Anda di halaman 1dari 10

MODUL 4

Pengenalan teori serta tahapan perkembangan sosial dan emosional

Kelompok 4 :

1. Alda Mustika S. ( 857748957 )


2. Aris Pranoto (857750351 )
3. Ria Puspa R. (857750179 )
4. Martasari R. D. (857748996 )
KB 2 KONSEP DIRI VS HASIL BELAJAR

A. PENGERTIAN KONSEP DIRI

Konsep diri adalah pandangan diri sendiri terhadap diri mengenai siapa diri ini, apa dan bagaimana diri ini.
Pandangan tersebut dimulai dari identitas diri, cita-cita, harga diri, peran diri, dan idealnya diri yang
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman hidup sendiri dan lingkungan sekitar.

Seorang ahli membagi konsep diri menjadi tiga bentuk :


1. Body image (kesadaran seseorang melihat tubuh dan dirinya sendiri)
2. Ideal self (harapan dan cita-cita seseorang tentang dirinya sendiri)
3. Social self (bagaimana ia berpikir saat orang lain melihat dirinya)

Komponen-komponen konsep diri:


1. Citra tubuh.
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Peran diri
5. Identitas diri
B. HARGA DIRI (SELF ESTEEM)
Menurut pendapat Shaffer dan Kipp (2014) Harga diri adalah evaluasi seseorang trhadap seseorang sebagai seseorang yang
didasarkan pada penilaian terhadap kualitas yang membentuk knsep diri.

Menurut Coopersmith (1967) ada 4 aspek dalam harga diri:


1. Kekuatan (Power)
2. Keberartian (Significant)
3. Kebijakan (Virtue)
4. Kemampuan (competence)

C. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI


Perkembangan konsep diri adalah salah satu bagianyang sangat penting dalam perkembangan sosioemosional. Konsep diri tidak
terbentuk dari lahir melainkan terbentukmelalui proses belajar yang berlanngsung sejak masa pertumbuhan, antara lain:
lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orang tua.

Menurut Santrock (2012), perkembangan konsep diri anak dapat dilihat dr 3 karakteristik:
1. Karakteristik internal
2. Karateristik aspek social
3. Karakteristik perbandingan social
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI DAN HARGA DIRI
1. Orang lain
2. Kelompok social
3. Pengaruh kelas social
4. Pengaruh usia

E. KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR


Konsep diri merupakan pandangan terhadap diri sendiri dari berbagai aspek.
Motivasi belajar adalah kessluruhan energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku seseorang, baik dalam diri maupun dari
luar, yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran.

F. MOTIVASI BELAJAR UNTUK SISWA DI JENJANG SEKOLAH YANG BERBEDA


1. Cara meningkatkan motivasi belajar anak usia sekolah dasar
a. Berikan pujian dengan bijak
b. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
c. Ciptakan persaingan atau kompetisi yang sehat
d. Menulis nama depan siswa di papan tulis dengan rewardnya
e. Gunakan media belajar yang baik dan sesuai sengan pembelajaran
f. Menjelaskan tujuan pembelajaran
g. Memberikan poin kelompok
h. Memberikan ulangan atau ujian secara berkala
i. Menumbhkan kesadran siswa
h. Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar
2. Cara meningkatkan motivasi siswa SMP dan SMA
a. Memiliki impian
b. Menguasai skill belajar
c. Cara pandang yang benar mengenai sekolah
d. Relevansi pelajaran dengan kehidupan

3. Cara meningkatkan motivasi belajar mahasiswa


a. Bertemanlah dengan orang yang memiliki semangat belajar tinnggi
b. Buatlah target pencapaian
c. Buktikan bahwa anda cerdas
d. Belajarlah dalam suasana yang baik
e. Membentuk kelompok belajar
f. Jangan lupa bersenang-senang

G. PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN BUDAYA TERHADAP KONSEP DIRI DAN


CAPAIAN AKADEMIK
Teman sebaya dan budaya yang baik akan membangun konsep siri yang positif. Konsep diri yang positif akan
membangun motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar yang tingggi akan mempermudah seseorang untuk
pencapaian akademik terbaiknya. Oleh karena itu, teman sebaya dan budaya mempengaruhi konsep diri
dan pencapaian akademik.
KB 3 PERKEMBANGAN IDENTITAS DIRI, MORAL, DAN PROSOSIAL

