Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN

SEMISOLID (STERIL)

OBAT TETES MATA PILOKARPIN HCL 2%

Disusun oleh:
Kelompok 2 shift B I/II
Wildan Khaidir aa(10060317048)
Salsha Mahreja R Darmawan aa(10060317049)
Retno Asri Hanayuki aa(10060317050)
Silmy Noer Aziza aa(10060217051)
Vine Astuti aa(10060317052)
Nama Asisten aa: Saskara Aprilia Herullnissa, S. Farm
Tanggal Praktikum aa: 16 Desember 2019
Tanggal Laporan aa: 23 Desember 2019

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019 M/1441 H
OBAT TETES MATA PILOKARPIN HCL 2%

I. Nama sediaan
Nama Generik : Obat Tetes Mata Pilokarpin HCl 2%

Nama Dagang : Karpine HCl®

II. Kekuatan Sediaan


Kekuatan Sediaan : 2%
Volume Sediaan : 10 mL
Jumlah Sediaan : 10 Botol

III. Preformulsi Zat Aktif


Pilokarpin HCl

Pemerian : Putih atau hampir putih, serbuk kristal atau kristal tidak
berwarna, higroskopik.
Kelarutan : Sangat larut dalam air dan etanol (96%).
Titik Lebur : 1990 dan 204º C
Stabilitas : Stabil pada pemanasan suhu 1200 C selama 20 menit.
Mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan
hidroksida, terjadi epimerasi pada pH basa. Peningkatan
temperature akan meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH
larutan 10,4, pH stabilitas maksimal 5,12. Tidak tahan
terhadap cahaya.
Inkompabilitas : Inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam
fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak, dan
klorida merkuri
pH Larutan : 3,5-5,5.
Sterilisasi : Metode sterilisasi panas kering (oven)
Cara Penggunaan : Diteteskan pada bagian konjungtiva yaitu lapisan tipis dan
bening yang melapisi bagian putih dari bola mata dan
lapisan dalam dari kelopak mata.
Khasiat : Parasimpatomimetikum
Dosis : Dua tetes topikal pada mata sehari 3-4 kali atau menurut
petunjuk dokter.
(Lund, W. 1994:1006; Dirjen POM, 1995:676).

IV. Pengembangan Formula


4.1 Analisis Zat Aktif
Obat tetes mata Pilokarpin Hidroklorida merupakan obat golongan miotik,
yaitu obat tetes mata yang dapat mengecilkan pupil mata. Pilokarpin tetes mata
digunakan untuk mengobati penyakit glaukoma, khususnya glaukoma jenis akut dan
sudut tertutup. Glaukoma jenis ini diakibatkan oleh tingginya tekanan bola mata
secara mendadak akibat adanya sumbatan yang membuat cairan dalam bola mata
tidak dapat dialirkan dengan baik. Kondisi ini mengakibatkan mata menjadi nyeri,
merah, dan berpotensi mengakibatkan kebutaan. Pilokarpin HCl sebagai zat aktif
akan dibuat sediaan tetes mata, karena digunakan untuk penyakit Glaukoma yang
merupakan kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata yang
disebabkan gangguan sistem aliran mata, penanganan dalam kondisi tersebut adalah
dengan pemberian obat melalui konjungtiva. Selain itu penggunaan obat tetes mata
umumnya lebih disukai karena penggunaannya tidak mengganggu penglihatan
sehingga dapat digunakan kapanpun. Pilokarpin HCl tetes mata bekerja dengan
mengecilkan pupil. Dengan kecilnya pupil, akan membuka aliran cairan dalam bola
mata sehingga dapat keluar dan menurunkan tekanan bola mata. Kekuatan Pilokarpin
HCl yaitu 2% /10 mL. Zat aktif yang digunakan adalah Pilokarpin Hidroklorida yang
memiliki kelarutan sangat larut dalam air, sehingga dapat dibuat sediaan larutan
berupa tetes mata (Dirjen POM, 1995:676).
4.2 Analisis Eksipien
Obat tetes mata dibuat dengan menambahkan zat pembawa berupa Aqua pro
injection yang berfungsi sebagai pelarut. Penggunaan aqua pro injection (API) karena
API ini dibuat melalui proses sterilisasi yang menjadikannya terbebas dari
mikroorganisme, ekonomis dan tidak toksik sehingga lebih aman digunakan untuk
sediaan larutan tetes mata. Selain itu, ditambahkan pula zat pengental yaitu PVP
sebanyak 2%, karena menurut literatur penggunaan PVP untuk sediaan mata sekitar
2-10%. Penambahan zat pengental dimaksudkan agar zat aktif dapat kontak dengan
mata lebih lama, sehingga dapat mencapai efek karmakologinya dengan efektif.
Benzalkonium klorida ditambahkan sebagai pengawet. Karena penggunaan dari obat
tetes mata Pilokarpin HCl adalah secara multi douse atau digunakan secara berulang.
Sehingga untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme perlu
ditambahkan pengawet. Benzalkonium klorida yang ditambahkan adalah 0,01%
karena berdasarkan literatur Benzalkonium klorida untuk tetes mata berkisar 0,01%-
0,02% (Rowe C et al, 2009:57, 167 dan 178; Dirjen POM, 1995 : 112; Depkes,RI
1978:246).
4.3 Analisis Wadah
Wadah primer yang digunakan sediaan obat tetes mata Pilokarpin HCl adalah
botol obat tetes. Karena berdasarkan stabilitas zat aktif tidak tahan terhadap cahaya
maka botol yang digunakan berwarna gelap. Untuk kemasan sekunder menggunakan
dus dan etiket.

V. Perhitungan Tonisitas
5.1 Perhitungan Isotonis Ekivalen
Tetes Mata Pilokarpin HCl
R/ Pilokarpin Hidroklorida 2% E= 0,23 ΔTf 2% = 0,26⁰
Benzalkonium klorida 0,01% E= 0,18 ΔTf 0,5% = 0,048⁰
PVP 2% E= 0,01 ΔTf 2% = 0,01⁰
Aqua pro injeksi ad 10 mL

Nama Zat Konsentrasi E ExW


(%) W
Pilokarpin HCL 2% 0,23 0,23 x 2% = 0,46%
Benzalkonium 0,01% 0,18 0,18 x 0,01% = 0,0018%
Klorida
PVP 2% 0,01 0,01 x 2% = 0,02%
Jumlah 0,4818% (Hipotonis)
karena < 0,9%
Jumlah NaCl yang harus ditambahkan agar isotonis :
0,9% - 0,4818 % = 0,4182%
0,4182
Untuk 10 mL = x 10 mL = 0,04182 g/ 10 mL = 41,82 mg/10mL
100

5.2 Perhitungan Isotonis Penurunan Titik Beku (ptb)

Nama Zat Konsentrasi ΔTf konversi Konsentrasi (W) x


(%) W ΔTf konversi
Pilokarpin HCl 2% 2% 2% x 0,026º = 0,052º
x 0, 26º= 0,026º
2%

Benzalkonium 0,01% 0,01% 0,01% x 0,00094º =


x 0,048º = 0,00094º
0,5%
klorida 0,0000094º
PVP 2% 2% 2% x 0,01º = 0,02 º
x 0,01º = 0,01º
2%

Jumlah 0,0720º (hipotonis)


karena < 0,52
Jumlah NaCl yang harus ditambahkan agar isotonis :

𝟎,𝟓𝟐−𝒂
W= 𝒃

𝟎,𝟓𝟐−𝟎,𝟎𝟕𝟐𝟎
W= = 0,7724%
𝟎,𝟓𝟖

𝟎,𝟕𝟕𝟐𝟒
Gram NaCl = 𝒙 𝟏𝟎 𝒎𝑳 = 𝟎, 𝟎𝟕𝟕𝟐𝟒 𝒈𝒓𝒂𝒎/𝟏𝟎𝒎𝑳 = 𝟕𝟕, 𝟐𝟒 𝒎𝒈/𝟏𝟎𝒎𝑳
𝟏𝟎𝟎

VI. Formulasi Akhir


R/ Pilokarpin Hidroklorida 2%
Benzalkonium klorida 0,01%
PVP 2%
Natrium Klorida 0,056 g
Aqua pro injection ad 10 mL

VII. Data Preformulasi Eksipien


1. Benzalkonium Klorida
Pemerian : Serbuk amorf putih atau putih kekuningan, serpihan
agar-agar. Higroskopis, bersabun saat disentuh,
memiliki bau aromatik ringan dan rasa yang sangat
pahit
Kelarutan : Praktis tidk larut dalam eter, sangat larut dalam aseton,
etanol (95%), metanol, propanol dan air. Larutan
benzakonium klorida berair ketika dikocok, memiliki
sifat deterjen dan pengemulsi.
Stabilitas : Bersifat higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh
cahaya, udara dan logam. Stabil pada pH dan rentang
suhu yang luas dan dapat disterilkan dengan autoklaf
tanpa kehilangan efektivitas. Dapat disimpan untuk
waktu lama dalam suhu kamar. Larutan encer yang
disimpan dalam wadah polivinil klorida atau busa
poliuretan dapat kehilangan aktivitas antimikroba.
Bahan curah harus disimpan dalam wadah kedap udara,
terlindung dari cahaya dan kontak dengan logam, di
tempat yang sejuk dan kering.
pH : 4-10
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan aluminium, surfaktan
anionik, sitrat, kapas, fluorescein, hidrogen feroksida,
hipromelosa, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan
nonionik dalam permanganat konsentrasi tinggi,
protein, salisilat, garam perak, sabun sulfona mide, seng
sulfat, seng oksida, membran penyaringan, terutama
yang bersifat hidrofobik atau anionik
(Rowe C et al, 2009:57)
2. Natrium Klorida
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih atau kristal tidak
berwarna, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian
etanol 95%. Larut dalam 10 bagian gliserin, larut
dalam 2,8 bagian air dan larut dalam 2,6 bagian air
pada suhu 100oC
pH : 6,7 – 7,3
Titik leleh : 804oC
Titik didih : 1413oC
Stabilitas : larutan NaCl dalam air stabil tetapi dapat
menyebabkan pemisahan partikel kaca dari wadah
kaca jenis tertentu. Larutan NaCl dalam air dapat
disterilkan dengan autoclave atau filtrasi. Bahan
padatnya stabil dan harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas :larutan NaCl dapat merusak besi. Dapat bereaksi
membentuk endapan dengan perak, timah dan garam
merkuri. Agen perongoksidasi kuat membebaskan
klorin dari pengasaman larutan NaCl. Kelarutan
pengawet nmetil paraben berkurang dalam larutan
NaCl. Viskositas carbomer gels dan larutan
hydroxyethyl cellulose atau hydroxypropyl cellulose
berkurang dengan penambahan NaCl
(Rowe C et al, 2009:637)
3. Aqua Pro Injection
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dalam pelarut polar
pH larutan :7
Stabilitas : Stabil dalam keadaan fisik (padat, cair dan gas)
Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan obat dan eksipien yang akan
dihidrolisis
Khasiat : Zat pembawa
(Dirjen POM, 1995 : 112; Rowe et al, 2009:802).
4. PVP (Povidon)
Pemerian : Serbuk halus higroskopis warna putih hingga krem,
tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam asam, kloroform, etanol 95%, keton,
metanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan minyak mineral.
Titik Leleh : 1500
Stabilitas : Stabil dalam pennyimpanan di tempat gelap pada
pemanasan 1500 , dengan pengurangan kelarutan dalam
air. Stabil pada siklus pendek paparan panas sekitar
1100 C– 1300 C, sterilisasi panas lembab dari larutan
berair tidak mengubah sifatnya. Rentan terhadap
pertumbuhan jamur, povidon dapat disimpan dalam
kondisi biasa tanpa mengalami dekomposisi atau
degradasi, namun Karena serbuk bersifat higroskopis.
Serbuk harus diambil dalam wadah kedap udara
ditempat sejuk dan kering.
Inkompabilitas : Kompatibel dengan berbagai macam garam
anorganik, resin alami dan sintesis, dan bahan kimia
lainnya.
pH Larutan : 3-7
Sterilisasi : Metode sterilisasi panas lembab (autoklaf)
Khasiat : Zat pengental
(Rowe, C et al, 2009 : 582-582 ; Dirjen POM, 1995:676).

VIII. Perhitungan dan Penimbangan


No Nama Zat Konsentrasi Untuk 10 mL + Untuk 1 Untuk 10
0,50 mL botol botol
1 Pilokarpin HCl 2% 2 0,21 g 0,21 g x 10 =
𝑥 10, 5 𝑚𝐿 =
100
2,1 g
0,21 g

Aqua pro Sangat larut 0,21 x 1 mL = 0,21 x 10 mL =


Pilokarpin HCl air (1) 0,21 mL 2,1 mL
2 Benzalkonium 0,01% 0,01 0,00105 0,00105 g x 10
x 10,5 mL =
100
klorida gram = 0,0105 g
0,00105 g
Aqua pro Sangat larut 0,00105 x 1 mL 0,00105 x 10
Benzalkonium air (1) = 0,00105 mL mL = 0,0105
klorida mL
3 PVP 2% 2 0,21 g 0,21 g x 10 =
𝑥 10,5 𝑚𝐿
100 2,1 g
= 0,21 𝑔
Aqua pro PVP Larut dalam 0,21 x 10 mL = 2,1 mL x 10 =
air (10) 2,1 mL 21 mL
4 Aqua pro ad 10,5 mL 105 mL
injeksi
5 NaCl Larut dalam 0,4818 0,0506 0,0506 x 10 =
𝑥 10,5 𝑚𝐿
100
2,8 bagian air 0,506 g
= 0,0506 𝑔

IX. Penentuan Merode Sterilisasi


9.1 Metode Sterilisasi Alat

Alat Metode Sterilisasi Alasan Metode Sterilisasi


Batang Pengaduk Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Corong Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Gelas Kimia Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Gelas Ukur Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Kaca Arloji Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Pipet Tetes Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Pipet Ukur Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
pemanasan dan uap air
Botol Obat Tetes Autoklaf Karena alat tersebut tahan terhadap
Mata pemanasan dan uap air

9.2 Metode Sterilisasi Bahan

Bahan Metode Sterilisasi Alasan Metode Sterilisasi


Pilokarpin HCl Metode Sterilisasi Karena Pilokarpin HCl stabil pada
Panas Kering (oven) pemanasan.
Benzalkonium Metode Sterilisasi Karena Benzalkonium Klorida stabil
Klorida Panas Kering (oven) pada pemanasan.
Dinatrii Edetat Metode Sterilisasi Karena berdasarkan stabilitasnya
Panas Kering (oven) Dinatrii edetat tahan pada pemanasan
tetapi tidak tahan terhadap
kelembapan.
PVP Metode Sterilisasi Karena PVP stabil pada pemanasan
Panas Kering (oven) suhu 1500 C..

9.3 Metode Sterilisasi Sediaan

Sediaan tetes mata Pilokarpin HCl disterilisasi dengan cara A yaitu sterilisasi
panas lembab menggunakan autoklaf. Pemilihan sterilisasi ini berdasarkan stabilitas
dari sediaan yang keseluruhan bahannya tahan terhadap pemanasan, selain itu sediaan
berupa larutan sehingga cocok untuk sterilisasi panas lembab.
X. Prosedur Pembuatan

11.1 Prosedur Pembuatan

Timbang masing-masing bahan ( Pilokarpin HCl 0,21 g; Benzalkonium


klorida 0,00105 g; NaCl 0,0506 dan PVP 0,21g) pada kaca arloji yang
telah disterilkan

Masing-masing bahan disterilkan dengan metode yang sesuai

Pilokarpin HCl dilarutkan dengan API dalam beacker glass, aduk ad larut

NaCl dilarutkan dengan API dalam beacker glass, aduk ad larut

Benzalkonium klorida dilarutkan dengan API dalam beacker glass, aduk ad


larut

PVP dikembangkan dengan API dalam mortir, gerus ad larut

Setelah semua bahan larut, tuangkan ke dalam mortir gerus ad homogen,


Cek pH dan larutan disaring menggunakan penyaring yang memiliki
filter ke dalam erlenmeyer

Kemudian ukur hingga volume tertentu sesuai volume akhir yang


diiginkan

Larutan diisikan ke dalam botol tetes steril


Pengisian dilakukan secara aseptik dibawah LAF

Pasang tutup botol yang telah disiapkan

Lakukan evaluasi sediaan tetes mata

Kemas botol dalam dus dan beri etiket

11.2 Prosedur Evaluasi

a. Uji kejernihan
- Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan dari sediaan injeksi yang dibuat.
- Prinsip : Mengevaluasi kejernihan dari sediaan
- Prosedur : Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar dibawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar
belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
dengan mata.
- Penafsiran Hasil: Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan.
(Dirjen POM, 1995:998)
b. Volume terpindahkan
- Tujuan : Sebagai jaminan bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah
dosis ganda, dengan volume yang tertera di etiket tidak lebih dari 250 ml, jika
dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti tertera
di etiket.
- Prinsip : Mengukur kesesuaian volume sediaan dengan yang tertulis pada
etiket jika dipindahkan dari wadah asli
- Penafsiran hasil:
 Volume rata-rata campuran larutan atau sirup yang diperoleh dari 10
wadah tidak kurang dari 100%, dan
 Tidak satupun volume wadah kurang dari 95% dari volume pada
etiket.
 Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera
pada etiket akan tetapi tidak satu wadah pun volumenya kurang dari
95% atau B adalah tidak lebih dari 1 wadah, volume kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% volume tertera pada etiket dilakukan
uji tambahan terhadap 20 wadah tambahan.
- Persyaratan: Volume rata-rata larutan atau sirup yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100% dari yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari 1 dari
30 wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari yang
tertera dietiket.
c. Penetapan pH
- Tujuan : Mengetahui pH sediaan dengan persyaratan yang telah ditentukan
- Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah di
kalibrasi
- Prosedur : Digunakan alat potensiometer (pH meter) yang dikalibrasi
- Pengukuran : Dilakukan pada suhu 250 ± 20, kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan dengan persamaan berikut :
𝑝𝐻 = 𝑝𝐻𝑠 + (𝐸 − 𝐸₅) 𝑘
- Penafsiran hasil : Harga pH dilihat dari yang tertera pada potensiometer
(Dirjen POM, 1995:1039-1040)
d. Uji Kebocoran
Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan
volume serta kestabilan.

XI. Hasil Evaluasi Sediaan


Setelah dilakukan uji evaluasi sediaan injeksi obat tetes mata Pilokarpin HCl,
diperoleh data sebagai berikut:

Jenis Evaluasi Hasil Evaluasi Sediaan


Penetapan pH 5

Penetapan volume terpindahkan 10,5 𝑚𝐿


𝑥 100% = 100%
10,5 𝑚𝐿

Uji kejernihan larutan Jernih

Uji sterilitas Tidak bocor

XII. Pembahasan
Yang dimaksudkan sebagai obat tetes mata (opthalmika) adalah tetes mata
(oculoguttae), salep mata (oculenta), pencuci mata (collyria) dan beberapa bentuk
pemakaian khusus (lamella dan penyemprotan mata) serta inserte sebagai bentuk
depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata
digunakan untuk menghasilkan efek diagnostic dan terapetik lokal, dan yang lain
untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya
penetrasi bahan obat, dalam jaringan yang umumnya disekitar mata. Mata merupakan
organ yang paling peka dari manusia, sehingga sedian obat mata mensyaratkan
kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektiff dan tersatukan secara fisiologis
(bebas nyeri, tidak merangsang) dan steril (Voight, 1995).
Pada praktikum kali ini membuat obat tetes mata menggunakan zat aktif
pilokarpin HCl. Pilokarpin HCl dibuat sediaan tetes mata karena berfungsi sebagai
miotik untuk pengobatan glaukoma yang mekanisme kerjanya dengan menurunkan
tekanan intraocular. Pembuatan sediaan obat tetes mata pilokarpin HCl dibuat dengan
menggunakan pelarut air. Pilokarpin HCl sangat mudah larut dalam air, sehingga
pembuatannya juga lebih stabil dengan pelarut air. Pembawa air yang digunakan
adalah a.p.i (aqua pro injeksi). Sediaan tetes mata merupakan larutan steril, dimana
dalam pembuatannya memerlukan pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan
formulasi sediaan, seperti penggunaan bahan aktif, pengawet, isotonitas, dapar,
viskositas dan pengemasan yang cocok.
Pada formula ditambahkan zat tambahan Natrium Klorida (NaCl). Karena jika
tidak ditambahkan NaCl obat tetes mata tidak memenuhi syarat yaitu hipotonis. Jika
larutan obat tetes mata dalam keadaan hipotonis disuntikkan ke tubuh manusia akan
berbahaya karena menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Semua alat-alat harus
disterilisasikan agar mendapatkan larutan yang steril, bebas partikel asing dan
mikroorganisme. Agar obat tetes mata dan cuci mata nyaman dan tidak pedih dimata
saat digunakan, maka harus dibuat isotonis dengan penambahan NaCl.
Beberapa bahan tambahan lain yaitu API, Benzalkonium Klorida dan PVP.
Karena komponen terbesar dari sediaan adalah air dan obat tetes yang dibuat dalam
volume 10,5 mL. sehingga pemakainnya berulang, maka pengawet sangat diperlukan.
Benzalkonium klorida adalah pengawet yang paling umum digunakan untuk sediaan
obat mata karena aman, stabilitas pada rentang yang luas dan keefektivitannya
sebagai antimikroba. Sediaan tetes mata juga harus isotonis dengan cairan air mata.
Untuk memperpanjang waktu kontak antara sediaan dengan kornea sehingga jumlah
bahan aktif yang berpenetrasi dalam mata akan semakin tinggi, maka ditambahkan
peningkat viskositas yaitu PVP.
Metode sterilisasi yang digunakan awal secara aseptis dengan metode filtrasi,
karena sediaan yang dibuat merupakan tetes mata yang akan digunakan pada bagian
sensitive pada tubuh, sehingga harus bebas dari bahan asing dari awal pembuatan
agar memperoleh sediaan steril. Metode fitrasi dengan menggunakan penyaringan
yang dapat menahan mikroba. Semua alat dan bahan disterilkan di awal, semua
pekerjaan harus harus dilakukan di LAF untuk mencegah kontaminasi.
Hasil evaluasi yang didapat dengan indikator iniversal adalah pH pada angka
5. Dalam pembuatan obat tetes mata perlu diperhatikan pH-nya supaya tetap dalam
rentang kestabilan bahan, pH air mata normal 7,4 maka sediaan yang kami buat
memenuhi syarat. Volume terpindahkan yang didapatkan hasilnya tepat dengan
volume awal dan wadah yang dipakai tidak mengalami kebocoran. Untuk uji
kejernihan sediaan yang dibuat jernih tidak mengalami kekeruhan. Karena sediaan ini
adalah tetes mata yang harus jernih dan homogeny, tidak ada partikulat yang tidak
larut didalamnya atau tidak terlihatnya partikel kasar.

XIII. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari percobaan yang telah dilakukan bahwa sediaan tetes
mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata disekitar kelopak mata dari bola mata.
Dan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada sediaan tetes mata pilokarpin HCl telah
memenuhi persyaratan.

XIV. Wadah dan Kemasan

Kemasan Primer : Botol 10 mL


Kemasan Sekunder : Dus dan Etiket
 Brosur :

Karpine HCl®
KOMPOSISI
Tiap 10 mL mengandung : 0,2 g Pilokarpin HCl

INDIKASI
Glaukoma akut sudut tertutup dan glaukoma akut sudut
terbuka

KONTRA-INDIKASI
Hipersensitif terhadap komponen obat, radang iris akut,
anterior uveitis dan papillary block glaukoma, penderita
pemakai lensa kontak.

DOSIS
Dua tetes topikal pada mata sehari 3-4 kali atau menurut
petunjuk dokter.

EFEK SAMPING
Rasa terbakar, gatal, sakit, penglihatan kabur, siliari
spasmus, kongesti vascular konjungtiva, miopi, sensitisasi
kelopak mata dan konjungtiva, katarak, kerusakan retina,
dan sakit kepala.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Individu yang rentan penyakit retina,penderita glaukoma
simple kronik dengan terapi pilokarpina, hamil, menyusui.

No.Reg : DKL 1945646 A2


No Batch : 949001
Exp Date : 22/12/22

Obat ini tidak boleh digunakan


tanpa resep dokter

Diproduksi oleh PT. JAYA PHARMA


Bandung-Tamansari
Kota Bandung. Indonesia – (022) 2212225
Untuk keluhan produk, hubungi (022) 2212226
 Etiket :

 Dus kemasan
Daftar Pustaka

Departemen Kesegatan Republik Indonesia. (1978). Formularium Nasional Edisi


Kedua. Jakarta : Depkes RI.

Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2014). Informasi Spesialit Obat. Jakarta : PT.Isfi

Lund, W. (1994). The Pharmaceutical Codex 12th Edition. London: The


Pharmaceutical Press.
Rowe, Raymond C., et al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th Edition.
London: The Pharmaceutical Press.

Voight. (1995). Ilmu Meracik Obat. Press Yogyakarta: Gajah Mada University.

Anda mungkin juga menyukai