengaturan perilaku yang dapat berubah- budaya barat adalah individualistik seba-
ubah. Kenyataanya, bahwa sesuatu yang liknya non barat tidak individual (Markus
dikira tidak rasional dalam antropologi & Kitayama,1991).
menjadi rasional (lihat Allen, 1985). Ini Budaya non barat tidak mengasum-
sama dengan budaya kepastian kesem- sikan ataupun menghargai keterpisahan
patan bahwa individu memiliki perasaan yang kentara. Budaya tersebut lebih
yang signifikan sebagai sifat seseorang menekankan apa yang disebut keterkaitan
yang berhenti pada kesadaran. Hal yang yang mendasar pada manusia. Tugas
lain, rasa memiliki hubungan sosial men- utama dalam budaya timur adalah
jadi lebih kuat dan membuat perasaan penyesuaian diri yang tepat dan mem-
lebih baik. Rasa memiliki berkaitan pertahankan interdependensi di antara
dengan relasi manusia sebagai refleksi individu.
kesadaran. Banyak individu dalam budaya yang
Pada budaya barat, keimanan melekat dibesarkan untuk menyesuaikan diri
pada pribadi seseorang dengan jelas. dengan orang dalam suatu hubungan atau
Aturan atau norma penting sekali dalam kelompok. Gambar 1 menjelaskan
budaya. Mengapa? Karena, hal tersebut hubungan interdependent seseorang dengan
dapat menjadikan kemandirian dari yang kemampuan membaca ”maksud orang
lain untuk mengekspresikan sesuatu yang lain,” ”menjadi orang simpatik,” ”menja-
bersifat unik (Johnson, 1985; Marsella; et lani peran yang diberikan pada dirinya,”
al., 1985; Miller, 1988; Shweder & Bourne, dan ”bertindak pantas.” Semua itu adalah
1984). tugas-tugas budaya yang dirancang dan
Hampir dua dekade yang lalu seorang terseleksi lewat sejarah dalam suatu
antropolog yang bernama, Geertz (1975) kelompok budaya untuk mendorong terja-
mengkaji diri dipandang sebagai suatu dinya interdepedensi diri dengan orang
jagad motivasional dan kognitif yang lain.
terbatas, unik dan kurang lebih terintegra-
BULETIN PSIKOLOGI 29
SALIYO
mother
mother father
xxxx father
xxxx x
friend xxx xxx
xxxx self xx
Self sibling xxxxxxxxxx xxx sibling
xxx xxxxxxxxxxxxx xxxx friend xxxxxxxxxxxxxxx xxxx
xxxxxxx Co-worker x xx xxxx
xx xxxxx xx xxx Co-worker
friend xxxxxx friend
30 BULETIN PSIKOLOGI
KONSEP DIRI, BUDAYA JAWA
adalah struktur sosial, yang timbul dari memudahkan proses sosial dimana
pengalaman sosial sedangkan bahasa masing-masing tahu apa yang dipertun-
adalah penghubung antara diri dan jukan oleh orang lain. Tetapi sayangnya,
masyarakat. analisis dramaturgi Goffman orang banyak
Pendapat lain yang menjelaskan menilai sinis, bermuka dua, penjilat, sok
konsep diri adalah Goffmann (1959, 1967), pahlawan, oportunis dan munafik dan
Goffmann mengusulkan perluasan paham nilai-nilai lain.
interaksi simbolis ke dalam suatu metafor Penelitian saat ini dalam psikologi
dramatugis dengan menyatakan bahwa: sosial tentang konsep diri tersusun dari
individu itu mengadakan pertunjukan multifaktor fenomena. Diantaranya adalah
(show) bagi orang lain dengan mengatur persepsi, image, skema, dan prototip
kesan-kesan yang dia berikan kepada (Markus & Wurf, 1987; Marsh & Hattie,
orang lain tentang dirinya sendiri. Dia 1996). Perkembangan ini serupa dalam
meneliti dengan cermat dan tenang teknik- sosiologi bahwa konsep diri didefinisikan
teknik yang digunakan setiap hari oleh dalam bentuk multidefinisi (Schlenker,
diri kita masing-masing agar cipta indi- 1985; Stryker, 1980). Pengukuran konsep
vidu terlihat. Analisis dramaturgi diri yang dilakukan oleh Robert dan
Goffmann terhadap masyarakat Donahue (1994) menggunakan metrik dari
menawarkan cara berguna untuk menguji sifat-sifat self concept. Gecas (1982) mene-
masyarakat dimana orang tidak mencoba gaskan bahwa isi dari self concept adalah
untuk berbuat tetapi menjadi sesuatu. terdiri dari persepsi sosial identitas
Mungkin akan lebih tepat dinamakan personal, dan pemilikan sifat. Ditambah
“pencitraan diri” sebagai bagian proses lagi pendapat Bandura (1986, 1991) bahwa
sosialisasi, hal ini berkaitan untuk sekarang penggunaan self efficacy mempu-
menunjukan siapa saya, dan siapa dia nyai pandangan pengukuran self dalam
dalam waktu-waktu tertentu. bentuk kompetensi.
Mead menyajikan perkembangan diri Self concept sebagai dasar motivasi
dalam masyarakat dengan suatu pertun- eksternal ketika seseorang mempunyai
jukan diri yang stabil dan berkelanjutan. hubungan langsung dengan yang lain.
Goffmann menyajikan diri – diri jangka Pada kasus seperti ini ideal dari self concept
pendek yang fokus saat ini dalam peranan mengadopsi pada peran harapan dari
ini dan saat ini dalam hal pengaturan referensi kelompok. Ada dua hal yang
kesan dan penampakan pribadi dihadapan menjadi dasar untuk bertindak dari
orang banyak. Bagi Mead diri dan individu untuk referensi anggota kelom-
masyarakat merupkan saudara kembar. pok yaitu: penerimaan dan setelah moti-
Bagi Goffmann diri dan masyarakat vasi adalah status. Dua hal tersebut status
berinteraksi dalam episode-episode sing- dan penerimaan dengan teori McClelland
kat dimana naskah adegan diikuti sampai (1961) kebutuhan afiliasi dan kebutuhan
habis, tetapi ketika permainan selesai kekuasaan. Self concept menjadi dasar
individu tersebut menanggalkan kostum motivasi internal bagi seseorang ketika
dan memakai pakaian yang lain untuk seseorang mempunyai tujuan secara
episode selanjutnya. Individu yang berpe- internal dalam diri. Dasar internal ini
ran dengan teori Goffmann itu bukanlah dalam McClelland (1961) sebagai teori need
peran menipu, itu adalah adaptasi diri for achievement.
terhadap peranan yang berbeda untuk
BULETIN PSIKOLOGI 31
SALIYO
32 BULETIN PSIKOLOGI
KONSEP DIRI, BUDAYA JAWA
harus mawas diri. Meneliti diri menjadi Mengurangi hawa nafsu, Bertapa sepenuh
orang baik atau tidak dalam masyarakat. hati, Baik siang dan malam, Membangun
Ungkapan yang lain adalah; Ngelmu enaknya hati sesama. Ini adalah contoh
iku kelakone kanthi laku, Lekase lawan kas, perilaku yang dilakukan panembahan
Tegese kas, nyantosani, Setya Budya pengekese senapati mataram yang dapat menahan
dur angkara (Marbangun, 1983). Artinya, hawa nafsu siang dan malam dengan
ilmu itu jalannya karena dilaksanakan, sepenuh hati serta berinteraksi dengan
Mulainya dengan kas, Maksudnya kas, teman, tetangga saudara dengan budi
kemauan yang keras, Teguh iman dan pakerti yang baik. Barangkali ungkapan-
budi menghadapi segala godaan. Makna ungkapan yang di atas adalah ajaran
ungkapan manfaat ilmu karena dilaksa- orang Jawa. Kalau dalam psikologi dapat
nakan dengan syarat ada kemauan keras, dikata itulah konsep diri perilaku orang
keteguhan iman dan budi serta tahan Jawa.
segala cobaan nafsu yang akan menjatuh-
kan martabatnya. Ungkapan yang cukup Penutup
populer adalah; Sugih tanpa banda, Digdaya
tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa Independensi dan interpedensi
ngasorake (Marbangun, 1983). Artinya kaya (Markus & Kitayama, 1991) untuk budaya
tanpa harta benda, Sakti tanpa jimat atau barat lebih tepat dengan indepedensi,
senjata, Menyerbu tanpa bala tentara, dan karena masyarakat memberikan ruang
Menang tanpa mengalahkan atau meren- terbuka untuk ekspresi menjadi hal yang
dahkan. Ungkapan tersebut mengandung unik, sedangkan untuk Asia lebih tepat
makna bahwa orang Jawa kaya tanpa interpedensi, karena masyarakat tidak
harta, tetapi kaya hati. Ini artinya bukan terlalu memberikan public sphere untuk
berarti harus miskin, tetapi kaya harta juga berekspresi. Masih terikat budaya kolektif/
kaya budi pekerti. Sakti tanpa senjata, paguyuban sehingga batas-batas norma
orang tidak perlu sombong dengan sosial masih kental. Independen lawan
kekuatan fisik ataupun kekuatan ilmunya, interdepedensi: dalam budaya tentu ada
tetapi kekuatan karena budi pekerti dan variasi diantara anggota dalam hal pema-
imannya menjadi cahaya. Selanjutnya haman diri yang independent/inter. Pria dan
nglurug tanpa bala, bahwa dalam berperang wanita mempunyai pemahaman diri yang
bersifat satria, berani sendiri tanpa teman berbeda, bahkan dalam satu kelompok
dan kelompoknya. Menang tanpa ngasorake, etnis dan gender akan ada perbedaan
bahwa ketika berperang itu menang tanpa pemahaman diri (Gilligan, 1982). Inilah
merendahkan atau membuat malu lawan. kelebihan dua teori di atas bahwa perbe-
daan sangat penting dalam mempelajari
Ungkapan lain adalah, Nuladha laku
budaya.
