Anda di halaman 1dari 6

Diagram Alir Proses Pengolahan Minuman Teh dalam Kemasan

Diagram alir dibuat menggunakan aplikasi draw.io


Proses pengolahan the dalam kemasan (Rif’ah, 2016) :

1. Mempersiapkan air yang akan digunakan

Pada proses pembuatan minuman teh kemasan, air merupakan bahan baku utama untuk menyeduh daun
teh kering dan sirup gula. Air yang digunakan melalui proses sanitasi untuk menjamin kualitas air yang
telah sesuai dengan standar air minum untuk industri, yaitu tanpa bau, warna dan rasa. Berikut tahapan
pengolahan air :

a. Bak reservoir

air yang digunakan ditampung terlebih dahulu di bak reservoir. Air diberi desinfektan untuk
menghilangkan mikroorganisme. Pada tahap ini juga adanya proses pengendapan kotoran atau lumpur.
Selanjutnya dari bak reservoir, air akan dialirkan menuju sand filter.

b. Sand filter

air yang dialirkan akan disaring untuk menghilangkan kotoran yang tertinggal dan yang belum
terendapkan sepenuhnya menggunakan pasir kuarsa. Pada proses ini kekeruhan air berkurang dan menjadi
jernih. Air kemudian dialirkan menuju carbon filter.

c. Carbon filter

Carbon filter mengandung active carbon yang mampu untuk menghilangkan aroma, rasa, warna dan
efek dari disinfektan berupa klorin yang ditambahkan di bak reservoir. Air yang diperoleh harus bebas
dari klorin serta sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.

d. Tangki softener

air yang telah diproses di carbon filter selanjutnya diproses di tangki softener. Proses ini berfungsi untuk
menghilangkan kesadahan air yang dapat menyebabkan karat pada mesin. Kesadahan pada air dapat
dihilangkan dikarenakan adanya resin yang dapat mengikat ion penyebab kesadahan, yaitu ion Mg2+ dan
ion Ca2+. Berikut adalah reaksi pengikatan resin dengan ion-ion tersebut :

R-2Na+ + Ca2+ R-Ca+ + 2Na2+

R-2Na+ + Mg2+ R-Mg+ + 2Na2+

resin yang digunakan mengalami kejenuhan dikarenakan mengikat banyak ion Mg2+ dan Ca2+. Hal ini
dapat diatasi dengan penambahan NaCl yang dapat membawa ion Mg2+ dan Ca2+ sehingga resikn dapat
teregenerasi kembali. Air yang sudah dihilangkan kesadahannya disimpan di tangki buffer softener yang
digunakan untuk penyeduhan teh, pembuatan sirup gula, bottle washer, laboratorium dan boiler.

2. Ekstraksi teh

Teh diekstraksi menggunakan air yang telah dilakukan proses pengolahan dan telah disimpan di tangki
buffer softener. Suhu ekstraksi yang digunakan adalah 100oC. Suhu panas dihasilkan dari steam boiler.
Penggunaan suhu tersebut untuk menjamin bahwa teh telah teresktraksi dengan baik. Pada proses ini
diperoleh teh cair pahit (TCP). Teh selanjutnya disaring menggunakan bag filter yang memiliki saringan
pori dengan ukuran 100 mikron. Saringan tersebut akan menahan ampas kecil yang lolos. Penyaringan
dilakukan kembali menggunakan filtrox, yang memiliki media penyaring (filter aids) bernama Celatom
yang berbentuk bubuk putih halus. Fungsinya adalah untuk menyaring dan menghasilkan warna bening.
Penyaringan dilakukan lagi setelah penambahan celatom dengan bag fitler menggunakan ukuran pori 1
mikron untuk menyaring sisa celatom pada teh.

3. Pembuatan sirup gula

Gula dilarutkan dengan air dari tangki buffer softener dengan suhu ± 80oC yang dipanaskan dengan PHE
(Plate Heat Exchanger) dengan panas uap berasal dari steam boiler. Penggunaan suhu yang tidak terlalu
tinggi berfungsi untuk menghindari karamelisasi gula yang mempengaruhi warna dan meningkatkan
viskositas sirup. Proses pembuatan sirup dilakukan selama ± 30 menit. Sirup gula disaring menggunakan
bag filter dengan ukuran pori 1 mikron. Fungsi penyaringan ini untuk memisahkan kotoran yang terbawa
pada sirup gula.

4. Pembuatan Teh Cair Manis (TCM)

Pembuatan teh cair manis adalah dengan mencampurkan teh cair pahit dengan sirup gula ke dalam mixing
tank yang memiliki agitator. Proses pencampuran melibatkan pencampuran gas, padatan, cairan dari
kombinasi beberapa komponen untuk memperoleh keseragaman antara bahan yang tercampur (Elmitra,
2017). Proses pencampuran menggunakan suhu 92oC dengan agitator secara kontinu hingga homogen.
untuk mengetahui larutan sudah homogen atau belum, digunakan pengukuran kadar brix (tingkat
kemanisan) pada larutan. setelah larutan sudah homogen, selanjutnya dilakukan proses penyaringan
menggunakan bag filter untuk memisahkan kotoran pada teh. Teh cair manis dialirkan menuju pasteurizer
untuk dipasteurisasi. Sistem pertukaran panas pada proses ini menggunakan PHE (Plate Heat Exchanger)
dengan suhu 95-100oC. Fungsi pasteurisasi untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen
(Arini, 2017).

5. Pembotolan

Teh dialirkan ke filler dengan suhu 95oC yang berfungsi untuk menjaga dari kontaminasi mikroorganisme
di lingkungan. Pengisian teh pada menggunakan metode vakum untuk mempercepat proses pengisian teh
kedalam botol dikarenakan udara dalam botol ditarik keluar sehingga mempermudah teh untuk mask
kedalam botol. Proses pembotolan juga diikuti dengan botol ditutup menggunakan crown, yaitu segel
penutup pada kepala botol dalam waktu cepat untuk menjaga kualitas.
Persyaratan kualitas air minum Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

No Jenis parameter Satuan Kadar maksimum


1. Parameter mikrobiologi
a. E. coli Jumlah tiap 100 ml sampel 0
b. Total bakteri koliform Jumlah tiap 100 ml sampel 0
2. Kimia anorganik
a. Arsen mg/l 0,01
b. Fluorida mg/l 1,5
c. Total kromium mg/l 0,05
d. Kadmium mg/l 0,003
e. Nitrit (sebagai NO2-) mg/l 3
f. Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 50
g. Sianida mg/l 0,07
h. Selenium mg/l 0,01
3. Parameter fisik
a. Bau Tidak berbau
b.Warna TCU 15
c. Total zat padat terlarut mg/l 500
d. Kekeruhan NTU 5
e. Rasa Tidak berasa
o
f. Suhu C Suhu udara ± 3
4. Parameter kimiawi
a. Aluminium mg/l 0,2
b. Besi mg/l 0,3
c. Kesadahan mg/l 500
d. Khlorida mg/l 250
e. Mangan mg/l 0,4
f. pH 6,5-8,5
g. Seng mg/l 3
h. Sulfat mg/l 250
i. Tembaga mg/l 2
j. Amonia mg/l 1,5
Persyaratan mutu minuman teh dalam kemasan SNI 01-3143-1992

No Uraian Satuan Kadar maksimum


1. Keadaan
1.1 Penampakan Jernih
1.2 Bau dan rasa Khas teh

2. Teina/kafeina Positif

3. Tanin Positif

4. Gula total sebagai sakarosa %, b/b Min. 6

5. Bahan tambahan makanan :


5.1 Pengawet Sesuai SNI 0222-M dan
5.2 Pemanis buatan peraturan Men Kes. No.
722/Men.Kes/Per/IX/88
6. Cemaran logam
6.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0.2
6.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2,0
6.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 0.5
6.4 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40.0
. 6.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0.03

7. Arsen (as) mg/kg Maks. 0.1

8. Cemaran mikroba
8.1 Angka lempeng total Koloni / ml Maks. 2,0 x 102
8.2 Bakteri Coliform APM / 100 ml < 2,2
8.3 E. coli Negatif/100ml
8.4 Salmonella Negatif/100ml
8.5 C. perfringens Negatif/10ml
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Liss Dyah Dewi. 2017. Pengaruh Pasteurisasi terhadap Jumlah Koloni Bakteri pada Susu
Segar dan UHT sebagai Upaya Menjaga Kesehatan. Indonesian Journal on Medical Science.
Vol. 4 No. 1

Elmitra. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta: Deepublish

Rif’ah, Hamidah Itha’atur. 2016. Proses Produksi Teh Botol di PT Sinar Sosro KPB Mojokerto,
Jawa Timur. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai