Askep Diare
Askep Diare
DENGAN GASTROINTESTINAL
NAMA :
PAWESTRI UTAMI PJ
QORI FEBRYIANA R.
ROSA AMELIA
ROSTIANA DEWI
S1 Keperawatan
2018
Jakarta Timu
Daftar Isi
Kata Pengantar iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
1. Tujuan Umum......................................................................................................................4
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................................4
D. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Konsep Teori Gastroenteritis 6
1. Definisi Gastroenteritis 6
2. Klasifikasi Diare 6
3. Manifestasi klinis Diare 8
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gastroenteritis 8
5. Patofisiologi 11
6. WOC Gastroenteritis 13
7. Komplikasi dari Diare 14
8. Penatalaksanaan 15
9. Pencegahan 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis 17
1. Pengkajian.........................................................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan 18
3. Intervensi dan rasional 19
BAB III TINJAUAN KASUS 25
A. Kasus 25
B. Asuhan Keperawatan 26
BAB IV PEMBAHASAN 33
A. Pengkajian 33
B. Diagnosa Keperawatan 34
C. Intervensi 35
BAB V PENUTUP 36
i
A. Kesimpulan 36
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 38
ii
Kata Pengantar
Puji Syukur atas kami haturkan kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan
kemudahan untuk kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa guna memperlancar proses
belajar mengajar. Makalah ini akan membahas tentang asuhan keperawatan klien
dengan gastroenteritis.
Tidak banyak kata yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari masih ada
kemungkinan kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat menerima kritik dan saran demi menyempurnakan
makalah ini.
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang sudah basi dan dapat pula di sebabkan karena enterovirus (semasa
badan dalam keadaan daya tahan kurang baik) (Murwani, 2011).
Diare merupakan keluhan yang sering di temukan pada dewasa.
Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahun mengalami diare akut atau
gastroentritis akut sebanyak 99.000.000 kasus di dunia (Simadibrata,
2009). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar
kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika
Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per
tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di
seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi
data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat
diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain
itu, diare masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia,
meskipun tatalaksana sudah maju (Amin L.Z, 2015).
Angka prevalensi diare di Indonesia masih berfluktuasi. Period
prevalen diare di Indonesia saat ini adalah 3,5% lebih kecil dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yaitu 9,0%. Penurunan period prevalen
yang tinggi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang
tidak sama antara 2007 dan 2013. Sampel diambil dalam rentang waktu
yang lebih singkat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di
Indonesia adalah 3.5 persen. Lima provinsi dengan insiden dan period
prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan
10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%) (Riskesdas, 2013).
Menurut penelitian Endang, et al (2015) Penderita diare pada
dewasa pada tahun 2011-2013 penderita diare terbanyak dialami golongan
umur >15 tahun. Dari data kunjungan pasien di Pusat Layanan Kesehatan
UNNES dari tahun 2013 diketahui bahwa terdapat 214 pasien yang
terkena diare. Pada golongan umur tersebut karena perilaku makan,
kebersihan tempat dan peralatannya terjaga. Kebiasaan menyiapkan
makanan dengan tangan yang belum dicuci setelah buang air atau
2
membersihkan tinja seorang anak atau membiarkan seorang anak bermain
didaerah dimana ada tinja yang terkontaminasi.
Upaya untuk menurunkan angka kematian anak karena diare
dengan melakukan tatalaksana secara tepat dan akurat. WHO
mengembangkan kerangka kerja pelayanan kesehatan yang salah satunya
dalam buku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, di dalamnya berisi
panduan tatalaksana anak sakit di rumah sakit oleh tenaga kesehatan
termasuk perawat. Menurut WHO (2009), tatalaksana diare dapat
dilakukan dengan lima langkah tuntaskan diare (lintas diare). Perawat
sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan kontribusi dalam penanganan
diare sesuai dengan perannya. Peran perawat tersebut adalah sebagai
pemberi pelayanan yang mencakup pemberi rasa nyaman, pelindung,
komunikator, mediator dan rehabilitator. Selain itu perawat berperan
sebagai pendidik yang memberikan pemahaman kepada individu, keluarga
ataupun masyarakat di semua lingkup pelayanan kesehatan. Peran perawat
selanjutnya sebagai manajer, yaitu perawat mengelola kegiatan pelayanan
kesehatan sesuai dengan tanggung jawabnya dan dapat mengambil
keputusan dalam memecahkan masalah. Perawat juga dituntut untuk dapat
berpikir kritis dalam pengambilan keputusan, sehingga permasalahan yang
dihadapi dapat terpecahkan dengan baik. Perawat juga mempunyai peran
sebagai pelindung, yaitu melindung i klien baik perlindungan terhadap
terapi atau pelayanan kesehatan yang didapatkan atau membantu klien
dalam pengambilan keputusan (Delaune, Ladner, 2011).
Dalam tatalaksana diare, perawat dapat melaksanakan perannya
dalam beberapa hal, salah satunya adalah memberikan pendidikan kepada
orang tua mengenai rehidrasi oral untuk mengatasi diare. Seperti penelitian
di India yang dilakukan oleh Mazumder et al. (2010), dikemukakan bahwa
pendidikan yang diberikan kepada orang tua atau pengasuh mengenai
pemberian zink dan oralit untuk anak diare, efektif dapat mengurangi diare
pada anak.
Selain perawat dapat melaksanakan perannya dalam tatalaksana
diare di rumah sakit, perawat juga dapat memberikan kontribusi di
masyarakat untuk menangani diare pada anak. Di Etiopia dan Haiti,
3
perawat mempunyai peran yang komprehensif dalam menurunkan angka
diare. Di negara tersebut perawat melakukan strategi menurunkan kejadian
diare dengan melaksanakan peran kepemimpinannya dalam perbaikan
sanitasi. Hal tersebut sangat efektif dilakukan, karena sudah terbukti
menurunkan angka kejadian diare (Wake dan Tolessa, 2011). Pengalaman
negara lain yang telah berhasil menurunkan angka kejadian diare adalah
Bangladesh, yaitu dengan intervensi yang dilakukan terhadap keluarga
dengan pelatihan mencuci tangan, secara signifikan dapat mengurangi
kejadian diare pada anak (Luby et al, 2011).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan
gatrointestinal pada Nn. A
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengertian diare
b. Mengidentifikasi penyebab diare
c. Mengidentifikasi penyebab diare tanda dnan gejala
d. Mengidentifikasi penyebab diare komplikasi
e. Mengidentifikasi penyebab diare penatalaksanaan
f. Mengidentifikasi asuhan keperawatan gastrointestinal
D. Manfaat
4
memberikan pendidikan kesehatan sedini mungkin untuk orang tua, anak,
agar menjaga kebersihan serta meninggalkan kebiasaan buruk dengan
mencuci tangan sebelum makan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Gastroenteritis
2. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare dibagi menjadi diare akut dan kronis. Diare akut, yaitu
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik, yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat
badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut
(Kemenkes, 2011).
6
1) Diare parsisten : diare yang disebabkan oleh infeksi
b) Diare akut
Malabsorpsi makanan
7
3. Manifestasi klinis Diare
Menurut sodikin (2011), beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis yaitu :
Bayi atau anak menjadi rewel, cenggeng, dan gelisah
Suhu badan meningkat
Nafsu makan berkurang atau tidak ada
Timbul diare
Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan lender
Warna feses berbah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu
Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar, cekung pada
bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selapit lendir pada mulut
dan bibir terlihat kering
Berat badan menurun
Pucat dan lemah
8
Adaya kandungan sel polos dalam darah
Masa inkubasi bakteri 6-40 Jam. Lamanya 2-5 hari
Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan
3) Escherichia Coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin
Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit
4) Campylobacter
Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus)
pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi
klinis yang lain
Kram abdomen yang hebat
Muntah/ dehidrasi jarang terjadi
5) Yersinia enterocolitic
Feses mukosa
Sering didapatkan sel sel polos pada feses
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
Diare selama 1-2 minggu
Sering menyerupai usus buntu
Infeksi oleh virus
6) Retavirus
Merupakan penyebab paling sering dari diare akut pada bayi,
gejalanya sering didahului atau disertai dengan muntah
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin
Dapat disertai dengan demam atau muntah
Didapatkan penurunan HCC
7) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas
8) Adenovirus
Timbul sepanjang tahun
Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan
9) Norwalk
Sifatnya epidemik atau menular
Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 Jam)
10) Infeksi Parasit
Biasanya disebabkan oleh cacing (ascaris, thicuris, oxyuris,
strongyloides), protozoa (entamoeba bistolytica, Grandia lamblia,
Trichomonas hominis), dan jamur (Candida albicans).
11) Infeksi Parenteral
Yaitu infeksi yang terjadi diluar alat pencernaan makanan, seperti
otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis (radang
9
amandel/radang pangkal tenggorokan), bronkopneumonia
(peradangan paru), dan ensefalitis (radang jaringan otak).
12) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
5. Patofisiologi
10
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme
dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar
diserap oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2) Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Dari ketiga mekanisme
diatas menyebabkan : a) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi
dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik, hipokalemia) b) Gangguan gizi akibat
kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah) c)
Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain
itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin.
enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera)
11
akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran
sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal
12
6. WOC Gastroenteritis
Tekanan Osmotik Aktivitas sekresi air dan elektrolit Kesempatan usus Menyerap
makanan berkurang
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, namun
frekuensinya lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita
KKP (kekurangan kalori protein). Ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/ penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala ini akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
d. Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat yang
disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini :
1) Asupan makanan sering dihentikan/ terlalu dibatasi oleh orang
tua, karena takut anak akan menderita diare atau muntah yang
bertambah hebat
2) Pemberian ASI secara tidak langsung (ASI dibiarkan terlalu lama
di udara terbuka sehingga feses menjadi encer)
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik, karena terjadinya hiperperistaltik
14
e. Gangguan sirkulasi
Diare dapat mengakibatkan renjatan (shock) hipovolemik yang
kemudian menyebabkan perfusi jaringan berkurang dan hipoksia
(kekurangan pasokan oksigen pada sel atau salah satu bagian tubuh),
asidosis yang bertambah berat, mengakibatkan perdarahan otak, dan
kesadaran menurun. Jika tidak ditangani segera pasien akan
meninggal.
8. Penatalaksanaan
1) Penggantian cairan dan elektrolit
2) Antibiotik
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala seperti demam,
feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi eksresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, dan pasien immunocompromised.
3) Obat Anti diare
9. Pencegahan
1) Memberikan ASI
Pemberian ASI pada bayi dilakukan untuk menghidari adanya
kontaminasi oleh bakteri dan mikroorganisme lain penyebab diare.
Pemberian ASI memberikan antibodi dan zat zat lain yang
terkandung di dalamnya memberikan perlindungan secara
imunologi
2) Memperbaiki makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada saat bayi
mulai terbiasa dengan makanan orang dewasa, hal ini disebabkan
karena pemberian makanan pendamping ASI meningkatkan risiko
terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.
3) Menggunakan air bersih yang cukup
Menggunakan air yang bersih dan melindungi air dari kontaminasi
bisa dengan mengambil air dari sumber air yang bersih, simpan air
dengan bersih dan tertutup, menggunakan gayung khusus untuk
mengambil air, jaga sumber air dari pencernaan seperti: air bekas
mandi anak dan binatang. Minum air yang matang (masak samapi
15
mendidih) serta cuci semua alat masak dan alat makan dengan
bersih dan cukup
4) Mencuci tangan
Kebiasaan mencuci tangan dapat mengurangi risiko terserang
gangguan pencernaan dan diare sebesar 48%. Mencuci tangan
dengan sabun khususnya setelah kontak dengan feses dapat
menurunkan diare.
5) Menggunakan jamban
Penggunaan jamban dapat menurunkan risiko terhadap diare,
jamban yang berfungsi dengan baik dibersihkan secra teratur, serta
menggunakan alas kaki bila akan buang air besar. Jarak jamban
sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10
meter.
6) Membuang tinja bayi dengan benar
Membuang tinja bayi sesegera mungkin, bila tidak dibuang
dijamban dapat dibaung dalam lubang atau kebun yang kemudian
ditimbun dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun
7) Pemberian imunisasi campak
Salah satu upaya pencegahan diare, karena anak yang sakit campak
sering dengan diare. Sehingga imunisasi campak sangat penting
untuk mencegah diare pada anak
8) Pengelolaan sampah
Dengan cara menyediakan tempat sampah, sampah dikumpulkan
setiap hari dan dibuang di tempat pembuangan sampah.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan verivikasi, komunikasi dan dari data tentang pasien.
Pengkajian ini didapat dari dua tipe yaitu data suyektif dan dari
persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data obyektif yaitu
pengamatan / pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data (Potter,
2005). Pengkajian pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin
(2011).
16
a. Dengan keluhan Diare :
- P ( Provoking, presipitasi) Faktor apa saja yang diketahui
pasien atau keluarga yang memungkinkan menjadi penyebab
terjadinya diare.
- Q (Kualitas, kuantitas)
Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi
kesehatan Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer,
cair, bercampur lendir dan darah?
Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual,
nyeri abdomen, muntah , anoreksia)?
- T (waktu, onset) Berapa lama keluhan awal mulai terjadi?
Apakah bersifat akut atau mendadak? Durasi dan
penanganan rehidrasi. Intervensi yang akan dilakukan pada
diare kecepatan gejala awal mulai terjadi diare menjadi
pengkajian penting dalam memberikan intervensi langsung
yang lebih dari satu bulan akan berbeda dengan diare yang
terjadi kurang dari satu minggu.
b. Dengan keluhan muntah
Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan
menentukan intervensi selanjutnya. Muntah merupakan gejala
gastroenteritis dengan keterlibatan bagian proksimal intestinal
respons dan inflamasi khususnya dari neurotoksin yang
diproduksi oleh agen infeksi.
c. Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons
sistemik dari ainvasi agen infeksi penyebab gastroenteritis.
Penurunan volume cairan tubuh yang terjadi secara akut juga
merangsang hipotalamus dalam meningkatkan suhu tubuh.
Keluhan demam sering didapatkan pada pasien gastroenteritis.
d. Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan
PQRST.
- P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering
mual/ muntah dan keinginan untuk melakukan BAB.
- Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, khususnya
pada pasien anakanak. Ketidaknyamanan abdomen bisa
17
bersifat kolik akut atau perut seperti dikocok-kocok akibat
mules.
- R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan
tidak ada pengiriman respons nyeri ke organ lain.
- S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4
(nyeri ringan sampai nyeri tak tertahankan)
- T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri.
Nyeri pada GE biasanya berhubungan dengan adanya mules
dan keinginan untuk BAB yang tinggi.
Kondisi feses Keluhan perubahan kondisi feses bervariasi pada
pasien GE. Keluhan yang lazim adalah konsistensi feses yang
encer, sedangkan beberapa pasien lain mengeluh feses dengan
lendir dan darah.
2. Diagnosa Keperawatan
18
3. Intervensi dan rasional
19
Rasional : untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.
6) Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi.
Rasional : untuk menilai status hidrasi.
7) Timbang berat badan anak
Rasional : untuk menilai keadaan dehidrasi.
8) Kaji tanda-tanda vital (TTV), turgor kulit, membran mukosa, dan
status mental.
Rasional : untuk menilai status hidrasi.
9) Hindari masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat,
dan gelatin. Rasional : Karena cairan ini biasanya tinggi
karbohidrat, rendah elektrolit dan mempunyai osmolalitas tinggi.
20
5) Monitor berat badan pasien sesuai indikasi. (Nanda, 2007)
Rasional : untuk menilai keadaan dehidrasi. (L. Wong, 2009)
6) Sediakan makanan yang sesuai dengan kesukaan pasien dan
program diet. (Nanda, 2007)
Rasional : pemberian kembali secara dini makanan yang biasa
dikonsumsi akan membawa manfaat mengurangi frekuensi
defekasi dan meminimalkan penurunan berat badan serta
memperpendek lama sakit. (L. Wong, 2009)
21
7) Anjurkan pasien untuk meminum obat antibiotik sesuai program.
(Nanda, 2007)
8) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi sesuai indikasi
dan pemeriksaan laboratorium. (Nanda, 2007)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
defekasi yang sering dan feses cair.
Batasan karakteristik mayor : gangguan epidermis dan dermis.
Untuk batasan karakteristik minor : lecet, jaringan nekrotik
(warna, konsistensi, pelekatan) dan jumlah.
Intervensi dan Rasional :
1) Ganti popok dengan sering
Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering.
2) Bersihkan bagian bokong secari hati-hati dengan sabun lunak non
alkalis dan air.
Rasional : karena feses pasien diare bersifat sangat iritasi pada
kulit.
3) Oleskan salep seperti zink oksida.
Rasional : untuk melindungi kulit terhadap iritasi (tipe salepnya
bisa berbeda bagi setiap anak dan mungkin memerlukan waktu
untuk mencobanya dahulu ).
4) Bila mungkin biarkan kulitutuh yang berwarna agak merah terkena
udara.
Rasional : untuk memepercepat kesembuhan.
5) Hindari pemakaian tisu pembersih komersial yang mengandung
alkohol pada kulit yang mengalami ekskoriasi.
Rasional : karena penggunaan tisu ini akan menimbulkan rasa
perih.
22
Rasional : untuk mencegah stress pada anak karena berpisah
dengan keluarga.
3) Sentuh, peluk, dan bicara dengan anak sebanyak mungkin
Rasional : untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress.
4) Lakukan stimulus dan pengalihan sensorik yang sesuai dengan
tingkat dan kondisi perkembangan anak
Rasional : untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
24
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Nama lengkap : Nn. A
b. Umur : 25 tahun
c. jenis kelamin : perempuan
d. status perkawinan : belum kawin
e. agama : Islam
f. suku bangsa : Jawa
g. pendidikan : SMA
h. pekerjaan : wiraswasta
i. Alamat : Jl. cilangkap Rt 05 Rw 07
3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : mata cekung, mukosa bibir kering, anus
tampak kemerahan dan lecet. BB 80 Kg, TB 156 cm,
b. Palpasi : turgor kulit menurun. terlihat penurunan
kesadaran
c. Perkusi : didapatkan hasil hypertimpani dan
auskultasi peristaltik meningkat 40x/menit.
d. Auskultasi : peristaltik meningkat 40x/menit
25
e. Tanda – tanda vital : Tanda-tanda vital klien 90/60
mmHg, HR 112x/menit, RR 24x/menit, S 390C.
f. Laboratorium : Hasil pemeriksaan GDS 264mg/dL,
2. Analisa Data
26
sembarangan, langsung makan
tanpa memperhatikan apakah
sudah cuci tangan atau belum.
Data Obyektif:
Bising Usus 40x/menit
Pemeriksaan abdomen yang
tidak normal adalah perkusi
didapatkan hasil hypertimpani
Anus tampak kemerahan
Data subyektif: Kurang Ketidakefektifan
Klien mengatakan memiliki pengetahuan manajemen kesehatan
kebiasaan jajan sembarangan,
langsung makan tanpa
memperhatikan apakah sudah
cuci tangan atau belum.
Klien juga memiliki riwayat
penyakit gula (Diabetes militus)
sejak usia 21 tahun trias gejala
Data obyektif:
Hasil pemeriksaan GDS
264mg/dL
Tidak ada luka pada kaki
3. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
b. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
c. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan
4. Rencana keperawatan
27
volume cairan keperawatan selama Monitor tanda-tanda vital
berhubungan 3x24jam diharapkan klien: Monitor manifestasi dari
28
3 ditingkatkan ke 4
Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare:
berhubungan keperawatan selama 3x24 Amati turgor kulit secara
dengan jam diharapkan klien: berkala
inflamasi Ukur diare/output
gastrointestinal pencernaan
Berikan makanan dalam
porsi kecil dan lebih
sering serta tingkatkan
porsi secara bertahap
Anjurkan pasien
menghindari makanan
pedas dan yang
menimbulkan gas dalam
perut
Anjurkan pasien untuk
mencoba menghindari
makanan yang
mengandung laktosa
Identifikasi faktor yang
bisa menyebabkan diare
Monitor persiapan
makanan yang aman
Instruksikan diet rendah
serat, tinggi protein,
tinggi kalori, sesuai
kebutuhan
Instruksikan pasien atau
keluarga untuk mencatat
warna, volume,frekuensi,
dan konsistensi tinja
Beritahu dokter jika
peningkatan frekuensi
atau suara perut
Konsultasikan dengan
29
dokter jika tanda dan
gejala diare menetap
30
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
31
Pada kasus ini klien memiliki kebiasaan jajan sembarangan, langsung
makan tanpa memperhatikan apakah sudah cuci tangan atau belum. Hal ini
sama dengan literatur yang menyebutkan faktor-faktor penyebab diare
yaitu Perilaku personal hygiene, lingkungan dan sanitasi lingkungan
seperti kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun, jamban sehat.
Menurut Hidayat (2014) personal hygiene merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis menurut penelitian Sunardi (2017), perilaku hidup
sehat yang sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pemeliharaan kesehatan pribadi dan pentingnya berperilaku hidup bersih
dan sehat. Menurut penelitian Fajriyati (2013), riset global juga
menunjukkan bahwa kebiasaan CPTS (cuci tangan pakai sabun) tidak
hanya mengurangi, tapi mencegah diare hingga 50%. Menurut penelitian
Burton, et al (2011) menunjukkan bahwa cuci tangan dengan sabun lebih
efektif dalam memindahkan kuman dibandingkan dengan cuci tangan
hanya dengan menggunakan air. Masyarakat menanggap CPTS tidak
penting, mereka cuci tangan pakai sabun ketika tangan berbau, berminyak
dan kotor.
B. Diagnosa Keperawatan
32
terkontaminasi bakteri yang menyebabkan Inflamasi gastrointestinal oleh
bakteri yang hidup didalam gastrointestinal.
C. Intervensi
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
34
wawasan tentang penyakit diare secara menyeluruh terutama asuhan
keperawatan peradangan pada penderita diare.
35
DAFTAR PUSTAKA
Burton. 2011. The Effect Of Hand Washing With Water Or Soap On Bacterial
Contamination Of Hands. Int. J. Environ. Res. Public Health, 8, 97-
104.doi:10.3390/ijerph8010097
Endang, et al. 2015. Unnes Journal of Public Health (4) (1) (2015) ISSN 2252-
6528. Hubungan Praktik Cuci tangan Kriteria pemilihan warung makan langgan
dan sanitasi warung dengan kejadian diare pada mahasiswa universitas negeri
semarang.
Kemenkes RI. 2011. Situasi diare Indonesia. Buletin Jendela Data dan Infromasi
Kesehatan (Triwulan II) 1-39.
36
Murwani, arita. 2011. Perawata Pasien Penyakit Dalam.Yogyakarta: Gosyen
Pusblishing
Simadibrata K, Marcellus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyait Dalam, Jilid I: edisi
V.Jakarta InternaPublishing
37