TENTANG
WALIKOTA CILEGON,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
8. Persil ...
-6-
30. Tim Ahli Bangunan Gedung adalah tim yang terdiri dari para
ahli yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung
untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses
penelitian dokumen rencana teknis dengan masa penugasan
terbatas, dan juga untuk memberikan masukan dalam
penyelesaian masalah penyelenggaraan bangunan gedung
tertentu yang susunan anggotanya ditunjuk secara kasus per-
kasus disesuaikan dengan kompleksitas bangunan gedung
tersebut.
BAB II
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
BERTINGKAT TINGGI
Pasal 2
(1) Setiap orang atau badan yang akan melaksanakan pendirian
bangunan bertingkat tinggi wajib mentaati ketentuan
bangunan gedung bertingkat tinggi yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Cilegon sebagaimana dalam Peraturan
Walikota ini.
(2) Penetapan ketentuan bangunan gedung bertingkat tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
maksud sebagai dasar bagi pemberian arahan
penyelenggaraan bangunan gedung bertingkat tinggi dalam
proses penyusunan Keterangan Rencana Kota, rekomendasi
perizinan pemanfaatan ruang, evaluasi Rencana Teknis
Bangunan Gedung, dan kajian penataan bangunan dan
lingkungan bagi penyelenggaraan bangunan gedung
bertingkat tinggi.
BAB ...
- 10 -
BAB III
PERSYARATAN PENYELENGGARAAN
BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT TINGGI
Bagian Kesatu
Ketentuan Administratif
Pasal 3
(1) Dalam melakukan pembangunan bangunan gedung
bertingkat tinggi, penyelenggara bangunan gedung bertingkat
tinggi harus memenuhi ketentuan administratif meliputi:
a. Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK);
b. Rencana Teknis Bangun Gedung;
c. Izin lingkungan dan dokumen lingkungan;
d. Izin mendirikan bangunan (IMB).
(2) Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan landasan teknis
dalam penyusunan Rencana Teknis Bangunan Gedung.
(3) Rencana Teknis Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Gambar rencana tapak (site plan);
b. Gambar rencana arsitektur yang memuat denah, tampak,
dan potongan bangunan gedung yang menunjukan
dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari
satuan unit bangunan gedung;
c. Gambar rencana struktur beserta analisis strukturnya;
d. Gambar rencana utilitas umum dan instalasi bangunan
gedung;
e. Gambar jalur evakuasi bencana.
(4) Jenis dokumen lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d disesuaikan dengan dampak dan intensitas
kegiatan.
(5) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d diajukan oleh penyelenggara bangunan
gedung bertingkat tinggi dengan melampirkan persyaratan
sebagaimana telah diatur dalam petunjuk teknis IMB disertai
penyertaan persyaratan tambahan sebagai berikut:
a. Izin tidak keberatan dari masyarakat sekitar yang
disetujui oleh unsur Kelurahan dan Kecamatan setempat;
b. Rekomendasi dari landasan udara setempat mengenai
Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP);
c. Surat Persetujuan tentang Pemasangan Alat Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran;
d. Rekomendasi ...
- 11 -
Bagian Kedua
Ketentuan Teknis
Pasal 5
Ketentuan teknis bangunan bertingkat tinggi meliputi:
a. Konsep pengembangan bangunan bertingkat tinggi;
b. Kriteria lokasi bangunan bertingkat tinggi;
c. Ketentuan teknis tata bangunan yang meliputi kesesuaian
peruntukan lokasi dan intensitas pemanfaatan ruang;
d. Ketentuan teknis keandalan bangunan meliputi persyaratan
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.
Pasal 6
Konsep penyelenggaraan bangunan bertingkat tinggi adalah green-
development (pengembangan lahan berbasis penghijauan) dan
menjunjung tinggi keselamatan, keamanan, dan ketertiban
bangunan gedung.
Pasal 7
Kriteria lokasi penyelenggaraan bangunan bertingkat tinggi adalah
sebagai berikut:
a. Bukan merupakan kawasan lindung atau kawasan bersifat
lindung, daerah resapan air, lahan pertanian produktif,
dan areal konservasi lainnya;
b. Tidak pada areal rawan longsor;
c. Kemiringan lahan tidak melebihi 5%;
d. Tidak berada pada ruang bebas jalur listrik tegangan tinggi;
e. Fleksibilitas lahan tinggi;
f. Terdapat keterkaitan dan keserasian tata bangunan sekitar;
g. Tidak mengganggu privasi dan kenyamanan visual lingkungan
sekitar.
Pasal ...
- 12 -
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 14
(1) Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan
memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur
bangunan.
(2) Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian
dengan pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan
dari jalan umum.
(3) Pencahayaan yang dihasilkan menghindari penerangan ruang
luar yang berlebihan, silau, mengganggu visual, dan
memperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan.
Pasal 15
Pasal 17
(1) Dalam menentukan tingkat keandalan struktur bangunan,
perlu dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara
berkala.
(2) Pemeriksaan keandalan bangunan dilaksanakan secara
berkala untuk mencegah potensi kerusakan struktur yang
mempengaruhi keselamatan bangunan gedung.
(3) Perbaikan atau penguatan struktur bangunan harus segera
dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan
bangunan gedung.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Setiap penyelenggaraan bangunan gedung bertingkat wajib
menyediakan sumber energi listrik cadangan.
Pasal 23
(1) Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih,
sistem distribusi, dan penampungannya.
(2) Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan
gedung harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang
disyaratkan.
(3) Penampungan air minum dalam bangunan gedung
diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
(4) Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan
kelaikan fungsi bangunan gedung.
(5) Tidak menggunakan air bawah tanah untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih.
Pasal 24
(1) Limbah cair domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka
harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
(2) Tidak diperkenankan membuang air limbah yang masuk
kategori bahan beracun dan berbahaya (B3).
Pasal 25
(1) Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan
air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan
drainase lingkungan/kota.
(2) Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke
dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur
resapan dan/atau sumur penampungan sebelum dialirkan ke
jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(3) Dalam hal belum tersedia jaringan drainase kota ataupun
sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan
harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh
instansi yang berwenang.
(4) Sistem pematusan/penyaluran air hujan harus dipelihara
untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada
saluran.
Pasal ...
- 18 -
Pasal 26
(1) Pertimbangan fasilitas penampungan sampah diwujudkan
dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan
sampah yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni
dan volume kotoran dan sampah.
(2) Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan
lingkungannya.
(3) Melakukan pemilahan sampah mencakup sampah organik
dan sampah non-organik.
Pasal 27
Ketentuan pengelolaan sampah padat adalah sebagai berikut:
a. Bagi penyelenggara bangunan gedung bertingkat tinggi wajib
menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan tempat
pembuangan sampah sementara, sedangkan pengangkutan
dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan sistem
yang sudah ada;
b. Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan
mendaur ulang, memanfaatkan kembali beberapa jenis
sampah.
Pasal 28
(1) Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan
gedung harus mempertimbangkan temperatur dan
kelembaban udara.
(2) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kenyamanan
termal dalam ruang harus memperhatikan letak geografis dan
orientasi bangunan, penggunaan bentuk masa yang
menimbulkan shading (bayangan), ventilasi alami dan
penggunaan bahan bangunan.
(3) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban
udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempertimbangkan prinsip
penghematan energi dan ramah lingkungan dan kemudahan
pemeliharaan.
Pasal 29
Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan
dan getaran pada bangunan bertingkat tinggi harus mengikuti
standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap getaran
pada bangunan gedung.
Pasal ...
- 19 -
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
BAB ...
- 20 -
BAB IV
Pasal 33
(1) Persyaratan penyelenggaraan bangunan gedung bertingkat
tinggi disamping mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Peraturan Walikota ini tetap pula perlu memperhatikan
ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan bangunan
gedung bertingkat tinggi, pemerintah kota melakukan
peningkatan kemampuan aparatur dan melakukan sosialisasi
mengenai penyelenggaraan bangunan bertingkat tinggi.
(3) Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan
bangunan gedung bertingkat tinggi, Pemerintah melakukan
monitoring dan pengawasan atas proses perencanaan teknis
bangunan gedung, pelaksanaan, serta pengelolaan bangunan
teknis bangunan gedung.
(4) Terhadap penyelenggara bangunan gedung bertingkat tinggi
yang melakukan pelanggaran dan/atau tidak mengindahkan
Peraturan Walikota ini akan dikenai sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pasal ...
- 21 -
Pasal 35
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Cilegon
pada tanggal 17 Oktober 2012
WALIKOTA CILEGON,
ttd
Diundangkan di Cilegon
pada tanggal 17 Oktober 2012
ttd