Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN KARAKTER PERSPEKTIF, KECERDASAN SOSIAL,

DAN KEPEMIMPINAN

Oleh:
Kelompok 2

Asdalifa Q11116008 Amelia R. Azwar Q11116302


Evayana Umar Q11116012 Ahmad Akbar J. Q11116304
Nurfaidah Ahmad Q11116014 Jane Bandaso’ Q11116312
A. Trisya Denida P. Q11116017 Wahyuni W. J. B. Q11116321
Luluk Auliah Q11116019 Michelson Pakau Q11116322
Edwardnov Sarman Q11116020 Priskila Nua Pasha Q11116507
Lidya Fitri R. B. Q11116021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENGEMBANGAN KARAKTER PERSPEKTIF, KECERDASAN SOSIAL,
DAN KEPEMIMPINAN

A. Kekuatan Karakter (Character Strengths)


1. Perspektif
Peterson dan Seligman (2004) mendefinisikan perspektif sebagai produk dari
pengetahuan dan pengalaman, namun tidak terbatas pada akumulasi informasi
semata. Perspektif merupakan koordinasi dari informasi dan penggunaannya yang
secara sengaja digunakan untuk meningkatkan well-being. Dalam konteks sosial,
perspektif memperkenankan individu untuk mendengarkan perkataan orang lain,
mengevaluasi perkataan tersebut, dan kemudian menawarkan nasihat yang baik.
Perspektif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melihat gambar
yang lebih besar dalam kehidupan dengan mempertimbangkan kepelbagaian sudut
pandang yang relevan, serta pengetahuan dan pengalaman pribadinya. Perspektif
membantu individu untuk memikirkan pembelajaran-pembelajaran hidup, tingkah
laku yang tepat, dan keputusan terbaik dari situasi yang sedang diperbincangkan.
Dengan memiliki karakter perspektif, individu mampu untuk menawarkan nasihat
yang baik untuk orang lain (Peterson & Seligman, 2004).
Peterson dan Seligman (2004) menyepakati bahwa karakter perspektif berbeda
dari kecerdasan. Perspektif merepresentasikan tingkat tertinggi dari pengetahuan,
pertimbangan (judgment), dan kapasitas untuk memberikan nasihat. Perspektif
memperkenankan individu untuk menyadari dan mempertimbangkan berbagai hal
sebelum membuat keputusan. Melalui karakter perspektif, individu diperkenankan
untuk menyadari pertanyaan-pertanyaan penting terkait makna dari kehidupan
yang dijalani. Perspektif umumnya digunakan agar individu dan orang lain dapat
mencapai kesejahteraan (well-being).
2. Kecerdasan Sosial
Peterson dan Seligman (2004) mengklasifikasikan kecerdasan sosial ke dalam
core virtue humanity. Kecerdasan sosial merujuk pada kemampuan individu untuk
memahami orang-orang di sekitarnya, mawas akan motif dan perasaan yang dirasa
dan orang lain rasa, serta paham untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi

1
sosial yang pelbagai. Kecerdasan sosial tidak lepas dari kecerdasan emosional dan
kecerdasan personal individu. Ketiga bentuk kecerdasan tersebut secara kolektif
merujuk pada kemampuan untuk menalar dan memroses informasi hot (motif dan
perasaan) secara abstrak, untuk kemudian diekspresikan dalam perilaku sosialnya.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk menggunakan
informasi emosional dalam proses penalarannya, sedangkan kecerdasan personal
melibatkan pemahaman yang akurat terhadap diri, termasuk kemampuan menalar
motivasi internal, emosional, dan dinamika yang terjadi dalam diri. Kecerdasan
sosial sendiri merujuk pada bagaimana individu menjalin hubungan dengan orang
lain, termasuk hubungan yang melibatkan keintiman dan kepercayaan, persuasi,
keanggotaan kelompok, dan kekuatan politik. Secara konseptual, ketiga macam
kecerdasan ini saling tumpang tindih, namun tingkatan tumpang tindihnya secara
empirik masih belum bisa dipahami (Peterson & Seligman, 2004).
Kecerdasan sosial ditunjukkan melalui kemampuan individu untuk memahami
informasi emosional dan menggunakannya untuk memfasilitasi aktivitas kognitif,
serta mengelola dan memahami makna dari emosi terhadap suatu hubungan sosial.
Kecerdasan sosial juga dapat ditunjukkan melalui kemampuan untuk secara akurat
paham akan kemampuan, emosi, perasaan, dan motif yang dimiliki. Kecerdasan
sosial juga melibatkan kemampuan untuk menggunakan informasi sosial untuk
mengajak orang lain untuk bekerja sama, mengidentifikasi dominansi sosial dan
hubungan sosial-politik di dalam individu dan kelompok, serta bertindak dengan
bijak dalam hubungan sosial (Peterson & Seligman, 2004).
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai kekuatan karakter merujuk pada kemampuan untuk
menetapkan tujuan dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan tersebut.
Kepemimpinan dipahami sebagai kecenderungan individu untuk mengorganisir
dan mendorong kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan tetap
mempertahankan hubungan yang baik dengan anggota kelompok. Kepemimpinan
memiliki kesamaan dengan citizenship dalam melibatkan komitmen kepada tujuan
kelompok, namun wujud kedua komitmen berbeda (Peterson & Seligman, 2004).

2
Kepemimpinan melibatkan penetapan dan pencapaian tujuan, mendata sumber
bantuan yang efektif, membangun koalisi, serta menjaga dan merawat kelompok.
Pemimpin yang efektif merupakan pemimpin yang mampu menyediakan tujuan
yang positif dan konstruktif untuk orang di sekitarnya, serta mampu menginspirasi
orang-orang itu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan sebagai
kualitas personal menunjukkan adanya motivasi dan kapasitas untuk mencari tahu,
memperoleh, dan menjalankan peran pemimpin (Peterson & Seligman, 2004).

B. Metode Pengembangan
1. Perspektif
Pengembangan karakter perspektif dapat dilakukan dengan cara memfokuskan
diri untuk mendengarkan perkataan orang lain dengan cermat, lalu diikuti dengan
mengutarakan gagasan yang dimiliki setelah mendengarkan orang tersebut. Untuk
mengembangkan karakter perspektif, individu perlu untuk memahami pandangan
dan/atau gagasan dari orang lain terlebih dahulu, sebelum mengutarakan gagasan
pribadinya. Individu juga perlu mengkoordinasikan pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengalaman yang dialami untuk menemukan titik terang dari suatu hal.
Hal ini dapat terjadi apabila individu mau membuka diri untuk melihat masalah
melalui sudut pandang yang lain (open-mindedness), paham jika orang lain juga
berhak untuk menyampaikan sudut pandangnya dan penting untuk melihat
pandangan orang lain sebelum memutuskan sesuatu (social intelligence), serta
mampu menginspirasi orang lain untuk melihat situasi/kondisi yang dihadapi
melalui sudut pandang yang pelbagai agar dicapai keputusan terbaik (leadership).
2. Kecerdasan Sosial
Pengembangan karakter kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan cara melatih
diri untuk memperhatikan, melabeli, dan mengekspresikan emosi. Setelah diri jadi
mawas terhadap emosi, individu perlu memahami emosi yang dirasakan, dan jika
perlu, diekspresikan ke orang lain melalui tingkah laku dalam berhubungan sosial.
Untuk mengembangkan karakter kecerdasan sosial, individu perlu untuk paham
bahwa orang lain juga memiliki perasaan yang perlu dipahami (perspective), serta

3
mampu untuk memahami motif yang dimiliki orang lain dan menginspirasi orang
lain untuk menjalin hubungan sosial (leadership).
3. Kepemimpinan
Pengembangan karakter kepemimpinan dapat dilakukan dengan cara berlatih
untuk memimpin sebuah aktivitas, diskusi, tugas, atau proyek dan secara aktif
mengajak anggota untuk mengemukakan gagasannya, berikutnya mengumpulkan
gagasan dari setiap anggota untuk menemukan suatu outcome dari aktivitas yang
dilakukan. Untuk menjadi pemimpin yang efektif, individu perlu menetapkan visi
yang jelas dan dapat menginspirasi orang-orang untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal ini dapat terjadi apabila individu paham akan motif dan perasaan orang-orang
di sekitarnya (social intelligence) dan mampu untuk melihat dunia dari berbagai
sudut pandang (perspective).

C. Simpulan
Ketiga kekuatan karakter (character strength) yang dibahas saling mendukung
satu sama lain dalam pengembangannya. Masing-masing karakter tak lepas dari
peran karakter lainnya agar mampu untuk berkembang lebih positif. Menanggapi
hal tersebut, kelompok sepakat bahwa pengembangan ketiga karakter bisa dicapai
menggunakan metode LGD (leaderless group discussion). Peserta LGD diminta
untuk menyampaikan gagasan yang dimilikinya agar tujuan dalam kelompok bisa
dicapai. Selagi anggota kelompok memaparkan gagasannya, anggota yang lain
menyimak dan mempertimbangkan gagasan-gagasan yang disampaikan dengan
tetap memperhatikan anggota yang lain. Gagasan yang disampaikan juga tetap
sejalan dengan tujuan bersama yang ingin dicapai kelompok. Di akhir, kelompok
dapat bersama-sama menetapkan anggota yang dirasa tepat untuk memimpin
kelompok, dengan tetap mempertimbangkan pendapat dari masing-masing
anggota kelompok.

4
DAFTAR PUSTAKA

Peterson, C. & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: A


handbook and classifications. Oxford: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai