Anda di halaman 1dari 11

Makalah

HIRARKI BELAJAR MENURUT GAGNE

Oleh :

Agung Dalyanto

Mata Kuliah : Pedagogik Lanjut

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gunarhadi,M.A, M.Pd

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018

1
HIRARKI BELAJAR MENURUT GAGNE

I. PENDAHULUAN

Robert M. Gagne (1916-2002) adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ia telah


banyak memperkenalkan berbagai pandangan tentang pembelajaran. Salah satunya adalah
teori pembelajaran yang didasarkan pada pemrosesan informasi. Dalam teori belajar ini, salah
satu hal yang sangat penting adalah perancangan instruksionalnya.
Teori ini menetapkan bahwa ada beberapa jenis atau tingkat pembelajaran yang
berbeda. Pentingnya klasifikasi ini adalah bahwa setiap jenis yang berbeda membutuhkan
jenis instruksi yang berbeda. Gagne (1985) mengidentifikasi lima kategori utama
pembelajaran: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan dan
sikap motorik. Kondisi internal dan eksternal yang berbeda diperlukan untuk setiap jenis
pembelajaran.
Gagne menunjukkan bahwa tugas belajar untuk keterampilan intelektual dapat diatur
dalam hierarki sesuai dengan kompleksitas: pengakuan stimulus, generasi respon, mengikuti
prosedur, penggunaan terminologi, diskriminasi, pembentukan konsep, penerapan aturan,
dan penyelesaian masalah. Arti penting dari hirarki adalah untuk mengidentifikasi prasyarat
yang harus diselesaikan untuk memfasilitasi pembelajaran di setiap tingkat. Prasyarat
diidentifikasi dengan melakukan analisis tugas dari tugas belajar / pelatihan. Terdapat banyak
ahli yang yang mengemukakan teori mengenai pembelajaran. Akan tetapi, dalam makalah ini
hanya dibahas salah satu teori yang dicetuskan oleh Robert M. Gagne mengenai “Hirarki
Belajar”.
Hal-hal yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Pandangan terhadap belajar;
2. Tingkatan belajar;
3. Jenis belajar;
4. Implikasi dalam pembelajaran; dan
5. Kelebihan dan kekurangan Teori Gagne.

II. PEMBAHASAN

2.1. Belajar Menurut Pandangan Gagne


Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne (1985) berpendapat
bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar

2
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi
lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan
itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan
menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat
kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan
minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya
sementara.
Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar sebab perubahan tingkah laku yang
terjadi dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu sendiri. Dengan demikian
belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar sedangkan
kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan
sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan
garis di antaranya adalah hubungan diantara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri
seseorang yang tidak dapat kita amati yang berkaitan dengan sistem alat saraf dimana terjadi
transformasi perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulus ini merupakan input yang
berada di luar individu dan respon adalah outputnya yang juga berada di luar individu sebagai
hasil belajar yang dapat diamati.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-
fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

2.2 Hirarki belajar menurut Robert Gagne


Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
a. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar sinyal adalah belajar sesuatu yang tidak disengaja (diniati) yaitu sebagai
akibat dari suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi emosional.
Misalnya, siswa menjadi senang belajar matematika karena gurunya yang selalu
bersikap ramah terhadap mereka.
b. Belajar Stimulus – Respons ( Stimulus Respons Learning)

3
Belajar Stimulus-respon adalah belajar yang disengaja atau diniati dan responnya
secara fisik. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R.
Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement
c. Belajar Rangkaian (Chaining)
Bentuk pembelajaran yang lebih maju dimana subjek mengembangkan
kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus-respons yang
dipelajari sebelumnya ke dalam urutan yang terkait. Ini adalah proses dimana
keterampilan psikomotor yang paling kompleks (misalnya mengendarai sepeda
atau bermain piano) dipelajari.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Belajar asosiasi verbal ialah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan
atau lebih S-R. Misalnya pada waktu mengamati suatu benda terjadilah hubungan
S-R yang pertama. Kemudian diikuti oleh asosiasi S-R yang kedua yang
memungkin seseorang memberi nama benda yang diamati itu.. Contohnya, ketika
kepada siswa diperlihatkan sebuah segitiga yang dua buah sudutnya ekivalen,
maka terjadi hubungan S-R yaitu diperlihatkan (Stimulus) dan memperhatikan
(Respon). Kemudian diikuti oleh hubungan S-R yang kedua yaitu antara unsur-
unsur yang dimilki segitiga dengan sifat-sifat yang dapat diidentifikasi siswa.
Akhirnya siswa menyebutkan: nama segitiga itu adalah sama kaki.
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Pembelajaran ini melibatkan pengembangan kemampuan untuk
membuat tanggapan yang sesuai (berbeda) terhadap serangkaian rangsangan
serupa yang berbeda secara sistematis. Contoh membedakan tunggal adalah

siswa membedakan lambang U dan ∩ dalam operasi himpunan dan contoh

membedakan jamak adalah siswa membedakan sudut dan sisi segitiga pada
segitiga lancip, tumpul dan siku-siku..
f. Belajar Konsep (Concept Learning)
Melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat respons yang
konsisten terhadap rangsangan yang berbeda yang membentuk kelas atau
kategori umum. Ini membentuk dasar kemampuan untuk menggeneralisasi,
mengklasifikasikan dll. Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh
dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan
binatang bertulang belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas
mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Kemampuan membentuk konsep ini
terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.

4
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan didasarkan atas konsep-konsep yang telah dipelajari. Belajar
aturan adalah belajar yang memungkinkan peserta didik dapat menghubungkan
dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu aturan.
Seorang peserta didik dikatakan telah belajar aturan apabila ia telah mampu
mengaplikasikan aturan itu secara tepat dan benar dalam berbagai situasi.
h. Belajar Pemecahan Masalah ( Problem Solving Learning)
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi dan lebih
kompleks derajatnya dibandingkan dengan belajar aturan. Dalam pemecahan
masalah biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan:
1) menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas,
2) menyatakan masalah dalam bentuk yang dapat dipecahkan,
3) menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang
diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu,
4) menguji hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, dan
5) memeriksa kembali apakah hasil yang diperoleh benar.

2.3 Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne


Terdapat lima jenis hasil belajar atau yang bisa disebut dengan sistematika “ lima jenis
belajar”. Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana
isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian tentang
sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil
belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak
menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
mengelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan
berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi
lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah Informasi verbal,
Kemahiran intelektual, Pengaturan kegiatan kognitif, Keterampilan motorik, dan Sikap.
a. Informasi Verbal (Verbal Information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan
dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
sumber yang juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal
meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki
seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’.

5
Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia
adalah Jakarta’.
b. Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill)
Adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya
sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran
intelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan, yaitu:
1) Diskriminasi jamak yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan
benda yang dilihatnya.
2) Konsep yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-
ciri sama. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus
didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada
obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang didefinisiskan adalah
konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada
realitas dalam lingkungan hidup fisik.
3) Kaidah yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau
lebih sehingga dapat memahami pengertiannya.
4) Prinsip yaitu telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga
terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks.
Berdasarkan prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu
permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut pada
permasalahan yang sejenis.
c. Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila
menemukan kesulitan yang sama.
d. Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-
gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
e. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

6
2.4 Implikasi dalam Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori Gagne
dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne
(1992) yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menerapkan teroi Gagne dalam
pembelajaran:

1. Mengarahkan Perhatian (gaining attention)


Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada
siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu
penting. Cara yang lebih baik untuk menarik perhatian siswa adalah dengan
memulai setiap pelajaran dengan pertanyaan pemikiran atau fakta menarik,
keingintahuan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran (Inform learners of objectives)
Di awal setiap pelajaran, siswa harus menemukan daftar tujuan pembelajaran.
Ini memulai proses internal harapan dan membantu memotivasi pelajar untuk
menyelesaikan pelajaran. Tujuan-tujuan ini harus menjadi dasar untuk penilaian
dan kemungkinan sertifikasi juga. Biasanya, tujuan pembelajaran disajikan
dalam bentuk "Setelah menyelesaikan pelajaran ini Anda akan dapat..."
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
(Stimulate recall of prior learning)
Mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya dapat
memfasilitasi proses pembelajaran. Lebih mudah bagi para pelajar untuk
menyandikan dan menyimpan informasi dalam memori jangka panjang ketika
ada tautan ke pengalaman dan pengetahuan pribadi. Cara sederhana untuk
merangsang ingatan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang pengalaman
sebelumnya, pemahaman tentang konsep sebelumnya, atau isi konten.
4. Menyajikan stimulus (Present the content)
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik
untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Konten harus dikemas
dan diatur secara bermakna, dan biasanya dijelaskan dan kemudian
didemonstrasikan. Untuk menarik modalitas belajar yang berbeda, berbagai
media harus digunakan jika memungkinkan, termasuk teks, grafik, narasi audio,
dan video.

7
5. Memberikan bimbingan kepada siswa (Provide "learning guidance")
Pada konsep ini guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya.
Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya. Strategi panduan termasuk
penggunaan contoh, non-contoh, studi kasus, representasi grafis, mnemonik, dan
analogi.
6. Memancing Kinerja (Elicit performance)
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk
menerapkan apa yang telah dipelajari itu. Peserta diharuskan untuk
mempraktekkan keterampilan atau perilaku baru. Memunculkan kinerja
memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengkonfirmasi pemahaman
mereka yang benar, dan pengulangan lebih lanjut meningkatkan kemungkinan
retensi.
7. Memberikan balikan (Provide feedback)
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid
apakah hasil belajarnya benar atau tidak. Karena peserta mempraktikkan perilaku
baru, penting untuk memberikan umpan balik yang spesifik dan segera terhadap
kinerja mereka. Tidak seperti pertanyaan dalam post-test, latihan dalam tutorial
harus digunakan untuk tujuan pemahaman dan encoding, bukan untuk penilaian
formal. Panduan dan jawaban tambahan yang diberikan pada tahap ini disebut
umpan balik formatif.
8. Menilai hasil belajar (Assess performance)
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk
mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan
memberikan beberapa soal. Setelah menyelesaikan modul pembelajaran, siswa
harus diberikan kesempatan untuk mengambil (atau diminta untuk mengambil)
penilaian pasca-tes atau penilaian akhir. Penilaian ini harus diselesaikan tanpa
kemampuan untuk menerima pelatihan tambahan, umpan balik, atau petunjuk.
Penguasaan materi, atau sertifikasi, biasanya diberikan setelah mencapai skor
tertentu atau persen benar. Tingkat penguasaan yang diterima secara umum
adalah 80% hingga 90% benar.
9. Mengusahakan transfer (Enhance retention and transfer to the job)
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk
menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat
menggunakannya dalam situasi-situasi lain.

8
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Gagne
A. Kelebihan Teori Hirarki Belajar Gagne yaitu :
1. Mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran
Teori Gagne mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran yang
akan dilakukan. Sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan
terstruktur. Selain itu agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi
sebaik mungkin. Dimana inti dari kegiatan pembelajaran adalah menyajikan
cirri-ci stimulis, memberikan pedoman belajar, memunculkan kinerja, dan
memberikan tanggapan dan umpan balik.
2. Memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan
Teori Gagne sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktik dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti
kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan.
3. Cocok untuk pembelajaran berbasis kompetensi
Pembelajaran hirarki menuntut untuk menguasai materi terlebih dahulu
sebelum menginjak pada materi selanjutnya yang membutuhkan dasar
kemampuan materi yang harus dikuasai.
B. Sedangkan kekurangan teori hirarki belajar Gagne yaitu :
1. Pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana
guru bersifat otoriter.
2. Komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid.
3. Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif.

III. KESIMPULAN
1. Pandangan Belajar oleh Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah
karena belajar itu bersifat kompleks. Belajar akan mengakibatkan perubahan pada
seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat
atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya
sementara. Komponen-komponen dalam proses belajar digambarkan sebagai S-R. S
adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki
kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Ada tiga elemen belajar, yaitu

9
individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi
sebagai akibat dari stimulasi.
2. Tipe tipe belajar dibagi menjadi 8, yaitu: belajar isyarat (signal learning), belajar
stimulus – respons ( stimulus respons learning), belajar rangkaian (chaining), asosiasi
verbal (verbal assosiation), belajar diskriminasi (discrimination learning), belajar
konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), dan belajar pemecahan
masalah (problem solving learning).
3. Jenis hasil belajar dibagi menjadi 5, yaitu Informasi verbal (Verbal information),
Kemahiran intelektual (Intellectual skill), Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive
strategy), Keterampilan motorik (Motor skill), dan Sikap (attitude).
4. Fase belajar melalui empat yaitu: fase pengenalan (apprehending phase), fase
perolehan (acqusition phase), fase penyimpanan (storage phase), dan fase
pengungkapan kembali (retrieval phase). Fase pertama dan kedua merupakan
stimulus, dimana terjadinya proses belajar, sedangkan pada fase ketiga dan keempat
merupakan hasil belajar.
5. Implikasi teori Gagne dapat diterapkan diberbagai bidang pembelajaran, namun untuk
menerapkan teori Gagne harus memenuhi Sembilan Kondisi Intruksional. Jika ada
satu diantara Sembilan Kondisi Instruksional yang tidak diterapkan maka teori Gagne
gagal dalam penerapannya.
6. Kelebihan teori Gagne yaitu mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran,
memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan, cocok untuk
melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, serta
dapat dikendalikan. Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne adalah
pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), komunikasi
berlangsung satu arah, hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur, serta
murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bell, F.H., (1981). Teachingand Learning Mathematics. U.S.A: Wm. C. Brown Company
Publishers.

Gagne, R. (1962). Military training and principles of learning. American Psychologist, 17,
263-276. diakses : http://iceskatingresources.org/chapter_8.pdf pada 27 Oktober
2018

Gagne, R. (1985). The Conditions of Learning (4th ed.). New York: Holt, Rinehart &
Winston . Diakses :
http://garfield.library.upenn.edu/classics1984/A1984SQ70000001.pdf pada 30
Oktober 2018

Gagne, R. (1987). Instructional Technology Foundations. Hillsdale, NJ: Lawrence


Erlbaum Assoc. diakses : http://iceskatingresources.org/chapter_9.pdf pada 30
Oktober 2018

Gagne, R. & Driscoll, M. (1988). Essentials of Learning for Instruction (2nd Ed.).
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Diakses :
https://trove.nla.gov.au/work/13283986?q&sort=holdings+desc&_=1540873717
830&versionId=15940400 pada 28 Oktober 2018

Gagne, R., Briggs, L. & Wager, W. (1992). Principles of Instructional Design (4th Ed.).
Fort Worth, TX: HBJ College Publishers. Diakses :
https://hcs64.com/files/Principles%20of%20instructional%20design.pdf pada
30 Oktober 2018

11

Anda mungkin juga menyukai