Uji Bending
Uji Bending
Sering kita jumpai bahan dasar dari mesin ataupun peralatan yang berasal dari logam.
Bahan dasar ini tentunya memiliki sifat-sifat khusus yang dimilikinya, untuk mendukung
performa dari bahan dasar tersebut.
Salah satu keunikan dari bahan dasar material adalah kekuatan material tersebut
terhadap pembebanan bending, yang mengakibatkan terjadinya tegangan geser dan momen
yang bekerja pada seluruh bagian dari material. Struktur dan mesin memiliki komponen
yang harus menahan beban yang menyebabkan bending. Setelah proses bending terjadi
biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear, dan torsional shear. Namun material
yang kaku untuk patah berkemungkinan sangat besar. Pada dasar diatas diadakan pengujian
material terhadap ketahan pembebanan bending.
Pada percobaan kali ini, akan dilihat sifat material yang mengalami bending
akibat pembebanan 3 sumbu (3 aksial stress).
Pengujian lentur (bending) pada umumnya dilakukan dengan dua metode berikut :
M c
I
Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal
maksimumnya adalah :
PL h
σ=
( 4 )( 2 )
3
bh
( )
12
Persamaan ini didapatkan sesuai dengan perhitungan momen maksimum pada spesimen
berpenampang persegi. Dengan metode pemotongan (spesimen) akan didapatkan distribusi
momen dan tegangan geser disetiap titik spesimen uji. Spesimen memiliki momen maksimum
pada tengah batang ( L/2 ) dan menerima beban sebesar ( P/2). c merupakan jarak dari sumbu
netral ke elemen yang akan ditinjau. Nilai c adalah jarak dari sumbu netral (titik pusat
spesimen) ke permukaan spesimen. Inersia dilampirkan.
PL 3
δ=
48 EI
dengan
δ = defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang specimen
E = modulus elastisitas bahan specimen
I = modulus inersia penampang
BAB III
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian 3 point bending, didapatkan nilai
pembebanan yang dilakukan secara berkala dan berbeda menghasilkan nilai defleksi yang
berbeda, seperti yang tercantum dalam tabel berikut :
No Beban (N) Defleksi (mm)
1 1000 0.5
2 2000 0.6
3 3000 0.9
4 4000 1.2
5 5000 1.5
6 6000 1.8
7 7000 2.1
8 8000 2.2
9 9000 2.5
10 10000 2.7
11 11000 3.0
12 12000 3.3
13 13000 3.5
14 14000 3.8
15 15000 4.1
Dari data pengamatan yang diperoleh pada saat pengujian spesimen, dapat ditentukan
nilai modulus elastisitas dari ST 37. Penentuan nilai modulus elastisitas didapat dari grafik
beban (P) terhadap defleksi (δ), dengan terlebih dahulu menentukan gradien dari grafik
(penentuan nilai gradien ini didapat dengan metode regresi linear) dan menghitung E melalui
persamaan (iii).
12000
10000
Linear ()
8000
6000
4000
2000
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
P
tanθ=
δ
y = 3852.8x – 656.03
P 48 EI
3852.8= = 3
δ L
(3852.8)(0.30 0 3) ❑❑
E=
(48)(11031.55833 X 10−12)
Pada percobaan uji bening ini sudah ditentukan terlebih dahulu pengujian
menggunakan Three point bening. Dari data pengamatan selama praktikum, dapat
3
PL
δ=
ditentukan nilai nodulus elastisitas (ST 37). Dari persamaan 48 EI dapat
P 48 EI
diubah menjadi = 3 didapatkan perbandingan antara beban (P) terhadap
δ L
defleksi (δ). Dengan membuat grafik antara beban dan defleksi kita dapat menentukan
nodulus elastisitas, yang terlebih dahulu harus kita tentukan gradien pada grafik
dengan menggunakan metode regresi.
Modulus elastisitas juga dipengaruhi oleh ikatan antar atom. Pada pengujian,
spesimen yang digunakan terlihat sudah mengalami oksidasi, teramati dari permukaan
spesimen yang sudah mulai berkarat. Oksidasi pada spesimen mengakibatkan
terjadinya perubahan ikatan antar atom pada spesimen, sehingga modulus
elastisitasnya pun akan berubah, walaupun tidak signifikan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Tugas tambahan
A. Penurunan rumus defleksi
F. L
Rumus umum defleksi : δ =
A .E
b h3
Inersia batang: I =
12
( bxh ) x h2
=
12
Ax h2
= , h dapat di dibilang sebagai L karena penampang batang berupa
12
persegi
Ax L2 12 I
I= ----- A = 2
12 h
p
Dengan gaya pada potongan sebesar ( ) maka:
4
P
xL
4
σ¿
12
xE
L2
Px L3
σ=
48 EI
B. Metode uji bening selain three point bending dan four point bending
Metode Cantilever Beam
Batang cantilever merupakan batang yang hanya mempunya tumpuan di salah satu titik
saja. Contohnya batang loncat indah pada kolam berenang. Pada batang cantilever
dilakukan pengujian secara khusus.
1. Buat kurva antara P-delta dari data uji lentur, dengan menggunakan persamaan
garis regresi linear.
16000
12000
10000
8000
Linear ()
6000
4000
2000
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
3. Bandingkan harga modulus elastisitas yang diperoleh dari literatur dan percobaan,
bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi.
3. RANGKUMAN PRAKTIKUM
Standar pengujian pada praktikum ini adalah ASTM E855-08. Metode yang
dipilih adalah three-point bending. Keakuratan pada metode ini sebenarnya kurang
dibanding dengan for poin bening karena beban pada metode ini harus benar-benar
tepat pada tengah spesimen, karena pada saat mecari tegangan dibutuhkan Momen
maksimum yang dapat dilihat pada diagram.
Pengujian tekuk dilakukan untuk melihat sifat kekakuan dari material. Material yang
kaku, akan terlihat melalui perhitungan modulus elastisitasnya. Dilakukan pengujian ini
karena memiliki keakuratan yang lebih optimal dalam pengujian nilai kekakuan dibandingkan
dengan uji lainnya dan pada pengujian tarik tidak dapat dilakukan pengujian pada material
yang bersifat getas. Konsentrasi tegangan dan momen maksimum dapat diidentifikasi dengan
jelas, pada titik di sepanjang spesimen. Sehingga modulus elastisitas dapat dihitung secara
akurat melalui metode ini.
Uji bending dilakukan untuk mencari nilai modulus elastisitas material dan kekuatan
lentur flexural strength material.
Spesimen yang digunakan adalah ST-37 berbentuk batang berpenampang segi empat.
Spesimen diletakkan di antara tumpuan yang sudah diatur jaraknya sesuai i = 2r + 3h, yaitu
87 mm. Pembebanan berikut defleksinya dicatat setiap 1000 N. Dengan data tersebut, dibuat
grafik P terhadap δ. Dari hasil regresi linear didapat nilai modulus elastisitas E =206.441
GPa.