Pemecahan masalah adalah sebuah proses dimana suatu situasi diamati kemudian bila ditemukan
ada masalah dibuat penyelesaiannya dengan cara menentukan masalah, mengurangi atau
menghilangkan masalah atau mencegah masalah tersebut terjadi. Ada banyak urutan proses
pemecahan masalah yang diajukan oleh para ahli, salah satunya seperti terlihat pada Gambar 1.12.
Pada gambar terlihat serangkaian tahapan proses yang berbeda yang dapat digunakan dalam
berbagai tingkatan, tergantung dari tipe dan sifat masalahnya. Masalah yang berbeda
membutuhkan penggunaan cara yang berbeda, bahkan mungkin urutan yang berbeda. Tahapan
kritis dari proses pemecahan masalah adalah Pendefinisian Masalah. Apabila masalah tidak cukup
jelas didefinisikan maka tahapan-tahapan berikut sulit untuk dijalankan. Bahkan apabila
dipaksakan, kemungkinan besar penyelesaian yang tepat tidak akan diperoleh.
Secara umum proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan empat tahapan utama yaitu :
Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting karena menjadi awal dari seluruh proses
pemecahan masalah. Tujuan pada bagian ini adalah memahami masalah dengan baik dan
menghilangkan bagian-bagian yang dirasa kurang penting.
Penyelesaian suatu masalah biasanya tidak hanya satu tapi mungkin bisa beberapa macam.
Sebagai ilustrasi, apabila kita berada di kota Surabaya dan ingin pergi ke Jakarta, maka banyak
cara yang mungkin bisa dilakukan, misalnya kita bisa menempuh dengan angkutan darat, laut atau
udara. Dengan angkutan darat kita bisa menggunakan kereta api, bus atau angkutan yang lain.
Jalurnya pun kita bisa lewat jalur utara, tengah atau selatan. Jadi banyak sekali cara penyelesaian
yang bisa kita kembangkan. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Dari sekian
banyak penyelesaian ini kita harus memilih satu yang berdasarkan persyaratan tertentu
merupakan cara yang paling baik untuk menyelesaikan permasalahan. Setelah terpilih, maka kita
dapat membuat rencana kasar (outline) penyelesaian masalah dan membagi masalah dalam
bagian-bagian yang lebih kecil. Rencana kasar (outline) penyelesaian masalah hanya berisi
tahapan-tahapan utama penyelesaian masalah.
Pada bagian ini rencana kasar penyelesaian masalah diperbaiki dan diperjelas dengan pembagian
dan urutan rinci yang harus ditempuh dalam penyelesaian masalah.
Bagian ini bertujuan untuk memeriksa apakah akurasi (ketepatan) hasil dari cara yang dipilih telah
memenuhi tujuan yang diinginkan. Selain itu juga untuk melihat bagaimana daya guna dari cara
yang dipilih yang dipilih.
B. Bagaimana Cara Hidup Dalam Solusi Kita Sendiri Ada beberapa hal yang harus kita lakukan
dalam menyelesaikan masalah.
1. Sikap Siap dan Berani
Siap dan berani merupakan sikap dasar untuk menghadapi masalah, ini merupakan komitmen
awal yang harus ada dalam diri Anda, karena jika Anda tidak mempunyai komitmen seperti ini
masalah Anda tidak terselesaikan. Bagaimana Anda menyelesaikan masalah jika Anda tidak siap?
Menyelesaikan masalah harus ada sikap dasar yang merupakan komitmen awal yang berasal
dari dalam diri Anda sendiri. Jangan sepat Anda lupa bahwa Anda sendirilah yang berperan di
dalamnya, bukan orang lain. Ibarat Anda sebagai salah satu pelakon sebuah film, ketika Anda
belum siap untuk melakukan peran Anda jangan coba-coba melakukannya, sebab peran Anda
hancur dan menimbulkan masalah besar. Sama halnya menyelesaikan masalah, ketika Anda
belum siap jangan coba-coba masuk ke dalam masalah tersebut bagaimana pun itu Anda pasti
terhanyut bersama arus masalah itu sendiri.
Banyak orang meremehkan masalah kecil, pada hal sekecil apapun masalah ketika kita tidak siap
menyelesaikannya masalah tersebut akan menghancurkan kita. Siap tidak siap kita harus
menghadapi masalah tersebut, karena itu adalah masalah kita. Kita adalah pelakon utamanya,
orang lain hanya pemeran pembantu yang bisa memberikan saran untuk menyelesikan masalah
kita.
Banyak orang berpikir bahwa melawan arus masalah sama halnya kita membuat masalah
semakin besar sehingga sulit bagi kita untuk menyelesaikannya, hasilnya cuma rasa lelah dan
capek yang kita alami. Akan tetapi melawan arus masalah yang saya maksud disini adalah kita
mencoba menelusuri masalah yang ada sampai kita menemukan inti dari masalah tersebut.
Memang benar, cara ini sangat membuat kita capek dan banyak menguras tenaga dan energi.
Disini saya mengajak kita untuk mencoba berenang melawana arus masalah dalam arti
menelusuri setiap masalah yang kita hadapi sehingga kita dapat menemukan inti dari
permasalahan. Setelah inti permasalah ditemukan, kita harus cepat bertindak untuk
menyelesaikannya.
5. Butuhkah bantuan arang lain?
Kita yang memiliki masalah berarti kitalah pelakon utama dalam masalah tersebut, itu artinya
bahwa kita sendirilah yang menyelesaikannya. Masalah terselesaikan dengan kemampuan kita
sendiri tanpa bantuan orang lain itu sangat baik. Akan tetapi, ketika kita tidak mampu untuk
menyelesaikannya itu tandanya bahwa kita membutuhkan orang lain. Kita jangan bersikap
tertutup, tetapi kita harus membuka diri untuk menerima bantuan orang lain. Sebab ada hal-hal
yang tidak bisa kita lakukan, tetapi orang lain bisa melakukannya. Apapun masalah yang kita
hadapi dan sesulit apapun itu terasa mudah dan gampang menyelesaikannya asal kita terbuka
dan mau menerima bantuan orang lain. Tetapi jangan lupa bahwa kitalah pelakon utama dalam
masalah kita.
C. latihan-latihan berfikir tentang hasil
Desain Cara Berpikir membantu para pemimpin untuk dapat mencari dan
mengembangkan solusi secara terpusat dan terfokus.
Ini adalah cara hebat yang dilakukan para pemimpin untuk dapat
memvisualisasikan konsep-konsep yang nampaknya abstrak.
Untuk mendapatkan rasa hormat dari tim Anda, klien, dan orang lain yang
terlibat di dalam proses kepemimpinan, penting sekali untuk menunjukkan
empati dan memahami kebutuhan mereka, terlebih secara personal.
Poin ini berpengaruh pada layanan dan produk yang Anda berikan kepada
para pelanggan. Feedback atau umpan balik sangat penting untuk
pertumbuhan dan peningkatan dari jasa dan juga produk yang Anda
pasarkan.
Apa yang berhasil saat ini mungkin tidak seberhasil besok sehingga
penting bagi para pemimpin untuk mengetahui hal ini dan memastikan
peningkatan kualitas produk dan layanan yang konsisten.
“If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change your
attitude.” – Maya Angelou
“Jika Anda tidak menyukai sesuatu, ubahlah. Jika Anda tidak dapat
mengubahnya, ubahlah sikap Anda.”
Ketika mengerjakan konsep dan ide yang berbeda, para pemimpin harus
berpikiran terbuka sehingga ia dapat melakukan ketiga hal di atas.
Para pemimpin perlu membangun kualitas hubungan antar individu dan tim
yang dapat membuat mereka merasa bangga dengan pekerjaan yang telah
mereka lakukan.
Mereka akan merasa bertanggung jawab atas hasil yang mereka dapatkan
dan mengambil tanggung jawab penuh atas setiap risiko yang harus
ditanggung bersama.
Di era yang serba cepat berubah dan dinamis, keadaan ini cenderung
membuat tim Anda kesulitan untuk tetap fokus.
Orang akan lebih fokus dan bekerja secara produktif ketika mereka tahu
apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.
Anggota tim akan lebih mungkin mencapai tujuan mereka ketika mereka
diberi arahan dan alasan yang jelas secara konsisten.
“Uncertainty and expectation are the joys of life. Security is an insipid thing.”
– William Congreve
“Ketidakpastian dan harapan adalah kesenangan hidup. Keamanan adalah
hal yang hambar.”
#9 Ketegasan
10 Kegigihan
Proses ini pula yang mengajarkan para pemimpin untuk mengamati setiap
perubahan, mengambil solusi terbaik, membuat keputusan yang strategis,
dan mampu bertahan hingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai.
“Ada pemimpin yang dilahirkan, ada pemimpin yang diciptakan, tetapi ada juga pemimpin yang tidak dibutuhkan.” (Bruce &
Stan, 2001). “Seorang boss berkata, kerjakan!... sedangkan seorang pemimpin menunjukkan apa yang bisa dia kerjakan!” (Kouzes
& Posner, 1987)
Ada definisi klasik yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses yang olehnya seseorang mempengaruhi orang
lain untuk memenuhi sesuatu yang obyektif dan mengatur organisasi sehingga membuatnya lebih kohesif dan koheren. Para
pemimpin dalam proses ini mengaplikasikan atribut-atribut kepemimpinanya, seperti kepercayaan, nilai, etika, karakter,
pengetahuan, dan keterampilan. Definisi klasik itu menggaris-bawahi bahwa menjadi seorang pemimpin yang baik bukanlah
faktor hereditas atau bakat. Jika memiliki hasrat dan keinginan yang kuat, siapa pun bisa menjadi pemimpin yang efektif. Para
pemimpin yang baik berkembang melalui sebuah proses belajar dan pengalaman.
Perspektif lama dan awam mengartikan pemimpin sebagai yang terdepan, terkemuka, berkedudukan, memiliki
nilai paling baik, didukung oleh suara terbanyak dan menduduki rangking pertama dalam persaingan. Tetapi dalam
perspektif yang baru menurut Peter Urs Bender, kepemimpinan berkaitan dengan beberapa elemen utama, yakni:
manusia sebagai individu, manajemen diri, motivasi internal, tekad kesempurnaan dan penerimaan kelemahan diri,
perubahan, kepercayaan diri, perkembangan, energi, pengalaman positif, hasil, dan pengharapan.
A. Gaya Kepemimpinan
1. Paternalisme. Ini termasuk gaya kepemimpinan hegemonik yang memanfaatkan pengaruh untuk memimpin.
2. Autoritarian atau autokratik. Pemimpin menggunakan gaya ini untuk mengatur bawahan agar melaksanakan apa yang
diinginkan dan bagaimana harus mengerjakannya, tanpa memerlukan pertimbangan daripada bawahannya. Kondisi
seperti ini diperlukan pada saat penyelesaian masalah, kemendesakan, dan ketika bawahan dalam motivasi yang tinggi.
3. Partisipatif atau demokratik. Gaya kepemimpinan ini melibatkan kedua belah pihak (atasan dan bawahan) untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, keputusan terakhir ada di tangan pemimpin. Tindakan ini
diperlukan pada saat pemimpin tidak mempunyai informasi lengkap dan demikian juga bawahannya. Gaya ini adalah
mutual yang menguntungkan dan efektif dalam kepemimpinan team.
4. Delegatif atau pemimpin bebas. Dalam gaya ini pemimpin menyerahkan keputusan kepada bawahannya, tetapi
pemimpin harus tetap bertanggungjawab dengan keputusan tersebut. Gaya ini dibutuhkan ketika pemimpin mampu
menganalisa situasi dan memutuskan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Mempelajari model-model kepemimpinan akan menolong kita untuk memahami tentang apa yang mempengaruhi
tindakan para pemimpin dalam waktu realitas. Menurut Bolman & Deal (1991), sikap pemimpin yang sering
ditunjukkan dapat digolongkan ke dalam empat kerangka berikut:
1. Pendekatan struktural. Dalam situasi yang yang efektif, seorang pemimpin adalah seorang arsitek sosial yang mampu
menganalisa dan merancang, tetapi dalam situasi yang tidak efektif, ia menjadi seorang tirani dengan gaya
kepemimpinan mendetail. Kepemimpinan terfokus pada struktur, strategi, lingkungan, implementasi, ekesperimentasi,
dan adaptasi.
2. Pendekatan Sumber Daya Manusia. Dalam situasi efektif, para pemimpin adalah katalisator dan hamba yang
menampilkan gaya kepemimpinan yang mendukung, menyokong, dan menguatkan, tetapi ketika dalam situasi yang
tidak efektif menjadi penekan, dengan gaya kepemimpinan yang lepas dari prinsip-prinsip dan menipu.
3. Pendekatan politik. Dalam situasi yang efektif, para pemimpin adalah penyokong, yang gaya kepemimpinan koalisi dan
membangun, tetapi ketika dalam situasi yang tidak efektif, para pemimpin menjadi orang yang giat dengan gaya
kepemimpinan manipulasi.
4. Pendekatan simbolik. Dalam situasi efektif, para pemimpin adalah seorang nabi, dengan gaya kepemimpinan inspiratif;
tetapi dalam situasi yang tidak efektif, menjadi fanatik atau bodoh; dengan gaya kepemimpinan ‘mengasapi’ dan bias.
Di samping itu, menurut Rhenald Kasali, pemimpin kreatif harus menjadi seorang visioner dengan level-level visi
secara hierarki seperti berikut:
1. Level persepsi, di mana pemimpin haruslah seorang yang mampu membaca hubungan-hubungan logis (logical
reasoning).
2. Level sosial, di mana pemimpin harus berpikir sistematik.
3. Level psikologi, di mana pemimpin harus berpikir secara literal atau kreatif.
4. Level filosofi, yaitu level maksimum bagi seorang pemimpin untuk berefleksi, perenungan dan membagi visi.
Proses transformasi kepemimpinan dapat membawa hasil yang efektif jika ada unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kepemimpinan yang kuat. Seorang pemimpin bukanlah seorang diktator/otoriter, tetapi pemimpin team yang bekerja
habis-habisan untuk organisasi dan dengan berani mempertaruhkan jabatan dan kedudukannya untuk menghadapi
fakta-fakta brutal. Kepemimpinan yang kuat juga bukanlah seorang populis yang cenderung mencari aman dan
menghindari tekanan-tekanan.
2. Dukungan bawahan. Pemimpin yang kuat tidak ada artinya jika tidak didukung oleh bawahan-bawahannya yang rela
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan masa depannnya. Mereka rela menghadapi masa-masa sulit, stress, masa-
masa yang penuh dengan ketidakpastian, dan mungkin pula komentar-komentar yang tidak sehat dari berbagai pihak.
Mereka bertarung di antara teman-teman, melewati konflik demi konflik, sampai akhirnya menemukan jalan.
3. Komunikasi yang jelas. Pemimpin harus punya seni dalam berkomunikasi, baik verbal maupun non-verbal.
Kepemimpinan memerlukan komunikasi massa yang melibatkan banyak orang. Tanpa kepiawaian komunikasi dan
dukungan team komunikasi yang baik, kepemimpinan tidak akan efektif.
4. Komitmen pemimpin. Pemimpin juga harus membangun komitmen yang harus dimulai dari dirinya sendiri.
Kepemimpinan sejati adalah panggilan hidup. Filsuf besar Cina, Lao Tsu, ketika ditanya oleh muridnya tentang siapakah
pemimpin yang sejati, ia menjawab: “Seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota team akan mengatakan bahwa merekalah
yang melakukannya sendiri.” Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan
maximizer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian dari mereka yang dipimpinnya. Kepemimpinan sejati
didasarkan pada kerendahan hati.
Kouzes & Posner (1987) memberikan 5 cara untuk menjadi seorang pemimpin yang besar:
1. Menantang proses. Temukan proses yang dipercaya untuk bisa memaksimalkan kemampuan Anda.
2. Inspirasi dan bagikan visi. Bagikan visi Anda dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pengikut Anda.
3. Memampukan orang lain untuk bertindak. Beri mereka alat dan metode untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
4. Menjadi model. Jika sedang dalam proses, jangan biarkan tangan Anda kering. Seorang boss berkata kepada yang lain,
kerjakan!... seorang pemimpin menunjukkan apa yang bisa dia kerjakan!
5. Membesarkan hati. Bagikan kemuliaan dengan hati pada pengikut Anda, sementara Anda menahan penderitaan Anda
sendiri.
Jadi, dalam proses kepemimpinan Anda, pikirkan hal-hal sederhana tentang kepemimpinan berikut ini:
referensi
https://www.kompasiana.com/motivasikehidupan/54f678cfa333110b158b4cee/cara-hidup-
dalam-menghadapi-masalah
Apoorve Dubey. 18 Februari 2018. 10 Amazing Leadership Lessons From Design
Thinking. Addicted2success.com – https://goo.gl/oBxD5K
https://www.in-christ.net/artikel/kepemimpinan/paradigma_kepemimpinan