PEMBENTUKAN DAN TEMPAAN IDENTITAS SOSIAL


Identitas diri adalah mendefinisikan diri dengan matang : perasaan tentang siapa seseorang, ke mana orang akan pergi dalam
kehidupannya, dan bagaimana seseorang tersebut cocok dengan masyarakat. Identitas diri merupakan kesadaran seorang individu untuk
menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya sendiri sebagai seorang pribadi dengan ciri-ciri tertentu berbeda dengan individu lain di
dalam kelompoknya, memiliki keyakinan yang relatif stabil, serta memiliki peran dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Marcia (dalam Shaffer & KJPP, 2014) pembentukan identitas diri memerlukan dua elemen penting yaitu eksplorasi (menjelajah
berbagai pilihan yang ada) dan komitmen (usaha untuk membuat keputusan)

Faktor yang mempengaruhi perkembangan identitas ada 5 yaitu keluarga, interaksi dengan teman sebaya, sekolah dan komunitas,
kebudayaan, dan kognitif.

Persepsi tentang orang/kelompok lain bersifat dinamis tergantung situasi dan kondisi saat mempersepsikannya. proses persepsi yang
berkembang menurut shaffer & kjpp (2014) terbagi menjadi 4 yaitu anak-anak di bawah 7 atau 8 tahun (menggambarkan teman atau kenalan
dalam istilah nyata yang sama seperti mereka gunakan untuk menggambarkan diri), anak-anak sekolah dasar (mengandalkan konstruksi
psikologis yang stabil karena mereka terbiasa dengan keteraturan dalam perilaku mereka sendiri dan orang lain), kesan remaja muda (mereka
membuat perbandingan psikologis antara teman dan kenalan), dan pada usia 14 hingga 16 tahun (pengaruh situasional dapat menyebabkan
seseorang bertindak keluar dari karakter).
TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI SOSIAL
1. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF (PIAGET)
a. PERIODE SENSORI MOTOR (0-2 TAHUN)
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan sistem penginderaan untuk
mengenal
lingkungannya untuk mengenal objek.

b. PERIODE PRAOPERASIONAL (2-7 TAHUN)


Anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu
melakukan
simbolisasi.

c. PERIODE KONKRET (7-11 TAHUN)


Anak sudah mampu menggunakan operasi. Anak mampu memecahkan masalah secara logis

d. PERIODE OPERASI FORMAL (11- DEWASA)


Anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal serta dapat
menggunakan penalaran
ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
2. ROBERT SELMAN’S ROLE-TAKING ANALYSIS
- Egocentric or undifferentiated perspective (3-6 tahun)
Pada tahap ini anak belum memiliki kepedulian terhadap pendapat orang lain.
- Social information role taking (6-8 tahun)
Anak mulai memahami bahwa setiap orang akan memiliki pendapat yang berbeda.
- Self-effective role taking (8-10 tahun)
Anak mulai memahami bahwa meski dia dan individu lainnya mendapatkan informasi yang sama tetap saja
pendapat terhadap sesuatu akan tetap berbeda.
- Mutual role taking (10-12 tahun)
Anak sudah mulai dapat memahami sudut pandang individu sendiri dengan sudut pandang orang lain yang
mungkin ada satu moment akan sama. Kemudian ia dapat memberikan tanggapan terhadap perspektif yang
berbeda.
- Societal role taking (12-15 tahun)
Seseorang sudah dapat memahami berbagai macam perspektif dan dapat membandingkannya.
Altruisme berasal dari kata “alter” yang artinya orang lain. Secara bahasa, altruisme adalah perbuatan yang
berorientasi pada kebaikan orang lain.
Komponen-komponen altruisme adalah :
a. Proposial moral reasoning
b. Simpati empatik gairah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ALTRUISME

Altrustik seseorang dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan keluarganya.


Orang tua dapat mempromosikan perilaku altruistik dengan memuji perbuatan mereka.
Orang tua yang mendisiplinkan perilaku buruk dengan penjelasan yang tidak emosional dan afektif cenderung
membesarkan anak-anak yang menjadi simpatik, rela berkorban, dan peduli akan masalah orang.

KOMPONEN PERKEMBANGAN MORAL : AFEKTIF, KOGNITIF, DAN PERILAKU


Moral berasal dari kata mores yang artinya tata cara, adat istiadat, dan kebiasaan. Perkembangan moral memiliki dua
dimensi : Dimensi interpersonal dan dimensi intrapersonal.

Komponen - komponen perkembangan moral adalah


Komponen afektif : moral feelings
Komponen kognitif : moral reasoning
Komponen perilaku : moral behavior
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai