Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS 1

STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)


RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

SRI ANDINI WIDYA NINGRUM


NIPP 20174030090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
1. Deskripsi Kejadian
Dunia kampus telah berlalu, waktu makin maju hingga tibalah saat dimana
pendidikan profesi dimulai. Takdirullah, saya ditempatkan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Temanggung, homebase terjauh dari homebase-homebase yang ada.
Benar-benar lingkungan baru, cuaca, budaya, dan orang-orang di dalamnya. Dimulai
sejak tanggal 6 november 2017, stase Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) dimulai,
masih belum cukup lama untuk memberi kesan yang membekas, tapi sudah cukup
memberi banyak cerita terutama terkait komunikasi. Rumah sakit ini terletak di
Temanggung, masih bagian dari Jawa Tengah dengan lingkungan yang bisa dibilang
termasuk wilayah rural sehingga bahasa daerah masih menjadi Bahasa pokok sehari-
hari baik itu lingkungan formal maupun nonformal. Awalnya saya merasa biasa saja
karena sebelumnya pun saya tinggal di jogja dengan lingkungan yang menurut saya
tidak jauh berbeda, ditambah lagi saya sebagai keturunan jawa merasa setidaknya
sedikit memahami bahasa daerah disini, bahasa jawa. Tapi ternyata apa yang saya
rasakan salah ketika tiba hari dimana ada seorang keluarga pasien bertanya kepada saya
dengan menggunakan bahasa jawa krama, dengan fokus dan berusaha untuk tetap
percaya diri saya mencoba mencerna apa yang beliau katakana. Tersebut beberapa
istilah yang baru saya dengar “ningali”. Tanpa berpikir terlalu serius saya mengira
beliau sedang akan pamit untuk meninggalkan rumah sakit, sehingga saya merespon
dengan menanyakan terkait adminitrasi, bahkan teman saya yang kebetulan juga bukan
orang jawa sudah menggambil gunting untuk menggunting gelang identitas, seperti
umumnya yang dilakukan untuk pasien akan pulang, memang sedikit tampak raut
wajah bingung di wajah beliau hingga beruntungnya ada teman kami yang paham
bahasa jawa bertanya dan mengklarifikasi maksud dan tujuan seorang keluarga pasien
tersebut. Melihat saya dan teman saya sudah bersiap untuk mengguntung gelang
identitas, dia menertawakan kami. Ternyata simbah-simbah keluarga pasien tersebut
hendak menjenguk keluarganya bukan izin pulang, dan kata “ningali” yang saya kira
artinya meninggalkan ternyata arti sebenarnya adalah melihat. Luarbiasa malu rasanya,
kemudian sayapun meminta maaf kepada beliau dan mengantarkannya kepada pasien
yang akan beliau jenguk.
2. Eksplorasi Perasaan
Perasaan saya mengalami hal tersebut tentu saja merasa bersalah dan malu. Terlebih
ketika saya mengabaikan respon non-verbal beliau yang tampak kebingungan dengan
respon yang kami berikan.
3. Hal positif dan negatif dari kejadian
Hal positif yang saya pelajari dari hal tersebut yaitu pemahaman bahwa
komunikasi adalah hal yang penting bagi semua orang terutama seorang perawat.
Perawat yang mampu berkomunkasi dengan baik bukanlah perawat yang menguasai
berbagai bahasa tapi yang kreatif dan peka dengan respon lawan bicara, baik verbal
maupun nonverbal, baik yang detotatif maupun konotatif. Hal positif lain dari kejadian
ini juga beruntungnya ada teman saya yang mengklarifikasi maksud dan tujuan
keluarga pasien tersebut sehingga tidak sampai terjadi kesalahan.
Hal negatif yang saya dapat dari hal tersebut adalah kurangnya kehati-hatian saya
dalam berkomunikasi yaitu dengan tidak mengklarifikasi apa yang dimaksud lawan
bicara sehingga hampir melakukan kesalahan.
4. Analisa
Hal ini menarik karena hal ini benar-benar diluar perkiraan saya, menjadi lebih
menarik karena hal ini adalah hal yang awalnya saya anggap sepele namun ternyata jika
terjadi kesalahpahaman seperti ini dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
dan bisa saja membahayakan. Jika ditelaah lagi hal tersebut terjadi sepenuhnya karena
kesalahan saya yang terlalu percaya diri dan merasa mampu memahami bahasa jawa
dengan baik dan kurang menerapkan teknik komunikasi yang baik yaitu klarifikasi dan
memperhatikan respon lawan bicara. Padahal seharusnya jika saya berkomunikasi
dengan baik, kreatif dan efektif, meskipun saya kurang memahami bahasa jawa,
kejadian ini dapat dihindari.
Menurut Potter & Perry (2013) pesan disampaikan secara verbal dan non verbal,
secara nyata dan secara simbolis. Seperti layaknya komunikasi pada umumnya,
manusia mengekspresikan diri mereka untuk berkomunikasi dalam berbagai macam
cara diantaranya melalui kata-kata, gerakan, intonasi suara, mimic wajah, dan
penggunaan jarak. Hal yang paling penting yaitu elemen dasar dalam proses
komunikasi. Ada 7 elemen dasar yang penting dalam proses komunikasi agar
komunikasi berjalan dengan baik diantaranya; 1) referent atau petunjuk atau juga hal
yang melatarbelakangi terjadinya komunikasi, 2) penerima dan pemberi pesan atau
informasi, 3) pesan atau isi dari proses komunikasi 4) channels yaitu media penerima
atau penyampai pesan, dapat berupa auditori, visual, atau taktil. 5) respon atau
feedback, 6) lingkungan, dan 7) variable interpersonal. Semuanya saling terikat untuk
menciptakan kondisi komunikasi yang baik, seperti tampak pada bagan dibawah ini.
Jika kejadian ini dikaji lebih dalam berdasarkan bagan tersebut, tentu saja
menjadi wajar jika terjadi miskomunikasi pada kejadian tersebut sebab ada 2 hal yang
terabaikan yaitu feedback dari lawan bicara (keluarga pasien) terutama feedback non
verbal dan fungsi channels yang tidak optimal, saya hanya menggunakan dengan baik
organ auditori untuk mendengarkan secara seksama apa yang keluarga pasien
sampaikan namun tidak secara visual memperhatikan dengan baik bagaimana respon
yang beliau berikan. Kemudian satu hal lagi yang menjadi latar belakang besar adalah
elemen interpersonal variables yaitu factor yang mempengaruhi komunikasi baik dari
penerima maupun pemberi pesan, dalam kejadian ini yaitu misinterpretasi bahasa.
Sehingga jelas dengan adanya elemen yang terabaikan dalam komunikasi tersebut
menjadi wajar jika timbul miskomunikasi.
Hubungan kejadian ini dengan kompetensi ners sangat erat, kesalahan komunikasi
baik itu sepele, ringan, apalagi besar tentu saja dapat berbahaya. Beruntung bagi saya
sempat ada teman saya yang klarifikasi dan belum sampai terjadi kesalahan. Bayangkan
jika sampai terjadi kejadian yang tidak diharapkan, baik rumah sakit maupun pasien
pasti akan dirugikan terutama dari segi ekonomi, dari segi social pun citra rumah sakit
dapat menurun dan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit bias berkurang.
5. Kesimpulan
Komunikasi adalah hal penting, elemen-elemen komunikasi harus berjalan sesuai
fungsinya secara optimal tanpa terabaikan, tidak ada yang boleh diremehkan dan
disepelekan dan harus bersifat timbal balik. Apa yang disampaikan harus dipahami dan
direspon kedua belah pihak dengan persepsi yang sama.
6. Rencana tindak lanjut.
Rencana tindak lanjut yang akan saya lakukan setelah kejadian ini adalah saya akan
berusaha menerapkan komunikasi yang baik dan saya akan mencoba belajar bahasa
jawa sehingga dapat lebih nyaman berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. dan Anne Grifin Perry. (2013). Fundamentals Of Nursing : Eight
Edision. Missouri : Elsevier Mosby

Anda mungkin juga menyukai