utama, Tumraping wong tanah Jawi, Wong
Agung ing Ngeksiganda, Penembahan Teori konsep diri Cooley yaitu (looking
Senapati, Kapati Amarsudi, Sudaning Hawa – glass self) kelemahannya adalah konsep
lan Napsu, Pinesu tanpa brata, Tanapi ing diri yang statis. Alasanya bahwa orang
siang ratri, Amangun karyenak tyasing terlahir dari individu dulu baru masya-
sasama (Marbangun, 1983). Artinya contoh rakat. Kelebihannya adalah teori ini akan
perilaku utama, Bagi orang tanah Jawa, membawa yang positif baik seorang indi-
Orang Agung dari Mataram, Panembahan vidu sebagai diri yang membangkitkan
Senapati, Habis-habisan berusaha, emosi-emosi yang lebih kuat daripada
BULETIN PSIKOLOGI 33
SALIYO
yang bukan diri. Hanya melalui perasaan yang mempunyai perilaku sesuai dengan
subjektif diri dapat diidentifikasikan ungkapan tersebut dipastikan adalah
(percaya diri). Kelemahannya sebaliknya orang yang baik.
bila identifikasi negatif akan menjadi
kurng bagus (inferior). Teori konsep diri
Daftar Pustaka
Mead, kelebihanya adalah konsep diri
bersifat progresif, berkembang sesuai Adam, M. (2007). Self and Social Change,
perkembangan masyarakat, karena masya- Sage Publication Ltd.
rakat lebih dulu daripada individu. Kon-
Areppattamannil, S., & Freeman, J.G.
sep diri lahir dari masyarakat. Ada slogan
(2008). Academic Achievement, Aca-
atau ’adagium’ orang yang memakai teori
demic Self Concept, and Academic
ini dengan perkataan “Wani ngalah luhur
Motivation of Imigrant Adolescents in
wekasane, berani mengambil risiko walau-
the Greater Toronto Area Secondary
pun pahit rasanya, gentleman, kesatria.
Schools, Journal of Advanced Academic,
Kelemahannya orang yang memakai teori
19(4), 700-743.
ini tidak selalu untung. Teori Konsep diri
Goffmann (dramaturgi). Kelebihannya teori Berry, J. W., Fortinga, Y. P., Segall, M. H.,
ini menawarkan cara yang berguna untuk & Dasen, P. R. (1994). Cross-cultural
masyarakat menjadi sesuatu. Dalam psychology: Research and applications,
berperan melihat situasi yang tepat. Teori Cambridge University Press.
ini tepat untuk diaplikasikan dalam politik Burn, R. B. (1979). The Self Concept; Theory
karena akan selalu untung. Tetapi sayang- measurement development and behaviour,
nya teman-teman atau koleganya menga- Arrangement with Longman Group
takan sinis, munafik, oportunis dan meja- UK Ltd, London.
dikannya sebagai ’bemper’. Chan, D. W. (2002). Perceptions of
Baik bagian teori di atas dapat dite- Giftedness and Self – Concept Among
rapkan di pertempuran politik. Sayang- Junior Secondary Students in Hong
nya, bagian lebih banyak rugi dalam Kong, Journal of Youth and Adolescence,
politik dan ngalah tetapi kesatria, sedang- 31(4), 243-252.
kan bagian banyak untung tetapi opor- Cuskelly, M., Ziviani, M. J., & Poulsen, A.
tunis. Untuk ungkapan-ungkapan Jawa A. (2008). Leisure Time Physical
dikatakan teori memang perlu dikaji Activity Energy Expenditure in Boys
mendalam. Tetapi, paling tidak bahwa With Developmental Coordination
ungkapan ungkapan tersebut mengan- Disorder: The Role of Peer Relations
dung makna tentang perilaku yang baik Self Concept Perceptions, Occuption,
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat Participation and Health, 28(1), 30-39.
dikatakan, bahwa hal tersebut adalah
Geertz, C. (1975). On the nature of
konsep diri yang baik bagi orang Jawa.
antropological understanding Ameri-
Kelemahannya adalah bahwa ungkapan
can Scientist, 63, 47 – 53.
ungkapan tersebut menggunakan bahasa
Jawa krama inggil, hal tersebut menyebab- Gergen, K. J. (1970). The Concept of Self,
kan generasi sekarang terkadang kesulitan Holt Rinehart and Winston, Inc.
memahaminya. Kelebihannya bahwa mak- Kim, U., Yang, K.S., & Hwang, K. K.
na ungkapan tersebut mengandung (2006). Indigeneous and Cultural Psy-
kearifan lokal (local wisdom), artinya orang
34 BULETIN PSIKOLOGI
KONSEP DIRI, BUDAYA JAWA
BULETIN PSIKOLOGI 35